BAB I · Web viewLamanya waktu proses discharge pasien ranap membuat citra rumah sakit di mata...
Transcript of BAB I · Web viewLamanya waktu proses discharge pasien ranap membuat citra rumah sakit di mata...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sehat ialah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
berdasarkan UU No 36 tahun 2009. Cara untuk sehat diwujudkan dengan berbagai
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit perorangan, keluarga, kelompok
atau masyarakat.
Rumah Sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan dan sesuai UU No 36
tentang Kesehatan, merupakan alat dan atau tempat untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah dan atau masyarakat.Berdasarkan Bab 1 pasal 11 UU No
36 upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. UU No 44 tahun 2009
Bab 1 Pasal 1 berisi tentang rumah sakit sebagai institusi yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat.WHO dalam Health Topics menyebutkan:
"Hospitals play an important role in the health care system. They are health care institutions that have an organized medical and other professional staff, and inpatient facilities, and deliver medical, nursing and related services 24 hours per day, 7 days per week" (WHO, 2014, hlm. 1)
Rumah Sakit mendapat tantangan besar dalam meningkatkan kualitas
pelayanan agar mampu berkompetisi baik di tingkat regional, nasional bahkan
internasional. Hal ini dikarenakan pasien menuntut kepuasan dalam mendapatkan
Universitas Indonesia
2
pelayanan rumah sakit yang dituju. Alasan ini menyebabkan rumah sakit harus
menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien lebih banyak dan
kemampuan untuk mempertahankan pasiennya. Pelayanan yang cepat, tanggap dan
fasilitas yang lengkap merupakan suatu hal yang dijadikan pertimbangan seseorang
dalam memilih rumah sakit.
Rumah Sakit harus memikirkan langkah strategis dalam kegiatan
operasionalnya agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 33
menerangkan tentang organisasi rumah sakit yang efektif, efisien dan akuntabel.
Rumah sakit harus melakukan efisiensi dalam melakukan manajemen pelayanan
untuk mencegah terjadinya defisit keuangan tanpa menurunkan kualitas pelayanan.
Unit Rawat Inap (Ranap) adalah salah satu revenue center bagi Rumah Sakit.
Manajemen Ranap juga diharapkan dapat melakukan efisiensi didalam kegiatan
pelayanannya.
Departemen Kesehatan dalam Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Bab 2
menjelaskan mengenai alur pasien yang dijelaskan dalam kegiatan di rawat inap. Alur
pasien dimulai dari proses pasien masuk ruang ranap sampai proses saat pasien
meninggalkan ruang ranap. Alur proses ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar
agar aliran pasien masuk dan keluar unit ranap dapat berjalan optimal. Unit ranap
adalah bagian dari unit pelayanan rumah sakit yang digunakan sebagai tempat
perawatan dan menerima pasien melalui poli rawat jalan, UGD, pasien rujukan dan
pasien yang sudah direncanakan untuk dirawat (elective admission). Proses
penerimaan pasien ranap harus dilakukan dengan cepat karena penundaan akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Penundaan (delay) akan mempengaruhi
kondisi pasien (outcome) selanjutnya. (Jurnal BMC Emergency Medicine, 2010) dari
1158 pasien yang mengalami penundaan dalam proses masuk unit ranap 12,4% di
antaranya mengalami waktu pemanjangan masa perawatan (Length of Stay) sehingga
biaya perawatan juga meningkat. Penundaan proses masuk dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas pasien. Penundaan proses pemulangan (discharge) pasien
juga mengakibatkan resiko infeksi nosokomial meningkat. Forster menemukan 1,5
Universitas Indonesia
3
kasus infeksi nosokomial per 1000 pasien ranap yang mengalami pemanjangan LOS
(Forster, 2000).
Tabel 1.1. Data Jumlah Pasien Unit Ranap RSE 2010-2013
2010 2011 2012 20130
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500 40373573
40194340
Jumlah Pasien
Tahun
Jum
lah
Pasie
n Ra
wat
Inap
Sumber: Data Jumlah Pasien unit Ranap 2010-2013, Bagian Rekam Medis RSE
Jumlah pasien pada unit Ranap Rumah Sakit Elisabeth (RSE) terlihat
berfluktuasi dan memperlihatkan peningkatan pada tahun 2013 (4340 pasien) dari
sebelumnya tahun 2012 (4019 pasien). Tahun 2011 (3573 pasien) menurun dari tahun
sebelumnya (4037 pasien). Efisiensi manajemen ranap dapat dilihat dari angka
indikator pencapaian pelayanan unit ranap di antaranya AVLOS, TOI, BTO dan TOI.
Indikator-indikator ini berkaitan erat dengan manajemen tempat tidur. Manajemen
tempat tidur dipengaruhi oleh LOS dan jumlah pasien yang keluar dan masuk unit
ranap. Tingkat pencapaian pelayanan unit ranap dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini, mencakup nilai BOR, AVLOS, BTO dan TOI.
Universitas Indonesia
4
Tabel 1.2. Tabel Data Pelayanan unit Ranap RSE tahun 2011-2013
2011 2012 20130
10
20
30
40
50
60
70
5054
70
3 3 314
35
9 105
Gambaran BOR, AVLOS, BTO dan TOI Unit Ranap RSSEB Tahun 2011-2013
BOR AVLOS BTO TOI
Sumber: Data Pelayanan Ranap 2011-2013, Bagian Rekam Medis RSE
Tabel diatas menunjukkan pencapaian BOR yang masih dibawah standar pada
tahun 2011 dan 2012, (Depkes RI,2005) BOR ideal 60-85%. Sementara Sedangkan
pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan menjadi 70%,. Nilai AVLOS (Depkes RI,
2005) AVLOS ideal 6-9 hari. TOI ideal (Depkes RI, 200) adalah 1-3 hari, sementara
RSE masih¿3 hari. Nilai BTO yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah 40-50
kali. BTO RSE masih dibawah standar ideal yaitu 1 kali (2011), 4 kali (2012) dan 35
kali (2013). Nilai indikator pelayanan ini jika dilihat dari setiap jenis kamar yang ada
di unit ranap terlihat perbedaan yang sangat jelas antara kelas 3 dengan kelas
perawatan lainnya. Hal ini juga mencerminkan tentang manajemen pengaturan tempat
tidur yang ada di unit ranap RSE.
Unit ranap meliputi ruang ranap VVIP, VIP, kelas 1, kelas 2, kelas 3, isolasi
dan ICU. Efisiensi manajemen ranap dapat dilihat dari angka indikator pencapaian
pelayanan unit ranap di antaranya AVLOS, TOI, BTO dan TOI. Indikator-indikator
ini berkaitan erat dengan manajemen tempat tidur. Manajemen tempat tidur
Universitas Indonesia
5
dipengaruhi oleh LOS dan jumlah pasien yang keluar dan masuk unit ranap. Kinerja
manajemen pelayanan ranap tidak terlepas dari kinerja seluruh unit yang terlibat.
Pencapaian kegiatan dapat dilihat dari angka indikator, diantaranya BOR, AVLOS,
BTO dan TOI. Analisis efisiensi manajemen pelayanan dapat dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap indikator tersebut. Salah satu cara Indikator tersebut
berhubungan erat dengan kapasitas tempat tidur (TT) yang ada di unit ranap. Untuk
meningkatkan kapasitas TT dapat dilakukan dengan menurunkan LOS. Proses
discharge yang berjalan baik juga meningkatkan kapasitas TT sehingga proses
penerimaan pasien masuk tidak mengalami penundaan.
Informasi yang didapatkan peneliti dari dokumen di bagian customer service
pada tahun 2013 didapatkan 21 keluhan tentang lamanya proses pemulangan. Pasien
yang tidak puas ada yang menyampaikan keluhan secara tertulis kepada bagian
customer service, ada yang hanya marah-marah tanpa memberikan pernyataan secara
tertulis sehingga tidak tercatat di dokumen keluhan pasien yang disediakan oleh
bagian customer service. Salah satu keluhan pasien yang terdapat dalam dokumen
bagian customer service, tentang lambatnya proses pemulangan yaitu adanya pasien
yang menyatakan dalam tiga kali masa perawatan, selalu menunggu lama pada saat
proses pemulangan. Keluhan yang tidak tercatat tentang lamanya proses pemulangan
(discharge) juga harus diperhitungkan.
Proses discharge merupakan bagian penting dari pelayanan unit ranap
sehingga keluhan pasien merupakan hal yang harus dijadikan sebagai perhatian untuk
segera dilakukan pembenahan. Proses ini bukan hanya melibatkan unit ranap tetapi
juga manajemen rumah sakit.
"Kalau masalah pemulangan pasien disini banyak, cuma masalahnya bagaimana cara penyelesaiannya.." (Informan 3).
Arti efisiensi dalam pendekatan manajemen rumah sakit tidak boleh diabaikan.
Upaya meningkatkan efisiensi juga dapat dilakukan dengan analisis proses kegiatan
yang melihat semua elemen yang terlibat sebagai suatu kesatuan sistem. Gambaran
dari keterkaitan lintas unit yang terlibat dalam pelayanan pasien di unit ranap juga
dapat dilihat secara keseluruhan sebagai kesatuan sistem. Salah satu pendekatan yang
Universitas Indonesia
6
digunakan adalah dengan Lean. Prinsip pendekatan Lean dengan melakukan analisa
suatu proses kegiatan melintasi batas antar unit yang terlibat. Dengan pendekatan
melalui analisis proses kegiatan, setiap langkah yang dilakukan dapat dinilai apakah
langkah tersebut dapat memberikan nilai tambah ataukah tidak menghasilkan nilai
tambah dan merupakan suatu pemborosan (waste).
Penggunaan Lean karena prinsip pendekatan menyeluruh yang dilakukan
untuk meningkatkan flow (aliran) dan menghilangkan waste (pemborosan). Pada
dasarnya, Lean adalah sebuah improvement process (perbaikan proses) yang
menempatkan segala sesuatu di tempat yang tepat, di waktu yang sesuai, dalam
jumlah yang benar dan meminimalisir waste (pemborosan). Konsep pendekatan ini
dapat diterapkan di banyak industri, termasuk kesehatan. Lean Healthcare
memberikan kekuatan berupa Continous Improvement (perbaikan berkelanjutan)
kepada Rumah Sakit (Graban, 2011). Ini dapat dilihat pada 2001, USA Today
melaporkan hasil sebuah studi mengenai perbaikan manajemen rumah sakit. Studi
dilakukan oleh Robert Wood Jhonson Foundation yang menemukan bahwa rumah
sakit yang menggunakan metode dan filosofi lean dalam manajemennya memiliki
performa yang jauh lebih baik dibandingkan rumah sakit pada umumnya. Berikut
hasilnya:
mengurangi waktu hasil pemeriksaan laboratorium hingga 60% tanpa
menambah staf atau peralatan baru (Alegent health, Nebraska)
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk proses dekontaminasi dan
sterilisasi peralatan hingga 70% (Kingston General Hospital, Ontario)
mengurangi angka kematian pasien berkaitan dengan infeksi aliran
darah sebesar 95% (Allegheny Hospital, Pennsylvania)
mengurangi waktu tunggu pasien untuk pelayanan pembedahan
orthopedik dari 14 minggu menjadi 31 jam (sejak pertama dijadwalkan
hingga pembedahan) - ThedaCare, Wisconsin
meningkatkan revenue dari pelayanan pembedahan sebesar U$808.000
pertahun (Ohio Health, Ohio)
Universitas Indonesia
7
Mengurangi length of stay pasien hingga 29% dan menghindari
pengeluaran biaya sebesar U$1,25 juta untuk renovasi UGS. (Avera
Mc Kennan, South Dakota)
berhemat sebesar U$75 juta dari Lean Rapid Improvement Event tahun
2004 dan reinvestasi jumlah tersebut untuk meningkatkan kualitas
pelayanan pasien (Park Nicollet Health Services, Minnesota).
Six Sigma adalah pendekatan yang menggunakan cara mengurangi variasi
yang terjadi dalam suatu proses dan menghasilkan suatu proses dan mencegah
terjadinya cacat sebesar 3,4 DPMO (Defect Permillion Opportunity atau
menghasilkan 3,4 kemungkinan terjadi kecacatan dalam sejuta kesempatan).
Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada dalam setiap
proses. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi proses dan memuaskan keinginan
pelanggan (pasien) sehingga meningkatkan nilai pelayanan (Cavanagh, 2000). Six
Sigma membawa perbaikan dalam pengurangan biaya, pengurangan waktu siklus,
pengurangan cacat dan pengembangan produk atau jasa.
RSE Bekasi saat ini dalam tahap pengembangan untuk naik menjadi rumah
sakit tipe C dengan penambahan tempat tidur dari 72 tempat tidur menjadi 150 tempat
tidur. Upaya peningkatan pelayanan ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
bagi masyarakat dan dari sisi rumah sakit juga diharapkan dapat meningkatkan
revenue. Efisiensi dalam melakukan pelayanan di unit ranap dapat dilakukan dengan
manajemen efisiensi tempat tidur yang ada. Efisiensi manajemen tempat tidur di unit
ranap berkaitan dengan discharge planning (perencanaan pemulangan) pasien.
Discharge planning terdiri atas beberapa proses dan diantaranya adalah proses
discharge yang dimulai saat dokter penanggung jawab pasien memberikan instruksi
pemulangan untuk pasien ranap hingga pasien keluar dari ruang ranap.
KepMenkes RI No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit disebutkan bahwa standar waktu pemberian informasi tagihan pasien
ranap adalah ≤ 2 jam. Proses pemberian informasi tagihan dimulai saat dokter
penanggung jawab memberikan instruksi pemulangan sampai saat kasir memberikan
informasi tagihan kepada pasien. Proses pemberian tagihan adalah bagian dari proses
discharge pasien ranap. Dengan perbaikan proses discharge diharapkan dapat
Universitas Indonesia
8
mencapai standar pelayanan minimal pemberian informasi tagihan pasien ranap yang
sesuai Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Lamanya waktu proses discharge
pasien ranap membuat citra rumah sakit di mata pasien menjadi buruk. Koordinasi
yang baik dan terpadu terkait berbagai unit yang terlibat dibutuhkan untuk
mendukung perbaikan proses discharge.
1.2 Perumusan Masalah
1. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin melakukan analisis mendalam
mengenai sistem discharge pasien ranap yang dilakukan di unit ranap RSE.
2. Bagaimanakah efisiensi yang sudah dilakukan selama ini dalam melaksanakan
proses discharge pasien ranap di RSE?
3. Bagaimanakah menggunakan pendekatan Lean Six Sigma untuk improvement
process (proses perbaikan) dalam mengurangi atau menghilangkan waste dan
menempatkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses discharge pasien ranap
dalam kegiatan yang sebenarnya?
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah bentuk alur poses yang menunjukkan hubungan antar unit yang
terlibat dalam alur proses discharge pasien ranap di RSE tahun 2014?
2. Bagaimanakah aliran proses dan informasi dalam proses discharge pasien ranap di
unit ranap RSE tahun 2014?
3. Aktivitas apa saja dalam proses discharge pasien ranap yang termasuk dalam
pemborosan dan tidak menambah nilai?
4. Aktivitas manakah yang dapat dilakukan perbaikan dengan pendekatan LeanSix
Sigma untuk proses discharge pasien ranap di RSE?
5. Bagaimanakah usulan desain perbaikan untuk proses discharge pasien ranap di
RSE dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Universitas Indonesia
9
1. Mengetahui pengelolaan proses discharge pasien ranap di RSE Bekasi.
2. Mengetahui hubungan kerja antar unit yang terlibat dalam proses discharge pasien
ranap untuk dapat dilakukan analisa dengan menerapkan konsep Lean Six Sigma.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah efisiensi dalam kegiatan pelayanan unit ranap RSE saat
ini.
2. Mengidentifikasi gambaran alur proses discharge di unit ranap RSE saat ini.
3. Mengetahui fungsi setiap unit yang terlibat dalam proses discharge di unit ranap
RSE saat ini.
4. Membuat pemetaan aliran proses (Value Stream Map) dan melakukan analisis
Value Stream Map untuk proses discharge di unit ranap RSE saat ini.
5. Mengetahui bentuk koordinasi antara unit ranap dengan unit lainnya yang terlibat
dalam proses discharge.
6. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas dalam proses discharge yang termasuk dalam
kategori memberikan nilai tambah (Value Added), yang tidak memberikan nilai
tambah (Non Value Added), dan pemborosan (waste).
7. Menbuat usulan desain perbaikan dalam proses discharge meliputi alur proses,
penggabungan atau pengurangan langkah proses serta dokumentasi untuk
perbaikan efisiensi proses discharge.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Rumah Sakit
Masukan bagi manajemen RSE dalam menentukan langkah-langkah strategis
untuk pengelolaan proses discharge pasien ranap agar pelayanan dapat
berlangsung efektif dan efisien.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Universitas Indonesia
10
Sumbangan penelitian ilmiah yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh peneliti
lain untuk dapat melakukan penelitian lebih dalam tentang analisis efisiensi proses
discharge pasien dengan pendekatan Lean Six Sigma.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi ide untuk penelitian sejenis yang akan
dilakukan di waktu yang akan datang.
1.5.3 Bagi Peneliti
Menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di program Kajian
Administrasi Rumah Sakit di Universitas Indonesia.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di unit ranap RSE di Jl. Raya Narogong Bekasi serta unit
yang terkait dalam proses discharge pasien ranap. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis masalah dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma dan
dilakukan pada bulan Mei 2014 sampai Juni 2014. Penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif menggunakan metode observasi, wawancara mendalam dan
telaah dokumen yang diperlukan untuk mendukung obyektifitas hasil dengan
melibatkan manajemen rumah sakit.
Universitas Indonesia
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Pedoman Organisasi Rumah Sakit dalam Permenkes RI No.
1045/Menkes/Per/XI/2006 Bab 1 Pasal 1 Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan rawat inap (ranap) dan rawat
jalan (rajal) yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka
panjang terdiri dari observasi, terapetik dan rehabilitatif. Ayat 6 menjelaskan
pelayanan medik adalah upaya kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan oleh tenaga medis sesuai standar
pelayanan medis. Pasal 24 Permenkes RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 Bab
VIIIdijelaskan dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi di
lingkungan rumah sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi baik di lingkungannya serta dengan instansi lain.
SK Menkes RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 rumah sakit mempunyai fungsi:
a) menyelenggarakan pelayanan medis
b) menyelenggarakan pelayanan penunjang medis
c) menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
d) menyelenggarakan pelayanan rujukan
e) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f) menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
g) menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
2.2 Rawat Inap
2.2.1 Pengertian Pelayanan Rawat Inap
Ruang Rawat Inap adalah ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan
pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.
Definisi pelayanan rawat inap merupakan pelayanan terhadap pasien masuk rumah
Universitas Indonesia
12
sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk observasi, diagnosa, terapi,
rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes RI, 2006).
2.2.2 Kegiatan pelayanan Ranap
Arus pelayanan pasien ranap dimulai dari pasien masuk di bagian penerimaan
pasien, mendapatkan nomor rekam medis, pelayanan ruang perawatan (pelayanan
tenaga medis, tenaga perawat, lingkungan langsung, pemyediaan peralatan medis/
non medis, pelayanan makanan/gizi), dilanjutkan pelayanan administrasi dan
keuangan, sampai pelayanan pasien pulang (Depkes RI, 2008).
(Revans dalam Anjaryani 2009) pasien yang masuk pelayanan rawat inap akan
mendapatkan:
1. Tahap Admission : penerimaan pasien
2. Tahap Diagnosis : pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.
3. Tahap Treatment : berdasarkan diagnosisnya pasien dimasukkan dalam
program perawatan dan terapi.
4. Tahap Inspection : pasien diobservasi secara continue dan dilihat respons
pasien terhadap pengobatan.
5. Tahap Control : setelah dianalisa kondisinya kemudian pasien
dipulangkan, pengobatan diubah atau diteruskan atau kembali ke proses
diagnosa ulang.
2.2.3 Sistem pelayanan Ranap
Azwar (2010), mutu asuhan pelayanan ranap dikatakan baik bila:
1) Memberikan rasa tentram kepada pasien
2) Memberikan pelayanan yang profesional dan setiap strata pengelola rumah
sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai
pasien pulang.
Dari kedua aspek ini diartikan:
1) Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus
mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan
penanganan segera.
Universitas Indonesia
13
2) Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan
bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar
3) Penanganan para dokter dan perawat yang profesional akan menimbulkan
kepercayaan pasoen bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit.
4) Penanganan para dokter dan perawat yang profesional akan menimbulkan
kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit.
5) Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah
sakit.
6) Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional.
7) Lingkungan rumah sakit yang nyaman.
2.2.4 Klasifikasi Ruang Ranap di Rumah Sakit
Klasifikasi ruang ranap ditetapkan berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan
yang disediakan oleh rumah sakit, seperti berikut:
1) kelas Utama (termasuk VIP)
2) kelas 1
3) kelas 2 dan kelas 3
2.2.5 Klasifikasi pasien ranap
Berdasarkan kedatangannya dibedakan menjadi:
1) pasien baru
2) pasien lama
Berdasarkan pengirimnya dibedakan menjadi:
1) dikirim oleh dokter rumah sakit
2) dikirim oleh dokter luar
3) rujukan
4) datang atas kemauan sendiri
2.2.6 Kualitas Pelayanan Rawat Inap
(Jacobalis dalam Anjaryani 2009) pelayanan kesehatan di ruang Ranap
berkaitan dengan:
Universitas Indonesia
14
1) Dokter, perawat atau petugas kesehatan
2) Aspek hubungan antar manusia
3) Kemanusiaan
4) Kenyamanan atau kemudahan fasilitas dan lingkungan
5) Peralatan dan perlengkapan
6) Biaya pengobatan
2.3 Proses Pelayanan di Ranap
2.3.1 Pelayanan Medis
PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Medik termasuk tenaga kesehatan.
Permenkes No. 262/1979 disebutkan manajemen pelayanan medik di rumah sakit
secara sederhana adalah suatu pengelolaan yang meliputi perencanaan berbagai
sumber daya medik dengan mengorganisir serta menggerakkan sumber daya
tersebut diikuti dengan evaluasi dan kontrol yang baik sehingga dihasilkan
pelayanan medik yang merupakan bagian dari sistem pelayanan di Rumah Sakit.
Tenaga medis adalah ahli kedokteran yang memberikan pelayanan medis kepada
pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik
berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggung
jawabkan. Tenaga medis dapat sebagai dokter umum maupun dokter spesialis
yang terlatih dan memiliki rasa pengabdian yang tinggi dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
2.3.2 Pelayanan Perawatan
Pekerjaan dari pelayanan perawatan memberikan pelayanan kepada
penderita dengan baik, memberikan pertolongan dilandasi keahlian, kepada
pasien-pasien yang mengalami gangguan fisik dan gangguan kejiwaan, orang
dalam masa penyembuhan dan orang-orang yang kurang sehat dan kurang kuat.
Dengan pertolongan tersebut pasien mampu belajar sendiri untuk hidup dengan
keterbatasan yang ada dalam lingkungan. Doenges (2000) proses keperawatan
adalah proses yang terdiri dari 5 tahap spesifik, yaitu:
Universitas Indonesia
15
a. Pengkajian: pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien melalui
wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya.
b. Identifikasi Masalah/Diagnosa Keperawatan: analisa data untuk
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien.
c. Perencanaan: pertama untuk identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan
dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan dengan
mempertimbangkan keinginan pasien.
d. Implementasi: melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses
keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.
e. Evaluasi: menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi
keperawatan. Mengganti rencana keperawatan jika diperlukan.
2.3.3 Pelayanan Penunjang Medik
Rumah sakit harus menyediakan fasilitas pemeriksaan dan pengobatan. Alat-
alat harus sudah tersedia dan siap pakai untuk kebutuhan yang mendadak.
Penunjang medik meliputi farmasi, laboratorium dan radiologi. SK Menkes No.
1333/menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa
pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sitem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung
jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut dan
pengkajian resep pasien ranap. Kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi
untuk pasien ranap bertujuan memenuhi kebutuhan di rumah sakit yang
diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem
persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan
sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi. Farmasi juga memberikan informasi
secara akurat dan terkini kepada dokter, apoeker, perawat, profesi kesehatan
lainnya dan pasien.
