BAB I · Web viewHak-hak atas tanah yang diatur dalam UUPA yang perlu didaftar di kantor Sub. Dit...
Transcript of BAB I · Web viewHak-hak atas tanah yang diatur dalam UUPA yang perlu didaftar di kantor Sub. Dit...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pembangunan Nasional merupakan suatu proses perjuangan untuk
mencapai tatanan hidup masyarakat Indonesia yang lebih baik. Sebagai proses
pembangunan tidak terhenti pada suatu titik tertentu, tetapi akan terus berkembang
dan berlanjut sesuai dengan pertumbuhan dan kemajuan bangsa yang
menginginkan perubahan dalam meningkatkan penghidupan yang layak sebagai
bangsa Indonesia yang mempunyai cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea
keempat yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Pemerintah telah memuat kebijakan secara terperinci dan terukur untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu melalui Program Pembangunan
Nasional lima tahun (PROPENAS) dan ditetapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS) Tahun 2000 – 2004.
Salah satu bidang pembangunan yang sedang dilaksanakan dan
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional
adalah catur tertib pertanahan, terutama yang berkaitan dengan hak kepemilikan
atas tanah.
1
Dalam upaya mewujudkan tertib kepemilikan tanah oleh badan hukum dan
perseorangan diharapkan adanya perlindungan secara benar menurut peraturan
yang berlaku. Usaha untuk mencapai keadaan itu, dilaksanakan dengan jalan
melaksanakan penertiban kepemilikan tanah. Penertiban kepemilikan tanah pada
dasarnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan catur tertib pertanahan.
Catur tertib pertanahan sebagai landasan operasional tersebut adalah :
1. Tertib Hukum Pertanahan
2. Tertib Administrasi Pertanahan
3. Tertib Penggunaan Tanah
4. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup
Jelas betapa pentingnya masalah tanah sebagai masalah nasional yang
sudah seharusnya mendapat perhatian kita semua, pentingnya masalah tanah akan
mendorong pentingnya hak-hak atas tanah, karena semakin maju masyarakat dan
semakin padat penduduknya akan menambah lagi kedudukan hak-hak atas tanah.
Masalah tanah merupakan persoalan yang sangat dominan yang sering
menimbulkan perselisihan dan juga menimbulkan sengketa di antara warga
masyarakat. Untuk menghindari terjadinya sengketa masalah tanah perlu
diadakannya penataan penguasaan tanah yang berupa tertib administrasi
pertanahan. Hal ini untuk menghindari adanya pihak yang dirugikan dan rasa
keadilan sosial pun dapat terwujud.
Karena pentingnya masalah tanah maka dalam Hukum Agraria atau
hukum pertanahan dinyatakan bahwa sertifikat tanah memiliki nilai yang tinggi,
oleh karena itu sertifikat merupakan tanda bukti kepemilikan hak atas tanah yang
2
kuat. Hal ini untuk menjaga keselamatan tanah-tanah milik warga masyarakat dari
gangguan pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sertifikat tanah ialah suatu alat bukti yang dapat menjamin kepastian
hukum bagi pemilik tanah yang sah. Untuk mendapat sertifikat tanah pemerintah
mengadakan pendaftaran tanah diseluruh Indonesia, seperti dijelaskan dalam
pasal 19 ayat 1 – 4 Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 yakni
sebagai berikut :
1. Untuk menjamin kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP No. 24/1997)
2. Pendaftaran tersebut meliputi :a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah.b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak
tersebut.c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat ( SERTIFIKAT).3. Hak-hak atas tanah yang diatur dalam UUPA yang perlu
didaftar di kantor Sub. Dit Agraria yang diatur dalam PP No. 24/1997 sejak 8 Oktober 1997 ialah :a. Hak Milikb. Hak Guna Bangunanc. Hak Guna Usaha (perkebunan, peternakan, tambak-
tambak perikanan dengan areal yang luas)d. Hak Pakaie. Hak Penguasaan/pengelolaan
4. Tanda bukti hak atas tanah disebut “Sertifikat” yang dikeluarkan oleh kantor Sub. Direktorat Agraria.
Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman,
terjangkau, mutakhir dan terbuka. Sedangkan tujuan diadakan pendaftaran tanah
itu sendiri menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Pasal 3 adalah
sebagai berikut:
3
a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan,
b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar;
c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Kemudian diperjelas lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 pada Pasal 4, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah.
