BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI)...
-
Upload
hoangtuong -
Category
Documents
-
view
246 -
download
14
Transcript of BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI)...
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan i | P a g e
NO. NAMA INDONESIA NAMA LATIN
I Padi Oryza Sativa
II Palawija
1 Gandum Triticum spp
2 Hotong Setaria Calica L
3 Jagung Zea mays
4 Juwawut Pennisettum hyphoides
5 Shorgum Shorgum spp
III Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
1 Gadung Dioscorea hispidia dennst
2 Ganyong Cannaedulis kar
3 Garut Meranta arundinaceae
4 Gembili Dioscorea aculeata L
5 Iles-iles Taccapalmata
6 Kacang Gude / Hiris Cajanuscacajan
7 Kacang Hijau Phaseolus vulgaris
8 Kacang Rawai Gayanus spp
9 Kacang Tanah Arachis spp
10 Kacang Tunggak Vigna unguiculata
11 Kedelai Glycine spp
12 Kimpul Xantosoma violacium schott
13 Kacang Merah Vigna angularis
14 Kacang Nagara Vigna cilindrica
15 Kacang Bogor Vigna subterranea L
16 Kacang Karo Benguk Mucuna pruriens
17 Kacang Komak Lablab purpureus L Sweet
18 Kacang Babi Ficia faba L
19 Koro Pedang Cana valia gladia
20 Partelum spp
21 Suweg Amorphophallus campanulatus b.l
22 Talas Padang Colocasia gigantea Hook
23 Talas Jepang Satoimo
24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot
25 Talas Belitung Xantosoma saggitifolium l.
26 Tanaman Penutup Tanah Dolichos spp
27 Tanaman Penutup Tanah Crotalaria spp
28 Ubi Jalar Ipomea spp
29 Ubi Kayu Manihoi spp
30 Ubi Saut Ubi saut
Tanggal : 12 September 2006
DAFTAR KOMODITI TANAMAN PANGAN
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
Nomor : 511/Kpts/PD.310/9/2006
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan ii | P a g e
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40
tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional bahwa
Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman
kepada Rancangan Awal RPJMN.
Mengacu Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 yang telah
menetapkan visi, misi dan tujuan strategis Kementerian Pertanian, maka sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sesuai Peraturan
Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tanggal 14 April 2010, tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan fungsi Eselon I
Kementerian Negara, dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
1185/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan menyusun Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang
merupakan penjabaran dari visi dan misi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam
rangka pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan.
Dokumen Renstra ini menjadi panduan dan acuan bagi Eselon II lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan seluruh pihak-pihak di lingkungan Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan maupun stakeholder pembangunan pertanian tanaman
pangan dalam mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2010-
2014 di bidang tanaman pangan.
Jakarta, Desember 2012
Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Ir. Udhoro Kasih Anggoro, MS
Nip. 195611061984031002
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan iii | P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR x I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1 1.2. Kondisi Umum Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan
Tahun 2005-2009 4
1.2.1. Aspek Makro Ekonomi 4 1.2.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) 5 1.2.1.2. Tenaga Kerja Pertanian 6 1.2.1.3. Nilai Tukar Petani (NTP) 7 1.2.1.4. Neraca Perdagangan (Ekspor Impor) 8 1.2.2. Aspek Manajerial 9 1.2.2.1. Organisasi 9 1.2.2.2. Sumber Daya Manusia 17 1.2.2.3. Sumber Daya Lahan Pertanian 18 1.2.2.4. Program dan Anggaran 19 1.2.2.5. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) 21
1.2.3. Aspek Teknis (Produksi) 23 1.2.3.1. Produksi Komoditas Tanaman Pangan 23 1.3. Potensi, Tantangan dan Perumusan Permasalahan 35 1.3.1. Potensi Sub Sektor Tanaman Pangan 35 1.3.1.1. Lahan Pertanian 35 1.3.1.2. Tenaga Kerja 36 1.3.1.3. Teknologi Perbenihan 37 1.3.1.4. Teknologi Pemupukan 37 1.3.1.5. Pengendalian OPT 37 1.3.1.6. Alat Mesin Pertanian Pascapanen 38 1.3.2. Tantangan Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan 38 1.3.2.1. Perubahan Iklim 38 1.3.2.2. Persaingan Perdagangan Global 39 1.3.2.3. Adopsi Teknologi Petani 40 1.3.2.4. Persaingan Pemanfaatan Komoditas Tanaman
Pangan 40
1.3.2.5. Koordinasi Pemerintahan 41 1.3.2.6. Transisi Demografi 41 1.3.2.7. Pembiayaan Usaha Petani 42 1.3.3. Perumusan Permasalahan 44 1.3.3.1. Status dan Luas Kepemilikan Lahan 44 1.3.3.2. Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia
Pertanian 44
1.3.3.3. Keterbatasan Ketersediaan Benih 45
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan iv | P a g e
1.3.3.4. Keterbatasan Ketersediaan Pupuk 45 1.3.3.5. Keterbatasan Pengendalian OPT 45 1.3.3.6. Keterbatasan Akses Petani Terhadap Permodalan 45
II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PRODUKSI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
47
2.1. Visi 47 2.2. Misi 48 2.3. Tujuan 48 2.4. Sasaran Produksi 49 2.4.1. Pencapaian Sasaran Produksi 50 2.4.2. Sasaran Pembangunan Sub sektor Tanaman Pangan Yang
Difasilitasi dari APBN 58
3.1.2.1. Jumlah Produksi 58 3.1.2.2. Luas Areal Tanaman Pangan Yang di Toleransi
Terserang OPT dan Terkena DPI 60
3.1.2.3. Susut Hasil Produksi 60
III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
62
3.1. Arah Kebijakan 62 3.2. Strategi Umum dan Strategi Operasional 67 3.2.1. Strategi Umum 67 3.2.2. Strategi Operasional 69 3.2.2.1. Peningkatan Produktivitas 70 3.2.2.2. Perluasan Areal dan Optimasi Lahan 73 3.2.2.3. Penurunan Konsumsi Beras dan Pengembangan
Diversifikasi Pangan 73
3.2.2.4. Peningkatan Manajemen 76
IV. PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
77
4.1. Program 77 4.2. Kegiatan 80 4.2.1. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia 80 4.2.2. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 81 4.2.3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan 81 4.2.4. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan
OPT dan DPI 82
4.2.5. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan 83 4.2.6. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan 84
4.2.7. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih
85
4.2.8. Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
85
4.3 Anggaran 85 4.4. Rencana Aksi dan Titik Risiko Program dan Kegiatan 95
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan v | P a g e
4.4.1. Rencana Aksi Program dan Kegiatan 95 4.4.2. Titik Risiko Program dan Kegiatan 98
V MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
100
5.1. Perencanaan 100 5.2. Pengorganisasian 100 5.2.1. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah 101 5.2.1.1 Pemerintah Pusat 101 5.2.1.2. Pemerintah Provinsi 101 5.2.1.3. Pemerintah Kabupaten/Kota 102 5.2.2. Peran Serta Masyarakat 102 5.2.3. Dukungan Instansi Terkait 102 5.3. Monitoring, Evaluasi, Pengawasan, dan Pengendalian 108
VI. PENUTUP 110
LAMPIRAN
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan vi | P a g e
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009
5
Tabel 2 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2005 – 2009
6
Tabel 3 Tenaga Kerja di Indonesia, Tahun 2005 – 2009 6 Tabel 4 Tenaga Kerja Pertanian Tahun 2007 – 2009 7 Tabel 5 Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2005 – 2009 7 Tabel 6 Volume Ekspor - Impor Komoditas Tanaman Pangan Tahun
2005-2009 8
Tabel 7 Jumlah Unit Eselon III dan IV pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Periode Tahun 2005-Agustus 2010
10
Tabel 8 Jumlah Unit Kerja Eselon III dan IV Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Periode September 2010 – Sekarang
17
Tabel 9 Jumlah Sumber Daya Manusia lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2012
17
Tabel 10 Tingkat Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (keadaan Akhir Desember 2012)
18
Tabel 11 Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009
20
Tabel 12 Alokasi Anggaran per Satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009
21
Tabel 13 Jumlah Satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005-2009
21
Tabel 14 Hasil Evaluasi LAKIP dan Audit BPK oleh Tim Inspektorat Jenderal Departemen Pertanian Tahun 2005 – 2009
22
Tabel 15 Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
23
Tabel 16 Hasil Evaluasi Terhadap LAKIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Berdasarkan Bobot Tahun 2008 – 2009
23
Tabel 17 Produksi Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009 24 Tabel 18 Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009 24 Tabel 19 Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009 25 Tabel 20 Alokasi Anggaran Subsidi Pupuk dan Benih Tahun 2005 – 2009 27 Tabel 21 Ketersediaan Benih Unggul Bersertifikat Komoditas Utama
Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009 28
Tabel 22 Jumlah Produsen/Penangkar Benih Tahun 2005 – 2009 29 Tabel 23 Jumlah Varietas Unggul Bersertifikat Komoditas Tanaman
Pangan Yang Dilepas Tahun 2005– 2009 30
Tabel 24 Realisasi Penyebaran Varietas 3 (Tiga) Komoditas Utama Tanaman Pangan Berdasarkan Luasan Persentase Penyebarannya Tahun 2005 - 2009
30
Tabel 25 Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Untuk Komoditas Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2005 – 2009
31
Tabel 26 Jumlah Rumah Tangga Usahatani Padi, Jagung dan Kedelai, serta Penggunaan Pupuk Tahun 2009
32
Tabel 27 Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) 33
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan vii | P a g e
Tahun 2008 – 2009 Tabel 28 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Tahun
2005 – 2010 34
Tabel 29 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Tahun 2005 – 2009 35 Tabel 30 Status dan Luas Kepemilikan Lahan (Data PUT) Tahun 2009 44 Tabel 31 Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun
2010 -2014 51
Tabel 32 Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010 – 2014 (revisi)
52
Tabel 33 Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Utama Tahun 2010-2014
54
Tabel 34 Indikator Utama, Strategi, dan Rencana Aksi Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Utama dan Swasembada Berkelanjutan
55
Tabel 35 Sasaran Program dan Kegiatan Peningkatan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010 - 2014
59
Tabel 36 Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010 – 2014 (revisi)
60
Tabel 37 Target Penurunan Kehilangan Hasil 61 Tabel 38 Sasaran Persentase Konsumsi Energi Terhadap Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2010-2014
75
Tabel 39 Sasaran Konsumsi Pangan Utama Tahun 2010-2014 76 Tabel 40 Target Pembangunan Tanaman Pangan dan Kebutuhan
Pembiayaan APBN Tahun 2010-2014 (Revisi) 87
Tabel 41 Dukungan Instansi Terkait Lingkup Kementerian Pertanian yang Diperlukan untuk Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan
103
Tabel 42 Dukungan Instansi di Luar Kementerian Pertanian Yang Diperlukan Untuk Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan
105
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan viii | P a g e
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Denah Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
11
Gambar 2 Strategi dan Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian
68
Gambar 3 Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan 69
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 1 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sub sektor tanaman pangan mempunyai arti yang strategis dalam perekonomian
nasional. Arti strategis tersebut meliputi sumber kebutuhan paling pokok bagi kehidupan
nasional terutama bahan pangan dan menopang kehidupan lebih dari 60 persen pelaku
usaha pertanian di Indonesia. Keberhasilan pembangunan tanaman pangan akan
berdampak langsung terhadap ketahanan dan pertahanan nasional serta perekonomian
nasional.
Dari segi perspektif ekonomi, sub sektor tanaman pangan masih memberikan
sumbangan yang nyata terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional;
penyerapan tenaga kerja di perdesaan; peningkatan pendapatan petani, dan
penyumbang devisa. Laju pertumbuhan pembangunan sub sektor tanaman pangan
mengalami penurunan dibandingkan sub sektor lainnya. Kondisi ini disebabkan karena
bergesernya orientasi pembangunan ekonomi nasional yang lebih menitikberatkan pada
sumberdaya yang tidak berbasis sumber daya lokal.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu visi yang tepat untuk menempatkan sub
sektor tanaman pangan sebagai salah satu andalan strategis perekonomian nasional
dengan memperhatikan potensi sumber daya lokal.
Selain perspektif ekonomi, sub sektor tanaman pangan menjadi salah satu faktor politik
dan budaya sehingga sub sektor tanaman pangan harus diterjemahkan dalam pilar
utama bagi pembangunan nasional terutama berkaitan dengan tuntutan pemenuhan
kebutuhan akan produk tanaman pangan yang cukup dan bermutu. Kapasitas atau
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berhadapan dengan peningkatan
laju pertumbuhan penduduk dan pola konsumsi masyarakat yang sehat serta kebutuhan
atas perkembangan industri olahan berbahan dasar tanaman pangan, misalnya untuk
energi. Selain itu, kemampuan memenuhi kebutuhan berbasis sub sektor tanaman
pangan masih dihadapkan pada perubahan iklim global dan terbatasnya sumber daya
lahan, air dan teknologi. Dalam menghadapi dinamika globalisasi, pertambahan
penduduk, penurunan kapasitas sumber daya, stagnasi teknologi, dan perubahan iklim
saat ini maka diperlukan rancangan pembangunan yang dapat menjamin kehidupan
berbangsa ke arah yang lebih baik.
Pada 20 (dua puluh) tahun mendatang, salah satu subyek pertanian yang tangguh
berada pada sub sektor tanaman pangan. Seharusnya, subsektor tanaman pangan
harus dibangun sebagai salah satu simbol ketangguhan perekonomian sehingga perlu
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 2 | P a g e
dikelola dengan sistem yang modern berbasis pada pengelolaan sumber daya alam dan
genetik secara berkelanjutan yang menjamin ketahanan, keamanan dan mutu pangan,
penyediaan bahan baku industri dan kesejahteraan petani, serta berdaya saing tinggi di
pasaran internasional. Rancangan pembangunan subsektor tanaman pangan harus
memperhatikan dimensi waktu, sumber daya, wilayah, kestrategisan kepentingan (skala
prioritas), dan kekuatan perdagangan.
Seiring dengan perubahan sistem perencanaan pembangunan nasional dan tuntutan
pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good governance), proses restrukturisasi
program dan kegiatan yang menekankan pada perencanaan dan penganggaran yang
berbasis kinerja (Performance Based Budgeting), berjangka menengah (Medium
Expenditure Framework) dan sistem penganggaran terpadu (Unified Budgeting), maka
sebagai persiapan pelaksanaan pembangunan jangka panjang menengah ke depan
(Tahun 2010-2014) perlu dibuat rencana pembangunan lima tahunan yang dituangkan
dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-
2014. Renstra tersebut didasarkan pada prinsip bahwa pembangunan masa depan
merupakan proses berkelanjutan, peningkatan, pendalaman, perluasan, dan
pembaharuan dari pembangunan yang telah dilaksanakan pada periode Tahun 2005-
2009. Untuk melihat keberhasilan pembangunan subsektor tanaman pangan, perlu
dipahami bahwa pembangunan tanaman pangan diakselerasi oleh berbagai pemangku
kepentingan (stakeholders) baik di Pusat dan Daerah, bukan hanya Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan.
Sehubungan hal tersebut, tantangan yang dihadapi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
adalah mewujudkan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan. Hal ini
memberikan makna bahwa pembangunan tanaman pangan harus dapat bergerak untuk
memberikan tambahan produksi tanaman pangan nasional secara terus menerus seiring
dengan perubahan lingkungan strategis (baik internal maupun eksternal).
Secara matematis, perwujudan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan
harus memperhatikan aspek jumlah (kuantitas), aspek mutu (kualitas), dan aspek
cadangan (buffer stok), baik untuk kebutuhan pangan, pakan, energi maupun kebutuhan
lainnya. Secara teknis, perwujudan produksi yang cukup dan berkelanjutan dipengaruhi
dua hal yaitu 1) sisi produksi (supply) dan 2) sisi kebutuhan (demand). Kedua hal ini
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersentuhan pada kedua aspek ini.
Secara tematik, perwujudan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan
dapat dilakukan melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas melalui
penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan. Berbagai langkah
untuk mendorong kedua hal tersebut yaitu 1) optimalisasi lahan eksisting, 2) pencetakan
lahan baru (sawah dan/atau kering), 3) perbaikan teknologi budidaya dengan berbagai
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 3 | P a g e
stimulan dan pola pendekatan, 4) penanganan daerah serangan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT), dan dampak perubahan iklim (DPI), serta 5) penanganan hasil
produksi pada saat pasca panen.
Sementara itu, motivasi petani dan kondisi praktek perdagangan sangat menentukan
kompetisi pemanfaatan lahan atau pengembangan komoditas. Daya tarik harga
komoditas dapat menimbulkan keengganan bagi petani ketika praktek perdagangan dari
luar lebih murah dan dapat juga mendorong minat petani ketika harga tinggi Ruang
permasalahan yang sangat kompleks tersebut menjadi acuan bagi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dalam menyusun Rencana Strategis Tahun 2010-2014.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan disusun sebagai acuan dan
arahan bagi unit Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan tanaman pangan periode
tahun 2010-2014 secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergi, baik dengan sektor
lain maupun wilayah.
Penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dilaksanakan
dengan mengacu kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, dan Pedoman
Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) tahun 2010-2014
yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
Bappenas Tahun 2009, bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga berkewajiban untuk
menyiapkan Rencana Strategis sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Garis
penegasan tugas pokok dan fungsi menjadi salah satu simpul strategis dalam memaknai
rencana strategis dimana kekuatan menggerakkan tidak berada dalam Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan secara penuh. Artinya, ada fungsi koordinasi dan integrasi
atau ketergantungan sebagai titik kritis dalam mewujudkan keberhasilan pencapaian
tujuan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memuat dokumen perencanaan
yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan
pembangunan subsektor tanaman pangan selama tahun 2010-2014.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan disusun melalui analisis
strategis atas potensi, peluang, tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis
terkini yang dihadapi selama proses pembangunan sub sektor tanaman pangan lima
tahun ke depan. Renstra ini juga dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari matriks
kinerja program dan kegiatan, matriks pendanaan untuk melaksanakan program dan
kegiatan tanaman pangan, serta sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 4 | P a g e
tahun 2010-2014. Beberapa perubahan mendasar dilakukan dari rencana strategis awal.
Penajaman atas pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
telah memperhatikan dokumen pembangunan lainnya antara lain rancangan
pembangunan pangan nasional, rancangan (road map) produksi tanaman pangan, dan
lain-lain.
1.2. Kondisi Umum Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Tahun 2005-2009
Selama periode tahun 2005-2009, pembangunan pertanian tanaman pangan terus
mencatat berbagai keberhasilan dalam menggerakkan pembangunan perekonomian
nasional. Salah satu yang patut disyukuri dan membanggakan adalah Indonesia berhasil
mencapai swasembada beras dan swasembada jagung pada tahun 2008. Beras
merupakan pangan utama dalam negeri sehingga sangat mempengaruihi kehidupan
bangsa Indonesia baik secara makro maupun mikro. Beras menjadi salah satu faktor
inflasi di Indonesia. Pada situasi krisis, Indonesia dapat terhindar dari krisis pangan yang
melanda banyak negara. Pada saat terjadinya krisis keuangan global, harga pangan
internasional meningkat terutama di negara-negara produsen, harga komoditas pangan
dalam negeri relatif lebih stabil.
Selain produksi padi yang meningkat, bahkan telah mencapai swasembada, selama
periode pembangunan lima tahun terakhir pembangunan pertanian juga mencatat
sejumlah keberhasilan seperti: peningkatan produksi beberapa komoditas pertanian serta
ketersediaan energi dan protein sehingga skor Pola Pangan Harapan (PPH) dapat
bergerak dengan baik.
Ketersediaan energi dan protein per tahun meningkat sebesar 2,6 persen untuk energi
dan 2,3 persen untuk protein. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) meningkat dari 74 pada
tahun 2006 menjadi 81,9 pada tahun 2008. Di bidang penelitian dan pengembangan,
telah dihasilkan 191 varietas unggul padi, 46 varietas unggul jagung, dan 64 varietas
unggul kedelai, serta inovasi pola tanam, pemupukan, bioteknologi, Pengendalian Hama
Terpadu (PHT), alat mesin pertanian, dan lain sebagainya.
1.2.1. Aspek Makro Ekonomi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan Untuk
Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan berperan penting dalam
mengupayakan peningkatan ketahanan pangan nasional melalui penyediaan bahan
pangan pokok dan alternatif, penguatan basis pertumbuhan ekonomi, penyedia lapangan
pekerjaan, dan peningkatan devisa. Proses pencapaian pembangunan ini tetap
menerapkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan untuk kelestarian lingkungan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 5 | P a g e
Peranan tersebut dapat dilihat dari capaian indikator makro yaitu: pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) pertanian, penyerapan tenaga kerja pertanian, pendapatan rumah
tangga petani, nilai tukar petani, tenaga kerja, dan perkembangan ekspor-impor, serta
perkembangan produksi komoditas tanaman pangan.
1.2.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Sampai saat ini, sub sektor tanaman pangan masih memberikan sumbangan yang nyata
terhadap pertumbuhan PDB nasional. Berdasarkan PDB atas dasar berlaku periode
2005-2009, sektor pertanian memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan nasional
sebesar Rp. 857,241 trilIun atau sebesar 21,31 persen.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009*) Absolut Relatif (%)
1. PERTANIAN 329.125 364.169 433.223 541.932 716.065 857.241 582.526 21,31
a. Tanaman bahan makanan 165.558 181.332 214.346 265.091 349.795 419.195 285.952 20,64
b. Tanaman perkebunan 49.631 56.434 63.401 81.664 105.969 111.423 83.778 17,95
c. Peternakan dan hasil-hasilnya 40.635 44.203 51.075 61.325 82.676 104.884 68.833 21,21
d. Kehutanan 20.290 22.562 30.066 36.154 40.375 45.120 34.855 17,63
e. Perikanan 53.011 59.639 74.335 97.697 137.250 176.620 109.108 27,55
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 205.252 309.014 366.521 440.610 541.334 591.913 449.878 24,32
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 644.343 760.361 919.539 1.068.654 1.376.442 1.477.674 1.120.534 18,26
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 23.730 26.694 30.355 34.724 40.889 47.166 35.965 14,74
5. BANGUNAN 151.248 195.111 251.132 304.997 419.712 555.201 345.231 29,81
6. PERDAGANGAN HOTEL & RESTORAN 368.556 431.620 501.542 592.304 691.488 744.122 592.215 15,15
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 142.292 180.585 231.524 264.263 312.190 352.423 268.197 20,06
8. KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PRSH 194.411 230.523 269.121 305.214 368.130 404.013 315.400 15,82
9. JASA-JASA 236.870 276.204 336.259 398.197 481.848 574.117 413.325 19,38
PRODUK DOMESTIK BRUTO 2.295.826 2.774.281 3.339.217 3.950.893 4.948.688 5.603.871 4.123.390 19,60
PDB TANPA MIGAS 2.083.078 2.458.234 2.967.040 3.534.407 4.427.634 5.138.955 3.705.254 19,83
KONTRIBUSI PDB TBM THDP PERTANIAN (%) 50,30 49,79 49,48 48,92 48,85 48,90 49,09
KONTRIBUSI PDB TBM THDP NASIONAL (%) 7,21 6,54 6,42 6,71 7,07 7,48 6,93
Sumber : BPS
Keterangan : *) 2009 Angka Sementara
Pertumbuhan Rata-Rata 2005-
2009Lapangan Usaha
T a h u n (Rp. Milyar)
Berdasarkan Produk Domestik Bruto hingga triwulan III tahun 2009 atas dasar harga
konstan 2000, secara nasional sektor pertanian mencapai Rp. 273,67 triliun atau 3,67
persen. Untuk tanaman bahan makanan, rata-rata pertumbuhan PDB sebesar 3,99
persen.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 6 | P a g e
Tabel 2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009*) Absolut Relatif (%)
1. PERTANIAN 247.164 253.882 262.403 271.509 284.622 295.934 273.670 3,67
a. Tanaman bahan makanan 122.612 125.802 129.549 133.889 142.000 149.058 136.060 3,99
b. Tanaman perkebunan 38.849 39.811 41.318 43.199 44.787 45.608 42.945 3,26
c. Peternakan dan hasil-hasilnya 31.673 32.347 33.430 34.221 35.425 36.649 34.414 2,96
d. Kehutanan 17.434 17.177 16.687 16.548 16.543 16.844 16.760 (0,67)
e. Perikanan 36.596 38.746 41.419 43.653 45.866 47.775 43.492 5,48
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 160.101 165.223 168.032 171.278 172.496 180.159 171.438 2,40
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 469.952 491.561 514.100 538.085 557.764 569.785 534.259 3,93
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 10.898 11.584 12.251 13.517 14.994 17.137 13.897 9,52
5. BANGUNAN 96.334 103.598 112.234 121.809 131.010 140.273 121.785 7,81
6. PERDAGANGAN HOTEL & RESTORAN 271.142 293.654 312.519 340.437 363.818 368.564 335.798 6,37
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 96.897 109.262 124.809 142.327 165.906 191.616 146.784 14,62
8. KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PRSH 151.123 161.252 170.074 183.659 198.800 208.840 184.525 6,69
9. JASA-JASA 152.906 160.799 170.705 181.706 193.049 205.434 182.339 6,08
PRODUK DOMESTIK BRUTO 1.656.517 1.750.815 1.847.127 1.964.327 2.082.456 2.177.742 1.964.493 5,63
PDB TANPA MIGAS 1.506.297 1.605.262 1.703.422 1.821.758 1.939.626 2.035.894 1.821.192 6,21
KONTRIBUSI PDB TBM THDP PERTANIAN 49,61 49,55 49,37 49,31 49,89 50,37 49,72
KONTRIBUSI PDB TBM THDP NASIONAL 7,40 7,19 7,01 6,82 6,82 6,84 6,93
Sumber : BPS
Keterangan : *) 2009 Angka Sementara
Pertumbuhan Rata-Rata 2005-
2009Lapangan Usaha
T a h u n (Rp. Milyar)
1.2.1.2. Tenaga Kerja Pertanian
Sektor pertanian tetap menjadi andalan mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Jumlah tenaga kerja pertanian dibandingkan dengan total tenaga kerja untuk
tahun 2005 sebesar 43,37 persen dan menurun menjadi 41,18 persen tahun 2009.
Besarnya pangsa pasar untuk tenaga kerja ini seharusnya menjadi salah satu alasan
bagi pengambil kebijakan untuk melakukan penguatan sektor pertanian mulai dari hulu
sampai ke hilir dengan orientasi pengembangan usaha yang layak bagi petani.
Tabel 3. Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 2005-2009
Tahun Tenaga Kerja (orang) Total Tenaga
Kerja (orang)
Pangsa pertanian Terhadap Total
(%)
Tidak Bekerja (orang)
Angkatan Kerja Nasional (orang) Pertanian ** Non Pertanian
2005 41.309.776 52.648.611 93.958.387 43,97 11.899.266 105.857.653
2006 40.136.242 55.320.693 95.456.935 42,05 10.932.000 106.388.935
2007 41.206.474 58.723.743 99.930.217 43,66 10.011.142 109.941.359
2008 41.331.706 61.221.044 102.552.750 40,30 9.394.515 111.947.265
2009 43.029.493 61.455.951 104.485.444 41,18 9.258.964 113.744.408
Sumber: Badan Pusat Statistik
Keterangan: * angka sementara ** mencakup pertanian, perikanan dan kehutanan
Tenaga kerja sub sektor tanaman pangan tahun 2007 berjumlah 20,87 juta orang
mengalami penurunan menjadi 20,55 juta orang tahun 2009. Kontribusi tenaga kerja sub
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 7 | P a g e
sektor tanaman pangan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007. Hal ini menjadi
suatu indikasi bahwa sub sektor tanaman pangan kurang diminati tenaga kerja baru.
Tabel 4. Tenaga Kerja Pertanian Tahun 2007-2009
2007 2008 2009 2008 2009 Rata-rata 2007 2008 2009
1 Tanaman Pangan 20.870.817 20.052.144 20.552.592 (3,92) 2,50 (0,71) 54,73 52,27 53,23
2 Hortikultura 2.631.925 2.776.123 2.947.726 5,48 6,18 5,83 6,90 7,24 7,63
3 Perkebunan 10.861.089 11.492.535 10.723.514 5,81 (6,69) (0,44) 28,48 29,96 27,77
4 Peternakan 3.770.057 4.044.179 4.386.165 7,27 8,46 7,86 9,89 10,54 11,36
P e r t a n i a n 38.133.888 38.364.981 38.609.997 0,61 0,64 0,62 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tenaga Kerja (orang) Pertumbuhan (%) Kontribusi TK Sub Sektor (%)No. Sub Sektor
1.2.1.3. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai tukar petani merupakan salah satu alat ukur kemampuan pendapatan petani
terhadap berbagai pengeluaran minimal. NTP belum dapat menggambarkan kondisi
yang sebenarnya atas kesejahteraan petani, tetapi sampai saat ini NTP masih
merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan petani. NTP dihitung
dengan cara membandingkan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks
harga yang dibayar petani.
Dari data BPS, selama tahun 2005-2009, angka rata-rata NTP di atas 100 yaitu 100,66
pada tahun 2005, 102,49 pada tahun 2006, 107,09 pada tahun 2007, 100,15 pada tahun
2008, dan 105 pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan petani lebih sejahtera karena hasil
yang didapatkan petani lebih besar dari yang dibelanjakan. Namun bila di lihat untuk
pertumbuhan NTP dari tahun 2005-2009 terlihat adanya penurunan 2,47 atau 1,91
persen.
Pada tahun 2008 terjadi penurunan angka NTP. Hal ini disebabkan karena perbedaan
tahun dasar perhitungan NTP, karena sampai tahun 2007 menggunakan tahun dasar
2000, sementara sejak tahun 2008 sudah menggunakan tahun dasar 2007.
Tabel 5. Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2005-2009
Absolut Relatif (%)
2004 117,35
2005 100,66 (16,69) (14,22)
2006 102,49 1,83 1,82
2007 107,09 4,60 4,49
2008 100,15 (6,94) (6,48)
2009 105,00 4,85 4,84
Rata-Rata 103,08 (2,47) (1,91)
Sumber: Badan Pusat Statistik
PertumbuhanNilai Tukar PetaniTahun
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 8 | P a g e
1.2.1.4. Neraca Perdagangan (Ekspor Impor)
Sub sektor tanaman pangan diharapkan berperan dalam perolehan devisa negara
melalui pengembangan ekspor dan penekanan impor. Tahun 2005, ekspor komoditas
tanaman pangan volume sebesar US$ 287 juta dan turun menjadi US$ 264,16 juta tahun
2006. Ekspor komoditas tanaman pangan menunjukkan perkembangan yang relatif baik,
karena pada tahun 2007 volume ekspor meningkat menjadi US$ 289,05 juta dan naik lagi
menjadi US$ 348,91 juta tahun 2008, walaupun terjadi penurunan menjadi US$ 321,28
juta tahun 2009.
Selama tahun 2005-2009, nilai impor beberapa komoditas tanaman pangan mengalami
pertumbuhan meningkat. Impor tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan volume impor
mencapai US$ 3.526,96 juta atau meningkat dari US$ 2.115,14 juta pada tahun 2005,
US$ 2.568,45 juta pada tahun 2006, dan US$ 2.729,25 juta pada tahun 2007. Tahun
2009, situasi impor komoditi tanaman pangan ini terjadi penurunan menjadi US$ 2.737,86
juta.
Selama tahun 2005-2009, bila dibandingkan dengan nilai ekspor-impor pertanian,
kontribusi nilai ekspor tanaman pangan mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan
begitu juga kontribusi nilai impor terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini
menandakan bahwa produksi dalam negeri mengalami peningkatan signifikan untuk
memenuhi kebutuhan domestik.
Tabel 6. Volume Ekspor - Impor Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009
Tanaman Pangan
- Ekspor 286.744 264.155 289.049 348.914 321.280 (7,88) 9,42 20,71 (7,92)
- Impor 2.115.140 2.568.453 2.729.147 3.526.961 2.737.862 21,43 6,26 29,23 (22,37)
- Neraca (1.828.396) (2.304.299) (2.440.098) (3.178.047) (2.416.582) 26,03 5,89 30,24 (23,96)
Hortikultura
- Ekspor 227.974 238.063 254.765 432.727 378.627 4,43 7,02 69,85 (12,50)
- Impor 367.425 527.415 795.846 909.669 1.063.120 43,54 50,90 14,30 16,87
- Neraca (139.451) (289.352) (541.081) 476.942 684.493 107,49 87,00 (188,15) 43,52
Perkebunan
- Ekspor 10.673.186 13.972.064 19.948.923 27.369.363 21.581.670 30,91 42,78 37,20 (21,15)
- Impor 1.532.520 1.675.067 3.379.875 4.535.918 3.949.191 9,30 101,78 34,20 (12,94)
- Neraca 9.140.666 12.296.997 16.569.048 22.833.445 17.632.429 34,53 34,74 37,81 (22,78)
Peternakan
- Ekspor 396.526 388.939 748.531 1.148.170 754.914 (1,91) 92,45 53,39 (34,25)
- Impor 1.121.832 1.190.396 1.696.459 2.352.219 2.132.800 6,11 42,51 38,65 (9,33)
- Neraca (725.306) (801.457) (947.928) (1.204.049) (1.337.886) 10,50 18,28 27,02 11,12
Pertanian
- Ekspor 11.584.429 14.863.221 21.241.268 29.299.174 23.036.491 28,30 42,91 37,94 (21,37)
- Impor 5.136.916 5.961.331 8.601.327 11.324.767 9.882.973 16,05 44,29 31,66 (12,73)
- Neraca 6.447.513 8.901.890 12.639.941 17.974.407 13.153.518 38,07 41,99 42,20 (26,82)
a. Ekspor 2,48 1,78 1,36 1,19 1,39
b. Impor 41,18 43,09 31,73 31,14 27,70
c. Neraca (28,36) (25,89) (19,30) (17,68) (18,37)
Keterangan: BPS diolah Pusdatin Deptan
Kontribusi Tanaman Pangan (%)
Nilai Neraca Perdagangan/Ekspor Impor (US$ 000)Sub Sektor
Pertumbuhan (%)No.
1
2
3
4
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 9 | P a g e
1.2.2. Aspek Manajerial
Pembangunan tanaman pangan dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan
nasional yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Beberapa aspek manajerial yang
perlu diperhatikan, antara lain:
1.2.2.1. Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang tanaman pangan.
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terdiri dari :
1. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai fungsi pengelolaan
data dan informasi, penyusunan rencana program, kerjasama, anggaran, keuangan,
perlengkapan, pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan organisasi dan tata laksana,
kepegawaian, perundang-undangan, humas, tata usaha dan rumah tangga.
2. Direktorat Budidaya Serealia mempunyai fungsi penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang serealia.
3. Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian mempunyai fungsi
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma,
pedoman, kriteria dan prosedur serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
dibidang kacang-kacangan dan umbi-umbian.
4. Direktorat Sarana Produksi mempunyai fungsi penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang sarana produksi (pupuk,
pestisida, alsintan, kelembagaan), dan rekomendasi pendaftaran/izin.
5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai fungsi penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman,
kriteria dan prosedur serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang
perlindungan tanaman (data organisme pengganggu tanaman, mitigasi dampak
fenomena iklim, pengembangan pengendalian hama terpadu, dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman).
6. Direktorat Perbenihan mempunyai fungsi penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur serta
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 10 | P a g e
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang perbenihan (penilaian varietas,
pengawasan mutu benih, produksi benih, dan kelembagaan perbenihan).
Tabel 7. Jumlah Unit Eselon III dan IV pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Periode Tahun 2005-Agustus 2010
Unit Kerja Eselon III Eselon IV
1. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4 12
2. Direktorat Sarana Produksi 5 11
3. Direktorat Perbenihan 4 9
4. Direktorat Budidaya Serealia 4 9
5. Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian 4 9
6. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 4 9
7. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan 3 7
8. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura 2 5
9. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman 1 3
T o t a l 31 74
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Dalam melaksanakan fungsinya Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, didukung oleh
dua unit pelaksana teknis (UPT) yaitu 1) Balai Besar Peramalan Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (BBPPOPT) dan 2) Balai Besar Pengembangan
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH). Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan memiliki 31 unit kerja Eselon III dan 74 unit kerja Eselon IV.
Semenjak dilakukan reformasi birokrasi, sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 24
Tahun 2010 tanggal 14 April 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang tanaman pangan. Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) merumuskan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan
pascapanen tanaman pangan;
2) melaksanakan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan
pascapanen tanaman pangan;
3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya,
perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan;
4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya,
perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan; dan
5) melaksanakan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 11 | P a g e
Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010,
tanggal 14 Oktober 2010, susunan organisasi eselon 2 Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, terdiri dari:
1) Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
2) Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan,
3) Direktorat Budidaya Serealia,
4) Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi,
5) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dan
6) Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.
Selain keenam struktur eselon 2 diatas, terdapat dua eselon 2 lain yaitu Balai Besar
Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan Balai Besar Pengembangan
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Adapun tugas dan fungsi masing-masing unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan sebagai berikut:
1). Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk memberikan
pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
KEPALA BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN
MUTU BENIH TPH
KEPALA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 12 | P a g e
Dalam melaksanakan fungsi tersebut di atas, Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
(1) melakukan koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerja
sama di bidang tanaman pangan;
(2) melaksanakan pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
(3) melakukan evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan
urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan,
serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik;
(4) melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang tanaman
pangan; dan
(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
2). Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan
Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta memberikan bimbingan teknis dan evaluasi dibidang perbenihan
tanaman pangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan
mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan
kelembagaan perbenihan;
(2) melaksanakan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih,
produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan
perbenihan;
(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian varietas dan
pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang
dan umbi, dan kelembagaan perbenihan;
(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penilaian varietas dan
pengawasan mutu benih. produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang
dan umbi, dan kelembagaan perbenihan; dan
(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Jenderal tanaman Pangan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 13 | P a g e
3). Direktorat Budidaya Serealia
Direktorat Budidaya Serealia mempunyai tugas untuk melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta memberikankan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya serealia.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Budidaya Serealia menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi
tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;
(2) melaksanakan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah
hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;
(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang budidaya padi irigasi
dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;
(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan
rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain; dan
(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Serealia.
4). Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi
Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya aneka
kacang dan umbi.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka
kacang, dan aneka umbi;
(2) melaksanakan kebijakan di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan
aneka umbi;
(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang budidaya kedelai, ubi
kayu, aneka kacang, dan aneka umbi;
(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya kedelai, ubi kayu,
aneka kacang, dan aneka umbi; dan
(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 14 | P a g e
5). Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta memberikan bimbingan teknis dan evaluasi dibidang perlindungan
tanaman pangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme
pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;
(2) melaksanakan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu
tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;
(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data
organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian
hama terpadu;
(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme
pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;
dan
(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
6). Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta memberikan bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pascapanen
tanaman pangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia
lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
(2) melaksanakan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain,
kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pascapanen padi,
jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 15 | P a g e
(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi, jagung dan
serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan
(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.
7). Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BBPPMBTPH)
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih TPH memiliki tugas untuk
melaksanakan pengembangan pengujian mutu benih dan pemberian bimbingan teknis
penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan
hortikultura.
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
mempunyai fungsi sebagai berikut:
(1) menyusun program dan evaluasi pengembangan pengujian mutu benih dan
bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih,
(2) melaksanakan pengembangan teknik dan metoda pengujian laboratorium,
sertifikasi dan pengawasan peredaran benih tanaman pangan dan hortikultura,
(3) melaksanakan uji banding (uji profisiensi, unjuk kerja metode, uji arbitrase dan uji
acuan) antar laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura,
(4) melaksanakan uji petik mutu benih tanaman pangan dan hortikultura yang beredar,
(5) melaksanakan sertifikasi benih untuk tujuan ekspor (orange, green, and blue
certificate),
(6) melaksanakan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu
laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura,
(7) melaksanakan sertifikasi sistem mutu dan pemberian hak penandaan SNI pada
pelaku usaha perbenihan tanaman pangan dan hortikultura,
(8) menyusun informasi dan dokumentasi hasil pengembangan pengujian mutu benih
dan pelaksanaan kerjasama laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan
hortikultura, dan
(9) melaksanakan pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar.
8). Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT)
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan memiliki tugas untuk
melaksanakan dan mengembangkan peramalan organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) serta rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 16 | P a g e
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) mempunyai
fungsi sebagai berikut:
(1) melaksanakan penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program,
(2) melaksanakan analisis data dan informasi serangan OPT dan faktor penentu
perkembangan OPT,
(3) melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan, pengamatan
dan pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu,
(4) melaksanakan perumusan peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT,
(5) melaksanakan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan,
pengamatan dan pengendalian OPT,
(6) melaksanakan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar
laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit,
(7) memberikan pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura,
(8) melaksanakan tata usaha dan rumah tangga BB-POPT.
Selain ke dua UPT Pusat setingkat Eselon II tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan memiliki 1 (satu) UPT setingkat Eselon III yaitu Balai Pengujian Mutu Produk
Tanaman (BPMPT) dengan tugas untuk melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk,
dan produk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut BPMPT melakukan fungsi sebagai berikut:
1). melaksanakan pengelolaan sampel pestisida, pupuk, dan produk tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan;
2). melaksanakan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;
3). melaksanakan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk,
dan produk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;
4). melaksanakan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan dan pengujian mutu
pestisida, pupuk, dan produk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;
5). melaksanakan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang beredar, serta produk
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;
6). memberikan pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;
7). melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga BPMPT.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 17 | P a g e
Rincian unit kerja dibawah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan periode September
2010 s/d sekarang meliputi a) Eselon III sebanyak 30 unit dan Eselon IV sebanyak 72
unit.
Tabel 8. Jumlah Unit Kerja Eselon III dan IV Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Periode September 2010 s/d Sekarang
Unit Kerja Eselon III Eselon IV
1. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4 12
2. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan 4 9
3. Direktorat Budidaya Serealia 4 9
4. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi 4 9
5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 4 9
6. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 4 9
7. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan 3 7
8. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura 2 5
9. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman 1 3
T o t a l 30 72
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1.2.2.2. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sub sektor tanaman pangan meliputi unsur pemerintah (Pusat dan
Daerah), pelaku usaha, dan masyarakat lainnya. Dalam konteks ini, sumber daya
manusia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menjadi sangat penting dalam
menggerakkan program dan kegiatan yang ditetapkan.
Tabel 9. Jumlah Sumber Daya manusia lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2012 (posisi 30 Mei 2011)
Gol
I
Gol
II
Gol
III
Gol
IVL P S3 S2 S1/D4 D3/SM SLTA SLTP SD
Sekretariat Ditjen TP 8 47 128 16 131 68 1 22 80 8 70 10 8 199
Direktorat Perbenihan 2 12 53 10 42 35 - 12 29 8 25 2 1 77
Direktorat Budidaya Serealia 3 16 42 9 47 23 - 10 34 4 17 2 70
Direktorat Budidaya Akabi 3 16 41 11 33 38 1 12 29 9 17 1 2 71
Direktorat Perlindungan TP - 14 54 7 37 38 - 10 42 2 20 1 - 75
Direktorat Pascapanen TP 1 24 38 8 39 32 - 10 32 5 21 2 1 71
BBPOPT 2 39 54 4 71 28 - 3 35 7 51 1 2 99
BBPPMBTPH 1 10 44 5 20 40 - 5 35 - 19 1 - 60
BPMPT 0 9 26 1 12 24 - 2 23 3 8 - - 36
Peg. Ditjen TP di tugaskan di
daerah19 209 70 1 207 92 - 1 70 9 200 14 5 299
Jumlah 39 396 550 72 639 418 2 87 409 55 448 35 21 1.057
Unit Kerja
Jumlah SDM (orang)
TotalMenurut Golongan
Menurut
Jenis
Kelamin
Menurut Tingkat Pendidikan
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 18 | P a g e
Sampai dengan tahun 2009, pengawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan berjumlah
1.062 orang, dan jumlah tersebut mengalami perubahan menjadi 1.057 orang pada tahun
2011 yang masing-masing terdiri dari PNS di Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan sebanyak 195 orang, Direktorat Budidaya Serealia sebanyak 70 orang,
Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian sebanyak 71 orang, Direktorat
Pascapanen Tanaman Pangan sebanyak 71 orang, Direktorat Perlindungan Tanaman
sebanyak 75 orang, Direktorat Perbenihan sebanyak 77 orang, Balai Besar
Pengembangan Pengujian Mutu benih Tanaman Pangan dan Hortikultura sebanyak 60
orang, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan sebanyak 99 orang,
Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman sebanyak 36 orang, serta pegawai Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan yang ditugaskan di daerah sebanyak 299 orang.
Tabel 10. Tingkat Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tahun 2005-2009
No. Tahun S3 S2 S1 D3/SM SLTA SLTP SD
Total Tingkat Pendidikan
1. 2005 3 80 296 42 406 22 28 877
2. 2006 3 79 294 42 396 21 28 863
3. 2007 3 87 318 43 560 28 26 1.065
4. 2008 3 86 314 35 546 35 27 1.046
5. 2009 3 85 353 39 517 42 23 1.062
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Bila dilihat dari kualifikasi pendidikan, lulusan SD sebanyak 23 orang, SLTP sebanyak 42
orang, SLTA sebanyak 517 orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak 39 orang, S1/D4
sebanyak 353 orang, S2 sebanyak 85 orang, dan S3 sebanyak 3 orang.
Sedangkan pada tahun 2011 tingkat pendidikan pengawai Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan untuk S3 berjumlah 2 orang, S2 sebanyak 87 orang, S1/D4 berjumlah 409 orang,
Sarjana Muda/D3 berjumlah 55 orang, SLTA berjumlah 448 orang, SLTP berjumlah 35
orang, dan SD berjumlah 21 orang. Pegawai tersebut terdiri dari 639 orang pegawai laki-
laki dan 418 orang pegawai perempuan.
1.2.2.3. Sumber Daya Lahan Pertanian
Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006
memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha terbagi
atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha (35,4
persen) merupakan kawasan lindung.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 19 | P a g e
Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta
ha meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha
dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang
berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian
sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan
areal pertanian.
Selain dari jumlah luas lahan yang dimiliki tersebut optimalisasi penggunaan luas lahan
dapat dilakukan melalui optimalisasi indeks pertanaman (IP). Umumnya pemanfaatan
lahan untuk tanaman pangan dapat tiga kali dalam setahun.
1.2.2.4. Program dan Anggaran
Program pembangunan tanaman pangan selama periode tahun 2004-2009 mengalami
beberapa perubahan. Sampai dengan berakhirnya Kabinet Gotong Royong tahun 1999-
2004 dan awal Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2005, program pembangunan tanaman
pangan terdiri dari 3 (tiga) program utama yaitu: Program Peningkatan Ketahanan
Pangan, Program Pengembangan Agribisnis, dan Program Peningkatan Kesejahteraan
Petani. Selain ke tiga program utama tersebut terdapat 2 (dua) program pendukung yaitu
Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara, dan Program
Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik.
