BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana...

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Belajar Matematika 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Hudoyo (1998), seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan bahwa di dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Winkel (dalam Alhadad, 2001), menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Winataputra, dkk. (1992), menyatakan bahwa proses belajar mencakup keseluruhan aktivitas peserta didik (siswa) dalam mencari dan/atau menerima serta mengolah informasi, melibatkan diri dalam interaksi sosial, bersikap, berbuat, mengatur dan memantapkan peri laku. 5

Transcript of BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana...

Page 1: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Belajar Matematika

2.1.1 Pengertian Belajar

Menurut Hudoyo (1998), seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan

bahwa di dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan

perubahan tingkah laku.

Winkel (dalam Alhadad, 2001), menyatakan bahwa belajar adalah suatu

aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan

nilai sikap.

Winataputra, dkk. (1992), menyatakan bahwa proses belajar mencakup

keseluruhan aktivitas peserta didik (siswa) dalam mencari dan/atau menerima

serta mengolah informasi, melibatkan diri dalam interaksi sosial, bersikap,

berbuat, mengatur dan memantapkan peri laku.

Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau

pemahaman. Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku

setelah terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Sumber belajar ini

dapat berupa buku (sumber informasi lainnya), lingkungan (alam, sosial, budaya),

guru atau sesama teman (Depdikbud, 1994b).

Tidak semua perubahan sikap dan tingkah laku yang terjadi pada diri

seseorang terjadi karena proses belajar. Perubahan yang terjadi karena proses

belajar memiliki ciri-ciri tertentu.

5

Page 2: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

6

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar tersebut menurut Slameto

(1980) adalah: (1) perubahan itu terjadi secara sadar, (2) perubahan itu bersifat

kontinu dan fungsional, (3) perubahan itu bersifat positif dan aktif, (4) perubahan

itu bukan bersifat sementara, (5) perubahan itu memiliki tujuan dan terarah dan

(6) perubahan itu mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menurut Fontana (dalam

Winataputra, dkk. 1992), ciri pokok belajar adalah sebagai proses perubahan

perilaku yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.

Dari berbagai pendapat di atas menunjukkan bahwa, yang dimaksud

dengan belajar adalah keseluruhan aktivitas seseorang dalam berinteraksi secara

aktif dengan sumber belajar, sehingga secara sadar terjadi berbagai perubahan

yang kontinu dan bersifat positif pada keseluruhan aspek mental, sikap dan

tingkah laku orang tersebut. Sumber belajar dalam hal ini dapat berupa

lingkungan (alam, sosial, budaya), guru atau sesama teman.

2.1.2. Pengertian Belajar Matematika

Salah satu karakteristik matematika adalah keseluruhan objek kajiannya

abstrak. Oleh karenanya untuk mempelajari matematika tentu diperlukan cara

khusus yang tidak sama dengan mempelajari mata pelajaran lain. Berikut ini

dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar matematika.

Menurut Sukahar (1992), belajar matematika pada hakekatnya adalah

belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang diatur menurut

urutan logis. Belajar matematika tidak ada artinya kalau hanya dihafalkan saja.

Belajar matematika baru bermakna bila dimengerti.

Page 3: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

7

Selanjutnya Hudoyo (1988), mengemukakan bahwa belajar matematika

merupakan kegiatan mental yang tinggi, karena matematika berkaitan dengan ide-

ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirarkis dan

penalarannya deduktif. Untuk mempelajari matematika haruslah bertahap,

berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu (sebelumnya).

Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila dilakukan secara

kontinu (rutin).

Sejalan dengan itu Soedjadi (1995), menyatakan bahwa untuk dapat

menguasai matematika diperlukan cara belajar yang berurutan, setapak demi

setapak dan berkesinambungan.

Sementara menurut pandangan kontrukstivis, seperti dikemukakan oleh

Lochhead (dalam Orthon, 1991), … that knowledge is not entity which can be

simply transferred from those who have to those who don’t … knowledge is

something which each individual leaner must contruct for and by himself.

Kutipan Lochhead tersebut intinya menyatakan … bahwa pengetahuan

bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer dari mereka yang telah memiliki

pengetahuan kepada mereka yang belum memiliki pengetahuan, melainkan

pengetahuan itu harus dikonstruksi (dibangun) oleh siswa sendiri.

Dari berbagai pendapat di atas menunjukkan bahwa belajar matematika

merupakan kegiatan mental yang tinggi, harus dilakukan secara berurutan, setapak

demi setapak, kontinu, menggunakan pengalaman belajar sebelumnya, lebih

mengutamakan pengertian dari pada hafalan dan harus mengkonstruksi

(membangun) sendiri pengetahuannya melalui kegiatan aktif dalam belajar.