2. Untuk melaksanakan fungsi informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b data fisik dan data yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar terbuka untuk umum.
3. Untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, setiap bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak atas satuan rumah susun wajib didaftar.
Tanda bukti hak atas tanah disebut sertifikat dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang dalam rangka pendaftaran tanah tersebut. Sertifikat mempunyai fungsi
sebagai alat bukti hak atas tanah tetapi sertifikat sebenarnya bukan satu-satunya
alat bukti hak atas tanah, artinya hak atas tanah seseorang masih mungkin
dibuktikan dengan alat lain, seperti akta jual beli dan surat keputusan pemberian
hak. Walaupun sertifikat bukan satu-satunya alat bukti hak atas tanah tetapi
sertifikat mempunyai keunggulan apabila dibandingkan dengan alat bukti lain.
4
Hal ini ditegaskan oleh peraturan perundangan, bahwa keterangan yang ada dalam
sertifikat harus dianggap benar oleh siapapun selama tidak ada alat bukti lain yang
dapat membuktikan ketidakbenaran sertifikat tersebut, sehingga sertifikat
merupakan suatu alat bukti hak atas tanah yang kuat, sedangkan alat bukti lain
seperti akta jual beli dan surat keputusan pemberian hak hanya dianggap sebagai
alat bukti permulaan yang harus dikuatkan lagi oleh alat bukti lain.
Namun kenyataan yang ada di lapangan terdapat kesenjangan dari apa
yang diharapkan pemerintah yaitu meningkatnya kepemilikan sertifikat oleh
masyarakat dengan kenyataan yang ada, dimana tingkat kepemilikan sertifikat
tanah di Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis relatif rendah. Hal ini dapat dilihat
dari data kuantitatif tingkat kepemilikan sertifikat tanah di Kecamatan Rancah
Kabupaten Ciamis pada tabel berikut ini :
TABEL ITINGKAT KEPEMILIKAN SERTIFIKAT TANAH
DI KECAMATAN RANCAH KABUPATEN CIAMIS
Tahun Jumlah Persil Jumlah Sertifikat Tanah
Persentase Yang Memiliki Sertifikat
( % )
Juli s.d. Desember 2004
Januari s.d. Juni 2005
Juli s.d. Desember 2005
8723
8723
8723
4298
4361
4427
49,2
49,9
50,7
Sumber : Kecamatan Rancah Tahun 2006
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat
kepemilikan sertifikat tanah di Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis selama tiga
(3) semester, yaitu dari Juli s.d. Desember 2004, Januari s.d. Juni 2005 dan Juli
5
s.d. Desember 2005 rendah. Hal tersebut merupakan masalah utama penelitian
dalam rangka meningkatkan kepemilikan sertifikat tanah di kecamatan Rancah
kabupaten Ciamis.
Keadaan tersebut menarik minat bagi peneliti untuk mendalaminya,
mengingat bahwa kepemilikan sertifikat tanah merupakan masalah yang
menyangkut kepentingan masyarakat, yang memerlukan perlindungan hukum dari
pemerintah. Sehubungan dengan itu peneliti mencoba untuk menghubungkannya
dengan pengaruh motivasi yang dilaksanakan oleh Camat. Dengan asumsi bahwa
dengan pengarahan, bimbingan yang diberikan oleh Camat sebagai pimpinan
pemerintah kecamatan diharapkan dapat merubah sikap masyarakat serta
pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya memiliki sertifikat tanah, juga
diharapkan dapat menggunakan aparat terkait untuk lebih cermat dalam
mengantisipasi kondisi masyarakat.
