BAB I protein
-
Upload
felicia-kristianti -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of BAB I protein
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian Protein
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein
merupakan komponen paling penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh
karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam
makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Dalam
kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat
belangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang befungsi sebagai
biokatalis. Di samping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah
salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri
penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu protein.
Kita memperoleh protein dari makanan yang beraal dari hewan atau tumbuhan. Protein
yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan
disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan,
beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan.
Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan
tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Di samping digunakan untuk
pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energy apabila
tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata-rata unsur kimia yang
terdapat dalam protein ialah sebagai berikut: Karbon 50%, hydrogen 7%, oksigen 23%,
nitrogen 16%, beleran 0-3%, dan fosfor 0-3%. Dengan berpedoman pada kadar nitrogen
sebesar 16%, dapat dilakukan penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan.
Unsur nitrogen ditentukan secara kuantitatif, misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu dengan
cara destruksi dengan asam pekat. Berat protein yang ditentukan ialah 6,25 kali berat
unsure nitrogen.
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai
jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan
asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-
asam amino ini terikat satu dengan lain oleh okatan peptida. Protein mudah dipengaruhi
oleh suhu tinggi, PH dan pelarut organik.
2. Struktur Protein
a. Struktur primer:
Urutan asam amino
b. Struktur sekunder
Pola lipatan teratur (seperti struktur α heliks dan β sheet) yang distabilkan oleh
ikatan hidrogen di antara gugus-gugus peptide yang saling berdekatan dalam
rantai. Struktur sekunder dalam protein dapat digambarkan dalam bentuk diagram
topologi , yang melukiskan orientasi relatif serta kadarnya dalam dua dimensi.
Diagram ini sering digunakan untuk menunjukkan hubungan kekerabatan protein.
c. Struktur supersekunder
Pola berulang struktur sekunder yang biasa terdapat pada banyak protein.
Contohnya motif β-α-β, yang memiliki suatu segmen β sheet, diikuti dengan α
heliks, dan segmen β sheet kedua yang berikatan hidrogen dengan β sheet pertama.
Motif-motif lainnya yakni: β hairpin, yang terdiri atas dua untai β antiparalel;
motif αα, terdiri atas dua α heliks yang tersusun antiparalel; dan β barrel, dengan β
sheet yang membentuk suatu silinder.
d. Struktur tersier
Untuk protein globular, struktuur tersier yakni melipatnya segmen-segmen struktur
sekunder dalam tiga dimensi yang distabilkan oleh interaksi antara urutan-urutan
yang jauh. Sedangkan untuk protein yang hanya memiliki sedikit α heliks atau
struktur β (atau tak terdeteksi sama sekali),, struktur tersier berarti melipatnya
protein dalam tiga dimensi yang distabilkan oleh interaksi antara bagian-bagian
yang jauh urutannya.
e. Struktur domain:
Domain banyak terdapat pada protein globular, terutama yang memiliki massa
molekul lebih dari 20 kDa. Protein besar seringkali melipat sedemikian rupa
sehingga setiap domain berukuran ~17 kDa. Sebagai contoh, enzim gliseraldehid
3-fosfat dehidrogenase terlipat membentuk dua domain yang masing-masing
memiliki fungsi berbeda, yakni salah satu domain berukuran ~16 kDa mengikat
kofaktor NAD+ sedangkan domain yang lain merupakan domain katalis berukuran
~21 kDa mengikat substrat gliseraldehid 3-fosfat.
f. Struktur kuaterner: interaksi antara rantai-rantai polipeptida yang berbeda
membentuk suatu struktur oligomer, yang distabilkan hanya oleh ikatan-ikatan
nonkovalen.
3. Penggolongan protein
Ditinjau dari strukturnya protein dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu
golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan protein
sederhana ialah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino,
sedangkan protein gabungan ialah protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan
protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat,lipid, atauu
asam nukleat.
Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya, yaitu
protein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang
seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat.
a. Protein fiber
Molekul protein ini terdiri atas beberapa rantai popipeptida yang memanjang dan
dihubungkan satu dengan lain oleh beberapa ikatan silang hingga merupakan
bentuk serat atau serabut yang stabil. Struktur protein fiber telah banyak diteliti
dengan menggunakan analisis difraksi sinar X.
Ciri khas protein fiber yang terdapat pada beberapa jenis protein yang termasuk
golongan ini antara lain ialah
Konfigurasi alfa heliks pada keratin
Lembaran berlipat pararel dan anti pararel pada protein sutera alam
Heliks tripid pada kolagen
Sifat umum protein fiber tidak larut dalam air dan sukar diuraikan oleh enzim.