Page 4: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

8

2.1.3. Tes Hasil Belajar

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, atau

bentuk tulisan. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil

belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan

pelajaran yang sesuai.

Menurut Ebel dan Frisbie (Zainul & Nasoetion, 1997) test is a measure

countaining a set of questions, each of which can be said have a correct answer.

Hal tersebut berarti bahwa tes merupakan suatu alat ukur yang berisi sejumlah

pertanyaan yang masing-masing memiliki jawaban yang benar. Tes hasil belajar

haruslah disusun atas butir-butir soal yang terpilih, yang secara akademik dapat

dipertanggungjawabkan sebagai sampel yang representative dari ilmu atau bidang

studi yang diuji dengan perangkat tes. Pemilihan butir soal tidak mungkin

dilakukan secara acak. Hanya seorang ahli dalam bidang studi yang tahu secara

lebih baik apakah butir-butir soal itu cukup representative atau tidak (Zainul &

Nasoetion, 1997).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes

adalah suatu alat untuk mengukur apakah siswa telah mencapai tujuan

pembelajaran yang telah disusun.

Tes dapat dipilah-pilah ke dalam berbagai kelompok. Bila dilihat

konstruksinya maka tes dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(1) menurut bentuknya: tes bentuk uraian dan tes bentuk objektif,

Page 5: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

9

(2) menurut tipenya: butir tes uraian dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe,

yaitu tes uraian terbatas, dan tes uraian bebas. Butir tes objektif menurut

tipenya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu tes benar-salah, butir tes menjodokan,

dan butir tes pilihan ganda. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes

uraian.

Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa

menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, memberi

alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan

mengunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini

dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui

bahasa tulisan (Sudjana, 1989). Harus diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal

mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan

kemampuan menalar di kalangan siswa. hal ini ialah karena melalui tes ini para

siswa dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisa, sintesa

baik secara lisan maupun secara tulisan (Sudjana, 1989).

Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai

alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Dari segi isi yang diukur

Segi isi yang diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya,

misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisa suatu permasalahan,

dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka

soal yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas

tersebut.

Page 6: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

10

Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang

ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulumnya, pilihlah materi

yang esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan.

b. Dari segi bahasa

Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna

yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi

jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit, membingungkan,

atau mengecoh siswa.

c. Dari segi jawaban

Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan

jawabannya yang diharapkan. Tentukan pula besarnya skor maksimal utuk setiap

soal yang dijawab benar.

Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan (power tests)

bukan kecepatan (speed tests), maka dalam pelaksanaan tes hendaknya

diperhatikan (1) waktu siswa mengerjakan soal, (2) berikan kemungkinan kepada

siswa mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu, (3) ada baiknya, jika

siswa telah selesai mengerjakan soal dijelaskan jawaban setiap soal.

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan

pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Dalam sistem pendidikan nasional

rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis

Page 7: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

11

besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotoris.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari tiga aspek, yakni pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan

pemecahan masalah. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara

ketiga ranah tersebut, ranah kognitif dan afektif yang paling banyak dinilai oleh

guru dan sekolah karena berkaitan dengan kemampuan dan sikap para siswa

dalam menguasai isi materi pelajaran. Dalam penelitian ini kemampuan hasil

belajar siswa yang dinilai hanya berhubungan dengan ranah kognitif dan afektif

saja.

Ranah kognitif pada materi bangun ruang sisi datar tertuang dalam

indikator yang harus dikuasai siswa yaitu : menyebutkan unsur-unsur kubus,

balok, prisma, dan limas : rusuk, bidang sisi diagonal bidang sisi, diagonal ruang,

dan bidang diagonal, menemukan rumus luas permukaan kubus, balok, limas dan

prisma tegak, menghitung luas permukaan kubus, balok, prisma dan limas,

menentukan rumus volume kubus, balok, prisma, limas, menghitung volume

kubus, balok, prisma, limas. Ranah kognitif ini diukur dengan menggunakan soal

tes uraian yang disusun melalui MGMP mata pelajaran matematika kabupaten

HSU.

Page 8: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

12

Sedangkan 5 (lima) ranah afektif yang diuraikan di atas diukur dengan

aktivitas-aktivitas, yaitu mendengar/memperhatikan penjelasan guru, membaca

buku/LKS, bekerja dalam kelompok/mengerjakan LKS/ menggunakan/

memperagakan alat peraga/ menulis hal yang relevan dalam KBM, bertanya pada

guru/siswa, dan perilaku yang tidak relevan dalam KBM.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim (2001) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai tiga macam tujuan pembelajaran, yaitu: hasil

belajar akademik; penerimaan terhadap keragaman; dan pengembangan terhadap

keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif dalam tujuan untuk mencapai hasil

belajar akademik, dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif juga memberikan

efek terhadap penerimaan terhadap keberagaman ras, budaya, kelas sosial, gender,

serta tingkat kemampuan. Selain itu yang juga sangat penting, pembelajaran

kooperatif sangat jitu untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan untuk

bekerjasama, di mana keterampilan ini sangat dibutuhkan di dalam masyarakat.