Universitas Indonesia
16
2.3.4 Pelayanan Administrasi dan Keuangan
(Jhon M. Echols dalam Pahlevi 2009) Administrasi adalah hak atau ijin
masuk bagi pasien yang berfungsi sebagai koordinator untuk penerimaan pasien
dirawat inap baik yang berasal dari gawat darurat atau rajal. Admisi adalah
ujung tombak pelayanan ranap. Bagian ini bertanggung jawab dalam
pendaftaran pra penerimaan pasien, penerimaan pasien dan dalam penentuan
ruang perawatan. Posisi pasien dalam daftar tunggu (Waiting List) juga
ditentukan oleh bagian admisi. Tata cara penerimaan pasien yang disebut
admitting procedure harus wajar sesuai dengan keperluannya. Dengan makin
meningkatnya jumlah pasien, pimpinan rumah sakit harus memberikan perhatian
yang konstan dalam membina sistem dan prosedur penerimaan pasien.
2.4 Sejarah dan definisi Lean Thinking dan Lean Hospital
Lean diartikan sebagai kurus (ramping). Lean Hospital adalah seperangkat
peralatan (tools set), sistem manajemen dan metodologi yang dapat mengubah rumah
sakit dalam mengatur dan mengelola sehingga dapat mengurangi kesalahan,
mengurangi waktu tunggu, menghilangkan semua hambatan dan mendukung kegiatan
dokter dan karyawan yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
perawatan pasien (Graban, 2009). Definisi Lean (Gasperz, 2011) adalah suatu
pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (Non-value
adding activities) melalui peningkatan terus menerus secara radikal (radical continous
improvement) dengan cara mengalirkan produk (material, work-in-process, output)
dan informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan
eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan.
Womack and Jones dalam Graban, 2009 mengemukakan lima prinsip dalam
pola pikir Lean, yaitu:
1) Menetapkan nilai dari sudut pandang pelanggan akhir (dalam hal ini adalah
pasien)
2) Mengidentifikasi semua langkah dalam value stream (aliran proses),
mengeliminasi setiap langkah yang tidak memberikan nilai tambah
Universitas Indonesia
17
3) Membuat langkah value-added(yang memberikan nilai tambah) yang terjadi
secara terintegrasi sehingga aliran pekerjaan lancar
4) Menetapkan nilai tambah (value added) dalam proses pelayanan ditarik dari
persepsi pelanggan (customer/ demand pull)
5) Mendapatkan kesempurnaan melalui usaha perbaikan terus-menerus
Fokus Lean adalah peningkatan terus menerus dari customer value (persepsi
pelanggan) melalui proses identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah dan merupakan pemborosan (waste).
Konsep Lean telah berkembang selama lima dekade dikembangkan oleh
Taiichi Ohno tahun 1950 dari Toyota. Seluruh perusahaan lean memiliki tiga tujuan
diantaranya:
1) pada level customer mencapai highest satisfaction of needs
2) pada level process mencapai total elimination of waste
3) pada level employee mencapai respect for human dignity
Pendekatan sistem ini disebut "Toyota Production System" dan merupakan awal dari
pemikiran lean yang dikembangkan dengan prinsip "Just-In-Time" (tepat pada
waktunya). "Just-in-Time" merupakan serangkaian prinsip, alat dan teknik yang
memungkinkan perusahaan memproduksi dan mengirim produk dalam jumlah kecil,
dengan lead time (total waktu proses suatu produksi) yang singkat dan untuk
memenuhi keinginan pelanggan yang spesifik. "Just-in-time" menyediakan barang
yang tepat, pada waktu yang tepat dengan jumlah yang tepat (Liker, 2004). Salah satu
dari pedoman ini adalah tidak adanya pemborosan-pemborosan dalam lini produksi,
misalnya tidak boleh ada cacat (zero defect) dan tidak boleh ada barang di gudang
(zero inventory) dan berbagai bentuk waste lainnya.
"Lean Thinking" adalah proses yang terdiri dari:
1) Mendefinisikan nilai untuk Konsumen
Cara terbaik melihat value (nilai) suatu produk adalah dari sisi konsumen yang
disesuaikan dengan sisi produsen, sehingga menghasilkan produk dan jasa
yang sesuai dengan kebutuhan konsumen namun tetap memperhatikan value
bagi produsen dalam penyediaan barang dan jasa tersebut (Liker, 2004).
2) Menetapkan Value Stream (aliran proses) dalam menghilangkan pemborosan
Universitas Indonesia
18
Value Stream didefinisikan sebagai kegiatan mulai dari desain, permintaan dan
menyediakan suatu produk mulai dari konsep sampai produk selesai, dari
permintaan sampai diterima konsumen. Aktivitas yang teridentifikasi di sini
adalah yang memberikan nilai (add-value) dan yang merupakan pemborosan
(waste)/"Muda" dalam bahasa Jepang, yaitu:
a) Value-Add, semua proses yang menghasilkan nilai tambah
b) Non Value-Add, semua aktivitas yang tidak menghasilkan
nilai/pemborosan namun tidak dapat dihindari dengan teknologi dan
sumber daya yang ada (muda tipe 1/ waste tipe 1)
c) Waste, semua aktivitas yang tidak menghasilkan nilai dan bisa
dihindari (muda tipe 2/ waste tipe 2). Kegiatan yang dilakukan benar-
benar memboroskan dan seharusnya dihilangkan, misal: transportasi
yang berlebih, pekerjaan berulang, produk yang cacat dan sebagainya.
3) Melakukan One Piece Flow (Graban, 2012)
One Piece Flow didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam satu kali
aliran. Flow atau aliran yang dimaksud kegiatan-kegiatan sepanjang value
stream yang dimulai dari proses desain sampai produksi diterima oleh
konsumen tanpa ada hambatan, kesalahan dan pengulangan proses.
Value Stream (aliran proses) akan memperlihatkan pemborosan di berbagai
tahap proses produksi barang dan jasa sehingga menjadi produk dengan
kualitas terbaik, biaya rendah dan waktu pengiriman yang singkat dan tepat
waktu.
4) Menerapkan sistem tarik atau "Pull System"
Pendekatan dalam sistem produksi ada 2 yaitu product push (perusahaan
memproduksi sesuai kemampuan atau kapasitas produksi yang ada) dan
market pull (segala sesuatu yang menurut konsumen tidak memberikan nilai
tambah dieliminasi atau diminimalisasi).
5) Perbaikan Berkelanjutan (Continous Improvement)
Proses perbaikan harus dilakukan di sepanjang waktu, berulang dan terus
menerus sehingga membentuk siklus. Keadaan terakhir dari suatu siklus
menjadi inisial bagi proses siklus kedua. Perbaikan akan berproses secara terus
Universitas Indonesia
19
menerus dan dapat ditemukan cara-cara terbaik sejalan pertumbuhan
perusahaan.
2.5.1. Definisi Lean Hospital
Penerapan paling sederhana mengenai Lean menurut Graban dalam "Lean
Hospital" terdiri dari dua bagian:
1) Total Elimination of Waste
Pemborosan yang merupakan segala aktivitas yang tidak membantu proses
penyembuhan terhadap pasien harus dihilangkan atau diminimalisir agar dapat
menekan biaya rumah sakit, meningkatkan kepuasan pasien serta
meningkatkan keselamatan pasien dan pegawai. Contoh:
waktu tunggu untuk diperiksa dokter
waktu tunggu pasien untuk tahap berikutnya
adanya kesalahan yang membahayakan pasien
pergerakan yang tidak perlu, contoh letak apotik dan kasir yang jauh
2) Respect of People
Respect dalam Lean adalah memotivasi pegawai agar melaksanakan pekerjaan
menjadi lebih baik dan konstruktif. Respect of People (menghargai orang lain)
bermakna luas, bagaimana pemimpin berkomitmen dan memberikan
kepercayaan kepada pegawainya dalam ikut serta membantu menyelesaikan
masalah dan mengurangi pemborosan, memotivasi pegawai agar lebih peduli
terhadap pasien dan lingkungan rumah sakit tanpa mereka merasa jenuh dan
terpaksa, membangun kerjasama antara pegawai pelaksana dan manajemen,
sehingga tidak ada anggapan bahwa manajemen mengatur sistem,
menyelesaikan masalah, membuat keputusan, sedangkan pegawai pelaksana
hanya melaksanakan instruksi saja. Ketika konsep Lean digunakan dalam
industri kesehatan, elimination of waste (mengurangi pemborosan) dan
respect of people (menghargai orang lain) adalah respect kepada pasien,
karyawan, dokter, komunitas dan stakeholder rumah sakit serta
lingkungannya, sehingga segala tindakan yang diambil harus dapat diterima
oleh semua yang terlibat. Lima prinsip Lean yang diadaptasikan ke dalam
Universitas Indonesia
20
sistem pelayanan di rumah sakit seperti yang ditulis oleh Womack dan Jones
(dalam Graban, 2009), seperti terlihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Prinsip-prinsip Lean dalam Lingkungan Rumah SakitNo Prinsip-Prinsip Lean Hospital1 Value Nilai secara spesifik harus dilihat dari sudut pandang konsumen
akhir (pasien)2 Value Stream Identifikasi semua tahapan proses yang memberikan nilai tambah
pada semua dan lintas departemen (the value stream) hilangkan tahapan-tahapan yang tidak memberikan nilai
3 Flow Jaga agar proses berjalan lancar dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab keterlambatan, misalnya muncul masalah kualitas layanan atau pengalokasi sumber daya
4 Pull Hindari mendorong suatu pekerjaan berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada, biarkan suatu proses jasa terjadi karena adanya kebutuhan atau suatu permintaan dari pasien (sehingga efisien dan sesuai dengan kebutuhan pasien)
5 Perfection Kejar kesempurnaan pelayanan melalui perbaikan berkelanjutan (continous improvement)
Sumber: Graban (2009)
Prinsip Lean Thinking dalam lingkungan Rumah Sakit akan meningkatkan
mutu pelayanan dengan memperbaiki aliran perjalanan pasien dan menghilangkan
pemborosan (waste). NHS dalam Going Lean in NHS menyebutkan lima prinsip:
1. Specify Value: spesifikasi value/nilai produk yang diinginkan oleh pasien.
Nilai adalah setiap kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan pasien dan
kesejahteraan pasien. Kegiatan yang tidak meningkatkan kesehatan pasien
disebut pemborosan (waste). Kegiatan yang tidak bernilai (Non Value Added)
tidak menambah kesehatan pasien namum tidak dapat dihilangkan dari suatu
proses kegiatan seperti penjadwalan ulang rawat jalan karena dokter tidak
praktek, jadwal praktek dokter yang tidak tersedia, pasien harus menunggu
hasil tes laboratorium.
2. Identify the value stream of patient journey (identifikasi aliran nilai) untuk
setiap proses jasa. Mencakup seluruh perjalanan pasien dari awal sampai
akhir. Mengidentifikasi Value Stream Mapping (pemetaan aliran proses)
memungkinkan kita secara visual mengetahui proses yang sedang berlangsung
Universitas Indonesia
21
sehingga kita dapat melakukan identifikasi terhadap waste, value added dan
non value added.
3. Make the Process and Value Flow (membuat proses dan nilai mengalir).
Eliminasi semua waste yang terdapat dalam aliran jasa agar nilai dapat
mengalir sehingga memungkinkan untuk menghilangkan hambatan agar
perawatan pasien dapat berjalan dengan lancar.
4. Let The Customer Pull (ditarik dari sisi pelanggan). Pelanggan menarik
produk atau jasa yang dibutuhkan. Perawatan yang diberikan sesuai dengan
permintaan dengan sumber daya yang diperlukan pada saat itu. Setiap langkah
dalam proses perawatan pasien perlu menarik orang, ketrampilan, bahan dan
informasi. Kita harus mmenuhi permintaan atau kebutuhan pasien.
5. Pursue perfection (mengejar kesempurnaan). Mengembangkan proses terus
menerus untuk mengejar kesempurnaan pelayanan melalui perbaikan yang
berkelanjutan.
Gambar 2.1 Lean Thinking Process
The 5 steps to Lean Thinking …
The continuous movement of products, services and information from end to end through the process
Define value from the customer’s perspective and express value in terms of a specific product
Nothing is done by the upstream process until the downstream customer signals the need
The complete elimination of waste so all activities create value for the customer
2 Map the
Value Stream
3Establish
Flow
4Implement
Pull
5Work to
Perfection
1Specify Value
Map all of the steps…value added & non-value added…that bring a product of service to the customer
What are your customers willing to pay for?
Lean Thinking Process
Sumber: CAHPMM : Six Sigma in Healthcare
Universitas Indonesia
22
Pada tahap 5 digambarkan langkah dalam mengejar kesempurnaan dengan
mengurangi waste/non value added (pemborosan) yang ada, sehingga seluruh
kegiatan menjadi aktivitas yang menambah nilai untuk pelanggan (value added
activities). Delapan jenis pemborosan yang ada di bidang kesehatan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 2.2 Delapan Jenis Pemborosan di Bidang KesehatanNo Waste "Muda" Definisi Contoh
1Defect/Rework (Cacat/mengulang kegiatan)
Pekerjaan berulang atau mengandung kesalahan
Salah obatBiaya/penagihan yang salahVariasi hasilMengulang pekerjaan
2 Overproduction (berlebih)
Pekerjaan yang berlebihan
Beberapa formulir untuk satu informasi yang samaSalinan laporan dikirim secara otomatis
3 Menunggu (Waiting) Menunggu informasi, peralatan atau material
Menunggu untuk dokter visitMenunggu laporanMenunggu pembedahan
4 Bingung (Confusion) Bingung karena tidak mengerti tugasnya
Aktivitas sama yang dilakukan berbeda oleh orang yang berbedaInstruksi tidak jelasSistem penagihan tidak jelas
5 Transportasi Merelokasi atau mengirim pasien, material atau suplai
Mengirimkan obat dari sentral farmasi ke satelit farmasiStaf berjalan mondar mandir ke ruang penyimpanan
6 Inventory Lebih banyak material yang disimpan dari yang dibutuhkan untuk kerja
Stok obat yang berlebihan
7 Pergerakan (Moving) Pergerakan orang yang tidak menambah nilai
Mencari informasi, material, orang, alat yang ditempatkan jauh dari tempat kerja
8 Proses yang berlebihan Aktivitas yang dilakukan tidak menambah nilai dari sisi pasien
Klarifikasi perintah, pesanan. informasi dan grafikPencatatan pelaporan yang membutuhkan formulir yang banyak
Sumber: Healthcare Performance Partners: 8 wastes with Healthcare Examples
2.5.2 Value Stream Mapping (VSM)
VSM atau pemetaan aliran proses adalah nilai pemetaan aliran yang
membantu para pimpinan rumah sakit melihat seluruh gambar melintasi batas-batas
departemen. Dengan pelihat pemetaan proses dan aliran informasi yang mengalir
Universitas Indonesia
23
kepada pelanggan sebagai aliran kerja. Peta proses membuat jelas langkah-langkah
dalam Value Stream Mapping (VSM) tahap mana yang merupakan suatu pemborosan
(waste) dan bagaimana membuat cara penyelesaian yang lebih mudah dan cepat serta
menemukan jawaban yang tepat sehingga dalam proses VSM bisa memberikan nilai
(value added) bagi pelanggan. VSM merupakan kumpulan semua kegiatan spesifik
yang diperlukan untuk membawa produk (layanan dan perawatan) melalui
pengelolaan pemecahan masalah, informasi dan transformasi fisik. Gambaran
Pemetaan waktu proses dan kegiatan value added dan non value added berperan
dalam konteks Lean secara keseluruhan.
Identifikasi pemborosan (Gaspersz, 2011) dicipatakan akronim E-
DOWNTIME Waste dan formulir identifikasi pemborosan dalam proses di tempat
kerja. Arti akronim tersebut adalah:
1. E: Environmental Health and Safety: pemborosan terjadi karena kelalaian dalam
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan
2. D: Defect, jenis pemborosan karena cacat atau gagal produk (barang dan atau
jasa)
3. O: Overproduction, jenis pemborosan karena produksi berlebih
4. W: Waiting, jenis pemborosan karena menunggu
5. N: Not utilizing employees knowledge, skills and abilities, jenis pemborosan
sumber daya manusia karena tidak menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan dari karyawan secara optimal
6. T: Transportation, karena transportasi yang berlebihan selama proses value
stream
7. I: Inventories, karena persediaan yang berlebihan
8. M: Motion, jenis pemborosan karena pergerakan yang banyak dari seharusnya
9. E: Excess Processing, jenis pemborosan karena langkah proses yang lebih
panjang dari yang seharusnya
2.5.3 Cross Functional Flowchart
Flowchart adalah gambaran alur proses yang ada atau yang akan diusulkan
dengan menggunakan simbol. Cross functional flowchart adalah gambaran alur proses
Universitas Indonesia
24
yang memperlihatkan keterkaitan antar beberapa unit dalam suatu proses kegiatan.
Simbol ini berupa gambar, garis dan kata-kata untuk menggambarkan kegiatan dan
urutan dari suatu proses. Flowchart standar atau sederhana yang sering kita dapatkan
tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan siapa yang bertanggung jawab atas
suatu tahapan dalam proses, juga tidak mampu menunjukkan hubungan antara pihak
pelaku proses tersebut. Aliran proses dapat terlihat jelas dan digunakan untuk
mengidentifikasi delay (penundaan), langkah yang berulang (rework), inspeksi yang
berlebihan dan tahapan yang dapat menimbulkan kegagalan sistem. Dapat dibuat
secara vertikal maupun horisontal. Tergantung proses apa yang akan ditampilkan.
2.5.4 Metode -metode dalam Lean
Lean terdiri dari sekumpulan alat yang digunakan untuk menggolongkan dan
menghilangkan waste (pemborosan). Metode dalam Lean yang banyak digunakan di
rumah sakit adalah Visual Management, 5 S dan Kanban (Graban, 2009).
1. Visual Management
Metode ini disebut juga dengan standarisasi kerja yaitu membuat kondisi
manajemen dapat terlihat oleh manajer dan pegawai. Waste (pemborosan)
dapat terlihat dan masalah yang menjadi penyebab dapat diidentifikasi. Bentuk
visual manajemen memungkinkan segala sesuatu terdokumentasi sehingga
setiap orang mendapatkan penjelasan tanpa harus bertanya. Contoh visual
manajemen dapat berupa petunjuk arah, daftar dokter, petunjuk prosedur
pembayaran, dan sebagainya.
2. 5 S
Metode ini merupakan konsep untuk membuat tempat kerja berada dalam
keadaan yang teratur. Hal ini dapat mengurangi pemborosan melalui 5 S
(Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) yang dalam bahasa Inggris disebut
Sort (Ringkas), Store (Rapi), Shine (Resik), Standardize (Rawat) dan Sustain
(Rajin).
a. Seiri/Sort/Ringkas
Pengelompokkan barang yang diperlukan dan tidak diperlukan
b. Seiton/Store/Rapi
Universitas Indonesia
25
Penempatan barang sesuai sesuai frekuensi penggunaan agar tertata
rapi, mudah ditemukan, mudah dijangkau dan dapat diambil lebih
cepat bila diperlukan.
c. Seiso/Shine/Resik
Menjaga kebersihan tempat kerja sehingga ruang kerja menjadi
nyaman dan melakukan pemeriksaan atau membersihkan barang-
barang yang ada di tempat kerja.
d. Seiketsu/Standardize/Rawat
Segala bentuk peraturan atau standar kerja agar semua yang ada di
lingkungan kerja diletakkan di tempat yang seharusnya.
e. Shitsuke/Sustain/Rajin
Pelaksanaan yang berkelanjutan membutuhkan komitmen atau
membiasakan diri melakukan pekerjaan sesuai standar yang sudah
ditetapkan.
3. Kanban (Kartu)
Merupakan metode yang menggunakan kartu atau tanda dalam bentuk fisik
untuk menunjukkan kapan waktunya memesan barang, dari siapa dan jumlah
yang diperlukan. Saat ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
komputer.
4. Error proofing
Metode ini adalah cara pandang dan upaya untuk mengelola suatu proses agar
dapat mencegah terjadinya cacat.
5. Kaizen
Metode ini merupakan upaya perbaikan terus menerus (Continous
Improvement). Hal ini dilakukan dengan melakukan evaluasi proses secara
terus menerus dengan melakukan dokumentasi dan standarisasi proses
perbaikan.
2.5.5 Hasil Penerapa Lean di pelayanan kesehatan
1) Allegheny General Hospital at Medical Care Unit (MCU) and Coronary Care
Unit (CCU) dimana pada tahun 2003 didapatkan 49 kasus infeksi pembuluh
Universitas Indonesia
26
darah utama pada 37 pasien dengan 19 angka kematian diantara 1753
admissions dan 1110 yang terpasang jarum infus, setelah penerapan Leantahun
2006 didapatkan tiga infeksi pembuluh darah utama pada 3 pasien, angka
kematian zero deaths, untuk 1832 admissions diantara 1898 yang terpasang
jarum infus. Tahun 2007, CCU telah berhasil meraih satu tahun tanpa infeksi
pembuluh darah utama untuk pasiennya (Grunden, 2008).
2) Seattle Children's Hospital menghemat 180 juta $ pada proses pembangunan
melalui proses pemanfaatan kapasitas gedung.
3) Delnor Hospital (Geneva, Illionois) berhasil mengurangi biaya ekspansi
sebesar 80 juta $ dengan melakukan improvisasi pencegahan penundaan
proses kepulangan, sehingga mengurangi length of stay dan hal ini
meningkatkan junlah kapasitas yang lebih hemat dibandingkan dengan
melakukan pengembangan konstruksi gedung.
4) Beberapa contoh penerapan Lean (Graban, 2009):
a. Penurunan waktu pemeriksaan hasil laboratorium klinis sebesar 60% di
Alegent Helath, Nebraska.
b. Penurunan dekontaminasi dan waktu sterilisasi alat-alat sampai 70%
pada Kingston general Hospital, Ontario
c. Pengurangan average length of stay sebesar 29% pada rumah sakit
Avera Mc Kennan, South Dakota
2.6 Konsep Six Sigma
Six Sigma diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan Richard Schroeder yang disebut
sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy. Metode yang sistematis menggunakan
pengumpulan data dan analisis untuk menentukan sumber variasi dan cara untuk
menghilangkannya. Metode ini pertama digunakan tahun 1986 untuk mengurangi
variasi dalam proses pembuatan elektronik di Motorola. Digunakan di seluruh dunia
saat ini untuk perbaikan proses meliputi berbagai macam organisasi, seperti rumah
sakit, perusahaan, sekolah dan perbankan (Cavanagh, 2009). Six Sigma adalah upaya
memperkecil variasi (sigma) dalam suatu proses dengan menggunakan target 3,4
Defect per Million Opportunities (DPMO).
Universitas Indonesia
27
Produk atau jasa yang diproses pada tingkat (kapabilitas proses) Six Sigma
diharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan. Bevan (2009) menjelaskan Six
Sigma adalah:
1. Merupakan ukuran statistik dari variasi yang terdapat dalam suatu proses.
Ukuran variasi yang digunakan adalah ukuran variasi dalam standar deviasi.
Hal ini dapat dilakukan setelah target pencapaian ditentukan. Setelah
dilakukan perbaikan kemudian dibandingkan data hasil yang dicapai sebelum
dan sesudah pelaksanaan Six Sigma. Gambaran pencapaoan target dengan Six
Sigma dapat dilihat dalam Gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.2 Illustrasi Six Sigma
Target CustomerSpecification
3s 3s 6.6% Defects
BEFORE
w i d e v a r i a n c e
Six Sigma illustrated
No Defects 6sAFTER
slim variance
Target CustomerSpecification
6s
Patients don’t feel the averages, they feel the variability
Sumber: CAHPMM Six Sigma in Healthcare
Perbaikan yang dilakukan setelah Six Sigma diharapkan dapat mengurangi
kecacatan. Proses ini membutuhkan waktu untuk mendapatkan data perbandingan
sebelum dan sesudah pelaksanaan Six Sigma.
Universitas Indonesia
28
Tabel 2.3 Hubungan Six Sigma dan DPMOSigma Kemungkinan per sejuta kesempatan %
6 3,4 kecacatan 99,9996
5 233 kecacatan 99,999943
4 6.210 kecacatan 99,9937
3 66.807 kecacatan 93,73
2 308.537 kecacatan 95,45
1 690.000 kecacatan 68,27
Sumber: Gasperzs V., 2011
Six Sigma adalah 3,4 kemungkinan kecacatan persejuta kesempatan yang setara
dengan 99,9996%.