Selanjutnya, pada periode Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2006-2010 program
pembangunan tanaman pangan meliputi Program Peningkatan Nilai Tambah dan Daya
Saing, Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Program Peningkatan Kesejahteraan
Petani, dan Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik.
Sedangkan fokus kegiatan juga mengalami beberapa kali penyempurnaan dan pada
tahun 2009, fokus kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan meliputi:
1) Integrasi tanaman-ternak, kompos dan biogas;
2) Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan, dan penghargaan kepada petani/pelaku
agribisnis;
3) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), penyakit hewan, karantina
dan peningkatan keamanan pangan;
4) Bantuan benih/bibit dan penguatan kelembagaan perbenihan;
5) Mekanisasi pertanian pra dan pasca panen;
6) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian;
7) Penguatan kelembagaan ekonomi perdesaan melalui Lembaga Mandiri Yang
Mengakar di Masyarakat (LM3);
8) Magang, sekolah lapang, pelatihan, pendidikan pertanian, dan kewirausahaan
agribisnis;
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 20 | P a g e
9) Penerapan dan pemantapan prinsip good governance, penyelesaian daerah konflik,
bencana alam, daerah tertinggal dan perbatasan, pendampingan PHLN,
pelaksanaan Inpres terkait dan pengarusutamaan gender;
10) Penyusunan kebijakan program, monitoring dan evaluasi;
11) Gaji dan operasional kantor (pemeliharaan, eksploitasi, kendaraan, jasa).
Selama periode tahun 2005-2009, alokasi anggaran Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan mengalami perkembangan yang cukup pesat, yaitu tahun 2005 sebesar Rp
882.780.000.000 meningkat menjadi Rp. 1.003.719.000.000 pada tahun 2009, dengan
realiasi penyerapan sebesar Rp. 541.625.000.000 atau 61,35 persen pada tahun 2005
dan Rp. 943.981.000.000 atau 94,05 persen pada tahun 2009. Sedangkan satker pada
tahun 2005 berjumlah 93 meningkat tajam menjadi 447 satker pada tahun 2009.
Tabel 11. Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005-2009
Tahun Pagu Anggaran
(Rp. Juta) Realisasi (Rp. Juta) Realisasi (%)
2005 882.780 541.625 61,35
2006 520.462 343.488 66,00
2007 1.890.995 1.391.957 73,64
2008 1.099.995 975.689 88,80
2009 1.003.719 943.981 94,05
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Melihat perkembangan alokasi anggaran, pemberian anggaran lebih banyak ditempatkan
untuk satker kabupaten/kota. Hal ini merupakan konsekuensi bahwa pemerintah
melakukan pemberian berbagai instrumen untuk mendorong pencapaian produksi
tanaman pangan.
Perkembangan alokasi anggaran tersebut mempengaruhi perkembangan alokasi
anggaran per satker lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan di Pusat, UPT,
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada satker
kabupaten/kota. Hal ini dipengaruhi semakin besarnya alokasi bantuan yang diberikan
kepada masyarakat petani tanaman pangan. Penataan jumlah satker menjadi penting
dilakukan untuk memacu realisasi program dan kegiatan. Namun demikian, jumlah
satker yang banyak akan menimbulkan biaya administrasi dan pembinaan yang semakin
meningkat.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 21 | P a g e
Tabel 12. Alokasi Anggaran per Satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tahun 2005-2009
(Rp. juta)
No. Satker 2005 2006 2007 2008 2009
1. Pusat 230.836 131.063 385.752 238.850 114.931
2. UPT BBPMBTPH dan BBPOPT
8.058 6.427 8.188 7.805 9.170
3. Provinsi 643.885 178.290 234.405 171.015 189.401
1. Dinas Provinsi 583.411 116.557 132.609 111.132 106.251
2. UPTD BPSBTPH 28.418 32.188 43.295 26.975 32.600
3. UPTD BPTPH 32.056 29.545 58.501 32.908 50.550
4. Kabupaten/Kota 204.684 1.261.875 682.324 690.216
T o t a l 882.780 520.464 1.890.219 1.099.995 1.003.719
Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Jumlah satker pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2005 berjumlah 93
satker. Pada tahun 2009, meningkat menjadi 447 satker atau meningkat hampir lima kali
lipat dibandingkan tahun 2005. Peningkatan jumlah satuan kerja ini dipengaruhi oleh
peningkatan anggaran. Penetapan satker tetap memperhatikan pertimbangan teknis dan
wilayah jangkauan.
Tabel 13. Jumlah Satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005-2009
No. Satker 2005 2006 2007 2008 2009
1. Pusat 1 1 1 1 1
2. UPT Pusat 2 2 2 2 2
3. Provinsi 90 91 91 91 91
a. Dinas 32 33 33 33 33
b. BPSBTPH 29 29 29 29 29
c. BPTPH 29 29 29 29 29
4. Kab/Kota - 330 424 370 353
Jumlah 93 424 518 464 447
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1.2.2.5. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Sesuai dengan amanat Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap Instansi Pemerintah wajib untuk
mempertanggung jawabkan atas segala sumber daya yang dialokasikan. Hal ini
merupakan konsekuensi atas eksistensi suatu instansi atau cerminan hasil dari
pelaksanaan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu unit kerja Eselon I Departemen
Pertanian secara konsisten melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Menteri
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 22 | P a g e
Pertanian sebagai Atasan Langsung. Laporan yang dimaksud berbentuk Laporan
Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai gambaran hasil
pencapaian atas rencana kebijakan dan program yang telah ditetapkan. Laporan ini juga
sekaligus bahan bagi pimpinan untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Departemen
Pertanian.
Dalam mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP),
integrasi berbagai aspek manajemen dilakukan yaitu sistem perencanaan pembangunan
nasional, sistem penganggaran/keuangan, sistem perbendaharaan, sistem akuntasi
pemerintah, dan sistem peningkatan produksi.
Selama periode tahun 2005-2009, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfokuskan
kinerjanya melalui 33 Dinas Provinsi, 29 Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura, 29 Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura, dan 331 Kabupaten/Kota.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Inspekturat Jenderal Departemen
Pertanian atas bobot dan skor yang ditetapkan dalam penilaian indikator evaluasi
terhadap penerapan LAKIP, menunjukkan hasil bahwa Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan pada tahun 2009 menempati peringkat A dengan hasil penilaian sebesar 78,75.
Sedangkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan
adalah Target WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).
Tabel 14. Hasil Evaluasi LAKIP dan Audit BPK oleh Tim Inspektorat Jenderal
Departemen Pertanian Tahun 2005-2009
Tahun Evaluasi LAKIP oleh Itjen Deptan Hasil Audit BPK Terhadap
Laporan Keuangan Nilai Labeling Peringkat
2005 Perunggu - Disclaimer
2006 Perunggu - Disclaimer
2007 Perak - Disclaimer
2008 79,67 Perak - WDP
2009 78,75 - A Target WTP
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Keterangan: D : Disclaimer WDP : Wajar Dengan Pengecualian WTP : Wajar Tanpa Pengecualian
Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah meliputi
perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, serta evaluasi dan capaian
kinerja.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 23 | P a g e
Tabel 15. Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
1 Perencanaan Kinerja (Renstra, Rencana Kinerja Tahunan
(RKT), Penetapan Kinerja (PK))
35
2 Pengukuran Kinerja 20
3 Pelaporan Kinerja 15
4 Evaluasi dan Capaian Kinerja 30
100
No. Komponen Yang Dinilai Bobot (%)
Nilai Total
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010
Hasil penilaian atas LAKIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2009 sebesar
78,75. Penilaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 (79,67). Hasil
penilaian SAKIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2009 sebagai berikut; a)
Perencanaan kinerja 10,16; Pengukuran Kinerja bobot 13,88; Pelaporan Kinerja bobot
16,46; serta Evaluasi dan Capaian Kinerja Instansi bobot 38,25. Sistem akuntabilitas
kinerja terus meningkat pada setiap indikator, kecuali evaluasi dan capaian kinerja.
Tabel 16. Hasil Evaluasi Terhadap SAKIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Berdasarkan Bobot Tahun 2008-2009
No. Indikator Evaluasi LAKIP Bobot Tahun
2008 2009
1. Perencanaan Kinerja 35 8,72 10,16
2. Pengukuran Kinerja 20 12,65 13,88
3. Aspek Pelaporan 15 11,19 16,46
4. Evaluasi dan Capaian Kinerja Instansi
30 47,11 38,25
T o t a l 100 79,67 78,75
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pelaksanaan manajemen yang berbasis kinerja telah sejalan dengan pelaksanaan
reformasi birokrasi yang dilaksanakan secara bertahap. Hasil evaluasi akuntabilitas
kinerja tersebut merupakan pemicu dan pendorong untuk memperbaiki penerapan
Sistem AKIP pada unit kerja eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1.2.3. Aspek Teknis (Produksi)
1.2.3.1. Produksi Komoditas Tanaman Pangan
Capaian produksi komoditas pertanian tanaman pangan selama tahun 2005-2009 telah
menunjukan prestasi sangat baik antara lain: peningkatan produksi padi dari 54,15 juta
ton GKG tahun 2005 menjadi 64,40 juta ton GKG pada tahun 2009, atau meningkat rata-
rata 4,45 persen setiap tahun.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 24 | P a g e
Tabel 17. Produksi Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005-2009
No. Komoditas Produksi (ribu Ton) Pertumbuhan
2005-2009 (%) 2005 2006 2007 2008 2009
1 Padi 54.151 54.455 57.157 60.326 64.399 4,45
2 Jagung 12.524 11.609 13.288 16.317 17.630 9.50
3 Kedelai 808 748 593 776 975 7.07
4 Kacang Tanah 836 838 789 780 778 - 1,75
5 Kacang Hijau 321 316 322 298 314 - 0,40
6 Ubi kayu 19.321 19.987 19.988 21.757 22.039 3,40
7 Ubi Jalar 1.857 1.854 1.887 1.882 2.058 2,68
Sumber: Badan Pusat Statistik
Keterangan : Padi : Gabah Kering Giling Jagung : Pipilan Kering Kedelai : Biji Kering Kacang tanah : Biji Kering Kacang hijau : Biji Kering Ubi kayu : Umbi Basah Ubi jalar : Umbi Basah
Peningkatan produksi ini terjadi karena meningkatnya luas panen padi selama periode
2005-2009 rata-rata setiap tahunnya 2,15 persen, yaitu dari luas panen 11,84 juta hektar
tahun 2005 meningkat menjadi 12,88 juta hektar tahun 2009.
Tabel 18. Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005-2009
No. Komoditas Luas Panen (ribu Ha) Pertumbuhan
2005-2009 (%) 2005 2006 2007 2008 2009
1 Padi 11.839 11.786 12.148 12.327 12.884 2,15
2 Jagung 3.626 3.346 3.630 4.002 4.161 3,74
3 Kedelai 622 581 459 591 723 5,87
4 Kacang Tanah 721 707 660 634 623 - 3,57
5 Kacang Hijau 318 309 306 278 288 - 2,32
6 Ubi kayu 1.213 1.227 1.201 1.205 1.176 - 0,77
7 Ubi Jalar 178 177 177 175 184 0,84
Sumber : Badan Pusat Statistik
Peningkatan produksi padi ini juga didukung oleh peningkatan produktivitas padi yaitu
rata-rata setiap tahunnya sebesar 2,25 persen. Pada tahun 2005 produktivitas sebesar
45,74 ku/ha meningkat menjadi 49,99 ku/ha pada tahun 2009.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 25 | P a g e
Tabel 19. Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005-2009
No. Komoditas
Produktivitas (Ku/Ha) Pertumbuhan 2005-2009 (%)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Padi 45,74 46,20 47,05 48,94 49,99 2,25
2 Jagung 34,54 34,70 36,60 40,78 42,37 5,31
3 Kedelai 13,01 12,88 12,91 13,13 13,48 0,90
4 Kacang Tanah 11,61 11,86 11,95 12,15 12,49 1,85
5 Kacang Hijau 10,08 10,23 10,53 10,72 10,91 2,00
6 Ubi kayu 159,22 162,83 166,36 180,57 187,46 4,20
7 Ubi Jalar 104,13 105,05 106,64 107,80 111,92 1,83
Sumber : Badan Pusat Statistik
Peningkatan produksi ini telah menempatkan Indonesia meraih kembali status
swasembada beras sejak tahun 2007 dan terhindar dari krisis pangan seperti terjadi di
banyak negara ketika krisis keuangan global melanda dunia. Keberhasilan swasembada
ini sudah diakui dunia dan bahkan banyak negara menyatakan keinginan untuk
mempelajari strategi yang telah diterapkan Indonesia.
Peningkatan produksi jagung juga cukup pesat selama tahun 2005-2009 yaitu mencapai
rata-rata 9,50 persen setiap tahun. Produksi jagung meningkat dari 12,52 juta ton pipilan
kering tahun 2005 menjadi 17,63 juta ton pipilan kering tahun 2009. Peningkatan
produksi jagung ini juga terjadi karena meningkatnya luas tanam jagung yang mencapai
3,74 persen dan produktivitas jagung sebesar 5,11 persen rata-rata setiap tahunnya.
Peningkatan luas panen jagung tahun 2005 seluas 3,63 juta hektar meningkat menjadi
4,16 juta hektar tahun 2009, dan produktivitas jagung tahun 2005 sebesar 34,54 ku/ha
meningkat menjadi 42,37 persen tahun 2009.
Produksi kedelai berfluktuasi dari 808 ribu ton biji kering tahun 2005 turun menjadi 748
ribu ton biji kering tahun 2006 dan turun lagi menjadi 593 ribu ton tahun 2007. Kondisi
mulai membaik dengan meningkatnya produksi kedelai tahun 2008 dan tahun 2009
masing-masing sebanyak 776 ribu ton biji kering dan 975 ribu ton biji kering. Peningkatan
produksi kedelai selama periode tahun 2005-2009 mencapai rata-rata 7,07 persen.
Kenaikan produksi kedelai ini terjadi karena peningkatan luas tanam kedelai yang
mencapai 5,87 persen rata-rata pertahunnya, yaitu dari luas tanam kedelai 622 ribu
hektar tahun 2005 meningkat menjadi 723 ribu hektar tahun 2009; serta kenaikan
produktivitas kedelai yang mencapai rata-rata pertahunnya 0,90 persen, atau sebesar
produktivitas kedelai 13,01 ku/ha tahun 2005 menjadi 13,48 ku/ha tahun 2009.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 26 | P a g e
Selama periode tahun 2005-2009, komoditi yang mengalami penurunan produksi rata-
rata pertahunnya adalah kacang tanah masing sebesar 1,75 persen. Penurunan produksi
kacang tanah berturut-turut terjadi mulai tahun 2005 sampai tahun 2009, dari produksi
sebesar 836 ribu ton biji kering tahun 2005 menjadi 778 ribu ton biji kering tahun 2009.
Penurunan produksi kacang tanah tersebut disebabkan karena menurunnya luas panen
kacang tanah rata-rata pertahunnya yang mencapai 3,57 persen, yaitu dari luas panen
721 ribu hektar tahun 2005 menurun menjadi 623 ribu hektar tahun 2009. Namun yang
menggembirakan, meskipun produksi dan luas panen kacang tanah selama periode
2005-2009 menurun, terjadi peningkatan produktivitas kacang tanah sebesar 1,85 persen
rata-rata setahunnya, dari produktivitas 11,61 persen tahun 2005 meningkat menjadi
12,49 persen tahun 2009.
Demikian juga halnya dengan produksi kacang hijau, mengalami penurunan selama
periode tahun 2005-2009 sebesar 321 ribu ton biji kering menjadi 314 ribu ton biji kering
tahun 2009, atau rata-rata setahunnya 0,40 persen. Penurunan tersebut disebabkan
karena menurunnya luas panen kacang hijau, tahun 2005 seluas 318 ribu hektar
menurun menjadi 288 ribu hektar tahun 2009, atau terjadi penurunan luas panen kacang
hijau rata-rata 2,32 persen setiap tahunnya. Meskipun produksi dan luas tanam kacang
hijau tersebut menurun setiap tahunnya, hal yang cukup menggembirakan adalah
terjadinya peningkatan produktivitas kacang hijau selama periode 2005-2009 yang
mencapai rata-rata setahunnya sebesar 2,00 persen, dari produktivitas sebesar 10,08
ku/ha tahun 2005 menjadi 10,91 ku/ha tahun 2009.
Meskipun terjadi penurunan luas panen ubi kayu selama periode tahun 2005-2009 yaitu
dengan rata-rata penurunan luas panen setiap tahunnya mencapai 0,71 persen atau dari
luas panen 1,21 juta hektar tahun 2005 menurun luas panennya menjadi 1,18 juta hektar
tahun 2009, kondisi penurunan luas panen tersebut tidak mempengaruhi terjadinya
kenaikan produksi ubi kayu. Dari data selama periode tahun 2005-2009 terlihat produksi
ubi kayu mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan, yaitu rata-rata per
tahunnya sebesar 3,40 persen. Produksi ubi kayu dari 19,32 juta ton umbi basah tahun
2005 meningkat menjadi 22,04 juta ton umbi basah tahun 2009. Peningkatan produksi
ubi kayu tersebut didukung oleh kenaikan produktivitas sebesar 159,22 ku/ha tahun 2005
meningkat menjadi 187,46 ku/ha tahun 2009.
Sedangkan produksi ubi jalar selama periode tahun 2005-2009 mengalami peningkatan
rata-rata setahunnya sebesar 2,68 persen, atau 1,86 juta umbi basah pada tahun 2005
meningkat menjadi 2,06 juta umbi basah tahun 2009. Peningkatan produksi ubi jalar
tersebut terjadi karena meningkatnya luas tanam sebesar 178 ribu hektar tahun 2005
menjadi 184 ribu hektar tahun 2009 atau sebesar rata-rata pertahunnya 0,84 persen.
Peningkatan produksi ubi jalar tersebut juga disebabkan karena meningkatnya
produktivitas rata-rata pertahunnya sebesar 1,83 persen, atau 104,13 ku/ha tahun 2005
meningkat menjadi 111,92 ku/ha tahun 2009.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 27 | P a g e
Untuk mewujudkan produksi tanaman pangan tersebut, diperlukan sumber daya input
(masukan) antara lain:
a) APBN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Anggaran merupakan salah satu input penting dalam proses pembangunan. Anggaran
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi APBN dan Non APBN. Selama periode tahun
2005-2009, alokasi APBN ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan meningkat dari tahun
ke tahun, dari Rp. 882,78 milyar pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp.1,003 triliun
pada tahun 2009.
Anggaran subsidi pertanian juga meningkat pesan selama tahun 2005-2009. Subsidi
pupuk meningkat hampir tujuh kali lipat dari Rp. 2,59 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp.
17,44 triliun pada tahun 2009. Sedangkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
pemakaian benih bagi petani, maka disediakan subsidi dalam bentuk subsidi tidak
langsung (subsidi harga) dan subsidi langsung. Subsidi langsung dilaksanakan dalam
bentuk Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Cadangan Benih Nasional (CBN).
Subsidi benih meningkat dari Rp.125,29 milyar pada tahun 2005 menjadi Rp.1,32 triliun
pada tahun 2009 atau meningkat lebih dari sepuluh kali lipat.
Tabel 20. Alokasi Anggaran Subsidi Pupuk dan Benih Tahun 2005-2009
No. Jenis Subsidi 2005 2006 2007 2008 2009
Pupuk ( Rp Milyar )
1 Subsidi Harga 2.539 4.182 6.797 14.101 16.458
2 Bantuan Langsung Pupuk - - - 0,80 0,96
3 Pengawasan - - - 18,87 20,00
Jumlah 2.539 4.182 6.797 14.922 17.441
Benih ( Rp Milyar )
1 Subsidi harga 80,002 99,006 81,597 112,512 122,377
2 Cadangan Benih Nasional (CBN)
45,291 37,886 37,950 190,535 375,620
3 Bantuan Benih Langsung Unggul (BLBU)
- - 222,368 682,202 817,403
Jumlah 125,294 136,893 341,915 985,249 1.315,400
Sumber: Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
b) Dukungan Perbenihan
Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan
memberikan dukungan dalam penyediaan benih unggul bersertifikat sehingga
peningkatan produksi tanaman pangan dapat tercapai secara signifikan. Pemasyarakatan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 28 | P a g e
penggunaan benih unggul bersertifikat sejalan dengan pembangunan atau
pengembangan kelembagaan perbenihan, peningkatan penyediaan/produksi benih
unggul bersertifikat, peningkatan/pemberdayaan penangkar dan kegiatan lain yang
mendukung pengembangan perbenihan terus dilakukan.
Tabel 21. Ketersediaan Benih Unggul Bersertifikat Komoditas Utama Tanaman Pangan, Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1.
BD 941,16 1.014,85 1.287,09 1.561,06 1.862,88
BP 34.800,44 35.039,93 42.276,66 49.407,54 57.933,10
BR 90.637,12 93.456,89 113.120,70 121.021,97 117.757,97
HIBRIDA - 60,00 517,00 3.950,00 5.309,31
126.378,72 129.571,67 157.201,45 175.940,57 182.863,25
2.
BD 52,44 89,52 124,31 899,82 263,23
BP 392,40 380,14 734,60 1.638,50 863,70
BR 7.835,24 10.214,15 14.806,99 8.076,01 2.993,56
HIBRIDA 18.677,01 18.752,53 23.541,81 46.955,99 48.573,14
26.957,08 29.436,34 39.207,71 57.570,32 52.693,63
3.
BD 52,15 50,82 193,46 81,63 195,46
BP 556,22 429,85 511,23 2.553,04 852,88
BR 822,15 283,08 2.553,04 13.193,50 19.889,68
HIBRIDA - - - - -
1.430,52 763,75 3.257,73 15.828,17 20.938,02
NOJENIS PRODUKSI BENIH/
KELAS BENIH
TAHUN
PADI
JUMLAH
JAGUNG
JUMLAH
KEDELAI
JUMLAH
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil ditempuh melalui
penggunaan benih varietas unggul bersertifikat. Penggunaan benih varietas unggul
bersertifikat diharapkan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini untuk padi
mencapai 62,80 persen, jagung 69,12 persen, dan kedelai 61,40 persen. Upaya ini cukup
signifikan, dimana selama 5 (lima) tahun terakhir penggunaan benih varietas unggul
bersertifikat untuk padi hanya berada pada kisaran rata-rata 47,27 persen, jagung 47,27
persen dan kedelai 47,27 persen. Permasalahan yang mendasar adalah ketersediaan
benih unggul bersertifikat belum mencukupi apabila hanya mengandalkan potensi aktual
sumber benih yang ada saat ini.
Ketersediaan benih unggul bersertifikat komoditas tanaman pangan terjadi peningkatan
pada tahun 2010, yaitu untuk padi kelas Benih Dasar (BD) sebanyak 1.900 ton, kelas
Benih Pokok (BP) sebanyak 62.500 ton, kelas Benih Sebar (BR) sebanyak 131.925 ton,
dan benih padi hibrida sebanyak 5.175 ton, jagung kelas Benih Dasar (BD) sebanyak 220
ton, kelas Benih Pokok (BP) sebanyak 1.085 ton, kelas Benih Sebar (BR) sebanyak
4.800 ton, dan benih jagung hibrida sebanyak 44.900 ton, sedangkan kedelai kelas Benih
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 29 | P a g e
Dasar (BD) sebanyak 108,38 ton, kelas Benih Pokok (BP) sebanyak 695,37 ton, kelas
Benih Sebar (BR) sebanyak 16.938,99 ton.
Untuk memenuhi kebutuhan akan varietas unggul bersertifikat selain dipenuhi oleh
kelembagaan perbenihan milik pemerintah/BUMN, juga dipenuhi oleh produsen benih
milik swasta baik dalam bentuk Badan Hukum maupun perseorangan serta penangkar
benih.
Tabel 22. Jumlah Produsen/Penangkar Benih Tahun 2005-2009
No. Komoditas Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Produsen/Penangkar Benih (unit)
1 Padi 2.224 2.377 1.777 1.992 2.647
2 Palawija 205 263 206 211 277
3 Padi/Palawija 140 149 184 184 211
Jumlah 2.569 2.789 2.167 2.387 3.135
Kemampuan Produksi (ton/tahun)
1 Padi 238.099 241.693 238.798 246.678 286.038
2 Palawija 18.634 56.290 44.981 42.893 91.069
Jumlah 256.734 297.983 283.780 289.571 377.107
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Jumlah varietas unggul pada komoditi tanaman pangan yang dilepas tahun 2005
sebanyak 7 varietas unggul, meliputi padi sebanyak 3 varietas, kedelai 3 varietas, dan
kacang hijau sebanyak 1 varietas. Jumlah varietas unggul yang dilepaskan untuk tahun
2009 mengalami pelonjakan menjadi 57 varietas yang terdiri dari padi hibrida 19 varietas,
padi inhibrida 12 varietas, jagung hibrida 17 varietas, jagung komposit 4 varietas, varietas
kacang tanah 1 varietas, dan ubi jalar 4 varietas.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 30 | P a g e
Tabel 23. Jumlah Varietas Unggul Bersertifikat Komoditas Tanaman Pangan Yang Dilepas Tahun 2005-2009
No. Komoditas Tahun
Jumlah
2005 2006 2007 2008 2009
1 Padi - Hibrida - Inhibrida
3 3 -
13 9 4
3 2 1
16 4
12
31 19 12
66 37 29
2 Jagung - Hibrida - Komposit
- - -
8 4 4
8 7 1
22 22
-
21 17 4
59 50 9
3 Kedelai - - 1 7 - 11
4 Kacang Tanah - - - - 1 1
5 Kacang Hijau 1 - - 1 - 2
6 Ubi Kayu - - - - - -
7 Ubi Jalar - 4 - - 4 8
8 Sorghum - - - - - -
9 Gandum - - - - - -
10 Talas - 1 - - - 1
Jumlah 7 26 12 46 57 148
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Selama kurun waktu tahun 2005-2009, realisasi penyebaran varietas 3 (tiga) komoditas
utama tanaman pangan berdasarkan luasan persentase penyebarannya yang
diklasifikasi berdasarkan potensinya yaitu Varietas Potensi Tinggi (VPT), Varietas
Potensi Sedang (VPS) dan Varietas Potensi Rendah (VPR). Pada tahun 2005-2009,
penurunan luasan penyebaran VPR terjadi sangat signifikan dan bergeser ke
pemanfaatan VPT.
Tabel 24. Realisasi Penyebaran Varietas 3 (Tiga) Komoditas Utama Tanaman Pangan Berdasarkan Luasan Persentase Penyebarannya Tahun 2005-2009
No. Varietas Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Padi
- VPT 68.80 70.19 74.22 75.57 77.25
- VPS 12.80 13.57 9.53 10.56 9.88
- VPR 18.38 16.24 16.26 13.87 12.87
2. Jagung
- VPT 58.68 54.56 57.00 62.13 60.30
- VPS 1.61 4.04 5.92 17.25 0.53
- VPR 39.70 41.40 37.08 20.61 39.17
3. Kedelai
- VPT 68.26 65.13 74.17 85.92 83.47
- VPS 4.90 9.30 3.92 1.32 2.53
- VPR 26.83 25.57 21.91 12.76 14.01
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 31 | P a g e
Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat untuk komoditas padi, jagung dan kedelai
juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2005 digunakan sebanyak 121,44
ribu ton benih padi varietas unggul bersertifikat atau 38,79 persen meningkat menjadi
185,53 ribu ton atau 56,47 persen pada tahun 2009. Pada jagung sebanyak 17,29 ribu
ton benih varietas unggul bersertifikat atau 23,47 persen tahun 2005, meningkat menjadi
55,12 ribu ton atau 65,43 persen tahun 2009. Sedangkan pada komoditas kedelai
sebanyak 8,37 ribu ton benih varietas unggul bersertifikat atau 32,89 persen meningkat
menjadi 17,99 ribu ton atau 59,26 persen.
Tabel 25. Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Untuk Komoditas Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2005 – 2009
No. Komoditas
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Ton % Ton % Ton % Ton % Ton %
1 Padi 121.444 38,79 122.951 38,99 151.642 48,49 169.730 53,63 185.525 56,47
2 Jagung 17.293 23,47 22.241 30,00 42.806 56,33 53.591 63,00 55.122 65,43
3 Kedelai 8.365 32,89 9.798 40,29 9.797 43,29 14.279 57,53 17.990 59,26
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
c) Dukungan Pemupukan
Penggunaan pupuk merupakan salah satu input yang sangat penting dalam peningkatan
produktivitas hasil tanaman pangan. Pupuk yang digunakan oleh rumah tangga petani
antara lain adalah pupuk anorganik, pupuk organik, kombinasi pupuk anorganik dan
organik. Sedangkan rumah tangga petani yang tidak menggunakan pupuk dalam
usahatani mereka juga cukup banyak jumlahnya. Berdasarkan data tahun 2009 untuk
usahatani padi tercatat 1,23 juta rumah tangga petani yang tidak menggunakan pupuk,
pada usahatani jagung tercatat 1,01 juta rumah tangga petani, dan untuk usahatani
kedelai tercatat sebesar 216 ribu rumah tangga petani tidak menggunakan pupuk.
Peluang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas komoditi tanaman pangan
khususnya padi, jagung dan kedelai masih bisa ditingkatkan bila rumah tangga petani
yang belum menggunakan pupuk tersebut bisa dikurangi jumlahnya.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 32 | P a g e
Tabel 26. Jumlah Rumah Tangga Usahatani Padi, Jagung dan Kedelai, serta Penggunaan Pupuk Tahun 2009
No. Posisi Rumah Tangga Petani Dalam
Penggunaan Pupuk
Rumah Tangga Petani
Absolut %
Usaha Tani Padi
A. Tidak menggunakan pupuk 1.225.700 8,18
B. Menggunakan pupuk 13.766.437 91,82
1. Anorganik 10.156.465 57,74
2. Organik 94.112 0,62
3. Anorganik dan Organik 3.616.860 23,46
Total 14.992.137 100,00
Usaha Tani Jagung
A. Tidak menggunakan pupuk 1.010.030 16,05
B. Menggunakan pupuk 5.704.665 84,95
1. Anorganik 2.472.889 36,83
2. Organik 134.648 2,00
3. Anorganik dan Organik 3.096.828 46,12
Total 6.714.695 100,00
Usaha Tani Kedelai
A. Tidak menggunakan pupuk 215.717 18,52
B. Menggunakan pupuk 948.760 81,48
1. Anorganik 492.888 42,33
2. Organik 85.173 7,32
3. Anorganik dan Organik 370.699 31,83
Total 1.164.477 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik (PUT, 2009)
d) Dukungan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)
Upaya-upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai
dilakukan melalui perluasan areal tanam (PAT) dan peningkatan mutu intensifikasi (PMI).
Kegiatan PAT dilakukan melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) pada lahan sawah
irigasi sederhana, lahan tadah hujan atau lahan kering. Sedang PMI dengan pendekatan
pengelolaan sumber daya dan tanaman terpadu (PTT). Pada periode tahun 2008-2009,
pencapaian sasaran produksi padi, jagung dan kedelai dilakukan melalui penerapan
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).
Realisasi pelaksanaan SLPTT untuk padi non hibrida mencapai 1,39 juta hektar atau 93
persen dari target 1,50 juta hektar pada tahun 2008, dan terjadi peningkatan 1,66 juta
hektar atau 83 persen dari target 2 juta hektar tahun 2009. Sedangkan pelaksanaan
SLPTT padi hibrida terealisasi 84,98 ribu hektar atau 99 persen dari target 85,73 ribu
hektar tahun 2008, dan 46,89 ribu hektar atau 94 persen dari target 50 ribu hektar tahun
2009. Pelaksanaan SLPTT jagung hibrida dan kedelai tingkat capaian realisasinya
antara 89 – 96 persen dari target yang telah ditentukan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 33 | P a g e
Tabel 27. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)
Tahun 2008-2009
Uraian
2008 2009
Rencana (Ha)
Realisasi (Ha)
% Rencana
(Ha) Realisasi
(Ha) %
- Padi Non Hibrida 1.500.000 1.395.435 93 2.001.000 1.660.854 83
- Padi Hibrida 85.730 84.975 99 50.000 46.886 94
- Jagung hibrida 200.000 192.776 96 90.000 79.843 89
- Kedelai - - 100.000 94.025 94
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
e) Dukungan Alat Mesin Pertanian
Penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja
usaha tani dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Alsintan
yang digunakan terdiri dari 3 (tiga) kategori yaitu 1) alsintan pra-panen, 2) alsintan panen
dan 3) alsintan pasca panen. Kemampuan kepemilikan alat dan mesin pertanian
(termasuk suku cadangnya) oleh petani masih sangat rendah. Oleh karena itu, perlu
kebijakan yang dapat mendorong optimalisasi pemanfaatan alsintan.
Ketersediaan alsintan di Indonesia Menurut data tahun 2009 adalah 1) Traktor tangan
98.493 unit dengan kapasitas 40 ha/th/unit; 2) Traktor roda empat 2.213 unit dengan
kapasitas 75 ha/th/unit; dan 3) Pompa air 133.979 unit dengan kapasitas 25 ha/th/unit.
f) Dukungan Perlindungan Tanaman Pangan
Perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting dalam pengamanan produksi
untuk menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas hasil yang berkaitan erat dengan
penanganan gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan pengaruh
Dampak Perubahan Iklim (DPI) mulai pra panen sampai dengan pascapanen.
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi perlindungan tanaman dan
kompleksnya permasalahan di lapangan, operasional pengendalian OPT di lapangan
mengacu pada sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Agar strategi pengendalian
OPT dapat terlaksana dengan baik, salah satu faktor yang mendapat perhatian adalah
pemberdayaan sumberdaya manusia melalui Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu (SLPHT). Dari SLPHT ini diharapkan dapat diwujudkan kemandirian petani
dalam pengambilan keputusan di lahan usahataninya.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 34 | P a g e
Tabel 28. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Tahun 2005-2010
No. Tahun SLPHT
Unit
Target Sasaran
1. 2007 - Skala luas - Skala kelompok
30 1.000
28 997
2. 2008 - Non hibrida - Hibrida
500 105
496 105
3. 2009 - Non hibrida - Hibrida
500 117
496 113
4. 2010 - Non hibrida - Hibrida
315 56
315 56
Sumber: Laporan tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Proses usahatani tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya adalah iklim/cuaca. Unsur iklim/cuaca yang sangat penting pengaruhnya
terhadap keberhasilan sistem usahatani di daerah tropis (Indonesia khususnya) adalah
curah hujan sebagai sumber air utama. Tetapi pada keadaan ekstrim, curah hujan yang
sangat berlebihan pada musim hujan dapat menimbulkan bencana alam banjir, dan
sebaliknya jumlah curah hujan yang sangat kurang pada musim kemarau dapat
menimbulkan bencana alam kekeringan. Kedua jenis bencana alam tersebut, dapat
menimbulkan penurunan produksi dengan intensitas dan luasan yang berbeda-beda
pada setiap tahunnya.
Secara umum, petani melakukan usahataninya hanya berdasarkan kebiasaan pada
kondisi iklim yang normal. Mereka umumnya tidak memiliki kemampuan menganalisa
serta memanfaatkan data informasi iklim. Sehingga bila terjadi perubahan iklim secara
ekstrim seperti curah hujan kurang atau lebih dari normal, petani tidak mampu berbuat
banyak. Kondisi iklim/cuaca yang sangat fluktuatif/ekstrim saat ini dipengaruh perubahan
iklim global, selain perubahan agroekosistem yang mempengaruhi keadaan iklim mikro.
Salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani dalam
pemahaman unsur-unsur iklim adalah Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Melalui kegiatan SLI
diharapkan petani dan petugas dapat meningkat kemampuannya untuk merencanakan
kegiatan usahataninya mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 35 | P a g e
Tabel 29. Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Tahun 2005-2009
No. Tahun SLI
Unit
Target Realisasi
1. 2005 Pilot Project (APBD) 95 95
2. 2006 Pilot Project (APBD) 103 103
3. 2007 - Skala luas - Skala kelompok
25 150
22 145
4. 2008 100 100
5. 2009 100 100
6. 2010 200 200
Sumber: Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
OPT dan DPI merupakan faktor pembatas produksi tanaman pangan. Gangguan OPT
dan DPI berupa banjir dan kekeringan baik secara langsung maupun tidak langsung
berpotensi dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil.
Perkembangan OPT di lapangan berkorelasi positif dengan penerapan teknologi
budidaya tanaman yang kurang tepat, seperti penggunaan verietas yang tidak tepat,
pemupukan tidak berimbang dan penggunaan pestisida kurang bijaksana. Selain itu,
kondisi perubahan iklim global menyebabkan sulitnya menentukan waktu dan pola tanam
yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap perkembangan OPT. Tingkat
kerusakan tanaman berdasarkan intensitas serangan dari ringan sampai dengan puso
adalah hama (16-90 persen), dan penyakit (11-75 persen).
1.3. Potensi, Tantangan dan Perumusan Permasalahan
1.3.1. Potensi Sub Sektor Tanaman Pangan
1.3.1.1. Lahan Pertanian
Masih tersedia areal pertanian dan lahan potensial belum termanfaatkan secara optimal
seperti lahan kering/rawa/lebak/pasang surut/gambut yang merupakan peluang bagi
peningkatan produksi tanaman pangan. Potensi sumberdaya ini harus dirancang dengan
baik pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani.
Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistem merupakan faktor pendukung yang
sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas usahatani tanaman pangan. Kondisi
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengembangan rekayasa genetik,
pertumbuhan dan pengembangan berbagai komoditas pangan secara spesifik lokasi
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 36 | P a g e
serta pengembangan produksi berbagai komoditas pangan. Disamping itu, kondisi lahan
yang secara umum subur dan iklim yang mendukung merupakan peluang yang sangat
menguntungkan untuk pembangunan tanaman pangan.
Indonesia dengan luas wilayah daratan 192 juta hektar mempunyai potensi yang sangat
besar disektor pertanian terutama tanaman pangan. Luas kawasan budidaya sekitar 123
juta hektar (64,6 persen dari luas daratan) berpotensi sebagai kawasan pertanian
sebesar 101 juta hektar. Dari areal tersebut yang sudah terolah sampai saat ini sebesar
25,6 juta ha lahan sawah, dan untuk lahan kering tanam semusim 25,3 juta ha dan lahan
kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Dengan demikian potensi perluasan untuk
kawasan pertanian adalah sebesar 54 juta hektar dengan komposisi; 36 juta hektar dapat
digunakan untuk tanaman pangan/perkebunan dan merupakan lahan kering, 15 juta
hektar sesuai untuk areal persawahan dan 3 juta hektar untuk lahan peternakan.
(Siswono Yudo Husodo, 2006)
Berdasarkan data BPS tahun 2008, adalah data luas lahan pada kondisi akhir tahun dan
merupakan data existing, bukan berdasarkan status lahan atau data planning. Indonesia
memiliki luas lahan sawah 8,015 juta hektar. Berdasarkan jenis pengairan adalah 1)
irigasi seluas 4,842 juta hektar, yaitu di pulau Jawa seluas 2,499 juta hektar dan luar
Jawa seluas 2,343 juta hektar; 2) non irigasi seluas 3,173 juta hektar, yaitu di pulau Jawa
seluas 798 ribu hektar dan luar Jawa seluas 2,375 juta hektar. Di Indonesia luas lahan
tegal/kebun yaitu 11,854 juta hektar, lahan ladang/huma seluas 5,324 juta hektar, dan
lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 14,896 juta hektar.
Kondisi ini mengindikasikan untuk pengembangan sub sektor tanaman pangan dengan
program penambahan baku lahan dapat diarahkan ke daerah-daerah di luar pulau Jawa.
Potensi pengembangan untuk areal irigasi memungkinkan di pulau Sumatera dan
Sulawesi. Selain itu untuk penumbuhan kantong-kantong produksi dapat juga
dikembangkan pada lahan non irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak dan polder) yang
banyak terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan untuk lahan yang
sementara tidak diusahakan masih banyak terdapat di Papua seluas 5,329 juta hektar.
1.3.1.2. Tenaga Kerja
Peran strategis lainnya dari sub sektor tanaman pangan adalah terhadap penyediaan
kesempatan kerja dan berusaha, walaupun sebenarnya hanya tempat penampungan
terakhir (the last resort). Sub sektor tanaman pangan merupakan lapangan usaha yang
menyerap bagian terbesar tenaga kerja dan sangat dominan dalam mewarnai struktur
ketenagakerjaan sektor pertanian maupun nasional. Hampir seluruh penduduk di
perdesaan bekerja di sub sektor tanaman pangan.
Semakin meningkatnya kebutuhan akan komoditas tanaman pangan, juga posisi
tanaman pangan saat ini yang dipandang sebagai komoditas strategis, politis, ekonomis
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 37 | P a g e
sehingga dipandang perlu upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja. Disamping itu
kegiatan-kegiatan yang berorientasi pengembangan kapasitas SDM dan kelembagaan
terutama petani terus akan menjadi prioritas, mengingat masih rendahnya kualitas SDM
pertanian.
Jumlah tenaga kerja untuk sub sektor tanaman pangan lebih dari cukup, apalagi terdapat
limpahan tenaga kerja ke sub sektor tanaman pangan akibat melambatnya pertumbuhan
sektor industri. Dengan demikian pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia secara optimal
merupakan peluang untuk meningkatkan pembangunan tanaman pangan.
Potensi lainnya yang masih dapat dikembangkan adalah sumberdaya manusia lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berkualifikasi pendidikan dari tingkat SD
sampai dengan jenjang doktor. Disamping pendidikan formal, sebagian pegawai telah
mengikuti diklat penjenjangan (Diklat PIM), pelatihan teknis dan non teknis. Selain itu,
keterlibatan dan peran serta Pejabat Fungsional Perencana, Kepegawaian, PBT dan
POPT diharapkan dapat menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta
meningkatkan kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan UPT.
1.3.1.3. Teknologi Perbenihan
Fokus utama pengembangan perbenihan dalam rangka peningkatan produksi tanaman
pangan ialah mendorong peningkatan ketersediaan dan penggunaan benih varietas
unggul bersertifikat. Pemasyarakatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat
sejalan dengan pembangunan atau pengembangan kelembagaan perbenihan,
peningkatan penyediaan/produksi benih varietas unggul bersertifikat,
peningkatan/pemberdayaan penangkar dan kegiatan lain yang mendukung
pengembangan perbenihan.
1.3.1.4. Teknologi Pemupukan
Orientasi pengembangan teknologi pemupukan harus didorong dalam membangun
keseimbangan an organik dan organik. Sumber bahan baku menjadi prasyarat bagi
pengembangan industri pupuk, sehingga dapat memenuhi kebutuhan, baik berupa pupuk
anorganik mapun pupuk organik. Untuk itu, diperlukan jumlah sumberdaya manusia yang
cukup banyak untuk terlibat langsung dalam proses pengolahan pupuk, terutama
pengolahan pupuk organik di daerah sentra produksi sub sektor tanaman pangan dengan
memanfaatkan limbah pertanian yang tersedia menjadi sangat penting.
1.3.1.5. Pengendalian OPT
Pestisida merupakan potensi bahaya yang tinggi terhadap manusia dan lingkungan
hidup, namun masih diperlukan dan belum ada pengganti yang memadai. Oleh karena itu
penggunaan pestisida diharapkan dapat dilakukan secara efisien dan bijaksana,
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 38 | P a g e
sehingga tercipta pertanian ramah lingkungan. Program pengendalian hama terpadu
menjadi bagian yang utama dalam perangkat kegiatan usahatani. Kebijakan ini dipayungi
oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman,
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,
Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida, Peraturan Menteri Pertanian Nomor
07/Permentan/SR.140/2/2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida dan
Nomor 42/Permentan/SR.140/5/2007 tentang Pengawasan Pestisida.
Saat ini cukup banyak industri bahan pengendali OPT dengan kapasitas produksi yang
cukup memadai dan jenis pestisida yang beragam sesuai dengan permintaan akan
kebutuhan pestisida guna melindungi pertanaman dari gangguan OPT. Penggunaannya
tetap memperhatikan kaidah PHT.
1.3.1.6. Alat Mesin Pertanian Pascapanen
Saat ini, penanganan pascapanen tanaman pangan belum berkembang. Untuk itu,
diperlukan upaya penanganan pasca panen dalam rangka menurunkan potensi
kehilangan hasil tanaman pangan. Selain itu, kebutuhan sarana pascapanen dapat
mendorong bertumbuhnya industri-industri, baik yang berskala besar maupun industri
skala kecil/rumahan.
1.3.2. Tantangan Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan
1.3.2.1. Perubahan Iklim
Peluang
Pengamanan potensi hasil dari dampak perubahan iklim dilakukan dengan memperkuat
antisipasi sehingga kerusakan tanaman dapat dihindari. Pengamanan produksi dari
dampak kekeringan dilakukan melalui efisiensi penggunaan air, penyiapan embung, cek
dam, bak penyimpanan air, sumur, dan lain-lain; penerapan pola tanam yang tepat;
pemilihan komoditas dan atau varietas umur pendek dan toleran kekeringan; percepatan
tanam; penanaman gogo rancah untuk padi; dan penyiapan taxi pump. Sedangkan
pengamanan produksi dari dampak banjir dilakukan melalui perbaikan saluran air;
pembangunan/perbaikan cek dam; dan penguatan tanggul-tanggul.
Untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim, maka perlu upaya-upaya antisipasi,
antara lain dengan melakukan analisis tentang kerentanan dampak perubahan iklim;
inventarisasi dan delineasi wilayah yang terkena dampak; penyusunan road map rencana
aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan; penciptaan dan penyiapan
paket-paket teknologi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 39 | P a g e
Ancaman
Ketidaksinambungan kebijakan pusat dengan daerah, seperti kurang tersosialisasinya
program dan kegiatan, peraturan daerah yang kurang selaras dengan kebijakan nasional
dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim akan berdampak buruk terhadap kondisi
pangan. Perubahan iklim yang sulit diprediksi berpeluang meningkatnya investasi OPT,
gangguan fisiologis tanaman, serta tingginya bahaya kebakaran hutan, kekeringan, dan
kebanjiran.
1.3.2.2. Persaingan Perdagangan Global
Peluang
Upaya meningkatkan daya saing komoditas sub sektor tanaman pangan dengan
karakteristik yang sesuai keinginan konsumen dan memiliki mutu yang tinggi, baik pasar
domestik, maupun pasar ekspor perlu dilakukan, terutama pengembangan produk
olahan. Pengembangan komoditas dan produk baru yang memiliki permintaan pasar
yang tinggi juga harus dirintis, serta memperluas pangsa dan negara tujuan ekspor
dengan upaya peningkatan kerjasama ekonomi antar wilayah (kawasan), baik dalam
skala nasional (antar daerah) maupun kerjasama regional (antar negara).
Tantangan ke depan yang juga perlu dikembangkan adalah bagaimana membangun
sistem perlindungan yang diberikan terhadap petani dan pelaku agribisnis secara lebih
baik mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran hasil melalui pola-pola
promosi, asuransi, penjaminan maupun subsidi bunga kredit maupun subsidi harga.