Apabila dikaitkan dengan pemotivasian oleh camat sebagai Pejabat
Pembuat Akta Tanah dengan asumsi bahwa faktor motivasi yang baik merupakan
salah satu unsur yang menentukan dalam pelaksanaan tugasnya dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan di wilayahnya, selayaknya Camat dapat
menggerakkan masyarakat di dalam kepemilikan sertifikat tanah hak milik. Hal
ini sebagai konsekuensi bahwa camat sebagai perangkat daerah di wilayah
kecamatan yang sekaligus sebagai penguasa tunggal karena jabatannya, juga
berwenang untuk menjalankan tugas sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Masalah rendahnya kepemilikan sertifikat tanah di kecamatan Rancah
Kabupaten Ciamis peneliti hubungkan dengan peran Camat yang mempunyai
6
wewenang selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah seperti dijelaskan dalam pasal 5
ayat (1) Peraturan Menteri Agraria No. 10 Tahun 1961 sebagai berikut :
Selama untuk sesuatu kecamatan belum diangkat seorang pejabat maka Asisten Wedana/Kepala Kecamatan atau yang diangkat setingkat dengan itu, selanjutnya dalam peraturan ini Asisten Wedana/Kepala Kecamatan karena jabatan menjadi pejabat sementara dari kecamatan. (Buku tahunan Pejabat Pembuat Akta Tanah, 1984:30).
Dari uraian di atas jelaslah Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah,
harus pula disadari pemberian tugas dan kewenangan tersebut sifatnya sementara
karena Ex Office sebagai Kepala Kecamatan (Camat). Resiko dan tanggung jawab
Camat sebagai PPAT lebih besar dibanding dengan seorang Notaris/PPAT dalam
mempertanggungjawabkan keputusan atau tindakan hukum yang dilakukan
dengan penetapan akta.
Peningkatan kepemilikan sertifikat tanah di Kecamatan dapat dilaksanakan
oleh Camat sebagai kepala Kecamatan yang juga merupakan Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) sementara di wilayahnya. Peningkatan kepemilikan sertifikat
tanah di kecamatan tentunya berkaitan dengan unsur-unsur lain yang terkait yaitu
Badan Pertanahan Nasional, Pemerintahan, Desa, Camat dan masyarakat itu
sendiri. Untuk mengintegrasikan seluruh pihak yang terkait, maka Camat dituntut
untuk melakukan pemotivasian yang intensif dan efektif sehingga seluruh pihak
tersebut tergugah dan terdorong untuk menjalankan fungsinya masing-masing.
Camat sebagai perangkat daerah di kecamatan mempunyai kewajiban untuk
memberikan motivasi kepada warga masyarakat dalam hal tertentu, sebagai
contoh Camat harus memberikan pemotivasian kepada warga masyarakatnya
untuk segera mendaftarkan tanahnya.
7
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan menuangkan dalam skripsi dengan
judul “Pengaruh Pemotivasian Oleh Camat Terhadap Tingkat Kepemilikan
Sertifikat Tanah di Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemotivasian yang dilakukan oleh Camat dalam meningkatkan
kepemilikan sertifikat di Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis?
2. Sejauh mana pengaruh pemotivasian yang dilakukan oleh Camat terhadap
tingkat kepemilikan sertifikat tanah di Kecamatan Rancah Kabupaten
Ciamis?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana pelaksanaan
motivasi oleh Camat dalam meningkatkan kepemilikan sertifikat tanah di
Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis.
2) Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh motivasi oleh Camat
terhadap tingkat kepemilikan sertifikat tanah di Kecamatan Rancah
Kabupaten Ciamis.
8
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah :
1) Kegunaan teoritis yaitu sebagai wahana dalam pengembangan ilmu
pemerintahan, terutama menyangkut aspek motivasi oleh Camat dalam
bidang pertanahan.
2) Kegunaan praktis, yaitu sebagai bahan masukkan bagi pemerintah
Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis khususnnya dan pemerintah
kabupaten Ciamis umumnya tentang kepemilikan sertifikat tanah.
1.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Sebagai landasan teori untuk memecahkan masalah penelitian ini peneliti
mengemukakan konsep-konsep yang mendukung variabel-variabel yang ada pada
judul skripsi.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengertian motivasi berikut ini
peneliti mengemukakan beberapa pengertian motivasi menurut beberapa ahli :
Koontz mengemukakan pengertian motivasi yang dikutip oleh Hasibuan
(1996:95) sebagai berikut, “ Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk
kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan”.