2. Merupakan pendekatan untuk menghilangkan akar masalah yang
menyebabkan kecacatan.
3. Merupakan pendekatan yang bertujuan untuk memberikan kepuasan pada
pelanggan (konsumen).
Gambar 2.3 DMAIC
Sumber: Lean Six Sigma, The Basic
Universitas Indonesia
29
Dalam gambar terlihat urutan dari DMAIC dan setiap fase merupakan hasil dari
fase sebelumnya
2.7 Analisis Six Sigma dengan Metodologi DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve,
Control)
DMAIC (Gasperz, 2011) terdiri atas lima tahap utama, yaitu:
1) Define:
Mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses.
2) Measure:
mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline measurements) agar dapat
dibandingkandengan target yang ditetapkan.
3) Analyze:
Menganalisis hubungan sebab akibat berbagai faktor untuk mengetahui faktor-
faktor dominan yang perlu dikendalikan.
4) Improve:
Mengoptimalkan proses dengan mengimplentasikan solusi yang didapatkan.
5) Control:
Melakukan pengendalian terhadap proses secara terus-menerus untuk
meningkatkan kapabilitas proses.
Berardinelli (2012)mengatakan ada beberapa kasus yang tidak memerlukan
DMAIC dan ada yang mutlak harus menggunakan DMAIC. Metodologi ini
digunakan untuk melakukan perbaikan proses, jika masalah yang ditemukan bersifat
kompleks. DMAIC bisa tidak digunakan pada:
1) Data telah cukup untuk memilih/menemukan solusi terbaik untuk
permasalahan.
2) Hasil yang diharapkan mungkin telah teridentifikasi.
DMAIC adalah kerangka kerja yang terstruktur yang berbasis kepada
data.DMAIC berdasarkan proses-proses yang telah berjalan. Semua fase saling
mendukung, Defineakan memberitahu tim apa yang harus diukur, Measure
Universitas Indonesia
30
memberitahu tim apa yang harus dianalisa. Analyze membantu tim menemukan solusi
untuk Improve. Improve memberitahu apa yangharus dikontrol di fase Control.
2.7.1 Proses DMAIC dan Tools yang digunakan
(Gasperz, 2011) DMAIC adalah pendekatan yang digunakan dalam
melakukan analisis Six Sigma. Tahapan dalam DMAIC dapat diuraikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.4 DMAIC Process and Tools
DEFINE
Define Problem of Process Current State Map Identify and Prioritize Bottlenecks
Voice of the Customer SIPOC (Suppliers Inputs Process Outputs Customer)
MEASURE
Collect Data Process VSM Analysis Brainstorming
Pareto Charts FMEA
ANALYZE Cause and Effects/Fishbone Control Chart: approximately time out during peak hour Future State Map
IMPROVE
Line Balancing Solution Selection Matrix Kaizen Blitz Kanban Mistake Proofing Implementation of Solution
CONTROL
Control Plan Mistake Proofing Standard Operational Procedures Process Change Management Owner Process
Sumber: Gaspersz (2011)
Tools yang ada dipilih sesuai dengan proses yang dianalisis. Six Sigma adalah
metodologi yang menyediakan konsep atau metodologi yang digunakan untuk
menurunkan variasi proses dan meningkatkan kualitas produk atau jasa.
Universitas Indonesia
31
2.7.2 Tingkatan keahlian dalam Dewan Kualitas Lean Six Sigma
Penggolongan keahlian dalam melakukan proyek Six Sigma:
1. Champion:
Dewan Kualitas yang terdiri dari pemimpin-pemimpin senior dalam
organisasi. Individu yang mampu menjamin semua fungsi organisasi yang
berkaitan dengan Lean Six Sigma. Seorang Champion boleh berasal dari wakil
presiden eksekutif atau wakil presiden yang mengepalai kelompok fungsional.
Seorang Champion mendefinisikan implementasi Lean Six Sigma ke
seluruh organisasi.
Bekerjasama dengan owner (pemilik) untuk menjamin konsistensi
pelaksanaan Lean Six Sigma.
2. Master Black Belt:
Individu yang bertindak sebagai tenaga ahli / konsultan yang dipilih oleh
Champion.
Bekerjasama dengan Champion dalam memilih proyek Lean Six
Sigma.
Melatih Black Belt dan Green Belt
Pekerjaannya berkaitan dengan kepemimpinan, manajemen,
pendidikan dan pelatihan.
3. Black Belt:
Memimpin tim untuk peningkatan proses lintas unit
Bekerjasama dengan Master Black Belt untuk memberikan saran
kepada owner (pemilik).
mendokumentasikan hasil akhir dan mmembuat peta kemajuan proyek
Lean Six Sigma
4. Green Belt:
Merupakan individu yang bekerja paruh waktu
Bertanggung jawab untuk area spesifik pada proyek Lean Six Sigma
yang ditangani oleh Black Belt.
Universitas Indonesia
32
Fokus hanya pada proyek Lean Six Sigma yang berkaitan dengan
pekerjaan rutin mereka.
5. Anggota Tim
Anggota tim proyek Lean Six Sigma yang menerima pelatihan dasar tentang
metode dan alat Lean Six Sigma agar mereka mampu menerapkan dalam
proyek atau proses spesifik.
Mengumpulkan dan menganalisis data
Membantu mempertahankan hasil yang telah dicapai melalui proyek
Lean Six Sigma
2.8 Konsep Lean Six Sigma
Pertanyaan yang berhubungan dengan penggunaan Lean Six Sigma seperti di
bawah ini:
1. Apakah Lean atau Six Sigma dapat digunakan secara tunggal?
2. Apakah kita harus menggunakan keduanya?
3. Apabila kita akan melakukan keduanya, bagaimana?
4. Metode mana yang harus pertama kali digunakan?
5. Bagaimana kita tahu bahwa apa yang kita gunakan sudah benar?
Lean berfokus pada mengurangi kegiatan yang tidak menambah nilai / pemborosan
(non value added / wastes) di dalam suatu proses dengan tujuan mengurangi waktu
siklus dan memperbaiki efisiensi. Six sigma mengurangi variasi yang terjadi dalam
suatu proses dengan tujuan memperbaiki kualitas dan efisiensi.
Lean memiliki prinsip dasar (Gasperz, 2011):
Mengidentifikasi nilai produk
Mengidentifikasi VSM
Menghilangkan pemborosan
Mengorganisasikan agar produk mengalir dengan lancar sepanjang VSM
Mencari teknik secara terus menerus untuk mencapai keunggulan
Six Sigma adalah metode untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas.
Konsep dasar (Gasperz 2011) adalah menurunkan variasi dari proses agar kapabilitas
proses meningkat dalam menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) yang bebas
Universitas Indonesia
33
kesalahan (target minimum 3,4 DPMO atau Defects per Million Oppourtunities)
untuk memberikan nilai kepada pelanggan.
Tabel 2.5 Fokus Lean dan Six SigmaFokus Lean Fokus Six SigmaPemborosan material, waktu, aktivitas Variasi prosesMenyeimbangkan aliran dalam proses Identifikasi akar-akar penyebab dari masalahReduksi cycle time Menciptakan output proses yang seragamSangat penting untuk meningkatkan produktivitas
Sangat penting untuk meningkatkan kapabilitas proses dan kualitas produk
Sumber: Gaspersz (2011)
Pendekatan Lean akan mengidentifikasi NVA dan VA dan membuat VA
mengalir, lancar sepanjang VSM, sedangkan Six Sigma akan mereduksi variasi VA.
Integrasi antara Lean dan Six Sigma akan menghasilkan kerangka kerja Lean Six
Sigma. Orientasi dari Lean Six Sigma bukan pada produk (barang dan/atau jasa) tetapi
pada perbaikan manajemen sistem (Gasperz, 2011).
Langkah yang digunakan dalam pendekatan Lean Six Sigma dapat digambarkan
sebagai berikut:
Universitas Indonesia
34
Gambar 2.4 Siklus Six Sigma
Sumber: Lean Sigma Institute
Universitas Indonesia
LeanTime VariabilityIncrease SpeedEliminate WasteQuick Fix Solutions
Six SigmaProcess VariabilityImprove QualityIncrease YieldRoot Cause Solutions
35
Lean Six Sigma merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma yang
didefinisikan sebagai filosofi bisnis, pendekatan sistemis dan sistematis. Kombinasi
fokus Lean dan Six Sigma adalah sebagai berikut (Gasperz, 2011) :
Identifikasi dan menghilangkan pemborosan atau NVA
Peningkatan yang terus menerus dan radikal dalam mencapai six sigma
Mengalirkan produk dan informasi dengan pull system dari pelanggan
Meraih keunggulan dengan memproduksi 3,4 cacat untuk setiap sejuta
kesempatan atau operasi (3,4 DPMO).
Mengapa kita membutuhkan Lean Six Sigma karena Lean digunakan untuk perbaikan
kontinu yang harus dilakukan setiap saat sementara Six Sigma kita gunakan untuk
memperbaiki kualitas dari setiap langkah yang memberikan nilai tambah (Value
Added Activities) dengan mengurangi variasi yang terjadi dalam proses tersebut.
Gambar 2.5 Lean Six Sigma Achieved
Sumber: Lean Sigma Institute
Langkah yang terintegrasi dari kombinasi ini akan memberikan percepatan proses,
perbaikan kualitas dan peningkatan efisiensi secara kontinu.
Universitas Indonesia
36
2.8.1 Analisis Lean Six Sigma Tools
Penggunaan alat yang akan dipilih dalam setiap langkah yang diambil dari Lean dan
Six Sigma dapat digambarkan seperti dibawah ini:
Gambar 2.6 Lean Six Sigma Combination Tools
Sumber: Lean Sigma Institute
Tampak perbedaan langkah dalam Lean dan Six Sigma. Tahap 3 pada Lean
menekankan efisiensi proses dan bagian dari proses yang membutuhkan waktu yang
paling lama. Six Sigma pada tahap 3 menekankan analisa pada penyebab kecacatan.
1. Analisis dengan Lean Tools adalah analisis dengan Value Stream
Map(Gasperz, 2011) dengan menggambarkan semua aliran yang terjadi pada
suatu proses baik itu informasi maupun fisik. Peta ini memberikan informasi
mengenai proses dan digunakan untuk mengidentifikasi pemborosan.
Cara membuat VSM:
Tentukan produk atau pelayanan yang akan dibuat
Gambarkan aliran proses yang terjadi dalam pembuatan produk atau
layanan
Universitas Indonesia
37
Gambar 2.7 Tahapan 1 Value Stream Map
Sumber: Graban, 2005
Tambahkan aliran fisik/material yang terjadi
Gambar 2.8 Tahapan 2 Value Stream Map
Sumber: Graban, 2005
Tambahkan aliran informasi yang terjadi
Gambar 2.9 Tahapan 3 Value Stream Map
Universitas Indonesia
38
Sumber: Graban, 2005
Kumpulkan data proses dan hubungkan dengan kotakan pada
gambar
Tambahkan data proses dan lead time pada gambar
Gambar 2.10 Tahapan 4 Value Stream Map
Sumber: Graban, (2005)
Gambar 2.10 menunjukkan value stream map yang sudah lengkap dan
siap untuk dianalisa berdasarkan VA, NVA (Waste).
Verifikasi peta yang dihasilkan dengan menghitung persentase VA dan
NVA terhadap total waktu siklus.
Simbol yang digunakan dalam Value Stream Map dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Universitas Indonesia
39
Tabel 2.6 Simbol Value Stream Map
Sumber: Value Stream Map Template
Tabel 2.6 menunjukkan simbol-simbol yang digunakan dalam membuat VSM.
Masing-masing simbol menggambarkan bagian dari suatu proses yang menjadi bagian
dari VSM.
Universitas Indonesia
40
Analisis VSM mengidentifikasi 3 jenis kegiatan yaitu (Gasperrz, 2011) :
1) VA
2) NVA
Analisa VSM digunakan untuk mencari penyebab delay suatu proses. Tujuannya
untuk mengurangi pemborosan dan melakukan percepatan pada suatu proses kegiatan.
2. Analisis Six Sigma tools dengan Cause and Effect Diagram/ Fishbone
Diagram/Ishikawa Diagram
Cause and Effect Diagram adalah suatu tools pada DMAIC, dan biasa
digunakan pada langkah Analyze. Diagram ini melihat cause and effect yang
biasanya ditampilkan dalam bentuk diagram tulang ikan yang membantu
mengidentifikasi penyebab potensial dari suatu masalah. Disebut diagram
fishbone karena bentuknya seperti tulang ikan. Masalah yang terjadi dianggap
sebagai kepala ikan sedangkan penyebab masalah dilambangkan dengan
tulang-tulang ikan.Tulang paling kecil adalah penyebab paling spesifik yang
membangun penyebab lebih besar (tulang yang lebih besar).Diagram ini dapat
membantu mengeksplorasi masalah-masalah dan akar penyebab masalah.
Gambar 2.11 Cause and Effect Diagram
Sumber: Cause and Effect Analysis
Masalah yang akan dianalisa diletakkan dibagian ujung dari diagram. Sebab-
sebab yang menyebabkan masalah dimasukkan ke dalam garis-garis yang
Universitas Indonesia
41
berbentuk seperti tulang ikan.Hal-hal yang dapat menjadi sebab masalahdari
tulang yang besar dimasukkan ke dalam tulang yang kecil.
Tahapan yang harus dilakukan (Moch. Zen S. Hadi) :
1) Mengidentifikasi akibat atau masalah dan menentukan akar penyebab
2) Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama
3) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran
4) Mengkaji setiap kategori sebab utama
5) Mengetahui mengapa sebuah proses tidak bekerja dengan baik
Langkah-langkah yang akan diambil dalam analisis ini:
1) Masalah diletakkan di kotak problem
2) Kategori penyebab diletakkan didalam kotak penyebab (People,
Methode, Material, Environment, Measurements)
3) Melakukan Brainstorming untuk identifikasi faktor-faktor dalam setiap
kategori yang mungkin mempengaruhi. Dilakukan dengan bertanya
"mengapa ini terjadi?" terhadap setiap kategori.
4) Ulangi prosedur ini untuk setiap faktor di bawah kategori dengan terus
bertanya "mengapa" dan letakkan setiap segmen tambahan dibawah
setiap sub faktor. alanjutkan sampai tidak lagi mendapatkan informasi
ketika bertanya "mengapa".
5) Analisis hasil dengan mencari item yang muncul di lebih dari satu
kategori. Item inilah yang kemungkinan besar menjadi "penyebab".
2.9 Discharge Planning
2.9.1 Definisi
Kozier dalam Siahaan (2009) mendefinisikan discharge planning sebagai
proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit
yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Supriyati
(2011) discharge planning adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam
proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai
Universitas Indonesia
42
pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Medical Learning Network
(2013) "Discharge planning is conducted to plan for when a patient or resident leaves
a care setting. Health care professional(s) and the patient or resident participate in
discharge planning activities". Discharge planning melibatkan beberapa proses
didalamnya mulai pasien diterima di admission sampai pasien meninggalkan rumah
sakit (Agency for Healthcare Research Quality).
Gambar 2.12 Discharge Planning
Sumber: Agency for Healthcare Research and Quality
Discharge Planning terdiri atas beberapa proses yaitu proses pasien diterima
di admission, proses perawatan di ranap dan proses discharge. Discharge
Planning dimulai dari sejak pasien masuk (admission) sampai pasien keluar
dari rumah sakit (discharge event). Discharge Planning adalah proses
perencanaan kepulangan pasien yang terintegrasi melibatkan berbagai unit
yang terlibat dalam pelayanan pasien.
Proses discharge dimulai dari sejak dokter penanggung jawab pasien
(DPJP) menginformasikan kepada pasien bahwa pasien boleh pulang hingga
pasien pulang dari rumah sakit. Unit yang terkait terdiri dari: dokter yang
merawat, perawat, unit Farmasi, unit Penunjang Medik, unit Farmasi, unit
Universitas Indonesia
43
Administrasi dan Kasir. Setelah proses discharge selesai, Perawat akan
memberikan instruksi untuk bagian cleaning service agar ruangan disiapkan
untuk pasien baru. Unit Administrasi akan memasukkan data tempat tidur
yang kosong ke bagian admission setelah kamar siap untuk ditempati.
Gambar 2.13 Discharge and Bed Management
Sumber: An Exploratory Study of Bed Management
Ruth Boaden dalam Exploratory Study of Bed Management menjelaskan
tentang alur proses pengelolaan tempat tidur dan proses yang terlibat
didalamnya meliputi admission, perawatan dan discharge pasien. Discharge
merupakan bagian yang terkait dengan pengelolaan tempat tidur. Proses
discharge mempengaruhi efisiensi pengelolaan tempat tidur. Efektivitas
discharge mempengaruhi efisiensi pengelolaan tempat tidur. Dischage
Planning yang efektif akan mempengaruhi pengelolaan tempat tidur menjadi
efisien (Taufik, 2011). Petugas admission dapat memperkirakan kapan seorang
pasien pulang, tempat tidur yang tersedia pada saat tertentu dan berapa banyak
Universitas Indonesia
44
pasien yang dapat masuk ranap. Proses yang lancar alirannya akan
mengurangi penundaan waktu pasien masuk ruang ranap dan meningkatkan
revenue bagi rumah sakit.
BAB 3
GAMBARAN UMUM RS ELISABETH BEKASI
3.1. Sejarah dan profil RSElisabeth Bekasi
RS Elisabeth Bekasi adalah rumah sakit swasta yang didirikan oleh suster-
suster Ordo Santo Fransiskus pada tahun 2000. Pembangunan fisik dimulai tahun
2002 dan selesai tahun 2004. Bentuk awal masih berbentuk PBDS (Praktek Bersama
Dokter Spesialis) dengan nama PPKE (Perhimpunan Pelayanan Kesehatan St.
Elisabeth) diresmikan walikota Bekasi pada tanggal 14 Juli 2004. Rencana awal
pembangunan fisik gedung direncanakan untuk 8 lantai tetapi tidak mendapat izin dari
Dinas Tata kota Bekasi karena peraturan daerah saat itu yang melarang pembangunan
gedung bertingkat lebih dari 3 lantai. Yayasan kemudian membangun gedung
bertingkat 4 tetapi dengan membangun lantai basement sehingga tidak dianggap
melanggar peraturan daerah. Lantai basement yang semula direncanakan sebagai
tempat parkir kendaraan karyawan dialihfungsikan menjadi kantor, aula dan ruang
makan karyawan serta kantin umum.
PPKE berkembang menjadi RS Elisabeth Bekasi dan diresmikan Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bekasi pada tanggal 2 Februari 2006 dengan keluarnya izin
operasional tertanggal 30 januari 2006. Tanggal 30 Januari dirayakan sebagai hari jadi
RS Elisabeth Bekasi.Rumah Sakit ini adalah rumah sakit swasta yang status
kepemilikannya dimiliki oleh Yayasan Rumah Sakit Santa Elisabeth Bekasi.
3.2. Lokasi
Universitas Indonesia
45
Lokasi RSE terletak di Jalan Raya Narogong 202 Kemang Pratama Kelurahan
Bojong Rawalumbu Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi. Bagian depan RS
berbatasan dengan rumah-rumah penduduk, sebelah kiri berbatasan dengan gang
Pabuhari, sebelah kanan berbatasan dengan kompleks sekolah Marsudirini, sebelah
belakang berbatasan degan kompleks biara suster-suster Ordo Santo Fransiskus.
3.3. Fasilitas Pelayanan
RSE memiliki 72 tempat tidur (TT) dan sedang dalam penyelesaian lantai 3 untuk
menambah ruangan perawatan agar dapat memenuhi syarat menjadi rumah sakit tipe
C dengan jumlah 150 tempat tidur. Area RS Elisabeth Bekasi dimulai dari gerbang
masuk, melewati pos satpam dan gedung diesel lalu melalui pos petugas parkir untuk
menuju ke area parkir dan taman. Setelah itu memasuki gedung rumah sakit yang
terbagi dalam 3 lantai yaitu:
1. Lantai Basement yang terdiri dari :
1) Kantor Direktur Utama
2) Kantor Direktur Eksekutif
3) Kantor Wadir Sumber Daya Manusia dan staf
4) Kantor Wadir Medis dan jajaran Kepala Bagian
5) Kantor Sekretariat
6) Kantor staf Teknisi
7) Kantor Kepala Bidang Keuangan dan staf Keuangan
8) Kantor Kepala Bidang Umum
9) Kantor Diklat
10) Kantor Cleaning Service
11) Kantor Staf dan gudang logistik umum
12) Kantin
13) Ruang makan karyawan
14) Aula
15) Kantor staf Medical Check Up
16) Petilasan jenasah / rumah duka
Universitas Indonesia
46
17) Pantry
18) Ruang penyimpanan linen
19) Laundry
20) Lift Basement
2. Lantai 1 yang terdiri dari :
1) Unit Gawat Darurat
2) Unit Rehabilitasi Medis
3) Kamar Operasi Khusus Katarak pasien "LENSA"
4) Ruang makan dokter
5) Ruang rekam medis
6) Ruang Radiologi yang terdiri dari:
a. Ruang staf administrasi dan Radiografer
b. Ruang dokter Radiologi
c. Ruang Foto
d. Ruang USG
e. Ruang CT scan
7) Ruang tunggu pasien Medical Check up tipe eksekutif
8) Ruang Humas Marketing
9) Ruang Laboratorium
10) Ruang Kepala Bagian Penunjang Medis dan Staf Farmasi
11) Gudang Farmasi
12) Poli Spesialis, Poli Gigi dan Poli Umum
13) Ruang Klinik "Bekasi Joint and Spine Center (BJSJ)"
14) Ruang wakil Direktur Keuangan
15) Ruang Kepala Bidang Admisistrasi dan staf
16) Lobby / Ruang tunggu pasien
17) Ruang ganti perawat
18) Ruang istirahat dokter jaga
19) Polikklinik DOTS
20) Area mesin ATM
3. Lantai 2 yang terdiri dari :
Universitas Indonesia
47
1) Area kamar operasi
2) Area perawatan intensif (ICU)
3) Area kebidanan dan kandungan
4) Area ruang perawatan "ANNA" yang terdiri dari ruang VVIP, ruang
VIP, ruang kelas 1 dan ruang kelas 2
5) Nurse Station ruang "ANNA"
6) Area ruang perawatan "FRANSISKUS" yang terdiri dari ruang kelas 1,
ruang kelas 2, ruang isolasi kelas 1 dan 2
7) Kantor Wakil Direktur Keperawatan dan Kepala Bidang ruang
"FRANSISKUS"
8) Nurse Station ruang "FRANSISKUS"
9) Kantor petugas Gizi
10) Kamar ganti perawat
11) Musholla
12) Instalasi Gizi dan Dapur
13) Lift lantai 2
Sedangkan secara singkat dapat diuraikan bahwa RSE memiliki fasilitas:
a. Unit penunjang
Terdiri dari:
1) Direksi
2) Unit Marketing
3) Unit Humas
4) Unit Keuangan
5) Unit Sumber Daya Manusia (Personalia)
6) Unit logistik
7) Unit Laundry
8) Unit Gizi dan Dapur
9) Unit teknisi
10) Satuan Pengamanan
b. Unit Produksi terdiri dari :
Universitas Indonesia
48
1) Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat di RSE berlangsung 24 jam sehari dan
didukung oleh tenaga dokter umum, tenaga perawat dan tenaga /
petugas umum.
2) Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh unit rawat jalan RSE
meliputi :
a. Pelayanan spesialistik (17 poliklinik)
b. Poliklinik umu
c. Poliklinik gigi
d. Layanan khusus ( "LENSA" dan "BJSJ" )
e. Poliklinik DOTS ( Poli "Robert" )
f. Poliklinik HIV ( Poli "Rafael" )
g. Medical Check Up
3) Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan keperawatan dan kapasitas TT yang diberikan oleh unit
rawat inap RSE meliputi :
a. Kelas VVIP dengan kapasitas 2 TT
b. Kelas VIP dengan kapasitas 6 TT
c. Kelas 1 dengan kapasitas 6 TT
d. Kelas 2 dengan kapasitas 20 TT
e. Kelas 3 dengan kapasitas 16 TT
f. Ruang Isolasi dengan kapasitas 4 TT
g. ICU dengan kapasitas 4 TT
h. Ruang kebidanan dan kandungan dengan kapasitas 6 TT
i. Ruang Bayi dengan fasilitas 8 TT
Total 72 TT
4) Pelayanan Penunjang Medis
a. Apotek
b. Laboratorium
c. Radiologi
Universitas Indonesia
49
d. Rehabilitasi medis
e. Gizi
f. Kamar jenasah / rumah duka
5) Pelayanan Bedah Sentral
terdapat 3 kamar operasi besar dan ruang pemulihan
didukung oleh tenaga dokter spesialis bedah umum, dokter
spesialis bedah syaraf, dokter spesialis bedah tulang, dokter
spesialis urologi, dokter spesialis anestesi dan tenaga perawat
pelaksana
6) Pelayanan Diagnostik Elektromedik berupa USG dan CT Scan
3.4. Visi, Misi, Motto dan Tujuan
3.4.1. Visi
Menjadi tanda dan sarana kehadiran cinta Tuhan serta belas kasih NYA yang
menyelamatkan.
3.4.2. Misi
1. Memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional dengan penuh
keramahan dan persaudaraan.
2. Mengutamakan kebutuhan pasien tanpa membedakan suku, bangsa, agama
dan kepercayaan, status dan golongan, serta terbuka menerima mereka yang
miskin dan lemah.
3. Memberikan pelayanan secara holistik.
3.4.3. Tujuan
"Kesembuhan dalam iman" :
1. Sebagai rumah sakit berlandaskan iman Katolik, maka pelayanan yang
diberikan di RSSEB berupa pelayanan holistik yang mengedepankan nilai-
nilai keagamaan.
Universitas Indonesia
50
2. RSE adalah rumah sakit yang mengedepankan pelayanan manusiawi
penuh kasih berlandaskan ajaran agama Katolik yang dianut oleh suster-
suster pendirinya. Setiap pasien diharapkan mendapatkan pelayanan
kesehatan yang mereka butuhkan dengan senantiasa berharap kesembuhan
atas bantuan Tuhan Yang Maha Esa.
3. RSE memiliki pelayanan khusus yang dikenal dengan "Pastoral Care"
dimana setiap pasien rawat inap mendapat pelayanan doa sesuai agama
yang dianut oleh pasien. Setiap pasien rawat inap disediakan buku khusus
berisi doa singkat tentang permohonan kesembuhan sesuai agama masing-
masing. Khusus bagi pasien beragama Katolik setiap pagi akan dikunjungi
oleh suster penanggung jawab "Pastoral Care" untuk menerima komuni.
4. RSE memiliki Dewan Pelindung yang diketuai oleh seorang pemuka
agama Katolik ( Pastor ). Dewan Pelindung berada dibawah langsung
Keuskupan Agung Jakarta dan bertugas menyusun Pedoman Etik
berdasarkan ajaran agama Katolik dimana salah satu ajarannya adalah
menjunjung tinggi nilai kehidupanyang dalam hal ini dituangkan dalam
aturan larangan melaksanakan pelayanan operasi tubektomi dan vasektomi
kecuali atas indikasi mutlak menyebabkan kematian ibu.
5. Setiap pagi sebelum bertugas seluruh karyawan akan melakukan doa pagi
bersama di unit masing-masing. Dengan berdoa sebelum melaksanakan
tugas diharapkan karyawan akan merasa tenang dan dengan demikian
dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik.
3.5. Desain Fisik
RSE dibangun di atas tanah milik Yayasan St. Elisabeth yang memiliki luas tanah
11.779,4 meter persegi dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Jln. Raya Narogong
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan SMA Marsudirini
3. Sebelah Barat berbatasan dengan SMP Marsudirini dan Biara OSF
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Jln. Pabuari
Universitas Indonesia
51
Fisik bangunan terdiri atas 3 lantai yaitu :
1. Lantai Basement dengan luas 3.110,40 meliputi ruang direktur utama, ruang
direktur eksekutif, ruang komite medik, ruang sekretariat, ruang wadir
personalia dan staf, ruang staf maintenance medis, ruang IT, ruang petugas
logistik dan gudang logistik, ruang kepala bagian keuangan dan staf, ruang
kepala bagian umum dan petugas cleaning service, aula, gudang umum, kamar
jenasah dan rumah duka, kantin, ruang makan karyawan, gudang linen, laundry,
kamar sopir dan tukang kebun.
2. Lantai 1 dengan luas 3.110,40 meter meliputi hall / lobby, administrasi
pendaftaran, kasir, IGD dan Poli Umum, ruang ganti perawat, ruang istirahat
dokter umum, Polo DOTS, Rehabilitasi Medis, Kamar Operasi Khusus Mata
( OK "LENSA" ), Rekam Medis, Ruang Makan Dokter, Area Radiologi, Ruang
Humas Marketing, Gudang dan Instalasi Farmasi, Laboratorium, Ruang
Maintenance Umum, Kamar Jahit, Optik, Poli Spesialis, Kantin, Apotek dan
Taman "Elisabeth".
3. Lantai 2 dengan luas 2.799,36 meter meliputi ruang perawatan kebidanan dan
bersalin, ruang OK, ICU, ruang rawat "Anna" ( VVIP, VIP, Kelas 1, Kelas 2 ),
ruang rawat "Fransiskus" (Isolasi, Kelas 1, kelas 2, kelas 3, kelas 2 Anak, kelas
3 Anak ), Ruang Wadir Keperawatan dan Kabag, Ruang staf Gizi, Ruang ganti
perawat, Nurse Station ruang "Anna", Nurse Station ruang "Fransiskus",
Musholla dan Ruang Dapur.
RSE saat ini sedang dalam penyelesaian ruang perawatan lantai 3 untuk penambahan
menjadi 150 TT dalam rangka pengembangan kelas menjadi rumah sakit tipe C.
Proses pembangunan saat ini sudah mencapai 85%.
3.6. Struktur Organisasi RS Elisabeth Bekasi
RS Elisabeth memiliki ciri yang berbeda dengan rumah sakit lain karena
adanya Direktur Utama dan Direktur Eksekutif. Direktur Eksekutif dipegang oleh
Suster yang dipilih oleh Yayasan dan Direktur Utama adalah dokter S2 KARS.
Universitas Indonesia
52
Gambar 3.1. Struktur Organisasi
Sumber: Bagian Sekretariat RSE
Tampak bahwa ada Direktur Utama dan Direktur Eksekutif. Ada 5 Wakil
Direktur yang masing-masing membawahi kepala Bidang. Sementara Komite
berada langsung dibawah Direktur Utama dan Direktur Eksekutif.
3.7. Gambaran Ketenagaan RSE
Universitas Indonesia
53
Tabel 3.2. Jenis Ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikanJenis Ketenagaan 2010 2011 2012 2013
dr S2 KARS 1 2 3 4
dr Spesialis 31 29 37 39
dr Umum 12 13 15 18
dr Gigi 4 5 5 5
S1 Keperawatan 1 3 3 3
D3 Keperawatan 64 75 75 75
D3 Kebidanan 10 10 9 9
D3 Kesehatan Gigi 1 2 2 2
D1 Keperawatan 1 3 3 3
Perawat Kesehatan 3 6 6 6
Sekolah Pengatur Rawat Gigi 1 1 1 1
Tenaga keperawatan lainnya 1 - - -
Sumber :Data Ketenagaan 2010-2013 Rekam Medis RSE
Jumlah tenaga D3 keperawatan menempati posisi terbesar, disusul oleh tenaga
dokter spesialis diikuti oleh jumlah dokter umum sebanyak 18 orang.
Gambar 3.2. Diagram Data Jenis Ketenagaan RSSEB tahun 2013
Universitas Indonesia
54
2%24%
11%
3%2
%
45%
5%
1%
2%4% 1%
2013dr. S2 KARSdr. SPESIALISdr. UMUMdr. GIGIS1 KeperawatanD3 KeperawatanD3 KebidananD3 Kesehatan GigiD1 KeperawatanPerawat KesehatanPengatur Rawat Gigi
Sumber: Data Ketenagaan 2013, Sekretariat RSETampak bahwa jenis ketenagaan yang mendominasi adalah D3 keperawatan.
Dokter spesialis menempati posisi ke dua terbanyak. Dokter umum menempati
posisi ke tiga yang terbanyak. Pengatur rawat gigi jumlahnya hanya 1 orang.
Tabel 3.3. Jenis Ketenagaan SDM lainnya
No Jenis ketenagaan 2011 2012 20131 D3 Radiologi 5 6 62 D3 Rekam Medik 1 1 13 D3 Analis Kesehatan 3 3 34 D3 Gizi 3 4 45 SMK Boga 10 12 126 D3 Fisioterapi 5 4 37 Apoteker 3 3 38 S1 Farmasi - - -9 D3 Farmasi 2 9 910 Asisten Apoteker 10 5 511 S3 Mikrobiologi 1 1 112 D3 Sanitarian 1 1 1
Sumber: Sekretariat RSE
Tabel 3.3. menunjukkan jumlah tenaga SMK Boga menempati posisi
terbanyak, diikuti D3 Farmasi sebanyak 9 orang, D3 Radiologi sebanyak 6
orang dan Asisten Apoteker sebanyak 9 orang.
Tabel 3.4. Jenis Ketenagaan Berdasarkan Strata PendidikanNo Jenis Ketenagaan 2011 2012 2013
Universitas Indonesia
55
1 Tamat SD 9 9 92 Tamat SMP 18 17 173 D1, D2, SMA 41 45 424 SMEA 3 3 35 STM/STM Teknik 9 9 76 SMK Busana 4 4 47 SMK 31 38 408 Sarjana Muda/Setara
a. Ekonomi/Akuntansi 5 5 10b. Komputer 4 9 8c. Administrasi 2 7 2d. Sekretaris 2 2 2e. lainnya 13 5 5
9 Sarjana ( S1 )a. Biologi 1 1 1b. Psikologi 1 2 2c. Ekonomi / Akuntansi 3 3 3d. Komputer 1 1 1Lainnya - - 2
Total 147 159 158Sumber : Sekretariat RSE
Tabel 3.4. menunjukkan bahwa sarjana komputer jumlahnya 1 orang, sarjana
muda komputer 8 orang dan sarjana muda administrasi 2 orang.
Tabel 3.5. Tabel Spesialisasi Dokter Speasialis
No Tenaga Dokter Spesialis JUMLAH1 Spesialis Penyakit Dalam 32 Spesialis Bedah Umum 23 Spesialis Bedah Ortopedi 24 Spesialis Bedah Plastik 15 Spesialis Kulit dan Kelamin 26 Spesialis Mata 27 Spesialis Kebidanan dan Kandungan 38 Spesialis Anak 29 Spesialis Oro (Gigi Mulut) 110 Spesialis Saraf 311 Spesialis Bedah Saraf 112 Spesialis THT 213 Spesialis Jiwa 114 Spesialis Paru 215 Spesialis Jantung 116 Spesialis Urologi 117 Spesialis Rehabilitasi Medis 118 Spesialis Radiologi 219 Spesialis Patologi Klinik 1
JUMLAH 31Sumber : Sekretariat RSE
Universitas Indonesia
56
Dari Tabel 3.5. terlihat bahwa dokter spesialis yang terbanyak adalah dokter
spesialis penyakit dalam, spesialis saraf dan spesialis kebidanan. Spesialis
anak, spesialis bedah umum, spesialis bedah ortopedi masing-masing
jumlahnya 2 orang.
Tabel 3.6. Jenis Ketenagaan LainnyaNo Jenis Ketenagaan Jumlah1 Perawat Skill
- Perawat IGD bersertifikat BTCLS 11- Perawat Kamar Operasi bersertifikat 5- Perawat ICU bersertifikat 6
2 Tenaga Outsource- Satuan Pengamanan 5- Cleaning Service 12
3 Jumlah SDM umum- Non Administrasi (SD,SMP) 26- Administrasi 132
Sumber : Laporan Tahunan 2013, Sekretariat RSE
Dari tabel terlihat bahwa perawat IGD, kamar operasi dan ICU sebagian besar
sudah memiliki sertifikat. Tenaga Outsource terdiri dari satuan pengamanan
dan cleaning service.
3.8. Gambaran Kinerja Pelayanan RSE
Sementara kinerja pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari angka Bed Occupancy
Rate ( BOR ), Average Length of Stay ( AVLOS ), Bed Turn Over ( BTO ), Gross
Death Rate ( GDR ) dan Net Death Rate ( NDR ).
Tabel 3.8. Gambaran Kinerja Pelayanan RSE 2011No Kelas Perawatan TT BOR
(%)AVLOS
(hr)BTO (x)
TOI (hr)
1 VVIP 2 40,99 3,10 3,50 7,172 VIP 6 67,85 3,95 4,82 2,233 KELAS 1 6 60,22 3,01 4,29 2,844 KELAS 2 20 50,63 2,55 3,90 3,975 KELAS 3 16 75,86 3,30 6,29 1,176 ISOLASI 4 39,49 4,16 2,86 6,277 ICU 4 18,51 2,93 0,65 44,53
TOTAL RI 58 50,50 3,28 0,53 9,748 OBS VK
a. Partus Spontan 2 27,28 2,22 2,83 10,30b. Partus SC 2 50,50 3,41 3,79 5,64
Universitas Indonesia
57
c. Ginekologi (curretage dll) 2 62,47 1,69 7,54 1,95TOTAL R. KEBIDANAN 6 46,75 2,44 4,72 5,96
9 BAYIa. Sehat 6 27,89 2,67 2,18 12,68b. Sakit 2 12,05 2,52 1,17 21,24
TOTAL R. BAYI 8 19,97 2,59 1,67 16,96Sumber : Laporan Tahunan 2011, Rekam Medis RSE
BOR yang paling rendah ada Ruang Bayi Sakit 12,05% diikuti oleh Ruang ICU
sebesar 18,51%, tertinggi Ruang kelas 3 yaitu 75,86%. AVLOS tertinggi di Ruang
isolasi 4,16 hari dan BTO tertinggi di ruang ginekologi yaitu 7,54 kali. TOI tertinggi
adalah ICU sebesar 44,53 hari.
Tabel 3.9. Kinerja RSE tahun 2012No Kelas Perawatan TT BOR
(%)AVLOS (hr)
BTO (x)
TOI (hr)
1 VVIP 2 45,57 2,97 3,54 9,502 VIP 6 69,03 4,02 4,96 3,863 KELAS 1 6 63,51 3,03 4,92 3,864 KELAS 2 20 60,63 2,73 5,01 2,725 KELAS 3 16 81,06 3,50 6,88 0,866 ISOLASI 4 39,57 3,48 2,33 9,707 ICU 4 22,62 2,89 1,19 41,08
TOTAL RANAP 58 54,57 3,23 4,12 10,228 OBS. VK
a. Partus Spontan 2 29,91 2,56 3,33 7,62b. Partus SC 2 55,93 9,76 4,46 3,55c. Ginekologi (curretage dll) 2 64,43 2,87 6,79 1,98TOTAL OBS. VK 6
9 BAYIa. Sehat 6 21,97 2,32 2,49 10,04b. Sakit 2 7,93 1,11 0,75 4,29TOTAL BAYI 8 14,95 1,71 1,62 7,16
Sumber : Laporan Tahunan 2012, Rekam medis RSE
BOR kelas 3 adalah yang tertinggi diantara ruang ranap yang lain, yang paling rendah
nilai BOR-nya adalah ruang bayi yang sakit. AVLOS terbesar terdapat pada ruang
ranap partus SC sebesar 9,76 hari dan yang terkecil ruang ranap bayi sakit 1,11 hari.
BTO terbesar pada ruang ranap ginekologi (6,79 kali) dan terkecil ruang bayi sakit
Universitas Indonesia
58
(0,75 kali). TOI ruang bayi sehat tertinggi yaitu 10,04 hari dan terendah ada di ruang
ranap kelas 3 yaitu 0,86 hari.
Tabel 3.10. Kinerja RSE tahun 2013No Kelas Perawatan TT BOR
(%)AVLOS
(hr)BTO (x) TOI (hr)
1 VVIP 2 71,67 2,92 5,62 1,932 VIP 6 89,40 3,74 6,67 0,553 KELAS 1 6 84,87 3,12 6,00 0,804 KELAS 2 20 76,23 2,81 5,66 1,325 KELAS 3 16 87,26 3,40 7,10 1,506 ISOLASI 4 49,93 2,61 3,22 5,257 ICU 4 33,18 3,27 0,47 23,88
TOTAL RANAP 58 70,36 3,12 34,74 5,038 OBS. VK
a. Partus Spontan 2 15,36 2,22 3,19 9,99b. Partus SC 2 61,26 3,74 4,75 2,78c. Ginekolog (curretage dll) 2 80,73 2,35 9,56 0,77TOTAL R. KEBIDANAN 6 52,45 2,77 5,83 4,51
9 BAYIa. Sehat 6 26,20 18,29 2,69 8,55b. Sakit 2 9,96 1,00 1,36 14,25TOTAL R. BAYI 8 18,08 9,45 2,02 11,40TOTAL KESELURUHAN 72
Sumber : Laporan Tahunan 2013 Rekam Medis RSE
BOR di ruang VIP tertinggi yaitu 89,40% dan terendah di ruang bayi sakit yaitu
9,96%. AVLOS tertinggi terdapat pada ruang bayi sehat yaitu 18,29 hari dan terendah
pada ruang ranap bayi sakit yaitu 1 hari. BTO di ruang ICU 0,47 kali adalah yang
Universitas Indonesia
59
terkecil dan BTO tertinggi di ruang ranap ginekolog 9,56 kali. Ruang ranap VIP
memiliki TOI terkecil yaitu 0,55 hari dan TOI ruang ranap ICU sebesar 23,88 hari
adalah yang terbesar dari seluruh ruang ranap.
BAB 4
KERANGKA KONSEP
4.1. Kerangka Teori
4.1.1 Kerangka Teori dengan DMAIC
Lean Six Sigma Tools terdiri atas lima fase yaitu Define, Measure, Analyze,
Improve dan Control. Define dengan menggunakan Currrent State Map, Measure
dengan menggunakan data collection plan. Analyze dengan menggunakan Cause and
Effect Diagram dan analisis Value Added, Non Value Added dan Waste. Improve
dengan membuat Future State Map. Fase Control dengan melakukan evaluasi
implementasi Future State Map. Fase Improve dan Control tidak dimasukkan ke
dalam lingkup penelitian ini karena kedua fase ini melibatkan komitmen dengan
manajemen dan owner (pemilik) yang membutuhkan waktu dalam pelaksanaannya.
Gambar 4.1.Phase of The DMAIC Methode
Universitas Indonesia
60
Sumber: Lean Six Sigma
Setiap fase DMAIC merupakan hasil dari fase sebelumnya. Untuk penelitian
ini, lingkupnya hanya sampai pada fase Analyze karena fase Improve dan Control
harus melibatkan kerjasama tim yang melibatkan pihak manajemen dan owner.
Langkah-langkah yang akan diambil dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.1. Langkah DMAIC
DEFINE1) Proses Discharge dan unit yang terlibat2) Current State Map proses Discharge3) Identifikasi dan menemukan bottlenecks
MEASURE1) Analisis Value Stream Mapping2) Pengumpulan data
ANALYZE1) Cause and Effect / Fishbone / Ishikawa2) Future State Map
IMPROVE1) Plan Implementation2) Implementation of Solution
CONTROL1) Process Change Management 2) Owner Process
Fase Improve dan Control memerlukan persiapan dari pihak manajemen dan owner.
Gasperz (2011), peningkatan proses jasa dapat menggunakan DMAIC karena dapat
diterapkan dalam semua proses. DMAIC digunakan pada keadaan waktu siklus yang
bervariasi dan proses yang berfluktuasi dari suatu kegiatan.
Universitas Indonesia
DEFINE:Flow Chart Proses yang terlibat Proses DischargeCurrent State MapBottleneck
MEASURE:Analisis VSMIdentifikasi VA, NVA dan Waste
ANALYZE:Cause and Effect / Fishbone / IshikawaMembuat usulan Future State Map
IMPROVE
61
4.2. Kerangka Pikir
LINGKUP PENELITIAN :
Universitas Indonesia
62
DMAIC digunakan untuk Improvement suatu proses kegiatan dalam hal ini
proses discharge yang melibatkan unit-unit yang saling berkaitan satu dengan yang
lain. Proses discharge tidak dapat berjalan dengan baik jika ada satu unit yang tidak
dapat melakukan fungsinya dengan baik. DMAIC melihat masing-masing proses di
unit yang berkaitan dan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya.
Sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk melakukan perbaikan proses. Tahap Improve
dan Control harus dilakukan oleh Manajemen dan Pemilik. Analisa dengan DMAIC
menghasilkan usulan Future State Map untuk usulan perbaikan proses discharge.
Penelitian ini menggunakan DMAIC yang dilakukan hingga tahap Analyze
karena untuk sampai pada tahap Improve, kita harus memiliki nilai target yang akan
diraih. Target untuk waktu proses discharge belum ditentukan oleh manajemen RS St.
Elisabeth Bekasi sehingga tahap Improve tidak dapat dilakukan pada penelitian ini.
Penelitian proses discharge dengan pendekatan Lean Six Sigma pada tahap Improve
melakukan analisa statistik dengan Standar Deviasi. Diharapkan dengan penelitian
ini, dapat dilakukan penelitian selanjutnya untuk tahap Improve dan Control dalam
proses discharge.
Analisis Fishbone (Sugianto, 2012) merupakan alat sistematis melihat efek
dan sebab yang berkontribusi pada efek tersebut.Thomas Pzydek dalam Sugianto
mengemukakan analisis Cause and Effect / Fishbone digunakan untuk menunjukkan
semua pengetahuan yang dimiliki sebuah kelompok sehubungan dengan masalah
tertentu. Diagram ini mengkategorikan banyaknya potensi penyebab masalah atau isu-
isu dengan mengidentifikasi akar penyebab. Penyebab kemudian digolongkan ke
dalam beberapa faktor yang diyakini sebagai penyebab utama dari masalah. Penyebab
turunan kemudian disusun berdasarkan hubungannya dengan penyebab utama
kategori yang digunakan Man, Machine, Methode, Material, Environment. Cara
Universitas Indonesia
CONTROL
63
mencari akar penyebab untuk setiap penyebab yang mungkin adalah dengan
menanyakan "mengapa?". Interpretasikan dengan melihat penyebab yang berulang
paling banyak.
4.3 Definisi Operasional
Tabel 4.2. Definisi OperasionalVariabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Flow Chart proses discharge Bagan aliran yang menunjukkan aliran dalam suatu proses kegiatandischarge
Observasi Visio Bagan aliran proses discharge
Proses Discharge Kegiatan dalam pemulangan pasien ranap dimulai saat dokter penanggung jawab pasien memberikan instruksi pulang hingga pasien keluar dari rumah sakit
ObservasiPertanyaan Telaah dokumen
Stopwatch Lama waktu total proses discharge
Current State Map Proses Discharge
Gambaran dari kondisi aktual Value Stream Mapping proses discharge saat ini
ObservasiPertanyaan Telaah dokumen
StopwatchVSM Smart Draw
Bagan Current State VSM proses dischage
Bottleneckproses discharge Kegiatan yang paling lambat dalam suatu proses kegiatan
ObservasiPertanyaan
Stopwatch Lama waktu proses kegiatan dari setiap unit yang terlibat dalam proses discharge
Universitas Indonesia
64
DMAIC Metode dari lean six sigmayang merupakan siklus improvement yang berbasis kepada data, digunakan dalam menganalisis masalah dan melakukan perbaikan suatu proses kegiatan
Metode Analisis DMAIC
DefineMeasureAnalyze
Future State VSM proses discharge
Define Identifikasi masalah untuk mengetahui proses yang akan diperbaiki
ObservasiPertanyaan Telaah dokumen
StopwatchVisioVSM Smart Draw
Flow chart tiap unit yang terlibat proses dischargeCurrent State VSM proses discharge
Measure Aktifitas pengukuran proses sebelumnya dimana dalam langkah ini informasi atau data dikumpulkan
Metode analisis VSM
VSMSmart Draw
Data kegiatan yang termasuk VA, NVA dan Waste
Analyze Identifikasi akar penyebab masalah dengan berdasarkan analisa data, tools yang digunakan disini adalah cause & effect / fishbone diagram
Metode analisis cause & effect / FishbonePertanyaan (Brainstorming)
Visio Diagram cause & effect / Fishbone proses discharge
Improve Tahap pengujian dan implementasi dari solusi yang didapatkan untuk memperbaiki dan mencegah masalah dalam proses.
