BAB II 2.1 Motivasi Belajar -...

50
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik dalam Djamarah, 2009:148) Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal (Malayu S.P Hasibuan,2001:141) Menurut G.R Terry (dalam J. Smith D.F.M 2003:130), motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka kegiatan belajar

Transcript of BAB II 2.1 Motivasi Belajar -...

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang

ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan

(Oemar Hamalik dalam Djamarah, 2009:148)

Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau

menggerakkan. Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia

karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan

mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai

hasil yang optimal (Malayu S.P Hasibuan,2001:141)

Menurut G.R Terry (dalam J. Smith D.F.M 2003:130), motivasi dapat diartikan

sebagai suatu usaha agar seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan

semangat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Manusia mempunyai motivasi yang

berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan

usia.

Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam dirinya sendiri

ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan dipelajari dan

tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka kegiatan belajar

11

mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang

disebut sebagai motivasi.

Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan

tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi

siswa motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa ke

arah yang positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta

menanggung resiko dalam belajarnya.

Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi berawal dari kata “motif”.

Sardiman (2005:73) menyatakan bahwa motif adalah daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata motif tersebut, maka

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif

menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai

tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut W.S Winkel yang dikutip oleh Max Darsono (2000:61), “Motif

adalah daya penggerak didalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu, jadi motif itu merupakan suatu kondisi internal artinya bahwa motif adalah

kesiapsiagaan dalam diri seseorang. ”Motivasi diartikan sebagai motif yang sudah

menjadi aktif pada saat melakukan suatu perbuatan, sedangkan motif sudah ada

dalam diri seseorang jauh sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan.

Dari beberapa uraian diatas, maka motivasi dapat diartikan sebagai suatu

usaha yang ada dalam diri individu yang berupa sikap, tindakan dan dorongan untuk

bertindak dalam mengarahkan serta menggerakkan individu pada suatu tingkah laku

12

sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Memberikan motivasi kepada siswa

berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu. Pada tahap awal akan

menyebabkan siswa merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan suatu kegiatan

belajar. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa motivasi akan selalu berkaitan

dengan soal kebutuhan. Seorang anak akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila

merasa suatu kebutuhan itu penting bagi dirinya. Kebutuhan ini menimbulkan

keadaan tidak seimbang, rasa ketegangan yang meminta pemuasan agar kembali

kepada keadaan seimbang yaitu rasa kepuasan dalam diri.

2.1.2 Tipe-tipe Motivasi

Menurut para ahli, motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yang

umum dikenal dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi intrinsik.

“Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang

dari luar, karena ada dalam diri setiap individu suatu dorongan untuk

melakukan sesuatu” (Sardiman A M,2005:89). Siswa yang memiliki

motivasi yang kuat akan memiliki tujuan untuk menjadi orang yang

terdidik dan ditunjukkan dengan tingginya aktivitas yang dilakukan,

terutama aktivitas dalam belajar. Dorongan yang menggerakkan tersebut

bersumber pada suatu kebutuhan yaitu kebutuhan yang berisikan keharusan

untuk menjadi orang yang terdidik.

13

Motivasi instrinsik juga sering disebut motivasi murni, motivasi yang

timbul dari dalam diri siswa dan tidak dipengaruhi dari luar, misalnya:

1) Belajar karena ingin tahu pemecahannya

2) Keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu

3) Keinginan untuk memperoleh informasi pengetahuan

4) Keinginan untuk sukses

5) Keinginan untuk diterima orang lain

2. Motivasi ekstrinsik

Motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar

(Sardiman A M,2005:90). Motivasi ekstrinsik merupakan bentuk motivasi

yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan

dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas

belajar. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah karena pengajaran

di sekolah tidak semuanya menarik perhatian siswa atau sesuai dengan

kebutuhan siswa, lagipula sering terjadi siswa tidak memahami untuk apa

sebenarnya dia belajar hal-hal yang diberikan di sekolah.

Menurut Elida Prayitno (1989 :17) ada beberapa cara untuk menimbulkan

motivasi ekstrinsik, “…yaitu: (1).Memberikan Penghargaan dan Celaan, (2).

Persaingan atau Kompetisi, (3).Hadiah dan Hukuman, (4). Pemberitahuan Tentang

Kemajuan Belajar.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua motivasi

baik intrinsik maupun ekstrinsik pada dasarnya bersifat saling melengkapi. Apabila

14

seorang anak didik telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya tetapi faktor

lingkungan baik lingkungan sekolah maupun keluarganya kurang mendukung dalam

kegiatan belajar maka dorongan untuk terus belajar pun cenderung menurun, begitu

juga sebaliknya.

Oleh karena itu peranan dari berbagai pihak baik dari dalam diri individu

tersebut maupun dari luar dirinya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dalam mengembangkan kemauan seorang siswa didik untuk terus belajar

guna mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.3 Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi menimbulkan intensitas bertindak lebih tinggi. Terjadi suatu usaha

merangsang kemampuan siswa untuk bertindak khususnya dalam hal belajar yang

dikarenakan adanya keinginan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi tidak

hanya menggerakkan tingkah laku tetapi juga mengarahkan dan memperkuat

tingkah laku. Hal ini terlihat pada siswa yang termotivasi dalam belajar akan

menunjukkan minat tinggi, kegairahan dan ketekunan dalam belajar.

Motivasi dalam belajar sangat diperlukan untuk mendorong seorang siswa

dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Adanya motivasi yang baik dalam

belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, Oemar

Hamalik (dalam Sobry Sutikno, 2009: 73) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi,

yaitu: “(1). Mendorong manusia untuk berbuat, (2). Menentukan arah perbuatan,

(3). Menyeleksi perbuatan”.

15

Dari ketiga fungsi motivasi yang telah dikemukakan tersebut dapat

disimpulkan bahwa dengan adanya dorongan yang kuat dari dalam diri seorang

siswa maka motivasi yang ditimbulkan pun akan menuju kearah yang diinginkan.

Artinya apabila seorang siswa memiliki tujuan tertentu dalam belajar maka ia akan

melakukan kegiatan-kegiatan yang memang mendukung dalam pencapaian tujuan

tersebut tanpa melakukan kegiatan-kegiatan yang bukan sesuai dengan tujuannya,

misalnya jika seorang siswa akan menghadapi ujian maka ia akan senantiasa

melakukan aktivitas-aktivitas yang memang berguna dalam mencapai kesuksesan

ujiannya yaitu dengan belajar, membaca buku dan sebagainya. Sedangkan aktivitas-

aktivitas lain yang tidak mendukung ujiannya tidak dilakukan oleh siswa yang

bersangkutan, seperti main game, dan sebagainya.

Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan

kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada

kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak

ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk

belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-

tugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam

belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun

sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan

melaksanakannya dengan tekun.

Berdasarkan pemaparan tersebut jelas bahwa motivasi yang dilakukan oleh

seorang siswa pada dasarnya merupakan sebagai penggerak atau motor yang

16

melepas energi dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan sehingga untuk mencapai

tujuan belajar tertentu ia akan melakukan kegiatan yang memang satu arah dengan

apa yang dicita-citakan dan menyisihkan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai

dengan apa yang dicita-citakan sebelumnya.