Sedangkan menurut Effendi (1993:69 sebagai berikut, “Motivasi adalah
kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk
mengambil sesuatu tindakan yang dikehendaki”.
Terry yang mengemukakan pengertian motivasi yang dikutip oleh
Moekijat (1984:10) sebagai berikut, “Motivasi adalah keinginan di dalam
seseorang individu yang mendorong dia untuk bertindak”.
9
Sedangkan dari penelitian istilah Manajemen Lembaga Pendidikan dan
Pembinaan Manajemen dalam Moekijat (1994:10) memberikan pendapat :
Motivasi adalah proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu. Menurut penelitian tersebut proses motivasi mencakup tiga (3) macam proses yaitu :a. Pengenalan dan penilaian kebutuhan yang belum dipastikan:b. Penentuan tujuan yang akan memuaskan kebutuhan –
kebutuhan:c. Penentuan tindakan yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhan:
Kemudian Wijaya (1986:12) memberikan batasan mengenai Motivasi
Pemerintahan adalah sebagai berikut :
Motivasi adalah kekuatan seorang pemimpin baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya atau dengan perkataan lain motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental yang datangnya dari Pemerintah terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota kelompok dalam menggapai sesuatu peristiwa dalam masyarakat.
Melihat pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan motivasi
berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak untuk diri sendiri, atau
menggerakkan seseorang oleh seorang pemimpin agar dapat mengikuti atau
pengikutnya dapat bertindak dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau suatu
tujuan.
Agar pelaksanaan yang diharapkan mampu mencapai tujuan motivasi,
maka pelaksanaan pemberian motivasi harus memperhatikan dan melaksanakan
prinsip-prinsip motivasi. Prinsip-prinsip motivasi menurut pendapat Hasibuan
(1980:185) sebagai berikut :
10
1. Prinsip Mengikutsertakan, yaitu motivasi untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan akan bertambah, jika kepada para bawahan diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan-keputusan dengan jalan memberikan pendapat atau ide-ide, sehingga mereka ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan;
2. Prinsip Komunikasi, yaitu motivasi untuk mencapai hasil akan cenderung meningkat, jika seorang pimpinan secara nyata berusaha untuk senantiasa memberikan informasi kepada bawahannya, sehingga akan mengetahui dan mengerti banyak suatu persoalan semakin besar pula niat dan perhatian terhadap hal tersebut:
3. Prinsip Pengakuan, yaitu motivasi untuk mencapai hasil-hasil cenderung akan meningkat, jika seorang pemimpin memberikan suatu pujian kepada bawahannya yang patut menerimanya, sehingga mereka dianggap sebagai anggota yang penting dan patut dihargai:
4. Prinsip Wewenang yang didelegasikan, yaitu motivasi untuk mencapai hasil-hasil akan bertambah, jika seorang pimpinan kepada bawahan memberikan wewenang untuk mengambil keputusan yang membawakan hasil-hasil yang diharapkan denga hasil yang baik, dan memberikan gambaran berdasarkan hasil prestasinya:
5. Prinsip Perhatian timbal balik, yaitu motivasi untuk mencapai hasil-hasil jika seorang pimpinan mengetahui jawabannya sehingga mereka akan merasa diperhatikan oleh pimpinan dalam usaha mencapai tujuan dan bahkan memberikan sumbangan yang lebih besar guna mencapai hasil yang menjadi tujuan.
Kelima prinsip motivasi di atas adalah merupakan suatu kebutuhan dari
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dan tugas pimpinanlah
yang dalam hal ini adalah Kepala Kecamatan untuk dapat melaksanakannya, agar
seluruh masyarakat mempunyai kesadaran untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan ketentuan yang berlaku. Jelas bahwa supaya motivasi tersebut
berhasil dalam pelaksanaanya harus memperhatikan prinsip-prinsip motivasi itu
sendiri secara benar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepemilikan
sertifikat tanah di kecamatan Rancah kabupaten Ciamis.