Uraian di atas, mendorong perlunya pelaksanaan belajar kooperatif dalam

pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Menurut Johnson & Johnson

(1994) pelaksanaan belajar kooperatif sangat diperlukan karena dengan belajar

kooperatif dapat diperoleh bahwa (1) siswa dapat belajar lebih banyak, (2) siswa

lebih menyukai lingkungan persekolahan, (3) siswa lebih menyukai satu sama

Page 9: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

13

lain, (4) siswa mempunyai penghargaan yang lebih besar terhadap diri sendiri, dan

(5) siswa belajar keterampilan sosial secara lebih efektif..

Davidson (1991) memberikan sejumlah implikasi positif dalam belajar

matematika dengan menggunakan strategi belajar kooperatif, yaitu sebagai

berikut.

(1) Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika.

Kelompok kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan

pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain,

memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka

dalam bentuk tulisan.

(2) Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa

dalam matematika. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota

mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.

(3) Masalah matematika idealnya cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki

solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat

mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.

(4) Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-

masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan,

teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.

(5) Ruang lingkup matematika dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang

yang bermanfaat bila didiskusikan.

Page 10: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

14

Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat

dikategorikan sesuai dengan sifat berikut (1) tujuan kelompok, (2) tanggung

jawab individual, (3) kesempatan yang sama untuk sukses, (4) kompetisi

kelompok, (5) spesialisasi tugas, dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu

(Slavin, 1995). Terdapat berbagai pembelajaran kooperatif di antaranya adalah

STAD, Jigsaw, Group Investigasi dan Teams Games Tournament.

2.2.1. Students Teams Achievement Divisions (STAD)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan koleganya di Universitas

John Hopkin (Ibrahim dkk, 2000; Ratumanan, 2002). Dalam STAD, siswa

dibentuk dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5 orang dari berbagai

kemampuan, gender dan etnis. Dalam praktiknya, guru menyajikan pelajaran dan

kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa semua

anggota kelompok telah menguasai materi. Selanjutnya, siswa menghadapi tes

individual. STAD mempunyai 4 komponen, yaitu (1) presentasi kelas, (2) kerja

kelompok, (3) kuis atau tes, dan (4) penilaian kelompok (Slavin, 1995).

2.2.2. Jigsaw

Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson dan koleganya di

Universitas Texas (Ibrahim dkk., 2000 dan Ratumanan, 2002). Dalam belajar

kooperatif tipe jigsaw, siswa bekerja dalam kelompok seperti pada STAD. Siswa

diberi materi untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak

ditugaskan untuk menjadi “ahli (expert)” pada suatu aspek tertentu dari materi.

Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok berbeda

berkumpul untuk mendiskusikan topik mereka dan kemudian kembali ke

Page 11: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

15

kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman

sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assesmen yang lain pada semua topik

yang diberikan.

2.2.3. Group Investigasi

Group Investigasi dikembangkan oleh Shlomo & Yael Sharon di

Univesitas Tel Aviv (Slavin, 1995). Group Investigasi adalah strategi belajar

kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan

investigasi terhadap suatu topik. Seperti pada strategi belajar kooperatif lainnya,

Group Investigasi menggunakan atau memanfaatkan bantuan dan kerja sama

siswa sebagai alat dasar belajar. Satu hal yang berbeda bahwa Group Investigasi

mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu objek atau

topik khusus (Eggen & Kauchak, 1996).

2.2.4. TGT (Teams Games Tournament)

TGT atau dalam Bahasa Indonesia Tim-Permainan-Turnamen. Siswa

memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin

untuk skor tim mereka. Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang

relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetes pengetahuan yang

diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas atau pengetahuan yang

diperoleh dari kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas kelompok. Permainan dapat

dimainkan pada meja turnamen, yang diisi oleh wakil-wakil kelompok berbeda

namun memiliki tingkat kemampuan yang sama.

Permainan pada TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis

pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah

Page 12: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

16

kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai

dengan angka tersebut. Turnamen ini memungkinkan semua siswa dari semua

tingkat untuk menyumbangkan poin bagi peningkatan skor kelompoknya jika

mereka berusaha secara maksimal. Turnamen ini dapat berperan sebagai reviu

materi pelajaran.

