BAB I - SELESAI.docx
Transcript of BAB I - SELESAI.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan utama akuntansi adalah untuk memberikan informasi keuangan yang
dipergunakan pihak manajemen perusahaan maupun pihak-pihak lain di luar
perusahaan, seperti pemegang saham dan kreditur dalam rangka pengambilan
keputusan. Bagi manajemen perusahaan, akuntansi sebenarnya adalah alat untuk
memberikan informasi tentang kejadian-kejadian yang berisifat finansial dalam
satu periode tertentu (Mulyadi 2001:215). Dengan demikian pihak manajemen
mampu menguasai keadaan perusahaan dan dapat menguasai jalannya perusahaan.
Pada perusahaan yang masih kecil pengelolaan aset yang diolah tentunya
masih terbatas, sehingga cara dan teknik pengelolaan aset yang konvensional
mungkin masih memadai digunakan untuk melayani seluruh kebutuhan
perusahaan. Namun, dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan
diikuti pula dengan semakin kompleknya pengelolaan aset yang dimiliki.
Perkembangan dunia usaha yang begitu pesat telah mendorong para usahawan
yang bergerak dibidang industri, dagang dan jasa untuk mengembangkan cara-
cara inovatif dalam pengelolaan informasi untuk mencapai tujuan perusahaan
secara optimal dengan memperhatikan efesiensi dan efektifitas usaha.
Seiring dengan perkembangan zaman dan dunia usaha yang semakin maju,
peranan akuntansi dalam dunia usaha sebagai sistem informasi keuangan
sangatlah penting. Akuntansi merupakan suatu sistem yang mengukur aktivitas-
1
aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut dalam bentuk laporan-laporan dan
mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan, sehingga akuntansi
perlu diselenggarakan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku
(Baridwan 2004:257). Akuntansi keuangan bertujuan menghasilkan laporan
keuangan untuk kepentingan pihak luar. Sedangkan sistem akuntansi berhubungan
dengan perencanaan catatancatatan dan laporan akuntansi serta pengembangan
prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan, mencatat dan meringkas data
akuntansi.
Aset adalah suatu harta kekayaan yang dimiliki setiap perusahaan yang
harus mendapat perhatian secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan
yang begitu besar terhadap aset tetap (Soemarso 2005:19). Pengawasan yang baik
terhadap aset tetap merupakan penunjang terjaminnya kegiatan operasional
perusahaan. Bila terjadi kesalahan atau kerusakan atas aset tetap disebabkan
karena kurangnya perawatan atau perhatian yang diberikan terhadap aset tersebut
oleh perusahaan yang bersangkutan, maka dampak yang ditimbulkan adalah
kerugian ekonomis yang sangat besar.
Hampir semua perusahaan menginvestasikan modalnya dalam bentuk harta
yang bersifat tahan lama dalam kegiatannya yang sering disebut sebagai aset. Aset
yang dimiliki perusahaan biasanya berupa tanah, gedung dan kendaraan yang
dikenal sebagai aset tetap. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan teknologi
yang semakin maju, pemanfaatan aset tetap berwujud dalam kegiatan operasi
perusahaan dapat berbeda atau tidak sesuai dengan yang diharapkan karena
berbagai sebab. Suatu aset tetap berwujud tidak dapat digunakan secara terus
2
menerus karena suatu aset tetap berwujud mempunyai suatu batas tertentu hingga
suatu saat tidak dapat berfungsi lagi, sehingga perlu dilakukan suatu penarikan
atas aset tetap berwujud tersebut. Penarikan (retirements) aset tetap berwujud
dapat dilakukan dengan cara dijual, ditukarkan dengan aset lain atau dibuang
begitu saja. Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan
oleh entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset
yang bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan
sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada
aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat lebih pendek dari umur
manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat suatu aset merupakan hal yang
membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang
serupa (PSAK No. 16 Tahun 2011:16.17).
“Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain,
atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode” (PSAK No 16 Tahun 2011:16.2). Sebagaimana menurut PT PLN
(Persero) “aset tetap adalah merupakan aset berwujud termasuk material cadang
dan hak atas tanah yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan, untuk
digunakan dalam fungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik,
untuk digunakan menunjang kegiatan dari pada fungsi-fungsi tersebut, dan untuk
disewakan kepada pihak ketiga dan diharapkan dapat digunakan selama lebih dari
satu tahun.
3
Sedangkan pengertian aset tetap Menurut Peraturan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) pada undang-undang nomor 19 tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara dan undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, maka memutuskan pada Nomor Per-02/MBU/2010 tentang
Tata Cara Penghapusanbukuan dan pemindahtanganan Aset Tetap Badan Usaha
Milik Negara pada pasal 1, “Aset Tetap adalah aset berwujud yang digunakan
dalam operasi BUMN tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan masa manfaat lebih dari satu tahun”.
PT. PLN (Persero) berdasarkan Surat Edaran Perusahaan listrik Negara
Nomor : 025/E/87/DIR/1998, menyatakan bahwa : “Aset tetap merupakan aset
berwujud termasuk material cadangan dan hak atas tanah yang dimiliki dan atau
dikuasai oleh perusahaan”, yaitu :
1. Untuk digunakan dalam fungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik.
2. Untuk menunjang kegiatan fungsi tersebut diatas.
3. Untuk disewakan kepada pihak ketiga, dan diharapkanakan dapat digunakan
selama lebih dari satu tahun, dan harga perolehan diatas jumlah minimal yang
ditetapkan direksi.
Maka dapat disimpulkan bahwa Aset Tetap adalah aset yang berwujud yang
digunakan dalam operasi perusahaan dan umur manfaat nya lebih dari satu tahun
tidak untuk dijual dalam operasi normal perusahaan. Aset tetap berwujud PT.
PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar merupakan aset yang
bernilai paling besar dan paling penting yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini
dapat dilihat dari posisinya pada laporan keuangan yang diletakkan pada posisi
4
teratas di atas kas dan bank. Wewenang pengelolaan aset tetap berwujud pada
PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar berada sepenuhnya
pada kebijakan PT. PLN (Persero) Pusat, begitu pula sistem penarikan aset tetap
berwujud pada PT PLN (Persero).
Penarikan Aset tetap berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara
Cabang Makassar harus mengikuti peraturan perundang-undangan pemerintah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Nomor Per-02/MBU/2010 tentang Tata
Cara Penghapusanbukuan dan pemindahtanganan Aset Tetap Badan Usaha Milik
Negara pada pasal 1. Pada pasal ini Peraturan Menteri Negara badan Usaha Milik
Negara ini yang dimaksudkan dengan :
1. Penghapusanbukuan aset tetap adalah setiap tindakan menghapuskan aset
tetap BUMN dari pembukuan atau neraca BUMN.
2. Pemindahtanganan aset tetap adalah setiap tindakan mengalihkan aset tetap
BUMN yang mengakibatkan beralihnya hak kepemilikan atas aset tetap
dimaksud kepada pihak lain.
Berdasarkan kajian diatas, bahwa Sesuainya peraturan perundang-undangan
pemerintah tentang Penarikan aset tetap berwujud pada PT. PLN (Persero)
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar terjadi karena kondisi fisik aset yang
tidak memungkinkan untuk dioperasikan, tidak ekonomis, penggantian dan akan
direlokasi. Aset tetap berwujud yang tidak memiliki manfaat ekonomik, ditarik
dari operasi dan harga perolehan beserta akumulasi penyusutan dipindahkan
sebagai aset tetap tidak beroperasi. Penarikan aset tetap pada PT. PLN (Persero)
5
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar ada 2 (dua) macam yaitu penghapusan
dan relokasi.
Dengan mengetahui permasalahan pada sistem penarikan aset tetap
berwujud PT. PLN (Persero) yang terpusat, dan perbedaan antara teori dengan
kenyataan pada sistem penarikan aset tetap berwujud terutama prosedur penarikan
aset tetap berwujud dan pengendalian internnya, penulis ingin melakukan
pengkajian lebih mendalam mengenai “ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR
PENARIKAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT. PLN (PERSERO)
WILAYAH SULTANBATARA CABANG MAKASSAR”. Pengkajian ini
diharapkan akan bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui secara lebih
mendalam permasalahan mengenai sistem dan prosedur penarikan aset tetap
berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar dan dapat
memberikan masukan bagi PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang
Makassar sebagai bahan evaluasi agar sistem penarikan aset lebih sederhana dan
tidak melalui prosedur yang panjang serta agar dapat menerapkan pengendalian
intern yang lebih baik sehingga sistem dan prosedur penarikan aset tetap berwujud
pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar akan lebih
handal.
6
1.2 Rumusan Masalah
Pokok Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini di rumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana Sistem dan prosedur penarikan aset tetap berwujud pada
PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar.
2. Bagaimana pengendalian intern aset tetap berwujud pada PT. PLN (Persero)
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar.
3. Apakah Sistem dan prosedur aset tetap berwujud pada PT. PLN (Pesero)
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar berdasarkan PSAK No. 16.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji dan
mendekripsikan menegenai :
1. Sistem dan Prosedur penarikan aset tetap berwujud pada PT. PLN (Persero)
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar.
2. Pengendalian intern atas Penarikan aset tetap berwujud pada PT. PLN
(Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
3. Untuk mengetahui dan membandingkan sistem dan prosedur pada PT. PLN
(Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Akademisi
a. Menerapkan teori akuntansi tetap khususnya mengenai penarikan aset
tetap berwujud berdasarkan PSAK.
b. Sebagai sumbangan informasi pemikiran dan kajian bagi civitas
akademik.
2. Bagi PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
Hasil-hasil analisis yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan masukan dan pertimbangan khususnya mengenai penarikan
aset tetap berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang
makasar.
3. Bagi Pihak Lain
Agar dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan baru tentang
akuntansi aset tetap berwujud khususnya sistem penarikan aset tetap
berwujud pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar.
8
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran singkat, penelitian ini dibagi dalam enam bab
yang secara garis besarnya bab demi bab disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini tinjauan pustaka yang menguraikan teori-teori yang
relevan, yang melandasi, dan mendukung penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini metode penelitian yang menguraikan tempat penelitian,
jenis dan obyek penelitian, sumber data dan teknik penentuan data,
serta metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan Gambaran umum perusahaan yang berisi
tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan,
struktur organisasi perusahaan dan job description masing-masing
devisi yang terdapat pada perusahaan dan bab ini merupakan hasil
penelitian dan pembahasan.
