BAB I widya

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uveitis termasuk dalam kelompok penyakit ocular inflammatory disease yang ditandai dengan proses peradangan pada uvea. Uvea merupakan bagian mata yang memiliki pigmen dan pembuluh darah serta terbagi menjadi iris, badan silier dan koroid. Klasifikasi uveitis yang digunakan secara luas adalah klasifikasi menurut Standardization of Uveitis Nomenclature (SUN) Working Group. Dalam klasifikasi ini uveitis dibagi menurut lokasi proses peradangan jaringan uvea, yaitu uveitis anterior, uveitis intermediet, uveitis posterior dan panuveitis. (Ardy,1993). Uveitis anterior merupakan peadangan yang paling sering ditemukan. Bila mengenai iris saja disebut dengan iritis dan bila terkena iris dan badan siliar disebut dengan iridosiklitis. Penyebab uveitis anterior dapat bersifat endogen maupun eksogen. Teori patologisnya 1

description

lkjk

Transcript of BAB I widya

Page 1: BAB I widya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Uveitis termasuk dalam kelompok penyakit ocular inflammatory disease yang

ditandai dengan proses peradangan pada uvea. Uvea merupakan bagian mata yang

memiliki pigmen dan pembuluh darah serta terbagi menjadi iris, badan silier dan

koroid. Klasifikasi uveitis yang digunakan secara luas adalah klasifikasi menurut

Standardization of Uveitis Nomenclature (SUN) Working Group. Dalam klasifikasi

ini uveitis dibagi menurut lokasi proses peradangan jaringan uvea, yaitu uveitis

anterior, uveitis intermediet, uveitis posterior dan panuveitis. (Ardy,1993).

Uveitis anterior merupakan peadangan yang paling sering ditemukan. Bila

mengenai iris saja disebut dengan iritis dan bila terkena iris dan badan siliar disebut

dengan iridosiklitis. Penyebab uveitis anterior dapat bersifat endogen maupun

eksogen. Teori patologisnya beragam, meliputi proses imunologik, komponen

genetik, penyakit infeksi mikroba, reaksi kompleks imun, reaksi toksik disebabkan

oleh tumbuhan dan obat-obatan, dan infeksi fokal, Selama dekade terakhir ini

ditemukan penyebab baru uveitis anterior dan akibat tindakan pembedahan dalam

bola mata (Ardy,1993).

Lebih dari 75% uveitis endogen tidak diketahui penyebabnya, namun 37%

kasus di antaranya ternyata merupakan reaksi imunologik yang berkaitan dengan

penyakit sistemik. Penyakit sistemik yang berhubungan dengan uveitis anterior

meliputi: spondilitis ankilosa, sindroma Reiter, artritis psoriatika, penyakit Crohn,

kolitis ulserativa, dan penyakit Whipple (Suhardjo dan Gunawan, 1993)

1

Page 2: BAB I widya

Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia

pertengahan. Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan

uveitis anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik

terkait. Di Amerika Serikat, uveitis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga

setelah Retinopati diabetik dan Degenerasi macular.

Uveitis umumnya unilateral,biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia

pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit,fotofobia,dan penglihatan yang kabur,mata

merah (merah sirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil kecil atau ireguler.

Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan

dimana kelainan itu terjadi,biasanya pasien datang mengeluh nyeri

ocular,Fotofobia,penglihatan kabur, dan mata merah.Pada pemeriksaan didapatkan

tajam penglihatan menurun,terdapat injeksi siliar, KP, flare, hipopion, sinekia

posterior, tekanan intra okuler bisa meningkat hingga sampai edema macula.

Uveitis kerap menghadirkan tantangan yang sulit dalam hal etiologi dan

pengobatan. Diperkirakan bahwa lebih dari 280.000 orang di Amerika Serikat

dipengaruhi oleh uveitis setiap tahun, dan bertanggung jawab hingga 10% dari semua

kasus kebutaan. Pasien dapat menjadi tidak responsif atau refrakter terhadap terapi

kortikosteroid topikal atau oral, dan membutuhkan golongan obat imunomodulator

selama pengobatan. Metotreksat, cyclosporine, azathioprine, dan mycophenolate

mofetil merupanakan kortikosteroid-sparing agen yang umumnya dipakai saat ini

untuk mengobati uveitis. Namun, penggunaan agen ini dibatasi oleh karena efek

terapeutiknya yang sempit dan memiliki efek samping yang signifikan ( Phillips et al,

2011 ).