Implementasi Future State VSM
Indikator Perbaikan proses kegiatan dischargeStandarisasi proses discharge
Universitas Indonesia
65
Control Tahap terakhir dalam DMAIC, fase pengawasan terhadap perbaikan yang dibuat untuk memastikan sukses yang berkelanjutan.
Pemantauan hasil proses perbaikan
Evaluasi Rencana pengendalian proses dan Standard Operating Procedure baru
Value Stream Mapping (VSM) Metode dalam melakukan pemetaan yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan aliran produk dan informasi mulai dari supplier, produsen dan konsumen dalam satu gambar utuh meliputi semua proses dalam satu sistem
ObservasiPertanyaanTelaah Dokumen
VSM Smart Draw
Gambaran VSM proses discharge pasien ranap
Analisis VSM Analisis VSM suatu proses dengan mengidentifikasi kegiatan menjadi VA, NVA dan Waste
Metode Analisis VSM
Kriteria VA, NVA dan Waste
Daftar kegiatan digolongkan dalam VA, NVA dan Waste
VA (Value Added) Kegiatan yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan artinya pelanggan mau membayar untuk proses yang dikerjakan
ObservasiTelaah VSM
VSM Smart draw
Daftar kegiatan yang termasuk Value Added
NVA (Non Value Added) Kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah bagi pelanggan tetapi tidak dapat dihilangkan
Observasi Telaah VSM
VSM Smart draw
Daftar kegiatan yang termasuk Non Value Added
Waste Kegiatan yang tidak bernilai tambah terhadap pelanggan (gerakan, proses yang berlebihan, menunggu, dll)
ObservasiTelaah VSM
VSM Smart Draw
Daftar kegiatan yang termasuk waste
Universitas Indonesia
66
Analisis Cause & Effect / Fishbone Metode analisis dengan brainstorming untuk mencari akar penyebab permasalahan
Metode Analisis Cause & Effect / Fishbone
Visio Diagram Cause & Effect / Fishbone
Future State Map Gambaran pemetaan usulan perbaikan dari kondisi yang ada yang ingin dicapai oleh sistem dalam melakukan proses
ObservasiPertanyaan Telaah dokumen
VSM Smart draw
Bagan Future StateMap proses dischage
BAB 5
METODE PENELITIAN
5.1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik kualitatif dengan metode observational action
process research yang menggunakan acuan Lean Six Sigma (metode DMAIC) melalui
telaah dokumen, observasi, wawancara terstruktur dengan unit yang terkait dalam
proses discharge pasien ranap. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya perbaikan
proses discharge pasien ranap.
Universitas Indonesia
67
Tabel 5.1 Dikotomi Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Sumber: Reaching the Parts Other Methods Can Not Reach
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi proses discharge pasien ranap.
Teori yang digunakan adalah Lean Six Sigma. Mays (1995) action research adalah
penelitian yang dilakukan dengan melakukan aksi observasi terhadap suatu situasi
yang terjadi pada saat itu, dengan menggunakan teori yang telah dipilih sebagai acuan
penelitian.
Koshy (2005), action research menghasilkan sebuah pengetahuan baru
berdasarkan situasi saat itu yang didapatkan dari hasil observasi. Action research
menggunakan teori yang spesifik untuk proses yang akan diteliti dan langkah
observasi yang dilakukan mengamati proses dan kemudian berdasarkan proses
tersebut dilakukan perencanaan ulang sebagai langkah perbaikan.
Gambar 5.1 Action Research For Improving Practice
Universitas Indonesia
68
Sumber: Koshy (2005)
Pada tahap scanning the literature yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan
langkah observasi berdasarkan teori Lean Six Sigma. Peneliti berusaha memahami
lebih mendalam mengenai permasalahan dalam proses discharge dengan
menggunakan teori Lean Six Sigma sebagai ukuran upaya perbaikan dari sisi pasien.
5.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di unit rawat inap RSE di Jalan Narogong Raya No.
202, Bekasi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei - Juni 2014.
5.3. Sumber Data
Data primer didapatkan dari observasi langsung terhadap ranap kelas 3 yang
telah diizinkan pulang oleh dokter yang bersangkutan pada saat visit dokter terakhir
dari pukul 08.00 - 15.00. Sampel diambil dari hari Senin sampai dengan Minggu dari
tanggal 12 Mei 2014 - 19 Mei 2014. Observasi dilakukan terhadap seluruh unit yang
terlibat dalam proses discharge di unit ranap kelas 3. Unit tersebut adalah Dokter,
keperawatan, administrasi, farmasi dan kasir. Wawancara terstruktur dan wawancara
mendalam, dengan informan sebanyak 8 orang terdiri dari Direktur Utama RSE, wakil
direktur medis, wakil direktur keperawatan, dokter spesialis, kepala humas, perawat
Universitas Indonesia
69
unit ranap kelas 3, petugas administrasi unit ranap kelas 3 dan HIS. Wawancara
mendalam untuk informan terpilih yang dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan. Hasil observasi kemudian akan diteliti melalui wawancara langsung
untuk dapat mengetahui kesesuaian data dan bila ada ketidaksesuaian dapat segera
dilakukan koreksi data. Data sekunder didapatkan dari telaah dokumen baik dari
bagian Rekam Medis maupun dari unit terkait.
5.4 Penentuan Informan
Penelitian ini adalah untuk memilih pasien dan petugas yang akan dilakukan
observasi terhadap proses discharge pasien unit ranap. Sampel diambil dari tanggal 13
Mei - 19 Mei 2014. Data yang diambil adalah data yang dapat mengidentifikasikan
proses discharge pasien unit ranap. Observasi dilakukan pada jam pelayanan pagi
yaitu antara jam 08.00-15.00 WIB.
Informan dipilih secara non probability dengan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, dilakukan untuk
menghindari bias. Informan yang akan dipilih harus berdasarkan pertimbangan:
1) Kesesuaian berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya serta kesesuaian dengan
topik penelitian
2) Kecukupan yaitu mampu menggambarkan dan memberikan informasi yang cukup
terhadap topik penelitian yang diperlukan.
3) Terlibat langsung dalam kegiatan yang diteliti
4) Memiliki waktu yang memadai untuk dimintai informasi
5) Tidak cenderung menyampaikan informasi atas hasil "pendapatnya" sendiri
Tabel 5.2. Informan yang dipilihNo. Informan Jumlah1 Direktur Utama RSE 12 Wakil Direktur Medis 13 Wakil Direktur Keperawatan 14 Dokter Spesialis 1
Universitas Indonesia
70
5 Kepala Humas 16 Perawat unit ranap kelas 3 17 Petugas Administrasi unit ranap kelas 3 18 Petugas HIS 1
5.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dengan:
1) Observasi Non Partisipatif
Metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan
secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian.Tujuannya
adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di
lapangan atau tempat penelitian. Kelemahan metode ini adalah kehadiran
pengamat dapat mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang diamatinya.
2) Wawancara dilakukan dengan wawancara terstruktur dan wawancara
mendalam. Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data bila
peneliti telah mengetahui informasi apa yang ingin diketahui. Peneliti
dalam melakukan wawancara telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah
disiapkan. Setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti
mencatatnya. Wawancara mendalam merupakan wawancara tidak
terstruktur dengan seorang subyek yang diselidiki, dimana pewawancara
harus terampil untuk menemukan perasaan subyek terhadap satu topik.
Sering digunakan untuk mengungkap hal-hal yang sulit untuk diungkap
dengan metode lainnya.
3) Telaah Dokumen
Mencatat data-data pendukung yang berkaitan dengan proses discharge
pasien ranap di RSE. Data diambil dari unit yang terkait dengan penelitian,
meliputi alur proses discharge pasien ranap, pedoman pelayanan pasien
ranap, alur proses di masing-masing unit dalam proses discharge dan data-
data lain yang diperlukan.
5.6 Instrumen Pengumpulan Data
1) Instrumen pengumpulan data primer adalah:
Universitas Indonesia
71
Pedoman Wawancara berisi daftar pertanyaan untuk informan terpilih
yang diambil dari level manajer ranap dan operasional dibantu oleh
alat perekam dan alat tulis
Pedoman Observasi berupa panduan pengamatan kegiatan di unit yang
terlibat dalam proses discharge pasien.
2) Instrumen pengumpulan data sekunder adalah panduan dalam melakukan
telaah dokumen yang diperlukan untuk penelitian.
3) Instrumen untuk melakukan analisis dengan pendekatan Lean Six Sigma
(DMAIC) dengan menggunakan perangkat software seperti visio dan VSM
smart draw.
5.7 Sumber Data Yang Dibutuhkan
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain meliputi unsur
organisasi dan manajemen yaitu Direktur Utama, Wakil Direktur Medis, Wakil
Direktur Keperawatan, Kepala Humas, Dokter Spesialis, Petugas Administrasi Ranap
kelas 3 dan Petugas HIS. Sumber data yang juga dibutuhkan adalah sistem informasi
rawat inap, sistem dokumentasi online rumah sakit, dokumen hasil isian formulir
umpan balik pasien ranap, SOP proses discharge yang sudah ada di unit administrasi
ranap.
5.8 Pengolahan dan Analisis Data
Data Indikator pelayanan unit ranap Januari-Desember 2013 diolah dan
dianalisis dengan pendekatan Lean Six Sigma (DMAIC). Langkah analisis dengan
metode DMAIC :
1) Define:
Data alur proses dari masing-masing unit yang terlibat dalam proses
discharge kemudian dibuat flow chart (alur proses) dari keseluruhan
proses.
Current State Value Stream Mapping (peta alur proses yang ada saat ini)
dibuat dengan VSM smart draw
Universitas Indonesia
72
Observasi masing-masing unit membutuhkan waktu berapa lama untuk
menyelesaikan fungsinya dalam proses discharge pasien ranap
Bottleneck dapat dinilai dari kegiatan yang membutuhkan waktu paling
lama dari seluruh proses discharge ini.
2) Measure:
Analisis VSM dengan menilai kegiatan menjadi tiga bagian yaitu VA,
NVA dan Waste
Golongkan kegiatan berdasarkan jenisnya : VA, NVA (Waste).
3) Analyze:
Analisis Cause Effect / Fishbone dengan melihat problem yang paling
berpengaruh dalam proses discharge pasien ranap
Usulan perbaikan proses discharge dalam bentuk Future State Map dibuat
berdasarkan hasil analisa.
Perhitungan waktu dilakukan dengan menghitung waktu dari mulai dokter
memberikan instruksi pulang kemudian peneliti mengikuti tahapan proses yang
diukur dengan stopwatch. Perhitungan dilakukan hingga pasien mengeluarkan ruang
ranap. Hasil perhitungan berformat menit. Hasil perhitungan kemudian dimasukkan
ke dalam Current State Map untuk dianalisis di bagian manakah yang prosesnya
membutuhkan waktu paling lama dalam satu kegiatan proses discharge tersebut
(bottlenecks).
Data yang telah terkumpul dari hasil wawancara, telaah dokumen dan hasil
perhitungan waktu diolah melalui beberapa tahapan. Data hasil wawancara
mendalam, hal pertama mendengarkan hasil rekaman, buat transkrip hasil wawancara
sedetail mungkin kemudian diketik. Kemudian dibaca ulang, dipahami dan diteliti
untuk dibandingkan dengan pertanyaan penelitian. Hasil pengumpulan data kuantitatif
dan kualitatif dianalisis untuk mendapatkan gambaran aktivitas atau proses yang tidak
mengandung nilai tambah. Analisis untuk mengetahui kegiatan yang merupakan
pemborosan dan dapat dikurangi dan kegiatan yang dapat digabung untuk efisiensi.
Untuk mencari akar masalah dilakukan dengan Cause Effect / Fishbone diagram.
Future State Map dibuat setelah melakukan semua tahapan dalam analisis sebagai
Universitas Indonesia
73
upaya perbaikan efisiensi dalam proses discharge. Penelitian ini memiliki
keterbatasan karena tahap Improve dan Control harus melibatkan kerjasama tim dan
kerjasama antara manajemen dan owner untuk menentukan langkah perbaikan,
kebijakan atau penentuan target waktu proses discharge. Hal ini membutuhkan waktu
yang lama untuk dapat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan usulan perbaikan
proses discharge.
5.9. Validasi Data
(Wibowo, 2014) Triangulasi data digunakan oleh peneliti untuk menjaga
validitas penelitian ini dengan:
1) Triangulasi sumber
Triangulasi dengan membandingkan jawaban yang diperoleh dari
informan yang satu dengan informan yang lain agar dapat melakukan cross
check kebenaran suatu data.
2) Triangulasi metode pengumpulan data
Triangulasi dengan menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan
data.Data dari wawancara mendalam, telaah dokumen, wawancara
terstruktur dan observasi.
Universitas Indonesia
74
Universitas Indonesia
75
BAB 6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Proses Discharge Pasien Ranap
Unit Rawat Inap kelas 3 RSE Bekasi memiliki 4 ruang rawat yang terdiri atas
4 Tempat Tidur (TT) di setiap ruangan. Kelas 3 memiliki 16 TT. Ruangan terbagi
menjadi 1 ruang rawat anak dan 3 ruang rawat dewasa. Unit yang terlibat dalam
proses discharge Dokter Penganggung Jawab Pasien (DPJP), perawat, administrasi,
farmasi, radiologi, laboratorium dan kasir. Unit Radiologi dan Laboratorium sudah
online ke unit administrasi ranap, tagihan secara otomatis sudah online. Seluruh unit
yang terlibat dalam proses pelayanan di unit ranap terbagi menjadi tiga shift yaitu
pagi, siang dan sore. Pagi dari jam 08.00-14.00. siang dari jam 14.00-21.00 dan
malam 21.00-08.00. Hari libur masih diberlakukan pembagian dalam tiga shift.
Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) tidak memiliki jam yang baku untuk visite,
terutama pada hari libur. Hal ini menyebabkan proses discharge jumlahnya minimal
pada hari libur.
Peraturan yang diberlakukan pada pasien asuransi bila pada saat discharge
terhambat karena menunggu persetujuan pihak asuransi maka jam maksimal untuk
discharge tidak diberlakukan. Hal ini berakibat pada hari yang jatuh setelah hari libur,
jumlah pasien discharge akan lebih banyak dibandingkan hari biasanya. Proses
discharge yang dilakukan bersamaan akan menimbulkan berkas discharge yang akan
diproses menumpuk dan harus dilakukan dalam waktu yang relatif lebih lama dari
biasanya.
Unit administrasi ranap RSE Bekasi, memberikan tanda kuning pada pasien
ranap yang sudah dirawat lebih dari 5 hari. Sistem ini dapat diakses dari unit UGD
dan Admission. Pasien yang sudah diberi tanda kuning tidak dapat dipastikan bahwa
pasien pasti pulang pada esok harinya karena pemulangan pasien dilakukan oleh
DPJP. Pasien yang akan dipulangkan di lakukan evaluasi terakhir oleh DPJP
sebelumnya. DPJP kemudian memberikan instruksi pemulangan kepada perawat.
Universitas Indonesia
76
Shift pagi dimulai dari jam 08.00 - 14.00, sedangkan shift siang dari jam 14.00
- 21.00, shift malam jam 21.00 - 08.00. Hari libur pelaksanaan shift untuk
administrasi, laboratorium, radiologi, farmasi dan kasir dilaksanakan dalam dua shift.
Hal ini menyebabkan proses discharge yang dilaksanakan minimal pada hari libur
karena DPJP visit pada jam yang tidak ditentukan. Sistem pelaporan dari radiologi
dan laboratorium sudah dilakukan secara terintegrasi dengan administrasi ranap.
Akses informasi ketersediaan TT sudah terintegrasi dengan HIS.
1. Permasalahan yang terbanyak ditemukan pada saat observasi ada di
bagian administrasi ranap dan kurangnya fasilitas sosial seperti ruang
tunggu untuk pasien yang sudah menyelesaikan proses administrasi
tetapi belum dapat pulang dikarenakan menunggu keluarga yang
menjemput. Pasien yang belum meninggalkan ruang ranap
menyebabkan petugas terhambat untuk menyiapkan TT untuk pasien
baru sehingga pasien yang akan masuk harus menunggu.
2. Peneliti melihat tidak adanya penunjuk arah atau gambar di lingkungan
rumah sakit yang menjelaskan proses discharge pasien sehingga pasien
sering menanyakan tempat yang akan dituju.
3. Kasir yang melayani pasien ranap masih digabung dengan kasir rawat
jalan sehingga sering menyebabkan verifikasi tagihan ranap tidak dapat
segera diproses.
6.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data .
1. Pelaksanaan observasi dibantu oleh tiga orang observer dan dilakukan pada
jam 08.00 - 12.00. Observer yang dipilih adalah perawat UGD dikarenakan
pada saat melakukan observasi peneliti mengikuti sejak DPJP melakukan visit
pasien dan untuk mengurangi ketidaknyamanan dari pasien, observer
menggunakan baju perawat meskipun pada saat itu sedang tidak dalam tugas.
Observer mengikuti perjalanan proses discharge sejak DPJP visit pasien
hingga pasien meninggalkan ruang rawat. Observer harus mengikuti keluarga
pasien ke lantai 1 untuk melakukan observasi waktu pembayaran.
Universitas Indonesia
77
2. Pelaksanaan wawancara mendalam dilakukan pada saat informan sedang
bekerja sehingga peneliti melakukan wawancara dilakukan lebih dari satu kali.
Data observasi langsung dilakukan oleh peneliti dibantu tiga orang observer.
Wawancara dilakukan oleh peneliti setelah melakukan pengolahan data
observasi, sehingga membutuhkan waktu yang lama saat turun ke lapangan.
6.3 Penyajian Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian dilakukan dalam 4 bagian yaitu:
1. Memotret Cross Functional Flowchart (Alur Proses Discharge) yang ada saat ini
2. Memotret Current State Map (pemetaan proses discharge saat ini)
a. Current State Map (pemetaan proses saat ini) secara keseluruhan
b. Current State Map (pemetaan proses saat ini) setiap unit dan hubungan antar
unit
3. Melakukan analisis Value Stream Mapping (Pemetaan penilaian aliran kegiatan)
proses discharge dengan :
a. Memotret VSM (pemetaan penilaian aliran kegiatan) dari setiap pasien
discharge
b. Melakukan perhitungan dari waktu discharge
c. Melakukan analisa Value Added (kegiatan yang bernilai tambah) dan Non
Value Added (kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah) dari masing-
masing unit yang terlibat
d. Penggolongan jenis Waste yang disebut juga sebagai kegiatan yang tidak
memberikan nilai tambah atau NVA
4. Penggolongan NVA (Non Value Added atau kegiatan yang tidak memberikan nilai
tambah bagi pasien) :
a. NVA yang dapat dilakukan perbaikan (intervensi)
b. NVA yang tidak dapat dilakukan perbaikan (tidak dapat diintervensi)
6.3.1 Potret Cross Functional Flowchart (Alur proses) discharge saat ini
Alur proses discharge saat ini di RSE Bekasi melibatkan DPJP, perawat,
administrasi ranap, farmasi, radiologi, laboratorium dan kasir. Saat ini yang sistimnya
Universitas Indonesia
78
sudah online ke administrasi ranap hanya laboratorium dan radiologi. Alur proses
yang didapatkan tampak seperti gambar di bawah ini :
Universitas Indonesia
79
Tabel 6.1 Cross Functional Flowchart (alur proses) discharge
Universitas Indonesia
80
Proses discharge dimulai dengan instruksi pemulangan dari DPJP dan berakhir
pada saat pasien meninggalkan ruang ranap. CFF tidak memuat unit radiologi dan
laboratorium karena sistim unit tersebut sudah online. Garis penghubung antar unit
menggambarkan aliran proses yang melibatkan kerjasama antar unit. Hambatan pada
satu unit akan menjadi hambatan untuk langkah proses berikutnya.
6.3.2 Pemetaan Proses Discharge saat ini (Currernt State Map proses discharge)
1. Current State Map secara keseluruhan
menggambarkan alur proses saat ini secara garis besar tanpa memperlihatkan
rincian kegiatan yang dilakukan oleh unit yang terlibat.
Gambar 6.1 Current State Map secara umum
Pengisian kelengkapan surat untuk pulang melibatkan unit administrasi ranap,
farmasi dan bagian keuangan (kasir). Gambar berwarna hijau adalah proses
awal dari proses discharge.
2. Gambaran Current State Map seluruh unit
Universitas Indonesia
81
Gambar 6.2 Current State Map seluruh unit
Current State Map proses discharge saat ini terdiri atas tugas dan fungsi dari
tiap unit yang terlibat. Proses yang terjadi dalam proses discharge harus melewati
seluruh tahapan. Hal ini karena setiap tahapan yang ditempuh merupakan awal dari
Universitas Indonesia
82
tahapan berikutnya. Tampak peta proses discharge pada saat ini dimana proses
dicharge merupakan suatu aktivitas proses yang melibatkan berbagai unit yang ada di
ranap. Pada penelitian kemudian dilakukan observasi dari masing-masing unit.
6.3.3 Analisis Value Stream Mapping (pemetaan penilaian alur kegiatan) proses
discharge
Penelitian ini mencakup sepuluh orang pasien discharge yang diambil dari
tanggal 12 Mei 2014 - 19 Mei 2014. Data yang terkumpul terdiri atas 6 bagian yaitu
unit DPJP, perawat, administrasi ranap (pada pasien asuransi ada proses tambahan),
farmasi, kasir dan pasien. Observasi dilakukan titik awal pengamatan pada DPJP yang
akan melakukan visite di unit ranap kelas 3 RSE Bekasi. Data yang didapatkan
dikumpulkan dan diberi keterangan apakah kegiatan yang dilakukan termasuk yang
memberikan nilai tambah (Value Added) terhadap pasien ataukah tidak. Pengukuran
dlakukan dengan menggunakan 4 stopwatch yang dipegang oleh 4 observer dan
observer mencatat apa yang menjadi kendala dalam perjalanan alur proses tersebut.
Data tersebut kemudian diketik ulang dan ditampilkan dalam bentuk tabel
yang digolongkan berdasarkan hasil dari tiap pasien, jenis unitnya dan kemudian
dilakukan penghitungan persentase kegiatan yang memberikan nilai tambah (Value
Added) dan yang tidak memberikan nilai tambah (Non Value Added). Kegiatan yang
tidak memberikan nilai tambah kemudian dibedakan menjadi kegiatan yang bisa
dicegah untuk terjadi (Avoidable) dan yang tidak bisa dicegah untuk terjadi (Non
Avoidable).