11
Jika dikaitkan dengan penertiban kepemilikan sertifikat tanah motivasi itu
merupakan aspek yang sangat penting. Seperti disebutkan bahwa berdasarkan
pasal 33 ayat 3 UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut, “ Bumi dan air serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat:.
Kemudian dipertegas lagi oleh pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria
Nomor 5 Tahun 1960 yang berbunyi sebagai berikut :
1. Bumi dan air serta ruang angkasa termasuk kekayaan yang terkandung di dalamnya pada tingkat tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
2. Hak menguasai dari negara termasuk dalam ayat 1 pasal ini memberikan wewenang untuk :a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.b. Menertibkan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.c. Mengatur dan menentukan hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai air dan ruang angkasa.
Dari penjelasan di atas berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria
Nomor 5 Tahun 1960 bahwa hubungan antara orang dengan bumi, air dan ruang
angkasa telah diatur di dalamnya sebelum lahirnya undang-undang ini, mengenai
hubungan orang dengan bumi, air dan ruang angkasa diatur dalam Undang-
Undang Perdata buku II tentang kebendaan.
Berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 pasal
16 setiap orang atau warga masyarakat berhak untuk memiliki tanah, melalui
Pejabat Pembuat Akta Tanah masyarakat dapat memiliki surat-surat tanah baik
12
berupa akta maupun sertifikat, untuk mendapat perlindungan secara hukum dan
peraturan yang berlaku terutama yang berhubungan dengan pertanahan.
Selanjutnya menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menerangkan bahwa :
(1) Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
(2) Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
(3) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi:
a. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
c. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;
d. mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
e. mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;
f. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.
(4) Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
13
(5) Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah kabupaten/kota.
(6) Perangkat kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bertanggung jawab kepada camat.
(7) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) ditetapkan dengan peraturan bupati atau walikota dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, pengertian Sertifikat
adalah : “Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah
wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-
masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan”.
Dengan demikian pengertian sertifikat tanah adalah suatu alat bukti hak
yang berlaku sebagai pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis
yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai
dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
Dari konsep-konsep teori para ahli tersebut, selanjutnya peneliti
mengajukan kerangka pemikiran dalam batasan konsep sebagai berikut :
1. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong
seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, atau
dengan perkataan lain motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental
terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota kelompok dalam
menanggapi suatu peristiwa dalam masyarakat.
14
2. Prinsip-prinsip motivasi merupakan dasar dalam melaksanakan motivasi
yaitu:
a. prinsip mengikutsertakan
b. prinsip komunikasi
c. prinsip pengakuan
d. prinsip wewenang yang didelegasikan
e. prinsip perhatian timbal balik
3. Camat sebagai kepala Kecamatan adalah sebagai penguasa tunggal di bidang
pemerintahan di daerah dan berkewajiban untuk memimpin penyelenggaraan
pemerintah, mengkoordinasikan serta membina kehidupan masyarakat di
segala bidang termasuk peningkat kepemilikan sertifikat tanah.
4. Sertifikat tanah adalah suatu alat bukti yang menjamin kepastian hukum bagi
pemilik tanah yang sah yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
Untuk menjelaskan kerangka pemikiran yang peneliti paparkan tersebut di
atas, berikut ini akan disajikan gambar sebagai berikut :
GAMBAR IMODEL HUBUNGAN ANTARA PEMOTIVASIAN DENGAN
KEPEMILIKAN SERTIFIKAT TANAH
UMPAN BALIK
15
PEMOTIVASIAN OLEH CAMAT
PRINSIP-PRINSIP MOTIVASI1. PRINSIP
MENGIKUTSERTAKAN2. PRINSIP KOMUNIKASI3. PRINSIP PENGAKUAN4. PRINSIP WEWENANG YANG
DIDELEGASIKAN5. PRINSIP PERHATIAN TIMBAL
BALIK
KEPEMILIKAN SERTIFIKAT
TANAH
Dari gambar di atas jelas bahwa hubungannya adalah bahwa variabel yang
satu mempengaruhi variabel lainnya. Untuk itu peneliti menghubungkan dengan
teori-teori yang dikemukakan di atas, sehingga diharapkan antara variabel-
variabel tersebut relevan dengan teori-teori yang dikemukakan.