9
BAB V PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan
peneltian, keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi penulis pada
saat melakukan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Aset Tetap Berwujud
Pengertian akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan
melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi
tersebut.
Pengertian aset tetap Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) pada Nomor Per-02/MBU/2010 tentang Tata Cara
Penghapusanbukuan dan pemindahtanganan Aset Tetap Badan Usaha Milik
Negara pada pasal 1, “Aset Tetap adalah aset berwujud yang digunakan dalam
operasi BUMN tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan masa manfaat lebih dari satu tahun”. Sedangkan menurut Standar
Akuntansi Keuangan “aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode”. (PSAK No 16 Tahun 2011:16.2).
Pengertian aset tetap menurut Soemarso (2005: 20) : “aset tetap adalah aset
berwujud (tangible fixed asset) yang: (1) masa manfaatnya lebih dari satu tahun;
(2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) dimiliki tidak untuk dijual kembali
dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) nilainya cukup besar”. Sedangkan
menurut Baridwan (2004:271) mendefinisikan “aset tetap adalah aset - aset
11
berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan
perusahaan normal”. Jadi aset tetap adalah aktiva berwujud yang dimiliki
perusahaan yang bersifat relatif permanen untuk kegiatan menghasilkan barang
dan jasa, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan bukan untuk dijual
dalam rangka melaksanakan kegiatan normal perusahaan.
aset tetap diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing perolehan
akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Cara perolehan aset tetap adalah
sebagai berikut :
1. Pembelian tunai : aset tetap dibel secara tunai dicatat sebesar kas yang
dikeluarkan untuk pembelian aktiva tersebut di tambah dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian aset tersebut, dikurangi
dengan potongan harga yang diberikan baik dalam pembelian dalam jumlah
besar ataupun karena pembayaran yang dipercepat.
2. Pembelian secara kredit dan jangka panjang (Gabungan) : Saat ini
kebanyakan transaksi pembelian aset tetap dilakukan dengan kredit jangka
panjang. Sisa utang biasanya dibuktikan melalui surat berharga, bukti hutang
hipotik dan lain-lain. Utang ini biasanya dibayar dengan beberapa kali
angsuran dan ditambah dengan bunga.
3. Pembelian dengan surat berharga : Pembelian aset tetap dengan surat
berharga adalah dengan pengeluaran obligasi atau saham milik perusahaan
untuk ditukar dengan aset tetap. aset tetap tersebut harus dicatat sebesar harga
pasar obligasi atau saham pada saat pembelian. Nilai surat berharga tersebut
dicatat sesuai dengan nilai pari atau nilai nominalnya. Selisih antara harga
12
perolehan aset tetap dengan nilai ominal saham atau nilai obligasi dicatat
sebagai agio atau disagio dari saham atau obligasi tersebut.
4. Aset tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi : aset yang di peroleh dari
sumbangan hakekatnya tidak menyebabkan pengeluaraan modal. Kalaupun
ada hanyalah biaya untuk memindahkan aktiva tetap tersebut hingga dapat
digunakan sesuai dengan tujuanya.
5. Aset yang dibangun sendiri
Beberapa pertimbangan perusahaan membangun aktivanya seniri antara lain:
a. Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai atau menganggur,
b. Anggapan hemat biaya atau cost saving,
c. Ingin mendapatkan mutu yang lebih baik,
d. Untuk segera memenuhi kebutuhan, karena perusahaan lain tidak dapat
memenuhi tepat pada saat yang diperlukan.
6. Aset tetap yang diperoleh secara pertukaran : aset tetap diperoleh dari
perusahaan lain dengan cara pertukaran dari masing-masing perusahaan yang
saling membutuhkan antara aset tetap perusahaan yang satu dengan aset
perusahaan lain jika itu dipandang lebih ekonomis.
2.2 Sistem Penarikan Aset Tetap Berwujud
“Sistem merupakan suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan” (Baridwan
2004:3). Sedangkan Mulyadi (2001:2) mendefinisikan “sistem sebagai
sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi
13
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Jadi sistem merupakan gabungan
beberapa unsur yang saling berkaitan yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Sistem dibuat untuk ditaati karena sistem merupakan pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan.
Penarikan adalah hal (perbuatan, cara, dsb) menarik (Kamus Besar Bahasa
Indonesia 2002:1021). Sedangkan Soemarso (2005:44): “Penarikan aset tetap
adalah aset tetap yang tidak sah dipakai lagi dapat ditarik dari pemakaiannya.
Penarikan (retirements) dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aset
lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan)”.
“Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain,
atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode” (PSAK No 16 Tahun 2011:16.2). Mulyadi (2001:591)
mendifinisikan “aset tetap sebagai kekayaan perusahaan yang memiliki wujud,
mempunyai masa manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual
kembali”. Jadi aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki perusahaan yang
bersifat relatif permanen untuk kegiatan menghasilkan barang dan jasa,
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan bukan untuk dijual dalam
rangka melaksanakan kegiatan normal perusahaan.
14
Sistem penarikan aset tetap berwujud adalah gabungan beberapa unsur yang
saling berkaitan yang bekerjasama untuk menarik kekayaan berwujud perusahaan
yang sudah tidak terpakai lagi. Sistem penarikan aset tetap berwujud dibuat
sebagai pedoman dalam penarikan aset tetap berwujud yang sudah tidak dapat
dipakai.
2.3 Prosedur Penarikan Aset Tetap Berwujud
2.3.1 Penarikan Aset Tetap Berwujud
“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”
(Mulyadi 2001:5). Moekijat (2000:121) mendefinisikan “prosedur sebagai
serangkaian tugas yang saling berhubungan, yang merupakan urutan menurut
waktu dan cara tertentu untuk melaksanakan pekerjaan yang harus diselesaikan”.
Jadi prosedur merupakan serangkaian tugas yang berurutan menurut waktu dan
cara tertentu, yang dikerjakan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih
untuk menangani transaksi perusahaan yang sama yang terjadi berulang-ulang.
Soemarso (2005:44): “Penarikan aset tetap adalah aset tetap yang tidak sah
dipakai lagi dapat ditarik dari pemakaiannya”. Penarikan (retirements) dapat
dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aset lain atau dibuang begitu saja
(dihapuskan). Prosedur penarikan aset tetap berwujud adalah serangkaian tugas
untuk menangani cara menarik aset tetap berwujud yang sudah tidak terpakai lagi.
Ada dua alasan yang menyebabkan aset tetap berwujud ditarik dari
penggunaannya. Alasan pertama adalah alasan fisik seperti kerusakan atau
15
habisnya umur fisik yang diakibatkan pemakaian operasional dan kerusakan yang
disebabkan berlalunya waktu, serta kemunduran fisik yang disebabkan faktor-
faktor klimatik. Alasan kedua yaitu alasan fungsional yang membatasi masa
manfaat aktiva tetap berwujud seperti keusangan aktiva karena adanya pengenalan
teknologi baru dalam perekonomian yang semakin maju. Aset tetap berwujud
dapat ditarik dari penggunaannya dengan dijual, ditukarkan, membuat aset yang
baru, dan dibuang begitu saja (dihapuskan). Saat aset tetap berwujud dilepaskan,
penyusutan yang belum dicatat untuk periode yang bersangkutan dicatat sampai
tanggal pelepasan. Dengan demikian nilai buku pada tanggal pelepasan dapat
dihitung dari selisih antara harga perolehan aset tetap dengan akumulasi
penyusutan. Jika harga pelepasan lebih besar dari nilai bukunya, selisih tersebut
dianggap sebagai keuntungan dan sebaliknya. Keuntungan dan kerugian
dilaporkan pada perhitungan laba rugi sebagai pendapatan dan laba lain-lain atau
beban dan kerugian lain-lain pada tahun pelepasan aset tetap berwujud tersebut.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu
aset tetap ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika
ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut (PSAK No. 16 Tahun 2011:16.21).
Soemarso (2005:44): “Penarikan aset tetap adalah aset tetap yang tidak sah
dipakai lagi dapat ditarik dari pemakaiannya”.
1. Penarikan aset tetap berwujud dengan penjualan.
Apabila aset tetap berwujud dijual, nilai bukunya dihitung sampai dengan
tanggal penjualan. Nilai buku ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan
yang diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian
16
karena penjualan aset tetap berwujud. Keuntungan atau kerugian yang berasal dari
penjualan aset tetap berwujud disajikan sebagai pendapatan atau biaya lain-lain
dalam perhitungan laba rugi.
2. Aset tetap berwujud melalui penukaran.
Penukaran aset tetap berwujud dapat dilakukan dengan aset sejenis ataupun
dengan aset yang tidak sejenis. Dalam penukaran aset harus ditentukan nilai
tukarnya terlebih dahulu. Selisih nilai tukar aset lama dengan harga aset baru
merupakan jumlah yang harus dibayar. Selisih antara nilai tukar dengan nilai buku
merupakan keuntungan atau kerugian.Jika nilai tukar lebih besar dari nilai buku,
maka diperoleh keuntungan dansebaliknya jika nilai tukar lebih kecil dari nilai
buku dianggap kerugian. Keuntungan (kerugian) karena penukaran aset tetap
berwujud dilaporkan sebagai pendapatan (biaya) lain-lain.
3. Penarikan aset tetap berwujud melalui penghapusan.
Aset tetap berwujud dihapuskan kalau aset tetap berwujud tidak dapat dijual
atau ditukarkan. Apabila aset tetap berwujud belum disusutkan penuh akan
menghasilkan kerugian sebesar nilai buku. Aset tetap berwujud juga dapat
dihapuskan karena kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti kebakaran dan
bencana alam.