Kolagen adalah suatu jenis protein yang terdapat pada jaringan ikat. Protein ini
mempunyai struktur heliks tripel dan terdiri atas 25% glisin dan 25% lagi prolin
dan hidroksi prolin, tetapi tidak mengandung sistein dan triptofan. Kolagen tidak
larut dalam air dan tidak dapat diuraikan oleh enzim. Namun kolagen dapat diubah
oleh pemanasan dalam air mendidih, oleh larutan asam atau basa encer menjadi
gelatin yang mudah larut dan dapat dicernakan. Hampir 30% dari protein dalam
tubuh adalah kolagen. Ada jenis protein yang terdapat dalam jatingan elastik dan
dalam banyak hal serupa dengan kolagen, tetapi tidak dapat diubah menjadi
gelatin. Protein ini disebut elastin.
Keratin adalah protein yang terdapat dalam bulu domba, sutra alam, rambut, kulit,
kuku dan sebagainya. Struktur keratin hampir seluruhnya terdiri atas rantai
polipeptida yang berbentuk alfa heliks. Apabila dipanaskan dengan air mendidih
dan diregangkan maka konformasi berubah menjadi lembaran berlipat pararel,
karena ikatan hidrogen yang menunjang struktur alfa heliks dalam kondisi ini
terputus. Keratin yang berubah konformasi ini disebut β keratin. Sutera alam
mempunyai struktur lembaran berlipat anti pararel. Keratin mengandung banyak
sistin dan rambut manusia mengandung kira-kira 14% sistin.
b. Protein globular
Protein globular umumnya bebrbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai
polipeptida yang berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak disebelah luar
rantai polipeptida, sedangkan gugus R yang hidrofob terletak di sebelah dalam
molekul protein. Protein globular pada umumnya mempunyai sifat dapat larut
dalam air, dalam larutan asam atau basa dan dalam etanol. Beberapa jenis protein
globular yaitu albumin, globulin, histon dan protamin.
Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh
panas. Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan
amoniumsulfat hingga jenuh. Albumin antara lain terdapat pada serum darah dan
bagian putih telur.
Globulin mempunyai sifat sukar larut dalam air murni, tetapi dapat larut dalam
larutan garam netral, misalnya larutan NaCl encer. Larutan globulin dapat di
endapkan pleh penambahan garam amoniumsulfat hingga setengah jenuh.
Globulin dapat diperoleh dengan jalan mengekstrasinya dengan larutan garam (5-!)
%) NaCl, kemudian ekstrak yang diperoleh diencerkan dengan penambahan air.
Globilin akan mengendap dan dapat dipisahkan. Seperti albumin, globulin juga
dapat terkoagulasi oleh panas. Globulin antara lain terdapat dalam serum darah,
pada otot dan jaringan lain.
Histon adalah protein yang mempunyai sifat basa dan dapat larut dalam air. Pada
roses hidrolisis histon menghasilkan banyak arginin dan listin. Histon terdapat
dalam inti sel dalam bentuk ikatan dengan sam nukleat. Histon juga dapat
diperoleh dari jaringan kelenjar pankreas.
Protamin adalah ssuatu protein yang bersifat basa seperti histon tidak mengandung
tirosin dan triptofan, tetapi mengandung banyak arginin sehingga mempunyai
kadar nitrogen antara 25-30%. Protamin berikatan dengan asam nukleat dan
terdapat dalam sel sperma ikan.
c. Protein gabungan
Yang dimaksud dengan protein gabungan ialah protein yang berikatan dengan
senyawa yang bukan protein. Gugus bukan protein ini disebut gugus prostetik.
Ada beberapa jenis protein gabungan antara lain mukoprotein, glokoprotein,
lipoprotein dan nukleoprotein.
Mukoprotein adalah gabungan antara protein dan karbohidrat dengan kadar lebih
dari 4 % dihitung sebagai heksosamina. Karbohidrat yang terikat ini berupa
polisakarida kompleks yang mengandung N-asetilheksosamina bergabung dengan
asam uronat atau monosakarida lain. Mikoprotein yang mudah larut terdapat antara
lain dalam bagian putih telur dalam serum darah dan urine wanita yang sedang
hamil. Protein ini tidak mudah terdenaturasi oleh panas aatau diendapkam oleh
zat-zat yang biasanya dapat mengendapkan protein misalnya triklor asam asetat
atau asam pikrat.