Berkaitan dengan hal tersebut peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut, “Jika Pemotivasian oleh Camat dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
motivasi maka tingkat kepemilikan sertifikat tanah di Kecamatan Rancah
Kabupaten Ciamis tinggi”.
Untuk mengoperasionalkan variabel-variabel pada hipotesis selanjutnya
peneliti mengemukakan definisi operasional sebagai berikut :
1. Variabel Bebas : Pemotivasian oleh Camat berdasarkan prinsip-prinsip
motivasi dengan indikator :
a. Prinsip Mengikutsertakan yaitu motivasi untuk mencapai hasil atau tujuan
yang diinginkan akan bertambah, jika kepada para bawahan diberikan
kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan-
keputusan dengan jalan memberikan pendapat atau ide-ide, sehingga
mereka ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan, dengan indikator :
- Camat mengikutsertakan aparatnya dalam kegiatan pengurusan
sertifikat tanah.
- Camat memberikan kesempatan kepada aparat dan masyarakatnya
untuk menyumbangkan ide-ide atau saran-saran tentang kepemilikan
sertifikat tanah.
16
b. Prinsip Komunikasi yaitu motivasi untuk mencapai hasil akan cenderung
meningkat, jika seorang pemimpin secara nyata berusaha untuk senantiasa
memberikan informasi kepada bawahannya, sehingga akan mengetahui
dan mengerti banyak persoalan semakin besar pula niat dan perhatian
terhadap hal tersebut, dengan indikator :
Camat memberikan penjelasan dalam pertemuan, rapat atau diskusi
kepada aparat tentang pentingnya penyertifikatan tanah hak milik
guna kelancaran pembangunan.
Camat menginformasikan melalui surat edaran pada masyarakat
tentang pentingnya memiliki sertifikat tanah.
c. Prinsip Pengakuan yaitu motivasi untuk mencapai hasil-hasil cenderung
akan meningkat, jika seorang pemimpin memberikan suatu pujian kepada
bawahannya yang patut menerimanya, sehingga mereka dianggap sebagai
anggota yang penting dan patut dihargai, dengan indikator :
- Camat memberikan pujian kepada masyarakat yang telah memiliki
sertifikat tanah baik secara lisan maupun tulisan.
- Camat memberikan penghargaan kepada masyarakat yang telah
melunasi retribusi pembuatan sertifikat tanah.
d. Prinsip Wewenang yang didelegasikan yaitu motivasi untuk mencapai
hasil-hasil akan bertambah, jika seorang pemimpin kepada bawahan
memberikan wewenang untuk mengambil keputusan yang membawakan
hasil-hasil yang diharapkan dengan hasil yang baik, dan memberikan
gambaran berdasarkan hasil prestasinya, dengan indikator :
17
- Camat memberikan kepercayaan kepada aparatnya untuk memberikan
penyuluhan tentang kepemilikan sertifikat tanah kepada masyarakat.
- Camat membentuk tim khusus yang menangani informasi dan
pelayanan kepemilikan sertifikat tanah kepada masyarakat.
e. Prinsip Perhatian timbal balik yaitu motivasi untuk mencapai hasil-hasil
jika seorang pimpinan mengetahui jawabannya sehingga mereka akan
merasa diperhatikan oleh pimpinan dalam usaha mencapai tujuan dan
bahkan memberikan sumbangan yang lebih besar guna mencapai hasil
yang menjadi tujuan, dengan indikator :
- Camat memberikan fasilitas-fasilitas atau kemudahan-kemudahan bagi
masyarakat yang akan membuat sertifikat tanah.
- Camat memberikan bantuan sarana dan prasarana kepada masyarakat
yang akan membuat sertifikat tanah.
- Camat mengusulkan aparatnya yang berprestasi dalam proses
kepemilikan sertifikat tanah hak milik masyarakat.