Tata Cara penarikan aset tetap menurut Peraturan Perundang-undangan
Pemerintah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Nomor Per-02/MBU/2010
tentang Tata Cara Penghapusanbukuan dan pemindahtanganan Aset Tetap Badan
Usaha Milik Negara pada pasal 3 dan pasal 13, adalah sebagai berikut :
17
1. Kondisi tertentu sebagimana dimaksudkan yang meliputi penghapusbukuan
terhadap aset tetap yang :
a. Hilang,
b. Musnah,
c. Rusak tidak dapat dipindahtangankan (total lost),
d. Biaya pemindahtangannya lebih besar daripada nilai ekonomis yang
diperoleh dari pemindahtangan tersebut,
e. Dibongkar atau dibangun kembali atau dibangun menjadi aset tetap yang
lain yang anggarannya telah ditetapkan oleh RUPS/Menteri mengenai
pengesahan RKAP,
f. Dibongkar atau dibangun kembali sehubungan dengan adanya program
lain yang direncanakan dalam RAKP,
g. Berdasarkan peraturan perundang-undangan atau putusan pengadilan yang
berkekuatan hokum tetap, aset tetap tersebut tidak lagi menjadi milik atau
dikuasai oleh BUMN.
2. Pemindahtanganan dengan cara yang hanya dilakukan oleh BUMN, apabila;
a. Pemindahtanganan dengan cara penjualan, tukar menukar,ganti rugi dan
aset tetap dijadikan Penyertaan Modal yang tidak dapat dilakukan,
b. Aset tetap yang dipindahtangankan nilainya tidak signifikan terhadap nilai
total aset BUMN yang bersangkutan,
c. Tidak mengganggu kegitan operasional/bukan aset teap produktif BUMN.
18
2.3.2 Dokumen yang Digunakan dalam Penarikan Aset Tetap Berwujud
Dokumen yang digunakan dalam penarikan aset tetap berwujud menurut
Mulyadi (2001:600) adalah:
1. Surat permintaan transfer aset tetap : berfungsi sebagai permintaan dan
pemberian otorisasi transfer aset tetap.
2. Surat permintaan penghentian aset tetap : berfungsi sebagai permintaan dan
pemberian otorisasi penghentian pemakaian aset tetap.
3. Surat perintah kerja : berfungsi sebagai perintah dilaksanakannya pekerjaan
tertentu mengenai aset tetap dalam hal ini digunakan untuk perintah kerja
pembongkaran aset tetap yang dihentikan pemakaiannya dan sebagai catatan
yang dipakai untuk mengumpulkan biaya pembuatan aset tetap.
4. Bukti memorial : dokumen yang dipakai sebagai dokumen sumber untuk
pencatatan transaksi pemberhentian aset tetap.
2.3.3 Fungsi atau Bagian yang Terkait dalam Penarikan Aset Tetap
Berwujud
Menurut Mulyadi (2001:608) fungsi yang terkait dalam transaksi
penarikan aset tetap berwujud adalah:
1. Fungsi pemakai : berfungsi mengelola pemakaian aset tetap.
2. Fungsi riset dan pengembangan : bertanggung jawab mengajukan usulan
investasi aset tetap dan melakukan studi kelayakan setiap usulan investasi dari
berbagai fungsi lain.
19
3. Direktur yang bersangkutan : berfungsi memberikan persetujuan terhadap
usulan investasi dan surat permintaan otorisasi reparasi yang diajukan oleh
unit organisasi yang ada di bawah wewenangnya.
4. Direktur Utama : bertanggung jawab memberikan otorisasi terhadap semua
mutasi aset tetap.
5. Fungsi aset tetap : bertanggung jawab atas pengelolaan aset tetap dan
berwenang dalam penempatan, pemindahan dan penghentian aset tetap.
6. Fungsi akuntansi : bertanggung jawab dalam pembuatan dokumen sumber
(bukti kas keluar dan bukti memorial) dan penyelenggaraan jurnal yang
bersangkutan dengan aset tetap.
2.3.4 Bagan Alir Sistem Penarikan Aset Tetap Berwujud
Bagan alir sistem penarikan aset tetap berwujud menurut Mulyadi (2001:629)
dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
20
21
2.4 Akuntansi dan Catatan-Catatan dalam Penarikan Aset Tetap Berwujud
Akuntasi sebagai, proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan
informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang
jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut, Dari definisi
di atas dapat mengandung dua pengertian, yaitu :
1. Kegiatan akuntansi, merupakan proses yang terdiri dari indentifikasi,
pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi.
2. Kegunaan akuntansi, bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh
akuntansi di harapkan bergunakan dalam penilaian dan pengambilan
keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.
Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu
metode pencatatan, penggolongan, analisis, dan pengendalian. Transaksi serta
kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya.
Adapun catatan aakuntansi yang dipakai dalam penarikan aset tetap berwujud
menurut Mulyadi (2001:68) adalah :
1. Kartu aset tetap : merupakan buku pembantu aset tetap yang digunakan untuk
mencatat secara rinci segala data yang bersangkutan dengan aset tetap tertentu.
2. Jurnal umum : untuk mencatat transaksi harga pokok aset tetap yang telah
selesai dibangun, biaya-biaya untuk pemasangan dan pembongkaran aset
tetap, penghentian pemakaian aset tetap dan depresiasi aset tetap.
3. Register bukti kas keluar : untuk mencatat transaksi pembelian aset tetap dan
pengeluaran modal yang berupa kas.
22
2.5 Pengendalian Intern Aset Tetap Berwujud
2.5.1 Sistem pengendalian Intern
Pengendalian intern menekankan tujuan yang hendak dicapai oleh
perusahaan dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan
demikian, pengertian pengendalian intern tersebut diatas berlaku baik dalam
perusahaan yang mengolah informasi secara manual, dengan mesin pembukuan
mapun dengan komputer. Menurut Mulyadi (2001:163) mendefinisikan “bahwa
sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-
ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen”. Jadi sistem pengendalian intern merupakan
alat pengendalian yang dilaksanakan manajemen dalam organisasi perusahaan
yang menekankan pada tujuan yang hendak dicapai seperti untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
meningkatkan efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang
telah ditetapkan sebelumnya.
2.5.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2001:163-164) sistem pengendalian intern berdasarkan
tujuannya dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
1. Pengendalian intern Akuntansi (internal accounting control).
Pengendalian intern akuntansi meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi sehingga dapat
23
memberikan jaminan kekayaan para investor atau kreditur yang ditanamkan dalam
perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Pengendalian intern akuntansi disebut juga preventive control yang dibuat untuk
mencegah terjadinya ketidakefisienan.
2. Pengendalian intern administratif (internal administrative control).
Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen. Pengendalian intern administratif disebut juga
feedback control yang dibuat untuk memperoleh informasi mengenai hasil operasi
apakah pelaksanaan pekerjaan menyimpang dari rencana dan apakah ada atau
tidak ketidakefisienan dalam pelaksanaan operasi.
Sedangkan menurut Baridwan (2004:29): “berdasarkan tujuan pengendalian
intern di atas maka pengendalian intern”, dalam arti luas termasuk pengawasan
yang dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Pengendalian akuntansi (accounting control)
b. Pengendalian administrastif (administrative control)
2.5.3 Unsur Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian intern yang baik menurut Mulyadi (2001:164-171)
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
24
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap organisasi.
Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam praktik
yang sehat adalah:
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (suprised audit)
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan oleh satu orang atau satu unit
organisasi dari awal sampai akhir.
d. Perputaran jabatan.
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.
g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas mengecek efektivitas unsur-
unsur pengendalian intern yang lain.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Unsur pengendalian intern pada pengelolaan aktiva tetap berwujud terdiri atas
organisasi, sistem otorisasi, prosedur pencatatan, dan praktik yang sehat.
1. Organisasi
a. Fungsi pemakai harus terpisah dari fungsi akuntansi aset tetap.
b. Transaksi perolehan, penjualan, dan penghentian pemakaian aset tetap
harus dilaksanakan oleh lebih dari unit organisasi yang bekerja secara
independen.
25
2. Sistem otorisasi.
a. Surat permintaan otorisasi investasi, surat permintaan otorisasi
reparasi, surat permintaan penghentian pemakaian aset tetap, dan surat
permintaan transfer aset tetap diotorisasi oleh Direktur yang
Bersangkutan dan Direktur Utama.
b. Surat perintah kerja diotorisasi oleh Kepala Departemen yang
Bersangkutan.
c. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi.
d. Bukti memorial diotorisasi oleh kepala fungsi akuntansi.
3. Prosedur pencatatan.
Perubahan kartu aktiva tetap harus didasarkan pada bukti kas keluar, atau
bukti memorial, atau surat permintaan transfer aset tetap yang dilampir dengan
dokumen pendukung yang lengkap, yang diotorisasi pejabat yang berwenang.
4. Praktik yang sehat
a. Secara periodik dilakukan pencocokan fisik aset tetap dengan kartu
aset tetap.
b. Penggunaan anggaran investasi sebagai alat pengendalian investasi
dalam aset tetap.
c. Penutupan asuransi aset tetap terhadap kerugian.
d. Kebijakan akuntansi tentang pemisahan pengeluaran modal (capital
expenditure) dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).
26
2.6 Kerangka Pikir Penelitian
PT.PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar, PT.PLN
(Persero) merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah, yang bertanggung
jawab atas pengelolaan serta pemeliharaan sarana sistem pengaturan pengendalian
tenaga listrik dan juga merupakan suatu asset penting yang harus dijaga dengan
baik. Dimana perusahaan ini bergerak dibidang penyedia listrik Negara, maka
dituntut harus memberikan sarana dan prasarana yang baik seperti penjualan
tenaga listrik.
Aset tetap berwujud bisa saja tidak bermanfaat lagi bagi perusahaan karena
beberapa sebab, adanya kerusakan, usang, dan lain-lain. Maka aset tersebut akan
ditarik oleh pihak perusahaan, menurut Soemarso (2005:44): “Penarikan Aset
tetap adalah aset tetap yang tidak sah dipakai lagi dapat ditarik dari
pemakaiannya. Penarikan (retirements) dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan
27
PT. PLN (PERSERO)
Sistem dan prosedur Penarikan aset tetap berwujud
Aset Tetap Berwujud
Sistem dan Prosedur PenarikanAset Tetap Berwujud sesuai
dengan PSAK
Aspek-aspek Pengendalian InternalPenarikan Aset Tetap Berwujud
dengan aset lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan)”. Sistem penarikan aset tetap
berwujud di PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar yaitu
perubahan status aset operasi menjadi aset tidak beroperasi dengan syarat-syarat
yang dibuat oleh pihak PT. PLN (Persero). Prosedur penarikan aset tetap
berwujud merupakan serangkaian tugas yang berurutan menurut waktu dan cara
tertentu, yang dikerjakan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih untuk
menangani transaksi perusahaan yang sama yang terjadi berulang-ulang. Prosedur
penarikan aset tetap berwujud di PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang
Makassar yaitu harus diketahui oleh pihak yang berkepentingan atau tertinggi
untuk melakukan penarikan aset tetap berwujud di PLN.