2.1.4 Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar

Pembelajaran tidak akan bermakna jika para siswa tidak termotivasi untuk

belajar. Dengan demikian, seorang guru wajib untuk berupaya sekeras mungkin

membangkitkan motivasi belajar siswanya. Banyak strategi yang dapat

dikembangkan untuk menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa

dalam proses pembelajaran seperti yang diuraikan oleh Sobry Sutikno (2009: 74-

75):

1. Menjelaskan tujuan belajar kepada siswanya 2. Memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi 3. Saingan atau menciptakan kompetensi berprestasi diantara siswanya 4. Memberikan pujian kepada siswa yang berprestasi 5. Memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar agar dapat merubah pola

pikir siswa tersebut 6. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar 7. Memberikan angka, angka merupakan simbol prerstasi yang diperoleh siswa 8. Pada saat memberikan materi pelajaran diusahakan untuk menyelipkan

dengan humor atau cerita-cerita lucu 9. Membantu kesulitan belajar siswa secra individual maupun kelompok 10. Menggunakan metode yang bervariasi dan menggunakan media yang baik dan

sesuai tujuan pembelajaran

17

2.1.5 Indikator Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa dapat diukur untuk menentukan seberapa besar

motivasi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Akan tetapi, kita tidak dapat

mengukurnya secara langsung. Pengukuran motivasi belajar siswa dapat dilakukan

dengan melihat beberapa indikator-indikator dalam bentuk perilaku individu yang

bersangkutan. Menurut Uman Suherman (2002:29) pengukuran motivasi dapat

dilihat dari indikator sebagai berikut:

a. Frekuensi perilakunya b. Kualitas perilakunya c. Ketabahannya d. Pengorbanannya e. Rasa ingin tahu terhadap sesuatu

Menurut Sardiman ( 2007 : 40), bahwa motivasi yang ada pada diri setiap

orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin. (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri. e. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). f. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu selalu

memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat

penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan baik jika

18

siswa tekun dalam mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah

dan hambatan secara mandiri. Selain itu, siswa harus mampu mempertahankan

pendapatnya kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional.

Adapun indikator-indikator tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Abin

Syamsudin (2005 : 40), yaitu:

a. Durasi kegiatan (berapa lama penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan).

b. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu). c. Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan. d. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwa dan

nyawanya). e. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan

kesulitan untuk mencapai tujuan. f. Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan

ideologinya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. g. Tingkat kualifikasinya prestasi atau produk atau output yang dicapai dari

kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak). h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (positif atau negatif).

2.1.6 Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi belajar

Motivasi belajar sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, dimana

motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk

berprestasi dalam kelas seperti yang dikemukakan banyak para ahli, diantaranya:

a. Sobry Sutikno (2009:78) menyatakan bahwa “Motivasi penting dalam

menentukan seberapa banyak siswa akan belajar dari suatu kegiatan

pembelajaran atau seberapa banyak menyerap informasi yang disajikan

kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan

menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,

19

sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih

baik

b. Menurut Djamarah (2009:150) bahwa “Motivasi belajar siswa merupakan

faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini

banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan

pembelajaranyang dimiliki oleh sisya yang bersangkutan”

c. M. Dalyono berpendapat (1997:235) bahwa “Motivasi dapat menentukan baik

tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan

semakin besar kesuksesan belajarnya.”

2.2 Minat Belajar

2.2.1 Pengertian Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar sehingga minat

harus ada dalam diri seseorang karena minat merupakan modal dasar untuk

mencapai tujuan. Dengan demikian minat harus menjadi pangkal permulaan dari

pada semua aktivitas.

Minat menurut Slameto (2009: 191) adalah “Suatu rasa lebih suka atau suatu

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Minat pada dasarnya adalah penerimaan

akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat

atau besar hubungan tersebut, semakin besar minat.”

Sedangkan menurut Sobry Sutikno (2009:14) ”Minat merupakan

kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

20

aktivitas. Orang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan

aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. “

Menurut Muhibbin Syah (2008:136) secara sederhana “Minat berarti

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu”

Dari pemaparan para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa minat

adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk mencapai sesuatu

yang dicita-citakan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai

tujuan yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak terdapat minat

atau keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu.

Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor

penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa adanya minat,

tujuan belajar tidak akan tercapai.

2.2.2 Macam-Macam Minat

Menurut Moch. Surya (2004:122) bahwa macam-macam minat adalah

sebagai berikut:

1. Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa

adanya pengaruh dari luar.

2. Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan

adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.

21

3. Minat Nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa secara

paksa atau dihapuskan.

Krapp, et. al (dalam Tri setia, 2003: 18) mengkategorikan minat menjadi 3 yaitu:

1. Minat Personal, yaitu minat yang permanen dan stabil yang mengarah pada

minat khusus mata pelajaran tertentu. Yaitu suatu bentuk rasa senang

ataupun tidak senang, tertarik tidak tertarik terhadap mata pelajaran

tertentu.

2. Minat Situasional, yaitu minat yang tidak permanen dan relatif berganti-

ganti, tergantung rangsangan eksternal. Misalnya cara mengajar guru,

suasana kelas, dorongan keluarga. Jika berkelanjutan secara jangka

panjang, minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau minat

psikologis siswa, tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada.

3. Minat psikologikal, minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi

antara minat personal dengan minat situasional yang terus menerus dan

berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang

suatu mata pelajaran, dan dia memilki peluang untuk mendalaminya dalam

aktivitas yang terstruktur dikelas atau pribadi (di luar kelas) serta

mempunyai penilaian yang tinggi atas mata poelajaran tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa siswa memliki minat psikologikal.

22

Menurut Super dan Krites (dalam Ari, 2008 : 25) mengklasifikasikan minat menjadi 4 jenis

a. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau aktivitas

b. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu

c. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan

d. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan

2.2.3 Indikator Minat

Indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang

dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif

yang dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. Ada

beberapa hal yang menjadi indikator minat yaitu:

Menurut SP. Sukartini (dalam Suhendra 2005: 12) analisa minat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu 2. Objek-objek atau kegiatan yang disenangi 3. Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi 4. Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu.

Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan Slameto dan Djamarah (2002:

157) bahwa :

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap suatu objek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut.

23

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat atau pemusatan perhatian terhadap suatu objek dalam hal ini mata

pelajaran akuntansi kelas XI sangat penting. Baik yang berasal dari dalam diri siswa

(faktor intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, menurut Strong dan Bahtiar

(dalam Ihya afiyah :24) minat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Jenis kelamin Dapat dilihat dari kenyataan bahwa anak laki-laki cenderung lebih

menyukai kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik sedangkan perempuan lebih menyukai kegiatan yang bersifat halus

2. Perkembangan fisik Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik, kesehatan, dan

mental 3. Kecerdasan Anak yang cerdas memiliki perkembangan minat yang cepat, sedangkan

anak yang lambat perkembangan minatnya cenderung lambat pula 4. Lingkungan Anak yang hidupnya di daerah pedesaan berbeda minatnya dengan anak

yang hidupnya di daerah perkotaan.

