BAB I toksikologi lingkungan

3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang menyerap paling banyak tenaga kerja. Banyak wilayah Kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber Penghasilan Utama Daerah (PAD). Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor itu tentunya memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah dalam hal keselamatan dan keamanan para tenaga kerja . Untuk meningkatkan hasil di sektor pertanian perlu didukung beberapa sarana pertanian. Adapun sarana yang mendukung pertanian antara lain alat-alat pertanian, pupuk buatan, bahan-bahan kimia tambahan, termasuk pestisida. Pestisida atau Pest Killing Agent merupakan obat-obatan atau senyawa kimia yang umumnya bersifat racun, digunakan untuk membasmi jasad pengganggu tanaman, baik hama, penyakit maupun gulma. Penggunaan pestisida pada suatu lahan, merupakan aplikasi dari suatu teknologi yang pada saat itu, diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil pertanian dan membuat biaya pengelolaan pertanian menjadi lebih efisien dan ekonomis. Pemakaian pestisida biasanya dilakukan karena adanya kekhawatiran petani akan adanya serangan hama yang dapat menurunkan hasil pertaniannya.1 Intensitas pemakaian pestisida yang tinggi, dan dilakukan secara terus menerus pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada lingkungan pertanian, keracunan pada hewan,

Transcript of BAB I toksikologi lingkungan

Page 1: BAB I toksikologi lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang menyerap paling banyak tenaga

kerja. Banyak wilayah Kabupaten di Indonesia yang mengandalkan

pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber Penghasilan Utama

Daerah (PAD). Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor itu tentunya

memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah dalam hal keselamatan dan keamanan

para tenaga kerja . Untuk meningkatkan hasil di sektor pertanian perlu didukung beberapa

sarana pertanian. Adapun sarana yang mendukung pertanian antara lain alat-alat

pertanian, pupuk buatan, bahan-bahan kimia tambahan, termasuk pestisida.

Pestisida atau Pest Killing Agent merupakan obat-obatan atau senyawa kimia

yang umumnya bersifat racun, digunakan untuk membasmi jasad pengganggu tanaman,

baik hama, penyakit maupun gulma. Penggunaan pestisida pada suatu lahan, merupakan

aplikasi dari suatu teknologi yang pada saat itu, diharapkan dapat membantu

meningkatkan hasil pertanian dan membuat biaya pengelolaan pertanian menjadi lebih

efisien dan ekonomis. Pemakaian pestisida biasanya dilakukan karena adanya

kekhawatiran petani akan adanya serangan hama yang dapat menurunkan hasil

pertaniannya.1

Intensitas pemakaian pestisida yang tinggi, dan dilakukan secara terus menerus

pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain residu

pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada

lingkungan pertanian, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia sehingga

berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.

Dampak buruk pestisida ini bukan hanya mengenai petani atau pekerja yang

menyemprot pestisida saja, tetapi juga dapat mengenai keluarga dan tetangga di mana

kegiatan itu dilakukan. Keracunan pestisida dapat bersifat akut maupun kronis.

Keracunan pestisida yang akut ada yang bersifat lokal ada juga yang bersifat sistemik.

Keracunan pestisida yang bersifat sistemik dapat menyerang sistem syaraf, hati atau liver,

perut, sistem kekebalan dan keseimbangan hormonal.

Keracunan pestisida dapat ditemukan dengan memeriksa aktifitas cholinesterase

dalam darah. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida meliputi

beberapa faktor antara lain, umur, tingkat pendidikan, masa kerja, lama kerja per hari,

Page 2: BAB I toksikologi lingkungan

jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, waktu penyemprotan, arah angin

waktu penyemprotan dan penggunaan alat pelindung diri (APD)

B. Rumusan Masalah

Pekerjaan sebagai petani tidak mungkin terpisah dari

penggunaan pestisida dalam mengendalikan populasi hama. Dimana

ada kecenderungan para petani menggunakan pestisida secara terus

menerus dengan frekuensi tinggi, bahkan tidak jarang kurang

memperhatikan aturan pemakaiannya. Petani dan orang disekitarnya

merupakan orang yang mempunyai risiko keracunan pestisida, hal ini

karena selalu kontak dengan petani penyemprot, tempat penyimpanan

pestisida, peralatan aplikasi pestisida sesudah aplikasi yang dapat

menimbulkan kontaminasi pada air, makanan dan peralatan yang ada

di rumah.

Hal ini diduga kuat ada pengaruh pada aspek penggunaan

(teknik aplikasi), aspek manusia pekerja itu sendiri seperti pendidikan,

ketrampilan, perilaku, umur, tinggi tanaman yang disemprot, pakaian

pelindung arah dan kecepatan angin dan lain-lain. Sedangkan fase

kritis yang harus diperhatikan adalah pencampuran, penggunaan dan

pasca penyemprotan dalam pencegahan dan pengendaliaan kejadian

keracunan yang dapat membahayakan bagi keluarganya. Dengan

melihat kenyataan tersebut maka dapat diambil rumusan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu “ Faktor-faktor risiko apakah

yang berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida organofosfat

pada petani”.

C. Tujuan

Mengetahui efek dari pestisida terhadap kesehatan petani.