Aspek-aspek Pengendalian internal menekankan tujuan yang hendak dicapai
oleh perusahaan dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut.
Dengan demikian, pengertian pengendalian intern tersebut diatas berlaku baik
dalam perusahaan. Pengendalian Internal pada penarikan aset tetap berwujud di
PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar yaitu harus memantau
dengan hati-hati dan diteliti apabila melakukan penarikan aset tetap berwujud di
PLN agar bisa menjaga aset yang masih bisa dipakai oleh pihak PLN.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16 Tahun
2011:16.2) “Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih
dari satu periode”. Menurut PT. PLN (Persero) berdasarkan Surat Edaran
Perusahaan listrik Negara Nomor : 025/E/87/DIR/1998, menyatakan bahwa :
28
“Aset tetap merupakan aset berwujud termasuk material cadangan dan hak atas
tanah yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan”, yaitu :
1. Untuk digunakan dalam fungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik.
2. Untuk menunjang kegiatan fungsi tersebut diatas.
3. Untuk disewakan kepada pihak ketiga, dan diharapkanakan dapat digunakan
selama lebih dari satu tahun, dan harga perolehan diatas jumlah minimal yang
ditetapkan direksi.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada PT. PLN (Persero) Sultanbatara Cabang
Makassar yang beralamat Jl. Mangonsidi No. 2 Makassar 9011.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang menggambarkan
keadaan sebenarnya dari obyek penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengawasi dan mempelajari secara langsung di PT. PLN (Persero) Wilayah
Sultanbatara Cabang Makassar. Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh
data-data perusahaan khususnya hal-hal yang berkaitan dengan penarikan aset
tetap berwujud.
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data
1. Data Primer diperoleh dari wawancara langsung mengenai sistem dan
prosedur prosedur penarikan aset tetap berwujud di PT. PLN (Persero) Wilayah
Sultanbatara Cabang Makassar.
2. Data Sekunder diperoleh dari studi pustaka literatur, internet, dan
dokumen yang berkaitan dengan analisis sistem dan prosedur penarikan aset tetap
berwujud pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar.
30
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan observasi dan
wawancara langsung mengenai sistem dan prosedur prosedur penarikan aset tetap
berwujud di PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar.
2. Dokumentasi
Dokumen artinya barang-barang tertulis. Dalam metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan, dsb. (Suharsimi 2009:135). Dalam penelitian ini
penulis mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan sistem
penarikan aset tetap berwujud dan pencatatan akuntansinya pada PT. PLN
Wilayah Sultanbatara (Persero) Cabang Makassar.
3. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari sumber literatur
serta referensi, yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Teknik Penyajian Data
Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul untuk
kemudian dapat memberikan interpretasi dalam pengolahan untuk menjamin
apakah data tersebut dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya.
3.4.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis penyusunan
tugas akhir ini adalah deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif kualitatif yaitu
31
analisis yang tidak didasarkan pada perhitungan statistik yang berbentuk
kuantitatif (jumlah) tetapi dalam pernyataan dan uraian yang selanjutnya akan
disusun secara sistematis. Adapun susunan teknik analisis yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis tentang sistem dan prosedur-prosedur penarikan aset tetap
berwujud yang diterapkan pada PT. PLN (Persero) Sultanbatara Cabang
Makassar.
2. Menganalisis unsur-unsur pengendalian internal pada sistem dan prosedur
penarikan aset tetap berwujud di PT. PLN (Persero) Sultanbatara Cabang
Makassar dan membandingkan dengan unsur-unsur pengendalian internal
yang dimukakan oleh Mulyadi.
3. Menganalisis sistem dan prosedur penarikan aset tetap berwujud pada PT.
PLN (Persero) Sultanbatara Cabang Makassar berdasarkan PSAK No.16.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Berikut ini merupakan tahun-tahun penting dalam sejarah kelistrikan di
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat :
Tahun 1914: Dibangun pembangkit listrik yang pertama di Makassar
dengan menggunakan mesin uap yang dikelolah oleh suatu lembaga yang disebut
Electriciteit Weizen yang berlokasi di Pelabuhan Makassar.
Tahun 1925: Dibangun pusat listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan
kapasitas 2 MW di tepi sungai Jeneberang daerah Pandang-Pandang,
Sungguminasa dan hanya mampu beroperasi hingga tahun 1957.
Tahun 1946: Dibangun pusat listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berlokasi
di bekas lapangan sepak bola Bontoala yang dikelolah N.V.Nederlands Gas
Electriciteit Maatschappy (N.V.NEGEM).
Tahun 1949: Seluruh pengelolaan kelistrikan dialihkan ke N.V.Ovesseese
Gas dan Electriciteit Gas dan Electriciteit Maatschappy (N.V.OGEM).
Tahun 1957: Pengusahaan ketenagalistrikan di kota Makassar
dinasionalisasi oleh Pemerintah RI dan dikelolah oleh Perusaah Listrik Negara
(PLN) Makassar namun wilayah operasi terbatas hanya di kota Makassar dan
daerah luar kota Makassar antara lain Majene, Bantaeng, Bulukumba, Watampone
dan polopo untuk pusat pembangkitnya ditangani oleh PLN cabang luar kota dan
33
pendistribusiannya oleh PT. MPS (Maskapai untuk Perusahaan-perusahaan
setempat). PLN Makassar inilah kelak merupakan cikal bakal PT.PLN (Persero)
Wilayah VIII sebagaimana yang kita kenal dewasa ini.
Tahun 1961: PLN pusat membentuk unit PLN Exploitasi VI dengan
wilayah kerja meliputi Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara yang
berkedudukan di Makassar.
Tahun 1973: Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Tenaga Listrik No.01/PRT/1973 tentang Struktur Organisasi dan Pembagian
Tugas Perusahaan Umum. PLN Exploitasi VI berubah menjadi PLN Exploitasi
VIII.
Tahun 1975: Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik mengeluarkan
Peraturan Menteri No. 01/PRT/1973 yang didalamnya disebutkan bahwa
perusahaan mempunyai unsur pelaksana yaitu Proyek PLN Wilayah. Oleh karena
itu, Direksi Perum Listrik Negara menetapkan SK No. 010/DIR/1976 yang
mengubah sebutan PLN Exploitasi VIII menjadi Wilayah VIII.
Tahun 1994: Berdasarkan PP No. 23 Tahun 1994 maka status PLN
Wilayah VIII berubah menjadi Persero maka juga berubah namanya menjadi PT.
PLN (Persero) Wilayah VIII. Perubahan ini mengandung arti bahwa PLN semakin
dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya.
Tahun 2001: Sejalan dengan kebijakan restrukturisasi sektor ketenaga
listrikan, PT. PLN (Persero) Wilayah VIII diarahkan menjadi Strategic Business
Unit/Investment Centre dan sebagai tindak lanjut, sesuai dengan keputusan
Direksi PT. PLN (Persero) No. 01.K/010/DIR/2001 tanggal 8 Januari 2001, PT.
34
PLN (Persero) Wilayah VIII berubah menjadi PT. PLN (Persero) Unit Bisnis
Sulawesi Selatan dan tenggara 11. Tahun 200x Wilayah Sulsel dan Sultra
Tahun 2006: Berubah menjadi PT. PLN (Persero) Wilayah Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat.
4.1.2 Visi, Misi, Motto, dan Nilai Perusahaan
1. Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh –kembang, unggul
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insan.
2. Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berpotensi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
d. Menjadikan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
3. Motto
“Elektricity For a Better Life”
(Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik)
35
4. Nilai-nilai Perusahaan
a. Saling Percaya (Mutual Trust)
b. Integritas (Integrity)
c. Peduli (Care)
d. Pembelajar (Learner)
36
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian antara lain :
1. Manajer Cabang
Membina merumuskan, menyusun, mengarahkan kebijakan teknis dan
administrasi pada bagian-bagian yang terkait berdasarkan program kerja dan
target untuk pencapaian sasaran perusahaan.
Tanggung Jawab Utama :
a. Merumuskan sasaran kerja dan konsep kebijakan teknis cabang berdasarkan
program kerja dan target pengusahaan sesuai kebijakan PLN Wilayah.
37
b. Menyusun usulan rencana Anggaran Operasi dan Investasi Cabang sebagai
rencana tahun akan datang.
c. Kewajiban dan tanggung jawab pokoknya membuat, menganalisa dan
mengevaluasi kinerja cabang dalam rangka mencapai target-target yang telah
ditetapkan.
d. Memeriksa dan menanda tangani bukti-bukti pengesahan, penerimaan dan
pengeluaran uang cabang.
2. Asisten Manajer Keuangan
Merencanakan, mengkoordinasi, mengendalikan, dan mengevaluasi aktifitas-
aktifitas pada fungsi keuangan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit
kerjanya sehingga dapat tercipta sistem pengelolaan keuangan yang transparan,
kredibel, dan akuntabel.
Tanggung Jawab Utama :
a. Mengkoordinasi penugasan dan aktifitas Bagian Keuangan agar berjalan
secara prosedural dan sinergistis sehingga proses pengelolaan keuangan
pembiayaan dapat terselanggara secara tertib dan protektif.
b. Mengkoordinasi proses penyusunan RKAP secara sinergistis sehingga dapat
disusun anggran yang logis dan layak untuk mendukung operasional
perusahaan dalam mencapai kinerja ditargetkan.
c. Melakukan pengendalian anggaran operasi dan investasi secara sistematis dan
terukur sesuai dengan proyeksinya secara efektif dengan deviasi yang selalu
dapat teridentifikasi dengan baik, serta pengeladalian cash flow secara
38
transparan dan prosedural agar dana yang tersedia dapat terserap secara
terencana dan efektif.
3. Supervisor Pengendalian Anggaran & Keuangan
Merencanakan, mengkoordinasi, mengendalikan dan mengevaluasi
pelaksanaan aktifitas pada fungsi anggaran dan keuangan yang terkait dengan
tugas pokok dan fungsi unit kerjanya sehingga sistem pengelolaan anggaran dan
keuangan dapat terselenggara secara tertib dan kridibel.