Serta memanfaatkan peran serta Indonesia dalam organisasi AFTA (Asean Free Trade
Area), APEC (Asia Pacific Economic Community), ACFTA (Asean-China Free Trade
Area), dan WTO (World Trade Organization).
Ancaman
Harga pembelian pemerintah yang diterapkan selama ini untuk komoditas padi/beras,
dalam pelaksanaannya belum berjalan efektif sesuai dengan yang ditetapkan. Pada saat
panen raya, di daerah sentra produksi sering terjadi harga jual di tingkat petani berada di
bawah harga pembelian pemerintah.
Pemberlakuan tarif bea masuk yang dilaksanakan selama ini juga belum efektif untuk
menjadikan produk tanaman pangan domestik kompetitif. Komoditas sub sektor tanaman
pangan impor masih bisa membanjiri pasar dalam negeri dengan harga yang lebih murah
karena pemerintah negara-negara eksportir melindungi petaninya secara baik dengan
berbagai cara.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 40 | P a g e
Kondisi demikian mengakibatkan insentif yang diterima petani belum optimal sesuai
dengan yang diharapkan, sehingga kurang mendorong gairah petani untuk meningkatkan
produktivitas dan mengembangkan usahataninya.
1.3.2.3. Adopsi Teknologi Petani
Peluang
Industri dalam negeri yang semakin berkembang, permintaan konsumen luar negeri
cenderung meningkat untuk produk pertanian, serta ketersediaan teknologi tepat guna
yang dapat dimanfaatkan masyarakat/petani untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya guna meningkatkan kuantitas, kualitas dan produktivitas produk
tanaman pangan, baik melalui teknologi budidaya terapan, maupun teknologi pemuliaan
tanaman yang menghasilkan varietas unggul bermutu dengan produksi dan produktivitas
yang tinggi.
Ancaman
Masih rendahnya tingkat adopsi masyarakat/petani terhadap teknologi yang tersedia,
karena beragamnya latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi petani sehingga tidak
mampu menerapkan teknologi yang ada. Insentif harga yang belum proporsional serta
penggunaan teknologi yang tidak aplikatif juga merupakan kendala yang cukup serius.
1.3.2.4. Persaingan Pemanfaatan Komoditas Tanaman Pangan
Peluang
Penggunaan produk tanaman pangan semakin beragam, tidak saja untuk konsumsi
langsung, tetapi juga sebagai bahan baku industri (makanan dan non makanan), pakan
ternak bahkan sebagai bahan baku penghasil energi. Diversifikasi penggunaan produk
mendorong peningkatan permintaan terhadap produk tanaman pangan. Dengan
berkembangnya industri pengolahan dapat meningkatkan nilai tambah dan pertumbuhan
perekonomian daerah dan nasional.
Ancaman
Meningkatnya permintaan kebutuhan produk tanaman pangan untuk bahan baku industri,
pakan ternak, bahan baku penghasil energi, serta meningkatnya pertumbuhan penduduk,
mengakibatkan terjadinya persaingan dalam pemanfaatan komoditas tanaman pangan,
sementara produksi komoditas tanaman pangan tidak mampu memenuhi semua
permintaan tersebut. Sehingga untuk kedepan, selain upaya peningkatan produksi dan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 41 | P a g e
produktivitas tanaman pangan, perlu pula ditingkatkan upaya diversifikasi pangan dengan
pangan lokal.
1.3.2.5. Koordinasi Pemerintahan
Peluang
Pembangunan sub sektor tanaman pangan melibatkan berbagai instansi dan lembaga
terkait, sehingga keberhasilannya sangat tergantung pada koordinasi dan peran aktif
seluruh stakeholder dari tingkat pusat sampai daerah untuk melaksanakan program dan
kegiatan yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008,
terjadi perubahan budaya masyarakat yang menuntut kinerja pembangunan yang
transparan. Pembangunan sektor pertanian sesuai prinsip otonomi daerah telah
dilimpahkan kewenangannya kepada pemerintah propinsi/kabupaten, masyarakat dan
swasta. Pemerintah pusat dan juga pemerintah provinsi dan kabupaten dengan derajat
kewenangan yang dimiliki hanya bergerak dalam aspek public good, externalities,
economic of scale dan moral hazard.
Pembangunan ke depan harus dilaksanakan dengan memperkuat penerapan prinsip-
prinsip desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan. Oleh karena itu diperlukan upaya
untuk memperkuat kemampuan aparatur pertanian (daerah) meliputi aspek perencanaan,
pengenalan masalah dan peluang, pengumpulan data dan informasi,
pembinaan/penyuluhan kepada petani, pengembangan usaha dan koperasi, serta aspek-
aspek lainnya yang terkait.
Ancaman
Kenyataan yang ada saat ini, koordinasi dan komitmen seluruh stakeholder baik dari
unsur pemerintahan (legislatif dan eksekutif), petani dan sektor bisnis/swasta/
masyarakat agribisnis lainnya, dalam mendukung upaya pembangunan tanaman pangan
belum optimal.
Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral dan daerah disebabkan antara lain
disebabkan karena ego sektoral yang masih tinggi, serta misi dan visi yang berbeda.
1.3.2.6. Transisi Demografi
Peluang
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia
adalah sebesar 237.556.363 orang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan
penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Distribusi penduduk Indonesia masih terkonsentrasi di
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 42 | P a g e
Pulau Jawa yaitu sebesar 58 persen di daerah, yang diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar
21 persen. Selanjutnya Sulawesi sebesar 7 persen, Kalimantan sebesar 6 persen, Bali
dan Nusa Tenggara sebesar 6 persen, dan Maluku dan Papua sebesar 3 persen.
Transisi Demografi atau keadaan perubahan penduduk yang ada di Indonesia umumnya
berkaitan dengan adanya kelahiran, kematian, migrasi, sehingga menghasilkan keadaan
dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.
Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama 10 (sepuluh)
tahun terakhir adalah sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua
adalah yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia, yaitu
sebesar 5,46 persen, sedangkan penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah yang laju
pertumbuhann penduduknya terendah, yaitu 0,37 persen.
Berdasarkan hasil sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia telah
mencapai 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 119.630.913 jiwa dan perempuan
118.010.413 jiwa.
Ancaman
Jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang besar setiap tahunnya
akan merupakan ancaman yang cukup mengkhawatirkan kalau penyediaan angkatan
kerja tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang seimbang, karena
akan memicu timbulnya pengangguran besar-besaran yang tentu akan berimplikasi
terhadap keamanan nasional.
Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup besar akan mempengaruhi
kebutuhan terutama pangan. Ketidakmampuan menyediakan bahan pangan akan
menimbulkan resistensi ekonomo, politik, dan budaya.
1.3.2.7. Pembiayaan Usaha Petani
Peluang
Dukungan pembiayaan usaha petani yang dapat dimanfaatkan berasal dari berbagai
sumber seperti APBN, APBD, pinjaman/hibah luar negeri, swasta, kredit (perbankan,
koperasi), swadaya petani/kelompok tani, serta pembiayaan lainnya. Dukungan dana dari
berbagai sumber tersebut, diperlukan guna memperluas cakupan kegiatan-kegiatan
dalam program tersebut. Sumber anggaran yang tersedia dari APBN tidak hanya
mengandalkan dari dana yang disediakan oleh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian
saja, tetapi harus menggali dan disinkronkan dengan sumber pendanaan APBN dari
Kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Koperasi Usaha
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 43 | P a g e
Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan
Lembaga terkait lainnya. Pemanfaatan anggaran yang berasal dari APBD provinsi
maupun kabupaten/kota juga tidak hanya mengandalkan anggaran yang dialokasikan
untuk sektor pertanian (sub sektor tanaman pangan) saja, tetapi harus menggali dan
disinergikan dengan sumber pembiayaan dari instansi dan lembaga terkait lain yang ada
di daerah. Terlebih lagi pada era otonomi daerah saat ini. Sumber-sumber pembiayaan
pembangunan sebagian besar telah dialokasikan ke daerah baik melalui Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Perimbangan maupun Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Sumber pendanaan lain yang perlu digali dan disinergikan dalam mendukung program
pembangunan adalah dana yang berasal dari swasta dan lembaga keuangan/perkreditan
termasuk swadaya petani. Sumber pendanaan ini memiliki potensi yang sangat besar
untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu Pemerintah Daerah harus
mampu menggali dan memanfaakan sumber dana tersebut untuk mendukung
pelaksanaan pembangunan seoptimal mungkin. Sumber pendanaan yang tersedia pada
lembaga keuangan/perkreditan seperti KKP, KUK, KIK, kredit koperasi, micro finance,
dan skim kredit lainnya dapat memfasilitasi agar para petani/ kelompok tani dapat dengan
mudah mengakses dan memanfaatkan sumber pendanaan tersebut. Disamping itu,
sumber pendanaan pembangunan lainnya yang cukup potensial adalah yang berasal dari
swasta dalam bentuk kerjasama kemitraan atau sistem avalis dan CSR (Corporate Social
Responsibility).
Ancaman
Petani belum memiliki kemampuan untuk mengakses sumber permodalan dari lembaga
keuangan formal. Hal ini disebabkan karena prosedur pengajuan kredit memerlukan
agunan, sedangkan banyak lahan milik petani belum bersertifikat sehingga tidak bisa
menjadi agunan. Akibatnya banyak petani lebih memilih rentenir/tengkulak/ pengijon yang
menyediakan pinjaman modal dengan cepat walau dengan tingkat bunga yang lebih tinggi
dan tanpa agunan.
Keadaan ini bila terus berlangsung tanpa adanya solusi pemecahan akan berdampak
semakin terpuruknya kehidupan petani di perdesaan, sehingga perlu upaya yang harus
dikembangkan untuk menjembatani kesenjangan akses petani kepada lembaga
perbankan formal. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan membentuk
kelembagaan keuangan mikro di perdesaan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah
dengan membuat program sertifikasi lahan secara mudah dan murah, yang selanjutnya
dapat mempermudah petani untuk mengakses kredit ke perbankan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 44 | P a g e
1.3.3. Perumusan Permasalahan
1.3.3.1. Status dan Luas Kepemilikan Lahan
Status dan luas kepemilikan lahan yang terbatas yang banyak memposisikan petani
sebagai penggarap atau buruh tani, serta alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
seperti untuk industri, pemukiman dan perdagangan. Pada daerah yang padat seperti
pulau Jawa, setiap tahunnya sekitar 50.000 hektar lahan pertanian yang berubah fungsi
penggunaannya (Soni Harsono, 1995).
Berdasarkan data PUT (BPS, 2009), luas penguasaan lahan bagi rumah tangga petani
padi, jagung, kedelai, dan tebu umumnya dibawah 1 hektar yaitu sebesar 76,04 persen
atau 13.558.048 rumah tangga. Secara ekstrim, luas penguasaan lahan bari rumah
tangga petani dibawah 0,5 hektar cukup besar yaitu 53,58 persen atau 9.552.957 rumah
tangga.
Tabel 30. Status dan Luas Kepemilikan Lahan (Data PUT) Tahun 2009
1 Tidak menguasai lahan pertanian 7.687 0,04
2 Di bawah 0,5 Ha 9.545.270 53,53
3 Antara 0,5 - 1 Ha 4.005.091 22,46
4 Antara 1 - 2 Ha 2.723.583 15,27
5 Antara 2 - 3 Ha 897.901 5,04
6 Di atas 3 Ha 651.300 3,65
17.830.832 100,00
A. Kepemilikan dibawah 0,5 Ha 9.552.957 53,58
B. Kepemilikan dibawah 1,0 Ha 13.558.048 76,04
Jumlah Total
Jumlah RT %No. Kategori Penguasaan Lahan
Sumber : Biro Pusat Statistik
1.3.3.2. Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia Pertanian
Masih rendahnya tingkat kualitas SDM pertanian terutama dalam penerapan teknologi di
lapangan dan penggunaan alat-alat mesin pertanian, yang bersifat spesifik lokasi
maupun umum.
Pelayanan prima yang belum optimal dilakukan oleh aparat pertanian. Perbaikan
manajemen kinerja perlu dilakukan melalui peningkatan sumber daya manusia Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan pemantapan Standar Operasional Prosedur (SOP)
sehingga dapat menciptakan kinerja yang berkualitas serta moral dan etos kerja yang
optimal.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 45 | P a g e
1.3.3.3. Keterbatasan Ketersediaan Benih
Ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat yang belum mencukupi apabila hanya
mengandalkan potensi aktual sumber benih yang ada saat ini, serta jumlah penangkar
yang masih terbatas untuk memenuhi penyediaan benih varietas unggul bersertifikat
secara nasional maupun dalam skop daerah.
1.3.3.4. Keterbatasan Ketersediaan Pupuk
Penggunaan pupuk bersubsidi belum sesuai dengan yang diharapkan disebabkan: 1)
Terbatasnya modal petani; 2) Jumlah pupuk bersubsidi yang tersedia belum dapat
memenuhi seluruh kebutuhan yang diusulkan daerah; 3) Kemampuan distribusi pupuk
tidak dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan; 4) Pabrik pupuk beroperasi dibawah
kapasitas terpasang karena terbatasnya suplay bahan baku gas; 5) Permintaan pasar
pupuk dan bahan baku pupuk di pasar Internasional meningkat; 6) Perbedaan harga
pupuk bersubsidi dengan harga non subsidi di pasar internasional semakin besar dan; 7)
Belum optimalnya pengawasan saat distribusi pupuk sampai ke lini terakhir.
Kemampuan produksi pupuk dalam negeri masih dibawah kebutuhan. Selain itu pola
distribusi pupuk di lapangan belum optimal dan modal usaha petani serta pengetahuan
petani relatif masih rendah. Ketiga hal tersebut sering menjadi penyebab tingginya harga
pupuk di atas HET. Sehingga mengakibatkan penggunaan pupuk di tingkat petani banyak
yang belum sesuai dengan rekomendasi. Database kebutuhan pupuk juga belum akurat
sehingga dalam perencanaan kebutuhan pupuk menjadi kurang optimal. Pengembangan
penerapan pemupukan di tingkat petani belum optimal sehingga membutuhkan adanya
pendampingan baik berupa pendampingan sumber daya manusia maupun bentuk
bantuan.
1.3.3.5. Keterbatasan Pengendalian OPT
Penggunaan pestisida yang tidak memperhatikan kaidah PHT, malah merugikan bagi
pertanian karena membunuh musuh alami serta memunculkan tipe baru OPT yang kebal
terhadap pestisida tertentu. Penggunaan pestisida yang tidak mengikuti prosedur
keamanan sangat membahayakan keselamatan jiwa penggunanya.
1.3.3.6. Keterbatasan Akses Petani Terhadap Permodalan
Lemahnya kemampuan modal petani untuk mendapatkan sarana pascapanen yang
harganya memadai dengan kualitas yang baik dan kurangnya sosialisasi penggunaan
sarana pascapanen pada kelompoktani dan petani pengguna serta sarana pascapanen
yang tersedia ditingkat petani yang belum dimanfaatkan secara optimal, juga
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 46 | P a g e
mempengaruhi tercapainya sasaran yang diharapkan yaitu untuk menurunkan kehilangan
hasil tanaman pangan dan meningkatkan mutu produk tanaman pangan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 47 | P a g e
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN,
TAHUN 2010-2014
2.1. Visi
Sebagai penanggung jawab simpul koordinasi dalam pembangunan sub sektor tanaman
pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai Visi Tahun 2010 - 2014, yaitu
”Terwujudnya Produksi Tanaman Pangan Yang Cukup dan Berkelanjutan”.
Dalam visi ini, terdapat tiga kata kunci yaitu produksi, cukup, dan berkelanjutan. Makna
produksi dapat dilihat dari dua pespektif yaitu jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas.
Produksi dalam arti jumlah merupakan hasil (dalam satuan ton) yang dicapai melalui
pemanfatan lahan pertanaman, peningkatan produktivitas, dan pengamanan potensi
kehilangan hasil produksi. Sedangkan produksi dalam arti mutu merupakan standar
tertentu yang dapat dikonsumsi secara layak bagi manusia maupun kebutuhan industri.
Cukup berarti jumlah yang dapat disediakan setelah mempertimbangkan kebutuhan
konsumsi, kebutuhan perdagangan, dan kebutuhan cadangan (stok). Dalam hal ini, jika
kebutuhan dapat dipenuhi secara total dari produksi dalam negeri maka disebut sebagai
swasembada. Berkelanjutan berarti memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan kebutuhan generasi masa depan.
Untuk mewujudkan visi ini, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memerankan diri
sebagai penggerak sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki. Upaya sinkronisasi,
mobilisasi, koordinasi, dan integrasi menjadi sangat penting dilakukan untuk mendorong
pencapaian visi sesuai dengan sasaran (target) yang ditetapkan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan
bersumber dari produksi dalam negeri menjadi sangat penting dan akan sangat kompleks
di tengah-tengah perubahan yang terjadi saat ini, baik untuk memenuhi kebutuhan
pangan maupun kebutuhan non pangan. Berbagai analisis data dan informasi dilakukan
dan dimanfaatkan untuk menetapkan sistem pembangunan tanaman pangan yang lebih
baik. Dalam konteks ini, selama tahun 2010-2014, terdapat 3 (tiga) komoditi yang harus
diwujudkan sebagai simbol swasembada maupun swasembada berkelanjutan yaitu padi
dan jagung untuk swasembada berkelanjutan serta kedelai untuk swasembada.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 48 | P a g e
2.2. Misi
Untuk mencapai visi di atas, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengemban misi
yang harus dilaksanakan adalah:
1. mewujudkan birokrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang profesional dan
berintegritas,
2. meningkatkan perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan
berkelanjutan,
3. mengembangkan sistem penyediaan benih yang efisien, efektif, dan berkelanjutan,
4. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan,
5. meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan, dan
6. mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait serta masyarakat dalam
pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan.
2.3. Tujuan
Sebagai implementasi visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
menetapkan tujuan sebagai berikut;
1. meningkatkan produktivitas melalui peningkatan luas areal penerapan budidaya
tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan untuk peningkatan produksi dalam
rangka mencapai ketahanan pangan;
2. menyelenggarakan sistem penyediaan benih tanaman pangan yang efisien dan
berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, dan
tersalurnya benih tanaman pangan bersubsidi;
3. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan di lokasi penerapan
budidaya tanaman pangan yang tepat;
4. mengendalikan serangan OPT dan DPI di lokasi penerapan budidaya tanaman
pangan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman pangan;
5. menyelenggarakan pelayanan teknis dan administrasi secara profesional dan
berintegritas dilingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;
6. menciptakan metoda pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu laboratorium
pengujian benih tanaman pangan;
7. menyediakan informasi dan menciptakan model peramalan OPT sebagai rujukan
dalam pengamanan produksi tanaman pangan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 49 | P a g e
2.4. Sasaran Produksi
Sasaran utama pembangunan tanaman pangan tahun 2010-2014 merupakan turunan
dari sasaran utama pembangunan pertanian yaitu: a) mewujudkan pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) mewujudkan peningkatan diversifikasi
pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta d)
mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Keempat sasaran ini disebut dengan
Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian. Pencapaian keempat sasaran
(target) utama diharapkan dapat memberikan dampak kinerja yang signifikan bagi
pemenuhan kebutuhan nasional terutama ketahanan pangan nasional. Selain itu,
dampak kinerja pembangunan tanaman pangan juga diharapkan dapat mengurangi
jumlah kemiskinan dan meningkatkan pendapatan bagi negara.
Pencapaian Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian tersebut memerlukan
keterpaduan pelaksanaan program baik lingkup Kementerian Pertanian maupun lintas
Kementerian/ Pemerintahan. Fungsi dari program pemerintah hanya berupa stimulan
untuk menggerakkan kekuatan ekonomi tanaman pangan secara nasional. Mengacu
pada Empat Sukses Keberhasilan Pembangunan Pertanian, ditetapkan sasaran
pembangunan tanaman pangan sebagai berikut:
a. Mewujudkan swasembada padi secara berkelanjutan
b. Mewujudkan swasembada jagung secara berkelanjutan
c. Mewujudkan swasembada kedelai tahun 2014
d. Mewujudkan pencapaian diversifikasi pangan
e. Mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani.
Pendekatan yang dilakukan dalam pencapaian sasaran produksi padi, jagung dan
kedelai selama tahun 2010-2014 tetap akan dilakukan melalui penerapan Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) yang diikuti upaya pengamanan
produksi dengan mengantisipasi peningkatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) melalui pengawalan ketat, pemberdayaan petugas,
koordinasi dengan instansi terkait, gerakan pengendalian, peningkatan kewaspadaan,
dan penyiapan sarana dan prasarana. SL-PTT diharapkan akan tetap mendapat
dukungan benih melalui Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Cadangan Benih
Nasional (CBN) dan subsidi benih serta dukungan pupuk melalui Bantuan Langsung
Pupuk (BLP) yang akan difokuskan di lokasi-lokasi yang masih memiliki rata-rata
produktivitas di bawah rata-rata produktivitas nasional/provinsi/kabupaten. Kemampuan
menangani serangan organisme pengganggu tumbuhan dan terkena dampak perubahan
iklim menjadi sangat penting dalam mendukung peningkatan produksi. Selain itu,
penanganan pasca panen menjadi modal lain dalam meningkatkan produksi dan
mengamankan potensi kehilangan hasil serta meningkatkan kualitas (mutu) produksi.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 50 | P a g e
Keberhasilan sasaran pembangunan tanaman pangan ini sangat ditentukan oleh seluruh
kemampuan dari semua pemangku kepentingan, baik di sisi produksi, sisi distribusi,
maupun di sisi konsumsi.
2.4.1. Pencapaian Sasaran Produksi
Selama tahun 2010-2014, dari 4 (empat) target utama Kementerian Pertanian,
pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan adalah target utama Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan komoditas yang menjadi unggulan nasional
terdiri dari 7 (tujuh) komoditas, yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
ubi kayu dan ubi jalar.
Dari 7 (tujuh) komoditas tersebut, 3 (tiga) diantaranya yaitu padi, jagung dan kedelai
merupakan komoditas pangan utama, yang dipacu peningkatan produksinya untuk
mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan. Saat ini, komoditas padi dan
jagung sudah swasembada, sehingga target ke depan adalah swasembada
berkelanjutan dan diharapkan kedua komoditas ini bisa menjadi komoditas ekspor.
Sedangkan komoditas kedelai ditargetkan mencapai swasembada tahun 2014.
Sasaran pertumbuhan luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi nasional yang
dianggap sepadan dengan harapan-harapan pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman
pangan sebagaimana yang diuraikan di atas selama periode tahun 2010-2014.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 51 | P a g e
Tabel 31. Sasaran Awal Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010-2014
No. Komoditas
Tahun Pertumbuhan
(%) 2010 2011 2012 2013 2014
I. Produksi (ribu ton)
Padi 66.680 70.599 74.129 77.835 81.727 5,22
Jagung 19.800 22.000 24.000 26.000 29.000 10,02
Kedelai 1.300 1.560 1.900 2.250 2.700 20,05
Kacang Tanah 882 970 1.100 1.200 1.300 10,20
Kacang Hijau 360 370 390 410 430 4,55
Ubi Kayu 22.248 23.400 25.000 26.300 27.600 5,54
Ubi Jalar 2.000 2.150 2.300 2.450 2.600 6,78
II. Luas Tanam (ribu hektar)
Padi 12.602 13.700 14.027 14.253 14.484 3,58
Jagung 4.412 4.828 4.874 4.974 5.332 4,91
Kedelai 920 1.088 1.312 1.538 1.830 18,77
Kacang Tanah 712 754 825 869 910 6,33
Kacang Hijau 344 333 343 351 360 1,17
Ubi Kayu 1.305 1.328 1.382 1.416 1.449 2,65
Ubi Jalar 192 199 207 215 224 3,97
III. Luas Panen (ribu hektar)
Padi 12.002 13.289 13.577 13.776 13.998 3,99
Jagung 4.200 4.573 4.655 4.822 5.281 5,95
Kedelai 874 1.036 1.250 1.465 1.742 18,82
Kacang Tanah 679 719 786 827 867 6,33
Kacang Hijau 327 317 326 334 342 1,12
Ubi Kayu 1.243 1.265 1.316 1.349 1.380 2,65
Ubi Jalar 182 189 197 205 213 4,01
IV. Produktivitas (ku/ha)
Padi 55,56 53,13 54,68 56,50 58,38 1,30
Jagung 47,14 48,10 51,55 53,92 54,91 3,91
Kedelai 14,0 15,06 15,20 13,36 15,50 0,99
Kacang Tanah 13,00 13,50 14,00 14,50 15,00 3,64
Kacang Hijau 11,00 11,68 11,98 12,28 12,58 3,42
Ubi Kayu 179,00 185,00 190,00 195,00 200,00 2,81
Ubi Jalar 110,00 114,00 117,00 120,00 122,00 2,62
Keterangan: kondisi awal sasaran produksi Padi : Gabah Kering Giling (GKG) Jagung : Pipilan Kering (PK) Kedelai : Biji Kering (BK) Kacang Tanah : Biji Kering (BK) Kacang hijau : Biji Kering (BK) Ubi kayu : Umbi Basah (UB) Ubi jalar : Umbi Basah (UB)
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 52 | P a g e
Pengembangan komoditas tanaman pangan selama tahun 2010-2014 masih fokus pada
padi, jagung, dan kedelai. Selama periode tersebut produksi padi, jagung dan kedelai
diharapkan naik rata-rata 5,22 persen, 10,02 persen, dan 20,05 persen. Sasaran tersebut
ditetapkan dengan terjadinya swasembada padi tahun 2007, jagung tahun 2008 dan
kedelai tahun 2014.
Maka pada tahun 2014 produksi padi ditargetkan sebesar 81,73 juta ton GKG, jagung
dapat mencapai 29,00 juta ton pipilan kering, kedelai 2,70 juta ton biji kering. Sedangkan
pengembangan komoditas utama lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu
dan ubi jalar tetap menjadi perhatian disamping pengembangan komoditas unggulan
lokal (komoditas alternatif) dalam rangka peningkatan ketahahan pangan dan
kesejahteraan petani.
Selama proses perkembangannya, sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan
tersebut beberapa kali mengalami revisi (perbaikan), hal ini dapat di lihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 32. Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (revisi)
No. Komoditas Tahun Pertumbuhan
(%) 2010 2011 2012 2013 2014
I. Produksi (ribu ton)
Padi 66.680 65.741 67.825 72.064 76.568 3,55
Jagung 19.800 22.000 18.861 19.831 20.823 1,96
Kedelai 1.300 1.560 1.000 1.500 2.700 28,53
Kacang Tanah 882 970 1.100 1.200 1.300 10,20
Kacang Hijau 360 370 390 410 430 4,55
Ubi Kayu 22.248 23.400 25.000 26.300 27.600 5,54
Ubi Jalar 2.000 2.150 2.300 2.450 2.600 6,78
II. Luas Tanam (ribu hektar)
Padi 12.602 13.700 14.025 14.356 15.306 4,58
Jagung 4.412 4.828 4.011 4.260 4.463 0,65
Kedelai 920 1.088 756 1.019 1.618 20,33
Kacang Tanah 712 754 825 869 910 6,33
Kacang Hijau 344 333 343 351 360 1,17
Ubi Kayu 1.305 1.328 1.382 1.416 1.449 2,65
Ubi Jalar 192 199 207 215 219 3,97
III. Luas Panen (ribu hektar)
Padi 12.002 13.289 13.538 13.859 14.776 4,96
Jagung 4.200 4.573 3.870 4.102 4.307 0,95
Kedelai 874 1.036 718 970 1.541 20,45
Kacang Tanah 679 719 786 827 867 6,33
Kacang Hijau 327 317 326 334 342 1,12
Ubi Kayu 1.243 1.265 1.316 1.349 1.380 2,65
Ubi Jalar 182 189 197 205 209 4,01
IV. Produktivitas (ku/ha)
Padi 55,56 53,13 50,10 52,00 51,82 (1,30)
Jagung 47,14 48,10 48,73 48,34 48,34 0,75
Kedelai 14,0 15,06 13,92 15,46 17,52 4,47
Kacang Tanah 13,00 13,50 14,00 14,50 15,00 3,64
Kacang Hijau 11,00 11,68 11,98 12,28 12,58 3,42
Ubi Kayu 179,00 185,00 190,00 195,00 200,00 2,81
Ubi Jalar 110,00 114,00 117,00 120,00 124,87 2,62
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 53 | P a g e
Keterangan: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Padi : Gabah Kering Giling (GKG) Jagung : Pipilan Kering (PK) Kedelai : Biji Kering (BK) Kacang Tanah : Biji Kering (BK) Kacang hijau : Biji Kering (BK) Ubi kayu : Umbi Basah (UB) Ubi jalar : Umbi Basah (UB)
Dari hasil revisi ini, selama periode 2010-2014 tersebut produksi padi, jagung dan kedelai
diharapkan naik rata-rata 3,55 persen, 1,96 persen, dan 28,53 persen. Sasaran tersebut
ditetapkan dengan terjadinya swasembada padi tahun 2007, jagung tahun 2008 dan
kedelai tahun 2014.
Agar posisi swasembada dapat berkelanjutan, maka target peningkatan produksinya
harus dipertahankan minimal sama dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri.
Dengan kondisi pertambahan jumlah penduduk secara nasional rata-rata sebesar 1,49
persen per tahun, permintaan bahan baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional
dalam rangka stabilitas harga, pemenuhan peluang ekspor, serta pertumbuhan industri
hilir dalam negeri yang semakin pesat maka target produksi sebagaimana tersebut di
atas dianggap relevan.
Maka pada tahun 2014 produksi padi ditargetkan sebesar 76,57 juta ton GKG, jagung
dapat mencapai 20,82 juta ton pipilan kering, kedelai 2,70 juta ton biji kering. Sedangkan
pengembangan komoditas utama lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu
dan ubi jalar tetap menjadi perhatian disamping pengembangan komoditas unggulan
lokal (komoditas alternatif) dalam rangka peningkatan ketahahan pangan dan
kesejahteraan petani.
Strategi untuk mencapai swasembada padi secara berkelanjutan, yaitu akan dilakukan
melalui: 1) percepatan peningkatan produktivitas padi sawah, padi rawa/lebak dan padi
gogo dengan fokus pada lokasi yang masih mempunyai produktivitas dibawah rata-rata
nasional/provinsi/ kabupaten, dan 2) perluasan areal tanam terutama untuk padi gogo
dan padi rawa/lebak melalui pemanfaatan lahan peremajaan Perhutani dan Inhutani
maupun pembukaan lahan/cetak sawah.
Adapun untuk mencapai swasembada jagung secara berkelanjutan, maka strategi yang
akan dikembangkan utamanya adalah meningkatkan komposisi pertanaman jagung
hibrida. Target sasaran komposisi pertanaman jagung pada tahun 2014 adalah 4,46 juta
hektar dengan sasaran produksi sebesar 20,82 juta ton biji kering dan produktivitas rata-
rata nasional 48,34 ku/ha.
Strategi untuk mencapai swasembada padi secara berkelanjutan, yaitu akan dilakukan
melalui: 1) percepatan peningkatan produktivitas padi sawah, padi rawa/lebak dan padi
gogo dengan fokus pada lokasi yang masih mempunyai produktivitas dibawah rata-rata
nasional/provinsi/ kabupaten, dan 2) perluasan areal tanam terutama untuk padi gogo
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 54 | P a g e
dan padi rawa/lebak melalui pemanfaatan lahan peremajaan Perhutani dan Inhutani
maupun pembukaan lahan/cetak sawah.
Adapun untuk mencapai swasembada jagung secara berkelanjutan, maka strategi yang
akan dikembangkan utamanya adalah meningkatkan komposisi pertanaman jagung
hibrida. Target sasaran komposisi pertanaman jagung pada tahun 2014 adalah 4,46 juta
hektar dengan sasaran produksi sebesar 20,82 juta ton biji kering dan produktivitas rata-
rata nasional 50,16 ku/ha.
Strategi untuk mewujudkan swasembada kedelai tahun 2014 akan diupayakan melalui:
(1) peningkatan luas areal tanam melalui upaya khusus (Upsus) dan utamanya diarahkan
untuk tumpang sari di areal pertanaman jagung dan tanaman perkebunan (sawit, tebu);
perluasan areal dilakukan di areal hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat
(HTR), dan PT Perkebunan Nasional (PTPN); serta (2) peningkatan Indeks Pertanaman.
Untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan komoditas pangan utama difokuskan pada provinsi-provinsi sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 33. Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Utama Tahun 2010-2014
Komoditas Target Posisi
ATAP 2010 (Juta ton)
Sasaran 2014 (Juta
ton)
Peningkatan per tahun (%)
Fokus
Padi Swasembada berkelanjutan
66,47 76,57 3,55 Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten, Bali, NTB, Kalbar, Kalsel, Sulsel, Gorontalo
Jagung Swasembada berkelanjutan
18,33 20,82 1,96 Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Lampung, NTT, Sulsel, Sulut, Gorontalo
Kedelai Swasembada 2014
0,85 2,70 25,19 Aceh, Sumut, Lampung, Sumsel, Jambi, Bengkulu, Jabar, Banten, Jateng, DIY, Jatim, NTB, Bali, Sulsel
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 55 | P a g e
Untuk komoditas pangan selain komoditas pangan utama, target pertumbuhan
produksinya lebih disesuaikan dengan kemampuan petani serta daya serap pasar.
Walaupun secara fisik potensi peningkatan produksinya ada, tetapi peningkatan produksi
yang sangat tinggi dapat saja menimbulkan kerugian bagi petani apabila terjadi over
supply di pasar. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka komoditas-komoditas yang
dipacu pertumbuhannya secara cukup tinggi (lebih dari 5 persen) adalah kacang tanah,
ubi kayu, dan ubi jalar. Sementara komoditas yang pertumbuhannya di bawah 5 persen
adalah kacang hijau.
Indikator utama, strategi, dan rencana aksi dalam rangka peningkatan produksi dan
swasembada berkelanjutan pada periode tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 33
dibawah ini.
Tabel 34. Indikator Utama, Strategi, dan Rencana Aksi Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Utama dan Swasembada Berkelanjutan
INDIKATOR UTAMA
STRATEGI RENCANA AKSI DUKUNGAN K/L LAIN
Rata-rata peningkatan produksi per tahun dalam kurun waktu 2010-2014: Padi 3,55
% Jagung
1,96 % Kedelai
28,53 %
Catur Strategi Peningkatan produksi Tanaman Pangan yaitu:
1. Peningkatan produktivitas,
2. Perluasan areal dan optimasi lahan.
3. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan.
4. Peningkatan manajemen.
A. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan:
1. Pengelolaan produksi tanaman pangan melalui SLPTT
2. Pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan: melalui perbanyakan benih komoditas utama tanaman; penilaian varietas, pengawasan dan sertifikasi; bantuan langsung benih unggul (BLBU) atau subsidi benih komoditas utama tanaman pangan; dan pengembangan penangkar benih.
3. Perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT, Dampak Perubahan Iklim (DPI), dan bencana alam (banjir dan kekeringan); operasional Brigade Proteksi, SLPHT, SLI, dan pemberian bantuan pengendalian OPT dan DPI.
4. Peningkatan pelayanan penanganan pascapanen tanaman pangan dengan memberikan bantuan sarana
Kementerian Kehutanan dan BPN: Penyediaan lahan usaha pertanian BUMN: Penyediaan pupuk, penyediaan benih unggul Kementerian PU: Pengawasan Penetapan RUTR; pengembangan jaringan transportasi di sentra produksi; rehabilitasi waduk & embung; pengembangan jaringan irigasi primer & sekunder;
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 56 | P a g e
INDIKATOR UTAMA
STRATEGI RENCANA AKSI DUKUNGAN K/L LAIN
pascapanen; dan pengembangan pascapanen tanaman pangan untuk meningkatkan mutu hasil, mengurangi kehilangan hasil tanaman pangan.
5. Pengembangan metode pengujian mutu benih dan penerapan sistem pengujian mutu benih tanaman pangan.
6. Pengembangan peramalan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan dampak perubahan ikllim (DPI).
B. Investasi Pemerintah dan Swasta :
1. Pelayanan pembiayaan usahatani tanaman pangan.
2. Pengembangan dan pembinaan kelembagaan petani, disertai dukungan pengembangan usaha antara lain melalui Lembaga yang Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3)
3. Optimalisasi pelayanan perizinan dan investasi di bidang pertanian tanaman pangan
4. Mendorong keterlibatan sektor untuk mendukung upaya peningkatan produksi pangan utama
5. Peningkatan kapasitas jalan usaha tani, JITUT dan JIDES
C. Harga Produk/Output :
1. Penetapan HPP untuk produk pertanian
2. Pengembangan kemitraan antara swasta dan petani
pembangunan pergudangan di pasar & pelabuhan BPN: Pengendalian konversi lahan & sertifikasi lahan pertanian MENKO BIDANG PER EKONOMIAN: Penataan mekanisme subsidi
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 57 | P a g e
INDIKATOR UTAMA
STRATEGI RENCANA AKSI DUKUNGAN K/L LAIN
D. Tambahan Lahan Pertanian :
1. Perluasan areal pertanian serta optimalisasi pemanfaatan lahan dan air.
2. Penyelesaian PP dari UU No. 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian berkelanjutan.
E. Kontrak Kinerja :
1. Memastikan dilakukannya langkah-langkah konkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pengamanan tanaman pangan terhadap dampak perubahan iklim dan gangguan OPT.
2. Mencapai sasaran-sasaran Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman PanganTahun 2010-2014.
Target peningkatan produksi dan swasembada berkelanjutan tersebut sangat
dipengaruhi oleh perubahan iklim yang telah menjadi isu global dan berdampak terhadap
kelangsungan pembangunan pertanian di masa yang akan datang.
Untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim, maka perlu upaya-upaya
antisipasinya, antara lain dengan melakukan analisis tentang kerentanan dampak
perubahan iklim; inventarisasi dan delineasi wilayah yang terkena dampak; penyusunan
road map rencana aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan; penciptaan
dan penyiapan paket-paket teknologi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Strategi yang diperlukan, berupa:
Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air/irigasi.
Penyesuaian Pola Tanam/Pengelolaan.
Perakitan dan penyiapan Teknologi Adaptif.
Penerapan Teknologi Adaptif.
Rencana Aksi yang dilakukan antara lain:
Pemetaan daerah rentan perubahan iklim (daerah rawan bencana banjir, kekeringan,
dan daerah prioritas penanganan).
Perakitan peta-peta kalender tanam secara dinamik.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 58 | P a g e
Pengembangan sistem informasi iklim dan bencana.
Pengembangan sistem peringatan dini banjir.
Perbaikan dan pengembangan jaringan irigasi dan drainasi, normalisasi dan
peningkatan kapasitas waduk/bangunan penyimpan air.
Konservasi DAS (Daerah Aliran Sungai) kritis hulu utama di Jawa, Sulawesi dan
Sumatera, antara lain penggembangan tanaman pohon.
Perakitan varietas unggul tanaman pangan adaptif (toleran genangan, kekeringan,
salinitas, umur genjah, dan OPT).
Perakitan teknologi pupuk organik/hayati/pembenah tanah.
Perakitan teknologi budidaya/pengelolaan lahan/tanah/ pemupukan.
Sosialisasi teknologi dan model untuk adaptasi perubahan iklim.
Sosialisasi dan pengembangan PTT, serta teknologi hemat air lainnya.
Untuk keberhasilan peningkatan produksi dan swasembada berkelanjutan, maka
dukungan dari Kementerian/Lembaga seperti Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
Kementerian Riset dan Teknologi, LP-LPND, dan Dinas/Pemda.
2.4.2. Sasaran Pembangunan Sub sektor Tanaman Pangan Yang Difasilitasi APBN
Keberhasilan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melaksanakan visi dan misinya
diukur dari beberapa indikator, yaitu 1) jumlah produksi Padi, Jagung, Kedelai, Kacang
Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu dan Ubi Jalar; 2) luas areal tanaman pangan yang
ditoleransi terserang OPT dan terkena DPI; dan 3) tingkat pengamanan potensi
kehilangan hasil (susut hasil) produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Perhitungan produksi
sangat tergantung dengan jumlah luas panen yang dapat dicapai dan produktivitas yangg
dapat dicapai.
Penetapan sasaran Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman
Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan selama periode
tahun 2010 - 2014 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
yang didanai dari APBN dan didasarkan pada kondisi lingkungan strategis, sumberdaya
yang tersedia, kecenderungan pertumbuhan selama periode lima tahun sebelumnya, dan
kebutuhan dalam mengamankan kepentingan nasional terutama kepentingan pangan.
3.1.2.1. Jumlah Produksi
Sasaran pertumbuhan luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi yang
dianggap sepadan dengan harapan-harapan pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 59 | P a g e
pangan sebagaimana yang diuraikan di atas selama periode tahun 2010 - 2014 dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
Disamping itu untuk mempercepat peningkatan produktivitas padi, juga dilaksanakan
optimalisasi produktivitas padi dilahan sawah, lahan kering dan rawa/lebak melalui
diseminasi penggunaan benih varietas unggul bermutu produksi tinggi.
Tabel 35. Sasaran Awal Program dan Kegiatan Peningkatan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010-2014
No. Komoditas
Tahun (ribu ton)
Rata-rata (%)
2010 2011 2012 2013 2014
1 Padi 66.680 70.599 74.129 77.835 81.727 5,22
2 Jagung 19.800 22.000 24.000 26.000 29.000 10,02
3 Kedelai 1.300 1.560 1.900 2.250 2.700 20,05
4 Kacang Tanah 882 970 1.100 1.200 1.300 10,20
5 Kacang Hijau 360 370 390 410 430 4,55
6 Ubi Kayu 22.248 23.400 25.000 26.300 27.600 5,54
7 Ubi Jalar 2.000 2.150 2.300 2.450 2.600 6,78
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Keterangan: kondisi awal sasaran produksi Padi : Gabah Kering Giling (GKG) Jagung : Pipilan Kering (PK) Kedelai : Biji Kering (BK) Kacang Tanah : Biji Kering (BK) Kacang hijau : Biji Kering (BK) Ubi kayu : Umbi Basah (UB) Ubi jalar : Umbi Basah (UB)
Selama proses perkembangannya, sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan
tersebut beberapa kali mengalami revisi (perbaikan), hal ini dapat di lihat pada Tabel
dibawah ini.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 60 | P a g e
Tabel 36. Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (revisi)
No. Komoditas
Tahun (ribu ton) Rata-rata
(%) 2010 2011 2012 2013 2014
1 Padi 66.680 65.741 67.825 72.064 76.568 3,55
2 Jagung 19.800 22.000 18.862 19.831 20.823 1,96
3 Kedelai 1.300 1.560 1.000 1.500 2.700 28,53
4 Kacang Tanah 882 970 1.100 1.200 1.300 10,20
5 Kacang Hijau 360 370 390 410 430 4,55
6 Ubi Kayu 22.248 23.400 25.000 26.300 27.600 5,54
7 Ubi Jalar 2.000 2.150 2.300 2.450 2.600 6,78
Keterangan: Padi : Gabah Kering Giling (GKG) Jagung : Pipilan Kering (PK) Kedelai : Biji Kering (BK) Kacang Tanah : Biji Kering (BK) Kacang hijau : Biji Kering (BK) Ubi kayu : Umbi Basah (UB) Ubi jalar : Umbi Basah (UB)
Dari hasil revisi ini, selama periode 2010-2014 tersebut produksi padi, jagung dan kedelai
diharapkan naik rata-rata 3,55 persen, 1,96 persen, dan 25,19 persen. Sasaran tersebut
ditetapkan dengan terjadinya swasembada padi tahun 2007, jagung tahun 2008 dan
kedelai tahun 2014.
3.1.2.2. Luas Areal Tanaman Pangan Yang di Toleransi Terserang OPT dan
Terkena DPI
Peningkatan kewaspadaan (peringatan dini) terhadap serangan OPT dan terkena DPI
sangat diperlukan untuk menyusun strategi dan antisipasi pengendalian serangan OPT
dan terkena DPI pada pertanaman pangan yang menerapkan budidaya tanaman yang
tepat dengan kehilangan hasil maksimal sekitar 5 (lima) persen atau rata-rata 0,5% per
tahun, yaitu 2 (dua) persen akibat gangguan OPT dan 3 (tiga) persen dari pengamanan
hasil dari dampak fenomena iklim. Dengan tersusunnya strategi dan antisipasi
pengendalian serangan OPT dan terkena DPI ini, tentu akan memberikan dampak positif
terhadap peningkatan produksi dan produktivitas pertanaman.
3.1.2.3. Susut Hasil Produksi
Upaya untuk mengurangi kehilangan hasil dilakukan dengan menerapkan teknologi
pasca panen, berupa pemberian bantuan sarana produksi pascapanen, serta
pengembangan, pembinaan dan pengawalan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 61 | P a g e
Persentase kehilangan hasil tanaman pangan akibat panen dan pascapanen saat ini
relatif tinggi berkisar antara 5 - 18 persen. Untuk menurunkan susut hasil (losses) maka
diperlukan penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP)
antara lain melalui pemasyarakatan penggunaan sarana produksi pascapanen.
Dari upaya pengamanan produksi tersebut diharapkan dapat dihindari kehilangan hasil
maksimal sekitar 5 (lima) persen atau rata-rata 0,5% per tahun, yaitu 2 (dua) persen
akibat gangguan OPT dan 3 (tiga) persen dari pengamanan hasil dari dampak fenomena
iklim, serta tercapainya penambahan produksi dari penurunan losses.
Tabel 37. Target Penurunan Kehilangan Hasil
No. Komoditas Baseline
Susut
Tahun Rata-rata per tahun
2011 2012 2013 2014
1 Padi 13,00 12,00 10,47 8,68 6,98 1,51
2 Jagung 5,20 5,00 4,75 4,50 4,25 0,24
3 Kedelai 15,50 15,25 14,75 14,00 13,00 0,63
4 Kacang Tanah 15,20 14,95 14,45 13,70 14,20 0,63
5 Ubi Kayu 12,25 11,75 11,25 10,75 10,25 0,50
6 Ubi Jalar 18,00 17,50 17,00 16,50 16,00 0,50
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 62 | P a g e
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
TAHUN 2010-2014
3.1. Arah Kebijakan
Kementerian Pertanian menetapkan 23 (dua puluh tiga) arah kebijakan pembangunan
pertanian tahun 2010-2014. Dari 23 arah kebijakan tersebut, 9 (sembilan) diantaranya
terkait langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yaitu: 1)
melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat baik
kinerja dan hasilnya, antara lain: bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan,
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT); 2) melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang
berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Lembaga Mandiri yang Mengakar di
Masyarakat (LM3), 3) pemantapan swasembada beras dan jagung melalui peningkatan
produksi yang berkelanjutan, 4) pencapaian swasembada kedelai, 5) pembangunan
sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani, 6) penguatan kelembagaan
perbenihan dan perbibitan nasional, 7) peningkatan keseimbangan ekosistem dan
pengendalian hama penyakit tumbuhan secara terpadu, 8) berperan aktif dalam
melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan
non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan
Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, serta 9) peningkatan dan penerapan
manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.
1) Melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat
baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk,
alsintan, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), dan Sekolah
Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu hasil komoditas sub-sektor tanaman
pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan terbukti banyak didukung oleh
ketersediaan sarana produksi, seperti bantuan benih varietas unggul bermutu,
pemberian bantuan sarana pasca panen, dan juga pelaksanaan kegiatan SLPTT
dan SLPHT.
2) Melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat
seperti Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) dan rekrutmen tenaga
pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di
perdesaan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 63 | P a g e
Kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat petani diperdesaan yang
terbukti mampu menggerakkan pembangunan tanaman pangan di perdesaan dan
berkontribusi dalam pencapaian sasaran produksi tanaman pangan adalah Lembaga
Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), sehingga pada perencanaan lima
tahun kedepan (2010 - 2014) kegiatan LM3 ini dilanjutkan, dengan melaksanakan
juga kegiatan yang menghimpun LM3 yang berprestasi dalam bentuk silaturahmi
nasional, mengusulkan LM3 berprestasi untuk jadi LM3 model.
3) Pemantapan swasembada padi dan jagung melalui peningkatan produksi yang
berkelanjutan.
Upaya yang dilakukan untuk memantapkan swasembada padi yang telah dicapai
tahun 2007 dan swasembada jagung tahun 2008 perlu terus dipertahankan menjadi
swasembada berkelanjutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas melalui
penggunaan benih varietas unggul bermutu, pemupukan berimbang, penggunaan
pupuk organik, penggunaan sarana prasana dan sarana pasca panen yang
memadai, serta pemanfaatan alsintan secara maksimal.
Kegiatan strategis yang dilakukan untuk pemantapan swasembada padi melalui
percepatan peningkatan produktivitas padi sawah, padi rawa/lebak dan padi gogo
pada lokasi dengan produktivitas di bawah rata-rata nasional; dan perluasan areal
tanaman untuk padi gogo dan padi rawa/lebak dengan memanfaatkan lahan
peremajaan Perhutani dan Inhutani maupun di areal pembukaan lahan/cetak sawah.
Pendekatan yang dilakukan dalam pencapaian sasaran produksi padi dan jagung
adalah melalui penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SLPTT) yang diikuti dengan pola pengamanan produksi dengan mengantisipasi
peningkatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim
(DPI).
4) Pencapaian swasembada kedelai.
Dengan laju pertumbuhan penduduk secara nasional sebesar 1,49 persen per tahun,
konsumsi kedelai tahun 2014 sebanyak 2,499 juta ton, dan konsumsi per kapita 0,24
persen. Permentan Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tanggal 8 Oktober 2009
tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumber Daya Lokal, maka dengan target produksi kedelai tahun 2014 sebesar 2,70
juta ton biji kering dan laju pertumbuhan 20,05 persen per tahun swasembada
kedelai akan dicapai tahun 2014.
Kegiatan strategis yang diupayakan melalui upaya khusus (Upsus) seluas 1,15 juta
Ha serta tumpangsari di areal pertanaman jagung dan tanaman perkebunan (sawit,
tebu), hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat (HTR), PT. Perkebunan
Nasional (PTPN), serta melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP). Pendekatan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 64 | P a g e
yang ditempuh juga sama seperti pada komoditas padi dan jagung, melalui
penerapan SLPTT.
5) Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional.
Untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan, maka kelembagaan
perbenihan harus diperkuat, antara lain melalui upaya: (i) menata kembali
kelembagaan perbenihan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah; (ii) melindungi,
memelihara dan memanfaatkan sumberdaya genetik nasional untuk pengembangan
varietas unggul; (iii) mendorong pihak swasta untuk berpartisipasi dalam
pengembangan perbenihan; (iv) meningkatkan sumberdaya manusia di bidang
pemuliaan tanaman pangan; (v) menumbuh kembangkan penangkar benih; (vi)
penerapan undang-undang perbenihan; dan (vii) meningkatkan peranan dari Badan
Benih Nasional.
6) Peningkatan keseimbangan ekosistem dan Pengendalian Hama Penyakit Tumbuhan
secara terpadu.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit
tanaman yang disebabkan oleh OPT dengan menerapkan prinsip-prinsip PHT yang
memperhatikan keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup.
7) Berperan aktif melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti
perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga
Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi
Keterlibatan secara aktif melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani
sangat diperlukan, sehingga peran petani diposisi yang lemah dapat terlindungi
dengan aturan-aturan yang berpihak kepada petani, petani dapat memasarkan
produknya dengan HPP yang mampu memberi keuntungan yang memadai, serta
dapat memenuhi kebutuhannya akan sarana produksi seperti benih dan pupuk
secara enam tepat.
8) Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel
dan good governance.
Kegiatan dicirikan dengan adanya keterbukaan, demokrasi, akuntabel, partisipatif,
bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dalam manajemen pembangunan pertanian
sub-sektor tanaman pangan perlu terus ditingkatkan untuk lima tahun ke depan
(2010 - 2014), sehingga peningkatan produksi dan swasembada berkelanjutan akan
mampu meningkatan pendapatan dan mensejahterakan petani.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 65 | P a g e
Secara operasional, kebijakan pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada: 1)
pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung, 3) pencapaian swasembada
kedelai tahun 2014, 3) pengembangan komoditas spesifik lokasi di Kawasan Timur
(Direktif Presiden), 4) penguatan pangan nasional berbasis Koridor MP3I, serta 5)
pengembangan produksi di kawasan-kawasan khusus lainnya seperti kawasan
perbatasan/daerah tertinggal dan kawasan agropolitan.
Optimalisasi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan perlu
didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Dalam hal ini, dukungan kebijakan yang
berpengaruh terhadap iklim usaha atau pengembangan agribisnis tanaman pangan harus
diperhatikan antara lain:
(1) Harga
Kegiatan usahatani dari suatu komoditas dapat berjalan apabila petani memperoleh
insentif/keuntungan yang memadai. Karena itu, pemerintah perlu menjaga kestabilan
harga dan pasar hasil tanaman pangan sepanjang tahun melalui penetapan harga
pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas strategis seperti padi, jagung dan
kedelai. Pengawasan pemerintah sangat diperlukan untuk menghindari ulah spekulasi
pedagang yang dapat memainkan harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan
berkembangnya kemitraan antara petani dengan pedagang/industri olahan/pengusaha
lainnya. Dalam pengendalian harga tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan
stakeholder terkait, baik pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota maupun tingkat pusat.
(2) Bea Masuk
Dalam era globalisasi dewasa ini persaingan pasar antar komoditas tanaman pangan
semakin ketat. Komoditas tanaman impor sering membanjiri pasar dalam negeri dengan
harga yang lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan pengembangan agribisnis
tanaman pangan dalam negeri. Produk impor lebih murah dari produk dalam negeri,
karena pemerintah negara-negara eksportir melindungi para petaninya secara baik
dengan berbagai cara, sehingga mampu menghasilkan kualitas yang baik serta dengan
kontinuitas pasokan yang terjamin. Oleh karena sistem atau cara perlindungan yang
diberikan terhadap petani mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran
hasil dan sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut.
Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut di atas, pemerintah Indonesia
melindungi petaninya melalui pemberlakuan bea masuk (tarif) impor. Pemberlakuan tarif
impor tersebut masih dimungkinkan dalam kerangka kebijakan World Trade Organization
(WTO). Untuk mengatasi penyelundupan produk-produk tanaman pangan dilakukan
koordinasi dalam pengawasan pintu-pintu masuk penyelundupan barang-barang dari luar
negeri.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 66 | P a g e
(3) Karantina Tumbuhan
Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis sumber daya alam hayati berupa aneka
ragam jenis tumbuhan, hewan, ikan yang perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya dari
berbagai hama, penyakit dan organisme pengganggu. Oleh karena itu untuk mencegah
masuknya organisme pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit hewan/ikan melalui
media pembawa (tumbuhan dan bagian-bagiannya, hewan, asal bahan hewan, hasil
bahan asal hewan, ikan dan/atau benda lainnya) dari luar negeri atau dari area lain di
dalam negeri, perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.
Pada era perdagangan bebas ini, karantina merupakan suatu instrumen yang penting
untuk memperlancar arus perdagangan, baik ekspor maupun impor. Dengan adanya
peraturan karantina yang selaras dengan aturan sanitasi dan fitosanitari (sanitary and
phytosanitary/SPS regulation) diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk ekspor
impor yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan taraf hidup petani. Dengan
demikian dapat dihindarkan terjadinya tuntutan terhadap produk Indonesia di luar negeri
akibat buruknya mutu. Demikian juga derasnya arus masuk produk luar negeri yang
tidak bermutu dapat dicegah melalui pengawasan karantina.
Untuk menjaga masuknya produk-produk pertanian tanaman (termasuk benih) yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan hama dan penyakit serta lingkungan, maka perlu
pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina. Penjagaan dari aspek hama
dan penyakit serta lingkungan tersebut di atas meliputi keamanan jangka pendek sampai
dampak dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu koordinasi dengan pihak
karantina setempat perlu dilakukan dan lebih ditingkatkan.
(4) Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya ekonomi serta industri, berakibat
terjadinya degradasi, alih fungsi, dan fragmentasi lahan pertanian pangan yang
mengancam daya dukung wilayah secara nasional dalam menjaga ketahanan pangan
menuju kemandirian pangan nasional. Upaya pengendalian terhadap terjadinya alih
fungsi lahan pertanian ke non-pertanian/non-tanaman pangan secara efektif dalam
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (PLP2B) dan Peraturan Pemerintah pendukungnya.
Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 menyatakan bahwa
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan a)
melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; b) menjamin
tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; c) mewujudkan kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan; d) melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan
milik petani; e) meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat; f)
meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; g) meningkatkan penyediaan
lapangan kerja bagi kehidupan yang layak; h) mempertahankan keseimbangan ekologis;
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 67 | P a g e
dan i) mewujudkan revitalisasi pertanian. Sanksi bagi orang, perseorangan, pejabat
pemerintah yang melakukan alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan akan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2-5 tahun dan denda berkisar antara satu
milyar rupiah sampai tujuh milyar rupiah.
(5) Pengarusutamaan Gender
Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki
dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan
pada relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat.
Issue Gender yang berkembang adalah seringkali pengakuan, penghargaan, serta
kesetaraan kesempatan (akses) dan hak-hak memutuskan (kontrol) antara laki-laki dan
perempuan menyebabkan berbedanya tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh
oleh laki-laki dan perempuan.
Upaya mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan di Indonesia telah
dilakukan lebih dari satu dasarwarsa. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional menjadi satu titik tolak
kebijakan ke arah pembangunan yang responsif gender. Kebijakan ini kemudian
dipertegas juga dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
yang menetapkan gender sebagai salah satu isu lintas bidang yang harus diintegrasikan
dalam semua bidang pembangunan.
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender dalam pembangunan dimana aspek gender, yaitu hubungan kerjasama
antara laki-laki dan perempuan terintegrasi dalam perumusan kebijakan program dan
kegiatan melalui perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Sehingga akan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pembangunan
pertanian.
Tekad dan komitmen yang kuat dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan
antara perempuan dan laki-laki dalam membangun pertanian khususnya sub sektor
tanaman pangan diperlukan guna mendukung tercapainya Empat Target Sukses
Pembangunan Pertanian seperti yang tercantum di dalam dokumen Rencana Strategis
Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.
3.2. Strategi Umum dan Strategi Operasional
3.2.1. Strategi Umum
Pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan akan ditempuh melalui strategi
Tujuh Gema Revitalisasi Pertanian yaitu: 1) Revitalisasi Lahan; 2) Revitalisasi
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 68 | P a g e
Perbenihan dan Perbibitan; 3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; 4) Revitalisasi
Sumber Daya Manusia; 5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; 6) Revitalisasi Kelembagaan
Petani; serta 7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir.
EMPAT SUKSES
SWASEMBADA BERKELANJUTAN DAN
SWASEMBADA
DIVERSIFIKASI
PANGAN
NILAI TAMBAH, DAYA
SAING, DAN EKSPOR
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
PETANI
TUJUH GEMA REVITALISASI PERTANIAN
LAHAN
PERBENIHAN/PERBIBITAN
INFRASTRUKTUR DAN SARANA
SUMBER DAYA MANUSIA
PEMBIAYAAN PERTANIAN
KELEMBAGAAN PERTANIAN
TEKNOLOGI DAN INDUSTRI HILIR
Gambar 2. Strategi dan Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian
Ketujuh strategi pembangunan pertanian tersebut akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai. Namun demikian, harus disadari bahwa ketujuh
strategi tersebut melibatkan institusi pemerintah lainnya dan institusi non pemerintah.
Untuk mewujudkan pencapaian Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian,
orientasi peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan menjadi dua target utama
yang harus diprioritaskan secara kongruen (selaras dan seimbang). Untuk itu, sebagai
jaminan peningkatan pendapatan bagi petani atau pelaku usaha pertanian, maka
pemerintah memberikan stimulan baik berupa bantuan, subsidi ataupun insentif lainnya.
Pemberian stimulan ini juga sebagai bagian dari meringankan biaya usaha (efisiensi
usaha) dan sekaligus meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produksi
(produktivitas, mutu, dan nilai tambah). Selain itu, pemberian stimulan dilakukan untuk
mendorong peningkatan kapasitas produksi dalam satu luasan usaha.
Berkaitan dengan peningkatan produksi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
menetapkan strategi pencapaian produksi tanaman pangan melalui empat strategi atau
disebut dengan Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan yaitu:
1. Peningkatan produktivitas
2. Perluasan areal dan optimasi lahan
3. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 69 | P a g e
4. Peningkatan manajemen.
Catur strategi pencapaian produksi tanaman pangan ini merupakan penajaman sekaligus
revisi atas catur strategi yang selama ini digunakan yaitu: 1) peningkatan produktivitas, 2)
perluasan areal tanam, 3) pengamanan produksi, dan 4) penguatan kelembagaan dan
pembiayaan. Hal ini dilakukan sebagai proses penegasan dan respon atas perubahan
lingkungan yang terjadi.
Gambar 3. Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan
Proses penajaman atau revisi terhadap strategi pencapaian produksi tanaman pangan
telah mempertimbangkan aspek keberlanjutan program pembangunan tanaman pangan
dan aspek keterpaduan baik disisi hulu, on-farm, maupun hilir. Kekuatan membangun
produksi saat ini harus sekaligus mengamankan pencapaian ketahanan pangan dan
kemandirian pangan, serta upaya untuk memperkuat diversifikasi pangan.
3.2.2. Strategi Operasional
Dari Tujuh Gema Revitalisasi tersebut, yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ada 4 (empat) atau “Catur Strategi Pembangunan
Tanaman Pangan” yaitu: 1) Peningkatan Produktivitas, 2) Perluasan Areal dan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 70 | P a g e
Optimalisasi Lahan, 3) Penurunan Konsumsi Beras dan Pengembangan Diversifikasi
Pangan; serta 4) Peningkatan Manajemen.
3.2.2.1. Peningkatan Produktivitas
Para petani didorong untuk meningkatkan produktivitas yang dilaksanakan secara
terencana dan berkelanjutan melalui peningkatan mutu intensifikasi dengan menerapkan
rekayasa ekonomi, rekayasa sosial dan teknologi maju yang efisien dan spesifik lokasi,
serta didukung oleh penerapan alat dan mesin pertanian dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan. Dalam mengembangkan penerapan teknologi dilakukan
pewilayahan berdasarkan tingkat produktivitas dan penerapan teknologi yang ada.
Akselerasi penerapan teknologi diarahkan pada daerah-daerah yang tingkat
produktivitasnya relatif rendah. Bagi daerah-daerah yang produktivitasnya telah relatif
tinggi dimantapkan dengan fokus pengembangan diarahkan kepada aspek rekayasa
sosial, ekonomi dan kelembagaan.
Peningkatan produktivitas tersebut dilakukan melalui pengawalan, pendampingan,
penyuluhan, dan koordinasi untuk kegiatan: 1) perakitan, diseminasi dan penerapan
paket teknologi tepat guna spesifik penerapan dan pengembangan teknologi; 2) GP3K
(Gerakan peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi); 3) perlindungan tanaman
pangan dari gangguan OPT dan DPI; serta 4) penurunan kehilangan hasil dan
peningkatan rendemen beras.
- Perakitan, Diseminasi Dan Penerapan Paket Teknologi Tepat Guna Spesifik
Penerapan Dan Pengembangan Teknologi
Pengembangan alat mesin pertanian (termasuk didalamnya peningkatan SDM
pengguna alsintan dalam menerapkan teknologi alsintan) dan pengembangan usaha
pelayanan jasa alsintan dari prapanen sampai dengan pascapanen dilakukan untuk
mendorong percepatan pengolahan lahan, efisiensi usaha tani, peningkatan kualitas
dan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian tanaman pangan yang
dihasilkan. Penyediaan traktor dan pompa air perlu dilanjutkan dengan penyediaan
alsin penanam karena percepatan pengolahan lahan juga harus diikuti dengan
percepatan proses tanam. Dalam hal ini termasuk fasilitasi penyediaan alat
pascapanen yang dapat mengurangi kehilangan hasil dan meningkatkan mutu hasil
tanaman pangan.
Perbaikan budidaya dilakukan dalam upaya penanggulangan fluktuasi produksi yang
terjadi selama ini yang bersifat musiman, dan ditempuh dengan pembinaan terhadap
pengaturan pola, waktu dan cara tanam yang sesuai untuk mengatur distribusi panen
yang lebih merata sepanjang tahun. Ini akan menjamin penyediaan produksi secara
merata sepanjang tahun dan peningkatan produktivitas, sehingga mengurangi fluktuasi
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 71 | P a g e
harga dan menyediakan lapangan kerja yang merata. Upaya-upaya yang perlu
dilakukan dalam perbaikan budidaya antara lain: (a) perencanaan pola, tata, waktu
dan cara tanam yang tepat sesuai dengan rekomendasi BPTP setempat, (b)
pengaturan distribusi panen yang lebih merata, (c) penerapan cara tanam yang sesuai
anjuran teknologi baru, (d) peningkatan populasi tanaman dengan pengaturan jarak
tanam, (e) penerapan pemupukan berimbang, (f) perluasan penggunaan benih
padi/jagung hibrida bermutu, dan (g) penyiapan lahan dengan teknologi tanpa olah
tanah (TOT).
- GP3K (Gerakan peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi)
Tujuan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) adalah
meningkatkan produktivitas padi, jagung, dan kedelai pada tingkat yang optimal.
Gerakan peningkatan produksi pangan berbasis korporasi (GP3K) yang diprakarsai
Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian bekerja sama dengan pemerintah
daerah, melibatkan sejumlah Badan Usaha Milik Negera (BUMN), untuk meningkatkan
produktivitas padi guna mendukung pencapaian surplus pangan nasional serta budi
daya tanaman kepada petani.
Dari GP3K ini, produktivitas lahan diharapkan meningkat rata-rata satu ton setiap
hektarnya. Peningkatan produktivitas tersebut menyusul kegiatan intesifikasi pertanian
melalui GP3K, di antaranya adalah penyediaan benih unggul, penyediaan pupuk,
pembukaan lahan baru, penyewaan lahan ke petani, pinjaman lunak, serta
pendampingan di 570 ribu hektar lahan pertanian di seluruh Jawa, Sumatera Selatan,
Aceh, Sulawesi Selatan, Kalimantan, hingga Bali.
Saat ini sudah ada empat perusahaan BUMN yang turut serta dalam upaya menaikkan
jumlah stok pangan nasional melalui GP3K. Perusahaan tersebut adalah PT Sang
Hyang Seri, PT Pertani, PT Pusri dan anak-anak perusahaanya, serta Perum
Perhutani.
Disamping intensifikasi, GP3K juga mengadakan pembukaan lahan baru. Pada tahun
ini total lahan baru yang dibuka mencapai 100 ribu hektar. Yang meliputi, PT Sang
Hyang Seri membantu membuka 40 ribu hektar sawah, PT Pertani 30 ribu hektar, dan
PT Pusri 30 ribu hektar.
- Perlindungan Tanaman Pangan Dari Gangguan OPT dan DPI
Gangguan OPT diatasi dengan menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT)
yaitu menerapkan berbagai cara pengendalian menjadi satu kesatuan pengendalian
yang kompatibel sehingga OPT tidak menimbulkan kerugian. Pengendalian OPT
dengan menggunakan pestisida diharapkan menjadi alternatif terakhir, yaitu jika
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 72 | P a g e
sistem pengendalian dengan metoda PHT tidak memungkinkan lagi atau serangan
OPT telah terjadi secara eksplosif dengan tingkat serangan berat.
Pengamanan hasil dari dampak perubahan iklim dilakukan dengan memperkuat
antisipasi agar kerusakan tanaman dapat dihindari. Pengamanan produksi dari
dampak kekeringan dilakukan, melalui : efisiensi penggunaan air; penyiapan embung,
cek dam, bak penyimpanan air, sumur, dan lain-lain; penerapan pola tanam yang
tepat; pemilihan komoditas dan atau varietas umur pendek dan toleran kekeringan;
percepatan tanam; penanaman gogo rancah untuk padi; dan penyiapan taxi pump.
Sedangkan pengamanan produksi dari dampak banjir dilakukan melalui: perbaikan
saluran air; pembangunan/perbaikan cek dam; dan penguatan tanggul-tanggul.
Mengamankan potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkenan DPI ini
targetnya rata-rata 0,5% per tahun.
- Penurunan Kehilangan Hasil dan Peningkatan Rendemen Beras
Penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan upaya strategis dalam
mendukung ketahanan pangan nasional, karena mempunyai peranan yang cukup
besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, penanganan
proses pascapanen memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil,
mempertahankan mutu hasil panen dan meningkatkan nilai tambah, daya saing serta
pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak langsung proses penanganan
pascapanen mendukung program ketahanan pangan nasional.
Persentase kehilangan hasil akibat penanganan pascapanen tanaman pangan yang
kurang baik, relatif tinggi yaitu berkisar antara 5 – 18%. Untuk menurunkan susut hasil
(losses) maka diperlukan penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling
Practices (GHP) yang bertujuan dalam penyediaan pangan dan pasokan bahan baku
untuk industri. Selain melaksanakan penanganan pascapanen yang baik maka
fasilitasi dan optimalisasi pemanfaatan sarana panen dan pascapanen Tanaman
Pangan perlu dilaksanakan seperti penggunaan sabit bergerigi, mesin panen utuk
tahap pemanenan; mesin perontok/pemipilan (thresher/corn sheller) untuk tahap
perontokan/pemipilan; mesin pengering (dryer) untuk tahap pengeringan dan silo
sebagai sarana penyimpan.
Dari upaya pengamanan produksi tersebut diharapkan dapat dihindari kehilangan hasil
maksimal sekitar 5 (lima) persen atau rata-rata 0,5% per tahun, yaitu 2 (dua) persen
akibat gangguan OPT dan 3 (tiga) persen dari pengamanan hasil dari dampak
fenomena iklim, serta tercapainya penambahan produksi dari penurunan losses.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 73 | P a g e
3.2.2.2. Perluasan Areal dan Optimasi Lahan
Pengembangan tanaman pangan melalui perluasan areal tanam dilakukan melalui 1)
pencetakan lahan baru (sawah); 2) optimasi lahan melalui peningkatan Indeks
Pertanaman (IP); 3) optimasi lahan pertanian lainnya; dan 4) optimasi lahan terlantar.
- Pencetakan Lahan Baru (Lahan Sawah dan Lahan Kering)
Cetak sawah baru, dilakukan melalui pembukaan lahan pada berbagai tipologi lahan,
khususnya lahan basah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cetak sawah baru
adalah: (1) ada inisiatif dari petani/pemuka masyarakat, (2) melakukan survai,
investigasi dan desain, (3) status kepemilikan lahan jelas, (4) menghindari vegetasi
hutan berat/hutan lindung, (5) pengairan/ketersediaan air terjamin, dan (6) mendapat
dukungan penuh dari pemerintah setempat.
- Optimalisasi Lahan Melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (IP), Optimasi Lahan
Pertanian Lainnya, dan Optimasi Lahan Terlantar
Optimalisasi pemanfaatan lahan dilaksanakan melalui upaya : (a) peningkatan indeks
pertanaman (IP) baik IP 100 menjadi IP 200 atau IP 200 menjadi IP 300, maupun IP 0
menjadi IP 100 atau IP 200 pada sawah irigasi, tadah hujan, lahan kering maupun
lahan lebak serta pasang surut; (b) penanaman tanaman sela/intercropping di lahan
perkebunan, kehutanan maupun hortikultura. Tanaman sela dapat diusahakan 3-5
tahun atau lebih, sepanjang tajuk tanaman pokok belum menaungi. Sedangkan pada
tanaman pokok sejenis kelapa rakyat, tanaman sela dapat dilakukan sepanjang tahun.
Untuk lahan transmigrasi, tanaman pangan dapat diusahakan pada lahan pekarangan,
lahan usaha utama maupun lahan usaha ke dua baik secara monokultur maupun
tumpang sari.
Rehabilitasi dan konservasi lahan pertanian dilakukan pada lahan sawah terlantar atau
yang selama ini tidak dimanfaatkan/ditanami tanaman pangan dan telah membelukar.
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka rehabilitasi dan konservasi lahan antara
lain: (1) teknologi penyiapan/pembersihan lahan dari semak belukar, (2) perbaikan
saluran irigasi, (3) pemanfaatan pompa air, traktor, dan (4) pengembangan usaha
pelayanan jasa alsintan (UPJA) dan lain-lain.
3.2.2.3. Penurunan Konsumsi Beras dan Pengembangan Diversifikasi Pangan
Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi untuk mencapai ketahanan pangan.
Salah satu upaya peningkatan diversifikasi pangan adalah percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman, yang dicerminkan oleh tercapainya skor Pola
Pangan Harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun 2014. Konsumsi umbi-
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 74 | P a g e
umbian, sayuran, buah-buahan, pangan hewani ditingkatkan dengan mengutamakan
produksi lokal, sehingga konsumsi beras diharapkan turun sekitar 1,5 persen per tahun.
Data menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mengkonsumsi beras lebih banyak daripada
asupan karbohidrat yang dibutuhkan, yakni mencapai 62,2 persen untuk tahun 2007.
Menurut rekomendasi pada Widyakarya Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 bahwa
konsumsi padi-padian untuk mencukupi karbohidrat itu cukup 50 persen saja, dan
sisanya umbi-umbian.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 menetapkan Kebijakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Tujuan
utama Peraturan Presiden tersebut adalah meningkatkan permintaan masyarakat
terhadap aneka pangan, baik pangan segar, olahan maupun siap saji melalui internalisasi
kepada seluruh komponen masyarakat, dengan melalui peningkatan pengetahuan dan
kesadaran gizi seimbang sejak usia dini serta pengembangan pemberdayaan ekonomi
rumah tangga. Disamping itu, juga perlu diupayakan ketersediaan aneka pangan segar
dan olahan melalui pengembangan bisnis dan industri pengolahan aneka pangan sumber
karbohidrat non beras dan non terigu, nabati dan hewani, serat, vitamin dan mineral yang
menggerakkan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Termasuk di
dalam Peraturan Presiden tersebut adalah penguatan dan peningkatan partisipatif
Pemerintah Daerah dalam pengembangan dan pelaksanaan program
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 menganjurkan konsumsi
energi dan protein penduduk Indonesia masing-masing adalah 2000 kkal/kapita/hari dan
52 gram/kapita/hari. Pada rekomendasi WNPG VII tahun 2000, angka kecukupan energi
adalah adalah 2.100 kkal/kapita/hari dan kecukupan protein sebesar 56 gram/kapita/hari.
Penilaian kualitas atau mutu konsumsi pangan seperti ini dilakukan dengan
menggunakan skor keanekaragaman pangan yang dikenal dengan skor PPH.
Nilai/skor mutu PPH ini dapat memberikan informasi mengenai pencapaian kuantitas dan
kualitas konsumsi, yang menggambarkan pencapaian ragam (diversifikasi) konsumsi
pangan. Semakin besar skor PPH maka kualitas konsumsi pangan dalam artian jumlah
dan konsumsi dinilai semakin baik.
Upaya pemulihan ekonomi telah meningkatkan kualitas konsumsi pangan yang
ditunjukkan dengan peningkatan skor PPH dari 79,1 pada tahun 2005 meningkat kembali
menjadi 83,1 pada tahun 2007. Laju peningkatan skor PPH yang lebih tinggi
mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan dalam pola konsumsi pangan yang
mengarah pada pola konsumsi yang semakin beragam dan bergizi seimbang. Sasaran
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 75 | P a g e
Tabel 38. Sasaran Persentase Konsumsi Energi Terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG)
dan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2010-2014
No. Komoditas Tahun (%)
2010 2011 2012 2013 2014
1 Padi - Padian 54,9 53,9 52,9 51,9 51
2 Umbi – Umbian 5 5,2 5,4 5,6 5,8
3 Pangan Hewani 9,6 10,1 10,6 11,1 11,5
4 Minyak dan Lemak 10,1 10,1 10,1 10 10
5 Buah / Biji Berminyak 2,8 2,9 2,9 2 3
6 Kacang - Kacangan 4,3 4,4 4,6 4,7 4,9
7 Gula 4,9 4,9 5 5 5
8 Sayur dan Buah 5,2 5,4 5,5 5,7 5,8
9 Lain - Lain 2,9 2,9 2,9 2,9 3
10 Persentase Total Konsumsi Energi Terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG)
99,75 99,8 99,85 99,9 99,95
SKOR PPH 86,4 88,1 89,8 91,5 93,3
Ket : Proyeksi menggunakan data dasar Susenas 2002, BPS; dengan asumsi tidak ada perubahan pola konsumsi pangan masyarakat
Sumber: Renstra Kementerian Pertanian 2010-2014
Salah satu upaya untuk mencapai pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman yang dicerminkan dengan skor PPH adalah melalui peningkatan keanekaragaman konsumsi pangan dengan cara menurunkan konsumsi padi-padian (khususnya beras dan terigu), serta peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, serta sayur dan buah. Dengan demikian konsumsi pangan masyarakat Indonesia dapat mencapai skor PPH yang dianjurkan sebesar 93.3 pada tahun 2014.
Konsumsi komoditas pangan utama yang menghasilkan karbohidrat diharapkan menurun
setiap tahunnya dan meningkatkan konsumsi penghasil protein baik nabati maupun
hewani. Sasaran konsumsi komoditas pangan utama lima tahun ke depan (2010-2014)
dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Sasaran Konsumsi Pangan Utama Tahun 2010-2014
No. Komoditas (kg/kapita/tahun)
2010 2011 2012 2013 2014
1 Beras 101,1 99,6 98,1 96,6 95,1
2 Jagung 3,0 2,8 2,7 2,6 2,6
3 Terigu 7,4 7,1 6,8 6,4 6,2
4 Umbi – Umbian 1) 25,4 26,3 27,3 28,3 29,4
5 Daging 2) 6,6 6,9 7,1 7,3 7,8
6 Telur 5,7 5,9 6,0 6,2 6,4
7 Susu 12,0 12,7 13,4 14,1 14,1
8 Kedelai 9,8 10,1 10,2 10,2 10,3
9 Gula Pasir 9,4 9,5 9,5 9,5 9,7
10 Sayuran 3) 53,0 54,3 55,6 57,0 58,1
11 Buah 3) 29,3 30,2 31,1 32,0 33,3
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 76 | P a g e
Keterangan : 1) Umbi-umbian terdiri dari ubi kayu, ubi jalar, kentang dan sagu 2) Daging terdiri dari daging ruminansia dan daging unggas 3) Sayur dan buah dihitung berdasarkan realisasi konsumsi tahun 2002-2009
Implementasi kegiatan penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi
pangan diupayakan melalui pengawalan, pendampingan, penyuluhan, dan koordinasi
kepada masyarakat petani terutama pada upaya pengembangan lahan pekarangan,
pengembangan pangan untuk orang miskin (pangkin), pengembangan agroindustri aneka
tepung berbahan baku lokal.
3.2.2.4. Peningkatan Manajemen
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan sub sektor tanaman pangan sangat
bergantung pada manajemen yang diterapkan. Oleh sebab itu, manajemen
pembangunan harus terus diupayakan untuk diperkuat dan dimantapkan, mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, monitoring
dan evaluasi. Perencanaan ke depan akan terus dimantapkan melalui penerapan
perencanaan partisipatif, bottom up, dan terpadu yang diselaraskan dengan kebijakan
nasional.
Kegiatan pengawalan, pendampingan, penyuluhan, dan koordinasi dilakukan untuk
pengembangan kebijakan fiskal, perbaikan sistem perkreditan pertanian, penguatan
sistem data, pengembangan kawasan food-estate, pengembangan sistem resi gudang,
penguatan petugas lapangan, pemantapan pola pengadaan saprodi, dan penataan
kebijakan subsidi pertanian.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 77 | P a g e
BAB IV
PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
4.1. Program
Pada tahun 2010 – 2014, program dan kegiatan yang dilaksanakan sudah mengacu pada
restrukturisasi program dan kegiatan, dan mengacu kepada Rencana Strategis
Kementerian Pertanian Tahun 2010 - 2014. Dari 12 (dua belas) program pembangunan
pertanian (Lampiran 54), program yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan adalah Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Tanaman Pangan untuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.
Program tersebut dimaksudkan untuk mencapai sasaran 1) Mewujudkan pencapaian
produksi secara berkelanjutan dalam rangka penyediaan kebutuhan nasional; 2)
Mengamankan potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI; dan 3)
Mengamankan kehilangan (susut) hasil produksi.
Pada Tahun 2010 masih merupakan peralihan dari kegiatan sebelumnya, maka pada
Tahun 2010 program pembangunan sub sektor tanaman pangan terdiri dari: 1) Program
Pengembangan Agribisnis (Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing); 2) Program
Peningkatan Ketahanan Pangan; 3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani; dan 4)
Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik.
Program Pengembangan Agribisnis (Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing)
tujuannya adalah (1) memfasilitasi berkembangnya usaha pertanian untuk menghasilkan
produk yang mempunyai nilai tambah dan daya saing yang tinggi baik di pasar domestik
maupun internasional; dan (2) meningkatnya kontribusi sektor pertanian dalam
perekonomian nasional, terutama melalui peningkatan devisa dan pertumbuhan PDB.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan tujuannya adalah untuk memfasilitasi
terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan
halal. Sasaran yang ingin dicapai adalah (1) ketersediaan pangan tingkat nasional,
regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal; (2) meningkatnya keragaman
produksi dan konsumsi pangan masyarakat; dan (3) meningkatnya kemampuan
masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani tujuannya adalah (1) memfasilitasi
peningkatan kapasitas dan posisi tawar petani; (2) memperkokoh kelembagaan petani;
(3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan (4) meningkatnya
pendapatan petani dari hasil usahataninya.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 78 | P a g e
Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik bertujuan untuk meningkatkan kinerja
aparat pemerintahan dalam penyelenggaraan pelayanan umum sehingga meningkatnya
manajemen pemerintahan yang dapat mendukung peningkatan kinerja Direktorat
Jenderal Tanaman pangan dan pengawainyadan meningkatnya penerapan prinsip good
governance di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Pelaksanaan program di atas dilakukan dengan pelaksanaan beberapa kegiatan utama
yang terdiri dari: (1) Integrasi tanaman-ternak, kompos dan biogas; (2) Peningkatan
kegiatan eksibisi, perlombaan dan penghargaan kepada petani/pelaku agribisnis; (3)
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), penyakit hewan, karantina dan
peningkatan keamanan pangan; (4) Bantuan benih/bibit, sarana produksi pertanian dan
penguatan kelembagaan perbenihan; (5) Mekanisasi pertanian pra dan pasca panen; (6)
Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian; (7) Penguatan
kelembagaan ekonomi perdesaan melalui LM3 dan PMD; (8) Penerapan dan
pemantapan Good Governance, penyelesaian daerah konflik, bencana alam, daerah
tertinggal dan perbatasan, pendampingan PHLN, pelaksanaan Inpres terkait dan
pengarusutamaan gender; dan (9) Penyusunan kebijakan program, monitoring dan
evaluasi.
Sedangkan untuk tahun 2011-2014 program yang dilaksanakan adalah Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai
Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.
Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan didukung oleh pencapaian kinerja
kegiatan dari unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yaitu:
1. Direktorat Budidaya Serealia: Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia.
2. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi: Pengelolaan Produksi Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi.
3. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan: Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih
Tanaman Pangan.
4. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan: Penanganan Pascapanen Tanaman
Pangan.
5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan: Penguatan Perlindungan Tanaman
Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak
Perubahan Iklim (DPI).
6. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan: Dukungan Manajemen dan Teknis
Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 79 | P a g e
7. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BBPPMBTPH): Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan
Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih.
8. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT):
Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Seluruh kegiatan utama di atas dikemas ke dalam suatu bentuk pendekatan berupa
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Pengelolaan Tanaman
Terpadu adalah suatu pendekatan dalam budidaya tanaman yang menekankan pada
pengelolaan tanaman, lahan, air dan organisme pengganggu tumbuhan secara terpadu
yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanaman secara
berkelanjutan dan efisiensi produksi dengan memperhatikan sumber daya, dan
kemampuan yang ada. PTT menekankan pada prinsip partisipatori yang menempatkan
pengalaman, keinginan, dan kemampuan petani dalam menerapkan suatu teknologi.
Adapun komponen teknologi dalam PTT tersebut adalah terkait dengan :
1) Benih varietas unggul bermutu dan bersertifikat.
2) Pengelolaan tanah secara sempurna sesuai dengan kondisi tanah.
3) Penanaman tepat waktu serta cara tanam dengan tepat.
4) Pengaturan tata air dengan baik.
5) Penggunaan pupuk secara berimbang.
6) Pengendalian OPT dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
7) Penanganan panen dan pascapanen dengan baik.
Operasional peningkatan produktivitas dan produksi dilapangan juga akan dilakukan
melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya
Terpadu (SL-PTT) khususnya untuk padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang
hijau. Disamping itu, untuk mempertahankan pencapaian sasaran produksi, pembinaan
melalui gerakan peningkatan produksi dan produktivitas juga dilakukan pada areal-areal
di luar areal SL-PTT dengan pelaksanaan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya
Terpadu (PTT) untuk kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, gandum, sorghum dan pangan
alternatif.
Areal peningkatan produksi difokuskan pada areal yang produktivitasnya masih lebih
rendah dari rata-rata produktivitas nasional. Dengan PTT diharapkan terbina kawasan-
kawasan andalan untuk empat komoditas tersebut, yang berfungsi sebagai pusat belajar
pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus sebagai tempat tukar
menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok, serta
sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Dalam setiap 25 hektar areal SL padi non
hibrida, 10 - 15 hektar areal SL padi hibrida, 15 hektar areal SL jagung, 10 hektar areal
SL kedelai, 10 hektar areal SL kacang tanah, dan 10 hektar areal SL kacang hijau
masing-masing ditempatkan 1 unit laboratorium lapangan (LL) dan memperoleh bantuan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 80 | P a g e
Paket Benih VUB dan Pupuk (NPK, Urea & Organik) serta melakukan pertemuan petani
pelaksana SL. Untuk menjamin keberhasilan penerapan di lapangan perlu dilakukan
pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh Penyuluh Pertanian, Peneliti, POPT,
PBT dan Mantri Tani.
Penguatan kelembagaan ditumbuhkembangkan berdasarkan semangat untuk
memajukan usaha dan mensejahterakan masyarakat di perdesaan, baik untuk kegiatan
produktif maupun konsumtif.
Materi yang dibahas pada sekolah lapang tersebut antara lain perkembangan
manajemen usaha tani yang baru antara lain: 1) pemakaian benih/bibit unggul bermutu,
2) pemupukan berimbang, 3) pengendalian hama terpadu, 4) penerapan teknologi alsin,
5) pengairan, dan 6) hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas.
Pembangunan sub sektor tanaman pangan diprioritaskan pada beberapa komoditas
unggulan nasional. Untuk prioritas pertama padi, jagung, kedelai, dan prioritas kedua
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan komoditas alternatif/unggulan
daerah, seperti talas, garut, gembili, sorgum, gandum dan lain-lain. Dari 7 (tujuh)
komoditas unggulan nasional tersebut 3 (tiga) diantaranya, yaitu padi, jagung dan
kedelai merupakan komoditas pangan utama. Pengembangan komoditas pangan utama,
prioritas dan komoditas unggulan lokal diaplikasikan dalam beberapa kegiatan, baik
kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan
Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota, maupun kegiatan pendukung yang merupakan
tugas pokok dan fungsi instansi lain.
4.2. Kegiatan
Secara struktur dan pembiayaan program melalui APBN, maka kegiatan di Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dirancang sebagai berikut:
4.2.1. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
Upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman serealia (padi, jagung, gandum,
sorghum dan komoditas alternatif lainnya) dilakukan dengan upaya mendorong
peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan Dem Area.
Indikator yang hendak dicapai adalah: (1) Luas SLPTT Padi meningkat produktivitasnya
0,50 – 1,00 ku/ha; (2) Luas SLPTT Jagung meningkat produktivitasnya 0,30 ku/ha; dan
(3) pengembangan, pembinaan dan pengawalan. Kegiatan tersebut dilakukan melalui
penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, peningkatan populasi tanaman,
penerapan teknologi pemupukan berimbang dan organik, perbaikan tataguna air/sistem
pengairan, pemeliharaan yang lebih intensif.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 81 | P a g e
Kegiatan pendukung upaya peningkatan produksi:
a. Koordinasi/sosialisasi/workshop/penyuluhan/desiminasi Peningkatan produksi padi,
jagung, gandum, sorghum dan komoditas pangan alternatif lainnya,
b. pengawalan dan pendampingan,
c. perencanaan teknis,
d. monitoring dan evaluasi,
e. pendidikan dan pelatihan teknis,
f. temu usaha dan teknologi, dan
g. Pengembangan pangan alternatif.
4.2.2. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman aneka kacang dan umbi (kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, dan
komoditas alternatif lainnya) dilakukan dengan mendorong peningkatan produktivitas
melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan Dem Area. Indikator yang hendak
dicapai adalah (1) Luas SLPTT Kedelai meningkat produktivitasnya 0,20 ku/ha; dan (2)
Pengembangan, pembinaan dan pengawalan melalui upaya penyebarluasan
penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, peningkatan populasi tanaman,
penerapan teknologi pemupukan berimbang dan organik, perbaikan tataguna air/sistem
pengairan serta pemeliharaan yang lebih intensif.
Kegiatan pendukung upaya peningkatan produksi, yaitu:
a. koordinasi/sosialisasi/workshop/penyuluhan/desiminasi peningkatan produksi
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan komoditas alternatif
lainnya,
b. pengawalan dan pendampingan,
c. perencanaan teknis,
d. monitoring dan evaluasi,
e. pendidikan dan pelatihan teknis,
f. temu usaha dan teknologi, dan
g. pengembangan pangan alternatif.
4.2.3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
melalui penggunaan benih unggul bersertifikat bagi petani, mempermudah akses petani
terhadap benih varietas unggul serta memperluas penyebaran benih varietas unggul
bersertifikat pada daerah-daerah kantong kemiskinan, daerah rawan pangan, dan daerah
terisolir.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 82 | P a g e
Indikator yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah (1) Bantuan Langsung Benih
Unggul (BLBU), 2) Pemberdayaan Penangkaran Benih, dan (3) Pengembangan,
pembinaan dan pengawalan. Penguatan kelembagaan perbenihan baik tingkat pusat,
provinsi maupun kabupaten/kota untuk memperlancar penyediaan benih bermutu dari
varietas unggul komoditas tanaman pangan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain
berupa:
a. inventarisasi stok dan penangkaran benih yang terdapat dimasing-masing daerah
dalam setiap skala waktu tertentu,
b. pemanfaatan stok benih yang ada secara optimal,
c. pemberdayaan penangkar benih agar dapat berperan secara optimal,
d. pembinaan kepada produsen/penangkar agar proses produksi benih terlaksana
secara berkelanjutan,
e. optimalisasi peranan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Balai Benih Induk, dan
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura,
f. pengembangan perbenihan pusat, dan
g. pengawalan dan monev perbenihan.
4.2.4. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI
Kegiatan ini diarahkan untuk mengendalikan serangan OPT dan terkenan DPI di lokasi
penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat. Indikator yang hendak dicapai melalui
(1) SLPHT dan SLI; (2) Jumlah bantuan sarana pengendalian OPT; dan (3)
Pengembangan, pembinaan dan pengawalan. Upaya pencegahan dan penanggulangan
hama penyakit tanaman pangan yang disebabkan oleh OPT dilakukan melalui :
pembinaan, koordinasi dan monitoring evaluasi; operasional UPTD-BPTPH, insentif
petugas POPT, operasional BBPOPT Jatisari, teknologi pengendalian hama terpadu
(PHT), pengelolaan data OPT, dan deteksi dini dan mitigasi DPI, serta pengendalian
OPT. Dalam pelaksanaan SLPHT perlu memperhatikan Pengarusutamaan Gender
(PUG) sesuai dengan Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
(PUG).
Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan dan upaya meminimalisasi
dampak negatif perubahan iklim, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan petugas dalam mengelola dan menganalisis faktor-faktor
iklim/cuaca seperti curah hujan, suhu, kelembaban, dan selanjutnya memanfaatkannya
dalam kegiatan budidaya tanaman sesuai dengan agroklimat daerah setempat. Demikian
juga untuk terlaksananya pengamanan produksi tanaman pangan terhadap serangan
OPT, peningkatan kemampuan petugas lapangan dan petani terhadap pemahaman
kaidah pengendalian hama terpadu (PHT) perlu ditingkatkan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 83 | P a g e
Salah satu model peningkatan pengetahuan dan kemampuan petugas lapangan dan
petani dalam mengelola dan menganalisis faktor iklim/cuaca dan serangan OPT adalah
melalui kegiatan magang sekolah lapangan (magang Sekolah Lapangan Iklim dan
magang Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) dapat dilakukan di LPHP
(Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit)/Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian.
Selain itu juga dapat memanfaatkan petani alumni SLPHT sebagai petani pengamat
hama dan penyakit.
Kesenjangan antara potensi hasil dengan aktual di lapangan masih relatif tinggi. Salah
satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah tingkat penerapan teknologi yang
belum optimal. Sehingga untuk mendorong produksi dan produktivitas perlu dilakukan
peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui serangkaian pelatihan
terhadap sumberdaya manusia (petugas lapang, kelompok tani dan petani), karena
petugas dan petani yang memiliki pengetahuan dan keterampilan handal dapat menjadi
pendorong dalam penerapan teknologi.