Sedangkan menurut Lewis R. Aiken (Ating Soetisna :1991:27) menjelaskan

bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang, diantaranya:

1. Pengalaman secara kebetulan 2. Reflections or expression of deep-seated individual need and personality

traits (cerminan dari kenyataan dari kebutuhan individu dan ciri pribadi yang mengakar secara mendalam)

3. Lingkungan 4. Sexes (Jenis kelamin) 5. Parental behaviour (perilaku yang diinginkan orang tua)

24

Slameto (2003:5) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

minat belajar siswa yaitu:

1. Faktor Intern

a. Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh

b. Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, bakat, kematangan, dan

kesiapan

2. Faktor ekstern

a. Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

tua, latar belakang kebudayaan

b. Faktor sekolah, seperti metode mngajar guru, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

penilaian di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar dan tugas

rumah.

2.2.5 Cara Menumbuhkan Minat Belajar

Minat belajar merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang prestasi

belajar. Sejalan denga pendapat Liang Gie (2002: 28) pentingnya minat dalam

kaitannya dengan studi adalah sebagai berikut:

1. Minat dapat melahirkan perhatian yang lebih terhadap sesuatu 2. Minat dapat memudahkan siswa yang berkonsentrasi dalam belajar 3. Minat dapat mencegah adanya gangguan perhatian dari luar 4. Minat dapat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan 5. Minat dapat memperkecil timbulnya rasa bosan dalam proses belajar

25

Dengan demikian, minat belajar mempunyai peranan yang penting dalam

mempermudah dan memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, serta

dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar. Oleh karena itu William Amstrong

(Liang Gie, 2002:132) mengemukakan ada 10 cara untuk memperoleh minat

belajar, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa hendaknya berusaha menetapkan keinginman dan tujuan belajarnya 2. Menetapkan suatu alasan dan tujuan setiap akan melakukan pekerjaan dengan

demikian membersihkan dari unsur pekerjaan yang membosankan 3. Siswa hendaknya membangun sikap yang positif dengan mencari minat-minat

yang baik ketimbang alasan menghindar yang buruk 4. Siswa hendaknya berusaha menetapkan tujuan hidup, sehingga dapat menjadi

motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar 5. Berusaha sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan guru mengenal dan

pengabdian diri pada mata pelajaran yang bersangkutan 6. Siswa hendaknya berusaha sunguh-sungguh, menerapkan keaslian dan

kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukan dalam hal kegemarannya

7. Berlaku jujur pada diri sendiri, minat sisswa akan meningkat sesuai dengan banyaknya studi yang sepenuh hati dilakukan

8. Praktekan kewajiban dari minat dalam ruang belajar, yaitu tampak berbuat seakan-akan sungguh berminat, ini bisa menjadi latihan hingga perlahan-lahan akan terbiasa

9. Siswa hendaknya menggunakan nalurinya untuk mengumpulkan keterangan. Hal ini dapat menolong perkembangan minat serta konsentrasi.

10 Hindari rasa takut untuk menggunakan rasa ingin tahu, peradaban, dan pendidikan, merupakan hasil kerja dari orang-orang berani memberikan kekuasaan memerintah kepada rasa ingin tahu mereka

2.2.6 Hubungan Minat dengan Prestasi Belajar

Minat pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

belajar. Minat akan menimbulkan kesenangan dalam belajar sehingga mendongkrak

prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli diantaranya:

26

1. Slameto (2003:57) menyatakan bahwa “Minat besar pengaruhnya terhadap

belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan

minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,...”

2. Oemar Hamalik (1990:118) berpendapat bahwa “Kurangnya minat

menyebabkan kurangnya perhatian dalam usaha belajar, sehingga

menghambat studinya”

3. Moh. Uzer Usman (2004:27) mengungkapkan bahwa “Minat ini besar sekali

pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan

melakukan sesuatu”

4. Muhibbin Syah (2002:136) menyatakan “…minat seperti yang dipahami dan

dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil

belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.”

5. Syaiful Djamarah (2009: 167) menyatakan “Minat besar pengaruhnya

terhadap prestasi belajar.”

2.3 Kebiasaan Belajar

2.3.1 Pengertian Kebiasaan Belajar

Menurut Moh. Surya (1985: 28) “Kebiasaan itu merupakan suatu cara

individu bertindak yang sifatnya otomatis untuk masa tertentu.” Kebiasaan dapat

diartikan sebagai cara-cara atau teknik yang menetap yang dilakukan seseorang.

Menurut Burghardt (dalam Muhibbin Syah, 2009:121) “Kebiasaan itu timbul karena

proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulus yang

27

berulang-ulang.” Oleh karena adanya proses pengurangan maka muncul suatu pola

bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.

Berdasarkan pengertian di atas kemudian dihubungkan dengan belajar, maka

dapat diartikan kebiasaan belajar yaitu perilaku seseorang yang relatif menetap dan

dilakukan secara berulang-ulang yang sifatnya otomatis, sehingga merupakan

perilaku terpadu.

2.3.2 Pembentukan Kebiasaan Belajar

Pembentukan kebiasaan belajar seseorang dipengaruhi oleh lingkungan

dimana ia berada seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar.

Siswa yang dibesarkan di keluarga yang memiliki kebiasaan belajar yang baik

cenderung akan memiliki kebiasaan belajar yang baik pula. Begitupun lingkungan

sekolah yang kondusif akan berpengaruh kepada kebiasaan belajar siswa.

Kebiasaan belajar itu tidak terbentuk secara tepat atau langsung jadi tetapi

menempuh suatu proses yang panjang. Sebagaimana dinyatakan oleh Johansyah

(1995:28) sebagai berikut “Kebiasaan belajar tidak tumbuh dengan sekejap, tetapi

memerlukan tahapan-tahapan dan melewati proses panjang dalam

pembentukannya”.

Mengenai kebiasaan belajar ini, Glimer (Dimyati dan Mudjono, 1992:12)

menyebutkan bahwa “Habit a well learned response carried out automatically”.

Jadi kebiasaan memiliki kekuatan untuk mendominasi tingkah laku seseorang, dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

28

1. Kebiasaan adalah hasil belajar untuk menunjukkan pola perilaku tertentu

2. Kebiasaan selalu menunjukan suatu perilaku

3. Kebiasaan memiliki sifat atau corak seperti : konsisten, otomatis, pasti,

mudah, terintegrasi dengan pribadi individu

Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara ajeg

dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di Sekolah. Kebiasaan belajar

bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan, tetapi merupakan

perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama beberapa waktu.

Karena diulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga

akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai

tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses belajar. Kebiasaan belajar dapat

dibentuk melalui beberapa cara, diantaranya :

1. Menyusun waktu belajar

Menyusun rencana kegiatan belajar sangat penting, hal ini dilakukan

untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dengan dibuat dan disusunnya

rencana kegiatan belajar tersebut, maka belajar akan lebih teratur dan

sistematis. Siswa sudah tentu mempersiapkan diri menggerakan seluruh daya

dan upayanya untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan Suryabrata

(1989:54-56).