1. Data hasil Penelitian
Universitas Indonesia
83
Tabel 6.2Nama Observer: Br. Pramono, Sr. Pury, Sr. Nungki, NisleNama Pasien: P2Jenis Pasien: AsuransiLama hari rawat: 5 HariTanggal pelaksanaan: 13 Mei 2014Waktu Pelaksanaan: 10.00-14.11
No Urutan Kegiatan Ya Tidak Waktu total (mnt)
Value Added (Nilai tambah) (menit)
Waktu pelaksanaan Pelaksana Keterangan
1. DPJP1 DPJP memberikan instruksi pulang
saat visite + 1' 1' 10.00-10.01 DPJP Sambil visite
2 DPJP menulis SIP, resep, resume medis dan tgl kontrol + 45' 11' 10.01-10.46 DPJP DPJP menyelesaikan
visite dulu3 DPJP memberikan SIP dan instruksi
kepada perawat + 1' 1' 10.46-10.47 DPJP
2. PERAWAT1 Perawat memberikan SIP ke bagian
administrasi. ranap + 1' 1' 10.47-10.49 Perawat
2 Perawat memeriksa resep pulang dan bon tertinggal (alkes, dll), bon visite 10' 7' 10.49-10.56 Perawat
3 Perawat memberikan resep pulang, bon tertinggal dan bon visite ke petugas administrasi
+ 1' 1' 10.56-10.57 Perawat
4 Perawat menyiapkan obat pulang, kartu kontrol dan melakukan edukasi tentang penyakit pasien kepada pasien dan keluarga
+ 6' 6' 13.44-13.50 Perawat
5 Perawat memeriksa kamar pasien sebelum pasien pulang (mencopot infus), dll
+ 5' 4' 13.50-13.55 Perawat
3. ADMINISTRASI RANAP1 Menerima SIP dari perawat + 1' 1' 10.47-10.48 Petugas adm.2 Menghitung sisa obat (returan) di + 6' 5' 10.48-10.53 Petugas adm
Universitas Indonesia
84
ruang tindakan dan mencatat
3
Petugas administrasi ranap membuat berkas bon tertinggal (alkes, dll), returan dan resep pulang kemudian diberkas menjadi satu dan diklip
+ 9' 7' 10.53-11.02Sambil bertanya kepada perawat bila ada yang tidak jelas
4
Memberikan berkas resep pulang, sisa tagihan alkes dan returan kepada petugas umum untuk dibawa ke unit Farmasi di lantai 1
+ 1' 1' 11.02-11.03Petugas adm. dan petugas umum
Obs. di lantai 2 menelp. observer di farmasi untuk mencatat waktu petugas umum sampai di farmasi
5 Petugas umum berjalan ke lantai Farmasi di lantai 1 + 12' 11.03-11.15 Petugas umum
Observasi di farmasi dilanjutkan oleh observer di farmasi
6
Koordinasi dengan perawat mengenai rincian tindakan yang dilakukan pada pasien beserta nama dokter yang bertanggung jawab, bon visite, input data
+ 21' 11' 11.15-11.36 Petugas adm.
7 Verifikasi tagihan sambil menunggu berkas farmasi + 12' 7' 11.36-11.48 Petugas adm.
8
Petugas menerima pemberitahuan via telefon dari farmasi untuk mengambil resep pulang dan petugas umum mengambil ke unit farmasi di lantai 1
+ 12' 1' 11.58-12.10 Petugas adm. dan umum
Petugas umum berjalan ke farmasi
9 Menerima berkas Farmasi dan resep pulang dari petugas umum + 1' 1' 12.20-12.21 Petugas umum
dan adm.Petugas umum kembali dari farmasi
10 Petugas adm. input data tagihan farmasi + 5' 5' 12.21-12.26 Petugas adm.
11Petugas adm. menelepon petugas asuransi memberitahukan bahwa berkas tagihan akan difax
+ 2' 2' 12.26-12.28 Petugas adm.
12 Memberikan resep pulang kepada perawat + 1' 1' 12.28-12.29 Petugas adm.
dan perawat
13Petugas adm. berjalan ke ruang "anna" untuk fax berkas tagihan ke asuransi
+ 5' 12.29-12.34 Petugas adm. Menunggu persetujuan dari asuransi
14 Menunggu persetujuan dari asuransi + 29' 12.34-13.03 Petugas adm. Berjalan dari ruang
Universitas Indonesia
85
dan asuransi memberikan jawaban via fax dan asuransi "anna" ke kelas 3
15 Input Data, ke program front office (kasir) + 2' 2' 13.03-13.05 Petugas adm. Online ke kasir
16 Petugas administrasi ranap memanggil pasien/keluarga pasien untuk menyelesaikan pembayaran di kasir
+ 1' 1' 13.05-13.06 Petugas adm. dan pasien
pasien berjalan dari lantai 2 ke kasir
17 Petugas menerima tanda pelunasan dari pasien + 1' 1' 13.42-13.43 Petugas adm.
dan pasien18 Memberitahukan perawat nama pasien
yang pembayarannya sudah lunas + 1' 1' 13.43-13.44 Petugas adm. dan perawat
3. FARMASI
1Unit Farmasi menerima retur obat , bon tertinggal dan resep pulang dari petugas umum
+ 1' 1' 11.15-11.16 Petugas umum dan farmasi
Petugas umum kembali ke ranap
2 Penghitungan biaya obat pulang, retur dan bon tertinggal sesuai antrian + 17' 5' 11.16-11.33 Petugas
farmasi Antrian resep ranap
4Membuat tagihan bon tertinggal (sisa alkes) resep pulang dan returan, input data dan print out
+ 5' 5' 11.33-11.38 Petugas Farmasi
5
Membuat resep pulang dan menelpon ke petugas administrasi ranap untuk mengambil berkas tagihan dan resep pulang
+ 20' 11 11.38-11.58 Petugas Farmasi Obat racikan
6 Memberikan tagihan dan obat pulang ke petugas umum + 10' 1' 12.10-12.20
Petugas farmasi dan umum
Petugas umum berjalan ke unit ranapdi lt. 2
5. KASIR1 Menerima keluarga pasien sesuai
antrian untuk melakukan pembayaran + 1' 1' 13.30-13.31 Kasir dan pasien
5 Verifikasi ulang bila terdapat selisih biaya yang ditanggung
Berkas tagihan sudajh disetujui oleh asuransi
6 Menerima pembayaran tagihan dari pasien, mencetak tanda pelunasan + 1' 1' 13.31-13.32 Pembayaran dilakukan
oleh asuransi6. PASIEN/KELUARGA PASIEN1 Berjalan dari ranap di lantai 2 ke kasir
di lantai 1 untuk melakukan + 10' 13.06-13.26
Universitas Indonesia
86
pembayaran2 Ambil nomor antrian dan menunggu di
kasir + 4' 13.26-13.30
3 Melakukan pembayaran + 1' 1' 13.30-13.314 Menerima berkas tanda pelunasan dari
kasir + 1' 1' 13.31-13.32
5 Berjalan ke ranap + 10' 13.32-13.426 Menyerahkan tanda lunas ke
administrasi + 1' 1' 13.42-13.43
16' 13.55-14.117 Pasien meninggalkan ruangan + 251' 103' 14.11 Pasien Proses discharge
selesai
Universitas Indonesia
87
2. Analisa VSM untuk tiap pasien
Analisa ini menggambarkan aliran informasi dan perpindahan pelaksana kegiatan proses discharge. Kegiatan
kemudian digolongkan menjadi VA dan NVA. Kegiatan yang tergolong NVA pada proses discharge terdiri atas kegiatan
menunggu proses berlanjut dan berjalan untuk mencapai unit yang dituju. Kemudian seluruh kegiatan VA dan NVA
dihitung jumlah totalnya. Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu proses discharge. Akhir dari
proses discharge adalah pergerakan pasien meninggalkan ruangan.
Universitas Indonesia
88
Gambar 6.4 VSM (VA dan NVA) Pasien 2
Universitas Indonesia
Akhir dari proses discharge adalah saat pasien meninggalkan
ruangan ranap sehingga analisa VSM diatas mencantumkan berapa
lama pasien di ruangan setelah melunasi tagihan. Total waktu
discharge terdiri atas jumlah waktu dari tiap unit dan jumlah waktu
pasien sejak membayar hingga pasien keluar dari ruangan.
3. Value assesment total waktu proses discharge
Tabel 6.3. Hasil Assesment Proses Discharge
No.Tanggal
penelitianMulai Selesai
Total
(menit)Jenis
Pembayaran
Lama
Hari
Rawat
1. 13 Mei 2014 10.30 14.37 247 Asuransi 5 Hari
2. 13 Mei 2014 10.00 14.11 251 Asuransi 5 Hari
3. 13 Mei 2014 10.15 13.52 217 Pribadi 6 Hari
4. 14 Mei 2014 10.10 13.58 228 Pribadi 5 Hari
5. 15 Mei 2014 10.25 13.50 205 Pribadi 6 Hari
6. 15 Mei 2014 09.30 13.55 265 Pribadi 7 Hari
7. 16 Mei 2014 09.00 13.13 253 Pribadi 5 Hari
8. 16 Mei 2014 10.00 13.39 214 Pribadi 4 hari
9. 16 Mei 2014 09.40 13.55 255 Asuransi 6 Hari
10. 19 Mei 2014 09.35 13.35 244 Pribadi 5 Hari
RATA-RATA 238
Data penelitian untuk total waktu proses discharge rata-rata adalah 238
menit. Hal ini menunjukkan bahwa proses discharge yang didalamnya
termasuk proses penerimaan tagihan melebihi standar yang ditetapkan
oleh KepMenkes RI No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa standar waktu
pemberian informasi tagihan pasien ranap adalah 2 jam.
Proses pemberian informasi tagihan adalah bagian dari proses
discharge. Perbaikan proses discharge diharapkan dapat memperbaiki
waktu pemberian informasi tagihan.
90
4. Value assesment proses discharge di unit DPJP
Waktu visite setiap DPJP tidak ada yang baku. Peneliti mendapatkan
fakta DPJP datang pada saat yang hampir bersamaan dan melakukan
instruksi pemulangan pada saat yang sama.
Tabel 6.4. Value Assesment di Unit DPJPJenis Pasien: Asuransi dan Pribadi
N
o. Kegiatan Waktu rata-rata(mnt)
Aliran Informasi
Value Added(mnt)
Non Value Added(detik)
AvoidableNon Avoidable
1.DPJP instruksi pulang
2+1+1+15+16+1+17+ 20+15+25=113
Menunggu instruksi pulang
2+1+1+1+1+1+1+1+1+1=11
14+15+16+19+14+24 =102
2.
DPJP menulis SIP, resume medis dan tanggal kontrol
11+45+18+7+8+ 16+8+5+3+10= 131
Berkas SIP,berkas resep,bon visit
4+11+5+5+5+5+5+5+3+10=58
34+13+2+3+ 11+3 = 73
3.
DPJP memberikan SIP kepada perawat
3+1+2+1+1+2+1+2+1+13 =27
Resep pulang, SIP, bon visit, resume medis dimasukkan ke dalam RM
3+1+1+1+1+1+1+1+1+3=14 13
TOTAL 271 83 175 13
VA (Value Added) = 83/271 x 100 % = 30,62%
NVA (Non Value Added) = (175+13)/271 x 100 % = 69,37 %
DPJP melakukan instruksi pemulangan pada saat visite.
Visite akan dilanjutkan untuk seluruh pasien yang menjadi tanggung
jawab DPJP tersebut, selanjutnya proses discharge kembali berlanjut.
Titik inilah yang masuk menjadi penilaian Avoidable (yang bisa
dicegah) karena dengan tertundanya proses ini, tahapan selanjutnya
tidak dapat berjalan. DPJP kemudian berjalan menuju meja dokter
yang terletak di depan pintu ranap. Keluarga pasien datang untuk
menanyakan perkembangan perawatan pasien. Proses kemudian
Universitas Indonesia
91
kembali berhenti, hal inilah yang dimaksud dengan Avoidable pada
kolom 2. Tahap DPJP memberikan SIP kepada perawat tertunda
karena perawat harus mengikuti visite DPJP yang lain. Tertundanya
tahap ini tidak dapat dihindarkan (non avoidable).
"Ya...begini, kalau lagi nulis ada aja yang nanya, gimana mau cepat nulisnya, kan kita nggak bisa marahin keluarga pasien kalau mereka mau nanya-nanya." (I4)
5. Value Assesment di Unit Perawat
Perawat di ruang "Fransiscus" terbagi menjadi dua tim yang
bertanggung jawab untuk seluruh ruang "Fransiscus". Tim 1
bertanggung jawab untuk kelas 1, isolasi dan kelas 3. Tim 2
bertanggung jawab untuk ruang anak dan dewasa kelas 2 dan kelas 3.
Formasi tanggung jawab dua tim ini berlaku untuk shift pagi, siang dan
malam.
Formasi untuk pagi terdiri atas 5 orang perawat + 1 asisten
perawat +1 petugas umum + kepala ruangan. Shift siang terdiri atas 5
orang perawat + 1 asisten perawat. Shift malam terdiri atas 4 orang
perawat dan 1 asisten perawat. Setiap shift dikepimpin oleh seorang
Penanggung Jawab Shift (PJ Shift) yang merupakan seorang perawat
senior. Khusus di kelas 3 terdapat 16 orang pasien yang menjadi
sebagian dari tanggung jawab kedua tim perawat.
Tabel 6.5. Value Assesment di Unit PerawatJenis Pembayaran: Asuransi dan Pribadi
No
. Kegiatan WaktuAliran
Informasi(mnt)
Value Added(mnt)
Non Value Added
Avoidable(mnt)
Non Avoidable
(mnt)
1.SIP diberikan
ke adm. ranap
2,1,1,1,2,1,12,1, 22, 1=
45
Kelengkapan SIP dan bon
visit
1,1,1,1,1,1,1,1, 1, 1= 10 11, 21=32 1,1 = 2
2. Menyiapkan resep pulang, kartu kontrol, tagihan sisa
14,10,15,14, 15, 10, 10, 8,11, 31 =
138
Menghitung sisa tagihan alkes, KK,
resep pulang
10,7,7,7,11,7,7,7, 8, 11 =
82
4,3,8,7,4,3,3,1, 3, 20=56
Universitas Indonesia
92
alkes
3.Memberikan resep pulang, dll ke adm.
ranap
5,1,1,1,1,1,1,2, 1 = 14
Konfirmasi ke adm. ranap
1,1,1,1,1,1,1,1, 1 = 10 4,1=5
4.Memberikan obat pulang, KK, edukasi
3,6,7,7,6,9,6,6, 6, 16 = 72
Kelengkapan obat, tanggal
kontrol
3,6,5,6,6,6,6,6, 6, 3 = 53 2,1,3 = 6 13
5.Memeriksa
kamar pasien sebelum
pasien pulang
5,2,6,4,4,4,4,4, 2,3 = 38
Konfirmasi kepulangan
5,1,6,4,4,4,4,4, 2,3 = 37 1
TOTAL 307 192 100 15
VA = 192/307 x 100% = 62,54 %
NVA = (100 + 15 )/307 x 100% = 37,46 %
Tugas perawat selain mengikuti visite dokter juga melakukan
pemberkasan dokumen yang terkait proses discharge. Kelas 1 (6 TT),
isolasi (4 TT) dan kelas 3 (16 TT) seluruhnya 26 TT. Beban kerja
perawat membuat perawat yang sedang melaksanakan tahapan proses
discharge terkendala karena harus membantu rekannya atau mengikuti
visite DPJP yang lain. Kendala ini terlihat jika pasien yang proses
discharge pada saat bersamaan ada lebih dari 1 orang.
"Kita tuh harus ngikutin dokter yang visite dok, sambil ngerjain yang mau pulang, jadi harus ditinggal kalau ada dokter lain yang mau visite,lamanya ya disitu. Numpuk di sini..." (I6)
SOP proses discharge yang mengatur seluruh unit yang terlibat belum
ada, sehingga pelaksanaan tugas dan fungsi setiap unit dalam proses
discharge tidak terintegrasi.
"Kalau SOP memang belum ada, jadi kerjanya ya sendiri-sendiri aja." (I6)
6. Value Assesment di unit Administrasi Ranap
Universitas Indonesia
93
Jumlah petugas administrasi ranap di kelas 3 ada 1 orang, dibantu oleh
1 orang petugas umum. Shift pada unit ini terbagi menjadi 3 shift yaitu
pagi, siang dan malam dengan jam shift yang pembagiannya sama
dengan unit yang lain. Hari libur pembagian shift tetap sama dengan
jumlah petugas 1 orang dan tetap dibantu oleh petugas umum.
Tabel 6.6. Value Assesment di Unit Administrasi RanapJenis Pembayaran: Asuransi dan Pribadi
No. Kegiatan WaktuAliran
Informasi(mnt)
Value Added(mnt)
Non Value Added
Avoidable Non Avoidable
1.Masuk ke ruangan
tindakan untuk memeriksa returan
7, 6, 6, 7, 6, 7, 6, 6, 5, 6 = 62
Menghitung obat sisa dan merapikan kembali
4, 5, 5, 5, 5, 5, 5, 5, 5, 5 = 49
3, 1, 1, 2, 1, 2, 1, 1, 1=
13
2.
Mencatat dan mengumpulkan
berkas SIP, resep pulang, sisa tagihan
alkes
5, 3, 4, 3, 11, 7, 8,
11, 27, 35 = 114
Berkas dijadikan
satu
4, 3, 4, 3, 9, 5, 3,
11, 15, 10 = 67
1, 2, 2,5, 12, 25= 47
3.Koordinasi dengan perawat mengenai rincian tindakan
19, 9, 9, 17, 17, 14, 26,
14, 23, 12 = 160
Tindakan atau sisa
alkes yang terakhir
11, 7, 7, 14, 14, 14, 14,
14, 14, 8 = 117
8, 2, 2, 3, 3, 12, 9, 4 =
43
4.
Meminta petugas umum untuk
mengantarkan resep, sisa tagihan
alkes dan returan ke Farmasi di lantai 1
13, 13, 12, 12, 11, 11, 12, 12,
11, 11 = 118
PU dan menyerahkan
berkas ke farmasi
1, 1, 1,1, 1, 1, 1, 1, 1, 1 = 10
12, 12, 11, 11, 10,10, 11, 11, 10, 10 = 108
5. Memasukkan data ke komputer
33, 33, 45, 41, 16, 25,
10, 37, 5, 5= 250
Input tagihan ke komputer
17, 20, 25, 15, 12, 5, 5, 5, 5, 5 =
114
16, 13, 20, 26, 4, 20, 5,
32 = 136
6.
PU membawa obat pulang dan tagihan
farmasi ke unit ranap di lantai 2
15, 13, 12, 12, 10, 11, 12, 12,
11, 12 = 120
PU mengambil
resep pulang dan tagihan
farmasi
1, 2, 1, 1, 1, 1, 1, 2, 1, 1 = 12
14,11, 11, 11, 9, 10, 11, 10, 10, 11 = 108
7. Input data tagihan farmasi
5, 5, 7, 5, 7, 9, 5, 5, 5, 28, 9 =
90
Data tagihan diverifikasi
5, 5, 5, 5, 5, 5, 5, 5, 5, 12, 9 =
66
2, 2, 4, 16 = 24
8. Konfirmasi asuransi via fax
34, 54 = 88
Data tagihan diverifikasi
asuransi1, 6 = 7 33, 48 = 81
9. Input data online ke 2, 2, 15, Data tagihan 2, 2, 9, 6, 3, 3,10,
Universitas Indonesia
94
kasir
13, 13, 15, 21,
10, 10, 3 = 104
diverifikasi kasir
10, 10, 5, 10, 10,
10, 3 = 7111 = 33
10.
Memanggil keluarga pasien
untuk melakukan pembayaran
1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1= 10
Keluarga pasien
diberikan berkas
1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1= 10
11.Menerima tanda pelunasan dari
pasien
1, 1, 3, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1 = 12
Perawat memberikan tanda lunas
1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1 = 10
2 = 2
TOTAL 1128 533 214 381
VA = 533/1128 x 100 % = 47,25 %
NVA = (214+381) x 100 % = 52,75 %
Petugas Administrasi ranap adalah lulusan D1 administrasi
yang sudah mempunyai pengalaman kerja minimal 3 tahun. Unit
administrasi rawat inap memegang peran penting dalam proses
discharge karena unit ini berhubungan langsung dengan unit farmasi,
perawat, kasir, pasien dan pihak asuransi. Awal proses yang
dilakukan adalah menerima instruksi dari perawat bahwa pemulangan
sudah dapat dilakukan. Petugas kemudian melakukan returan obat
pasien, hal ini sudah menyita waktu karena petugas administrasi harus
melakukan pencatatan sendiri untuk di input ke data tagihan.
Petugas administrasi juga mengurus berkas resep pulang dan
sisa tagihan alat kesehatan (bon tertinggal) dengan bantuan petugas
umum. Petugas umum harus berjalan ke lantai 1 (unit farmasi), dan
ini membutuhkan waktu. Tahapan ini dimasukkan ke dalam golongan
non avoidable (tidak dapat dihindari). Faktor yang dianggap sebagai
kendala karena petugas administrasi harus melakukan konfirmasi
ulang jika ada bon tagihan yang belum divalidasi. Hal ini terutama
pada pasien dengan penanggung pihak asuransi. Fakta ini
digolongkan dalam non avoidable. Konfirmasi dengan pihak asuransi
juga menjadi penyebab terkendalanya proses discharge karena harus
menunggu persetujuan dari pihak asuransi (melalui fax) dan bila
terdapat selisih tagihan (yang tidak ditanggung asuransi) diubah
dalam berkas tagihan menjadi tanggungan pasien. Petugas
Universitas Indonesia
95
administrasi harus melakukan konfirmasi kepada pasien atau
keluarganya.
Data tagihan harus diinput untuk setiap pasien discharge. Jika
pasien discharge lebih dari 1 orang pada saat yang hampir bersamaan
petugas administrasi harus melakukan satu persatu.
7. Value Assesment Unit Farmasi
Unit Farmasi terletak di lantai 1 sedangkan ranap terletak di lantai 2.
Unit Farmasi khusus untuk melayani resep pasien ranap. Sedangkan
Apotik khusus untuk melayani resep pasien rawat jalan (rajal / poli).
Pembagian shift ada 3 yaitu pagi ,siang dan malam.Shift pagi terdiri
atas 2 orang yaitu 1 administrasi dan 1 asisten apoteker. Shift siang
susunannya sama dengan shift pagi hanya shift malam yang terdiri atas
1 orang yaitu petugas administrasi.
Tabel 6.7. Value Assesment di FarmasiJenis Pembayaran: Asuransi dan Pribadi
No. Kegiatan Waktu Aliran Informasi(mnt)
Value Added(mnt)
Non Value Added
Avoidable Non Avoidable
1.
Menerima berkas returan, resep
pulang dan tagihan sisa alkes
1, 1, 3, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1= 12
dikerjakan sesuai antrian
Memeriksa resep pulang dan tagihan
1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1= 10
2 = 2
2.
Menghitung biaya resep
pulang, retur dan bon tertinggal
16, 17,17, 12, 18, 25, 16, 25, 12,
17 = 175
menghitung biaya resep
dan retur dan bon
8, 5, 5, 12, 9, 13, 4, 8, 4 =
68
8, 12, 12, 9, 12, 12, 17, 8,17=
107
3.
Memberkas data tagihan resep
pulang, sisa alkes dan returan dan
print out
5, 5, 5, 9, 14, 11, 11, 5, 5, 5 = 75
Input data tagihan3, 5, 5, 9, 9, 9, 9, 5, 5, 5 = 64
2, 5, 2, 2 =11
4.Menyiapkan
resep pulang dan berkas tagihan
20, 20, 10, 14, 10, 13, 19, 20, , 11, 12 =
149
Membungkus resep pulang
menghubungi ranap via
telepon
16, 11, 7,11, 1, 11, 11, 11, 11,
12 = 102
4, 9, 3, 3, 9, 2, 8, 9 =
47
5. Memberikan tagihan dan resep
pulang
13, 10, 12, 12, 10, 12, 12, 11,
menunggu petugas
umum datang
1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1 = 10
12, 9, 11, 11, 9, 11, 11, 10, 11, 10 = 105
Universitas Indonesia
96
12, 11 = 115526 254 272
VA = 254/526 x 100 % = 48,28 %
NVA = 272/526 x 100% = 51,72 %
8. Value Assesment di Kasir / Bagian Keuangan
Kasir terletak di lantai 1 sehingga pasien yang akan membayar harus
turun dan ini dianggap sebagai golongan yang tidak bisa dihindari (non
avoidable). Pasien yang akan membayar mengambil nomor antrian dan
diproses sesuai dengan urutan. Hal ini menjadi kendala karena kasir
juga melayani pembayaran pasien rajal / poli.