4.2.5. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Sasaran kegiatan ini untuk mengamankan kehilangan hasil produksi pada saat
pascapanen. Indikator yang hendak dicapai adalah: (1) Jumlah bantuan sarana
pascapanen; dan (2) Pengembangan, pembinaan dan pengawalan.
Pada Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), salah satu teknologi yang
digunakan adalah penanganan pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil dan
mempertahankan mutu hasil. Upaya-upaya yang dilakukan dengan melakukan
pembinaan dan pengawalan, bimbingan teknis, apresiasi, bantuan sarana panen dan
pascapanen.
Strategi pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan yang dilaksanakan
antara lain melalui :
1. Pendekatan Wilayah
a. Komoditas tanaman pangan yang dihasilkan berbeda dari daerah-daerah yang
berbeda. Hal ini memungkinkan pembangunan kawasan-kawasan ekonomi
berbasis agribisnis dan agroindustri yang terintegrasi antara daerah perdesaan,
perkotaan, sentra-sentra industri pangan, pelabuhan, dan pasar.
b. Pengembangan sistem dan kelembagaan pascapanen (Brigade panen dan
pascapanen) UPJA, SILO, PPK, dll.
c. Kemitraan usaha pengembangan kerjasama antara stakeholder/industri
pascapanen dengan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 84 | P a g e
2. Pendekatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan Gapoktan dan Poktan
dilaksanakan melalui pemberian penyuluhan, pembinaan, bimbingan teknis,
pendampingan, pengawasan, pelatihan, peningkatan pengetahuan.
3. Pendekatan Sarana dan Teknologi
a. Mengoptimalkan penyuluhan dan sumber informasi kepada Gapoktan/Poktan,
maka diperlukan upaya terobosan penanganan pascapanen dari kebiasaan
petani (traditional-based) menjadi penggunaan rekayasa teknologi
(engineering-based).
b. Mengoptimalkan koordinasi antara Pusat dan Daerah.
c. Mensosialisasikan mekanisasi/penyebaran sarana atau teknologi pascapanen
secara tepat sasaran sesuai kebutuhan (spesifik lokasi)
4. Pendekatan Daya Saing
Penanganan prapanen dan pascapanen yang baik dan benar akan diperoleh mutu
hasil panen yang dapat bersaing sesuai permintaan pasar. Untuk itu diperlukan
kemitraan yang baik antara petani dan pelaku usaha yang difasilitasi oleh
pemerintah.
4.2.6. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
Sasaran kegiatan ini adalah (1) Meningkatkan kinerja lingkup Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dengan indikator tersedianya dokumen manajemen perencanaan,
keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan; (2) Mendorong partisipasi masyarakat
dalam pembangunan tanaman pangan dengan indikator: (a) Tersalurnya bantuan
bencana alam dalam rangka pengamanan produksi; dan (b) Tersalurnya bantuan modal
untuk LM3.
Penerapan dan pemantapan prinsip good governance dicirikan antara lain dari
keterbukaan, demokrasi, akuntabel, partisipatif dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN). Penerapan dan pemantapan prinsip tersebut dituangkan dalam kegiatan-kegiatan
yang sangat menunjang dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas sub sektor
tanaman pangan sesuai dengan program pengelolaan produksi tanaman pangan antara
lain: operasional untuk pelaksanaan tugas satuan kerja (satker); keuangan,
perlengkapan; kepegawaian; hubungan masyarakat yang dimaksudkan untuk
penyebarluasan informasi, promosi, dan pemasyarakatan tentang keberhasilan program
serta kegiatan pembangunan tanaman pangan kepada publik melalui eksibisi terbuka
untuk umum, lomba dan pemberian penghargaan untuk petani/pelaku agribisnis yang
berprestasi; pengusulan, peninjauan kembali dan sosialisasi peraturan perundang-
undangan; pengembangan data statistik; koordinasi perencanaan program dan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 85 | P a g e
anggaran melalui musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tingkat
kabupaten/kota, tingkat provinsi, pusat; umum, monitoring evaluasi dan pelaporan
program dan kegiatan; dan pengawasan pupuk dan pestisida; serta kegiatan khusus
yang dibiayai dari (Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN).
Dalam rangka melaksanakan kegiatan pembangunan sub sektor tanaman pangan maka
diperlukan petugas/pegawai yang merencanakan, melaksanakan, mengawasi/memonitor,
mengevaluasi jalannya kegiatan pembangunan. Kepada para pegawai/petugas tersebut
akan diberikan gaji/penghasilan sesuai jabatan, pangkat/golongan dan bidang kerjanya
masing-masing. Ruang penggajian disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah.
Biaya operasional lainnya seperti, eksploitasi kendaraan roda 4 dan roda 2, pemeliharaan
gedung kantor, pengadaan alat-alat tulis kantor disesuaikan dengan kebutuhan.
4.2.7. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu
Laboratorium Pengujian Benih
Sasaran kegiatan ini adalah untuk meningkatnya metode pengujian mutu benih tanaman
pangan. Indikator yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah: (1) Jumlah laboratorium
yang menerapkan sistem mutu; (2) Jumlah laboratorium peserta uji profisiensi; dan (3)
Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendukung secara teknis pelaksanaan program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
khususnya dibidang perbenihan, melalui peningkatan kualitas pelayanan publik,
pengembangan metoda pengujian mutu benih yang aplikatif dan penerapan mutu
laboratorium pengujian benih.
4.2.8. Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Sasaran kegiatan adalah untuk meningkatnya metode pengamatan serangan OPT.
Indikator kegiatan yang hendak dicapai adalah: (1) Jumlah informasi peramalan serangan
OPT; dan (2) Jumlah teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT.
Kegiatan ini untuk mendukung secara teknis pelaksanaan program Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan yang berhubungan dengan pengembangan perlindungan tanaman,
antara lain :
a. Peningkatan kualitas pelayanan publik,
b. pengembangan perlindungan tanaman,
c. pengamatan, peramalan OPT dan perubahan iklim,
d. penguatan kelembagaan jaringan PHP/LAH,
e. penguatan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT,
f. peningkatan kemampuan SDM.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 86 | P a g e
4.3. Anggaran
Dukungan pembiayaan berasal dari berbagai sumber seperti APBN, APBD,
pinjaman/hibah luar negeri, swasta, kredit (perbankan, koperasi), swadaya
petani/kelompok tani, serta pembiayaan lainnya. Dukungan dana dari berbagai sumber
tersebut, diperlukan guna memperluas cakupan kegiatan-kegiatan dalam program
tersebut. Sumber anggaran yang tersedia dari APBN tidak hanya mengandalkan dari
dana yang disediakan oleh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian saja, tetapi harus
menggali dan disinkronkan dengan sumber pendanaan APBN dari Kementerian dan
lembaga lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan
Menengah, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Lembaga terkait
lainnya. Pemanfaatan anggaran yang berasal dari APBD provinsi maupun
kabupaten/kota juga tidak hanya mengandalkan anggaran yang dialokasikan untuk sektor
pertanian (sub sektor tanaman pangan) saja, tetapi harus menggali dan disinergikan
dengan sumber pembiayaan dari instansi dan lembaga terkait lain yang ada di daerah.
Terlebih lagi pada era otonomi daerah saat ini. Sumber-sumber pembiayaan
pembangunan sebagian besar telah dialokasikan ke daerah baik melalui Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Perimbangan maupun Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Sumber pendanaan lain yang perlu digali dan disinergikan dalam mendukung program
pembangunan adalah dana yang berasal dari swasta dan lembaga keuangan/perkreditan
termasuk swadaya petani. Sumber pendanaan ini memiliki potensi yang sangat besar
untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu Pemda harus mampu
menggali dan memanfaakan sumber dana tersebut untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan seoptimal mungkin. Sumber pendanaan yang tersedia pada lembaga
keuangan/perkreditan seperti KKP, KUK, KIK, kredit koperasi, micro finance, dan skim
kredit lainnya dapat memfasilitasi agar para petani/kelompok tani dapat dengan mudah
mengakses dan memanfaatkan sumber pendanaan tersebut. Disamping itu, sumber
pendanaan pembangunan lainnya yang cukup potensial adalah yang berasal dari swasta
dalam bentuk kerjasama kemitraan atau sistem avalis.
Target pembangunan dan kebutuhan pendanaan pembangunan sub sektor tanaman
pangan yang akan dilaksanakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010 –
2014 sebesar Rp 14 triliun. Besaran anggaran ini hanya yang berasal dari pendanaan
APBN khusus Bagian Anggaran 18 (tidak termasuk subsidi, DAK atau sumber
pendanaan lainnya di luar BA 18).
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 87 | P a g e
Tabel 40. Target Pembangunan Tanaman Pangan dan Kebutuhan Pembiayaan APBN Tahun 2010-2014 (Revisi)
No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target
Alokasi Anggaran Baseline
(Rp Milyar)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1. Program Peningkatan
Produksi,
Produktivitas, dan
Mutu Tanaman
Pangan Untuk
Mencapai
Swasembada dan
Swasembada
Berkelanjutan
1. Mewujudkan
pencapaian
produksi secara
berkelanjutan
dalam rangka
penyediaan
kebutuhan
1. Jumlah Produksi ribu ton 4.522,60 3.138,10 5.669,13
Padi
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
67.825
18.861
1.000
1.100
390
25.000
2.300
72.064
19.831
1.500
1.200
410
26.300
2.450
76.568
20.823
2.700
1.300
430
27.600
2.600
2. Mengamankan
potensi kehilangan
(susut) hasil
produksi pada sat
pasca panen
2. Susut Hasil
Produksi %
Padi
Jagung
Kedelai
1,53
0,25
0,50
1,79
0,25
0,75
1,70
0,25
1,00
3. Mengamankan
potensi kehilangan
hasil akibat
serangan OPT dan
terkena DPI
Luas areal
tanaman
pangan yang
ditoleransi
terserang OPT
dan terkena DPI
(ribu Ha)
%
6,00 5,50 5,00
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 88 | P a g e
No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target
Alokasi Anggaran Baseline
(Rp Milyar)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1.1 Dukungan Manajemen
dan Teknis Lainnya
pada Direktorat
Jenderal Tanaman
Pangan
1. Meningkatkan
kinerja
perencanaan,
keuangan, umum
serta evaluasi dan
pelaporan
1. Dokumen
manajemen
perencanaan,
keuangan,
umum serta
evaluasi dan
pelaporan
Rancangan (dokumen) 131,96 212,35 354,75
14 14 14
Pedoman (pedoman)
9 9 9
Laporan (jenis laporan)
4 4 4
2. Mengamankan
kehilangan hasil
produksi akibat
bencana alam
2. Bantuan
bencana alam
dalam rangka
pengamanan
produksi
Paket 45,60 45,60 45,60
1 1 1
3. Mendorong
partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan
tanaman pangan
3. Bantuan Modal
untuk LM3
Unit 30,00 30,00 30,00
280 280 280
Sub Total 206,96 287,95 430,23
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 89 | P a g e
No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target
Alokasi Anggaran Baseline
(Rp Milyar)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1.2 Pengelolaan Produksi
Tanaman Serealia
Mendorong
peningkatan
produktivitas
melalui
pelaksanaan
Sekolah Lapangan
(SL) dan Dem Area
Produktivitas Ha 805,12 1.098,04 2.165,34
Luas SLPTT Padi
meningkat
produktivitas 0.5-1
ku/ha
3.400.000 4.625.000 4.625.000
Luas SLPTT
jagung meningkat
produktivitas 0,30
ku/ha
ha 49,33 76,24 121,53
200.000 260.000 340.000
Pengembangan,
pembinaan dan
pengawalan
Paket 89,84 106,80 134,51
1 1 1
Sub Total 1.838,19 1.281,08 2.421,38
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 90 | P a g e
No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target
Alokasi Anggaran Baseline
(Rp Milyar)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1.3 Pengelolaan Produksi
Aneka Kacang dan
Umbi
Mendorong
peningkatan
produktivitas melalui
pelaksanaan Sekolah
Lapangan (SL) dan
Dem Area
Produktivitas ha 175,44
838,63 2.043,24
Luas SLPTT
Kedelai meningkat
produktivitas 0,30
ku/ha
350.000 455.000 620.000
Perluasan areal
tanam baru kedelai
ha
0 118.250 458.500
Pengembangan
kedelai (model),
kacang tanah, ubi
kayu, ubi jalar,
pangan alternatif
ha
3.344 3.415 38.550
Sub Total 175,44 838,63 2.043,24
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 91 | P a g e
No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target
Alokasi Anggaran Baseline
(Rp Milyar)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1.4 Pengelolaan
Sistem Penyediaan
Benih Tanaman
Pangan
1. Terselenggaranya
penyediaan benih
varietas unggul
bersertifikat di
tingkat petani
1. BLBU Ton 1.404,54 243,08 250,58
Padi
Jagung
Kedelai
84.500
3.000
14.000
0
0
0
0
0
0
2. Meningkatnya
peranan
kelembagaan benih
dalam rangka
penyediaan benih
unggul bersertifikat
2. Pemberdayaan
Penangkaran
Benih
Padi
Jagung
Kedelai
3. Optimalisasi
Balai Benih
Ha
10.000
700
2.500
11.100
0
3.500
11.500
0
3.700
UPB
32 32 32
3. Tersedianya benih
sumber kelas BP
dan BD
4. perbanyakan
benih sumber
Ha
648 782 782
4. Terselenggaranya
optimalisasi
pengawasan mutu
benih
5. Pengawasan
dan sertifikasi
benih
Provinsi
32 32 32
Sub Total 1.404,54 243,08 250,58
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 92 | P a g e
No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target
Alokasi Anggaran Baseline
(Rp Milyar)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1.5 Penanganan
pascapanen tanaman
pangan
Mengamankan
produksi dari susut
hasil pada saat proses
panen dan
pascapanen
Jumlah Bantuan
Sarana
Pascapanen
Padi
Jagung
Kedelai
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Poktan/Gapoktan 338,81 187,46 254,30
1.269
15
125
12
10
507
97
57
27
26
598
114
68
33
31
Sub Total 338,81 187,46 254,30
1.6 Penguatan
perlindungan tanaman
pangan dari gangguan
OPT dan DPI
Mengendalikan luas
serangan OPT dan
terkena DPI di lokasi
penerapan budidaya
tanaman pangan
1. SLPHT
2. SLI
Unit 542,43 278,96 246,77
1.950
130
2.500
192
2.500
192
Jumlah Bantuan
Sarana Pengendali
OPT
Light Trap (Unit)
Pestisida (kg/ltr)
Seed Treatment
Bahan Dan Sarana pengendali
OPT
0 Prov Paket
30 90
7.000
541.929
70.783 kg
0
0
0
0
0
0
Sub Total 542,43 278,96 246,77
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 93 | P a g e
No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target
Alokasi Anggaran Baseline
(Rp Milyar)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1.7 Pengembangan
Metode Pengujian
Mutu Benih dan
Penerapan Sistem
Mutu Laboratorium
Pengujian Benih
Meningkatkan metode
pengujian mutu benih
tanaman pangan
Jumlah
laboratorium yang
menerapkan sistem
mutu
Laboratorium 7,18 8,44 9,00
8 8 8
Jumlah metode
yang
dikembangkan
Metode
9 10 0
Mengetahui unjuk
kerja suatu
laboratorium pengujian
mutu benih
Jumlah
Laboratorium
peserta uji
profisiensi
Laboratorium
30 35 35
Mengetahui mutu
benih yang beredar di
pasaran
Jumlah
pelaksanaan uji
petik mutu benih
yang beredar
Contoh Benih
90 90 90
Sub Total 7,18 8,44 9,00
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 94 | P a g e
No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target
Alokasi Anggaran Baseline
(Rp Milyar)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1.8 Pengembangan
Peramalan Serangan
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan
Tersedianya informasi
dan model peramalan
OPT sebagai rujukan
dalam pengamanan
produksi tanaman
pangan dan
hortikultura
Jumlah informasi
peramalan
serangan OPT
informasi 9,06 12,50 13,63
42 48 48
Jumlah provinsi
yang menerapkan
teknologi
pengamatan,
peramalan, dan
pengendalian OPT
Provinsi
15 24 24
Jumlah teknologi
pengamatan,
peramalan dan
pengendalian OPT
model
12 12 12
Sub Total 9,06 12,50 13,63
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 95 | P a g e
4.4. Rencana Aksi dan Titik Risiko Program dan Kegiatan
4.4.1. Rencana Aksi Program dan Kegiatan
Rencana aksi (action plan) adalah rancang bangun dan instrumen perencanaan untuk
menjabarkan secara lebih operasional Master Plan yang telah disusun.
Rencana aksi Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan merupakan
rencana detail kawasan pertanian sub sektor tanaman pangan di kabupaten/kota yang
disusun setiap tahun dan kemudian direkap untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
Rencana aksi disusun dalam bentuk maktriks rencana program yang komponen isinya
mencakup: (1) Jenis kegiatan dan volume, (2) lokasi kegiatan (kecamatan/desa), (3)
jadwal pelaksanaan, (4) satuan kerja pelaksana, (5) proyeksi kebutuhan dan sumber
pendanaan, (6) indikator output dan outcome.
Jenis kegiatan dalam matriks rencana aksi disusun menurut nomenklatur kegiatan yang
ada di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Selanjutnya jadwal pelaksanaan dapat
diartikan suatu agenda tentatif mulai dari pengajuan proposal kegiatan dan anggaran
yang akan dibahas pada forum perencanaan, hingga ke tahap implementasi kegiatan di
lapangan.
Satker pelaksana yang diharapkan berfungsi sebagai penanggung jawab pelaksanaan
kegiatan maupun yang diharapkan berperan sebagai instansi penunjang yang
mendukung pelaksanaan kegiatan, posisinya disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing. Berkenaan dengan kegiatan penunjang yang dibutuhkan yang
keberadaannya harus terjamin, maka keberadaan peran Bappeda dan Satker
pendukung lainnya harus terlibat secara dini dalam proses penyusunan rencana aksi
ini.
Yang dimaksud sebagai indikator output dalam rencana aksi adalah hasil-hasil yang
diperoleh dan dirasakan segera setelah dilaksanakannya komponen/detail kegiatan.
Sedangkan yang dimaksud dengan indikator outcome adalah hasil lanjutan yang
diperoleh setelah diberdayakannya output kegiatan.
Proses dan metode penyusunan rencana aksi di Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut:
1) Tim Teknis Kabupaten/Kota mengkoordinasikan pembentukan Tim Penyusun dan
mengusulkannya kepada Tim Pembina Kabupaten/Kota untuk disetujui dan
ditugaskan sebagai Tim Penyusun rencana aksi pengembangan kawasan
pertanian sub sektor tanaman pangan di kabupaten/kota. Komposisi Tim
Penyusun melibatkan para pemangku kepentingan yang ada di lokasi kawasan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 96 | P a g e
2) Tim Pembina Kabupaten/Kota menetapkan Tim Penyusun rencana aksi
pengembangan kawasan pertanian sub sektor tanaman pangan di
kabupaten/kota.
3) Tim Teknis Provinsi mendampingi proses penyusunan rencana aksi agar sejalan
dengan master plan yang telah disusun.
4) Proses identifikasi permasalahan dan analisis situasi wilayah dihimpun melalui
proses Focus Group Discussion (FGD) dan Parcipatory Rural Appraisal (PRA)
dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di lokasi kawasan. Metode
analisis yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana aksi adalah: (1)
Analitic Hierarchy Process (AHP) , (2) analisis pohon masalah, (3) Kerangka
Kerja Logis (KKL), (4) GAP Analisys, (5) analisis rantai nilai, (6) analisis
prospektif, dan (7) analisis networking process. Metode AHP digunakan untuk
pengambil keputusan dalam menentukan prioritas pilihan-pilihan yang
mengandung banyak kriteria.
1) Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
Rencana aksi pada kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia dilakukan
melalui pendekatan kawasan padi, yaitu 1) Kawasan Pertumbuhan, 2) Kawasan
Pengembangan, dan 3) Kawasan. Sementara, pendekatan kawasan jagung dibagi
sebagai berikut: 1) Kawasan Pertumbuhan, 2) Kawasan Pengembangan, dan 3)
Kawasan Pemantapan.
Indikator kinerja kegiatan (output) ini adalah 1) tercapainya peningkatan produktivitas
padi 0,5-1 Ku/Ha, dan 2) tercapainya peningkatan produktivitas jagung 0,3 Ku/Ha.
Pencapaian peningkatan produktivitas ini diukur dengan capaian eksisting dan rata-rata
nasional/wilayah masing-masing.
Kriteria penerima pembangunan kawasan ini difokuskan kepada petani/kelompoktani
yang memiliki produktivitas yang lebih rendah dari produktivitas kabupaten, dan/atau
produktivitas provinsi, dan/atau produktivitas nasional. Selain itu, pemilihan
pembangunan kawasan dengan memperhatikan potensi perluasan areal tanam baik
melalui peningkatan indeks pertanaman dan/atau pemanfaatan lahan-lahan pertanian
lainnya. Penerapan pola ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan, yang
berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani,
sekaligus sebagai tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan,
pembinaan manajemen kelompok, serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 97 | P a g e
2) Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Rencana aksi pada kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
juga dilakukan melalui pendekatan pembangunan kawasan kedelai meliputi 1)
Kawasan Pertumbuhan, 2) Kawasan Pengembangan, dan 3) Kawasan Pemantapan.
Indikator kinerja kegiatan (output) Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi adalah tercapainya peningkatan produktivtas kedelai 0,2 Ku/Ha.
Kriteria penerima pembangunan kawasan ini difokuskan kepada petani/kelompoktani
yang memiliki produktivitas yang lebih rendah dari produktivitas kabupaten, dan/atau
produktivitas provinsi, dan/atau produktivitas nasional. Selain itu, pemilihan
pembangunan kawasan dengan memperhatikan potensi perluasan areal tanam baik
melalui peningkatan indeks pertanaman dan/atau pemanfaatan lahan-lahan pertanian
lainnya. Penerapan pola ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan, yang
berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani,
sekaligus sebagai tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan,
pembinaan manajemen kelompok, serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.
3) Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
Rencana aksi kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
dilakukan melalui pemberian bantuan langsung benih unggul (BLBU) untuk kawasan
SLPTT dan non SLPTT, serta pemberdayaan penangkaran benih padi, jagung dan
kedelai.
Selain itu, dilakukan upaya penguatan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih dan Balai
Benih Induk
4) Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI
Rencana aksi kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT
dan DPI dilakukan melalui pelaksanaan SLPHT dan SLI, dan pemberian jumlah
bantuan sarana pengendalian OPT.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit
tanaman yang disebabkan oleh OPT dan DPI dengan hasil (outcome) yang diharapkan
adalah: 1) menguatnya sistem pengamatan dan pengendalian dini, 2) meningkatnya
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, 3) menguatnya peran dan fungsi
kelembagaan perlindungan, 4) menguatnya penerapan teknologi pengendalian OPT
dan adaptasi DPI, 5) meningkatnya gerakan pengendalian OPT dan adaptasi DPI, 6)
tersedianya sarana pengendalian OPT, dan 7) menguatnya database perlindungan
tanaman pangan dan SIM OPT.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 98 | P a g e
5) Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Rencana aksi kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan dilakukan melalui
pemberian jumlah bantuan sarana pascapanen padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi
jalar.
6) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana aksi kegiatan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dilakukan sesuai indikator, yaitu: 1) dokumen manajemen
perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan, 2) bantuan bencana
alam dalam rangka pengamaman produksi, dan 3) bantuan modal untuk LM3.
7) Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu
Laboratorium Pengujian Benih
Rencana aksi kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan
Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih dilakukan sesuai indikator adalah 1)
Jumlah laboratorium yang menerapkan sistem mutu, 2) Jumlah laboratorium peserta uji
profesiensi, dan 3) Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar.
8) Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Rencana aksi kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu
Tumbuhan disusun sesuai dengan indikator adalah: 1) jumlah informasi peramalan
serangan OPT, dan 2) jumlah teknologi pengamatan, peramalan, dan pengendalian
OPT.
Semua rencana aksi tersebut dilaksanakan secara sinergis oleh berbagai sub sektor
terkait, serta menjadi komitmen dan program bersama dengan daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota).
4.4.2. Titik Risiko Program dan Kegiatan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, penilaian risiko adalah merupakan unsur dari
pengendalian intern yang perlu dilakukan oleh pimpinan untuk memperkecil risiko
terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Titik risiko atas
keberhasilan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 99 | P a g e
Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan meliputi: a) titik
risiko pada saat perencanaan, b) titik risiko pada saat pelaksanaan rencana, serta c)
titik risiko pada saat pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.
Secara umum, titik risiko yang perlu diperhatikan adalah:
1) penetapan model stimulan pembangunan,
2) ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki,
3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja (program dan anggaran),
4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman
teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi
(CPCL) dan pola pengelolaan,
5) ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelolaan
kesatkeran,
6) ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi,
7) ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah
ditetapkan,
8) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan
pelaksanaan.
Titik risiko ini bersifat umum dan hanya berupa simpul-simpul utama. Titik risiko ini
akan dirinci pada masing-masing pengelola kegiatan sesuai dengan karakteristik yang
dimiliki.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 100 | P a g e
BAB V
MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
TAHUN 2010 - 2014
5.1. Perencanaan
Dalam manajemen pelaksanaan program dan kegiatan pada Direktorat Jenderal
tanaman Pangan, maka proses perencanaan yang dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut: (1) Identifikasi permasalahan, (2) perumusan alternatif kebijakan, (3)
pengkajian alternatif, (4) penentuan alternatif dan rencana, (5) pengendalian
pelaksanaan program dan kegiatan, dan (6) penilaian hasil pelaksanaan program dan
kegiatan.
5.2. Pengorganisasian
Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran disesuaikan dengan tugas dan fungsi
masing-masing institusi. Untuk pembangunan sub sektor tanaman pangan, Direktur
Jenderal Tanaman Pangan membantu Menteri Pertanian/Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan tugas operasionalnya dibidang tanaman pangan sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran/Barang di tingkat pusat. Untuk pelaksanaan program, kegiatan
dan anggaran di daerah, Menteri Pertanian selaku Pengguna Anggaran
mengalokasikan sebagian APBN untuk pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh Pemerintah kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
sedangkan tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta
dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Anggaran dekonsentrasi merupakan bagian dari APBN yang pengelolaan dan tanggung
jawab penggunaannya oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah melalui
pelimpahan wewenang oleh pemerintah. Besarnya jumlah anggaran ditentukan melalui
proses perencanaan dan pembahasan antara pemerintah dan DPR. Sedangkan
anggaran tugas pembantuan adalah anggaran yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan tugas pembantuan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 101 | P a g e
Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan oleh satuan kerja. Satuan
kerja yang pimpinannya ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
dikelompokkan sebagai berikut :
Satuan Kerja Pusat adalah satuan kerja yang kewenangan dan tanggung jawabnya
melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah satuan kerja di provinsi yang
melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satuan kerja di provinsi/ kabupaten/kota yang
melaksanakan tugas pembantuan.
5.2.1. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah
Tugas Pemerintah Pusat adalah memfasilitasi, menyusun pedoman, standar, kriteria
dan prosedur penyelenggaraan pembangunan sub-sektor tanaman pangan secara
nasional, serta melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan. Sedangkan tugas Pemerintah Daerah di provinsi adalah melakukan
pembinaan, pengawasan dan penyusunan petunjuk pelaksanaan (Juklak) serta
mengkoordinasi pembangunan sub sektor tanaman pangan antar kabupaten/kota di
wilayahnya. Sementara Kabupaten/Kota tugasnya adalah menyusun Petunjuk Teknis
(Juknis) dan menyelenggarakan pembangunan sub sektor tanaman pangan di wilayah
kerjanya.
Kegiatan utama penyelenggaraan pembangunan sub sektor tanaman pangan tingkat
pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan sebagai berikut:
5.2.1.1. Pemerintah Pusat
Kewenangan pemerintah pusat adalah menetapkan kebijakan, menyusun perencanaan
nasional, sebagai sumber penyediaan data dan informasi, norma, kriteria, strategi,
standar teknis, kajian serta pengembangan model, introduksi dan demonstrasi
pembangunan sub-sektor tanaman pangan. Peran pemerintah pusat juga melakukan
koordinasi lintas sektor dan lintas sub sektor di tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota, serta melakukan monotoring evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan.
5.2.1.2. Pemerintah Provinsi
Pemerintah provinsi mempunyai kewenangan menetapkan kebijakan yang
dilaksanakan, menyusun perencananan dan petunjuk pelaksanaan serta melakukan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 102 | P a g e
koordinasi lintas sektor, lintas sub sektor dan lintas wilayah tingkat provinsi serta
melakukan monitoring evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan.
5.2.1.3. Pemerintah Kabupaten/Kota
Kewenangan dari pemerintah kabupaten/kota adalah menyusun perencanaan, petunjuk
teknis pelaksanaan, menyediakan fasilitas penunjang, melakukan koordinasi dan
pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota, serta melakukan monitoring evalusi
pelaksanaan program dan kegiatan.
5.2.2. Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat, petani, kelompok tani, maupun dunia usaha pada
penyelenggaraan pembangunan sub sektor tanaman pangan sangat penting untuk
keberhasilan pembangunan pertanian umumnya dan sub sektor tanaman khususnya.
Keberhasilan ini didukung pula oleh peran serta pemerintah dalam bentuk pemberian
fasilitas, pembinaan, konsultasi, koordinasi, serta pengembangan jejaring kerja yang
baik secara terintegrasi.
5.2.3. Dukungan Instansi Terkait
Dalam melaksanakan fungsi dan kebijakan untuk pengembangan sub sektor tanaman
pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memerlukan juga dukungan dan kerja
sama dari instansi di lingkup Kementerian Pertanian maupun di luar Kementerian
Pertanian.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 103 | P a g e
Tabel 41. Dukungan Instansi Terkait Lingkup Kementerian Pertanian yang Diperlukan untuk Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan
INSTANSI JENIS DUKUNGAN
1. Direktorat Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian
- Perbaikan dan penyediaan infrastruktur
pertanian (pengelolaan jaringan irigasi
dan jalan produksi).
- Perluasan dan pengelolaan lahan
kawasan tanaman pangan.
- Pembiayaan pertanian agribisnis,
pupuk, pestisida, serta alat mesin
pertanian panen dan pascapanen.
2. Sekretaris Jenderal Kementerian
Pertanian
- Subsidi bunga modal investasi.
- Penjaminan kredit pertanian.
- Melakukan koordinasi dan penyiapan
kebijakan, rencana dan program
pembangunan pertanian.
- Koordinasi dan penyusunan anggaran
pembangunan pertanian.
- Pelaksanaan reformasi birokrasi.
- Pelaksanaan penyusunan regulasi,
bantuan hukum, informasi publik.
- Pelaksanaan koornasi hubungan
masyarakat dan antar lembaga dan
protokuler.
3. Direktorat Jenderal Perkebunan Penyediaan lahan pertanian di areal
perkebunan untuk dimanfaatkan bagi
pertanaman tanaman pangan, baik
sebagai tanaman sela atau
memanfaatkan areal kebun yang kosong.
4. Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan
Penyediaan ternak pada areal tanaman
pangan, sehingga limbah dari komoditi
tanaman pangan bisa dimanfaatkan untuk
pakan ternak.
5. Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian
- Penetapan mutu dan standarisasi
produk tanaman pangan.
- Pengolahan hasil produksi, upaya
pengembangan usaha agribisnis di
lokasi tanaman pangan.
- Pemasaran hasil pertanian, yaitu
dengan menyediakan informasi pasar
atau penyediaan terminal agribisis.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian
- Penguatan kelembagaan perbenihan
komoditas tanaman pangan.
- Penyediaan varietas unggul bermutu.
- Pengembangan teknologi tepat guna di
bidang budidaya, perbenihan,
pengolahan hasil tanaman pangan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 104 | P a g e
INSTANSI JENIS DUKUNGAN
- Pengembangan teknologi pengamatan
dan pengendalian OPT dan DPI.
7. Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian
Memberikan penyuluhan dan
pengembangan sumber daya manusia
melalui pelatihan, magang kepada
pemandu lapang, kontak tani atau petani
komoditas tanaman pangan.
8. Badan Ketahanan Pangan - Pengembangan ketersediaan pangan.
- Penanggulangan kerawanan pangan,
distribusi pangan dan cadangan
pangan nasional.
- Pemantapan pola konsumsi dan
penganekaragaman pangan.
- Pengawasan keamanan pangan.
9. Badan Karantina Pertanian - Kebijakan perkarantinaan terutama
untuk produk atau benih tanaman
pangan impor.
- Melakukan pengawasan keamanan
pangan.
10. Pusat Kerjasama Luar Negeri - Pelaksanaan kerja sama bilateral,
regional, multi lateral di bidang sub-
sektor tanaman pangan.
- Pelaksanakan urusan atase pertanian.
11. Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian
Penyediaan sistem informasi pertanian,
dan penyediaan data informasi pertanian
serta data dukung lainnya yang
diperlukan
12. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian
Pelaksanaan analisis sosial ekonomi dan
kebijakan pertanian, khususnya untuk
komoditas tanaman pangan.
13. Inspektorat Jenderal Pembinaan dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan pembangunan sub-
sektor tanaman pangan.
Selain dukungan yang berasal dari instansi lingkup Kementerian Pertanian, sub sektor
tanaman pangan juga memerlukan dukungan dari luar Kementerian Pertanian.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 105 | P a g e
Tabel 42. Dukungan Instansi di Luar Kementerian Pertanian Yang Diperlukan Untuk Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan
INSTANSI JENIS DUKUNGAN
1. Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dan Kementerian
Keuangan
Merumuskan kebijakan makro yang berpihak
pada sub sektor tanaman pangan khususnya,
seperti subsidi benih, bunga kredit, penjaminan,
perpajakan, investasi serta kebijakan lain yang
berpihak kepada petani.
2. Kementerian Dalam Negeri Mengkoordinasikan program yang didanai dari
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
dengan program yang didanai APBN.
3. Kementerian Pekerjaan Umum Pengawasan penetapan Rencana Tata
Ruang dan Wilayah dan tata guna lahan
pertanian.
Pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur
jaringan jalan, waduk, embung, jaringan
irigasi primer dan sekunder serta infrastruktur
sumberdaya air.
4. Kementerian Perdagangan Kebijakan penetapan aturan non tariff
komoditas pertanian impor.
Pengawasan terhadap penerapan izin
distribusi dan peredaran/ penggunaan pupuk
an-organik, pestisida dan alat mesin
pertanian.
Menjamin efisiensi distribusi pangan dan
sarana produksi.
Penataan kerjasama pemasaran
internasional di Negara tujuan ekspor.
Mengantisipasi gejolak harga pangan
menjelang panen raya, musim kemarau dan
hari-hari besar.
Pengawasan terhadap perdagangan illegal.
Penyebaran informasi perkembangan harga
harian komoditas sub-sektor tanaman
pangan di tingkat usaha tani dan pusat-pusat
pemasaran serta pengawasan distribusi
pupuk dan pestisida.
5. Kementerian Perindustrian Kebijakan pengembangan kompetensi inti
industri nasional dan daerah yang
memproduksi sarana produksi pascapanen.
Pengaturan dan pengendalian izin usaha
sarana produksi pascapanen.
6. Kementerian Perhubungan Meningkatkan kapasitas dan kualitas
pelayanan sarana perhubungan untuk
kelancaran arus transportasi perdagangan
sarana produksi dan komoditas sub-sektor
tanaman pangan dari dan ke sentra produksi.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 106 | P a g e
INSTANSI JENIS DUKUNGAN
Pengaturan rasionalisasi tarif angkutan
komoditas pertanian khususnya sub-sektor
tanaman pangan di tingkat lokal, antar pulau
maupun internasional.
7. Kementerian Kehutanan Kebijakan konservasi hutan lindung dan
daerah aliran sungai untuk menjamin
ketersedian air serta menekan degradasi
lahan dan air pertanian.
Peningkatan produksi komoditas sub-sektor
tanaman pangan di hutan produksi.
Menetapkan lahan yang siap untuk
dikonversi menjadi lahan pertanian serta
pemberian kemudahan pelepasan kawasan
budidaya yang diperuntukan untuk perluasan
areal pertanian.
8. Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kebijakan peningkatan keterampilan
transmigran dan calon transmigran di bidang
pertanian.
Peningkatan kompotensi tenaga kerja yang
berpotensi di bidang pertanian, seperti
tenaga penyuluh, pengamat hama, mantri
tani, pengawas benih, penangkar benih.
9. Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral
Kebijakan pengembangan energi alternatif
berbasis komoditas pertanian dan limbah
komoditas pertanian serta energi terbarukan
(mikro hidro, surya, angin dan panas bumi).
10. Kementerian Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah
Kebijakan penataan, pengembangan
kelembagaan usaha tani menjadi
kelembagaan koperasi yang berbasis pada
usaha pengolahan, pemasaran, dan
perdagangan.
Fasilitasi dan peningkatan aksesibilitas
pembiayaan yang dibutuhkan usaha kecil dan
menengah yang berbasis usaha produksi dan
pengolahan hasil pertanian.
11. Kementerian Luar Negeri Kebijakan untuk mengoptimalkan peran KBRI
sebagai ujung tombak market intelligence
pemasaran produk pertanian di pasar
internasional serta promosi, diplomasi dan
kerja sama perdagangan produk pertanian
dengan negara tujuan ekspor.
12. Kementerian Agama Kebijakan untuk memasyarakatkan program
percontohan pembangunan pertanian melalui
pengabdian masyarakat oleh pemuka agama.
13. Kementerian Negara Pembangunan
Daerah Tertinggal
Mengkoordinasikan dan menyediakan informasi
terkait kebijakan, program dan kegiatan yang
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 107 | P a g e
INSTANSI JENIS DUKUNGAN
dilaksanakan sektor di wilayah daerah
tertinggal.
14. Kementerian Negara Riset dan
Teknologi
Mengkoordinasikan teknologi untuk
mempertajam prioritas penelitian, memperkuat
kapasitas kelembagaan, menciptakan iklim
inovasi, dan membentuk sumberdaya manusia
yang handal dan pengembangan pertanian.
15. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI)
Kebijakan untuk pembinaan peningkatan
kapasitas lembaga das umber daya peneliti
untuk menghasilkan penelitian rintisan
maupun terapan yang mendorong daya
saing komoditas dan daerah;
Melindungi dan memasyarakatkan hasil
penelitian unggulan tepat guna yang
dibutuhkan masyarakat dan petani; dan
Kebijakan untuk mengembangkan kerja
sama dan pemanfaatan hasil penelitian
dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi
maupun industri.
16. Badan Koordinasi Penanaman
Modal
Kebijakan untuk penyediaan informasi
investasi komoditas dan daerah sentra dan
pengembangan sub sektor tanaman pangan.
Kebijakan pemberian insentif investasi bagi
penanaman modal langsung industri primer
dan olahan produk pertanian.
17. Badan Pertanahan Nasional Kebijakan untuk mencegah dan menekan
laju konversi lahan pertanian ke non
pertanian.
Penetapan status penguasaan lahan
pertanian.
Perwujudan dan perlindungan lahan
pertanian yang berkelanjutan diantaranya
melalui penataan administrasi pertanahan
untuk mempermudah sertifikasi lahan bagi
petani.
18. Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG)
Kebijakan untuk menata jaringan dan melayani
penyediaan informasi prakiraan perubahan dan
anomali iklim serta bencana alam yang
berpotensi mengancam produksi dan
keselamatan masyarakat petani.
19. Perum BULOG Kebijakan penyerapan hasil panen petani
(terutama gabah di saat panen raya) secara
maksimal.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 108 | P a g e
INSTANSI JENIS DUKUNGAN
Menyiapkan cadangan pangan yang cukup;
Stabilisasi harga pangan pada tingkatan
harga yang wajar bagi petani produsen dan
masyarakat konsumen.
Memberdayakan usaha kelompok tani yang
mampu bekerja sama langsung dalam
pemasaran produk pertanian yang
dihasilkannya.
20. Perguruan Tinggi Mengembangkan jurusan dan strata
pendidikan yang menyiapkan mahasiswa
untuk menjadi pelopor pembangunan
pertanian perdesaan.
Meningkatkan penelitian untuk
pengembangan pertanian dan
mendiseminasikan hasil penelitian.
Meningkatkan pembinaan dan
pendampingan daerah melalui pengabdian
masyarakat serta meningkatkan peran
Perguruan Tinggi dalam penelitian,
pengembangan dan penerapan teknologi
pertanian.
5.3. Monitoring, Evaluasi, Pengawasan, dan Pengendalian
Pemerintah mempunyai kewenangan menyusun standar dan prosedur monitoring,
evaluasi, pengawasan, dan pengendalian dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi
fasilitasi pembangunan. Monitoring dan evaluasi serta pelaporan wajib dilakukan oleh
pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Monitoring ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang telah
dicapai dari setiap kegiatan. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan
berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan. Monitoring bisa dilakukan sebelum
kegiatan di mulai (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going), dan setelah dilakukan
kegiatan (ex-post). Ketaatan, kelengkapan, dan kelancaran pelaporan akan dijadikan
pertimbangan pengalokasian anggaran pada tahun berikutnya.
Evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan dengan pendekatan
indikator kinerja menggunakan alat ukur kerangka kerja logis (masukan, keluaran, hasil,
manfaat dan dampak). Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan apakah kinerja
organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 109 | P a g e
Pada sistem penganggaran berbasis kinerja, kegiatan pengawasan fungsional
pembangunan tanaman pangan masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian. Sedangkan pengawasan melekat dilakukan Pejabat di lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengawasan ini dapat dilakukan setiap saat
selama proses manajemen berlangsung.
Pengawasan fungsional terhadap program, kegiatan dan anggaran pembangunan
tanaman pangan juga dilakukan secara eksternal oleh aparatur pengawasan seperti
BPK, BPKP dan Bawasda. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan reguler
yaitu pemeriksaan setempat yang dilaksanakan secara reguler terhadap obyek
pemeriksaan lingkup tanaman pangan berdasarkan program kerja pengawasan
tahunan. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan
penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan anggaran kinerja.
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa pengguna Anggaran (KPA). Proses
pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 110 | P a g e
BAB VI
PENUTUP
Sebagai bagian dari perencanaan pembangunan pertanian, tujuan dan sasaran
pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan tahun 2010-2014 akan
diwujudkan melalui pencapaian target utama yaitu pencapaian swasembada kedelai
tahun 2014 dan swasembada berkelanjutan untuk komoditas padi dan jagung. Target
yang menjadi acuan bagi pemerintah pusat, daerah di provinsi/kabupaten/kota serta
semua stakeholder untuk menetapkan sasaran produksi dan produktivitas komoditas
tanaman pangan sesuai dengan potensi dan kondisi di lapangan.
Keberhasilan pencapaian target, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ini tentu saja
sangat tergantung pada kerjasama semua pelaku pembangunan pertanian, baik di
tingkat pusat maupun daerah.
Revisi terhadap rencana strategis (renstra) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ini
dilakukan sebagai tindak lanjut atas perubahan yang terjadi di ingkungan strategis.
Pemantapan perencanaan kinerja dilakukan mulai dari perencanaan kinerja.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ini merupakan acuan semua
pihak terkait dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan tanaman
pangan untuk terwujudnya ketahanan pangan nasional, meningkatnya kesejahteraan
petani dan juga masyarakat.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 111 | P a g e
LAMPIRAN
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 112 | P a g e
Lampiran 1. PROGRAM DAN KEGIATAN
Kementerian/Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan VISI : Terwujudnya produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan. MISI :
1. Mewujudkan birokrasi Tanaman Pangan yang profesional dan berintegritas;
2. Meningkatkan perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, dan berkelanjutan;
3. Mengembangkan sistem penyediaan benih yang efisien dan berkelanjutan;
4. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan; 5. Meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan, dan 6. Mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait serta
masyarakat dalam pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan.
TUPOKSI ESELON I
SASARAN STRATEGIS KEMENTAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEMENTAN
INDIKATOR KINERJA
UTAMA PROGRAM PROGRAM
(1) (2) (3) (4) (5)
Tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang tanaman pangan Fungsi : 1. Perumusan
kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman tangan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan,
dan pascapanen tanaman pangan;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
1. Tercapainya swasembada dan swasembada berkelanjutan
2. Meningkatnya diversifikasi pangan
3. Meningkatnya nilai tambah, daya saing, dan ekspor
4. Meningkatnya kesejahteraan petani
1.1. Swasembada kedelai, gula dan daging sapi
1.2. Swasembada padi dan jagung
2.1 Persentase
penurunan konsumsi beras pertahun
2.2 Persentase peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, buah-buahan dan sayuran
2.3 Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
3.1. Jumlah
sertifikasi produk
pertanian organik, kakao fermentasi, dan bahan olahan karet (pemberlakuan sertifikasi wajib)
3.2. Persentase peningkatan produk olahan yang diekspor
3.3. Persentase peningkatan substitusi tepung gandum/terigu
3.4. Persentase peningkatan
Sasaran 1. Mewujudkan
pencapaian produksi secara berkelanjutan dalam rangka penyediaan kebutuhan nasional.
2. Mengamankan kehilangan (susut) hasil produksi.
3. Mengamankan potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI,
Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah Produksi Padi,
Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar.
2. Susut hasil produksi Padi, Jagung dan Kedelai.
3. Luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT dan terkena DPI.
Peningkatan Produksi, Produktivitas, Dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada Dan Swasembada Berkelanjutan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 113 | P a g e
TUPOKSI ESELON I
SASARAN STRATEGIS KEMENTAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEMENTAN
INDIKATOR KINERJA
UTAMA PROGRAM PROGRAM
(1) (2) (3) (4) (5)
bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan; dan
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
surplus neraca perdagangan
4.1. Pendapatan per kapita petani
4.2. Nilai Tukar Petani (NTP)
4.3. Pertumbuhan PDB sektor pertanian
4.4. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian
4.5. Investasi sektor pertanian .
NTP
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 114 | P a g e
UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA
TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEGIATAN KEGIATAN
(1) (2) (3)
Tugas : Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya serealia Fungsi : 1. Penyiapan perumusan
kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain; dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Serealia.
Sasaran Mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan/atau Dem Area Indikator Kinerja Utama Produktivitas 1. Luas SLPTT Padi meningkat
produktivitas 0,5-1 ku/ha 2. Luas SLPTT Jagung meningkat
produktivitas 0,30 ku/ha
Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 115 | P a g e
UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT BUDIDAYA ANEKA KACANG DAN UMBI
TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEGIATAN KEGIATAN
(1) (2) (3)
Tugas : Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya aneka kacang dan umbi. Fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di
bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan aneka umbi;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan aneka umbi;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan aneka umbi;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan aneka umbi; dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi.