Menurut Oemar Hamalik (2005:157) mengemukakan pendapatnya

bahwa rencana belajar yang baik sangat bermanfaat dan menjadi suatu

keharusan bagi siswa, karena manfaatnya antara lain:

29

a. Menjadi pedoman dan penuntun dalam belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih teratur dan sistematis.

b. Menjadi pendorong dalam belajar, rencana tersebut akan mendorong siswa untuk belajar.

c. Menjadi alat bantu dalam belajar, rencana kegiatan tersebut digunakan oleh siswa untuk mencapai keterampilan, bahan-bahan dan melakukan studi yang lebih luas. Belajar tanpa rencana merupakan suatu kekurangan.

d. Rencana belajar yang lebih baik akan membantu siswa untuk mengontrol, menilai, memeriksa sampai dimana tujuan belajarnya dapat tercapai. Dengan demikian dapat dilihat segi-segi kekurangan dan kelemahan dirinya sendiri.

2. Mengatur waktu belajar

Kebiasaan belajar jika dikaitkan dengan waktu berarti kebiasaan

belajar seseorang dalam menggunakan waktu belajar dengan sebaik-baiknya.

Salah satu masalah yang dihadapi siswa adalah kekurangan dalam mengatur

waktu belajar. Hal ini terjadi karena sebagian besar siswa belum dapat

memanfaatkan dan belum dapat mendisiplinkan diri dalam pemanfaatan

waktunya.

Untuk menghindari hal tersebut, maka individu tersebut harus

membuat jadwal atau pengaturan waktu untuk berbagai macam kegiatan baik

itu untuk belajar, istirahat ataupun kegiatan lainnya, sehingga sejumlah

kegiatan yang dihadapinya tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan

disiplin.

Setiap pekerjaan apapun jenisnya, akan berhasil dengan baik jika

dikerjakan dengan rapi, teratur, dan disiplin akan waktu. Apalagi dalam

30

belajar, jika hal tersebut dapat dilaksanakan niscaya tujuan yang diharapkan

atau prestasi yang dicapainya akan terwujud dengan hasil yang memuaskan.

Menurut Slameto (2002: 82-83) agar berhasil dalam belajar, jadwal

yang telah dibuat haruslah dilaksanakan secara teratur, disiplin, efisien. Oleh

karena itu diperlukan cara membuat jadwal yang baik yaitu :

a. Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan tidur, makan, mandi, belajar, olahraga, dan lain-lain.

b. Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari. c. Merencanakan penggunaan waktu belajar itu dengan cara menetapkan

jenis-jenis mata pelajaran dan urutannya yang harus dipelajari. d. Menyelidiki waktu-waktu yang dapat dipergunakan untuk belajar

dengan hasil terbaik. e. Berhematlah dengan waktu.

Slameto (2003:82-83) juga mengemukakan bahwa cara lain untuk

membuat jadwal adalah sebagai berikut:

a. Tidur : ± 8 jam b. Makan, mandi, olahraga : ± 3 jam c. Urusan pribadi dan lain-lain : ± 2 jam d. Sisanya untuk belajar : ± 11 jam

3. Teknik Belajar Teknik yang paling baik tergantung pada masing-masing siswa karena

hal ini sifatnya memang individual. Namun di samping perbedaan individual

tersebut terdapat hal-hal yang bersifat umum yang berlaku pada siswa.

Menurut Suryabrata ( 1989 : 56 ) hal -hal yang bersifat umum adalah :

a. Cara mengikuti pelajaran

Cara yang baik dalam mengikuti pelajaran memegang peranan

penting dalam keberhasilan studi siswa. Untuk itu siswa harus

31

mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah

pelajaran.

Menurut Hamalik ( 1990 : 37 – 39 ) petunjuk-petunjuk yang

harus diikuti oleh siswa sebelum, selama dan sesudah pelajaran adalah

sebagai berikut :

(1) sehari sebelum pelajaran lihatlah kembali rencana belajar tersebut

(2) mempelajari buku atau sumber lain tentang materi pelajaran yang akan diajarkan esok harinya

(3) memberikan perhatian yang memusat terhadap pelajaran yang sedang berlangsung

(4) ikut aktif selama pelajaran berlangsung, misalnya berusaha menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan tentang hal hal yang dianggap masih kurang jelas

(5) mencatat materi pelajaran secara garis besar dan tidak perlu mencatat seluruh materi pelajaran kata demi kata karena akan menganggu konsentrasi untuk memperoleh pemahaman

(6) mencatat persoalan-persoalan yang mungkin timbul dan hal hal yang belum dipahami untuk dipelajari di rumah dari buku bacaan

(7) bila pelajaran telah berakhir dan guru memberikan tugas-tugas pekerjaan rumah maka catatlah dan teliti apakah sudah memahami maksud dan isi tugas itu atau belum. Bila belum memahami maksud dan isi tugas maka tanyakan kepada guru yang bersangkutan.

(8) belajar di luar waktu pelajaran sekolah, kegiatan ini tergantung kepada masing-masing siswa . Jika siswa mau melaksanakan maka kegiatan akan berlangsung. Karena itu disiplin diri sangat menentukan untuk melaksanakan kegiatan belajar di luar jam sekolah.

b. Konsentrasi

siswa yang sedang menuntut ilmu harus konsentrasi dalam

belajarnya, karena tanpa konsentrasi tidak mungkin berhasil

32

menguasai pelajaran. Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran

terhadap suatu mata pelajaran dan bukan hal hal lain yang tidak

berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang tinggi akan

membuahkan hasil belajar yang diinginkan (Tahelele, 1978:20 )

Dalam kenyataanya ada siswa yang memiliki kemampuan

konsentrasi yang besar dan untuk waktu yang lama, sebaliknya ada

siswa yang sukar memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran

tertentu. Siswa yang cerdas pada umumnya mempunyai kemampuan

konsentrasi yang besar dibandingkan dengan siswa yang kurang

cerdas, tetapi kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang diperolah

sejak lahir. Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat

dilatih, jadi bukan suatu bakat yang diwarisi dari leluhur.

Selain itu konsentrasi sesorang juga dipengaruhi oleh kondisi

kesehatan. Siswa yang mengalami gangguan kesehatan akan sulit

berkonsentrasi dalam mempelajari materi pelajaran.Oleh sebab itu

siswa yang sakit harus segera berobat, demikian juga siswa yang

mengalami kelelahan harus segera beristirahat.

c. Disiplin Belajar

Disiplin belajar akan membuat siswa memiliki kecakapan

mengenai cara belajar dan juga merupakan proses ke arah

pembentukan watak yang baik. Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa

dengan latihan yang teratur dan sungguh-sungguh. Kalau cara belajar

33

yang baik telah menjadi kebiasaan maka tidak ada lagi anjuran-anjuran

dari guru yang harus selalu diperhatikan sewaktu belajar ( The Liang

Gie, 1980 : 15 )

Dengan memiliki disiplin belajar yang baik, nanti akan

memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar kita.

Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan

sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil

Keteraturan belajar sangat menentukan pencapaian keberhasilan.

Memang setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri sendiri,

ada yang biasa belajar pada malam hari dan ada yang biasa belajar

pada pagi hari atau siang hari.