Tanggung Jawab Utama :
a. Mengendalikan realisasi anggran/cashflow secara proposional dan konsisten
agar penyerapan anggaran dapat terselenggara secara tertib dan disiplin.
b. Menyiapkan rencana/skedul pembayaran dan penerimaan kas secara periodik;
tahunan, triwulanan, bulanan, mingguan, dan harian serta mendeteksi
penyimpangan saat realisasinya agar keseimbangan kas terjaga dan defisit kas
terantisipasi.
c. Membantu melakukan analisa dan evaluasi terhadap laporan realisaasi
cashflow berikut identifikasi deviasinya dalam upaya penyerapan anggran
yang konsisten dan relevan.
d. Memverifikasi perhitungan asuransi dan pajak-pajak perusahaan serta
mengatur pembayarannya sehingga dapat dilakukan secara tepat waktu dan
akurat.
4. Supervisor Pengendalian Pendapatan
39
Merencanakan, mengkoordinasi, mengedalikan dan mengevaluasi pelaksanaan
pengendalian pendapatan dan pemantauan aliran kas receipt yang terkait dengan
tugas pokok dan fungsi unit kerjanya sehingga sistem proteksi pendapatan dan
penerimaan kas dapat terselenggara secara kredibel.
Tanggung Jawab Utama :
a. Memantau realisasi aliran kas receipt berdasarkan skema aliran kas receipt
yang elah didesain secara efektif dan proktektif sejak darai payment point
sampai dengan rekening bank kantor wilayah untuk mengetahui apakah
kecepatan aliran kas receipt telah sesuai dengan durasi waktu yang telah
ditetapkan dengan jumlah dana yang mengalir tidak terudasi tanpa alasan yang
jelas.
b. Mengverifiksi transaksi pengeluaran dan penerimaan kas receipt perusahaan
berikut dokumen pendukungnya untuk mencegah terjadinya kekeliruan
pengklasifikasian, kelalaian dan penyimpangan.
c. Memantau pelaksanaan mekanisme transfer keluar otomatis dan transfer
masuk agar mekanisme tersebut berjalan sebagaimana mestinya.
5. Supervisor Akuntansi
Merencanakan, mengkoordinasi, mengendalikan dan mengevaluasi
pelaksanaan proses akuntansi yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit
kerjanya sesuai dengan kebijakan dan standar yang berlaku, sehingga informasi
yang dihasilkan dapat tersaji secara akurat, informati dan tepat waktu.
Tanggung Jawab Utama :
40
a. Menjalankan sistem akuntansi perusahaan yang berdasarkan kebijakan
akuntansi perusahaan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Memantau pelaksanaan internal control perusahaan, dan melakukan upaya-
upaya yang terkait dengan peningkatan sistem internal control, termasuk
dengan melakukan verifikasi bukti transaksi, rekonsiliasi data dan laporan,
dan melakukan invetarisasi fisik, serta menyajikan laporan kepada
manajemen.
c. Menjalankan sistem akuntansi aktiva tetap, PDP, aset lain-lain, persediaan
dan BBM untuk meningkatkan kualitas informasi pertanggung jawaban
pengelolaan aset, investasi dan persediaan.
d. Membuat jurnal entri untuk pencatatan akrual dan koreksi sesuai ketentuan.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Sistem Penarikan Aset Tetap Berwujud
1. Sistem Penarikan Aset Tetap Berwujud menurut PSAK
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16 Tahun
2011:16.2) “Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode”. Menurut Baridwan (2004:291) “Penarikan
Aset tetap adalah aset tetap yang dapat dihentikan pemakaiannya dengan cara
dijual, ditukarkan ataupun karena rusak. Pada waktu aset tetap diberhentikan
dari pemakaiannya maka semua rekening yang berhubungan dengan aset tetap
tersebut dihapuskan”.
41
PT. PLN (Persero) berdasarkan Surat Edaran Perusahaan listrik Negara
Nomor : 025/E/87/DIR/1998, menyatakan bahwa : “aset tetap merupakan aset
berwujud termasuk material cadangan dan hak atas tanah yang dimiliki dan
atau dikuasai oleh perusahaan”, yaitu :
a. Untuk digunakan dalam fungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi
listrik.
b. Untuk menunjang kegiatan fungsi tersebut diatas.
c. Untuk disewakan kepada pihak ketiga, dan diharapkanakan dapat
digunakan selama lebih dari satu tahun, dan harga perolehan diatas jumlah
minimal yang ditetapkan direksi.
Penarikan Aset tetap berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara
Cabang Makassar harus mengikuti peraturan perundang-undangan pemerintah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Nomor Per-02/MBU/2010 tentang
Tata Cara Penghapusanbukuan dan pemindahtanganan Aset Tetap Badan
Usaha Milik Negara pada pasal 1. Pada pasal ini Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara ini yang dimaksudkan dengan :
1. Penghapusanbukuan aset tetap adalah setiap tindakan menghapuskan aset
tetap BUMN dari pembukuan atau neraca BUMN.
2. Pemindahtanganan aset tetap adalah setiap tindakan mengalihkan aset
tetap BUMN yang mengakibatkan beralihnya hak kepemilikan atas aset
tetap dimaksud kepada pihak lain.
Penarikan aset tetap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK No.16 Tahun 2011:16.25) yang sudah di revisi pada PSAK No. 16
42
tahun 2007 dan PSAK No.47 akuntansi tanah. Penarikan aset tetap ada 3 (tiga)
macam yaitu: pembongkaran, relokasi, dan restorasi. Sedangkan Penarikan
aset tetap berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang
Makassar terjadi karena kondisi fisik aset yang tidak memungkinkan untuk
dioperasikan, tidak ekonomis, penggantian dan akan direlokasi. Penarikan aset
tetap pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar ada 2
(dua) macam yaitu penghapusan dan relokasi.
Jadi sistem penarikan aset tetap menurut pernyataan standar akuntansi
keuangan dan sistem penarikan aset tetap berwujud PT. PLN (Persero)
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar sudah sesuai karena menurut standar
akuntansi keuangan ada tiga macam penarikan aset tetap yang terutama yaitu
relokasi, sedangkan sistem Penarikan aset tetap pada PT. PLN (Persero)
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar ada dua macam yang terutama yaitu
relokasi. Dan juga Sistem penarikan aset tetap berwujud PT. PLN (Persero)
Wilayah Sultanbatara sesuai dengan Peraturan Pemerintah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).
2. Syarat Sistem Penarikan Aset Tetap Berwujud
Penarikan aset tetap berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara
Cabang Makassar terjadi karena kondisi fisik aset yang tidak memungkinkan
untuk dioperasikan, tidak ekonomis, penggantian dan akan direlokasi. Aset
tetap berwujud yang tidak memiliki manfaat ekonomik, ditarik dari operasi
dan harga perolehan beserta akumulasi penyusutan dipindahkan sebagai aset
tetap tidak beroperasi.
43
Penarikan aset tetap berwujud menurut PT. PLN (Persero) adalah
perubahan status aset operasi menjadi aset tidak beroperasi. Syarat-syarat
penarikan aset tetap berwujud menurut Surat Edaran Direksi Perusahaan
Listrik Negara No.015.E/870/DIR/1998, adalah sebagai berikut :
a. Untuk Aset Tetap
1. Kondisi fisik teknis dari aset yang bersangkutan tidak memungkinkan
lagi untuk dioperasikan (rusak)
2. Tidak ekonomis
3. Penggantian
4. Akan direlokasi
5. Ketinggalan IT (Teknologi)
b. Untuk Material
1. Secara fisik material tidak dapat digunakan karena rusak dan tidak
ekonomis bila diperbaiki.
2. Tidak akan digunakan lagi akibat moderensasi (ketinggalan teknologi).
3. Tidak melampaui batas kegunaannya atau kadaluarsa.
4. Material lebih yang tidak akan digunakan lagi.
5. Berdasarkan penelitian tidak ekonomis jika dilanjutkan/diselesaikan
menjadi aset tetap.
c. Untuk Pekerjaan Dalam Pelaksanaan (Kecuali material) :
Berdasarkan penelitian tidak ekonomis jika dilanjutkan/diselesaikan
menjadi aset tetap.
d. Untuk Biaya pengembangan dalam rangka Pembangunan Kelistrikan:
44
Berdasarkan penelitian tidak ekonomis jika dilanjutkan pembangunan
fisiknya.
Penarikan (retirements) aset tetap berwujud dapat dilakukan dengan cara
dijual, ditukarkan dengan aset lain atau dibuang begitu saja. Yang merupakan
Penarikan aset tetap pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang
Makassar ada 2 (dua) macam yaitu penghapusan dan relokasi.
a. Penghapusan : aset tetap yang sudah tidak dapat digunakan lagi, tidak dipakai
lagi, dan diperbaiki karena rusak, hilang, terbakar dan kondisi fisiknya. Jurnal
yang dipakai dalam pencatatan penghapusan adalah jurnal penghapusan (J-12)
yang terdapat pada program DTE.
b. Relokasi : Pemindahan aset tetap ke unit/cabang/wilayah lain dengan
menggunakan nota pembukuan. Jurnal yang dipakai untuk pencatatn relokasi
adalah Jurnal Umum (J-97) pada program aset tetap (DTE).
Menurut Soemarso (2005:44): “Penarikan aset tetap adalah aset tetap yang
tidak sah dipakai lagi dapat ditarik dari pemakaiannya. Penarikan (retirements)
dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aset lain atau dibuang begitu
saja (dihapuskan)”. Hal ini berarti bahwa penarikan aset tetap pada PT.PLN
(persero) sama dengan pendapat Soemarso (2005:44), karena penarikan aset tetap
berwujud pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar terdiri
atas penghapusan dan relokasi.
3. Dokumen yang Digunakan dalam Sistem Penarikan Aset Tetap Berwujud
Dokumen atau formulir yang digunakan dalam penarikan aset tetap berwujud
pada PT. PLN (Persero) adalah :
45
a. Nota Dinas : Dokumen yang berisi usulan penarikan aset tetap. Digunakan
oleh bagian pemakai aset tetap berwujud untuk mengusulkan adanya
penarikan aset tetap berwujud.
b. Formulir AE.1 : Berita Acara Penelitian Aset untuk direlokasi atau dihapus.