Sasaran Mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan/atau Dem Area Indikator Kinerja Utama Produktivitas 1. Luas SLPTT Kedelai meningkat
produktivitas 0,50 – 1,00 ku/ha 2. Pengembangan Kedelai,
Kacang Tanah, Ubi Kayu dan Ubi Jalar
Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 116 | P a g e
UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN
TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEGIATAN KEGIATAN
(1) (2) (3)
Tugas: Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan tanaman pangan Fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di
bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih;
2.Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan
Sasaran 1. Terselenggaranya penyediaan
benih varietas unggul bersertifikat di tingkat petani
2. Meningkatkan peranan kelembagaan benih dalam rangka penyediaan benih unggul bersertifikat
3. Tersedianya benih sumber kelas BP dan BD
4. Terselenggaranya optimalisasi pengawasan mutu benih
Indikator Kinerja Utama 1. Bantuan Langsung Benih
Unggul (BLBU) Padi, Jagung dan Kedelai untuk kawasan SLPTT dan non SLPTT
2. Pemberdayaan penangkaran benih
3. Perbanyakan benih sumber 4. Optimalisasi balai benih 5. Pengawasan dan sertifikasi
benih
Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 117 | P a g e
UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN
TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEGIATAN KEGIATAN
(1) (2) (3)
Tugas : Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman pangan Fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di
bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapenen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
Sasaran Mengamankan potensi kehilangan hasil produksi pada saat proses panen dan pascapanen Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah bantuan sarana
pascapanen :
Padi
Jagung
Kedelai
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 118 | P a g e
UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEGIATAN KEGIATAN
(1) (2) (3)
Tugas: Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman pangan Fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di
bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme penggangu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme penggangu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organism pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu.
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme penggangu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
Sasaran Mengendalikan luas serangan OPT dan terkena DPI Indikator Kinerja Utama 1. SLPHT 2. SLI 3. Jumlah bantuan sarana
pengendali OPT
Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Dari Gangguan OPT Dan DPI
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 119 | P a g e
UNIT ESELON 2 : BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEGIATAN KEGIATAN
(1) (2) (3)
Tugas : Melaksanakan pengembangan pengujian mutu benih dan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura Fungsi : 1. Penyusunan program dan evaluasi
pengembangan pengujian mutu benih dan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih
2. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metoda pengujian laboratorium, sertifikasi dan pengawasan peredaran benih tanaman pangan dan hortikultura
3. Pelaksanaan uji banding (uji profisiensi, unjuk kerja metode, uji arbitrase dan uji acuan) antar laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura
4. Pelaksanaan uji petik mutu benih tanaman pangan dan hortikultura yang beredar
5. Pelaksanaan sertifikasi benih untuk tujuan ekspor (orange, green, and blue certificate)
6. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura
7. Pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan pemberian hak penandaan SNI pada pelaku usaha perbenihan tanaman pangan dan hortikultura
8. Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil pengembangan pengujian mutu benih dan pelaksanaan kerjasama laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura
9. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar
Sasaran 1. Meningkatkan metode
pengujian mutu benih tanaman pangan
2. Mengetahui unjuk kerja suatu laboratorium pengujian mutu benih
3. Mengetahui mutu benih yang beredar di pasaran
Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah laboratorium yang
menerapkan sistem mutu 2. Jumlah metode yang
dikembangkan 3. Jumlah laboratorium peserta uji
profisiensi 4. Jumlah pelaksanaan uji petik
mutu benih yang beredar.
Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih Dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 120 | P a g e
UNIT ESELON 2: BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEGIATAN KEGIATAN
(1) (2) (3)
Tugas: Melaksanakan dan mengembangkan peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura Fungsi : 1. Penyusunan Program dan Rencana
Kerja/ Teknis/ Program 2. Pelaksanaan analisis data dan
informasi serangan OPT dan faktor penentu perkembangan OPT
3. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu
4. Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT
5. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT
6. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit
7. Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura
8. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BB-POPT
Sasaran Tersedianya informasi dan model peramalan OPT sebagai rujukan dalam pengamanan produksi tanaman pangan dan ortikultura Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah informasi peramalan
serangan OPT 2. Jumlah teknologi pengamatan,
peramalan dan pengendalian OPT
3. Jumlah provinsi yang menerapkan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT
Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 121 | P a g e
UNIT ESELON 2 : SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA KEGIATAN
KEGIATAN
(1) (2) (3)
Tugas : Memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Fungsi : 1. Koordinasi, dan penyusunan rencana dan
program, anggaran, dan kerja sama di bidang tanaman pangan;
2. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
3. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik;
4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang tanaman pangan; dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Sasaran 1. Meningkatkan
kinerja perencanaan, keuangan, umum, serta evaluasi dan pelaporan
2. Mengamankan potensi kehilangan hasil produksi akibat bencana alam
3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanaman pangan
Indikator Kinerja Utama 1. Dokumen
manajemen perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan (rancangan, pedoman dan laporan)
2. Bantuan bencana alam dalam rangka pengamanan produksi
3. Bantuan modal untuk LM3
Dukungan Manajemen Dan Teknis Lainnya Pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 122 | P a g e
Lampiran 2. REKAPITULASI PROGRAM DAN KEGIATAN
Kementerian/Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tugas Pokok : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi
teknis di bidang tanaman pangan Fungsi :
1. Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen tanaman pangan;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen tanaman pangan; dan
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
PROGRAM INDIKATOR
KINERJA UTAMA PROGRAM
INDIKATOR KINERJA UTAMA KEGIATAN
KEGIATAN UNIT ESELON 2
(1) (2) (3) (4) (5)
Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan
Sasaran 1. Mewujudkan
pencapaian produksi secara berkelanjutan dalam rangka penyediaan kebutuhan nasional.
2. Mengamankan kehilangan (susut) hasil produksi.
3. Mengamankan potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI,
Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah Produksi
Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar.
2. Susut hasil produksi Padi, Jagung dan Kedelai.
3. Luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT dan terkena DPI.
Sasaran 1. Meningkatkan kinerja
perencanaan, keuangan, umum, serta evaluasi dan pelaporan
2. Mengamankan potensi kehilangan hasil produksi akibat bencana alam
3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanaman pangan
Indikator Kinerja Utama 1. Dokumen manajemen
perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan
2. Bantuan bencana alam dalam rangka pengamanan produksi
3. Bantuan modal untuk LM3
Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Sasaran
Mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan Dem Area Indikator Kinerja Utama
Produktivitas 1. Luas SLPTT Padi
meningkat produktivitas 0,5-1 ku/ha
2. Luas SLPTT Jagung
Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
Direktorat Budidaya Serealia
Formulir 2
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 123 | P a g e
PROGRAM INDIKATOR
KINERJA UTAMA PROGRAM
INDIKATOR KINERJA UTAMA KEGIATAN
KEGIATAN UNIT ESELON 2
(1) (2) (3) (4) (5)
meningkat produktivitas 0,30 ku/ha
Sasaran
Mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan Dem Area Indikator Kinerja Utama
Produktivitas 1. Luas SLPTT Kedelai
meningkat produktivitas 0,20 ku/ha
2. Pengembangan Kedelai, Kacang Tanah, Ubi Kayu dan Ubi Jalar
Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi
Sasaran
1. Meningkatkan peranan kelembagaan benih dalam rangka penyediaan benih unggul bersertifikat
2. Tersedianya benih sumber kelas BP dan BD
3. Terselenggaranya optimalisasi pengawasan mutu benih
Indikator Kinerja Utama
1. Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi, Jagung dan Kedelai untuk kawasan SLPTT dan non SLPTT
2. Pemberdayaan penangkaran benih
3. Perbanyakan benih sumber
4. Optimalisasi balai benih
5. Pengawasan dan sertifikasi benih
Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan
Sasaran
Mengamankan potensi kehilangan hasil produksi pada saat pascapanen Indikator Kinerja Utama
1. Jumlah bantuan sarana pascapanen
Penanganan pascapanen tanaman pangan
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 124 | P a g e
PROGRAM INDIKATOR
KINERJA UTAMA PROGRAM
INDIKATOR KINERJA UTAMA KEGIATAN
KEGIATAN UNIT ESELON 2
(1) (2) (3) (4) (5)
Sasaran
Mengendalikan luas serangan OPT dan terkena DPI
Indikator Kinerja Utama
1. SLPHT dan SLI 2. Jumlah bantuan sarana
pengendalian
Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Sasaran
1. Meningkatkan metode pengujian mutu benih tanaman pangan
2. Mengetahui unjuk kerja suatu laboratorium pengujian mutu benih
3. Mengetahui mutu benih yang beredar di pasaran
Indikator Kinerja Utama
1. Jumlah laboratorium yang menerapkan sistem mutu
2. Jumlah metode yang dikembangkan
3. Jumlah laboratorium peserta uji profisiensi
4. Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar.
Pengembangan Metoda Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Sasaran
1. Meningkatkan kinerja pengamatan serangan OPT
2. Meningkatkan kinerja teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT.
3. Tersedianya informasi dan model peramalan OPT sebagai rujukan dalam pengamanan produksi TPH
Indikator Kinerja Utama
1. Jumlah informasi peramalan serangan OPT
2. Jumlah teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT
3. Jumlah provinsi yang menerapkan peramalan OPT
Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 125 | P a g e
Lampiran 3. PEMETAAN KEGIATAN PRIORITAS 2009 DAN KEGIATAN LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010-2014
Kementerian/Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Eselon 1 : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Nama Program : Peningkatan Produksi, Produktivitas, Dan Mutu
Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada Dan Swasembada Berkelanjutan
Kode
KEGIATAN PRIORITAS EKSISTING
(TAHUN 2009)
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN PRIORITAS
EKSISTING
(TAHUN 2009)
KEGIATAN
TAHUN 2010-2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEGIATAN TAHUN 2010-2014
(1) (2) (3) (4)
1591 1562
1574 1579
Penyusunan Kebijakan Program, Monev dan Database Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan dan penghargaan kepada petani/pelaku
agribisnis. Penguatan usaha agribisnis pertanian (PUAP) dan penguatan kelembagaan ekonomi perdesaan melalui LM3. Penerapan dan pemantapan prinsip Good Governance, Penyelesaian Daerah Konflik, Bencana Alam, Daerah Tertinggal dan Perbatasan, Pendampingan PHLN, Pelaksanaan Inpres Terkait, dan Pengarusutamaan Gender
Terlaksananya kegiatan pembangunan tanaman pangan mulai ari proses perencanaan, pelaksanaan, koordinasi dan pengawalan, monev dan pelaporan secara bersih, efektif dan efisien di pusat dan 33 propinsi; penyusunan program di 54 satker, monitoring kegiatan di 54 satker. Terselenggaranya penilaian dan pemberian penghargaan dalam bidang tanaman pangan (kelompoktani, penangkar benih, POPT,
PBT, Mantri Tani, UPJA teladan). Tersalurkannya bantuan permodalan agribisnis di 216 Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). Terlaksananya kegiatan pembangunan tanaman pangan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, koordinasi dan pengawalan, monev dan pelaporan secara bersih, efektif dan efisien di pusat dan 33 propinsi; pemberian insentif PBT 650 orang (sisanya difasilitasi oleh Ditjen Hortikultura).
Dukungan manajemen dan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Indikator Kinerja Utama 1. Dokumen manajemen
perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan
2. Bantuan bencana alam dalam rangka pengamanan produksi
3. Bantuan modal untuk LM3
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 126 | P a g e
1570 1575
Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian, serta pengembangan kawasan Magang Sekolah lapang dan pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis
(1) Terlaksananya pengawalan peningkatan produksi dan produktivitas komoditas serealia di 33 propinsi; (2) Pengem-bangan tanaman pangan (padi, jagung) dan tanaman unggulan lokal (sorghum, gandum.
Terselenggaranya SLPTT padi non hibrida 40.000 kelompok, SLPTT padi hibrida 5.000 kelompok, SLPTT jagung hibrida 6.000 kelompok.
Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia
Indikator Kinerja Utama Produktivitas 1. Luas SLPTT Padi
meningkat produktivitas 0,5-1 ku/ha
2. Luas SLPTT Jagung meningkat produktivitas 0,30 ku/ha
1570 1575
Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian serta pengembangan kawasan Magang Sekolah lapang dan pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis
(1) Terlaksananya pengawalan peningkatan produksi dan produktivitas komoditas kacang-kacangan dan umbi-umbian di 33 propinsi; (2) Pengembangan kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu ubi jalar di 100 kabupaten; (3) Pengembangan tanaman pangan unggulan lokal (talas, ganyong, gembili dsbnya). Terselenggaranya 10.000 SL-PTT kedelai
Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Indikator Kinerja Utama Produktivitas 1. Luas SLPTT Kedelai
meningkat produktivitas 0,20 ku/ha
2. Pengembangan Kedelai, Kacang Tanah, Ubi Kayu dan Ubi Jalar
1566 1575
Bantuan benih/bibit, sarana produksi pertanian, dan mekanisme subsidi Pupuk Magang Sekolah lapang dan pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis
Tersalurkannya bantuan benih padi non hibrida 25.000 ton (1 juta ha), padi hibrida 750 ton (50 ribu ha), jagung hibrida 1.125 ton (75 ribu ha), dan kedelai 4.000 ton (100 ribu ha); koordinasi dan pengawalan di 32 propinsi. Pelatihan penangkar benih 25 unit
Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
Indikator Kinerja Utama 1. Bantuan Langsung
Benih Unggul (BLBU) Padi, Jagung dan Kedelai untuk kawasan SLPTT dan non SLPTT
2. Pemberdayaan penangkaran benih
3. Perbanyakan benih sumber
4. Optimalisasi Balai Benih
5. Pengawasan dan sertifikasi benih
1553
Integrasi tanam Ternak kompos dan Biogas
„(1) Tersalurnya bantuan untuk pembuatan pupuk di 300 kelompoktani; (2) 150 unit rumah kompos; (3) Terselenggaranya koordinasi dan pengawalan dalam pengembangan pupuk organik di 33 propinsi.
Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah bantuan
sarana pascapanen
Padi
Jagung
Kedelai
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 127 | P a g e
1575
Mekanisasi Pertanian Pra dan Pasca panen
Tersalurnya bantuan pembelian TR-2 sebanyak 2.600 unit dan alat bengkel sebanyak 250 unit; terselenggaranya koordinasi dan pengawalan di 32 propinsi.
1564 1575
Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT), Penyakit Hewan, Karantina dan Peningkatan Keamanan Pangan Magang Sekolah Lapang dan Pelatihan, Pendidikan Pertanian dan Kewirausahaan Agribisnis
Operasional BBOPT-Jatisari; operasional BPMPT; operasional 29 BPTPH provinsi dan lingkup kerja meliputi 429 kabupaten; penanggulangan OPT dan DPI (Brigade Proteksi) di 33 provinsi; pembinaan pengembangan perlindungan tanaman. Terselenggaranya SPHT 500 unit, SL Iklim 100 unit.
Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI.
Indikator Kinerja Utama 1. SLPHT dan SLI 2. Jumlah bantuan
sarana pengendalian
1566 Bantuan benih/bibit, sarana produksi pertanian, dan mekanisme subsidi Pupuk
Tersalurkannya bantuan benih padi non hibrida 25.000 ton (1 juta ha), padi hibrida 750 ton (50 ribu ha), jagung hibrida 1.125 ton (75 ribu ha), dan kedelai 4.000 ton (100 ribu ha); koordinasi dan pengawalan di 32 propinsi.
Pengembangan metoda pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih
Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah laboratorium
yang menerapkan sistem mutu
2. Jumlah metode yang dikembangkan
3. Jumlah laboratorium peserta uji profisiensi
4. Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar.
1564 Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), Penyakit Hewan, Karantina dan Peningkatan Keamanan Pangan
Operasional BBOPT-Jatisari; operasional 29 BPTPH propinsi dan lingkup kerja meliputi 429 kabupaten; penanggulangan OPT dan DFI (Brigade Proteksi) di 33 propinsi; pembinaan pengembangan perlindungan tanaman.
Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah informasi
peramalan serangan OPT
2. Jumlah teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT
3. Jumlah provinsi yang menerapkan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 128 | P a g e
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 129 | P a g e
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 130 | P a g e
Lampiran 4. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2010
1. ACEH 348.463 331.870 48,75 1.617.900
2. SUMUT 742.151 706.810 50,61 3.577.134
3. SUMBAR 419.342 399.373 53,25 2.126.715
4. RIAU 153.376 146.072 41,44 605.375
5. JAMBI 147.016 140.016 48,12 673.800
6. SUMSEL 702.160 668.724 46,45 3.106.295
7. BENGKULU 129.429 123.266 41,56 512.247
8. LAMPUNG 530.673 505.403 53,37 2.697.400
9. BABEL 9.491 9.039 32,30 29.200
10. KEP RIAU 121 115 40,41 465
3.182.222 3.030.688 49,32 14.946.531
11. DKI JAKARTA 1.731 1.648 54,48 8.980
12. JABAR 1.904.629 1.813.933 62,35 11.309.487
13. JATENG 1.678.107 1.598.197 60,91 9.733.950
14. DI JOGJA 140.674 133.975 61,62 825.579
15. JATIM 1.851.120 1.762.972 64,75 11.415.000
16. BANTEN 366.304 348.861 58,05 2.025.000
5.942.565 5.659.585 62,40 35.317.996
17. BALI 140.942 134.231 62,58 840.000
18. N.T.B. 368.255 350.719 55,74 1.954.827
19. N.T.T. 186.504 177.623 34,98 621.394
695.701 662.572 51,56 3.416.221
20. KALBAR 402.339 383.180 37,70 1.444.530
21. KALTENG 205.953 196.146 33,95 665.827
22. KALSEL 483.152 460.145 45,92 2.113.048
23. KALTIM 145.233 138.317 44,82 620.000
1.236.678 1.177.789 41,12 4.843.405
24. SULUT 110.677 105.407 55,29 582.826
25. SULTENG 219.533 209.079 51,85 1.084.000
26. SULSEL 924.016 880.015 58,01 5.104.800
27. SULTRA 100.641 95.848 47,16 452.060
28. GORONTALO 48.916 46.587 57,96 270.000
29. SUL BARAT 72.293 68.851 54,55 375.563
1.476.075 1.405.786 55,98 7.869.249
30. MALUKU 19.044 18.137 45,42 82.380
31. MALUKU UT 14.621 13.925 39,30 54.723
32. PAPUA BARAT 11.629 11.075 43,61 48.300
33. PAPUA 23.565 22.443 45,09 101.195
68.859 65.580 43,70 286.598
6.659.535 6.342.415 49,45 31.362.004
12.602.100 12.002.000 55,56 66.680.000
No. ProvinsiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 131 | P a g e
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 5. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2011
1. ACEH 352.093 350.481 45,48 1.593.963
2. SUMUT 745.955 723.346 50,18 3.629.965
3. SUMBAR 475.769 460.364 51,48 2.369.728
4. RIAU 157.284 153.080 38,80 594.021
5. JAMBI 164.660 160.601 42,68 685.519
6. SUMSEL 798.918 770.580 47,45 3.656.606
7. BENGKULU 135.706 131.699 40,04 527.298
8. LAMPUNG 614.188 596.322 49,99 2.981.087
9. BABEL 12.318 12.228 26,46 32.362
10. KEP RIAU 627 608 33,24 2.021
3.457.518 3.359.309 47,84 16.072.570
11. DKI JAKARTA 2.293 2.217 56,30 12.480
12. JABAR 1.990.391 1.928.756 61,81 11.921.277
13. JATENG 1.966.287 1.903.894 58,95 11.224.293
14. DI JOGJA 151.580 148.431 58,26 864.735
15. JATIM 2.043.808 1.980.826 62,03 12.287.462
16. BANTEN 395.297 382.993 53,66 2.055.093
6.549.656 6.347.117 60,45 38.365.340
17. BALI 153.973 148.855 58,89 876.605
18. N.T.B. 420.450 408.666 51,46 2.103.176
19. N.T.T. 186.706 183.513 31,59 579.649
761.129 741.034 48,03 3.559.430
20. KALBAR 437.145 426.078 32,83 1.398.863
21. KALTENG 214.426 210.108 31,18 655.150
22. KALSEL 494.708 480.526 41,24 1.981.658
23. KALTIM 159.755 156.889 40,63 637.516
1.306.034 1.273.601 36,69 4.673.187
24. SULUT 127.592 123.942 50,27 623.070
25. SULTENG 214.141 207.298 48,68 1.009.075
26. SULSEL 948.678 912.217 52,32 4.772.450
27. SULTRA 113.352 109.880 43,69 480.024
28. GORONTALO 59.175 57.196 57,96 331.533
29. SUL BARAT 84.551 81.920 49,28 403.664
1.547.489 1.492.453 51,06 7.619.816
30. MALUKU 19.053 18.494 46,57 86.135
31. MALUKU UT 17.159 16.753 35,50 59.475
32. PAPUA BARAT 10.181 9.861 37,35 36.835
33. PAPUA 34.437 30.479 41,51 126.530
80.830 75.587 40,88 308.975
7.153.000 6.941.984 46,43 32.233.978
13.699.593 13.289.097 53,13 70.599.317
No. ProvinsiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 132 | P a g e
Lampiran 6. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2012
1. ACEH 381.291 383.099 52,08 1.995.040
2. SUMUT 782.173 770.110 52,24 4.022.675
3. SUMBAR 477.034 475.529 51,52 2.450.000
4. RIAU 155.033 149.669 40,88 611.780
5. JAMBI 169.401 165.540 42,78 708.145
6. SUMSEL 822.693 794.227 47,21 3.749.670
7. BENGKULU 132.324 132.745 39,85 529.050
8. LAMPUNG 627.399 630.691 49,83 3.142.530
9. BABEL 13.994 8.510 48,00 40.850
10. KEP RIAU 410 395 50,74 2.006
3.561.752 3.510.515 49,14 17.251.746
11. DKI JAKARTA 1.967 1.899 54,20 10.290
12. JABAR 2.039.148 1.978.594 62,17 12.300.000
13. JATENG 1.933.975 1.767.059 59,27 10.472.980
14. DI JOGJA 152.206 148.940 58,95 877.950
15. JATIM 2.068.796 1.967.216 62,58 12.310.000
16. BANTEN 412.079 407.821 52,22 2.129.765
6.608.171 6.271.528 60,75 38.100.985
17. BALI 156.028 151.629 56,66 859.080
18. N.T.B. 432.691 437.720 50,12 2.194.040
19. N.T.T. 209.708 195.452 32,47 634.705
798.426 784.801 46,99 3.687.825
20. KALBAR 457.602 443.769 33,08 1.468.145
21. KALTENG 229.281 221.348 28,88 639.255
22. KALSEL 515.078 497.256 40,98 2.037.660
23. KALTIM 164.844 159.141 39,32 625.765
1.366.805 1.321.514 36,10 4.770.824
24. SULUT 134.244 134.599 47,65 641.385
25. SULTENG 241.365 233.014 46,55 1.084.570
26. SULSEL 957.809 924.669 53,14 4.913.600
27. SULTRA 127.679 126.262 40,33 509.250
28. GORONTALO 60.272 68.186 49,24 335.760
29. SUL BARAT 89.016 85.936 47,54 408.550
1.610.386 1.572.666 50,19 7.893.115
30. MALUKU 20.091 19.396 47,59 92.310
31. MALUKU UT 18.003 17.380 38,74 67.325
32. PAPUA BARAT 10.703 10.333 45,07 46.568
33. PAPUA 29.270 30.257 38,19 115.538
78.066 77.365 41,59 321.740
7.415.434 7.266.860 46,68 33.925.249
14.026.771 13.556.865 53,13 72.026.235
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. ProvinsiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 133 | P a g e
Lampiran 7. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2013
1. ACEH 346.177 334.592 49,01 1.639.819
2. SUMUT 734.231 709.634 53,80 3.817.713
3. SUMBAR 490.272 473.875 54,46 2.580.548
4. RIAU 160.733 155.320 42,02 652.650
5. JAMBI 170.758 165.003 45,34 748.059
6. SUMSEL 838.140 810.006 51,22 4.149.056
7. BENGKULU 139.530 134.850 41,33 557.309
8. LAMPUNG 648.783 627.001 53,29 3.341.285
9. BABEL 15.446 14.929 28,08 41.921
10. KEP RIAU 1.465 1.416 35,55 5.033
3.545.535 3.426.626 51,17 17.533.393
11. DKI JAKARTA 2.644 2.555 59,11 15.104
12. JABAR 2.031.877 1.963.893 65,93 12.947.084
13. JATENG 2.093.546 2.023.486 62,06 12.557.374
14. DI JOGJA 159.802 154.452 62,52 965.694
15. JATIM 2.149.978 2.077.930 66,41 13.799.766
16. BANTEN 409.052 395.368 53,39 2.110.861
6.846.899 6.617.684 64,06 42.395.883
17. BALI 154.823 149.640 59,81 895.007
18. N.T.B. 458.595 443.258 57,15 2.533.331
19. N.T.T. 198.517 191.856 33,14 635.878
811.935 784.754 51,79 4.064.216
20. KALBAR 455.680 440.387 34,32 1.511.281
21. KALTENG 217.873 210.528 31,36 660.256
22. KALSEL 486.421 470.075 43,18 2.029.800
23. KALTIM 163.695 158.214 43,58 689.497
1.323.669 1.279.204 38,23 4.890.834
24. SULUT 137.873 133.245 51,83 690.629
25. SULTENG 214.895 207.709 52,32 1.086.729
26. SULSEL 1.012.518 978.504 55,48 5.428.964
27. SULTRA 115.097 111.247 46,12 513.023
28. GORONTALO 65.991 63.774 64,36 410.463
29. SUL BARAT 92.837 89.720 50,62 454.116
1.639.211 1.584.199 54,18 8.583.924
30. MALUKU 20.921 20.222 51,85 104.854
31. MALUKU UT 18.605 17.983 37,05 66.634
32. PAPUA BARAT 11.194 10.819 39,34 42.560
33. PAPUA 35.379 34.196 44,77 153.100
86.099 83.220 44,12 367.148
7.406.449 7.158.003 49,51 35.439.515
14.253.346 13.775.690 56,50 77.835.397
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. ProvinsiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 134 | P a g e
Lampiran 8. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2014
1. ACEH 343.210 331.720 50,34 1.669.890
2. SUMUT 725.406 701.089 55,83 3.913.960
3. SUMBAR 496.241 479.646 56,28 2.699.485
4. RIAU 161.516 156.070 43,60 680.424
5. JAMBI 172.610 166.786 46,44 774.623
6. SUMSEL 854.476 825.779 53,40 4.409.997
7. BENGKULU 140.908 136.176 42,08 572.988
8. LAMPUNG 663.760 641.456 55,09 3.533.564
9. BABEL 17.009 16.440 28,14 46.254
10. KEP RIAU 2.246 2.171 36,74 7.976
3.577.382 3.457.333 52,96 18.309.161
11. DKI JAKARTA 2.832 2.737 60,91 16.670
12. JABAR 2.045.109 1.976.670 68,29 13.498.344
13. JATENG 2.153.037 2.080.969 63,90 13.297.196
14. DI JOGJA 162.556 157.111 64,02 1.005.863
15. JATIM 2.196.453 2.122.792 68,88 14.621.596
16. BANTEN 414.699 400.825 54,07 2.167.218
6.974.686 6.741.104 66,17 44.606.887
17. BALI 154.849 149.663 60,61 907.119
18. N.T.B. 476.337 460.406 59,45 2.737.323
19. N.T.T. 202.538 195.733 33,50 655.736
833.724 805.802 53,37 4.300.178
20. KALBAR 462.800 447.260 35,03 1.566.839
21. KALTENG 218.341 210.969 32,45 684.501
22. KALSEL 480.028 463.890 44,13 2.047.342
23. KALTIM 164.100 158.603 44,73 709.353
1.325.269 1.280.722 39,10 5.008.035
24. SULUT 142.689 137.892 52,68 726.379
25. SULTENG 214.578 207.402 54,46 1.129.581
26. SULSEL 1.043.279 1.008.175 57,29 5.775.707
27. SULTRA 115.746 111.875 47,45 530.838
28. GORONTALO 69.525 67.187 68,20 458.195
29. SUL BARAT 96.975 93.714 51,45 482.165
1.682.792 1.626.245 55,97 9.102.865
30. MALUKU 21.837 21.107 54,86 115.792
31. MALUKU UT 19.223 18.580 37,70 70.040
32. PAPUA BARAT 11.703 11.312 40,52 45.831
33. PAPUA 37.404 36.153 46,57 168.378
90.167 87.152 45,90 400.041
7.509.334 7.257.254 51,15 37.120.280
14.484.018 13.998.358 58,38 81.727.167
No. ProvinsiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 135 | P a g e
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 136 | P a g e
Lampiran 9. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2010
1. ACEH 43.910 41.806 38,51 161.000
2. SUMUT 280.595 267.118 49,04 1.309.900
3. SUMBAR 75.910 72.262 60,58 437.733
4. RIAU 23.249 22.132 25,76 57.000
5. JAMBI 10.952 10.425 42,82 44.640
6. SUMSEL 30.937 29.460 39,06 115.070
7. BENGKULU 31.212 29.712 34,53 102.582
8. LAMPUNG 472.720 450.000 49,86 2.243.821
9. BABEL 463 440 45,93 2.023
10. KEP RIAU 553 527 21,08 1.110
970.500 923.881 48,44 4.474.879
11. DKI JAKARTA 18 17 20,59 35
12. JABAR 133.156 126.756 65,32 828.000
13. JATENG 696.300 662.834 47,49 3.148.012
14. DI JOGJA 77.688 73.954 44,22 327.000
15. JATIM 1.323.995 1.260.361 45,84 5.777.834
16. BANTEN 8.749 8.328 61,34 51.081
2.239.905 2.132.250 47,52 10.131.962
17. BALI 32.411 30.853 29,49 91.000
18. N.T.B. 88.241 84.000 44,05 370.000
19. N.T.T. 269.375 256.428 33,02 846.693
390.027 371.281 35,22 1.307.693
20. KALBAR 44.121 42.000 47,62 200.000
21. KALTENG 3.151 3.000 30,00 9.000
22. KALSEL 24.151 23.000 52,33 120.355
23. KALTIM 6.287 5.998 23,48 14.081
77.710 73.998 46,41 343.436
24. SULUT 152.321 145.000 45,52 660.000
25. SULTENG 42.020 40.000 41,84 167.360
26. SULSEL 315.147 300.000 54,71 1.641.217
27. SULTRA 27.511 26.189 27,80 72.805
28. GORONTALO 162.826 155.000 57,42 890.000
29. SUL BARAT 9.866 9.392 66,55 62.500
709.690 675.581 51,72 3.493.882
30. MALUKU 7.111 6.769 22,16 15.000
31. MALUKU UT 11.914 11.341 21,08 23.911
32. PAPUA BARAT 4.346 4.137 19,04 7.875
33. PAPUA 798 762 17,88 1.362
24.169 23.009 20,93 48.148
2.172.095 2.067.750 46,76 9.668.038
4.412.000 4.200.000 47,14 19.800.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. ProvinsiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 137 | P a g e
Lampiran 10. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2011
1. ACEH 53.010 47.866 37,00 177.100
2. SUMUT 266.736 253.399 59,23 1.500.761
3. SUMBAR 76.740 72.903 59,08 430.712
4. RIAU 30.390 30.228 28,24 85.358
5. JAMBI 12.932 12.315 39,87 49.104
6. SUMSEL 34.956 34.255 36,00 123.318
7. BENGKULU 37.951 32.936 34,28 112.904
8. LAMPUNG 490.597 466.067 52,88 2.464.510
9. BABEL 1.089 1.037 31,24 3.240
10. KEP RIAU 707 543 31,12 1.690
1.005.108 951.549 52,01 4.948.697
11. DKI JAKARTA 30 28 32,14 90
12. JABAR 185.206 148.135 61,48 910.800
13. JATENG 738.293 711.862 49,75 3.541.541
14. DI JOGJA 79.009 70.840 40,68 288.177
15. JATIM 1.345.795 1.291.963 50,09 6.471.174
16. BANTEN 17.431 16.560 33,93 56.189
2.365.764 2.239.388 50,32 11.267.971
17. BALI 30.907 29.362 31,78 93.316
18. N.T.B. 97.120 92.264 40,10 370.000
19. N.T.T. 350.296 328.808 30,41 1.000.000
478.323 450.434 32,49 1.463.316
20. KALBAR 53.438 52.378 42,00 220.000
21. KALTENG 3.562 3.206 30,88 9.900
22. KALSEL 27.725 26.364 50,00 131.820
23. KALTIM 6.601 5.344 23,91 12.778
91.326 87.292 42,90 374.498
24. SULUT 173.617 158.906 38,00 603.842
25. SULTENG 52.519 49.893 39,58 197.488
26. SULSEL 372.309 357.417 51,62 1.844.920
27. SULTRA 44.704 42.469 35,98 152.794
28. GORONTALO 191.834 185.346 52,82 979.000
29. SUL BARAT 27.344 25.977 43,56 113.155
862.327 820.008 47,45 3.891.199
30. MALUKU 9.089 8.635 24,43 21.091
31. MALUKU UT 11.136 11.100 22,00 24.420
32. PAPUA BARAT 4.568 4.340 17,60 7.638
33. PAPUA 740 705 16,60 1.170
25.533 24.780 21,92 54.319
2.462.617 2.334.062 45,98 10.732.029
4.828.381 4.573.450 48,10 22.000.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 138 | P a g e
Lampiran 11. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2012
1. ACEH 53.491 51.088 37,82 193.200
2. SUMUT 269.363 257.260 63,64 1.637.194
3. SUMBAR 77.467 73.986 63,51 469.868
4. RIAU 30.657 29.280 31,80 93.118
5. JAMBI 13.072 12.484 42,91 53.568
6. SUMSEL 35.235 33.652 39,98 134.529
7. BENGKULU 38.270 36.551 33,70 123.168
8. LAMPUNG 494.268 472.060 56,95 2.688.556
9. BABEL 1.099 1.049 33,69 3.535
10. KEP RIAU 711 679 27,13 1.844
1.013.633 968.091 55,77 5.398.579
11. DKI JAKARTA 30 29 33,97 98
12. JABAR 187.059 178.654 55,62 993.600
13. JATENG 745.880 712.368 54,23 3.863.499
14. DI JOGJA 80.083 76.485 41,10 314.375
15. JATIM 1.361.228 1.300.068 54,30 7.059.463
16. BANTEN 17.591 16.800 36,49 61.297
2.391.871 2.284.405 53,81 12.292.332
17. BALI 31.277 29.872 34,08 101.799
18. N.T.B. 97.572 93.189 43,31 403.636
19. N.T.T. 353.910 338.009 32,27 1.090.909
482.760 461.069 34,62 1.596.345
20. KALBAR 54.096 51.665 46,45 240.000
21. KALTENG 3.599 3.437 31,42 10.800
22. KALSEL 27.945 26.689 53,88 143.804
23. KALTIM 6.661 6.362 21,91 13.940
92.300 88.153 46,34 408.543
24. SULUT 174.994 167.131 39,41 658.737
25. SULTENG 52.868 50.492 42,67 215.441
26. SULSEL 375.192 358.334 56,17 2.012.640
27. SULTRA 45.019 42.997 38,77 166.684
28. GORONTALO 192.497 183.849 58,09 1.068.000
29. SUL BARAT 27.544 26.306 46,92 123.442
868.114 829.110 51,20 4.244.944
30. MALUKU 9.160 8.748 26,30 23.008
31. MALUKU UT 11.238 10.733 24,82 26.640
32. PAPUA BARAT 4.614 4.407 18,91 8.332
33. PAPUA 748 714 17,87 1.276
25.760 24.602 24,09 59.257
2.482.566 2.371.025 49,38 11.707.668
4.874.437 4.655.430 51,55 24.000.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 139 | P a g e
Lampiran 12. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2013
1. ACEH 54.985 53.298 39,27 209.300
2. SUMUT 277.202 268.695 66,01 1.773.627
3. SUMBAR 79.549 77.108 66,01 509.023
4. RIAU 31.552 30.584 32,98 100.878
5. JAMBI 13.484 13.071 44,40 58.032
6. SUMSEL 36.108 35.000 41,64 145.739
7. BENGKULU 39.255 38.050 35,07 133.432
8. LAMPUNG 505.380 489.872 59,46 2.912.603
9. BABEL 1.118 1.084 35,32 3.829
10. KEP RIAU 728 706 28,28 1.997
1.039.362 1.007.468 58,05 5.848.460
11. DKI JAKARTA 31 30 35,37 106
12. JABAR 190.481 184.636 58,30 1.076.400
13. JATENG 766.068 742.560 56,37 4.185.458
14. DI JOGJA 81.972 79.457 42,86 340.573
15. JATIM 1.390.765 1.348.087 56,73 7.647.751
16. BANTEN 17.939 17.388 38,19 66.405
2.447.255 2.372.158 56,14 13.316.693
17. BALI 31.616 30.646 35,99 110.283
18. N.T.B. 97.898 94.894 46,08 437.273
19. N.T.T. 354.883 343.993 34,36 1.181.818
484.397 469.533 36,83 1.729.373
20. KALBAR 55.848 54.134 48,03 260.000
21. KALTENG 3.696 3.582 32,66 11.700
22. KALSEL 28.436 27.563 56,52 155.787
23. KALTIM 6.821 6.612 22,84 15.101
94.801 91.892 48,16 442.589
24. SULUT 179.038 173.544 41,12 713.631
25. SULTENG 53.974 52.318 44,61 233.395
26. SULSEL 380.767 369.082 59,08 2.180.360
27. SULTRA 45.348 43.956 41,08 180.575
28. GORONTALO 194.915 188.934 61,24 1.157.000
29. SUL BARAT 28.125 27.262 49,05 133.729
882.167 855.096 53,78 4.598.690
30. MALUKU 9.346 9.059 27,51 24.926
31. MALUKU UT 11.532 11.178 25,82 28.860
32. PAPUA BARAT 4.717 4.572 19,74 9.027
33. PAPUA 771 748 18,49 1.383
26.367 25.557 25,12 64.195
2.527.094 2.449.547 51,78 12.683.307
4.974.349 4.821.704 53,92 26.000.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 140 | P a g e
Lampiran 13. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2014
1. ACEH 57.140 56.590 41,25 233.450
2. SUMUT 287.114 284.352 69,57 1.978.276
3. SUMBAR 82.861 82.064 69,18 567.757
4. RIAU 32.649 32.335 34,80 112.517
5. JAMBI 13.855 13.721 47,17 64.728
6. SUMSEL 38.098 37.731 43,08 162.556
7. BENGKULU 40.920 40.527 36,72 148.828
8. LAMPUNG 543.119 537.895 60,40 3.248.672
9. BABEL 1.190 1.178 36,25 4.271
10. KEP RIAU 761 754 29,55 2.228
1.097.705 1.087.148 60,00 6.523.282
11. DKI JAKARTA 33 32 36,78 119
12. JABAR 206.591 204.604 58,68 1.200.600
13. JATENG 813.139 805.318 57,97 4.668.395
14. DI JOGJA 89.112 88.255 43,04 379.870
15. JATIM 1.488.676 1.474.358 57,86 8.530.184
16. BANTEN 19.253 19.068 38,84 74.067
2.616.803 2.591.635 57,31 14.853.235
17. BALI 34.769 34.435 35,72 123.007
18. N.T.B. 107.404 106.371 45,85 487.727
19. N.T.T. 397.621 393.797 33,47 1.318.182
539.795 534.604 36,08 1.928.917
20. KALBAR 56.652 56.107 51,69 290.000
21. KALTENG 3.865 3.828 34,09 13.050
22. KALSEL 30.558 30.264 57,42 173.763
23. KALTIM 7.147 7.078 23,80 16.844
98.222 97.277 50,75 493.656
24. SULUT 189.074 187.256 42,51 795.974
25. SULTENG 57.402 56.850 45,79 260.325
26. SULSEL 414.598 410.610 59,23 2.431.940
27. SULTRA 49.772 49.293 40,86 201.410
28. GORONTALO 211.870 209.833 61,50 1.290.500
29. SUL BARAT 29.947 29.659 50,29 149.159
952.663 943.500 54,36 5.129.308
30. MALUKU 9.499 9.408 29,55 27.802
31. MALUKU UT 11.861 11.747 27,40 32.190
32. PAPUA BARAT 4.984 4.936 20,40 10.068
33. PAPUA 833 825 18,70 1.542
27.177 26.916 26,60 71.602
2.715.562 2.689.444 52,60 14.146.766
5.332.365 5.281.079 54,91 29.000.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 141 | P a g e
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 142 | P a g e
Lampiran 14. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2010
1. ACEH 87.000 82.750 14,60 118.340