Kebiasaan belajar bersifat individual dimana yang satu dengan yang lain

berbeda. Oleh karena itu guru hendaknya dapat memupuk kebiasaan belajar yang

teratur dan terarah kepada siswa siswanya. Penggunan dan pembagian waktu

untuk belajar harus diperhatikan dalam rangka menuju keberhasilan dalam belajar.

Apabila rencana pembagian dan penggunaan waktu belajar dilaksanakan dengan

baik setiap hari, maka akan menjadi suatu kebiasaan belajar, akhirnya akan

memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar. Ilmu yang sedang

dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian ujian dapat

dilalui dengan berhasil.

34

2.3.3 Peranan Kebiasaan Belajar

Menurut Sumadi (2007:54) peranan kebiasaan belajar dalam belajar antara

lain adalah:

a. Kebiasaan dapat menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran. Hal ini karena suatu kebiasaan mempunyai sifat spontan yang tidak memerlukan banyak kesengajaan.

b. Meningkatkan efisiensi manusia. Dengan kebiasaan belajar yang baik maka sebagian energi yang diperlukan untuk belajar dapat dipergunakan untuk aktivitas yang lain.

c. Membuat seseorang lebih cermat. Contohnya seorang pelajar yang terbiasa membuka kamus akan semakin cermat dalam mencari kata-kata karena sudah terbiasa.

d. Hasil belajar akan lebih maksimal. Dengan kecermatan yang tinggi dan usaha belajar yang teratur dan ringan akan meningkatkan hasil belajar.

e. Menjadikan seseorang menjadi lebih konsisten dalam kegiatannya sehari-hari

2.3.4 Indikator Kebiasaan Belajar

Menurut Raka Joni (1992:20) yang menjadi indikator kebiasaan belajar

adalah:

1. Pembuatan jadwal belajar 2. Membaca dan membuat catatan 3. Mengulang materi yang diajarkan 4. Konsentrasi 5. Pemahaman materi 6. Belajar kelompok 7. Mengerjakan tugas yang diberikan 8. Persiapan mengikuti tes

2.4 Hubungan Motivasi Belajar dengan Minat Belajar

Motivasi sangat erat kaitannya dengan minat, seperti yang dikemukakan oleh

Sardiman (2004:76) “ Persoalan motivasi dapat juga dikaitkan dengan persoalan

minat.” Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat

35

ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan

atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu

akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai hubungan

dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan

kecenderungan

jiwa seseorang kepada sesuatu yang biasanya disertai dengan rasa senang. Jadi

jelas bahwa soal minat akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan.

Selanjutnya Prayitno (dalam Sardiman, 1988:101) mengatakan bahwa fungsi

dari motivasi dalam Proses Belajar Mengajar adalah :

1. Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya belajar. 2. Menguatkan semangat belajar siswa. 3. Menimbulkan atau menggugah minat siswa agar mau belajar. 4. Mengikat perhatian siswa agar mau dan menemukan serta memilih jalan/

tingkah laku yang sesuai untuk mencapai tujuan belajar maupun tujuan hidup jangka panjang.

5. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.

Menurut Anderson, C.R dan Faust, G.W (dalam Wiwin Winengsih,2008:29)

bahwa “Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik

tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan

ketekunan. Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi menampakan minat

yang besar dan perhatian yang penuh terhadap kegiatan belajar. Mereka memusatkan

sebanyak mungkin energi fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar tanpa perasaan

bosan apalagi menyerah.”

36

2.5 Hubungan Minat Belajar dengan Kebiasaan belajar

Minat belajar erat kaitannya dengan kebiasaan belajar siswa itu sendiri. Hal ini

sejalan dengan pendapat para ahli yaitu:

a. Menurut Kartini Kartono (1985:142) “Menumbuhkan minat belajar salah

satunya dengan cara membuat kebiasaan belajar dengan baik.”

b. Menurut Thabrani (1994:49) yang mengemukakan bahwa “Dalam proses

kebiasaan belajar seseorang, diperlukan salah satunya adalah persiapan mental

yang didalamnya terdapat keuletan dan minat terhadap pelajaran.”

c. Menurut Suryabrata (1993:249) : “Minat adalah kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar pada suatu obyek dan

menunjukkan minat individu pada obyek tersebut. Dengan demikian minat

akan melahirkan pemusatan perhatian yang lebih intensif yang dapat

menimbulkan kebiasaan sehingga dapat dicapai intensitas dan hasil belajar

yang baik.”

d. Menurut Kholifah (2003: 11) “Yang perlu diingat, untuk membentuk

kebiasaan belajar yang baik tergantung pada minat dan bakat peserta didik.

Minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap tercapainya prestasi

belajar atau cita-cita yang diharapkan. Belajar dengan minat akan lebih baik

daripada belajar tanpa minat.”

37

2.6 Prestasi Belajar

2.6.1 Pengertian Prestasi Belajar

Setiap kegiatan belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu

perubahan pada dirinya. Perubahan tersebut meliputi kawasan kognitif, afektif, dan

psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan perbedaan

tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Salah satu indikator terjadinya

perubahan sebagai hasil belajar di sekolah adalah proses belajar yang dapat dilihat

melalui angka-angka di dalam raport atau daftar nilai yang diperoleh siswa pada

akhir semester.

Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.

Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467)

didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998: 4)

menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses

yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil

dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya

tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya

perubahan sementara karena sesuatu hal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud

dengan prestasi belajar adalah “Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka

nilai yang diberikan oleh guru.”

38

Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar ini dikemukakan oleh

Moch. Surya (2004:75) yaitu “Prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan

tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah

melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya.” Pendapat lain tentang definisi prestasi belajar seperti yang

dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2008:141) adalah “Prestasi belajar merupakan

hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara

keseluruhan yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat

pengalaman dan proses belajar siswa ”

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat

memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.

Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat

keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi

tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah

laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau

skor.

2.6.2 Indikator Prestasi Belajar

Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai

setelah seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35) “ Hasil belajar atau

bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau

39

tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui

(knowing); 2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing);

dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being).”

Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu

Muhammad Ibnu Abdullah (2008:48), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam

tiga ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective

domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).

Bertolak dari kedua pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada

pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa

ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui

prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada

pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran yang

diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya bisa

saja dilakukan pengukuran untuk ketiga aspek tersebut, namun ia membutuhkan

waktu yang tidak sedikit, khususnya pada aspek being, di mana proses pengukuran

aspek ini harus dilakukan melalui pengamatan yang berkelanjutan sehingga diperoleh

informasi yang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-benar melaksanakan apa

yang ia ketahui dalam kesehariannya secara rutin dan konsekuen.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi

belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive

domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor

domain).

40

Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut

di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa

seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah

tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa “Kunci

pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang

terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya

prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau

diukur.”

Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator

prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat

evaluasi. Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan

dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-

indikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih

tepat, reliabel, dan valid.

Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis

belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang

berisi jenis dan indikator prestasi belajar (Muhibbin Syah, 2008: 151).