Dokumen ini berisi mengenai penarikan aset tetap yang diajukan oleh Tim
Peneliti untuk aset di lingkungan PT. PLN (Persero) Kantor
Wilayah/Distribusi/P3B/Proyek Induk/Cabang.
c. Formulir AE.1.1 : Lampiran Berita Acara Hasil Penelitian Penarikan Aset.
d. Formulir AE.2 : Penetapan Penarikan Aset dari kegiatan Operasi untuk
direlokasi/dihapus.
e. Formulir AE.2.1 : Lampiran Penetapan Penarikan Aset dari kegiatan operasi.
f. Formulir AE.3 : Usulan Relokasi/Penghapusan Aset
g. Formulir AE.3.1 : Lampiran Relokasi/Penghapusan Aset.
h. Formulir AE.4.1 : Surat Penetapan Aset Tetap untuk Relokasi.
i. Formulir AE.5.0 : Berita Acara Penelitian Aset Tetap.
j. Formulir AE.5.1 : Relokasi.
k. Formulir AE.6.0 : SK Direksi untuk Aset Tetap Relokasi.
l. Formulir AE.6.1 : Lampiran SK Direksi untuk Aset Tetap Relokasi.
m. Formulir AE.6.2 : SK Direksi untuk Penghapusan Aset Tetap.
n. Formulir AE.6.3 : Lampiran SK Direksi untuk Penghapusan Aset Tetap.
Perbandingan Dokumen atau formulir antara PT. PLN (Persero) dengan
Mulyadi, ialah sebagai berikut :
46
a. Surat Permintaan Transfer Aset Tetap (SPTAT) dan Surat Permintaan
Penghentian Aset (SPPAT) sama dengan Nota Dinas dari PT. PLN (Persero).
b. Surat Perintah Kerja (SPK) sama dengan Formulir AE.1, Formulir AE.2,
Formulir AE.3, Formulir AE.4.1, Formulir AE.5.0, Formulir AE.6.0.
c. Bukti Memorial sama dengan Formulir AE.1.1, Formulir AE.2.1,
FormulirAE.3.1, Formulir AE.5.1, Formulir AE.6.1.
Berdasarkan kajian diatas, dapat diketahui bahwa dokumen yang digunakan
PT.PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar dalam penarikan aset
tetap berwujud adalah formulir AE.1, formulir AE.1.1, formulir AE.2, formulir
AE.2.1, formulir AE.3, dan formulir AE.3.1, Formulir AE.4.1, Formulir AE.5.0,
Formulir AE.5.1, Formulir AE.6.0, Formulir AE.6.1. menurut Mulyadi
(2001:600) dokumen yang dipakai dalam penarikan aset tetap berwujud adalah
surat permintaan transfer aset tetap, surat penghentian aset, surat perintah dari
manajer cabang, dan bukti memorial. Jadi perbandingan dokumen diatas yang
digunakan PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar adanya
persamaan dengan teori yang dikemukankan oleh Mulyadi.
4. Metode dan Catatan Akuntansi yang Dipakai dalam Penarikan Aset Tetap
Berwujud.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16 Tahun 2011:
16.23) “Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-
hal yang memerlukan pertimbangan”. Oleh karena itu, pengungkapan metode
yang digunakan dan estimasi umur manfaat atau tarif penyusutan memberikan
informasi bagi pengguna laporan keuangan dalam me-review kebijakan yang
47
dipilih manajemen dan memungkinkan perbandingan dengan entitas lain. Untuk
alasan yang serupa, juga perlu diungkapkan:
a. Penyusutan, apakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari
biaya perolehan aset lain, selama suatu periode; dan
b. Akumulasi penyusutan pada akhir periode.
Metode yang digunakan dalam penarikan aset tetap berwujud
adalah Metode Garis Lurus (straightline method). Dalam metode ini, biaya
penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama,
sepanjang masa manfaat aset tetap. Depresiasi tiap tahun dihitung dengan rumus:
Depresiasi =
Dimana : HP = Harga Perolehan
NS = Nilai Sisa
n = Taksiran Umur Kegunaan
Pada waktu menarik suatu aktiva tetap, maka harus diketahui nilainya.Untuk
itu digunakan formulasi untuk menghitung nilai buku aktiva tetap pada saat
ditarik sehingga dapat diketahui berapa nilai aktiva tetap tersebut. Formulasi
untuk menghitung nilai buku sebuah aktiva tetap adalah:
48
Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan
Catatan akuntansi yang dipakai PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara
Cabang Makassar, pada penarikan aset tetap berwujud adalah :
1. Jurnal Umum (J-97), untuk mencatat relokasi aset tetap
Gambar 5.1 Jurnal Umum (J-97)
Sumber PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
2. Jurnal Penghapusan (J-12), untuk mencatat adanya penghapusan aset tetap
berwujud. Dalam penghapusan aset tetap berwujud, nilai buku suatu aset tetap
49
PT. PLN (Persero)
WILAYAH SULTANBATARA
CABANG MAKASSAR
JURNAL UMUM (J-97)
KETERANGAN SUMBER DANA DEBET KREDIT
berwujud sudah tidak dicantumkan lagi karena aset tetap tersebut sudah
dihilangkan.
PT. PLN (Persero) WILAYAH SULTANBATARA CABANG MAKASSAR
JURNAL PENGHAPUSAN (J-12)
KETERANGAN PERUSAHAAN DEBET KREDIT
Gambar 5.2 Jurnal Penghapusan (J-12)
Sumber PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
3. Jurnal Penyusutan, untuk mencatat besarnya penyusutan aset tetap. Dalam
jurnal penyusutan masih tercantum besar nilai buku atau nilai ekonomis aset
tetap.
PT. PLN (Persero)
WILAYAH SULTANBATARA
CABANG MAKASSAR JURNAL PENYUSUTAN (J-11) KETERANGAN PERUSAHAAN DEBET KREDIT
Gambar 5.3 Jurnal Penyusutan (J-11)
Sumber PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
4. Kartu aset Tetap, merupakan buku pembantu aset tetap yang digunakan untuk
mencatat secara rinci segala data yang bersangkutan dengan aset tetap tertentu.
PT. PLN (Persero) WILAYAH SULTANBATARA CABANG MAKASSAR KARTU ASET TETAP HALAMAN Kode Akun : Lokasi : Nama Pemeriksa : No. Aset Tetap : Nama/Jenis/Type Aset : Nilai Perolehan : Bln/Thn Perolehan :
50
Masa Manfaat :
Bln/Thn Dibukukan : Bukti Pembukuan :
Pemakai :
Jumlah Fisik
Bulan/Tahun Beban Akumulasi Nilai Buku Penyusutan Penyusutan
Mengetahui/menyetujui
(SPV.AKUNTANSI)
Gambar 5.4 Kartu Aset Tetap
Sumber PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
Berdasarkan kajian diatas, dapat diketahui bahwa catatan akuntansi yang
digunakan PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara terdiri atas jurnal umum,
jurnal penghapusan, jurnal penyusutan, kartu aset tetap. Menurut Mulyadi
(2001:608) catatan akuntansi yang digunakan dalam penarikan aset tetap, jurnal
umum dan registrasi bukti kas keluar. Jadi dokumen yang dipakai oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah sudah sesuai dengan Mulyadi (2001:600) meskipun tidak
terdapat registrasi bukti kas keluar.
4.2.2 Bagian/Fungsi yang terkait dalam Penarikan Aset tetap Berwujud.
Bagian yang terkait dalam penarikan aset tetap berwujud pada PT. PLN
(Persero) Wilayah Sultanbatara adalah :
1. Fungsi Pemakai : berfungsi mengelola pemakaiaan aset tetap.
2. Manajer Cabang : bertanggung jawab memberikan otorisasi terhadap semua
mutasi aset tetap.
3. Tim Peneliti : bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aset tetap dan
melakukan studi kelayakan setiap usulan investasi dari berbagai fungsi lain.
51
4. Bagian Akuntansi : bertanggung jawab dalam pengelolaan aset tetap,
penetapan aset tetap, pencatatan dan penyelenggaraan jurnal yang berkaitan
dengan aset tetap.
Berdasarkan kajian diatas, dapat diketahui bahwa fungsi yang terkait
dalam penarikan aset tetap berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara
Cabang Makassar terdiri dari fungsi pemakai, manajer cabang, tim peneliti, dan
Bagian akuntansi. Di dalam fungsi yang terkait, PT. PLN (Persero) Wilayah
Sultanbatara Cabang Makassar tidak terdapat bagian aset tetap yang bertugas atas
pengelolaan aset tetap dan berwenang dalam penempatan, pemindahan dan
penghentian aset tetap. Tetapi PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang
Makassar bagian aset tetap juga merangkap sebagai bagian akuntansi. Hal ini
kurang sesuai dengan Mulyadi (2001:608) yang menyatakan bahwa sebaiknya
bagian akuntansi terpisah dari bagian aset tetap, sehingga bagian aset tetap
PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar perlu dipisahkan dari
bagian akuntansi agar pengendalian aset tetap berwujud berjalan dengan baik.
4.2.3 Prosedur Penarikan Aset Tetap Berwujud
1. Proses penarikan aset tetap berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah
Sultanbatara Cabang Makassar.
Penarikan aset tetap berwujud menurut PT. PLN (Persero) adalah
perubahan status operasi menjadi aset tidak beroprerasi. Syarat-syarat
penarikan/penghapusan aset tetap berwujud menurut Surat Edaran Direksi
Perusahaan Listrik Negara No. 015.E/870/DIR/1998 adalah kondisi fisik dari
52
aset yang bersangkutan tidak memungkinkan lagi untuk dioperasikan, tidak
ekonomis, penggantian, dan akan direlokasi.