2. SUMUT 16.000 15.200 13,60 20.530
3. SUMBAR 5.500 5.000 15,00 7.500
4. RIAU 6.500 6.120 13,20 8.080
5. JAMBI 11.000 10.220 13,50 15.340
6. SUMSEL 12.000 11.390 15,00 17.090
7. BENGKULU 5.000 4.750 13,00 6.170
8. LAMPUNG 15.500 14.590 13,60 19.690
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU - - - -
158.500 150.020 14,18 212.740
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 52.800 50.270 15,60 78.420
13. JATENG 139.000 134.030 16,00 211.780
14. DI JOGJA 32.000 30.400 15,00 45.600
15. JATIM 289.000 274.380 15,00 420.100
16. BANTEN 17.500 16.670 15,20 25.000
530.300 505.750 15,44 780.900
17. BALI 10.500 9.890 15,00 14.830
18. N.T.B. 100.500 96.430 14,10 135.000
19. N.T.T. 3.000 2.670 13,00 3.500
114.000 108.990 42,10 153.330
20. KALBAR 2.800 2.500 13,20 3.330
21. KALTENG 15.000 12.710 13,40 15.000
22. KALSEL 4.500 4.330 13,40 5.800
23. KALTIM 5.000 4.700 13,20 6.200
27.300 24.240 12,51 30.330
24. SULUT 7.700 7.300 14,50 10.600
25. SULTENG 6.600 6.200 14,50 9.000
26. SULSEL 45.000 42.300 16,20 63.450
27. SULTRA 8.000 7.500 13,00 9.880
28. GORONTALO 5.000 5.110 14,50 6.900
29. SUL BARAT 8.000 7.600 14,50 11.000
80.300 76.010 14,58 110.830
30. MALUKU 1.700 1.610 13,20 2.130
31. MALUKU UT 1.900 1.720 13,20 2.270
32. PAPUA BARAT 2.000 1.870 13,00 2.470
33. PAPUA 4.000 3.790 13,00 5.000
9.600 8.990 13,20 11.870
389.700 368.250 14,10 519.100
920.000 874.000 14,90 1.300.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 143 | P a g e
Lampiran 15. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2012
1. ACEH 100.200 96.297 14,75 142.000
2. SUMUT 19.900 19.038 13,74 26.150
3. SUMBAR 8.000 6.700 15,15 10.150
4. RIAU 9.500 8.138 13,33 10.850
5. JAMBI 13.000 14.228 13,64 19.400
6. SUMSEL 14.700 14.191 15,15 21.500
7. BENGKULU 7.500 7.235 13,13 9.500
8. LAMPUNG 21.100 17.924 13,74 24.620
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU - - - -
193.900 183.751 14,38 264.170
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 61.200 60.358 15,76 95.100
13. JATENG 164.700 157.265 16,16 254.140
14. DI JOGJA 37.900 36.119 15,15 54.720
15. JATIM 328.000 322.323 15,15 488.320
16. BANTEN 23.200 20.193 15,35 31.000
615.000 596.258 15,48 923.280
17. BALI 8.500 11.188 15,15 16.950
18. N.T.B. 133.300 113.756 14,24 162.000
19. N.T.T. 4.700 3.229 13,13 4.240
146.500 128.173 42,52 183.190
20. KALBAR 4.200 3.075 13,33 4.100
21. KALTENG 17.000 13.522 13,53 18.300
22. KALSEL 6.600 5.231 13,53 7.080
23. KALTIM 8.700 5.701 13,33 7.600
36.500 27.529 13,47 37.080
24. SULUT 9.200 8.836 14,65 12.940
25. SULTENG 5.900 7.497 14,65 10.980
26. SULSEL 44.200 46.535 16,36 76.140
27. SULTRA 10.400 9.947 13,13 13.060
28. GORONTALO 7.800 5.736 14,65 8.400
29. SUL BARAT 6.400 9.846 14,65 14.420
83.900 88.397 15,38 135.940
30. MALUKU 2.200 2.288 13,33 3.050
31. MALUKU UT 2.000 2.438 13,33 3.250
32. PAPUA BARAT 2.500 2.658 13,13 3.490
33. PAPUA 5.500 4.989 13,13 6.550
12.200 12.372 13,21 16.340
473.000 440.222 14,46 636.720
1.088.000 1.036.000 15,06 1.560.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 144 | P a g e
Lampiran 16. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2012
1. ACEH 121.900 117.098 14,89 174.400
2. SUMUT 25.900 24.796 13,87 34.400
3. SUMBAR 10.000 8.757 15,30 13.400
4. RIAU 12.000 10.620 13,47 14.300
5. JAMBI 16.000 17.718 13,77 24.400
6. SUMSEL 18.000 17.515 15,30 26.800
7. BENGKULU 11.500 11.009 13,26 14.600
8. LAMPUNG 27.700 23.498 13,87 32.600
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU - - - -
243.000 231.012 14,50 334.900
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 79.700 78.675 15,91 125.200
13. JATENG 197.900 189.013 16,32 308.500
14. DI JOGJA 45.000 42.937 15,30 65.700
15. JATIM 371.000 364.539 15,30 557.800
16. BANTEN 30.000 26.249 15,51 40.700
723.600 701.413 15,65 1.097.900
17. BALI 10.000 13.397 15,30 20.500
18. N.T.B. 158.400 135.156 14,38 194.400
19. N.T.T. 7.000 4.977 13,26 6.600
175.400 153.530 42,95 221.500
20. KALBAR 5.500 4.159 13,47 5.600
21. KALTENG 20.800 16.387 13,67 22.400
22. KALSEL 9.400 7.462 13,67 10.200
23. KALTIM 12.000 7.946 13,47 10.700
47.700 35.954 13,60 48.900
24. SULUT 12.600 12.034 14,79 17.800
25. SULTENG 7.800 9.803 14,79 14.500
26. SULSEL 54.200 57.123 16,53 94.400
27. SULTRA 14.300 13.649 13,26 18.100
28. GORONTALO 9.300 6.896 14,79 10.200
29. SUL BARAT 8.700 13.319 14,79 19.700
106.900 112.823 15,48 174.700
30. MALUKU 3.000 3.119 13,47 4.200
31. MALUKU UT 2.900 3.342 13,47 4.500
32. PAPUA BARAT 3.000 3.620 13,26 4.800
33. PAPUA 6.500 6.485 13,26 8.600
15.400 16.566 13,34 22.100
588.400 549.885 14,59 802.100
1.312.000 1.250.000 15,20 1.900.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 145 | P a g e
Lampiran 17. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2013
1. ACEH 137.000 131.894 15,04 198.400
2. SUMUT 31.900 30.545 14,01 42.800
3. SUMBAR 12.700 10.612 15,45 16.400
4. RIAU 16.000 13.897 13,60 18.900
5. JAMBI 19.400 21.353 13,91 29.700
6. SUMSEL 23.200 22.388 15,45 34.600
7. BENGKULU 14.800 14.111 13,39 18.900
8. LAMPUNG 33.000 27.976 14,01 39.200
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU - - - -
288.000 272.776 14,62 398.900
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 94.900 93.637 16,07 150.500
13. JATENG 235.200 224.570 16,48 370.200
14. DI JOGJA 53.500 50.988 15,45 78.800
15. JATIM 410.600 409.395 15,45 632.700
16. BANTEN 36.600 31.800 15,66 49.800
830.800 810.390 15,82 1.282.000
17. BALI 12.300 16.047 15,45 24.800
18. N.T.B. 187.400 159.700 14,53 232.000
19. N.T.T. 8.700 5.898 13,39 7.900
208.400 181.645 43,38 264.700
20. KALBAR 8.200 5.956 13,60 8.100
21. KALTENG 25.300 19.846 13,81 27.400
22. KALSEL 12.600 9.996 13,81 13.800
23. KALTIM 16.600 10.809 13,60 14.700
62.700 46.607 13,73 64.000
24. SULUT 15.300 14.592 14,94 21.800
25. SULTENG 9.900 12.517 14,94 18.700
26. SULSEL 63.800 67.222 16,69 112.200
27. SULTRA 18.100 17.247 13,39 23.100
28. GORONTALO 11.300 8.300 14,94 12.400
29. SUL BARAT 11.000 16.868 14,94 25.200
129.400 136.747 15,61 213.400
30. MALUKU 3.500 3.750 13,60 5.100
31. MALUKU UT 3.200 4.118 13,60 5.600
32. PAPUA BARAT 4.000 4.330 13,39 5.800
33. PAPUA 8.000 7.839 13,39 10.500
18.700 20.037 13,47 27.000
707.200 657.812 14,72 968.000
1.538.000 1.465.000 15,36 2.250.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 146 | P a g e
Lampiran 18. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2014
1. Aceh 163.100 156.719 15,19 238.100
2. Sumut 40.500 38.722 14,15 54.800
3. Sumbar 15.900 13.326 15,61 20.800
4. Riau 20.600 17.618 13,74 24.200
5. Jambi 25.100 27.548 14,05 38.700
6. Sumsel 28.900 27.932 15,61 43.600
7. Bengkulu 18.700 17.815 13,53 24.100
8. Lampung 42.600 36.178 14,15 51.200
9. Babel - - - -
10. Kep. Riau - - - -
355.400 335.858 14,75 495.500
11. DKI Jakarta - - - -
12. Jabar 115.600 113.716 16,23 184.600
13. Banten 279.400 268.053 16,65 446.300
14. Jateng 64.900 61.887 15,61 96.600
15. DI Yogyakarta 462.000 458.580 15,61 715.800
16. Jatim 44.200 38.376 15,82 60.700
966.100 940.612 15,99 1.504.000
17. Bali 16.700 19.091 15,61 29.800
18. NTB 219.100 189.743 14,67 278.400
19. NTT 10.000 7.762 13,53 10.500
245.800 216.596 43,81 318.700
20. Kalbar 10.800 7.863 13,74 10.800
21. Kalteng 30.500 23.953 13,94 33.400
22. Kalsel 17.100 13.482 13,94 18.800
23. Kaltim 18.700 14.269 13,74 19.600
77.100 59.567 13,87 82.600
24. Sulut 19.200 18.292 15,09 27.600
25. Gorontalo 12.600 15.773 15,09 23.800
26. Sulteng 76.900 81.031 16,86 136.600
27. Sulsel 22.600 21.585 13,53 29.200
28. Sulbar 14.600 10.736 15,09 16.200
29. Sultra 16.900 21.075 15,09 31.800
162.800 168.493 15,74 265.200
30. Maluku 4.000 4.878 13,74 6.700
31. Maluku Utara 4.300 5.169 13,74 7.100
32. Papua Barat 5.000 5.470 13,53 7.400
33. Papua 9.500 9.462 13,53 12.800
22.800 24.979 13,61 34.000
863.900 805.492 14,85 1.196.000 1.830.000 1.742.000 15,50 2.700.000
No. PROVINSI LUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & NUSA TENGGARA
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 147 | P a g e
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 148 | P a g e
Lampiran 19. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2010
1. ACEH 6.280 5.874 13,65 8.019
2. SUMUT 18.143 17.137 12,75 21.850
3. SUMBAR 8.292 7.897 13,85 10.937
4. RIAU 3.672 3.497 10,39 3.632
5. JAMBI 2.026 1.929 12,80 2.470
6. SUMSEL 5.772 5.497 13,64 7.497
7. BENGKULU 5.360 5.105 13,14 6.708
8. LAMPUNG 10.802 10.288 12,80 13.168
9. BABEL 537 511 10,55 539
10. KEP RIAU 126 120 10,42 125
61.010 57.855 12,95 74.945
11. DKI JAKARTA 21 20 11,50 23
12. JABAR 65.379 62.266 15,85 98.691
13. JATENG 141.003 137.561 13,74 188.964
14. DI JOGJA 69.765 65.457 11,17 73.104
15. JATIM 194.945 184.926 12,29 227.336
16. BANTEN 14.380 13.695 15,32 20.985
485.493 463.925 13,13 609.103
17. BALI 14.607 13.912 13,93 19.382
18. N.T.B. 32.053 30.100 13,50 40.623
19. N.T.T. 24.565 22.586 12,29 27.750
71.225 66.598 13,18 87.755
20. KALBAR 1.995 1.900 11,56 2.197
21. KALTENG 1.794 1.708 12,17 2.079
22. KALSEL 16.754 15.463 11,65 18.020
23. KALTIM 2.723 2.617 11,61 3.038
23.266 21.688 11,68 25.334
24. SULUT 7.443 7.184 13,56 9.740
25. SULTENG 6.082 5.769 17,18 9.911
26. SULSEL 33.447 31.854 12,85 40.932
27. SULTRA 8.730 8.315 9,41 7.822
28. GORONTALO 2.475 2.309 9,09 2.100
29. SUL BARAT 646 615 14,36 883
58.822 56.046 12,74 71.388
30. MALUKU 2.574 2.976 11,94 3.552
31. MALUKU UT 4.857 4.674 10,11 4.726
32. PAPUA BARAT 1.946 1.853 11,30 2.094
33. PAPUA 3.206 2.885 10,76 3.103
12.583 12.388 10,88 13.475
226.906 214.575 12,72 272.897
712.400 678.500 13,00 882.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 149 | P a g e
Lampiran 20. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2011
1. ACEH 6.531 6.220 13,75 8.553
2. SUMUT 17.997 17.140 12,85 22.025
3. SUMBAR 8.783 8.365 14,00 11.711
4. RIAU 3.885 3.700 10,50 3.885
5. JAMBI 2.145 2.043 13,00 2.656
6. SUMSEL 5.712 5.440 13,85 7.534
7. BENGKULU 8.715 8.300 10,35 8.591
8. LAMPUNG 18.900 18.000 13,50 24.300
9. BABEL 546 520 10,65 554
10. KEP RIAU 184 175 10,50 184
73.398 69.903 12,87 89.992
11. DKI JAKARTA 23 22 11,65 26
12. JABAR 72.450 69.000 15,95 110.055
13. JATENG 144.109 137.275 14,70 201.794
14. DI JOGJA 71.400 68.000 11,50 77.820
15. JATIM 198.450 189.000 12,87 243.243
16. BANTEN 15.225 14.500 15,50 22.475
501.657 477.797 13,72 655.413
17. BALI 14.700 14.000 14,00 19.600
18. N.T.B. 33.600 32.000 14,00 44.800
19. N.T.T. 25.200 24.000 12,75 30.600
73.500 70.000 13,57 95.000
20. KALBAR 2.205 2.100 12,00 2.520
21. KALTENG 1.890 1.800 12,20 2.196
22. KALSEL 16.800 16.000 12,10 19.360
23. KALTIM 2.835 2.700 12,00 3.240
23.730 22.600 12,09 27.316
24. SULUT 7.875 7.500 13,75 10.313
25. SULTENG 6.300 6.000 17,50 10.500
26. SULSEL 40.950 39.000 13,50 52.650
27. SULTRA 8.925 8.500 9,43 8.016
28. GORONTALO 2.520 2.400 12,50 3.000
29. SUL BARAT 1.470 1.400 14,50 2.030
68.040 64.800 13,35 86.508
30. MALUKU 3.675 3.500 12,30 4.305
31. MALUKU UT 5.250 5.000 12,00 6.000
32. PAPUA BARAT 2.000 1.900 11,40 2.166
33. PAPUA 3.150 3.000 11,00 3.300
14.075 13.400 11,77 15.771
252.743 240.703 13,07 314.587
754.400 718.500 13,50 970.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 150 | P a g e
Lampiran 21. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2012
1. ACEH 7.142 6.802 14,26 9.699
2. SUMUT 19.681 18.743 13,33 24.977
3. SUMBAR 9.605 9.147 14,52 13.281
4. RIAU 4.248 4.046 10,89 4.406
5. JAMBI 2.346 2.234 13,48 3.012
6. SUMSEL 6.246 5.949 14,36 8.544
7. BENGKULU 9.530 9.076 10,73 9.742
8. LAMPUNG 20.668 19.684 14,00 27.557
9. BABEL 597 569 11,04 628
10. KEP RIAU 201 191 10,89 208
80.264 76.441 13,35 102.054
11. DKI JAKARTA 25 24 12,08 29
12. JABAR 79.228 75.453 16,54 124.805
13. JATENG 157.617 150.114 15,24 228.839
14. DI JOGJA 78.079 74.360 11,87 88.250
15. JATIM 217.015 206.677 13,35 275.843
16. BANTEN 16.649 15.856 16,07 25.487
548.613 522.484 14,23 743.253
17. BALI 16.075 15.309 14,52 22.227
18. N.T.B. 36.743 34.993 14,52 50.804
19. N.T.T. 27.557 26.245 13,22 34.701
80.375 76.547 14,07 107.732
20. KALBAR 2.411 2.296 12,45 2.858
21. KALTENG 2.067 1.968 12,65 2.490
22. KALSEL 18.372 17.496 12,55 21.955
23. KALTIM 3.100 2.953 12,44 3.674
25.950 24.713 12,53 30.977
24. SULUT 8.612 8.201 14,26 11.695
25. SULTENG 6.889 6.561 18,15 11.907
26. SULSEL 44.781 42.648 14,00 59.706
27. SULTRA 9.760 9.295 9,78 9.090
28. GORONTALO 2.756 2.624 12,96 3.402
29. SUL BARAT 1.608 1.531 15,02 2.300
74.406 70.860 13,84 98.100
30. MALUKU 4.019 3.827 12,76 4.882
31. MALUKU UT 5.741 5.468 12,44 6.804
32. PAPUA BARAT 2.187 2.078 11,82 2.456
33. PAPUA 3.445 3.282 11,40 3.742
15.392 14.655 12,20 17.884
276.387 263.216 13,55 356.747
825.000 785.700 14,00 1.100.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 151 | P a g e
Lampiran 22. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2013
1. ACEH 7.523 7.164 14,77 10.580
2. SUMUT 20.730 19.743 13,80 27.247
3. SUMBAR 10.117 9.635 15,04 14.488
4. RIAU 4.475 4.262 11,28 4.806
5. JAMBI 2.471 2.353 13,97 3.286
6. SUMSEL 6.579 6.266 14,88 9.321
7. BENGKULU 10.039 9.560 11,12 10.627
8. LAMPUNG 21.770 20.733 14,50 30.062
9. BABEL 630 599 11,44 685
10. KEP RIAU 212 202 11,24 227
84.546 80.517 13,83 111.329
11. DKI JAKARTA 27 25 12,80 32
12. JABAR 83.453 79.477 17,13 136.151
13. JATENG 166.023 158.119 15,79 249.642
14. DI JOGJA 82.244 78.325 12,29 96.272
15. JATIM 228.589 217.699 13,82 300.919
16. BANTEN 17.537 16.702 16,65 27.804
577.873 550.347 14,73 810.820
17. BALI 16.932 16.126 15,04 24.247
18. N.T.B. 38.703 36.859 15,04 55.423
19. N.T.T. 29.027 27.644 13,69 37.856
84.662 80.629 14,58 117.526
20. KALBAR 2.540 2.419 12,89 3.118
21. KALTENG 2.177 2.073 13,11 2.717
22. KALSEL 19.351 18.430 13,00 23.951
23. KALTIM 3.266 3.110 12,89 4.008
27.334 26.032 12,98 33.794
24. SULUT 9.071 8.639 14,77 12.758
25. SULTENG 7.257 6.911 18,80 12.990
26. SULSEL 47.169 44.922 14,50 65.134
27. SULTRA 10.280 9.791 10,13 9.916
28. GORONTALO 2.903 2.764 13,43 3.711
29. SUL BARAT 1.693 1.613 15,57 2.511
78.373 74.640 14,34 107.020
30. MALUKU 4.233 4.031 13,21 5.326
31. MALUKU UT 6.047 5.759 12,89 7.423
32. PAPUA BARAT 2.304 2.189 12,24 2.680
33. PAPUA 3.628 3.456 11,81 4.082
16.212 15.435 12,64 19.511
291.127 277.253 14,04 389.180
869.000 827.600 14,50 1.200.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 152 | P a g e
Lampiran 23. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2014
1. ACEH 7.878 7.503 15,28 11.462
2. SUMUT 21.708 20.675 14,28 29.518
3. SUMBAR 10.595 10.090 15,56 15.695
4. RIAU 4.686 4.463 11,67 5.207
5. JAMBI 2.588 2.464 13,33 3.286
6. SUMSEL 6.890 6.562 15,39 10.098
7. BENGKULU 10.512 10.012 11,50 11.513
8. LAMPUNG 22.797 21.713 15,00 32.567
9. BABEL 659 627 11,83 742
10. KEP RIAU 222 211 11,66 246
88.535 84.320 14,27 120.334
11. DKI JAKARTA 28 27 12,59 34
12. JABAR 87.390 83.232 17,72 147.496
13. JATENG 173.857 165.590 16,33 270.446
14. DI JOGJA 86.124 82.026 12,71 104.295
15. JATIM 239.374 227.984 14,30 325.996
16. BANTEN 18.365 17.491 17,22 30.121
605.138 576.350 15,24 878.388
17. BALI 17.731 16.888 15,55 26.268
18. N.T.B. 40.529 38.600 15,55 60.041
19. N.T.T. 30.397 28.950 14,17 41.010
88.657 84.438 15,08 127.319
20. KALBAR 2.660 2.533 13,33 3.377
21. KALTENG 2.280 2.171 13,56 2.943
22. KALSEL 20.264 19.300 13,44 25.946
23. KALTIM 3.420 3.257 13,33 4.342
28.624 27.261 13,43 36.608
24. SULUT 9.499 9.047 15,28 13.821
25. SULTENG 7.599 7.238 19,44 14.072
26. SULSEL 49.395 47.044 15,00 70.562
27. SULTRA 10.765 10.253 10,48 10.742
28. GORONTALO 3.040 2.895 13,90 4.023
29. SUL BARAT 1.773 1.689 16,11 2.721
82.071 78.166 14,83 115.941
30. MALUKU 4.433 4.223 13,66 5.770
31. MALUKU UT 6.330 6.031 13,33 8.041
32. PAPUA BARAT 2.412 2.292 12,67 2.903
33. PAPUA 3.800 3.619 12,22 4.423
16.975 16.165 13,08 21.137
304.862 290.350 14,51 421.339
910.000 866.700 15,00 1.299.727
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 153 | P a g e
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 154 | P a g e
Lampiran 24. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2010
1. ACEH 2.964 2.823 11,63 3.284
2. SUMUT 6.117 5.825 11,14 6.489
3. SUMBAR 1.378 1.312 12,18 1.598
4. RIAU 2.085 1.986 11,10 2.205
5. JAMBI 617 588 11,12 654
6. SUMSEL 3.125 2.976 14,10 4.197
7. BENGKULU 1.802 1.716 10,00 1.716
8. LAMPUNG 5.597 5.331 9,32 4.971
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU 2 2 10,00 2
23.687 22.559 11,13 25.116
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 13.538 12.892 11,17 14.403
13. JATENG 100.487 95.692 11,41 109.148
14. DI JOGJA 1.004 956 6,62 633
15. JATIM 78.597 74.847 11,79 88.218
16. BANTEN 2.688 2.560 9,31 2.383
196.314 186.947 11,49 214.785
17. BALI 1.249 1.139 10,22 1.164
18. N.T.B. 51.575 48.064 9,73 46.771
19. N.T.T. 29.108 28.719 8,50 24.423
81.932 77.922 9,29 72.358
20. KALBAR 1.515 1.442 7,28 1.050
21. KALTENG 400 381 8,56 326
22. KALSEL 1.592 1.516 10,76 1.631
23. KALTIM 1.120 1.067 11,03 1.177
4.627 4.406 9,50 4.184
24. SULUT 1.889 1.799 14,12 2.541
25. SULTENG 1.607 1.530 8,21 1.256
26. SULSEL 26.694 25.519 12,86 32.807
27. SULTRA 2.380 2.266 8,39 1.901
28. GORONTALO 502 478 12,45 595
29. SUL BARAT 963 917 13,72 1.258
34.035 32.509 12,41 40.358
30. MALUKU 662 631 10,98 693
31. MALUKU UT 419 399 11,30 451
32. PAPUA BARAT 822 783 10,60 830
33. PAPUA 1.202 1.144 10,71 1.225
3.105 2.957 10,82 3.199
147.386 140.353 10,35 145.215
343.700 327.300 11,00 360.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 155 | P a g e
Lampiran 25. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2011
1. ACEH 2.875 2.732 12,35 3.374
2. SUMUT 5.933 5.637 11,83 6.670
3. SUMBAR 1.337 1.270 12,95 1.645
4. RIAU 2.023 1.922 11,81 2.270
5. JAMBI 599 569 11,78 670
6. SUMSEL 3.031 2.879 14,94 4.300
7. BENGKULU 1.748 1.661 10,60 1.760
8. LAMPUNG 5.428 5.157 9,89 5.100
9. BABEL - - -
10. KEP RIAU 1 1 10,00 1
22.974 21.828 11,82 25.790
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 13.129 12.474 11,86 14.800
13. JATENG 96.829 92.019 11,85 110.880
14. DI JOGJA 1.110 1.054 6,75 750
15. JATIM 75.663 71.890 12,31 88.500
16. BANTEN 2.607 2.477 9,89 2.450
189.337 179.915 12,08 217.380
17. BALI 1.212 1.151 10,42 1.200
18. N.T.B. 49.123 46.674 11,10 51.000
19. N.T.T. 29.256 27.798 9,03 25.100
79.591 75.623 10,22 77.300
20. KALBAR 2.018 1.917 7,50 1.500
21. KALTENG 388 369 9,21 340
22. KALSEL 1.544 1.467 11,46 1.680
23. KALTIM 1.087 1.032 11,72 1.210
5.036 4.785 9,89 4.730
24. SULUT 1.832 1.741 14,99 2.610
25. SULTENG 1.559 1.481 8,78 1.300
26. SULSEL 26.230 24.922 13,15 33.750
27. SULTRA 2.308 2.193 8,15 1.950
28. GORONTALO 487 463 13,18 610
29. SUL BARAT 934 888 14,65 1.300
33.350 31.687 13,10 41.520
30. MALUKU 643 612 11,60 710
31. MALUKU UT 407 386 11,91 460
32. PAPUA BARAT 797 757 11,22 850
33. PAPUA 1.165 1.107 11,38 1.260
3.011 2.863 11,46 3.280
143.963 136.786 11,16 152.620
333.300 316.700 11,68 370.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 156 | P a g e
Lampiran 26. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2012
1. ACEH 2.955 2.808 12,67 3.556
2. SUMUT 6.099 5.794 12,13 7.031
3. SUMBAR 1.374 1.305 13,28 1.734
4. RIAU 2.079 1.975 12,11 2.393
5. JAMBI 616 585 12,08 706
6. SUMSEL 3.115 2.959 15,32 4.532
7. BENGKULU 1.797 1.707 10,87 1.855
8. LAMPUNG 5.579 5.300 10,14 5.376
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU 1 1 10,26 1
23.615 22.435 12,12 27.184
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 13.495 12.821 12,17 15.600
13. JATENG 99.531 94.576 12,36 116.874
14. DI JOGJA 1.141 1.084 7,29 791
15. JATIM 77.774 73.888 12,63 93.284
16. BANTEN 2.680 2.546 10,14 2.582
194.620 184.914 12,39 229.130
17. BALI 1.245 1.183 10,69 1.265
18. N.T.B. 50.494 47.971 11,21 53.757
19. N.T.T. 30.073 28.570 9,26 26.457
81.812 77.724 10,48 81.478
20. KALBAR 2.074 1.970 8,02 1.581
21. KALTENG 399 379 9,45 358
22. KALSEL 1.587 1.507 11,75 1.771
23. KALTIM 1.117 1.061 12,02 1.275
5.177 4.918 10,14 4.986
24. SULUT 1.883 1.789 15,38 2.751
25. SULTENG 1.602 1.522 9,00 1.370
26. SULSEL 26.962 25.614 13,89 35.574
27. SULTRA 2.373 2.254 9,12 2.055
28. GORONTALO 501 476 13,51 643
29. SUL BARAT 960 912 15,02 1.370
34.281 32.568 13,44 43.764
30. MALUKU 661 629 11,90 748
31. MALUKU UT 418 397 12,21 485
32. PAPUA BARAT 819 778 11,51 896
33. PAPUA 1.198 1.138 11,67 1.328
3.095 2.942 11,75 3.457
147.980 140.586 11,44 160.870
342.600 325.500 11,98 390.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 157 | P a g e
Lampiran 27. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2013
1. ACEH 3.027 2.880 12,98 3.739
2. SUMUT 6.246 5.941 12,44 7.391
3. SUMBAR 1.407 1.339 13,62 1.823
4. RIAU 2.130 2.026 12,42 2.515
5. JAMBI 631 600 12,38 742
6. SUMSEL 3.191 3.034 15,70 4.765
7. BENGKULU 1.841 1.751 11,14 1.950
8. LAMPUNG 5.714 5.435 10,40 5.651
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU 1 1 10,51 1
24.187 23.007 12,42 28.578
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 13.822 13.148 12,47 16.400
13. JATENG 101.942 96.988 12,67 122.867
14. DI JOGJA 1.168 1.111 7,48 831
15. JATIM 79.658 75.772 12,94 98.068
16. BANTEN 2.744 2.611 10,40 2.715
199.335 189.629 12,70 240.881
17. BALI 1.276 1.213 10,96 1.330
18. N.T.B. 51.717 49.194 11,49 56.514
19. N.T.T. 30.801 29.298 9,49 27.814
83.794 79.706 10,75 85.657
20. KALBAR 2.124 2.021 8,23 1.662
21. KALTENG 409 389 9,69 377
22. KALSEL 1.625 1.546 12,04 1.862
23. KALTIM 1.144 1.088 12,32 1.341
5.302 5.043 10,39 5.241
24. SULUT 1.929 1.835 15,76 2.892
25. SULTENG 1.641 1.561 9,23 1.441
26. SULSEL 27.615 26.268 14,24 37.399
27. SULTRA 2.430 2.312 9,35 2.161
28. GORONTALO 513 488 13,85 676
29. SUL BARAT 984 936 15,40 1.441
35.111 33.398 13,78 46.009
30. MALUKU 677 645 12,20 787
31. MALUKU UT 428 407 12,52 510
32. PAPUA BARAT 839 798 11,80 942
33. PAPUA 1.227 1.167 11,97 1.396
3.170 3.017 12,05 3.635
151.565 144.171 11,73 169.119
350.900 333.800 12,28 410.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 158 | P a g e
Lampiran 28. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2014
1. ACEH 3.103 2.949 13,30 3.922
2. SUMUT 6.403 6.084 12,74 7.750
3. SUMBAR 1.443 1.371 13,93 1.909
4. RIAU 2.183 2.074 12,70 2.635
5. JAMBI 647 614 12,72 781
6. SUMSEL 3.271 3.107 16,13 5.012
7. BENGKULU 1.887 1.793 11,44 2.050
8. LAMPUNG 5.857 5.566 10,67 5.937
9. BABEL - - - -
10. KEP RIAU 1 1 9,27 1
24.794 23.558 12,73 29.997
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 14.169 13.463 12,78 17.204
13. JATENG 104.499 99.312 12,98 128.860
14. DI JOGJA 1.198 1.138 7,58 863
15. JATIM 81.656 77.588 13,26 102.851
16. BANTEN 2.813 2.673 10,65 2.846
204.334 194.174 13,01 252.624
17. BALI 1.308 1.242 11,19 1.390
18. N.T.B. 53.014 50.373 11,77 59.270
19. N.T.T. 31.574 30.001 9,72 29.173
85.895 81.616 11,01 89.833
20. KALBAR 2.177 2.069 8,42 1.743
21. KALTENG 419 398 9,77 389
22. KALSEL 1.666 1.583 12,31 1.948
23. KALTIM 1.173 1.114 12,62 1.406
5.435 5.164 10,62 5.486
24. SULUT 1.977 1.879 16,16 3.036
25. SULTENG 1.682 1.598 9,38 1.500
26. SULSEL 28.307 26.897 14,58 39.226
27. SULTRA 2.491 2.367 9,57 2.266
28. GORONTALO 526 500 14,21 710
29. SUL BARAT 1.008 958 15,69 1.503
35.992 34.199 14,11 48.241
30. MALUKU 694 661 12,52 827
31. MALUKU UT 439 417 12,93 539
32. PAPUA BARAT 860 817 12,11 990
33. PAPUA 1.257 1.195 12,24 1.463
3.250 3.090 12,36 3.819
155.366 147.626 12,02 177.376
359.700 341.800 12,58 430.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 159 | P a g e
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 160 | P a g e
Lampiran 29. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2010
1. ACEH 3.885 3.700 124,00 45.880
2. SUMUT 43.265 41.205 195,00 803.500
3. SUMBAR 5.775 5.500 195,00 107.250
4. RIAU 6.300 6.000 110,00 66.000
5. JAMBI 2.940 2.800 136,00 38.080
6. SUMSEL 13.913 13.250 151,00 200.080
7. BENGKULU 7.350 7.000 151,00 81.900
8. LAMPUNG 332.850 317.000 239,56 7.594.000
9. BABEL 1.890 1.800 141,00 25.380
10. KEP RIAU 1.260 1.200 106,00 12.720
419.428 399.455 224,68 8.974.790
11. DKI JAKARTA 53 50 117,00 580
12. JABAR 117.600 112.000 185,55 2.078.200
13. JATENG 201.600 192.000 174,69 3.354.000
14. DI JOGJA 67.200 64.000 150,00 960.000
15. JATIM 239.400 228.000 159,74 3.642.000
16. BANTEN 12.600 12.000 140,00 168.000
638.453 608.050 167,80 10.202.780
17. BALI 12.390 11.800 146,00 172.280
18. N.T.B. 8.925 8.500 120,00 102.000
19. N.T.T. 89.250 85.000 106,00 901.000
110.565 105.300 111,61 1.175.280
20. KALBAR 17.115 16.300 144,00 234.720
21. KALTENG 9.135 8.700 117,00 101.790
22. KALSEL 9.030 8.600 146,00 125.560
23. KALTIM 8.400 8.000 154,00 123.200
43.680 41.600 140,69 585.270
24. SULUT 6.510 6.200 130,00 80.600
25. SULTENG 4.725 4.500 161,00 72.450
26. SULSEL 31.710 30.200 169,00 510.380
27. SULTRA 14.070 13.400 165,00 221.100
28. GORONTALO 1.575 1.500 120,00 18.000
29. SUL BARAT 4.410 4.200 140,00 58.800
63.000 60.000 160,22 961.330
30. MALUKU 11.550 11.000 128,00 140.800
31. MALUKU UT 11.550 11.000 121,00 133.100
32. PAPUA BARAT 2.625 2.500 113,00 28.250
33. PAPUA 4.200 4.000 116,00 46.400
29.925 28.500 122,30 348.550
666.598 634.855 189,73 12.045.220
1.305.050 1.242.905 179,00 22.248.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 161 | P a g e
Lampiran 30. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011
1. ACEH 3.954 3.765 128,15 48.256
2. SUMUT 44.029 41.934 201,53 845.105
3. SUMBAR 5.877 5.597 201,53 112.803
4. RIAU 6.411 6.106 113,68 69.417
5. JAMBI 2.992 2.850 140,55 40.052
6. SUMSEL 14.158 13.484 156,06 210.440
7. BENGKULU 7.480 7.124 120,92 86.141
8. LAMPUNG 338.729 322.610 247,58 7.987.217
9. BABEL 1.923 1.832 145,72 26.694
10. KEP RIAU 1.282 1.221 109,55 13.379
426.836 406.524 9.439.504
11. DKI JAKARTA 53 51 119,88 610
12. JABAR 119.677 113.982 191,77 2.185.809
13. JATENG 205.161 195.398 180,54 3.527.670
14. DI JOGJA 68.387 65.133 155,02 1.009.709
15. JATIM 243.628 232.035 165,09 3.830.583
16. BANTEN 12.823 12.212 144,69 176.699
649.729 618.810 10.731.079
17. BALI 12.609 12.009 150,89 181.201
18. N.T.B. 9.083 8.650 124,02 107.282
19. N.T.T. 90.826 86.504 109,55 947.654
112.518 107.163 1.236.136
20. KALBAR 17.417 16.588 148,82 246.874
21. KALTENG 9.296 8.854 120,92 107.061
22. KALSEL 9.189 8.752 150,89 132.061
23. KALTIM 8.548 8.142 159,16 129.579
44.451 42.336 615.575
24. SULUT 6.625 6.310 134,35 84.773
25. SULTENG 4.808 4.580 166,39 76.201
26. SULSEL 32.270 30.734 174,66 536.807
27. SULTRA 14.319 13.637 170,53 232.549
28. GORONTALO 1.603 1.527 124,02 18.932
29. SUL BARAT 4.488 4.274 144,69 61.845
64.113 61.062 1.011.108
30. MALUKU 11.754 11.195 132,29 148.091
31. MALUKU UT 11.754 11.195 125,05 139.992
32. PAPUA BARAT 2.671 2.544 116,78 29.713
33. PAPUA 4.274 4.071 119,88 48.803
30.454 29.004 126,39 366.598
678.371 646.090 196,09 12.668.921
1.328.100 1.264.900 184,99 23.400.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 162 | P a g e
Lampiran 31. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2012
1. ACEH 4.113 3.917 131,62 51.555
2. SUMUT 45.803 43.622 206,98 902.890
3. SUMBAR 6.114 5.823 206,98 120.516
4. RIAU 6.670 6.352 116,76 74.164
5. JAMBI 3.112 2.964 144,36 42.790
6. SUMSEL 14.729 14.027 160,28 224.829
7. BENGKULU 7.781 7.411 124,19 92.031
8. LAMPUNG 352.374 335.592 254,28 8.533.351
9. BABEL 2.001 1.906 149,66 28.519
10. KEP RIAU 1.334 1.270 112,51 14.293
444.030 422.883 10.084.940
11. DKI JAKARTA 56 53 123,13 652
12. JABAR 124.498 118.569 196,95 2.335.266
13. JATENG 213.425 203.261 185,42 3.768.878
14. DI JOGJA 71.142 67.754 159,22 1.078.749
15. JATIM 253.442 241.372 169,55 4.092.503
16. BANTEN 13.339 12.704 148,60 188.781
675.902 643.711 11.464.828
17. BALI 13.117 12.492 154,97 193.590
18. N.T.B. 9.449 8.999 127,37 114.617
19. N.T.T. 94.485 89.985 112,51 1.012.451
117.050 111.476 1.320.658
20. KALBAR 18.119 17.256 152,85 263.754
21. KALTENG 9.671 9.210 124,19 114.381
22. KALSEL 9.560 9.104 154,97 141.091
23. KALTIM 8.893 8.469 163,46 138.439
46.242 44.040 657.666
24. SULUT 6.892 6.564 137,99 90.570
25. SULTENG 5.002 4.764 170,89 81.412
26. SULSEL 33.570 31.971 179,38 573.512
27. SULTRA 14.895 14.186 175,14 248.449
28. GORONTALO 1.667 1.588 127,37 20.227
29. SUL BARAT 4.669 4.446 148,60 66.073
66.695 63.519 1.080.243
30. MALUKU 12.227 11.645 135,86 158.216
31. MALUKU UT 12.227 11.645 128,43 149.564
32. PAPUA BARAT 2.779 2.647 119,94 31.744
33. PAPUA 4.446 4.235 123,13 52.140
31.680 30.171 129,81 391.664
705.698 672.089 201,39 13.535.172
1.381.600 1.315.800 190,00 25.000.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 163 | P a g e
Lampiran 32. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2013
1. ACEH 4.216 4.015 135,09 54.236
2. SUMUT 46.950 44.712 212,43 949.840
3. SUMBAR 6.267 5.968 212,43 126.783
4. RIAU 6.837 6.511 119,83 78.020
5. JAMBI 3.190 3.038 148,16 45.015
6. SUMSEL 15.097 14.378 164,50 236.520
7. BENGKULU 7.976 7.596 127,46 96.816
8. LAMPUNG 361.198 343.983 260,97 8.977.086
9. BABEL 2.051 1.953 153,61 30.002
10. KEP RIAU 1.367 1.302 115,48 15.037
455.150 433.456 244,76 10.609.357
11. DKI JAKARTA 57 54 126,37 686
12. JABAR 127.616 121.533 202,14 2.456.700
13. JATENG 218.770 208.343 190,30 3.964.860
14. DI JOGJA 72.923 69.448 163,41 1.134.844
15. JATIM 259.789 247.407 174,02 4.305.313
16. BANTEN 13.673 13.021 152,52 198.598
692.829 659.807 182,80 12.060.999
17. BALI 13.445 12.804 159,05 203.657
18. N.T.B. 9.685 9.224 130,73 120.577
19. N.T.T. 96.851 92.235 115,48 1.065.098
119.982 114.263 121,59 1.389.332
20. KALBAR 18.573 17.687 156,87 277.469
21. KALTENG 9.913 9.441 127,46 120.329
22. KALSEL 9.799 9.332 159,05 148.428
23. KALTIM 9.115 8.681 167,77 145.638
47.400 45.141 153,27 691.864
24. SULUT 7.064 6.728 141,62 95.280
25. SULTENG 5.127 4.883 175,39 85.645
26. SULSEL 34.411 32.771 184,11 603.335
27. SULTRA 15.268 14.541 179,75 261.369
28. GORONTALO 1.709 1.628 130,73 21.278
29. SUL BARAT 4.786 4.558 152,52 69.509
68.366 65.107 174,55 1.136.416
30. MALUKU 12.534 11.936 139,44 166.444
31. MALUKU UT 12.534 11.936 131,82 157.341
32. PAPUA BARAT 2.849 2.713 123,10 33.395
33. PAPUA 4.558 4.340 126,37 54.851
32.474 30.926 133,23 412.031
723.371 688.893 206,69 14.239.001
1.416.200 1.348.700 195,00 26.300.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 164 | P a g e
Lampiran 33. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2014
1. ACEH 4.314 4.108 138,55 56.917
2. SUMUT 48.037 45.750 217,88 996.791
3. SUMBAR 6.412 6.107 217,88 133.050
4. RIAU 6.995 6.662 122,91 81.877
5. JAMBI 3.264 3.109 151,96 47.241
6. SUMSEL 15.447 14.712 168,72 248.211
7. BENGKULU 8.161 7.772 130,73 101.602
8. LAMPUNG 369.564 351.966 267,66 9.420.820
9. BABEL 2.098 1.999 157,54 31.485
10. KEP RIAU 1.399 1.332 118,44 15.780
465.692 443.516 251,03 11.133.774
11. DKI JAKARTA 58 56 129,61 720
12. JABAR 130.572 124.354 207,32 2.578.134
13. JATENG 223.837 213.178 195,18 4.160.841
14. DI JOGJA 74.612 71.059 167,60 1.190.939
15. JATIM 265.806 253.149 178,48 4.518.123
16. BANTEN 13.990 13.324 156,42 208.414
708.875 675.119 187,48 12.657.170
17. BALI 13.757 13.102 163,13 213.724
18. N.T.B. 9.909 9.438 134,08 126.537
19. N.T.T. 99.094 94.376 118,44 1.117.745
122.761 116.915 124,71 1.458.006
20. KALBAR 19.003 18.098 160,89 291.184
21. KALTENG 10.143 9.660 130,73 126.277
22. KALSEL 10.026 9.549 163,13 155.765
23. KALTIM 9.327 8.882 172,07 152.837
48.498 46.189 157,20 726.063
24. SULUT 7.228 6.884 145,25 99.989
25. SULTENG 5.246 4.996 179,89 89.879
26. SULSEL 35.208 33.531 188,83 633.157
27. SULTRA 15.622 14.878 184,36 274.288
28. GORONTALO 1.749 1.665 134,08 22.330
29. SUL BARAT 4.896 4.663 156,42 72.945
69.949 66.618 179,02 1.192.588
30. MALUKU 12.824 12.213 143,02 174.671
31. MALUKU UT 12.824 12.213 135,20 165.119
32. PAPUA BARAT 2.915 2.776 126,26 35.046
33. PAPUA 4.663 4.441 129,61 57.562
33.226 31.644 136,65 432.398
740.125 704.881 211,99 14.942.830
1.449.000 1.380.000 200,00 27.600.000
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 165 | P a g e
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 166 | P a g e
Lampiran 34. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2010
1. ACEH 3.143 2.985 103,07 30.769
2. SUMUT 16.447 15.623 103,07 161.026
3. SUMBAR 4.116 3.909 115,44 45.128
4. RIAU 1.333 1.266 83,46 10.564
5. JAMBI 2.312 2.196 89,68 19.692
6. SUMSEL 2.314 2.198 69,06 15.179
7. BENGKULU 4.320 4.104 99,97 41.026
8. LAMPUNG 4.295 4.080 103,07 42.051
9. BABEL 616 585 87,61 5.128
10. KEP RIAU 308 293 87,61 2.564
39.204 37.239 100,20 373.128
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 31.923 30.324 130,90 396.923
13. JATENG 11.938 11.340 132,96 150.769
14. DI JOGJA 476 452 113,37 5.128
15. JATIM 15.476 14.701 113,37 166.667
16. BANTEN 2.920 2.774 116,47 32.308
62.733 59.590 126,16 751.795
17. BALI 5.820 5.528 120,59 66.667
18. N.T.B. 1.516 1.440 117,50 16.923
19. N.T.T. 18.071 17.166 89,62 153.846
25.407 24.134 98,38 237.436
20. KALBAR 813 772 86,33 6.667
21. KALTENG 1.464 1.391 85,55 11.897
22. KALSEL 1.384 1.315 105,31 13.846
23. KALTIM 2.360 2.241 98,38 22.051
6.021 5.719 95,23 54.462
24. SULUT 3.240 3.077 99,99 30.769
25. SULTENG 2.160 2.052 99,99 20.513
26. SULSEL 7.619 7.237 113,37 82.051
27. SULTRA 2.120 2.014 85,55 17.231
28. GORONTALO 563 535 95,85 5.128
29. SUL BARAT 551 524 97,91 5.128
16.253 15.439 104,17 160.821
30. MALUKU 1.437 1.365 93,93 12.821
31. MALUKU UT 3.134 2.977 93,01 27.692
32. PAPUA BARAT 2.881 2.737 98,20 26.872
33. PAPUA 34.529 32.799 108,23 354.974
41.981 39.878 105,91 422.359
128.867 122.410 101,97 1.248.205
191.600 182.000 109,89 2.000.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 167 | P a g e
Lampiran 35. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2011
1. ACEH 3.264 3.102 106,64 33.077
2. SUMUT 17.083 16.233 106,64 173.103
3. SUMBAR 4.275 4.062 119,43 48.513
4. RIAU 1.384 1.315 86,35 11.356
5. JAMBI 2.401 2.282 92,78 21.169
6. SUMSEL 2.403 2.284 71,46 16.318
7. BENGKULU 4.487 4.264 103,43 44.103
8. LAMPUNG 4.461 4.239 106,64 45.205
9. BABEL 640 608 90,64 5.513
10. KEP RIAU 320 304 90,64 2.756
40.718 38.692 103,67 401.113
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 33.156 31.507 135,43 426.692
13. JATENG 12.399 11.782 137,56 162.077
14. DI JOGJA 495 470 117,30 5.513
15. JATIM 16.074 15.274 117,30 179.167
16. BANTEN 3.033 2.882 120,50 34.731
65.156 61.915 130,53 808.179
17. BALI 6.045 5.744 124,77 71.667
18. N.T.B. 1.575 1.496 121,57 18.192
19. N.T.T. 18.769 17.835 92,73 165.385
26.389 25.076 101,79 255.244
20. KALBAR 844 802 89,32 7.167
21. KALTENG 1.521 1.445 88,51 12.790
22. KALSEL 1.438 1.366 108,96 14.885
23. KALTIM 2.451 2.329 101,79 23.705
6.253 5.942 98,52 58.546
24. SULUT 3.365 3.197 103,45 33.077
25. SULTENG 2.243 2.132 103,45 22.051
26. SULSEL 7.913 7.520 117,30 88.205
27. SULTRA 2.202 2.093 88,51 18.523
28. GORONTALO 585 556 99,17 5.513
29. SUL BARAT 573 544 101,31 5.513
16.881 16.041 107,77 172.882
30. MALUKU 1.492 1.418 97,18 13.782
31. MALUKU UT 3.255 3.093 96,23 29.769
32. PAPUA BARAT 2.992 2.843 101,60 28.887
33. PAPUA 35.863 34.079 111,98 381.597
43.603 41.433 109,58 454.036
133.844 127.185 105,50 1.341.821
199.000 189.100 113,70 2.150.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 168 | P a g e
Lampiran 36. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2012
1. ACEH 3.395 3.226 109,67 35.385
2. SUMUT 17.769 16.885 109,67 185.179
3. SUMBAR 4.446 4.225 122,83 51.897
4. RIAU 1.440 1.368 88,80 12.149
5. JAMBI 2.498 2.373 95,42 22.646
6. SUMSEL 2.500 2.375 73,49 17.456
7. BENGKULU 4.668 4.435 106,37 47.179
8. LAMPUNG 4.640 4.410 109,67 48.359
9. BABEL 666 633 93,22 5.897
10. KEP RIAU 333 316 93,22 2.949
42.355 40.247 106,62 429.097
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 34.489 32.773 139,28 456.462
13. JATENG 12.897 12.256 141,47 173.385
14. DI JOGJA 514 489 120,64 5.897
15. JATIM 16.720 15.888 120,64 191.667
16. BANTEN 3.155 2.998 123,93 37.154
67.776 64.403 134,24 864.564
17. BALI 6.288 5.975 128,31 76.667
18. N.T.B. 1.638 1.557 125,02 19.462
19. N.T.T. 19.524 18.552 95,37 176.923
27.450 26.084 104,68 273.051
20. KALBAR 878 835 91,86 7.667
21. KALTENG 1.582 1.503 91,03 13.682
22. KALSEL 1.495 1.421 112,05 15.923
23. KALTIM 2.549 2.422 104,68 25.359
6.505 6.181 101,33 62.631
24. SULUT 3.500 3.326 106,39 35.385
25. SULTENG 2.333 2.217 106,39 23.590
26. SULSEL 8.231 7.822 120,64 94.359
27. SULTRA 2.291 2.177 91,03 19.815
28. GORONTALO 608 578 101,99 5.897
29. SUL BARAT 596 566 104,19 5.897