41

Tabel 2.1 Jenis dan Indikator Prestasi Belajar

No Jenis Prestasi Belajar Indikator Prestasi Belajar

1 Ranah Cipta (Kognitif) a. Pengamatan b. Ingatan c. Pemahaman d. Penerapan e. Analisis (pemeriksaan dan

pemilahan secara teliti) f. Sintesis (membuat panduan

baru dan utuh)

a. Dapat menunjukkan b. Dapat membandingkan c. Dapat menghubungkan d. Dapat menyebutkan e. Dapat menunjukkan kembali f. Dapat menjelaskan g. Dapat mendefinisikan dengan lisan

sendiri h. Dapat memberikan contoh i. Dapat menggunakan secara tepat j. Dapat menguraikan k. Dapat

mengklasifikasikan/memilah-milah l. Dapat menghubungkan m. Dapat menyimpulkan n. Dapat menggeneralisasikan

(membuat prinsip umum) 2 Ranah Rasa (Afektif)

a. Penerimaan b. Sambutan c. Apresiasi (sikap menghargai) d. Internalisasi (pendalaman) e. Karaktirasasi

a. Mengingkari b. Melembagakan atau meniadakan

Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari)

3 Ranah Karsa (Psikomotor)) a. Keterampilan bergerak dan

bertindak b. Kecakapan ekspresi verbal

dan nonverbal

a. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya

b. Mengucapkan Membuat mimik dan gerakan jasmani

42

2.6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita

yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar.

Namun demikian pada beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin

kesuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat.

IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar

seseorang. Ada faktor-faktor lain yang turut andil mempengaruhi perkembangan

prestasi belajar. Sehubungan dengan hal tersebut Sobry (2009:31) mendeskripsikan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan mengklasifikasikannya

menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor intern,

yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat

mempengaruhi prestasi belajarnya. Di antara faktor-faktor intern yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah antara lain: 1)

kecerdasan/intelegensi; 2) bakat; 3) minat; 4) motivasi; 5) kebiasaan belajar.

Adapun faktor-faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang

termasuk faktor-faktor ini adalah antara lain: 1) keadaan lingkungan keluarga; 2)

keadaan lingkungan sekolah; dan 3) keadaan lingkungan masyarakat (Sobry,

2009:31).

Dari pendapat tersebut masih banyak faktor-faktor lain yang belum terdapat

di dalamnya. Oleh karenanya, untuk melengkapi pendapat tersebut, penulis sajikan

pandangan Muhibbin Syah (2009:144 ) mengenai hal tersebut. Menurut beliau,

43

faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah,

secara garis besar dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu :

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-faktor internal antara lain adalah:

• Faktor fisiologis, keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.

• Faktor psikologis, yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain: � Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Quotient (IQ)

seseorang, � Sikap siswa (sikap dan perhatian yang terarah dengan baik akan

menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap), � Minat, Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu. � Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. � Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yag akan datang. � Kebiasaan belajar seseorang

b. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik. Adapun yang termasuk faktor-faktor ini antara lain yaitu : • Faktor sosial, yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

dan lingkungan masyarakat • Faktor non sosial, yang meliputi

� keadaan dan letak gedung sekolah � keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga � alat-alat dan sumber belajar � keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

• Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan

belajar peserta didik di sekolah.

44

Dan untuk lebih memudahkan dalam memahami hubungan antara proses

dan prestasi belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, berikut ini

skema hubungan tersebut:

Gambar 2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar

Faktor internal 1. Kondisi psikologis

• Intelegensi • Motivasi • Minat • Bakat • Kebiasaan belajar

2. Kondisi fisiologis • Sehat • tidak sehat

PROSES DAN

PRESTASI

BELAJAR

faktor eksternal

1. Kondisi lingkungan sosial • Lingkungan keluarga • Lingkungan sekolah • Lingkungan masyarakat

2. Kondisi lingkungan non social • Rumah/tempat tinggal • Gedung sekolah • Alat/sumber belajar • Cuaca • Waktu belajar

faktor pendekatan belajar

1. Strategi belajar 2. Metode belajar

45

2.7 Karakteristik Pembelajaran Akuntansi

2.7.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi merupakan kumpulan konsep dan teknik yang digunakan untuk

mengukur dan melaporkan informasi keuangan dalam suatu unit usaha ekonomi.

Informasi akuntansi sangat potensial untuk dilaporkan kepada pihak-pihak yang

membutuhkan, seperti: manajer perusahaan, pemilik, kreditur, pemerintah, analisis

keuangan dan karyawan. Manajer perusahaan membutuhkan informasi akuntansi

untuk pengambilan keputusan manajerial dan bisnis, Investor tentunya dalam

ekspektasi dan harapan terhadap hasil investasinya dalam bentuk hasil usaha dan

keuntungan (deviden), kreditur berkepentingan terhadap kemampuan bayar

terhadap kewajiban perusahaan dalam menyelesaikan pinjamannya, pemerintah

memerlukan informasi terhadap pajak dan regulasi (peraturan), analis keuangan

menggunakan akuntansi untuk dasar menyatakan opini (pendapat) terhadap

investasi yang akan direkomendasikan, aryawan berharap ingin bekerja di

perusahaan yang mampu untuk mendukung pengembangan karir dan penghasilan

yang lebih baik.

Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountans) pada

tahun 1941, mendefinisikan akuntansi sebagai “seni mencatat, menggolongkan dan

meringkas transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara tertentu dan

dalam bentuk satuan uang, serta menafsirkan hasil-hasilnya.”

46

Dari definisi ini ada 3 aspek penting yaitu :

1. Akuntansi adalah suatu proses, yaitu proses pencatatan, penggolongan

dan peringkasan transaksi.

2. Akuntansi memproses transaksi keuangan dengan cara yang

mempunyai pola tertentu (bukan sembarang atau acak-acakan) dan

mengunakan satuan uang sebagai alat ukur.

3. Akuntansi tidak sekadar proses pencatatan, penggolongan dan

peringkasan belaka, melainkan meliputi juga penafsiran terhadap hasil

dari proses-proses tersebut.

Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu

kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang

dihasilkan oleh akuntan berguna bagi pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri

maupun pihak-pihak di luar perusahaan.

2.7.2 Proses Akuntansi

Untuk menghasilkan informasi keuangan, perusahaan perlu menciptakan suatu

metode pencatatan, penggolongan, analisa, dan pengendalian transaksi serta kegiatan-

kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan Akuntansi menurut

Rahmat Moeslihat (2005:3) meliputi:

1. Pengidentifikasian Dalam proses identifikasi ini termasuk di dalamnya penyeleksian sebagai aktivitas ekonomi (disebut transaksi) yang dinyatakan oleh berbagai bukti transaksi yang relevan dengan kegiatan tersebut. Hal ini merupakan hal yang

47

sangat penting karena dalam ilmu akuntansi pencatatan akan dilakukan jika transaksi tersebut memiliki bukti transaksi

2. Pencatatan Proses pencatatan dalam ilmu akuntansi dimaksudkan untuk mencatat secara sistematik berbagai transaksi keuangan

3. Penggolongan Penggolongan atau pengklasifikasian dalam proses akuntansi adalah suatu kegiatan mengelompokkan berbagai perkiraan yang muncul pada setiap transaksi dengan maksud untuk mempermudah pengerjaan akuntansi dalam memasuki tahap pengerjaan selanjutnya

4. Pengikhtisaran Pengikhtisaran dalam proses akuntansi adalah suatu kegiatan penyusunan ringkasan saldo-saldo perkiraan buku besar ke dalam neraca saldo yang diikuti dengan penyusunan jurnal penyesuaian dan penyusunan jurnal penutup dan jika dianggap perlu maka dibuat jurnal pembalik.