Tabel 6.8. Value Assesment di KasirJenis Pembayaran: Asuransi dan Pribadi
No. Kegiatan Waktu Aliran Informasi
Value Added
Non Value Added
Avoidable Non Avoidable
1. Menerima berkas tagihan dari pasien
19, 16, 28, 39, 25, 40, 31, 23,
52, 43 = 316
Pasien berjalan dr ranap ke kasir
Sesuai antrian
Verifikasi
5, 2, 4, 4, 4, 5, 5, 5, 5, 5 = 44
14, 14, 24, 35, 21, 35,
26, 18, 47, 38 = 272
2.Menerima
pembayaran dari Pasien
2, 1, 2, 1, 1, 2, 1, 1, 1, 1, 1 =
14
Pasien membayar
2, 1, 2, 1, 1, 2, 1, 1, 1, 1, 1 =
14
3.Memberikan tanda
lunas kepada pasien
4, 1, 3, 3, 3, 2, 4, 3, 3, 3= 29
Mencetak tanda lunas
4, 1, 1, 3, 3, 2, 3, 3, 3, 3 = 26
2, 1 = 3
4. Pasien berjalan kembali ke ranap
10, 10, 11, 11, 10, 10, 12, 10, 11, 9 =
104
10, 10, 11, 11, 10, 10, 12, 10, 11, 9 =
104463 84 275 104
VA = 84/463 x 100 % = 18,14 %
NVA = (275+104)/463 x 100 % = 81,85 %
Universitas Indonesia
97
Antrian pada saat melakukan pembayaran menjadi kendala dalm
proses discharge. Perbaikan dalam tahapan proses discharge pada unit
keuangan / kasir seharusnya dapat segera dicari solusinya. Standar
SPM 2 jam harus dijadikan pertimbangan dimana pada penelitian ini
didapatkan persentase VA yang paling rendah dibandingkan unit
lainnya dengan pertimbangan rata-rata waktu proses discharge adalah
238 menit.
9. Value Assesment setelah pasien melunasi tagihan
Fakta yang ditemukan pada saat penelitian, pasien yang telah selesai
melakukan proses pembayaran, beberapa di antaranya ada yang
langsung pulang (proses discharge selesai) dan 7 pasien lainnya masih
menunggu dijemput (proses discharge belum selesai) dengan kisaran
waktu antara 21 menit hingga 60 menit.
Tabel 6.9. Value Assesment setelah pasien melunasi tagihan
No. PasienWaktu Total(mnt)
Meninggalkan ranap setelah
pelunasan tagihan(mnt)
Alasan
1. Pasien 1 257 30 Menunggu dijemput2. Pasien 2 251 60 Menunggu dijemput3. Pasien 3 217 28 Menunggu dijemput4. Pasien 4 228 49 Menunggu dijemput5. Pasien 5 205 21 Menunggu makan siang6. Pasien 6 265 45 Menunggu makan siang7. Pasien 7 253 47 Menunggu dijemput8. Pasien 8 214 17 Setelah berkemas pasien pulang9. Pasien 9 255 24 Setelah berkemas pasien pulang10. Pasien 10 244 13 Setelah berkemas pasien pulang
Pasien yang meninggalkan ruangan segera setelah melakukan
pembayaran maka perawat dapat mengosongkan tempat tidur untuk
pasien baru. Tempat tidur disiapkan untuk pasien baru membutuhkan
waktu sekitar 30 menit. Pasien yang proses discharge sudah selesai
segera dilaporkan sebagai tempat tidur yang tersedia untuk pasien baru
ke bagian admission / pendaftaran.
Universitas Indonesia
98
Fakta yang ditemukan pada saat penelitian, di ruang ranap ada pasien
yang sudah melunasi pembayaran tetapi belum meninggalkan ruangan,
di saat yang lain di Unit Gawat Darurat (UGD) ada pasien yang
dirujuk karena tidak ada tempat tidur kosong.
10. Value Assesment Fisik dan Fasilitas Ranap
Faktor yang dijadikan penilaian adalah kondisi lingkungan fisik yang
menjadi kendala alur proses discharge. Kendala ini bisa diubah dengan
peran dari pemilik dan manajemen rumah sakit.
Tabel 6.10. Value assesment Fisik dan Fasilitas RanapNo. Fisik dan Fasilitas Mendukung/Tidak Mendukung Value Assesment
1. Farmasi dan Administrasi Ranap belum terintegrasi Tidak mendukung
Karena ruang administrasi ranap terletak di lantai 2
sedangkan Farmasi terletak di lantai 1
2. Letak Kasir Tidak Mendukung
Pasien ranap dari kelas 1, 2, 3, VIP dan VVIP yang
akan menyelesaikan pembayaran tidak harus antri bersama dengan
pasien poli
3. Ruang perawat, ruang administrasi, terlalu sempit Tidak mendukung
Karena ruangan tidak memungkinkan untuk
dipasang papan informasi / banner disediakan brosur informasi untuk pasien
4. Ruang tunggu pasien yang akan pulang Tidak mendukung
Pasien yang sudah membayar dapat segera
meninggalkan ruang ranap sehingga ruangan dapat segera disiapkan untuk
pasien baru
Proses discharge sebagai kesatuan proses yang melibatkan berbagai
unit sehingga kendala yang dapat menjadi faktor terhentinya satu tahap
dalam keseluruhan proses sebaiknya dikurangi seminimal mungkin.
Tahapan dalam proses discharge merupakan awal dari tahapan
berikutnya . Unit yang terlibat sebisa mungkin meminimalisir kendala
yang ditemukan.
11. Value Assesment Jarak Tempuh Ranap ke Kasir dan Farmasi
Universitas Indonesia
99
Jarak tempuh antara ranap dengan farmasi dan antara ranap dengan
kasir dapat dijadikan sebagai faktor kendala dalam proses discharge.
Petugas umum membawa resep ke unit farmasi dan kembali ke unit
ranap. Resep yang sudah selesai kemudian diambil oleh petugas
umum, kembali petugas umum berjalan dari ranap ke farmasi dan dari
farmasi ke ranap. Jarak tempuh antara ranap dengan kasir juga menjadi
kendala proses discharge karena terletak di lantai yang berbeda.
Usulan perbaikan dapat ditinjau dari penilaian ini.
Tabel 6.11 Value Assesment Jarak TempuhNo Area yang ditempuh Jarak Tempuh Waktu Tempuh1 Ranap ke Farmasi 79 meter 13 menit2 Ranap ke Kasir 59 meter 11 menit
TOTAL 138 meter 24 menit
6.3.4. Waste yang terjadi dalam proses discharge
Hasil perhitungan VSM didapatkan NVA 53,39 %. Graban (2009)
dan Gaspersz (2011), menyebutkan tujuan Lean adalah perbaikan proses
untuk meningkatkan rasio antara value added (segala sesuatu yang dapat
memberikan nilai atau menambah nilai) terhadap non value added (waste).
Waste adalah segala sesuatu yang merupakan pemborosan dan tidak
memberikan nilai tambah bagi konsumen (pasien).apabila rasio antara
waste dengan total kegiatan belum mencapai 30% maka masih termasuk
ke dalam Un-lean enterprise atau perusahaan tradisional sehingga proses
discharge berjalan kurang optimal. Konsep Lean segala bentuk waste
harus dihilangkan atau diminimalisir maka berdasarkan observasi
didapatkan 7 jenis waste (pemborosan yang tidak menambah nilai).
Hasil VSM (Value Stream Mapping) memberikan data VA dan
NVA. Observasi langsung proses discharge yang dimulai dari saat DPJP
memberikan instruksi pulang hingga pasien meninggalkan ruang ranap,
peneliti mendapatkan 7 waste yang digolongkan dalam jenis, lokasi, saat
terjadi, mengapa terjadi dan sumber waste-nya. 7 jenis pemborosan itu
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Universitas Indonesia
100
Universitas Indonesia
Tabel 6.12 Seven Waste pada proses discharge
Seven Waste pada proses dischargeNo. Jenis Waste (What) Lokasi (Where) Saat terjadi (When) Mengapa terjadi (Why) SumberPenundaan (Delay)
1. DPJP membuat SIP setelah selesai visit DPJP Awal proses discharge DPJP harus menyelesaikan visit di unit kelas
1, 2, 3, VIP dan VVIP Man
2.Perawat yang bertugas mengurus SIP kadangkala harus membantu visit lebih dari 1 orang DPJP
Perawat Proses pembuatan SIP DPJP yang visit lebih dari 1 orang pada saat yang berdekatan Man
3. Petugas administrasi menunggu selesai melakukan retur Administrasi ranap Proses penghitungan retur
obat
Bagian administrasi membutuhkan waktu untuk melakukan penghitungan retur, setelah selesai baru dapat melakukan proses penghitungan
Man
4.
Petugas administrasi setelah melakukan rekap retur obat dan penghitungan ulang tagihan farmasi untuk retur, resep pulang dan sisa tagihan alkes, mengantarkan ke bagian farmasi di lantai 1 dan menunggu tagihan resep obat pulang dari bagian farmasi
Administrasi ranap Proses pengumpulan tagihan dari unit farmasi
Mennunggu selesai menghitung retur dan sisa tagihan alkes kemudian petugas harus menunggu tagihan dari unit farmasi
Environment
5.
Petugas administrasi ranap harus melakukan konfirmasi tentang sisa tagihan alkes kepada perawat dan bon visit dokter
Administrasi ranap Proses pengumpulan tagihan
Perawat yang bertanggung jawab untuk pasien tersebut seringkali bertanggung jawab tidak hanya pada satu pasien sehingga petugas administrasi harus mennunggu
Method
6.Farmasi kembali melakukan pengecekan returan obat, sisa tagihan alkes dan resep pulang
Farmasi Proses verifikasi tagihan farmasi
Bila ditemukan selisih, Farmasi harus membuat tagihan baru dan menunggu diambil oleh bagian umum ranap untuk dibawa ke bagian administrasi ranap
Machine
7. Farmasi harus melakukan Farmasi Proses pembuatan resep Tidak semua obat ditanggung oleh perusahaan Method
102
pengecekan resep pulang pasien asuransi terlebih dahulu untuk memastikan ditanggung atau tidaknya
pulangasuransi sehingga bila tidak ditanggung maka Farmasi harus melakukan konfirmasi ulang ke DPJP
8.Antrian pembayaran di kasir untuk pasien ranap masih digabung dengan pasien poli
Kasir Proses pembayaran Pada hari biasa antrian akan banyak sehingga harus menunggu sesuai nomor antrian Man
9.
Kasir harus melakukan konfirmasi ke pihak asuransi untuk memastikan tagihan akan ditanggung seluruhnya atau tidak, jika ada tagihan yang tidak ditanggung maka kasir harus memberitahukan terlebih dahulu ke bagian administrasi ranap untuk memberitahukan kepada pasien yang bersangkutan
Kasir Proses pembayaran
Adanya pemeriksaan tertentu yang tidak ditanggung oleh pihak asuransi sehingga Kasir harus melakukan verifikasi ulang tagihan ke administrasi ranap untuk diberitahukan kepada pasien.
Method
Duplikasi
10.Petugas Farmasi memeriksa tagihan farmasi untuk returan obat dari administrasi ranap
Farmasi penyusunan tagihan Farmasi
Untuk mengetahui jumlah tagihan yang harus di rubah pada tagihan farmasi Machine
11.
Jika ada obat atau pemeriksaan yang tidak ditanggung asuransi maka petugas umum harus turun ke lantai 1
Farmasi, Kasir Farmasi, KasirPetugas administrasi harus mengambil ke lantai 1 agar pasien mengetahui obat atau pemeriksaan yang tidak ditanggung
Method
Pergerakan yang tidak perlu
12. Menerima keluarga pasien DPJP Pembuatan SIP
Setelah selesai visit, DPJP akan duduk di meja dokter di depan ruang rawat, pada saat itu peneliti melihat keluarga pasien datang menanyakan perkembangan pasien sehingga penulisan SIP dan resep pulang tertunda
Environment
13. Menerima telpon atau melakukan tugas lain Perawat Proses pembuatan SIP Perawat yang membantu proses discharge
harus membantu rekannya yang lain Man
Universitas Indonesia
103
14.
Petugas administrasi harus memeriksa ulang seluruh tagihan dan bolak balik bertanya tentang jenis allkes, obat atau pemeriksaan
Administrasi ranap Proses penyusunan tagihan Tulisan yang tidak jelas Man
15.
Petugas administrasi ranap berjalan ke tempat menghitung retur obat kemudian ke bagian administrasi kemudian membereskan obat returan sebelum memberikan ke bagian farmasi
Administrasi ranap Proses penyusunan tagihan
Returan obat harus dihitung harganya untuk menyusun jumlah tagihan farmasi Method
Error / defect
16.Selisih tagihan menyebabkan petugas administrasi harus menelusuri ulang tagihan
Administrasi Ranap Proses penyusunan tagihan Kesalahan melakukan input data Man
17. Kesalahan penghitungan returan obat Administrasi Ranap Proses penyusunan
tagihan
Petugas administrasi harus melakukan penyelesaian proses administrasi lebih dari satu pasien sehingga tidak fokus karena dilakukan terburu-buru
Man
18.
Obat yang tidak ditanggung oleh asuransi sehingga petugas Farmasi harus menelepon DPJP untuk menanyakan obat pengganti
Farmasi Proses pembuatan resep pulang DPJP kadangkala sulit dihubungi Method
Inventory (persediaan yang tidak tepat)
19. Obat yang diresepkan tidak ada di Farmasi Farmasi Proses pembuatan resep
pulangObat yang diresepkan ditanggung tidak tersedia Environment
Communication (komunikasi yang tidak jelas)
20.Pasien baru kesulitan mengetahui alur proses pembayaran (bertanya untuk langkah selanjutnya)
Administrasi ranap Proses discharge Tidak ada banner tentang alur proses
discharge tidak ada penunjuk arah Environment
21. Pasien yang direncanakan akan pulang sehari sebelumnya
Administrasi ranap Proses discharge Belum ada SOP proses discharge Man, Method
Universitas Indonesia
104
ternyata DPJP berhalangan untuk datang
Confussion (bingung)
22. Keluarga pasien yang berkerumun di depan unit rawst DPJP
Proses pembuatan SIP, reume medis, resep pulang dan tanggal kontrol
Perawat menunggu DPJP selesai bicara dengan keluarga pasien
DPJP harus membaca ulang perjalanan penyakit pasien setelah berbicara dengan keluarga pasien
DPJP tidak bisa fokus karena meja tempat menulis berada di depan ruang rawat inap
Environment
23.
Petugas administrasi ranap melakukan konfirmasi ulang tentang sisa tagihan alkes dan returan obat kepada perawat
Administrasi ranap Proses penyusunan tagihan
Perawat sedang sibuk sehingga petugas administrasi bolak balik melihat perawat yang bisa ditanya
Man
24.
Petugas Farmasi yang tidak dapat menghubungi DPJP untuk konfirmasi perubahan resep pulang
Farmasi Proses pembuatan resep pulang
Obat yang akan diganti harus dengan persetujuan DPJP
Obat yang diresepkan DPJP tidak ditanggung oleh asuransi
Man
Underutilized employee
25.Tidak ada petugas yang diberikan tanggung jawab terhadap proses discharge
Seluruh unit yang terkait proses discharge
Proses discharge
Discharge manajer tidak ada sehingga proses tidak terintegrasi
Bila ada hambatan di satu unit mengakibatkan lambatnya pelaksanaan proses discharge di unit lain yang terkait
Method
Tabel ini menggolongkan sumber waste yang kemudian dimasukkan ke dalam analisa fishbone / cause-effect untuk melihat akar
permasalahan yang mendasari terjadinya waste.
Universitas Indonesia
105
Universitas Indonesia
6.3.4.1 Analisa Waste dengan diagram Cause & Effect / Fishbone
Penggolongan waste yang didapatkan dari tabel 6.9
kemudian dianalisa untuk mengidentifikasi akar penyebab
masalah.
Gambar 6.4 Analisa dengan Diagram Cause & Effect (Seebab Akibat) atau Fishbone (Tulang Ikan)
Alur proses discharge dalam Value stream map dikelompokkan berdasarkan
tanggung jawab setiap unit yang terlibat dalam proses discharge yaitu DPJP,
perawat, administrasi ranap, farmasi dan kasir. Proses discharge kemudian dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. DPJP
DPJP melakukan visit pasien, melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap
perjalanan pengobatan. DPJP kemudian memberikan instruksi pemulangan
untuk pasien kepada perawat yang mengikuti visit.
Waste yang terjadi:
DPJP setelah memberikan instruksi pemulangan tidak segera membuat
surat ijin pulang tetapi melanjutkan visit untuk seluruh pasien yang
menjadi tanggung jawabnya. Surat Ijin Pulang (SIP) tidak dapat segera
diproses karena menunggu DPJP menyelesaikan visit.
DPJP dan perawat kemudian membuat SIP dan resep pulang, pada saat
penelitian terlihat keluarga pasien berkonsultasi setelah DPJP
melakukan visit, hal ini juga membuat proses penulisan SIP menjadi
tertunda.
DPJP yang akan memulangkan pasien lebih dari 1 orang akan butuh
waktu untuk membuat SIP, resep pulang dan resume medis.
2. Perawat
Perawat memberikan berkas SIP, resume medis dan resep pulang kepada
DPJP.
Waste yang terjadi:
Perawat yang menjadi asisten DPJP pada saat visit seringkali
terkendala DPJP yang juga visit pada saat bersamaan sehingga SIP
yang seharusnya sudah dapat diproses harus menunggu hingga visit
selesai.
Perawat diminta untuk membantu rekannya yang lain sehingga
pemberkasan tidak dapat segera dilakukan.
109
Perawat harus mencatat instruksi dari DPJP yang visit pada saat itu
sehingga proses terkendala.
3. Administrasi ranap
Administrasi ranap melakukan returan obat, pemberkasan resep pulang,
menghitung tagihan, mengantarkan returan ke farmasi dan mengambilnya
kembali.
Waste yang terjadi:
Petugas harus mengantar returan dan resep pulang dan menunggu
tagihan farmasi dimana farmasi terletak di lantai 1 sedangkan adm.
ranap di lantai 2.
Petugas harus memverifikasi tagihan asuransi (pada pasien asuransi)
dengan mengirimkan fax (berjalan ke kelas 2 karena fax ada di kelas
2). Menunggu hingga asuransi memberikan persetujuan untuk
obat/pemeriksaan yang diberikan. Jika tidak, maka petugas
administrasi harus melakukan verifikasi ke bagian farmasi (untuk obat)
dan kasir (perubahan tagihan).
Petugas administrasi hanya dibantu oleh 1 orang petugas umum,
sehingga kegiatan pemberkasan membutuhkan waktu yang cukup
lama, terutama jika proses discharge pada saat itu lebih dari 1 pasien.
Petugas administrasi harus mengkonfirmasi ulang jika asuransi
menolak menanggung biaya sehingga yang harus melunasi adalah
pasien.
4. Farmasi
Farmasi menerima returan, resep pulang dan memberkas sisa tagihan alkes
pasien yang akan pulang.
Waste yang terjadi:
Pemberkasan resep pulang, returan dan tagihan sisa alkes diproses
sesuai nomor antrian bergabung dengan pasien poli karena tidak ada
petugas farmasi yang khusus untuk melayani resep pasien ranap.
Petugas farmasi harus menelpon petugas umum ranap untuk
mengambil resep pulang dan sisa tagihan farmasi.
Universitas Indonesia
110
5. Kasir
Kasir dan administrasi ranap sudah online sehingga berkas tagihan dapat
langsung diverifikasi oleh bagian kasir.
Waste yang terjadi:
Kasir melayani pasien poli dan ranap karena belum ada kasir khusus
untuk pasien ranap sehingga harus menunggu antrian.
Kasir terletak di lantai 1 sedangkan unit ranap terletak di lantai 2.
6. Pasien yang sudah melakukan pembayaran seringkali belum dapat pulang
karena menunggu jemputan. Hal ini membuat perawat sulit untuk menyuruh
pasien segera meninggalkan ruangan. Pada saat melakukan observasi, ada
pasien yang sudah melakukan pembayaran tetapi belum pulang, sementara di
IGD ada pasien yang menunggu kamar kosong.
6.3.5 Jenis aktifitas Non Value Added yang dapat diintervensi
Non Value Added (waste) adalah aktivitas yang tidak memberikan
nilai tambah bagi pelanggan (pasien). Jenis NVA yang didapatkan ada
yang bisa dilakukan intervensi dan ada yang tidak. NVA yang tidak dapat
diintervensi adalah keadaan atau segala sesuatu yang sudah tidak bisa
diubah karena merupakan "given factors" (faktor bawaan). NVA yang
dapat dilakukan intervensi adalah NVA yang bisa diminimalisir dengan
intervensi dari owner atau manajemen RS.
a. Jenis NVA yang tidak dapat diintervensi:
1. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) sebagian besar
adalah dokter tamu sehingga tidak ada jam yang baku untuk
waktu visite.
2. Letak ruang farmasi yang ada di lantai 1 sementara ruang
ranap terletak di lantai 2, hal ini berhubungan dengan
pengembangan ruang dan tidak dapat dilakukan tanpa
perencanaan.
3. Letak kasir yang berada di lantai 1 sedangkan ruang ranap
ada di lantai 2. Hal ini juga berhubungan dengan
Universitas Indonesia
111
pengembangan ruangan dan tidak dapat dilakukan
intervensi apa pun untuk meminimalisir.
b. Jenis NVA yang dapat diintervensi:
1. SOP proses discharge yang mengatur seluruh unit yang
terlibat sebagai kesatuan tim discharge belum ada. Hal ini
perlu untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab setiap
unit untuk kelancaran berlangsungnya proses discharge.
2. Jumlah kasir yang melayani proses pembayaran tagihan
menentukan kelancaran proses discharge. Hal ini dapat
diminimalisir dengan penambahan kasir khusus tagihan
ranap.
3. Jumlah petugas administrasi ranap ikut menentukan
kelancaran proses discharge. Jumlah petugas 1 orang untuk
melakukan pemberkasan dokumen proses discharge lebih
dari 1 orang pasien dapat menjadi hambatan.
4. Letak meja DPJP untuk menulis resume medis yang berada
di dekat pintu ruang ranap membuat keluarga pasien datang
untuk bertanya sehingga pada saat akan menulis resume
medis dan resep pulang, DPJP harus berhenti.
5. Perawat yang bertugas untuk memdampingi DPJP visite
juga harus melakukan pemberkasan dokumen proses
discharge. Hal ini membuat proses discharge menjadi tidak
lancar. Minimalisir keadaan ini bisa dilakukan dengan
membuat tim discharge yang terdiri atas setiap unit yang
terlibat.
6. Banner atau papan petunjuk informasi tentang alur proses
discharge sehingga pasien dapat melihat langkah-langkah
yang harus dilakukan pada saat akan pulang.
7. Sistim yang belum terintegrasi antara farmasi dan
administrasi ranap dapat diminimalisir dengan membuat
sistem online sehingga dapat mengurangi jarak dan waktu
untuk proses discharge.
Universitas Indonesia
112
8. Pasien yang tetap tinggal di ruangan dengan alasan
menunggu dijemput dapat diminmalisir dengan fasilitas
ruang tunggu atau ruang tunggu post discharge.
6.4 Assesment Variasi Pada Setiap Unit
Observasi yang dilakukan terhadap unit yang terlibat proses discharge
didapatkan variasi seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini:
Tabel 6.13 Assesment VariasiNo Unit Variasi
1 Dokter1. Instruksi pulang2. Penulisan resume medis3. Pemberian berkas kepada perawat
2 Perawat 1. Penulisan berkas pasien2. Menyiapkan berkas resep pulang
3 Administrasi Ranap
1. Menyiapkan pencatatan returan, resep pulang2. Melakukan input data ke komputer3. Menunggu tagihan farmasi untuk diinput4. Verifikasi Asuransi
4 Farmasi1. Menghitung biaya resep pulang, resep pulang
dan returan obat2. Menyiapkan resep pulang
5 Kasir 1. Antrian pada saat pembayaran
6.5 Desain Usulan Perbaikan
Analisis cause & effect (sebab akibat) didapatkan faktor yang
menjadi sebab waste pada sistem alur proses discharge dan peneliti
mencoba untuk mengusulkan langkah untuk meminimalisir non value
added yang ada. Faktor lain yang menjadi pertimbangan oleh peneliti,
untuk merubah sesuatu yang sudah berjalan merupakan sesuatu hal yang
tidak mudah karena harus melalui proses yang rumit dan panjang.
Perubahan juga menyangkut berbagai kebijakan dan kesadaran dari
seluruh unit yang terkait dalam proses discharge. Peneliti mengajukan
usulan perbaikan masalah berlandaskan periode pelaksanaan.
Peneliti menggunakan kriteria jangka pendek, menengah dan
jangka panjang. Jangka pendek jika pelaksanaannya tidak membutuhkan
biaya. Jangka menengah jika dalam pelaksanaannya membutuhkan biaya
Universitas Indonesia
113
dan fasilitas pendukung. Jangka panjang jika dalam pelaksanaannya
membutuhkan biaya, fasilitas pendukung dan kebijakan.