Sedangkan untuk mengukur perolehan dari angket, peneliti menggunakan
skala likert menurut Sugiyono (2003:75) dengan cara memberikan skor untuk
setiap pertanyaan, antara lain :
1)Alternatif jawaban 1 diberi bobot 3
2)Alternatif jawaban 2 diberi bobot 2
3)Alternatif jawaban 3 diberi bobot 1
18
Untuk menghitung masing-masing alternatif jawaban tersebut di atas, maka
selanjutnya peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus =
Untuk menetapkan kriteria pengukuran pada indikator-indikator variabel
bebas berpedoman pada pendapat Arikunto (2003:349) sebagai berikut :
1) Jika jawaban responden dari angket mencapai 75 % - 100 %, maka motivasi
dilaksanakan dengan baik.
2) Jika jawaban responden dari angket mencapai 55 % - < 75 %, maka motivasi
dilaksanakan cukup.
3) Jika jawaban responden dari angket mencapai < 55 %, maka motivasi
dilaksanakan kurang (rendah).
Dalam menentukan kriteria hasil pengukuran variabel bebas secara
keseluruhan, yaitu motivasi oleh Camat ditentukan berdasarkan skala ordinal pada
kriteria-kriteria yang diperoleh per-indikator (Sugiyono, 1997:70) adalah sebagai
berikut :
1) Jika terdapat 0 – 3 indikator memperoleh kriteria baik, maka motivasi oleh
Camat termasuk kriteria kurang baik.
2) Jika terdapat 4 – 7 indikator memperoleh kriteria baik, maka motivasi oleh
Camat termasuk kriteria cukup baik.
3) Jika terdapat 8 – 11 indikator memperoleh kriteria baik, maka motivasi oleh
Camat termasuk kriteria baik.
19
2. Variabel Terikat : Tingkat kepemilikan sertifikat tanah di Kecamatan Rancah
Kabupaten Ciamis tinggi, dengan indikator sebagai berikut :
- Realisasi kepemilikan sertifikat tanah di Kecamatan Rancah Kabupaten
Ciamis Januari s.d. Juni 2006 mencapai 100 %.
(Sumber: Kantor Kecamatan Rancah tahun 2006)
Dalam menetapkan kriteria pengukuran indikator variabel terikat, yaitu
menurut Kantor Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut :
1. jika realisasi kepemilikan sertifikat tanah 75 % - 100 % indikator, maka
kepemilikan sertifikat tanah dikatakan tinggi.
2. jika realisasi kepemilikan sertifikat tanah 55 % - < 75 % indikator, maka
kepemilikan sertifikat tanah dikatakan sedang.
3. jika realisasi kepemilikan sertifikat tanah < 55 % indikator, maka
kepemilikan sertifikat tanah dikatakan rendah.
1.5 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1 Metode Penelitian
Untuk keberhasilan suatu penelitian, maka peneliti harus mengemukakan
suatu metode yang tepat, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik.
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan,
misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta
alat-alat tertentu.
Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode
Deskriptif Analisis, menurut Surakhmad bahwa : “Metode Deskriptif Analisis
20
adalah suatu penguraian dan / atau penggambaran tentang suatu proses yang
sedang berjalan pada saat peneliti mengadakan penelitian”. Sedangkan pengertian
lainnya bahwa metode penelitian Deskriptif Analisis adalah :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang,
terutama masalah-masalah aktual.
2. Data yang disimpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisa (1990:131).
1.5.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber yang digunakan dalam memperoleh data berasal dari dua sumber
yaitu sebagai berikut :
a) Sumber data primer, yaitu data yang didapat secara langsung melalui studi
lapangan atau merupakan sumber utama dalam penelitian. Data diperoleh
melalui : Instansi Pemerintah, Kecamatan dan Aparatur terkait lainnya
yang terlibat dalam pengurusan kepemilikan sertifikat tanah di Kecamatan
Rancah Kabupaten Ciamis.
b) Sumber data sekunder, yaitu data yang didapat secara langsung maupun
tidak langsung melalui studi pustaka atau merupakan data penunjang
dalam penelitian. Data didapat melalui buku-buku, dokumen-dokumen dan
sumber ilmiah lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti.
Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui cara-cara sebagai
berikut :
21
a) Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan peninjauan langsung untuk
memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas yang berkaitan dengan
kepemilikan sertifikat tanah.
b) Wawancara, yaitu dengan cara ini peneliti berusaha memperoleh suatu
gambaran dan informasi yang lebih jelas, hal ini dilakukan dengan
mengadakan wawancara dengan Camat, Aparat Kecamatan serta
masyarakat yang menurut peneliti dapat memberikan keterangan yang
berhubungan dengan penelitian.
c) Angket, yaitu pengambilan data secara tidak langsung melalui pembagian
sejumlah daftar pertanyaan yang digambarkan kepada responden atau
sumber untuk diisi dan dikembalikan kepada peneliti.
1.5.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian dibuat kesimpulan” (Sugiyono, 2003:90).
Penentuan populasi dalam penelitian ini adalah unsur aparat kecamatan,
perangkat desa dan anggota masyarakat yang terkait dengan kepemilikan sertifikat
tanah yang ada di Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis, yaitu terdiri dari unsur-
unsur sebagai berikut :
1. Aparat Kecamatan 18 orang
2. Perangkat Desa 180 orang
3. Masyarakat Pemilik Tanah 8723 orang
22
Jumlah (N) 8921 orang
Untuk menghitung ukuran sampel peneliti menggunakan rumus yang
sederhana yakni menurut pendapat Yamane (1967:99) :
n =
Maka ukuran sampelnya (n) = 98,89 dibulatkan menjadi 99 orang responden.
Dari ukuran sampel (n) sebanyak 99 orang tersebut, dibagikan secara
Purposive, yaitu menurut Arikunto (1993:113), yaitu sebagai berikut :
Purposive sampling atau sampel yang bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan misalnya karena alasan keterbatasan waktu, tenaga dan sehingga tidak dapat mengambil sampel yang lebih besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, yaitu bahwa peneliti menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi :a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-
sifat atau karakteristik-karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat populasi.
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi penelitian.
Bertitik tolak dari pernyataan tersebut, dalam teknik purposive sampling,
populasi yang dijadikan sampel tidak dipilih secara acak melainkan ditentukan
sendiri oleh peneliti dan dianggap dapat mewakili berdasarkan pada tujuan
penelitian, dengan komposisi sebagai berikut :
23
a) Aparat kantor kecamatan 7 orang yang terdiri dari :
Camat 1 orang
Sekretaris Camat 1 orang
Kasie Pemerintahan 1 orang
Kasie Perekonomian 1 orang
Kasie Pembangunan 1 orang
Kasie Pemberdayaan Masyarakat 1 orang
Kasie Ketentraman dan Ketertiban 1 orang
Jumlah = 7 orang
b) Kepala Desa 12 orang yang terdiri dari :
Kepala Desa Rancah 1 orang
Kepala Desa Situmandala 1 orang
Kepala Desa Cisontrol 1 orang
Kepala Desa Bojonggedang 1 orang
Kepala Desa Karangpari 1 orang
Kepala Desa Kiarapayung 1 orang
Kepala Desa Cileungsir 1 orang
Kepala Desa Kawunglarang 1 orang
Kepala Desa Patakaharja 1 orang
Kepala Desa Dadiharja 1 orang
Kepala Desa Jangalaharja 1 orang
Kepala Desa Giriharja 1 orang
24
Jumlah = 12 orang
c) Perangkat Desa 24 orang yang terdiri dari :
Sekretaris Desa 12 orang
Sie Pembangunan 12 orang
Jumlah = 24 orang
d) Masyarakat yang memiliki sertifikat tanah 56 orang
Jumlah (n) = 99 orang
1.6 Lokasi dan Lamanya Penelitian
Dalam melakukan penelitian guna menyusun skripsi ini, peneliti memilih
lokasi penelitian di Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis.
Waktu yang akan digunakan untuk penelitian ini berlangsung selama 8
bulan, yaitu mulai bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Agustus 2006, dengan
jadwal kegiatan sebagai berikut,
25