Sirolimus yang juga dikenal sebagai rapamicyn adalah suatu target mamalia of

rapamycin inhibitor ( mTOR ), mempunyai efek imunosupresif namun dengan

2

Page 3: BAB I widya

mekanisme yang berbeda dengan obat imunosupresif lainnya. Sirolimus mempunyai

efek menekan sitokin-driven T-proliferasi sel dan menghambat produksi, sinyal, dan

aktivitas faktor pertumbuhan yang terkait dengan penyakit uveitis ( Sen et al, 2012 ).

Mata merupakan indra penglihatan yang diberikan Allah SWT. Mata

merupakan organ yang penting karena manusia dapat menggambarkan visualisasi

tentang hal-hal yang terjadi dihadapannya dengan organ mata. Namun gangguan

kesehatan mata adalah salah satu dari sekian banyak masalah yang dialami oleh

manusia. Semua penyakit termasuk uveitis adalah sebuah cobaan yang

mendatangkan pahala jika disikapi dengan sabar dan tawakal, segala penyakit yang

diberikan merupakan ujian dari Allah SWT. Manusia harus berusaha mengobati

penyakitnya dengan cara berobat ke ahlinya karena tidak akan diturunkan suatu

penyakit melainkan pula ada obatnya. Penyakit Uveitis merupakan penyakit

peradangan pada bola mata dimana penyakit ini dapat berjalan lama dan berulang.

Hal ini dapat menimbulkan kebutaan yang permanen apabila tidak di obati dengan

baik. Penggunaan obat sirolimus sebagai terapi terbaru mempunyai efektifitas yang

baik dalam pengobatan uveitis (Zuhroni, 2008).

Mengingat mamfaat sirolimus untuk pengobatan penyakit uveitis cukup efektif.

Dan hal ini dapat mencegah terjadinya kerusakan yang lebih lanjut dari pada fungsi

mata, maka penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai efektifitas

sirolimus untuk penyakit uveitis anterior ditinjau dari kedokteran dan Islam.

1.2. Permasalahan

1. Bagaimanakah patogenesis terjadinya penyakit uveitis anterior ?

2. Bagaimana mekanisme kerja dari Sirolimus ?

3

Page 4: BAB I widya

3. Bagaimana efektifitas dan keamanan dari sirolimus dalam pengobatan

uveitis anterior ?

4. Bagaimana pandangan Islam terhadap penggunaan sirolimus sebagai obat

dalam penyakit uveitis anterior ?

1.3. Tujuan

Tujuan umum

Mendapatkan informasi tentang penyakit uveitis anterior dan efektifitas

sirolimus sebagai terapi uveitis anterior ditinjau dari kedokteran dan Islam

Tujuan khusus

1. Mendapatkan informasi tentang patogenesis terjadinya penyakit uveitis

anterior.

2. Mendapatkan infomasi tentang mekanisme kerja dari sirolimus.

3. Mendapatkan informasi tentang efektifitas dan keamanan sirolimus dalam

pengobatan uveitis anterior .

4. Mendapatkan informasi tentang pandangan Islam terhadap penggunaan

sirolimus sebagai obat dalam terapi penyakit uveitis.

1.4. Manfaat

1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat memenuhi persyaratan kelulusan sebagai mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dan belajar membuat karya tulis

ilmiah yang baik dan benar, serta menambah pengetahuan penulis tentang

TR.

4

Page 5: BAB I widya

2. Bagi Universitas YARSI

Dengan penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya ilmu

pengetahuan di perpustakaan Universitas YARSI dan dapat dijadikan bahan

masukan bagi civitas akademika mengenai TR.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dengan skripsi ini, dapat menambah pengetahuan masyarakat,

sehingga dapat mengetahui tentang penyakit TR.

5