Tabel 6.14 Desain Usulan Perbaikan Proses DischargeSumber Masalah Akar Masalah Usulan Pelaksanaan
SDM
Tidak ada jam visite yang baku terutama di hari libur
Membuat SOP proses discharge
Waktu siklus discharge dimasukkan ke dalam rekam medik sebagai umpan balik untuk manajemen
Jangka pendek(3 bulan)
Petugas yang terlibat proses discharge kurang
Petugas yang bertugas sebagai manajer discharge
Melakukan evaluasi tentang alur proses discharge diantara unit yang terkait
Jangka menengah(6-9 bulan)
Beban tugas perawat yang banyak
Penambahan jumlah petugas
Jangka menengah(6-9 bulan)
Beban tugas administrasi ranap yang harus menginput data ranap harian dan data pasien yang akan discharge
Penambahan jumlah petugas administrasi ranap
Jangka menengah(6-9 bulan)
Method Belum ada konsolidasi proses discharge yang meliputi seluruh unit terkait
SOP proses discharge yang tidak hanya mengatur sebagian unit tapi keseluruhan
Jangka Menengah(6-9 bulan)
Tidak ada pencatatan waktu yang dibutuhkan untuk proses discharge
Pencatatan waktu proses discharge di dalam rekam medis sebagai feed back kepada manajemen RS
Jangka Pendek(3 bulan)
Machine
SIMRS belum optimal
SIMRS antara farmasi dan administrasi ranap sebaiknya online untuk memudahkan proses discharge
Menengah(6-9 bulan)
Letak meja dokter di ranap kurang strategis
Menata ulang letak meja dokter untuk memudahkan proses discharge
Pendek(3 bulan)
Meja petugas administrasi Meja kerja agar Menengah
Universitas Indonesia
114
ranap belum optimal
petugas dapat memuat komputer dan meletakkan berkas pasien yang akan diinput
(6-9 bulan)
Environmental (lingkungan pendukung)
Pasien menunggu dijemput di ruangan
Pengadaan ruangan post discharge/discharge lounge yang nyaman untuk pasien
Panjang(12 bulan)
Peraturan proses discharge yang kurang jelas untuk
pasien
Pembuatan banner alur proses discharge sehingga pasien mengetahui langkah-langkahnya
Menengah(6-9 bulan)
Pola proses discharge belum dipahami sebagai satu kesatuan dengan proses penerimaan pasien oleh unit yang terkait
Pola yang baku untuk seluruh unit yang terkait dan menanamkan komitmen tentang pentingnya kelancaran proses discharge sehingga petugas pelaksana berusaha untuk terus melakukan perbaikan.
Menengah(6-9 bulan)
Implementasi tersebut diharapkan dapat menjadi usulan perbaikan proses
discharge. Lean Hospital adalah tujuan akhirnya yang ingin dicapai dalam
jangka panjang. Upaya perbaikan harus didukung oleh seluruh pegawai
dan berlandaaskankan kerja tim.
6.6 Assesment Perbaikan Proses
Usulan perbaikan proses dengan mengurangi jarak tempuh dari
ranap ke farmasi dan kasir dapat memberikan efisiensi waktu proses
discharge maka:
Tabel 6.15 Assesment Waktu Yang Akan DiperbaikiNo Area yang ditempuh Waktu (menit)1 Ranap-Farmasi 13 menit2 Farmasi-Ranap 13 menit3 Ranap-Kasir 11 menit4 Kasir-Ranap 11 menit
Total 48 menit
Universitas Indonesia
115
Jumlah waktu yang dapat dikurangi dari siklus proses discharge 48 menit
kemudian dimasukkan ke dalam tabel waktu siklus hasil observasi sebagai
simulasi proses perbaikan.
Tabel 6.16 Assesment Perbaikan Proses
No.Tanggal
penelitianMulai Selesai
Total
(menit)
Simulasi
Perbaikan
(menit)
Hasil
Penjumlahan
(menit)
1. 13 Mei 2014 10.30 14.37 247 48 199
2. 13 Mei 2014 10.00 14.11 251 48 203
3. 13 Mei 2014 10.15 13.52 217 48 169
4. 14 Mei 2014 10.10 13.58 228 48 180
5. 15 Mei 2014 10.25 13.50 205 48 157
6. 15 Mei 2014 09.30 13.55 265 48 217
7. 16 Mei 2014 09.00 13.13 253 48 205
8. 16 Mei 2014 10.00 13.39 214 48 166
9. 16 Mei 2014 09.40 13.55 255 48 207
10. 19 Mei 2014 09.35 13.35 244 48 196
RATA-RATA 238 190
Dengan simulasi assesment perbaikan proses diharapkan dapat menjadi
pertimbangan untuk dijadikan dalam rencana usulan perbaikan.
Universitas Indonesia
116
Gambar 6.5 Usulan Perbaikan Alur Proses Discharge
Garis putus-putus berwarna merah adalah bagian dari alur proses pada saat ini
yang dihilangkan sebagai usulan upaya perbaikan. Bagian yang dihilangkan
adalah verifikasi dan mengantar resep pulang ke bagian farmasi. SIMRS
diharapkan dapat membantu berjalannya usulan perbaikan ini.
Universitas Indonesia
117
6.7 Fakta Yang Ditemukan Pada Saat Penelitian
1. Teori Lean Six Sigma dapat digunakan pada penelitian proses
discharge di RSE Bekasi, dengan menggunakan observasi waktu
siklus proses discharge.
2. Analisis dengan Diagram Fishbone / Cause and Effect dimana
dibutuhkan analisis untuk material, pada penelitian ini tidak dapat
dilakukan. Hal ini disebabkan yang diteliti adalah aliran proses,
sehingga tidak dilakukan observasi terhadap material.
3. Teori Six Sigma untuk proses discharge membutuhkan target waktu
yang harus ditetapkan oleh kesepakatan manajemen RS, sehingga
untuk penelitian sejenis, diharapkan RS yang akan diteliti sudah
memiliki target waktu sehingga penelitti dapat melakukan analisa
standar deviasi.
4. Teori Lean Six Sigma dibutuhkan untuk penelitian proses discharge
jika tujuannya adalah untuk melakukan upaya perbaikan efisiensi
proses dengan melakukan pengurangan waste (pemborosan) dan
variasi proses dalam mencapai target atau standar yang sudah
ditetapkan.
5. Pendekatan Lean memperlihatkan Value Added (aktivitas yang
memberi nilai tambah) dan Non Value Added / Waste
(pemborosan) untuk dijadikan acuan upaya memperlancar aliran
proses. Six Sigma memperlihatkan variasi yang terjadi pada Value
Added sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengurangi variasi
agar Value Added dapat mengalir lancar dan waktu siklus
diperbaiki.
Universitas Indonesia
118
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hal sebagai berikut:
1. Hasil observasi didapatkan rata-rata total waktu yang
dibutuhkan untuk proses discharge 238 menit.
2. Hasil value assesment pasien discharge masih menunjukkan
wasting time yang terlalu lama terutama di bagian administrasi
ranap dan kasir hal ini karena terjadi hambatan-hambatan
sepanjang alur proses discharge.
3. Dari analisa Value Stream Map proses discharge ditemukan
banyaknya masalah dan waste dalam interaksi antar unit yang
terkait karena kurangnya konsolidasi yang bersumber dari
aliran informasi dan pelaksana.
4. Hasil identifikasi kegiatan dan aktivitas selama proses
discharge didapatkan persentase aktivitas yang memberikan
nilai tambah 53,39%. Bentuk masalah yang ditemukan :
a. Man :
Jumlah petugas yang tidak memadai dan belum adanya
kesadaran tentang pentingnya proses discharge.
b. Method :
SOP proses discharge yang mengatur keseluruhan unit
dalam berinteraksi belum ada. Evaluasi yang terjadwal
untuk pelaksanaan proses discharge yang melibatkan
seluruhuit yang terkait belum pernah dilakukan.
c. Machine :
SIMRS yang belum optimal antara farmasi dan
administrasi ranap.
d. Environment :
Petunjuk alur proses discharge untuk pasien belum ada,
pasien belum disiplin tentang tata cara proses
Universitas Indonesia
119
discharge. Ruang post discharge yang belum ada untuk
pasien menunggu dijemput.
5. Usulan perbaikan dengan analisa akar penyebab masalah
dengan memperkitrakan kemampuan rumah sakit dan faktor-
faktor yang menjadi pendukung. Pelaksanaan perbaikan jangka
pendek jika diperkirakan tidak membutuhkan biaya. Jangka
menengah jika diperkirakan pada pelaksanaannya
membutuhkan biaya dan fasilitas tambahan. Jangka panjang
jika membutuhkan biaya, fasilitas tambahan dan perubahan
kebijakan dari owner atau manajemen rumah sakit.
7.2 Saran
Saran untuk upaya perbaikan proses discharge telah dijelaskan di
bab 6 sebagai tambahan masukan berupa :
1. Man :
a. Case manajer proses discharge yang dapat melakukan
pemulangan pasien tanpa menunggu Dokter datang. Case
manajer bertanggung jawab memantau proses discharge dan
melakukan koordinasi antar unit saat terjadi hambatan dalam
pelaksanaan proses.
2. Method :
a. Target total waktu proses discharge harus ditetapkan oleh
manajemen RS untuk meningkatkan komitmen dari seluruh
unit yang terkait dalam proses discharge.
b. Instruksi proses discharge yang dilakukan sehari sebelum
pemulangan memberikan kesempatan kepada seluruh unit yang
terkait melakukan persiapan pelaksanaan discharge.
Pelaksanaan pada saat discharge menjadi lebih cepat karena
sebagian telah dilakukan sehari sebelumnya. Upaya perbaikan
akan memberikan percepatan dalam proses discharge dan
proses penerimaan pasien baru. Hal ini meningkatkan citra
positif bagi rumah sakit di mata pasien.
Universitas Indonesia
120
c. SOP proses discharge yang melibatkan seluruh unit yang
terkait harus segera dibuat. Peraturan yang baku dan jelas akan
meminimalisir hambatan di masing-masing unit. Interaksi
antara unit dapat berjalan lancar dan saling mendukung.
d. Pencatatan waktu proses discharge dalam status rekam medik
perlu dipikirkan sebagai umpan balik agar manajemen dapat
melakukan evaluasi secara terus menerus untuk upaya
perbaikan proses discharge.
e. Evaluasi hasil perbaikan proses discharge harus dilakukan
untuk menjadi bahan evaluasi dari manajemen RS. Diharapkan
setelah 3 bulan proses perbaikan dan target telah ditentukan,
penelitian dapat dilanjutkan untuk tahap Improve dan Control.
Tujuannya untuk melihat pencapaian Six Sigma proses
discharge dengan pencapaian target. Hal ini memerlukan
koordinasi dengan owner dan manajemen RS.
3. Machine:
a. Penghitungan waktu selama berjalannya proses discharge
dalam SIMRS sehingga semua unit yang terkait dapat
mengetahui proses discharge berjalan lancar atau tidak.
b. SIMRS antara Farmasi dan administrasi ranap dibuat
terintegrasi. SIMRS untuk dokter agar dapat melakukan input
data untuk pasien yang akan discharge yang terhubung dengan
seluruh unit sehingga petugas administrasi tidak perlu
menunggu perawat selesai melakukan pencatatan ulang. Hal ini
dapat mengurangi total waktu proses discharge sebagai upaya
perwujudan Lean Hospital.
c. Letak meja dokter menulis catatan untuk pasien sebaiknya
tidak di depan pintu ranap.
d. Meja petugas administrasi ranap sebaiknya diberikan yang
memadai untuk meletakkan berkas pasien dan menginput data
(saat ini rekam medis ditumpuk dan dibuka satu-satu sambil
menginput).
Universitas Indonesia
121
4. Environment :
a. Tahapan alur proses discharge yang sederhana dan diberikan
dalam bentuk visual (banner) kepada pasien sebagai informasi
yang jelas tentang tata cara proses akan membuat pasien
menjadi lebih tertib dan tidak menunggu di dalam ruangan
terlalu lama setelah proses pembayaran selesai dilakukan.
b. Perencanaan ruangan yang nyaman bagi pasien yang sudah
selesai membayar dan menunggu dijemput. Fasilitas ini
sebaiknya dilengkapi dengan toilet dan ruangan untuk ibu
menyusui bagi pasien anak.
c. Pola yang baku untuk seluruh unit yang terlibat dalam proses
discharge yang dituangkan dalam bentuk alur proses yang
diletakkan di area yang dapat dilihat oleh seluruh unit.
5. Metode Lean menekankan bahwa upaya perbaikan harus dilakukan
terus menerus (kaizen) sehingga upaya perbaikan proses discharge
harus ditingkatkan secara terus menerus dengan melibatkan kerjasama
tim.
Universitas Indonesia
122
DAFTAR PUSTAKA
Agency for Healthcare Research and Quality. (2011, Agustus). Project RED Module 1. Retrieved Februari 2, 2014, from AHRQ.com: http://www.ahrq.gov/professionals/systems/hospital/red/module1/html
Ametli, V. (n.d.). Improving Inpatient Discharge to Reduce Readmission. Retrieved Februari 2, 2014, from http://www.iienet.org/uploadedfiles/SHSNew/Tools_and_Resources/Feature%201%20student%20paper.pdf
Anjaryani, WD., (2009) Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Retrieved Februari 20, 2014, from http://eprints.undip.ac.id/23824/1/WIKE_DIAH_ANJARYANI.pdf
Audit Commision National Health Service. (1992, January 5). National Health Service.Lying in Wait: The Use of Medical Beds in Acute Hospital. Retrieved Februari 4, 2014, from http://archive.audit-commission.gov.uk/auditcommission/subwebs/publications/studies/studyPDF/1039.pdf
Azwar, A., (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan.Edisi Ketiga. Binarupa Aksara. Jakarta.
Bevan H., Connor M., Crowe R., Westwood N., (2009). Lean Six Sigma: some basic concepts, NHS Institute for Innovation and Improvement. retrieved Februari 6, 2014, from http://www.northamptongeneral.nhs.uk/Downloads/OurServices/ServiceImprovement/Toolsforimprovement/LeanSixSigma.pdf
Berardinelli, FC., (November, 2012). To DMAIC or Not to DMAIC: Identify When You Need A structured Method For Problem Solving. Retrieved Februari 16, 2014, from http://asq.org/quality-progress/2012/11/back-to-basics/to-dmaic-or-not-to-dmaic.html
Black J., Miller D., 2013. The Toyota Way To Healthcare Excellence Increase Efficiency and Improve Quality with Lean, Edisi Pertama. Chicago: Health Administration Press.
Boaden, R., Proudlove, N., & Wilson, M. (1999). Journal of Management in Medicine.An Exploratory Study of Bed Management, Volume 13 issue 4, pp.234-250. Retrieved Februari 6, 2014, from http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1411521&show/html
Universitas Indonesia
123
Boyer, E. R. (n.d.). A New Approach to Acute Care Hospital Bed Management A Case Study. Retrieved Februari 10, 2014, from http://proceedings.esri.com/library/userconf/proc03/p0112.pdf
Cavanagh, R.R., Neuman, P.R., Pande S.P., (2014). The Six Sigma Way, How GE, Motorola And Other Top Companies Are Honing Their Performance. Retrieved Februari 6, 2014, from http://www.railassociation.ir/Download/Article/Book%20en1.pdf
Departement of Health and Human Services Centers for Medicare & Medical Services). (n.d.). Medical Learning Network. Retrieved Februari 16, 2014, from http://www.cms.gov./Outreach-and-Education/Medicare-Learning-Network-MLN/MLNProducts/Downloads/Discharge-Planning-Booklet-ICN908184.pdf
Depkes RI. (2006). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit. Retrieved Februari 19, 2014, from http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201069%20ttg%20Klasifikasi%20Dan%20Standar%20Rumah%20Sakit%20Pendidikan.pdf
Depkes RI. (2008). Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Bangunan Bangunan Instalasi Rawat Inap (Umum) Retrieved Februari 10, 2014. Departemen Kesehatan-RI.
Depkes RI. (2009). UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Retrieved Maret 22, 2014, from http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._44_Th_2009_ttg_Rumah_Sakit.pdf
Depkes RI. (2009). UU No. 36 Sistem kesehatan Nasional Tentang Pelayanan Kesehatan Depkes RI. Retrieved Maret 24, 2014, from http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan.pdf
Depkes RI. (2009). KEPMENKES 374 Tahun 2009. Retrieved Maret 25, 2014, from http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-2009_TTG_SKN-2009.pdf
Depkes RI. (2012). Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rawat Inap. Retrieved Februari 2014, 2014, from http://aspak.buk.depkes.go.id/beranda/wp-content/uploads/downloads/2014/01/7.-Pedoman-Teknis-Inst
Depkes RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Retrieved Februari 15,
Universitas Indonesia
124
2014, from http://www.slideshare.net?f1smed/kepmenkes-no120tahun2008standarpelayananminimalrs
Discharge Planning Association. (n.d.). Discharge Planning.Retrieved Februari 20, 2014, from http://www.dischargeplanning.org.au/index.htm
Doenges, Marilyn E., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E., (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Forster, A. J., (2000, September 21).Proquest Information & Learning : Is There Association between Hospital Occupancy and Quality of Care?. Retrieved April 2, 2014, from http://www.ruor.uottawa.ca/en/bitstream/handle/10393/9429/MQ67819.pdf?sequence=1
Forster, A. J., (2003, Februari). Annals of Internal Medicine 138 : Discharge from The Hospital in The Incidence and Severity of Adverse Events Affecting Patients after Discharge from the Hospital, ISSN pp. 161-167. Retrieved Februari 1, 2014, from http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-Fi/Discharge-from-the-Hospital.html
Gaspersz, V., Fontana, A., (Juni, 2011). Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries, Waste Elimination and Continous Cost Reduction, Edisi Kedua. Bogor : Vinchristo Publication.
Gaspersz, V., (Januari, 2013). Integrated Total Quality Talent Management, Edisi Pertama. Bogor : Tri-Al-Bros Publishing.
Graban, M. Lean Hospitals (2009). Improving Quality, Patient safety and Employee Satisfaction. Retrieved Februari 4, 2014, from http://www.ohsu.edu/xd/education/schools/school-of-medicine/departements/clinical-departements/radiation-medicine/education-training/upload/Lean-Hospitals-2012.pdf
Graban, M., Swartz, J., (2012). Healthcare Kaizen Engaging Front-line Staff in Sustainable Continous Improvements, Edisi Pertama. Florida: CRC Press.
Grunden, N., (2008). The Pittsburgh Way to Efficient Healthcare, Edisi Pertama. Florida: CRC Press.
Gospodarevskaya, E., & Churilov, L., (n.d.). Business Process Management Journal : Process Performance Indicators in Redesigning The Patient Care Process,Volume 17 issue 6, pp. 1012-1038. Retrieved from http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=17003311
Universitas Indonesia
125
Guadanino, C., (2008). Physician News Digest : Improving Hospital Discharge. Retrieved Februari 2, 2014, from http://www.physiciansnews.com/2008/11/22/improving-hospital-discharge/
Hadi, M. Z., (n.d.). Diagram Sebab Akibat. Retrieved Februari 4, 2014, from http://lecturer.eepis-its.edu/~zenhadi/kuliah/ManajemenIndustri/Materi6DiagramSebabAkibat_Pareto.pdf
Healthcare Performance Partners., (2008). 8 Wastes with Healthcare Examples. Retrieved Februari 14, 2014, from http://www.hpp.bz/page.php?page=8+Wastes+with+Healthcare+Examples
Huang Q., Thind A., Dreyer J.F, Zaric G. S., (2010, Juli 9). BMJ Emergency Medicine : The Impact of Delay to Admission from The Emergency Departement of Inpatient Outcomes. Journal of Negative Results in Biomedicine Research Article Volume 10 : 16. Retrieved April 2, 2014, from http://www.biomedcentral.com/1471-227X/10/16
Knowware The QI Macros Company. (n.d.). Value Stream Map. Retrieved Februari 14, 2014, from http://www.qimacros.com/quality-tools/value-stream-map/
Koshy, V., (2005).Action Research For Improving Practice. Paul Chapman Publishing, SAGE Publications Company, ISBN 1-4219-0755-1. Retrieved June 28, 2014, from http://www.actionlearning.com.au/classes/actionresearch/books/book-actionresearchforimprovingpractice.pdf
Kurniawan, A., Lestari, T., & Rohmadi. (2010). Jurnal Kesehatan: Data Indikator Pelayanan Kesehatan, ISSN 1979-9551 IV, 62-86. Retrieved Februari 10, 2014, from http://www.google.com/search?q=penggunaan+data+indikator+pelayanan+rumah +sakit+untuk+melihat+efisiensi&rlz=1C1LENP_enID556ID556&oq=penggunaan+data+indikator+pelayanan+rumah+sakit+untuk+melihat+efisiensi&aqs=chrome.69i57.39217j0j4&sourceid=chrome&es_sm=1
Lean Sigma Institute. (January 22, 2014). Six Sigma Institute. Retrieved March 14, 2014, from http://www.sixsigmainstitute.com/lean.pdf
Liker, J.K., (2004). The Toyota Way: 14 Management Principles From The World's Greatest Manufacturer. New York: McGraw-Hill.
Mays, N., Pope, C., (July 1, 1955) BMJ volume 311: 42-5: Reaching The Parts Other Methods Can Not Reach : An Introduction to Qualitative methods in Health and Health Services Research. Retrieves June 28, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2590091/pdf/bmj00599-0046.pdf
Universitas Indonesia
126
Medical Mutual of Ohio. (2008).Discharge Planning Guidelines. Retrieved
Februari 21, 2014, from http://www.medmutual.com/proviver/resources/hospitalservices/dischargeplanning.aspx
Meyer, J., (January 15, 2000). BMJ 320 (7228): 178-181 : Using Qualitative Methods in Health Related Action Research. Retrieved June 28, 2014 from www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1128751/
National Audit Office., (2000, Februari 24).Inpatients Admissions and Bed Management in NHS Acute Hospitals by National Audit Office. Retrieved Februari 12, 2014, from http://www.nao.org.uk/wp-content/uploads/2000/02/9900254.pdf
NHS Institute., (2007). Going Lean in The NHS. Retrieved Februari 16, 2014, from http://www.northamptongeneral.nhs.uk/Downloads/OurServices/ServiceImprovement/Toolsforimprovement/GoingleanintheNHS.pdf
Pahlevi, Wildan., (2009). Analisis Pelayanan Pasien Rawat Inap di Unit Admisi RSUD Budhi Asih Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi. Proram Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Productivity Engineering Europe. (2014). Lean Six Sigma. Retrieved Februari 6, 2014, from PEEC: http://www.productivity-engineering.eu/pl/szkolenia/lean-six-sigma/
Reynolds, J. (2013, Oktober 23).Lean Six Sigma The Basic.Retrieved Februari 18, 2014, from The Ohio State University: https://fisher.osu.edu/blogs/gradlife/2013/10/23/lean-six-sigma-the-basics/
Santoso, T. (2012, April 27). Lean Healthcare Indonesia : Discharge Planning. Retrieved Februari 16, 2014, from http://lean-indonesia.blogspot.com/2012/04/discharge-planning.html#more
Snook, (2009). Pelayanan Perawatan Rumah Sakit. Retrieved Februari 20, 2014, from http://google.scrib.com.
Sugianto, A., (2012, April 17). Metode Identifikasi Masalah (Fishbone Analysis, Problem Tree). Retrieved Maret 18, 2014, from http://www.scribd.com/doc/89840626/Metode-Identifikasi-Masalah-Fishbone-Analysis-Problem-tree
Supriyanti, A., (2011, Juli 14). Konsep Discharge Planning. Retrieved Maret 2, 2014, from blogspot.com: http://amanah-supriyati.blogspot.com/2011/07/konsep-discharge-planning.html
Universitas Indonesia
127
Thinkrealiability., (n.d.). Root Causes Analysis Basics. Retrieved Maret 6, 2014, from Thinkreliability.com: http://www.thinkreliability.com/Root-Cause-Analysis-CM-Basics.aspx
Wibowo, A. (2014). Metodologi Penelitian Praktis Bidang kesehatan. Jakarta : Rajawali Press
World Health Organization., (2014).Hospitals in Health Topics World Health Organization. Retrieved Maret 20, 2014, from http://www.who.int/topics/hospitals/en/
Universitas Indonesia