Berdasarkan gambar 5.5, dapat dijelaskan bahwa :
c. Pemakai
Pada waktu akan menarik suatu aset tetap bagian pemakai aset tetap
membuat nota dinas sebanyak 2 (dua) rangkap. Lembar pertama diarsip
menurut nomor secara permanen dan lembar kedua diserahkan ke tim peneliti
penarikan aset tetap yang terdiri atas unsur teknik (Pembangkit,
transmisi,distribusi), perbekalan akuntansi dan administrasi yang dikoordinasi
atau diketuai Asisten Manajer SDM dan Administrasi.
d. Tim Peneliti
Nota dinas lembar kedua yang diterima tim peneliti dari bagian pemakai,
tim peneliti membuat berita acara penelitian penarikan aset tetap (Formulir
AE.1) dan lampiran berita acara hasil penelitian penarikan aset tetap (Formulir
AE.1.1) sebanyak 2 (dua) rangkap, kemudian diserahkan ke manajer cabang
(pimpinan) untuk diberikan otorisasi. Setelah formulir AE.1 dan formulir
AE.1.1 mendapat otorisasi dari manajer cabang dan menerima penetapan
penarikan aset tetap (Formulir AE.2) dan lampiran penetapan penarikan aset
tetap (Formulir AE.2.1), tim peneliti membuat usulan penarikan aset tetap
(Formulir AE.3) dan lampiran penetapan penarikan aset tetap (Formulir AE.3)
dan lampiran penetapan penarikan aset tetap (Formulir AE.3.1). Formulir
AE.1, formulir AE.1.1, formulir AE.2, formulir AE.2.1, formulir AE.3, dan
formulir AE.3.1 lembar pertama diserahkan ke PT. PLN (Persero) Wilayah
53
Sulselrabar atau kantor wilayah untuk mendapatkan persetujuan apakah aset
tetap tersebut dihapuskan atau tidak. Formulir AE.1, formulir AE.1.1, formulir
AE.2, formulir AE.2.1, formulir AE.3, dan formulir AE.3.1 lembar kedua
diserahkan ke bagian Akuntansi sebagai dasar pembekuan penarikan aset
tetap.
e. Manajer Cabang
Formulir AE.1 dan formulir AE.1.1 yang diterima manajer cabang dari tim
peneliti, manajer cabang memberikan otorisasi dalam penetapan penarikan
aset tetap (Formulir AE.2) dan lampiran penetapan penarikan aset tetap
(Formulir AE.2.1). Formulir AE.2 dan formulir AE.2.1 kemudian dikirimkan
bersama AE.1 dan formulir AE.1.1 ke tim peneliti penarikan aset tetap.
Manajer cabang dibantu control intern meneliti usulan penarikan aset tetap.
Dari formulir AE.1, formulir AE.1.1, formulir AE.2, formulir AE.2.1, formulir
AE.3, formulir AE.3.1 yang diterima bagian akuntansi dari tim peneliti
penarikan aset tetap PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang
Makassar.
f. Bagian Akuntansi
Setelah menerima Formulir AE.1, formulir AE.1.1, formulir AE.2,
formulir AE.2.1, formulir AE.3, dan formulir AE.3.1 lembar kedua, bagian
akuntansi membukukan dokumen-dokumen tersebut dalam jurnal umum (J-
97) untuk relokasi dan jurnal penghapusan (J-12) untuk penghapusan aset
tetap. Kemudian Formulir AE.1, formulir AE.1.1, formulir AE.2, formulir
54
AE.2.1, formulir AE.3, dan formulir AE.3.1 lembar kedua diarsip secara
permanen urut nomor oleh bagian akuntansi.
55
2. Prosedur Relokasi Aset Tetap Berwujud
Relokasi aset tetap adalah pemindahan aset tetap didalam satu
unit/cabang/wilayah. Relokasi aset tetapbisa berupa aset tetap masih beroperasi
atau aset tetap tidak beroperasi :
a. Unit setingkat cabang : menyiapkan formulir AE.1 sebanyak 3 (tiga) rangkap,
kemudian di distribusikan ke kantor wilayah.
b. Unit setingkat kantor wilayah : menerima formulir AE.1 lembar pertama dan
lembar ke dua dari unit setingkat cabang dan mengevaluasi aset tetap yang
diusulkan untuk ditarik, lembar ke dua diberikan ke direktur administrasi.
Berdasarkan hasil evaluasi diatas, unit setingakat cabang hasil evaluasi diatas,
unit setingkat wilayah menyusun berita acara penelitian aset tetap tak beroperasi
atau disingkat dengan BAP AT (AE. 2), daftar aset tetap yang ditarik (AE.3), dan
penetapan aset tetap untuk direlokasi (AE.4.1). Formulir AE.2, AE.3, dan AE.4.1
56
masing-masing dibuat sebanyak 2 (dua) rangkap dan didistribusikan sebagai
berikut:
1. Lembar pertama formulir Formulir AE.2, AE.3, dan AE.4.1 diserahkan
kepada unit setingkat cabang.
2. Lembar ke dua Formulir AE.2, AE.3, dan AE.4.1diserahkan kepada
direktur administrasi.
c. Direktur administrasi : menerima formulir AE.2, AE.3, dan AE.4.1 lembar ke
dua. Direktur administrasi menetapkan tim untuk melakukan evaluasi dan
penelitian guna relokasi aset tetap.
Relokasi aset tetap yang telah ditetapkan di tuangkan pada formulir berita
acara penelitian aktiva tetap (AE.5.0), relokasi (AE.5.1), surat keputusan
direksi untuk direlokasi aset tetap (AE.6.0), dan lampiran formulir relokasi
aset tetap (AE.6.1).
Formulir AE.5.0, AE.5.1, AE.6.0, AE.6.1 masing-masing dibuat sebanyak 2
(dua) rangkap :
1. Lembar pertama Formulir AE.5.0, AE.5.1, AE.6.0, AE.6.1 diserahkan
kepada unit setingkat cabang.
2. Lembar ke dua Formulir AE.5.0, AE.5.1, AE.6.0, AE.6.1 disimpan dalam
arsip.
d. Unit setingkat cabang : menerima lembar pertama Formulir AE.5.0, AE.5.1,
AE.6.0, AE.6.1 dari unit setingkat wilayah.
57
Berdasarkan pada formulir diatas unit setingkat cabang menyiapkan
memo, dan setelah menyetujui formulir diatas unit setingkat cabang
meneruskan foermulir tersebut kepada akuntansi aset tetap.
e. Bagian Akuntansi : menerima Formulir AE.5.0, AE.5.1, AE.6.0, AE.6.1 dari
unit setingkat cabang.
Berdasarkan pada formulir diatas, bagian akuntasi melakukan pencatatan
ke dalam kartu aset tetap dan membuat jurnal. Jurnal yang telah dibuat
tersebut dikirimkan kepada akuntansi umum.
58
3. Prosedur Penghapusan Aset Tetap Berwujud
Penghapusan aset tetap adalah aset yang sudah tidak dapat beroperasi lagi
yang sudah disetujui dengan ketentuan atau syarat-syarat dari pihak PT. PLN
(Persero). Berikut ini penjelasan prosedur penghapusan aset tetap PT. PLN
(Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar :
a. Direktur Administrasi : pada lembar ke dua formulir AE.1, AE.2, AE.3, dan
AE.4.1 dilakukan evaluasi terhadap aset tetap yang akan dihapuskan.
Setelah evaluasi dilakukan, didistribusikan sebagai berikut :
1. Lembar pertama formulir AE.5.0 dan AE.5.2 diserahkan ke General
Manager agar disetujui.
2. Lembar pertama formulir AE.6.2 dan AE.6.3 diserahkan ke pimpinan
satuan.
59
3. Lembar ke dua formulir AE.5.0, AE.5.2, AE.6.2, AE.6.3 diserahkan ke
pimpinan satuan wilayah.
4. Lembar ke tiga formulir AE.5.0, AE.5.2, AE.6.2, AE.6.3 disimpan ke
dalam arsip.
b. Pimpinan Satuan Wilayah : menerima lembar pertama formulir AE.6.2 dan
AE.6.3. menyiapkan dan menandatangani memo persetujuan penghapusan.
Pimpinan satuan wilayah menerima juga lembar ke dua formulir AE.5.0,
AE.5.2, AE.6.2, AE.6.3 untuk disimpan sebagai arsip di kantor wilayah.
c. Pimpinan Sektor/Cabang : menerima memo dari pimpina wilayah dan
membuat catatan seperlunya.
d. General Manager : menerima lembar pertama formulir AE.5.0 dan AE.5.2
untuk disetujui. Setelah mendapat persetujuan dari general manager, maka
disiapkan SP (Surat Permohonan) kepada Menteri Pertambangan dan Energi
setelah ditanda tangani general manager.
e. Direktur administrasi : menerima SK menteri Pertambangan dan energi
tentang penghapusan aset tetap dari General manager PT. PLN (Persero)
Wilayah Sulselrabar.
60
61
4.2.4 Perlakuan Akuntansi untuk Penarikan Aset Tetap berwujud pada
PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
Berdasarkan penetapan penarikan aset tetap dari kegiatan operasi
(Formulir AE.2 dan AE.2.1) yang diterima dari kantor
wilayah/distribusi/KITLUR/P3B, maka PT. PLN (Persero) setingkat cabang
segera memindahkan akun aset tetap (AT) operasi dan akun terkait menjadi aktiva
tetap tidak beroperasi (ATB) dengan jurnal sebagai berikut :
a. Perlakuan akuntansi atas aset tetap yang ditarik dan usulkan dihapus :
1. Pemindah bukuan aset tetap ke aset tetap yang akan dihapus
Debet Kredit
1 00 4 05 111 Harga Perolehan AT
Yang akan dihapus
Rp. xx -
1 xx 2 xx xxx Aset Tetap - Rp. xx
62
2. Pemindah bukuan akumulasi penyusutan aset tetap ke akumulasi aset tetap
yang akan dihapus
Debet Kredit
1 xx 2 xx xxx Akum. Penyusutan AT Rp. xx -
1 00 4 05 112 Akum. Penyusutan AT
yang akan dihapus
- Rp. xx
3. Pengakuan kerugian pada saat penetapan penarikan aset tetap disetujui
pemimpin PT. PLN (Persero) wilayah/distribusi/KITLUR/P3B untuk
dihapus.
Debet Kredit
7 00 2 00 901 Rugi akibat percepatan
penyusutan AT akan dihapus
Rp. xx -
1 00 4 05 112 Akum. Penyusutan AT yang
akan dihapus
- Rp. xx
b. Perlakuan akuntansi atas aset tetap yang ditarik dan diusulkan untuk direlokasi
antar satuan administrasi wilayah/distribusi setelah mendapat persetujuan
Direksi/PimpinanWilayah/Distribusi/KITLUR/P3B/Proyek Induk.