5. Pelaporan Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses akuntansi. Pada tahap ini dihasilkan laporan keuangan berupa laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, laporan arus kas, dan tambahan informasi lainnya yang menyangkut perubahan dalam posisi keuangan perusahaan.

6. Pengkomunikasian Tahap ini dimaksudkan bahwa hasil akhir dari proses akuntansi merupakan salah satu alat untuk mengkomunikasikan antar bagian dalam suatu perusahaan dan sekaligus memberikan gambaran kinerja perusahaan yang tercermin dalam bentuk laporan keuangan, sehingga hasilnya dapat diketahui dan dilihat oleh mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut.

48

Sedangkan siklus akuntansi menurut Rahmat Moeslihat (2005:57) seperti di

bawah ini:

Gambar 2.2

Siklus Akuntansi

2.7.3 Cakupan Materi Akuntansi

Menurut Soemarsono (1999: 22) cakupan materi akuntansi terdiri dari:

a. Pemahaman Konsep

Materi akuntansi membahas mengenai konsep-konsep akuntansi mulai dari

persamaan dasar akuntansi sampai tahap laporan keuangan. Pada

pemahaman konsep ini siswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep

Bukti transaksi

Tahap pencatatan dan penggolongan

Tahap Pengikhitsaran

Tahap pelaporan

• Faktur • Kwitansi • Nota kredit • Bukti kas masuk • Bukti kas keluar

Buku besar

Kertas kerja

Data penyesuaian Neraca saldo

Jurnal • Harian • Penyesuaian • Penutup • pembalik

NS penutupan

Laporan keuangan • Laporan laba rugi • Laporan

perubahan modal • Neraca • Laporan arus kas

49

akuntansi secara keseluruhan sehingga siswa belajar akuntansi hanya

mencakup ranah kognitif dan afektif.

b. Vokasional

Sedangkan kecakapan vokasional mencakup bagaimana menyajikan dan

membuat siklus akuntansi

Pada pemahaman konsep-konsep akuntansi siswa diharapkan mampu

memahami konsep-konsep tersebut secara keseluruhan karena kegiatan-kegiatan-

kegiatan akuntansi merupakan suatu proses yang sistematik dan berulang. Sehingga

siswa harus mampu menyajikan dan membuat siklus akuntansi dengan teliti dan

benar.

2.7.4 Pembelajaran Akuntansi

Materi pembelajaran akuntansi di SMA merupakan materi jenis konsep yaitu

segala sesuatu yang berwujud pengertian-pengertian baru yang timbul sebagai hasil

pemikiran meliputi definisi, pengertian, cirri khusus, isi, dan sebagainya.

Langkah-langkah mengerjakan dan materi jenis konsep yaitu sebagai berikut:

1. Sajikan konsep, guru harus menyajikan konsep tentang materi yang diajarkan,

mulai dari pengertian sampai kepada contoh sehingga siswa paham tentang materi

tersebut

2. Demonstrasi, agar siswa lebih paham tentang materi yang diajarkan, maka perlu

dilakukan demonstrasi atau langsung kepada mempraktekan langkah-langkah

pengerjaan soal.

50

3. Latihan, siswa diberikan latihan untuk mengevaluasi sejauh mana mereka paham

akan materi tersebut

4. Berikan umpan balik, fungsinya untuk mengevaluasi hasil latihan siswa sehingga

dapat ditentukan langkah selanjutnya yang harus ditempuh guru.

2.7.5 Evaluasi Pembelajaran

Akuntansi merupakan pelajaran yang bersifat tuntas yaitu setiap materi yang

diberikan akan saling berkaitan dengan materi berikutnya. Evaluasi

pembelajaran akuntansi di SMA berupa:

1. Essay, menekankan siswa dalam pengerjaan dari segi prosesnya.

Melalui essay dapat diketahui sejauh mana tingkat

kemampuan/keterampilan siswa, berbeda jika dibandingkan dengan

pilihan ganda hanya melalui hasil akhirnya. Dalam essay diperhatikan

penskoran soal sesuai bobot soalnya

2. Portofolio, yaitu suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi

secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh, tentang proses dan

hasil perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

siswa yang bersumber dari catatan dokumentasi.

51

2.8 Kerangka Pemikiran

Pendidikan saat ini dinilai sebagai asset untuk menentukan masa depan

bangsa. Tanpa pendidikan mustahil suatu bangsa bisa mencapai kemajuan dan

bisa bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan merupakan salah satu instrumen

yang penting untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM. Karena

dalam pendidikan di dalamnya terdapat interaksi antara guru dan murid yang bisa

menghasilkan output yang bisa membangun suatu bangsa.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit menuju

peningkatan kualitas. Kemajuan pengetahuan yang kompleks ini memacu guru

untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Proses belajar dapat dimaknai

dengan suatu kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku,

sedangkan perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar. Hasil belajar dalam

dunia pendidikan umumnya ditunjukkan dengan prestasi belajar. Dapat dikatakan

bahwa keberhasilan suatu pendidikan dapat diukur melalui prestasi belajar.

Prestasi belajar disini tidak hanya dilihat apakah siswa sudah tuntas atau belum

akan tetapi apakah siswa mengalami perubahan setelah mengalami proses

pembelajaran.

Sebagaimana yang diutarakan oleh Muhibbin Syah (2008: 25) “Prestasi

belajar merupakan hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses

belajar secara keseluruhan yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah

sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.”

52

Prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut

Muhibin Syah (2009:144) prestasi belajar dipengaruhi oleh :

1. Faktor internal yaitu : • Faktor jasmaniah • Faktor psikologis • Faktor kelelahan

2. Faktor eksternal, yaitu : • Kondisi lingkungan di sekitar siswa

3. Faktor pendekatan belajar • Strategi belajar • Metode belajar

Faktor internal berupa motivasi, minat, kebiasaan belajar siswa, bakat,

maupun kecerdasan siswa itu sendiri. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan

sekolah, masyarakat, maupun lingkungan rumah. Sedangkan faktor pendekatan

belajar dapat berupa strategi dan metode mengajar guru.

Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar juga

dikemukakan oleh Hamalik (2001:112) sebagai berikut :

1. Faktor yang bersumber dari diri sendiri 2. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah 3. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga 4. Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal siswa. Baik buruknya prestasi yang

akan dicapai oleh seorang siswa merupakan hasil dari proses belajar mengajar di

sekolah. Dalam penelitian ini penulis membatasi faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil prestasi belajar yaitu faktor internal siswa yang terdiri dari

motivasi, minat serta kebiaaan belajar siswa.