Berdasarkan kesamaan dan perbedaan masing-masing tipe, pada

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) mengakomodasi

usaha-usaha setiap individu anggota kelompok, tapi juga tetap memberikan

penilaian terhadap usaha-usaha kerja kelompok. Tipe TGT ini juga mempunyai

kelebihan karena pembelajaran disusun dalam bentuk permainan (games) yang

dikemas dalam sebuah turnamen (tournament), sehingga menjadi sebuah

pembelajaran yang menarik. Dengan pembelajaran yang menarik tersebut

diharapakan siswa lebih tertarik dalam pembelajaran sehingga berimbas pada hasil

belajar siswa.

2.3 Pembelajaran Kooperatif Model TGT

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan

siswa dalam kelompok - kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang

siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang

berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka

masing - masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap

kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan  bersama - sama dengan anggota

kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan

tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk

Page 13: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

17

memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan

tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota

kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan

permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam  meja-

meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang

merupakan wakil dari kelompoknya masing - masing. Dalam setiap meja

permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang

sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi

kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap

peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang

mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam

permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh

dengan menjumlahkan skor - skor yang diperoleh anggota suatu kelompok,

kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini

digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan

mencantumkan predikat tertentu. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe

TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class

precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (geams), pertandingan

(tournament), dan perhargaan kelompok ( team recognition). Berdasarkan apa

yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT

memiliki ciri - ciri sebagai  berikut.

Page 14: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

18

(1) Siswa Bekerja Dalam Kelompok - Kelompok Kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok - kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan

suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok,

diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang

berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai

materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri

siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.

(1) Permainan (Games Tournament)

Dalam permainan ini, setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing - masing ditempatkan

dalam meja - meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang

peserta. Setiap siswa di meja turnamen diusahakan homogen. Permainan ini

diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai

dengan membagikan kartu - kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci

ditaruh  terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan

pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap

pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama

dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu

undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal

akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.

Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan

Page 15: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

19

soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan

ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan

membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang

menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja, permainan

dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan.

Posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap  peserta dalam satu meja

turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.

Permainan dapat dilakukan berkali - kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus

mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca

soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan

membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban

pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu

meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang

diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain

kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada

ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota

kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria

penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

(2) Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah

menghitung rerata skor kelompok. Untuk menghitung rerata skor kelompok

dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing - masing

Page 16: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

20

anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian

penghargaan didasarkan atas rata - rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut.

Penentuan poin yang diperoleh oleh masing - masing anggota kelompok

didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh, seperti ditunjukkan pada tabel

berikut.

Tabel 2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang DiperolehTop Scorer (skor tertingi) 40

High Middle Scorer (skor tinggi) 30Low Middle Scorer (skor rendah) 20

Low Scorer (skor terendah) 10

Tabel 3. Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang DiperolehTop scorer (skor tinggi) 60

Middle scorer (skor sedang) 40Low scorer (skor rendah) 20

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa

tahapan yang perlu ditempuh (Yasa, 2008), yaitu :

(1) Mengajar (Teach)

Mempresentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas,

atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

(2) Belajar Kelompok (Team Study)

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan

kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah guru

menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan

menggunakan LKS atau alat peraga. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk

Page 17: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

21

memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika

ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.

(3) Permainan (Games Tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok

yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua

anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan

kelompok.

(4)   Penghargaan kelompok (Team Recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rata-rata poin yang

diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam

kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi

kategori rata-rata poin sebagai berikut.

Tabel 4. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria ( Rata-Rata Poin Kelompok ) Predikat30 sampai 39 Tim Kurang baik40 sampai 44 Tim Baik45 sampai 49 Tim Baik Sekali

50 ke atas Tim Istimewa(Sumber Slavin, 1995 )

Dari penjelasan model pembelajaran kooperatif di atas, maka dapat

disusun langkah-langkah pembelajaran kooperatif seperti disajikan dalam bentuk

tabel berikut ini.

Page 18: BAB I - ironerozanie.files.wordpress.com file · Web viewBerikut ini dipaparkan tentang bagaimana seharusnya belajar ... bahwa pengetahuan bukan merupakan entitas yang dapat ditransfer

22

Tabel 5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Tahapan Kegiatan GuruTahap-1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswaTahap-2Menyajikan informasiTahap-3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.Tahap-4Membimbing kelompok bekerja dan belajarTahap-5Evaluasi

Tahap-6Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan atau teks.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Guru melakukan evaluasi (berbentuk games) untuk mengetahui hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

2.4 Hipotesa

Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model

koperatif tife TGT( team games tournament) dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas VIII MTs NIPI Rakha Amuntai pada pokok bahasan

bangun ruang sisi datar tahun pelajaran 2008/2009.