1. Pemindah bukuan aset tetap ke aset tetap yang akan direlokasi.
Debet Kredit
1 00 4 05 211 Harga Perolehan AT Yang
akan direlokasi
Rp. xx -
1 xx 1xx xxx Aset Tetap - Rp. xx
63
2. Pemindah bukuan akumulasi aset tetap ke akumulasi aset tetap yang akan
direlokasi.
Debet Kredit
1 xx 2 xx xxx Akum. Penyusutan AT Rp. xx -
1 00 4 05 112 Akum. Penyusutan AT yang
akan direlokasi
- Rp. xx
4.2.5 Pengendalian Intern Aset Tetap Berwujud PT. PLN (Persero)
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
Pengendalian intern menekankan tujuan yang hendak dicapai oleh
perusahaan dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut.
Dengan demikian, pengertian pengendalian intern tersebut diatas berlaku baik
dalam perusahaan yang mengolah informasi secara manual, dengan mesin
pembukuan mapun dengan komputer. dengan pengendalian intern yang memadai
diharapkan dapat mencegah dan menghindari kecurangan dalam sistem akuntansi
terutama pada penarikan aset tetap berwujud.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001:163) mendefinisikan “bahwa sistem
pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen”.
64
Sistem pengendalian intern aset tetap berwujud yang ada pada PT. PLN
(Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar agar aset tetap berwujud dapat
dikelola dengan baik, sebagai berikut :
1. Organisasi
Unsur organisasi, fungsi pemakai pada PT. PLN (Persero) berdasarkan
kebijakan PT. PLN Pusat yaitu berdasarkan peraturan Direksi PT. PLN (Persero)
No.015.E/870/DIR/1998 tentang penarikan aset operasi menjadi aset tidak
beroperasi. Bagian akuntansi dan bagian aset tetap pada PT. PLN (Persero)
Sultanbatara Cabang Makassar masih berada dalam satu bagian yaitu pada bagian
akuntansi.
2. Sistem Otorisasi
PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar semua keputusan
sepenuhnya pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar, karena aset tetap
berwujud di PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar sangat
bernilai. Bila terjadi penarikan aset tetap berwujud harus ada persetujuan dari
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar.
3. Pencatatan
Dalam pencatatan penarikan aset tetap berwujud pada PT. PLN (Persero)
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar harus disamakan dengan kartu aset tetap
yang didasakan pada kas/bank, nota pembukuan, dan usulan penarikan aset tetap
berwujud harus diotorisasi. Pencatatan penarikan aset tetap berwujud akan dicatat
pada bagian akuntansi PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
dilakukan secara manual dan komputerisasi.
65
4. Praktik yang Sehat
a. Proses penarikan aset tetap yang dilakukan oleh tim peneliti yang ditunjuk
langsung oleh Manajer Cabang yang terdiri dari supervisor logistik,
supervisor pengendalian anggaran dan keuangan, dan supervisor
akuntansi.
b. Hanya tim peneliti penarikan aset tetap yang berhak menandatangani surat
berita acara penarikan aktiva tetap yang akan diajukan ke kantor wilayah.
c. Sebelum itu tim peneliti aset tetap akan mengadakan penelitian dengan
fisik barang yang diusulkan penghapusannya, yang dapat diketahui masih
layak atau tidak layak aset tersebut dioperasikan.
d. Penetapan penarikan aset tetap hanya akan dikeluarkan oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah Sulselrabar atau kantor wilayah dengan menggunakan
formulir AE.2.
Namun sistem dan prosedur penarikan aset tetap berwujud PT. PLN
(Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar masih memiliki kekurangan,
kekurangan tersebut terjadi langsung dilapangan belum dapat disesuaikan oleh
sistem yang sudah ada dimana barang sudah tidak dapat beroperasi tapi harus ada
surat penetapan dari manajer cabang dan kantor wilayah (AE.1, AE.2, AE.3),
untuk itu aset tetap tersebut belum bisa direalisasikan atau ditarik karena harus
menunggu surat penetapannya keluar.
Berdasarkan kajian diatas, unsur pengendalian intern aset tetap berwujud
PT PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar terdiri atas Organisasi,
Sistem otorisasi, pencatatan, dan praktik yang sehat. Hal ini tidak jauh beda
66
dengan pendapat Mulyadi (2001:612). Walaupun unsur-unsur pengendalian intern
yang ada pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar, tetapi
masih terdapat kelemahan yaitu:
a. Pada unsur organisasi, bagian akuntansi yang seharusnya terpisah dari bagian
aset tetap, tetapi tidak terpisah dari bagian aset tetap dan disatukan bersama
bagian akuntansi. Sehingga harus dipisahkan agar tidak terjadi kesalahan dan
keliruan dalam pencatatan maupun pengawasan aset tetap berwujud.
b. Pada unsur praktik yang sehat, sistem dan prosedur penarikan aset tetap
berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar masih
memiliki kekurangan, kekurangan tersebut terjadi langsung dilapangan belum
dapat disesuaikan oleh sistem yang sudah ada dimana barang sudah tidak
dapat beroperasi tapi harus ada surat penetapan dari manajer cabang dan
kantor wilayah (AE.1, AE.2, AE.3), untuk itu aset tetap tersebut belum bisa
direalisasikan atau ditarik karena harus menunggu surat penetapannya keluar.
Dengan adanya kelemahan pada pengendalian intern aset tetap berwujud,
PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara perlu memperbaiki kekurangan yang
ada. Sehingga pengelolaan sistem dan prosedur aset tetap berwujud lebih baik
lagi.
67
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan uraian yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya tentang Analisis Sistem dan Prosedur Aset Tetap Berwujud pada
PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem penarikan aset tetap menurut pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK No.16) dan sistem penarikan aset tetap berwujud PT. PLN (Persero)
Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar sudah sesuai karena menurut standar
akuntansi keuangan (PSAK No.16) ada tiga macam penarikan aset tetap yang
terutama yaitu direlokasi, sedangkan sistem Penarikan aset tetap pada PT.
PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar ada dua macam yang
terutama yaitu direlokasi. Dan juga Sistem penarikan aset tetap berwujud PT.
68
PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2. Prosedur penarikan aset tetap berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah
Sultanbatara Cabang Makassar masih kurang baik dikarenakan harus melalui
persetujuan PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar untuk mengeluarkan
surat penetapan penarikan aset tetap berwujud. Kebijakan dan peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan penarikan aset tetap berwujud berada
sepenuhnya pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar.
3. Pengendalian intern aset tetap berwujud pada PT. PLN (Persero) Wilayah
Sultanbatara Cabang Makassar terdiri atas unsur organisasi, sistem otorisasi,
prosedur catatan, dan praktik yang sehat. Walaupun unsur-unsur pengendalian
intern yang ada pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang
Makassar, tetapi masih terdapat kelemahan yaitu:
a. Pada unsur organisasi, bagian akuntansi yang seharusnya terpisah dari
bagian aset tetap, tetapi tidak terpisah dari bagian aset tetap dan diasatukan
bersama bagian akuntansi. Sehingga harus dipisahkan agar tidak terjadi
kesalahan dan keliruan dalam pencatatan maupun pengawasan aset tetap
berwujud.
b. Pada unsur praktik yang sehat, sistem dan prosedur penarikan aset tetap
berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara Cabang Makassar
masih memiliki kekurangan, kekurangan tersebut terjadi langsung
dilapangan belum dapat disesuaikan oleh sistem yang sudah ada dimana
barang sudah tidak dapat beroperasi tapi harus ada surat penetapan dari
69
manajer cabang dan kantor wilayah (AE.1, AE.2, AE.3), untuk itu aset
tetap tersebut belum bisa direalisasikan atau ditarik karena harus
menunggu surat penetapannya keluar.
5.2 Saran
Dari simpulan yang telah diuraikan tersebut, ada beberapa hal yang dapat
dijadikan pertimbanganoleh pihak PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatara
Cabang Makassar, sebagai berikut :
1. Seharusnya PT. PLN (Persero) Wilayah Sultanbatra Cabang Makassar
memisahkan bagian aset tetap dari akuntansi, serta memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada. Sehingga pengelolaan aktiva tetap berwujud khususnya
pada penarikan lebih baik lagi.
2. Pada prosedur penarikan aset tetap berwujud PT. PLN (Persero) Wilayah
Sultanbatara Cabang Makassar lebih cekatan, disiplin, dan professional
khususnya mengenai prosedur penarikan aset tetap berwujud sehingga proses
penarikannya tidak terlalu lama.
70
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, 2004. Sistem Akuntansi. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting. Penerbit BPFE, Yogyakarta
Harahap, Sofyan Safri 2002. Akuntansi Aktiva tetap. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Handoko, 2011. Tafsir PSAK 16: Aset Tetap Paragraf 16c. http://rogonyowosukmo.wordpress.com/2011/06/14/tafsir-psak-16-aset-tetap-paragraf-16-c/. Diakses pada tanggal 20 April 2012.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/exposure.php?id=79. Diakses pada tanggal 13 April 2012.
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Yogyakarta : Salemba Empat.
Moekijat,2000, Sistem Akuntansi, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tata Cara Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan Aset Tetap Badan Usaha Milik Negara. 2010. Jakarta. http://www.bumn.go.id/category/produk-hukum/peraturan menteri/menteri-bumn-peraturan-menteri/page/2/. Diakses pada tanggal 28 Mei 2012.
71
PT. PLN (Persero). Edaran Dereksi Perusahaan listrik Negara. 1998. Jakarta
PT. PLN (Persero). Pedoman Sistem dan Prosedur Akuntansi Umum, Volume V.
Jakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta
Soemarso, S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5. (revisi). Jakarta :
Selemba Empat
Suharsimi dan Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Tunggal, Amin W. 1995. Struktur Pengendalian Intern. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Widjajanto, Nugroho. 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta : Erlangga.
Wilkinson, Joseph W. 1993. Sistem Akuntansi dan Informasi. Edisi Ketiga, Jilid
Satu, Cetakan Pertama, Diterjemahkan Maulana Agus. Jakarta:
Binarupa Asara
www.pln.co.id diakses pada tanggal 25 Februari 2012
72