17.560 16.686 110,84 184.944
30. MALUKU 1.552 1.475 99,95 14.744
31. MALUKU UT 3.386 3.218 98,97 31.846
32. PAPUA BARAT 3.112 2.958 104,49 30.903
33. PAPUA 37.304 35.448 115,16 408.221
45.355 43.099 112,70 485.713
139.224 132.297 108,50 1.435.436
207.000 196.700 116,93 2.300.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 169 | P a g e
Lampiran 37. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2013
1. ACEH 3.533 3.363 112,09 37.692
2. SUMUT 18.490 17.598 112,09 197.256
3. SUMBAR 4.627 4.403 125,54 55.282
4. RIAU 1.498 1.426 90,77 12.941
5. JAMBI 2.599 2.473 97,53 24.123
6. SUMSEL 2.601 2.476 75,11 18.595
7. BENGKULU 4.857 4.622 108,72 50.256
8. LAMPUNG 4.829 4.596 112,09 51.513
9. BABEL 693 659 95,28 6.282
10. KEP RIAU 346 330 95,28 3.141
44.074 41.946 108,97 457.082
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 35.888 34.156 142,36 486.231
13. JATENG 13.421 12.773 144,60 184.692
14. DI JOGJA 535 509 123,30 6.282
15. JATIM 17.398 16.558 123,30 204.167
16. BANTEN 3.283 3.125 126,66 39.577
70.526 67.121 137,21 920.949
17. BALI 6.543 6.227 131,15 81.667
18. N.T.B. 1.705 1.622 127,79 20.731
19. N.T.T. 20.316 19.335 97,47 188.462
28.564 27.184 106,99 290.859
20. KALBAR 914 870 93,88 8.167
21. KALTENG 1.646 1.567 93,04 14.574
22. KALSEL 1.556 1.481 114,53 16.962
23. KALTIM 2.653 2.525 107,00 27.013
6.769 6.442 103,56 66.715
24. SULUT 3.642 3.466 108,74 37.692
25. SULTENG 2.428 2.311 108,74 25.128
26. SULSEL 8.565 8.152 123,30 100.513
27. SULTRA 2.384 2.269 93,04 21.108
28. GORONTALO 633 603 104,25 6.282
29. SUL BARAT 620 590 106,49 6.282
18.272 17.390 113,29 197.005
30. MALUKU 1.615 1.537 102,15 15.705
31. MALUKU UT 3.524 3.354 101,16 33.923
32. PAPUA BARAT 3.239 3.082 106,79 32.918
33. PAPUA 38.818 36.944 117,70 434.844
47.196 44.917 115,19 517.390
144.874 137.879 110,90 1.529.051
215.400 205.000 119,51 2.450.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 170 | P a g e
Lampiran 38. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2014
1. ACEH 3.673 3.494 114,49 40.000
2. SUMUT 19.220 18.284 114,49 209.333
3. SUMBAR 4.809 4.575 128,23 58.667
4. RIAU 1.557 1.481 92,71 13.733
5. JAMBI 2.701 2.570 99,61 25.600
6. SUMSEL 2.704 2.572 76,72 19.733
7. BENGKULU 5.049 4.803 111,04 53.333
8. LAMPUNG 5.019 4.775 114,49 54.667
9. BABEL 720 685 97,31 6.667
10. KEP RIAU 360 343 97,31 3.333
45.813 43.582 111,30 485.067
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 37.305 35.489 145,40 516.000
13. JATENG 13.950 13.271 147,69 196.000
14. DI JOGJA 556 529 125,94 6.667
15. JATIM 18.085 17.205 125,94 216.667
16. BANTEN 3.413 3.246 129,37 42.000
73.309 69.740 140,14 977.333
17. BALI 6.801 6.470 133,95 86.667
18. N.T.B. 1.772 1.686 130,52 22.000
19. N.T.T. 21.118 20.090 99,55 200.000
29.691 28.245 109,28 308.667
20. KALBAR 950 904 95,89 8.667
21. KALTENG 1.711 1.628 95,02 15.467
22. KALSEL 1.618 1.539 116,98 18.000
23. KALTIM 2.757 2.623 109,28 28.667
7.036 6.693 105,78 70.800
24. SULUT 3.786 3.601 111,07 40.000
25. SULTENG 2.524 2.401 111,07 26.667
26. SULSEL 8.903 8.470 125,94 106.667
27. SULTRA 2.478 2.357 95,02 22.400
28. GORONTALO 658 626 106,47 6.667
29. SUL BARAT 644 613 108,76 6.667
18.993 18.069 115,71 209.067
30. MALUKU 1.679 1.597 104,34 16.667
31. MALUKU UT 3.663 3.484 103,32 36.000
32. PAPUA BARAT 3.367 3.203 109,08 34.933
33. PAPUA 40.350 38.386 120,22 461.467
49.058 46.670 117,65 549.067
150.591 143.260 113,27 1.622.667
223.900 213.000 122,07 2.600.000
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 171 | P a g e
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 172 | P a g e
Lampiran 39. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi Per Provinsi tahun 2011 (revisi)
1. Aceh 352.408 350.795 42,31 1.484.273
2. Sumut 746.623 723.994 46,69 3.380.165
3. Sumbar 476.195 460.776 47,89 2.206.653
4. Riau 157.425 153.217 36,10 553.143
5. Jambi 164.807 160.745 39,71 638.344
6. Sumsel 799.633 771.270 44,15 3.404.973
7. Bengkulu 135.828 131.817 37,25 491.011
8. Lampung 614.738 596.856 46,51 2.775.940
9. Babel 12.329 12.239 24,62 30.135
10. Kep. Riau 628 609 30,92 1.882
3.460.614 3.362.317 44,51 14.966.518
11. DKI Jakarta 2.295 2.219 52,37 11.621
12. Jabar 1.992.173 1.930.483 57,50 11.100.901
13. Banten 1.968.048 1.905.599 54,85 10.451.881
14. Jateng 151.716 148.564 54,20 805.227
15. DI Yogyakarta 2.045.638 1.982.600 57,71 11.441.887
16. Jatim 395.651 383.336 49,92 1.913.670
6.555.521 6.352.800 56,24 35.725.187
17. Bali 154.111 148.988 54,79 816.280
18. NTB 420.826 409.032 47,88 1.958.444
19. NTT 186.873 183.677 29,39 539.760
761.811 741.698 44,69 3.314.484
20. Kalbar 437.536 426.460 30,54 1.302.599
21. Kalteng 214.618 210.296 29,01 610.065
22. Kalsel 495.151 480.956 38,37 1.845.288
23. Kaltim 159.898 157.029 37,80 593.645
1.307.203 1.274.741 34,14 4.351.596
24. Sulut 127.706 124.053 46,77 580.193
25. Gorontalo 214.333 207.484 45,29 939.634
26. Sulteng 949.527 913.034 48,67 4.444.029
27. Sulsel 113.453 109.978 40,64 446.991
28. Sulbar 59.228 57.247 53,93 308.718
29. Sultra 84.627 81.993 45,84 375.885
1.548.875 1.493.789 47,50 7.095.450
30. Maluku 19.070 18.511 43,33 80.208
31. Maluku Utara 17.174 16.768 33,03 55.382
32. Papua 10.190 9.870 34,75 34.300
33. Papua Barat 34.468 30.506 38,62 117.823
80.902 75.655 38,03 287.713
7.159.405 6.948.200 43,20 30.015.761
13.714.925 13.301.000 49,43 65.740.948
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
LUAR JAWA
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
INDONESIA
No. PROVINSI
SUMATERA
JAWA
BALI & NT
KALIMANTAN
LUAS TANAM
(Ha)
Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 173 | P a g e
Lampiran 40. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi Per Provinsi tahun 2012 (revisi)
1. Aceh 404.398 390.406 46,85 1.829.158
2. Sumut 804.607 776.768 47,91 3.721.366
3. Sumbar 490.470 473.500 49,67 2.351.692
4. Riau 154.289 148.950 37,11 552.782
5. Jambi 167.248 161.461 41,32 667.137
6. Sumsel 833.705 804.859 43,35 3.488.940
7. Bengkulu 131.534 126.983 39,26 498.577
8. Lampung 644.780 622.471 48,74 3.034.007
9. Babel 5.615 5.421 28,90 15.667
10. Kep. Riau 411 397 31,79 1.262
3.637.057 3.511.216 46,03 16.160.588
11. DKI Jakarta 1.830 1.767 55,56 9.818
12. Jabar 2.086.820 2.014.616 59,58 12.002.586
13. Banten 421.751 407.158 49,40 2.011.513
14. Jateng 1.831.647 1.768.272 54,80 9.689.650
15. DI Yogyakarta 160.222 154.678 56,22 869.652
16. Jatim 2.046.813 1.975.993 55,22 10.911.780
6.549.083 6.322.484 56,14 35.494.999
17. Bali 162.089 156.481 56,59 885.521
18. NTB 444.102 428.736 49,74 2.132.658
19. NTT 207.360 200.185 30,48 610.119
813.551 785.402 46,20 3.628.298
20. Kalbar 474.420 456.074 31,09 1.417.763
21. Kalteng 227.726 219.847 28,69 630.687
22. Kalsel 519.601 501.623 41,92 2.102.916
23. Kaltim 149.085 143.926 39,67 571.002
1.370.832 1.321.470 35,74 4.722.368
24. Sulut 129.714 125.226 49,12 615.121
25. Gorontalo 56.101 54.159 52,18 282.603
26. Sulteng 234.903 226.775 47,24 1.071.374
27. Sulsel 944.621 911.937 51,04 4.654.329
28. Sulbar 81.103 78.296 48,19 377.274
29. Sultra 126.323 121.952 41,59 507.148
1.572.765 1.518.345 49,45 7.507.849
30. Maluku 22.549 21.769 41,45 90.240
31. Maluku Utara 17.828 17.212 36,82 63.377
32. Papua 33.141 31.995 39,61 126.740
33. Papua Barat 8.799 8.494 35,59 30.233
82.317 79.470 38,37 310.590
7.476.522 7.215.903 44,80 32.329.693
14.025.605 13.538.387 50,10 67.824.692
LUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
INDONESIA
No. PROVINSI
SUMATERA
JAWA
BALI & NT
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
LUAR JAWA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 174 | P a g e
Lampiran 41. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi Per Provinsi tahun 2013 (revisi)
1. Aceh 430.248 415.361 46,79 1.943.481
2. Sumut 820.080 791.705 49,94 3.953.951
3. Sumbar 506.274 488.757 51,12 2.498.673
4. Riau 156.345 150.936 38,91 587.331
5. Jambi 181.479 175.200 40,46 708.833
6. Sumsel 841.922 812.791 45,61 3.706.999
7. Bengkulu 143.462 138.498 38,25 529.738
8. Lampung 669.400 646.239 49,88 3.223.633
9. Babel 12.119 11.700 14,23 16.647
10. Kep. Riau 799 771 17,38 1.341
3.762.128 3.631.959 47,28 17.170.625
11. DKI Jakarta 1.718 1.725 60,47 10.431
12. Jabar 2.112.265 2.039.180 62,54 12.752.747
13. Banten 423.499 408.846 52,27 2.137.232
14. Jateng 1.793.742 1.731.678 59,45 10.295.253
15. DI Yogyakarta 147.892 142.775 64,72 924.005
16. Jatim 2.071.472 1.999.800 57,97 11.593.767
6.550.588 6.324.004 59,64 37.713.435
17. Bali 151.804 146.552 64,20 940.867
18. NTB 448.759 433.232 52,30 2.265.949
19. NTT 214.345 206.929 31,33 648.252
814.908 786.712 49,00 3.855.067
20. Kalbar 504.668 487.206 30,92 1.506.373
21. Kalteng 227.525 219.653 30,51 670.105
22. Kalsel 519.730 501.747 44,53 2.234.348
23. Kaltim 154.081 148.750 40,79 606.689
1.406.004 1.357.356 36,97 5.017.516
24. Sulut 138.161 133.381 49,00 653.566
25. Gorontalo 62.018 59.873 50,15 300.266
26. Sulteng 275.609 266.073 42,78 1.138.335
27. Sulsel 1.016.061 980.906 50,41 4.945.224
28. Sulbar 85.975 83.001 48,30 400.853
29. Sultra 145.225 140.200 38,43 538.845
1.723.049 1.663.434 47,96 7.977.090
30. Maluku 31.811 30.710 31,22 95.880
31. Maluku Utara 18.552 17.910 37,60 67.338
32. Papua 40.065 38.679 34,82 134.661
33. Papua Barat 8.966 8.656 37,11 32.122
99.394 95.955 35,19 330.002
7.805.483 7.535.417 45,59 34.350.300
14.356.071 13.859.420 52,00 72.063.735
LUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
INDONESIA
No. PROVINSI
SUMATERA
JAWA
BALI & NT
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
LUAR JAWA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 175 | P a g e
Lampiran 42. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi Per Provinsi tahun 2014 (revisi)
No. ProvinsiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)Produksi (Ton)
1. Aceh 416.171 401.771 52,79 2.120.833
2. Sumut 853.724 824.185 51,89 4.276.317
3. Sumbar 520.672 502.657 51,81 2.604.480
4. Riau 169.216 163.361 39,81 650.355
5. Jambi 184.897 178.500 42,17 752.795
6. Sumsel 897.950 866.881 45,98 3.986.098
7. Bengkulu 144.428 139.431 40,34 562.408
8. Lampung 684.792 661.098 50,53 3.340.676
9. Babel 15.274 14.746 29,45 43.426
10. Kep. Riau 447 432 49,42 2.133
11. DKI Jakarta 2.146 2.072 52,78 10.938
12. Jabar 2.225.685 2.148.676 60,85 13.075.553
13. Jateng 2.110.890 2.037.853 54,63 11.133.337
14. DI Yogyakarta 166.130 160.382 58,19 933.308
15. Jatim 2.258.044 2.179.916 60,03 13.086.183
16. Banten 449.775 434.212 52,14 2.264.053
17. Bali 170.301 164.408 55,55 913.248
18. NTB 472.272 455.932 51,16 2.332.381
19. NTT 228.891 220.972 30,53 674.725
20. Kalbar 499.463 482.181 32,37 1.560.716
21. Kalteng 250.255 241.596 28,13 679.568
22. Kalsel 562.196 542.744 39,91 2.166.141
23. Kaltim 179.924 173.698 38,30 665.221
24. Sulut 146.525 141.455 48,20 681.826
25. Sulteng 263.444 254.329 45,33 1.152.956
26. Sulsel 1.045.427 1.009.256 51,76 5.223.417
27. Sultra 139.359 134.537 40,24 541.360
28. Gorontalo 65.785 63.509 56,20 356.931
29. Sulbar 97.158 93.797 46,30 434.310
30. Maluku 21.929 21.170 46,35 98.130
31. Maluku Utara 19.649 18.970 37,73 71.569
32. Papua Barat 11.682 11.278 43,90 49.504
33. Papua 31.947 30.842 39,82 122.823
15.306.448 14.776.845 51,82 76.567.719INDONESIA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 176 | P a g e
Lampiran 43. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung Per Provinsi tahun 2012 (revisi)
No. ProvinsiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1 ACEH 48.002 46.322 36,78 170.369
2 SUMATERA UTARA 253.134 244.275 52,67 1.286.662
3 SUMATERA BARAT 72.241 69.712 65,39 455.817
4 RIAU 27.125 26.176 27,96 73.180
5 JAMBI 10.834 10.455 43,20 45.170
6 SUMATERA SELATAN 31.569 30.464 39,53 120.427
7 BENGKULU 29.669 28.630 38,90 111.368
8 LAMPUNG 403.959 389.821 46,37 1.807.558
9 BABEL 608 586 40,92 2.399
10 KEPRI 500 483 23,53 1.136
11 DKI JAKARTA 19 18 25,77 47
12 JAWA BARAT 155.526 150.083 59,93 899.469
13 JAWA TENGAH 556.869 537.378 52,07 2.797.878
14 DI YOGYAKARTA 62.642 60.450 52,24 315.793
15 JAWA TIMUR 1.104.821 1.066.153 53,39 5.692.297
16 BANTEN 14.904 14.383 33,77 48.575
17 BALI 23.732 22.901 53,12 121.643
18 NTB 83.249 80.335 46,31 372.067
19 NTT 303.302 292.687 31,55 923.284
20 KALIMANTAN BARAT 42.631 41.139 47,75 196.434
21 KALIMANTAN TENGAH 3.366 3.248 38,91 12.640
22 KALIMANTAN SELATAN 22.709 21.915 50,33 110.300
23 KALIMANTAN TIMUR 6.831 6.592 31,12 20.513
24 SULAWESI UTARA 128.650 124.147 40,19 498.981
25 SULAWESI TENGAH 38.355 37.013 45,91 169.911
26 SULAWESI SELATAN 317.364 306.256 48,76 1.493.200
27 SULAWESI TENGGARA 51.342 49.545 26,44 130.996
28 GORONTALO 172.665 166.622 50,79 846.330
29 SULAWESI BARAT 21.970 21.201 40,77 86.448
30 MALUKU 6.750 6.514 30,36 19.776
31 MALUKU UTARA 10.055 9.703 21,76 21.115
32 PAPUA BARAT 1.605 1.548 17,13 2.652
33 PAPUA 3.994 3.854 18,27 7.040
4.010.993 3.870.609 48,73 18.861.479 INDONESIA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 177 | P a g e
Lampiran 44. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung Per Provinsi tahun 2013 (revisi)
1. Aceh 50.872 49.091 36,46 179.010
2. Sumut 268.270 258.881 51,45 1.331.876
3. Sumbar 76.950 74.257 62,39 463.253
4. Riau 15.747 15.196 27,30 41.483
5. Jambi 11.482 11.080 42,56 47.158
6. Sumsel 30.500 29.433 37,78 111.197
7. Bengkulu 31.443 30.342 38,12 115.652
8. Lampung 380.915 367.583 46,90 1.723.853
9. Babel 644 621 40,03 2.488
10. Kep. Riau 530 511 25,13 1.285
867.353 836.996 48,00 4.017.254
11. DKI Jakarta 20 19 26,41 51
12. Jabar 164.825 159.056 65,98 1.049.469
13. Banten 3.230 3.117 33,27 10.370
14. Jateng 590.164 569.508 50,76 2.890.562
15. DI Yogyakarta 78.000 75.270 51,22 385.504
16. Jatim 1.318.262 1.272.123 51,51 6.552.143
2.154.501 2.079.094 52,37 10.888.099
17. Bali 25.151 24.271 33,79 82.000
18. NTB 126.530 122.101 45,62 557.079
19. NTT 254.630 245.718 30,89 759.140
406.311 392.090 35,66 1.398.218
20. Kalbar 48.500 46.803 46,21 216.285
21. Kalteng 3.567 3.442 45,54 15.674
22. Kalsel 23.540 22.716 48,10 109.260
23. Kaltim 4.250 4.101 30,49 12.503
79.857 77.062 45,90 353.722
24. Sulut 130.520 125.952 39,13 492.911
25. Gorontalo 146.988 141.843 49,20 697.843
26. Sulteng 40.900 39.469 44,99 177.560
27. Sulsel 338.300 326.460 47,63 1.555.020
28. Sulbar 25.994 25.084 43,82 109.927
29. Sultra 33.500 32.328 24,97 80.723
716.202 691.135 45,06 3.113.985
30. Maluku 7.153 6.903 29,75 20.539
31. Maluku Utara 13.504 13.031 22,57 29.416
32. Papua 4.232 4.084 17,44 7.124
33. Papua Barat 1.700 1.641 16,39 2.690
26.589 25.658 21,54 59.769
2.096.312 2.022.941 44,21 8.942.948 4.250.813 4.102.035 48,34 19.831.047
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & NUSA TENGGARA
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSI LUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 178 | P a g e
Lampiran 45. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung Per Provinsi tahun 2014 (revisi)
1 ACEH 53.416 49.677 37,84 187.960
2 SUMATERA UTARA 281.684 261.966 53,38 1.398.470
3 SUMATERA BARAT 80.798 75.142 64,73 486.415
4 RIAU 16.534 15.377 28,33 43.557
5 JAMBI 12.056 11.212 44,16 49.516
6 SUMATERA SELATAN 32.025 29.783 39,20 116.757
7 BENGKULU 33.015 30.704 39,55 121.435
8 LAMPUNG 399.961 371.964 48,66 1.810.046
9 BABEL 3.003 2.793 37,65 10.516
10 KEPRI 557 518 26,07 1.349
11 DKI JAKARTA 21 20 27,41 54
12 JAWA BARAT 173.066 160.952 68,46 1.101.943
13 JAWA TENGAH 619.672 576.295 52,67 3.035.091
14 DI YOGYAKARTA 81.900 76.167 53,14 404.779
15 JAWA TIMUR 1.359.872 1.264.681 54,06 6.837.495
16 BANTEN 10.175 9.462 32,37 30.631
17 BALI 26.409 24.560 35,06 86.100
18 NTB 132.857 123.557 47,34 584.933
19 NTT 267.362 248.646 32,06 797.097
20 KALIMANTAN BARAT 50.925 47.360 47,95 227.099
21 KALIMANTAN TENGAH 5.618 5.225 31,50 16.458
22 KALIMANTAN SELATAN 24.717 22.987 49,91 114.722
23 KALIMANTAN TIMUR 6.694 6.225 24,98 15.548
24 SULAWESI UTARA 137.046 127.453 40,61 517.556
25 SULAWESI TENGAH 49.387 45.930 38,74 177.911
26 SULAWESI SELATAN 355.215 330.350 49,43 1.632.771
27 SULAWESI TENGGARA 35.175 32.713 25,91 84.759
28 GORONTALO 154.337 143.534 51,05 732.736
29 SULAWESI BARAT 27.294 25.383 45,47 115.423
30 MALUKU 11.266 10.477 38,90 40.756
31 MALUKU UTARA 14.179 13.187 23,42 30.887
32 PAPUA BARAT 2.678 2.490 17,47 4.350
33 PAPUA 4.444 4.133 18,10 7.480
4.463.354 4.150.919 50,16 20.822.599 INDONESIA
No. PROVINSI LUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 179 | P a g e
Lampiran 46. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Per Provinsi tahun 2012 (revisi)
No. PropinsiLuas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1 Aceh 70.858 67.284 14,12 95.000
2 Sumatera Utara 6.300 6.000 10,00 6.000
3 Sumatera Barat 1.044 994 15,60 1.551
4 R i a u 6.472 6.164 11,20 6.904
5 Riau Kepulauan 13 12 10,00 12
6 Ja m b i 4.888 4.655 12,69 5.906
7 Sumatera Selatan 18.165 17.300 14,34 24.800
8 Bangka Belitung 1 1 10,00 1
9 Bengkulu 4.627 4.407 10,74 4.731
10 Lampung 6.500 6.190 12,28 7.600
11 D.K.I Jakarta - - - -
12 Jawa Barat 79.695 75.900 16,23 123.200
13 Banten 5.350 5.095 13,32 6.785
14 Jawa Tengah 98.679 93.880 14,55 136.610
15 D.I Yogyakarta 30.975 29.500 11,31 33.365
16 Jawa Timur 265.126 252.001 14,10 355.305
17 B a l i 7.032 6.697 12,71 8.512
18 Nusa Tenggara Barat 65.389 62.275 11,37 70.796
19 Nusa Tenggara Timur 2.730 2.400 11,48 2.756
20 Kalimantan Barat 1.577 1.402 14,76 2.069
21 Kalimantan Tengah 1.918 1.827 11,59 2.118
22 Kalimantan Selatan 2.802 2.569 13,99 3.594
23 Kalimantan Timur 1.308 1.246 13,34 1.662
24 Sulawesi Utara 7.743 7.274 13,27 9.650
25 Gorontalo 1.883 1.793 12,54 2.249
26 Sulawesi Tengah 4.805 4.476 12,68 5.676
27 Sulawesi Selatan 39.269 37.000 16,23 60.038
28 Sulawesi Barat 8.715 8.300 13,11 10.880
29 Sulawesi Tenggara 4.846 4.615 10,57 4.880
30 Maluku 2.223 2.117 10,43 2.209
31 Maluku Utara 912 869 10,72 932
32 Papua 3.540 3.371 10,64 3.586
33 Papua Barat 616 586 10,63 623
756.000 718.200 13,92 1.000.000 Indonesia
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 180 | P a g e
Lampiran 47. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Per Provinsi tahun 2013 (revisi)
1. Aceh 65.835 62.700 15,15 95.000
2. Sumut 16.508 15.722 12,28 23.397
3. Sumbar 2.625 2.500 15,00 3.750
4. Riau 6.472 6.164 11,20 6.904
5. Jambi 7.620 7.257 13,42 12.739
6. Sumsel 13.031 12.410 15,95 19.794
7. Bengkulu 6.405 6.100 13,42 8.186
8. Lampung 13.600 12.952 11,71 15.173
9. Babel - - - -
10. Kep. Riau - - - -
132.095 125.805 14,70 184.943
11. DKI Jakarta - - - -
12. Jabar 57.063 54.346 16,23 88.204
13. Banten 20.318 19.350 16,40 31.736
14. Jateng 117.899 112.285 16,48 185.100
15. DI Yogyakarta 33.035 31.462 12,26 38.580
16. Jatim 412.650 393.000 16,10 632.700
640.965 610.443 15,99 976.320
17. Bali 7.035 6.700 13,80 9.246
18. NTB 97.615 92.967 14,74 137.000
19. NTT 6.719 6.399 13,39 4.740
111.369 106.066 14,24 150.986
20. Kalbar 3.016 2.872 13,75 3.948
21. Kalteng 2.297 2.188 11,73 2.566
22. Kalsel 5.250 5.000 13,50 5.000
23. Kaltim 3.190 3.038 12,98 3.943
13.753 13.098 11,80 15.457
24. Sulut 15.322 14.592 14,94 21.800
25. Gorontalo 3.255 3.100 13,86 5.600
26. Sulteng 8.135 7.748 15,35 11.891
27. Sulsel 45.473 43.308 16,04 69.448
28. Sulbar 9.975 9.500 16,40 14.094
29. Sultra 19.950 19.000 13,40 25.460
102.111 97.248 15,25 148.293
30. Maluku 5.250 5.000 13,60 6.800
31. Maluku Utara 3.637 3.464 14,29 4.950
32. Papua 8.231 7.839 12,60 10.500
33. Papua Barat 1.088 1.036 16,90 1.751
18.206 17.339 13,84 24.001
377.535 359.557 14,56 523.680 1.018.500 970.000 15,46 1.500.000
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & NUSA TENGGARA
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
No. PROVINSI LUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 181 | P a g e
Lampiran 48. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Ubi Jalar Per Provinsi tahun 2014 (revisi)
1. ACEH 1.535 1.461 111,59 16.301
2. SUMUT 14.961 14.229 127,19 180.977
3. SUMBAR 4.849 4.612 180,78 83.370
4. RIAU 1.535 1.461 88,10 12.869
5. JAMBI 2.401 2.283 108,35 24.733
6. SUMSEL 4.341 4.129 78,72 32.499
7. BENGKULU 2.563 2.438 106,78 26.028
8. LAMPUNG 5.624 5.349 109,73 58.699
9. BABEL 829 789 87,71 6.918
10. KEP RIAU 223 213 74,68 1.588
38.862 36.692 120,12 443.983
11. DKI JAKARTA - - - -
12. JABAR 40.649 38.739 157,90 611.695
13. JATENG 10.667 10.210 183,53 187.380
14. DI JOGJA 644 612 131,93 8.079
15. JATIM 19.181 18.275 112,30 205.222
16. BANTEN 3.652 3.473 132,21 45.919
74.794 71.310 148,41 1.058.295
17. BALI 7.652 7.278 142,21 103.491
18. N.T.B. 1.226 1.166 129,48 15.095
19. N.T.T. 14.875 14.157 90,95 128.764
23.754 22.601 109,44 247.350
20. KALBAR 1.841 1.751 86,78 15.193
21. KALTENG 1.844 1.754 77,75 13.636
22. KALSEL 3.190 3.037 128,98 39.174
23. KALTIM 4.061 3.870 104,85 40.578
10.936 10.412 104,29 108.581
24. SULUT 6.117 5.825 110,41 64.307
25. SULTENG 3.680 3.502 119,57 41.869
26. SULSEL 6.508 6.192 123,51 76.474
27. SULTRA 3.768 3.591 85,89 30.842
28. GORONTALO 461 438 103,12 4.516
29. SUL BARAT 1.608 1.529 120,93 18.495
22.141 21.076 112,21 236.504
30. MALUKU 3.093 2.944 95,84 28.216
31. MALUKU UT 3.915 3.736 97,78 36.527
32. PAPUA BARAT 1.031 980 112,21 10.994
33. PAPUA 40.594 38.666 112,63 435.493
48.632 46.325 110,36 511.231
144.325 137.375 112,66 1.547.649
219.119 208.685 124,87 2.605.944
No. PROVINSILUAS TANAM
(Ha)
LUAS PANEN
(Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
LUAR JAWA
INDONESIA
SUMATERA
JAWA
BALI & N.T
KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU & PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 182 | P a g e
Lampiran 49. ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2010-2014
NO. ARAH KEBIJAKAN
1. Melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Iklim (SLI) dan pola sekolah lapanganan lainnya.
2. Melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa (SMD) dan Penggerak Membangun Desa (PMD), dan rekrutmen tenaga pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di perdesaan.
3. Pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula konsumsi melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan.
4. Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan gula industri.
5. Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk subsitusi komoditas impor.
6. Peningkatankualitas dan kuantitas public goods melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi, embung, jalan desa, dan jalan usahatani.
7. Jaminan penguasaan lahan produktif.
8. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani.
9. Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional.
10. Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan, dan pendampingan.
11. Penguatan akses petani terhadap IPTEK, pasar, dan permodalan bunga rendah.
12. Mendorong minat investasi pertanian dan kemitraan usaha melalui promosi yang intensif dan dukungan iklim usaha yang kondusif.
13. Pembangunan kawasan komoditas unggulan terpadu secara vertikal dan/atau horizontal dengan konsolidasi usahatani produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional.
14. Pengembangan bio-energi berbasis bahan baku lokal terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat khususnya di perdesaan dan mensubsitusi BBM.
15. Pengembangan diversifikasi pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatasi rawan pangan dan stabilitasi harga di sentra produksi.
16. Peningkatan kesimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan dan hewan secara terpadu.
17. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nuftah nasional.
18. Penguatan sistem perkarantinaan pertanian.
19. Penelitian dan pengembangan berbasis sumberdaya spesifik lokasi (kearifan lokal) dan sesuai agro-ekosistem setempat dengan teknologi unggul yang berorienstasi kebutuhan petani.
20. Pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan yang berbasis kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan keseimbangan ekonomi desa-kota.
21. Berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintahj (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi.
22. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis.
23. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
183 |
Pa
ge
Lam
pir
an
50.
TA
RG
ET
DA
N K
EB
UT
UH
AN
PE
ND
AN
AA
N P
EM
BA
NG
UN
AN
TA
NA
MA
N P
AN
GA
N D
IRE
KT
OR
AT
JE
ND
ER
AL
TA
NA
MA
N P
AN
GA
N
TA
HU
N 2
010
-2014
(s
ud
ah
tid
ak b
erl
aku
)
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
3.
Pro
gra
m
Penin
gkata
n
Pro
duksi,
Pro
duktivitas,
dan M
utu
Ta
nam
an
Pangan U
ntu
k
Mencapai
Sw
asem
bada
dan
Sw
asem
bada
Berk
ela
nju
tan
Perlu
asan
penera
pan
budid
aya
tanam
an
pangan y
ang
tepat
yang
did
ukung o
leh
sis
tem
penyedia
an
sara
na
pro
duksi dan
benih
sert
a
pengam
anan
pro
duksi yang
efisie
n u
ntu
k
mew
uju
dkan
pro
duksi
tanam
an
pangan y
ang
cukup d
an
berk
ela
nju
tan
Luas a
real
penera
pan
budid
aya t
anam
an
pangan y
ang t
epat
(rib
u h
a)
2.9
69,4
9
3.4
01,8
1
3.7
37,2
8
4.1
37,7
8
4.4
93,3
1
892,3
5
1.0
86,6
5
1.2
91,4
8
1.5
47,7
7
1.8
37,9
6
Jum
lah s
ara
na p
roduksi yang d
isedia
kan d
an d
isalu
rkan s
ert
a lem
baga p
erb
enih
an
tanam
an p
angan y
ang d
ibin
a d
i lo
kasi penera
pan b
udid
aya t
anam
an p
angan y
ang
tepat:
Sara
na
Pro
duksi
(Unit)
13.8
36
14.9
89
16.1
10
17.2
35
18.3
54
Lem
baga
perb
enih
an (
Bala
i)
63
63
63
63
63
Jum
lah s
ubsid
i pupuk d
an b
enih
:
Pupuk (J
uta
ton)
11,0
6
11,3
2
11,6
11,8
9
12,2
Benih
(rib
u ton)
178,1
8
211,9
9
217,5
5
222,1
9
226,9
2
Luas a
real yang
am
an d
ari
sera
ngan O
PT
dan D
PI pada
pert
anam
an
pangan y
ang
menera
pkan
147,5
169,2
5
186
206
223,7
5
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
184 |
Pa
ge
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
budid
aya t
anam
an
yang t
epat
(rib
u
ha)
Pro
duksi:
Padi n
on h
ibrid
a
(rib
u t
on)
12.1
60,0
0
13.3
76,0 0
13.9
84,0 0
14.5
92,0 0
15.2
00,0 0
Padi hib
rid
a (
rib
u
ton)
1.4
63,0
0
1.8
29,0
0
2.1
95,0
0
2.9
26,0
0
3.6
58,0
0
Padi la
han k
erin
g
(rib
u t
on)
1.0
69,0
0
1.2
47.0
0
1.4
25.0
0
1.6
03,0
0
1.7
81,0
0
Jagung (
rib
u t
on)
926,2
5
1.0
80,6
3
1.2
35,0
1.3
89,3
8
1.5
43,7
5
Kedela
i (r
ibu ton)
380,0
0
460,5
6
542,6
9
665,5
7
790,8
6
Kacang tanah
(rib
u t
on )
83,1
7
172,4
0
268,0
1
370,3
6
383,8
4
Kacang h
ijau (
rib
u
ton)
3,9
6
12,4
9
25,2
6
25,5
4
32,2
8
Ubi kayu (
rib
u ton)
155,0
9
159,6
9
164,6
8
169,8
2
175,3
9
Ubi ja
lar
(rib
u ton)
117,3
3
126,2
8
126,2
8
149,2
9
159,5
3
Pro
duktivitas:
Padi n
on h
ibrid
a
(rib
u t
on)
64,0
0
64,0
0
64,0
0
64,0
0
64,0
0
Padi hib
rid
a (
rib
u
ton)
77,0
0
77,0
0
77,0
0
77,0
0
77,0
0
Padi la
han k
erin
g
(rib
u t
on)
37,5
0
37,5
0
37,5
0
37,5
0
37,5
0
Jagung (
rib
u t
on)
65,0
0
65,0
0
65,0
0
65,0
0
65,0
0
Kedela
i (r
ibu ton)
16,0
0
16,0
0
16,0
0
16,0
0
16,0
0
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
185 |
Pa
ge
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
Kacang tanah
(rib
u t
on )
17,5
1
17,5
1
17,5
1
17,5
1
17,5
1
Kacang h
ijau (
rib
u
ton)
13,0
0
13,0
0
13,0
0
13,0
0
13,0
0
Ubi kayu (
rib
u ton)
250,0
0
250,0
0
250,0
0
250,0
0
250,0
0
Ubi ja
lar
(rib
u ton)
130,0
0
130,0
0
130,0
0
130,0
0
130,0
0
Luas T
anam
:
Padi n
on h
ibrid
a
(rib
u t
on)
2.0
00,0
0
2.2
00,0
0
2.3
00,0
0
2.4
00,0
0
2.5
00,0
0
Padi hib
rid
a (
rib
u
ton)
200,0
0
250,0
0
300,0
0
400,0
0
500,0
0
Padi la
han k
erin
g
(rib
u t
on)
300,0
0
350,0
0
400,0
0
450,0
0
500,0
0
Jagung (
rib
u t
on)
150,0
0
175,0
0
200,0
0
225,0
0
250,0
0
Kedela
i (r
ibu ton)
250,0
0
300,0
0
350,0
0
425,0
0
500,0
0
Kacang tanah
(rib
u t
on )
50,0
0
100,0
0
150,0
0
200,0
0
200,0
0
Kacang h
ijau (
rib
u
ton)
3,2
1
10,0
0
20,0
0
20,0
0
25,0
0
Ubi kayu (
rib
u ton)
6,5
3
6,5
4
6,5
6
6,5
8
6,6
1
Ubi ja
lar
(rib
u ton)
9,5
0
9,9
6
10,3
5
10,7
6
11,2
0
Luas P
anen :
Padi n
on h
ibrid
a
(rib
u t
on)
1.9
00,0
0
2.0
90,0
0
2.1
85,0
0
2.2
80,0
0
2.3
75,0
0
Padi hib
rid
a (
rib
u
ton)
190,0
0
238,0
0
285,0
0
380,0
0
475,0
0
Padi la
han k
erin
g
285,0
0
333,0
0
380,0
0
428,0
0
475,0
0
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
186 |
Pa
ge
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
(rib
u t
on)
Jagung (
rib
u t
on)
142,5
0
166,2
5
190,0
0
213,7
5
237,5
0
K
edela
i (r
ibu ton)
237,5
0
285,0
0
332,5
0
403,7
5
475,0
0
Kacang tanah
(rib
u t
on )
47,5
0
95,0
0
142,5
0
190,0
0
190,0
0
Kacang h
ijau (
rib
u
ton)
3,0
5
9,5
0
19,0
0
19,0
0
23,7
5
Ubi kayu (
rib
u ton)
6,2
0
6,2
1
6,2
3
6,2
5
6,2
8
Ubi ja
lar
(rib
u ton)
9,0
3
9,4
6
9,8
3
10,2
2
10,6
4
3.1
P
engelo
laan
pro
duksi
tanam
an
sere
alia
(Prio
rita
s
Nasio
nal dan
Bid
ang)
Menin
gkatn
ya
perlu
asan
penera
pan
budid
aya
tanam
an
sere
alia
yang
tepat
dan
berk
ela
nju
tan
untu
k
penin
gkata
n
pro
duksi
mela
lui
penin
gkata
n
pro
duktivitas
Luas a
real penera
pan b
udid
aya s
ere
alia
yang t
epat
dan b
erk
ela
nju
tan t
erm
asuk
untu
k b
ahan b
akar
nabati (
rib
u h
a)
:
336,0
0
396,7
5
447,0
8
507,5
7
571,5
6
SLP
TT
padi non
hib
rid
a (
rib
u h
a)
2.0
00,0
0
2.2
00,0
0
2.3
00,0
0
2.4
00,0
0
2.5
00,0
0
SLP
TT
padi
hib
rid
a (
rib
u h
a)
200,0
0
250,0
0
300,0
0
400,0
0
500,0
0
SLP
TT
Padi la
han
kerin
g
(rib
u h
a)
300,0
0
350,0
0
400,0
0
450,0
0
500,0
0
SLP
TT
Jagung
hib
rid
a (
rib
u h
a
150,0
0
175,0
0
200,0
0
225,0
0
250,0
0
Pengem
bangan
penin
gkata
n
pro
duksi gandum
(rib
u h
a)
0,1
0
0,1
3
0,1
5
0,1
8
0,2
0
Pengem
bangan
penin
gkata
n
pro
duksi sorg
hum
(rib
u h
a)
0,1
0
0,1
3
0,1
5
0,1
8
0,2
0
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
187 |
Pa
ge
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
Su
b T
ota
l 892,3
5
1.0
86,6
5
1.2
91,4
8
1.5
47,7
7
1.8
37,9
6
3.2
P
engelo
laan
pro
duksi
tanam
an
kacang-
kacangan d
an
um
bi-um
bia
n
(Prio
rita
s
Nasio
nal dan
Bid
ang)
Menin
gkatn
ya
perlu
asan
penera
pan
budid
aya
tanam
an
kacang
-
kacangan d
an
um
bi-
um
bia
n
yang t
epat
dan
berk
ela
nju
tan
untu
k
penin
gkata
n
pro
duksi
mela
lui
penin
gkata
n
pro
duktivitas
per
satu
an
luas.
Luas a
real pen
era
pan b
udid
aya t
anam
an k
acang
-kacangan d
an u
mb
i-um
bia
n y
ang
tepat
dan b
erk
ela
nju
tan t
erm
asuk u
ntu
k b
ahan b
akar
nabati (
rib
u h
a)
:
SLP
TT
kedela
i
(rib
u h
a)
250,0
0
300,0
0
350,0
0
425,0
0
500,0
0
SLP
TT
kacang
tanah (
rib
u h
a)
50,0
0
100,0
0
150,0
0
200,0
0
200,0
0
SLP
TT
kacang
hija
u (
rib
u h
a)
- 10,0
0
20,0
0
20,0
0
25,0
0
PT
T k
acang h
ijau
(rib
u h
a)
3,2
1
- -
- -
PT
T u
bi kayu (
rib
u
ha)
6,5
3
6,5
4
6,5
6
6,5
8
6,6
1
PT
T u
bi ja
lar
(rib
u
ha)
9,5
0
9,9
6
10,3
5
10,7
6
11,2
0
PT
T p
angan lo
kal
(rib
u h
a)
0,0
5
0,0
6
0,0
8
0,0
9
0,1
0
3.3
P
engelo
laan
sis
tem
penyedia
an
benih
tanam
an
pangan
(Prio
rita
s
Bid
ang)
Te
rsele
nggara
nya s
iste
m
pem
bin
aan
lem
baga
perb
enih
an
tanam
an
pangan y
ang
efisie
n d
an
Lem
baga p
erb
enih
an t
anam
an p
angan y
ang d
ibin
a d
i lo
kasi
penera
pan b
udid
aya
tanam
an p
angan y
ang t
epat :
55,0
0
60,5
0
66,0
0
72,5
0
80,0
0
Te
rsusunnya
roadm
ap
kebutu
han &
kete
rsedia
an
benih
(paket)
1
1
1
1
1
Te
rsusunnya
1
1
1
1
1
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
188 |
Pa
ge
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
berk
ela
nju
tan
di lo
kasi
penera
pan
budid
aya
tanam
an
pangan y
ang
tepat
kebija
kan s
iste
m
subsid
i benih
(paket)
Te
rsusunnya
rancangan
revitalis
asi
perb
enih
an
(paket)
1
1
1
1
1
BP
SB
TP
H (
Bala
i)
32
32
32
32
32
BB
I (B
ala
i)
30
30
30
30
30
Su
b T
ota
l 55,0
0
60,5
0
66,0
0
72,5
0
80,0
0
3.4
P
enyalu
ran
subsid
i benih
tanam
an p
angan
(Prio
rita
s
Nasio
nal dan
Bid
ang)
Te
rsalu
rnya
benih
tanam
an
pangan
bers
ubsid
i
Jum
lah b
enih
tanam
an p
angan
bers
ubsid
i (r
ibu
ton)
178,1
8
211,9
9
217,5
5
222,1
9
226,9
2
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
Su
b T
ota
l 0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
3.5
P
engelo
laan
sis
tem
penyedia
an d
an
penga
wasan
sara
na p
roduksi
tanam
an
pangan
(Prio
rita
s
Bid
ang)
Te
rsele
nggara
nya s
iste
m
penyedia
an
dan
penga
wasan
sara
na
pro
duksi
tanam
an
pangan y
ang
Sara
na pro
duksi
ters
edia
dan te
raw
asi
di
lokasi
penera
pan budid
aya ta
nam
an
pangan y
ang t
epat
(unit)
:
86,9
0
107,3
0
135,9
0
177,2
0
228,4
0
Bantu
an R
PP
PO
(unit)
200
300
500
800
1.2
00
Bantu
an T
rakto
r
R-2
(unit)
623
685
754
829
912
Bantu
an T
rakto
r
R-4
(unit)
7
8
8
9
10
Bantu
an p
om
pa
350
385
423
466
512
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
189 |
Pa
ge
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
efisie
n d
an
berk
ela
nju
tan
di lo
kasi
penera
pan
budid
aya
tanam
an
pangan y
ang
tepat.
air (
unit)
Penguata
n U
PJA
pem
ula
(unit)
8.7
47
8.5
35
8.3
54
8.2
01
8.0
71
Penguata
n U
PJA
berk
em
bang (
unit)
2.8
64
3.5
81
4.0
19
4.2
45
4.3
13
Penguata
n U
PJA
pro
fesio
nal (u
nit
585
1.0
15
1.5
52
2.1
55
2.7
92
Penguata
n K
P3
(unit)
430
450
470
500
514
Penguata
n P
PN
S
Pupes (
ora
ng)
30
30
30
30
30
Skre
nin
g p
estisid
a
(unit)
30
30
30
30
30
Te
rsusunnya
roadm
ap
kebutu
han &
penyedia
an p
upuk
& a
lsin
tan (
paket)
1
1
1
1
1
Su
b T
ota
l 86,9
0
107,3
0
135,9
0
177,2
0
228,4
0
3.6
P
enyalu
ran
pupuk
bers
ubsid
i
(Prio
rita
s
Nasio
nal dan
Bid
ang)
Te
rsalu
rnya
pupuk
bers
ubsid
i
Te
rsusunnya
kebija
kan s
ubsid
i
pupuk (
paket)
1,0
0
1,0
0
1,0
0
1,0
0
1,0
0
Jum
lah p
upuk
bers
ubsid
i (ju
ta
ton)
11,0
6
11,3
2
11,6
0
11,8
9
12,2
0
Su
b T
ota
l 0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
190 |
Pa
ge
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
3.7
P
enguata
n
perlin
dungan
tanam
an p
angan
dari g
angguan
OP
T d
an D
PI
(Prio
rita
s
Nasio
nal dan
Bid
ang)
Te
rkendalin
ya
sera
ngan O
PT
dan D
PI di
lokasi
penera
pan
budid
aya
tanam
an
pangan y
ang
tepat
Jum
lah lu
as a
real
tanam
an p
angan
yang t
erlin
dungi
dari s
era
ngan
OP
T (
rib
u h
a)
59,0
0
67,7
0
74,4
0
82,4
0
89,5
0
86,2
5
95,0
0
105,0
0
115,0
0
125,0
0
Jum
lah lu
as a
real
tanam
an p
angan
yang t
erlin
dungi
DP
I (r
ibu h
a)
88,5
0
101,5
5
111,6
0
123,6
0
134,2
5
Su
b T
ota
l 86,2
5
95,0
0
105,0
0
115,0
0
125,0
0
3.8
P
engem
bangan
meto
de
pengujia
n m
utu
benih
dan
penera
pan
sis
tem
mutu
labora
toriu
m
pengujia
n b
enih
(Prio
rita
s
Bid
ang)
Berk
em
bangn
ya m
eto
de
pengujia
n
mutu
benih
dan
penera
pan
sis
tem
m
utu
labora
toriu
m
pengujia
n
benih
tanam
an
pangan d
an
hort
ikultura
Jum
lah m
eto
de
pengujia
n m
utu
benih
yang
dik
em
bangkan,
div
alid
asi d
an
dis
yahkan
(meto
de)
8
8
8
8
8
5,0
0
6,0
0
7,2
0
8,6
0
10,4
0
Jum
lah
labora
toriu
m y
ang
menera
pkan
sis
tem
mutu
(la
bora
toriu
m)
8
8
8
8
8
Jum
lah
labora
toriu
m
pesert
a u
ji
pro
fisie
nsi
(la
bora
toriu
m)
30
30
30
30
30
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
191 |
Pa
ge
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
Jum
lah
pela
ksanaan u
ji
petik m
utu
benih
yang b
ere
dar
(conto
h b
enih
)
15
20
25
25
25
Su
b T
ota
l 5,0
0
6,0
0
7,2
0
8,6
0
10,4
0
3.9
P
engem
bangan
pera
mala
n
sera
ngan
Org
anis
me
Pengganggu
Tum
buhan
(Prio
rita
s
Bid
ang)
Te
rsedia
nya
info
rmasi dan
model
pera
mala
n
Org
anis
me
Pengganggu
Tum
buhan
(OP
T)
sebagai
ruju
kan d
ala
m
pengam
anan
pro
duksi
tanam
an
pangan d
an
hort
ikultura
Jum
lah in
form
asi
pera
mala
n
sera
ngan O
PT
(unit)
5
5
5
5
5
6,2
0
7,0
0
8,6
0
10,4
0
12,4
0
Jum
lah t
eknolo
gi
pengam
ata
n
pera
mala
n d
an
pengendalia
n O
PT
(model)
8
8
8
8
8
Jum
lah p
ropin
si
yang m
enera
pkan
teknolo
gi
pengam
ata
n.
Pera
mala
n d
an
pengendalia
n O
PT
(pro
pin
si)
6
9
12
15
18
Su
b T
ota
l 6,2
0
7,0
0
8,6
0
10,4
0
12,4
0
3.1
0
Dukungan
manaje
me
n d
an
teknis
lain
nya
pada D
irekto
rat
Te
rsele
nggara
nya p
ela
yanan
adm
inis
trasi
dan p
ela
yanan
Jum
lah d
okum
en
pere
ncanaan,
pro
gra
m k
egia
tan
dan a
nggara
n,
34
34
34
34
34
187,0
0
240,0
0
288,0
0
340,0
0
408,0
0
Ren
cana
Str
ateg
is D
irek
tora
t Je
nder
al T
anam
an P
anga
n T
ahun
201
0-20
14
(Edi
si R
evis
i)
Direkto
rat
Jend
era
l Tana
man
Pang
an
- K
ement
an
192 |
Pa
ge
No.
Pro
gra
m/
Kegia
tan
Sasara
n
Indik
ato
r
Ta
rget
Alo
kasi A
nggara
n (
Mily
ar
Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
Jendera
l
Ta
nam
an
Pangan
teknis
lain
nya
secara
pro
fesio
nal
dan
berin
tegrita
s d
i
lingkungan
Direkto
rat
Jendera
l
Ta
nam
an
Pangan
data
sta
tistik
tanam
an p
angan,
keuangan/p
erle
ng
kapan,
um
um
,
monev d
an
pela
pora
n;
Insentif
Mantr
i T
ani; L
M3;
Bantu
an
penanganan
bencana;
Te
rpenuhnya
kebutu
han g
aji
pegaw
ai dan
opera
sio
nal
kanto
r.
Su
b T
ota
l 187,0
0
240,0
0
288,0
0
340,0
0
408,0
0