53

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar

Hamalik, 2001:158). Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai

tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan

dalam belajar (M. Dalyono,1997:235).

Dalam kenyataannya motif setiap orang dalam belajar dapat berbeda satu

sama lain. Ada siswa yang rajin belajar karena ingin menambah ilmu

pengetahuan, ada pula siswa yang belajar karena takut dimarahi oleh orang tua.

Adanya perbedaan motivasi tersebut dipengaruhi oleh motivasi intrinsik yang

muncul dalam diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh sesuatu diluar dirinya dan

motivasi ekstrinsik yang muncul dalam diri seseorang karena adanya pengaruh

dari luar seperti guru, orang tua dan lingkungan sekitarnya.

Motivasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

belajar dan hasil belajar. Seseorang yang memiliki motivasi mempunyai

kecenderungan untuk mencurahkan segala kemampuannya untuk mendapatkan

hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Semakin tinggi

motivasi yang dimiliki siswa akan mendorong siswa belajar lebih giat lagi dan

frekuensi belajarnya menjadi semakin meningkat, sehingga hasil belajarnya pun

meningkat.

Motivasi memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa, yaitu

motivasi mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar.

Motivasi belajar memegang peranan sangat penting dalam memberi gairah,

54

semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai

motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan

belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang baik.

Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran berbagai upaya

dilakukan yaitu dengan meningkatkan motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa

akan berhasil kalau dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan

keinginan atau dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi

belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku siswa dalam

belajar. Dalam motivasi belajar juga terkandung adanya cita-cita atau aspirasi

siswa, ini diharapkan siswa mendapat motivasi belajar sehingga mengerti dengan

apa yang menjadi tujuan dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh

Chatarina Tri Ani (2006:157) “Motivasi bukan saja penting karena menjadi

faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar”.

Dalam proses belajar mengajar kita pasti menemukan peserta didik yang

malas berpartisipasi dan aktif berpartisipasi untuk mengikuti pelajaran, namun

demikian sejalan dikembangkannya iklim belajar mengajar di sekolah dapat

menumbuhkan rasa percaya diri terhadap siswa, seperti halnya perhatian, minat

dan kebiasaan belajar adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan

dan mengenal beberapa aktivitas. Minat mempunyai pengaruh besar terhadap

aktivitas belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 132) “Minat adalah

kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas”.

Sedangkan menurut Abdul Hadis (2006 : 44) “Minat dapat diartikan sebagai rasa

55

tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada suatu objek, baik objek berupa

benda hidup maupun benda yang tidak hidup”. Siswa yang berminat terhadap

suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada

daya tarik baginya. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu.

Dengan didasari oleh minat, seseorang akan dapat melakukan aktivitas

dengan penuh perhatian, dan memudahkan terciptanya konsentrasi sehingga

gangguan dapat dihindari. Dengan konsentrasi yang baik daya serap peserta didik

terhadap materi pelajaran akan baik pula. Daya serap yang baik akan

membuahkan prestasi peserta didik sesuai yang diharapkan yaitu tingkat prestasi

yang optimum.

Selain motivasi belajar dan minat belajar, kebiasaan belajar ikut

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kebiasaan belajar biasanya

dikaitkan dengan cara belajar dan salah satu cara belajar yang baik dilihat dari

jangka waktu belajar serta belajar membaca dengan baik. Kebiasaan belajar jelas

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Seorang siswa yang mempunyai jadwal

belajar yang teratur akan lebih bisa menguasai mata pelajaran dibandingkan

dengan siswa yang hanya belajar menjelang ujian. Dengan kebiasaan belajar

yang baik, yakni belajar terjadwal, mengerjakan tugas dengan benar, belajar

berkelompok, atau memperbanyak membaca, maka seorang siswa diharapkan

akan meningkat prestasi belajarnya.

56

Beberapa studi empiris mengenai kebiasaan belajar, baik studi

korelasional maupun studi komparasi telah menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara kebiasan belajar dan prestasi belajar. Dari beberapa studi

ditemukan bahwa terdapat hubungan korelasi yang positif antara kebiasaan

belajar dengan prestasi belajar, diantaranya dari hasil penelitian Mohammad

Surya (dalam Risnawati Nurmala 2002:96). Studi lain dengan menggunakan

teknik komparasi antara siswa berprestasi tinggi dengan siswa berprestasi rendah

ternyata bahwa siswa yang prestasi belajarnya tergolong tinggi atau lebih

memiliki kebiasaan belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

prestasi belajarnya rendah atau kurang.

Dari gambaran di atas, maka dapat dinyatakan bahwa baik secara rasional

maupun empiris kebiasaan belajar sebagai komponen kepribadian mempunyai

hubungan dan pengaruh terhadap prestasi belajar.

Dari ketiga variabel yang diteliti yaitu motivasi, minat, serta kebiasaan

belajar, keseluruhan variabel tersebut mempunyai pola hubungan yang sangat

erat. Motivasi berhubungan dengan minat. Seperti yang dikemukakan oleh

Anderson, C.R dan Faust, G.W (dalam Wiwin Winengsih,2008:29) bahwa

“Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah

laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan

ketekunan.seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi menampakan

minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap kegiatan belajar. Tidak

hanya itu motivasi juga berkaitan dengan kebiasaan belajar karena bila seseorang

57

sudah termotivasi, secara sadar dia akan membentuk suatu kebiasaan yang akan

mendukungnya mencapai tujuan.

Kebiasaan tidak timbul dengan sendirinya, jika seorang siswa memiliki

motivasi untuk mempelajari pelajaran akuntansi agar hasil belajarnya mencapai

nilai optimum, maka akan timbul minat pada pelajaran tersebut dan hasil

akhirnya terbentuklah kebiasaan belajar sehingga tujuan yang diharapkan bisa

tercapai

Dari ketiga faktor penunjang prestasi belajar di atas, maka maka dapat

dibuat suatu skema seperti di bawah ini

Gambar 2.3 Kerangka pemikiran

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Internal

eksternal

fisiologi

Kondisi lingkungan sosial

Minat

psikologis

Motivasi

Kondisi lingkungan non sosial

Kecerdasan

Kebiasaan belajar

Prestasi Belajar

58

Keterangan

= Faktor yang diteliti

= Faktor yang tidak diteliti

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat hubungan

variabelnya sebagai berikut:

Gambar 2.4

Hubungan Variabel

Keterangan :

X1 = Motivasi Belajar

X2 = Minat Belajar

X3 = Kebiasaan Belajar

Y = Prestasi Belajar Siswa

= Garis yang menunjukkan Pengaruh antara Variabel X dan Variabel Y

(X1)

(Y)

(X2)

(X3)

59

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus diuji

kebenarannya. Hipotesa yang dimaksud hendaknya menjadi landasan logis dan

memberi arah kepada proses pengumpulan data serta proses penyelidikan itu

sendiri. Arikunto (2004:64) mengungkapkan bahwa “Hipotesis merupakan suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul”. Bertitik tolak dari asumsi dan permasalahan yang

telah dikemukakan, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran akuntansi

2. Minat belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran akuntansi

3. Kebiasaan belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran akuntansi