Glikoprotein juga terdiri atas protein dan karbohidrat, tetapi dengan kadar
heksosamina kurang dari 4 %.
Lipoprotein adalah gabungan antara protein yang larut dalam air dengan lipid.
Lipoprotein terdapat dalam serum darah, dalam otak dan jaringan syaraf. Gugus
lipid yang biasanya terikat pada protein dalam lipoprotein antara lain lesitin dan
kolesterol.
Nukleoprotein terdiri atas protein yang bergabung dengan asam nukleat. Asam
nukleat ini terdapat antara lain dalam inti sel.
4. Sifat protein
a. Ionisasi
Seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang
mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan
membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akann membentuk ion
negatif. Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang
sama, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila
ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut.
Protein mempunyai titik isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein
mempunyai arti penting karena umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya
dengan pH isolistrik.
Tabel Titik Isolistrik Berbagai Protein
Pada pH diatas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bweah titik
isolistrik protein bermuatan positif. Oleh kerena itu untuk mengendapkan protein
dengan ion logam, diperlukan ph larutan di atas titik idolistrik, sedangkan
pengendapan oleh ion negatif memerlukan ph di bawah titik isolistrik. Ion-ion
positif yang dapat mengendapkan protein anatra lain ialah Ag+¿¿,
Ca++¿ , Zn++¿ ,Hg++¿ , Fe+ +¿ ,Cu++¿dan Pb++¿¿¿¿¿¿¿, sedangakn ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein
ialah ion salisilat, triklorasetat, pikrat, tanat dan sulfosalisilat. Berdasarkan sifat
tersebut putih telur arau susu digunakan sebagai antidotum atau penawar racun
apabila orang keracunan logam berat.
b. Denaturasi
Protein : Sumber : pH Isolistrik
Albumin telur : Telur : 4,55 – 4,90
Insulin : Pankreas : 5,30 – 5,35
Albumin serum : Darah : 4,88
Kasein : Susu sapi : 4,6
Gelatin : Kulit sapi : 4,80 – 4,85
Globulin serum : Darah : 5,4 – 5,5
Fibroin : Sutera : 2,0 – 2,4
Gliadin : Terigu : 6,5
Beberapa jenis protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya. Suatu
protein mempunyai arti bagi tubuh apabila protein tersebut di dalam tubuh dapat
melakukan aktivitas biokimiawi yang menunjang kebutuhan tubuh. Aktivitas ini
tergantung pada struktur dan konformasi molekul protein yang tepat. Apabila
konformasi molekul protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH atau
karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain, ion-ion logam, maka aktivitas
biokimiawinya akaan berkurang. Enzim adalah suatu protein yang mempunyai
aktivitas biokimiawi sebagai katalis dalam tubuh. Oleh perubahan suhu atau pH,
aktivitas enzim akan mengalami perubahan. Karena itu tiap enzim mempunyai pH
dan suhu tertentu yang menyebabkan aktivitasnya mencapai keadaan optimum.
Ion-ion logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan sebagian
protein, sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi atau penggumpalan. Dengan
demikian protein tersebut mengalami perubahan konfirmasi serta posisinya,
sehingga aktivitasnya berkurang atau kemampuannya menunjang aktivitas organ
tubuh tertentu hilang dan dikatakan tubuh mengalami keracunan. Perubahan
konfirmasi almiah menjadi suatu konfirmasi yang tidak menentu merupakan suatu
proses yang di sebut denaturasi. Proses denaturasi ini kadang-kadang dapat
berlangsung secara reversible, kadang-kadang tidak. Penggumpalan protein
biasanya di dahului oleh proses denaturasi yang berlangsung dengan baik pada
titik isolistrik protein tersebut.
Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 500C atau lebih.
Koagulasi ini hanya terjadi apabila protein berada pada titik isolistriknya. Protein
yang terdenaturasi pada titik isolistriknya masih dapat larut pada pH diluar titik
isolistrik tersebut. Air ternyata diperlukan untuk proses denaturasi oleh panas.
Putih telur yang kering dapat dipanaskan hingga 1000C dan tetap dapat larut dalam
air. Disamping oleh pH, suhu tinggi dan ion logam berat, denturasi dapat pula
terjadi oleh adanya gerakan mekanik, alcohol, aseton, eter, dan detergen
Denaturasi karena Panas:
Panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi
kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat
cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami
denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Beberapa makanan dimasak untuk
mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan
dalam mencerna protein tersebut.
Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan
mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan
terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak
memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya
berlangsung pada kisaran suhu yang sempit.
Alkohol dapat merusak ikatan hidrogen:
Ikatan hidrogen terjadi antara gugus amida dalam struktur sekunder protein. Ikatan
hidrogen antar rantai samping terjadi dalam struktur tersier protein dengan
kombinasi berbagai asam amino penyusunnya.
Denaturasi karena Asam dan basa:
Protein akan mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai ph isoelektris
yaitu ph dimana protein memiliki muatan positif dan negatif yang sama, pada saat
inilah protein mengalami denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan
timbulnya gumpalan.
Asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik.
Sebuah tipe reaksi penggantian dobel terjadi sewaktu ion positif dan negatif di
dalam garam berganti pasangan dengan ion positif dan negatif yang berasal dari
asam atau basa yang ditambahkan. Reaksi ini terjadi di dalam sistem pencernaan,
saat asam lambung mengkoagulasi susu yang dikonsumsi.
Denaturasi karena Garam logam berat:
Garam logam berat mendenaturasi protein sama dengan halnya asam dan basa.
Garam logam berat umumnya mengandung Hg+2, Pb+2, Ag+1 Tl+1, Cd+2 dan logam
lainnya dengan berat atom yang besar. Reaksi yang terjadi antara garam logam
berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut.
Protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam. Pengendapan
oleh ion positif (logam) diperlukan ph larutan diatas pi karena protein bermuatan
negatif, pengendapan oleh ion negatif diperlukan ph larutan dibawah pi karena
protein bermuatan positif. Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein
adalah; Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++, sedangkan ion-ion negatif yang
dapat mengendapkan protein adalah; ion salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan
sulfosalisilat.
Garam logam berat merusak ikatan disulfida:
Logam berat juga merusak ikatan disulfida karena affinitasnya yang tinggi dan
kemampuannya untuk menarik sulfur sehingga mengakibatkan denaturasi protein.
c. Viskositas
Viskositas adalah tahanan yang timbul oleh adanya gesekan antara molekul-
molekul di dalam zat cair yang mengalir. Suatu larutan protein dalam air
mempunyai viskositas atau kekentalan yang relative lebih besar dari pada
viskositas sebagai pelarutnya. Alat yang digunakan untuk menentukan viskositas
adalah viscometer Ostwald. Pengukuran viskositas alat ini di dasarkan pada
kecepatan aliran suatu zat cair atau larutan melalui suatu pipa tertentu. Serum
darah misalnya, mempunyai kecepatan aliran yang lebih lambat di bandingkan
dengan kecepatan aliran air. Viskositas larutan protein tergantung pada jenis
protein, bentuk molekul, konsentrasi serta suhu larutan. Viskositas berbanding
lurus dengan konsentrasi tetapi berbanding terbalik dengan suhu. Larutan suatu
protein yang bentuk molekulnya panjang, mempunyai viskositas lebih besar dari
pada larutan suatu protein yang berbentuk bulat. Pada titik isolistrik larutan protein
mempunyai harga terkecil.
d. Kristalisasi
Proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada yang
dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada juga yang sukar. Beberapa enzim
pepsin, tripsin, katalase, dan urease telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal.
Albumin pada serum atau telur sukar di kristalkan. Proses kristalisasi protein
sering di lakukan dengan jalan penambahan garam amonim sulfat atau NaCl pada
larutan dengan pengaturan Ph pada titik isolistriknya. Kadang-kadang dilakukan
pula penambahan aseton atau alcohol dalam jumlah tertentu. Pada dasarnya semua
usaha yang dilakukan itu dimaksudkan untuk menurunkan kelarutan protein dan
ternyata pada titik isolistrik kelarutan protein paling kecil, sehingga mudah
dikristalkan dengan baik.
5. Reaksi-reaksi Khas Protein
a. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahakan dengan hati-hati ke dalam larutan protein.
Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kunign
apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzana yang
terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung tirosin, fenilamin dan triptofan. Kulit kita bila kena asam nitrat
berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.
b. Reaksi Millon
Pereaksi Million adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan
gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tiosin akan
memberi hasil positif.
c. Reaksi Biuret
Percobaan ini khas untuk memeriksa adanya ikatan peptida pada suatu molekul.
Ion Cu (dalam pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan
polipeptida atau ikatan – ikatan peptide yang menyusun protein membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap 2 ikatan
pepetida atau lebih, tetapi negative untuk asam amino atau dipeptida. Reaksi pun
positif terhadap senyawa – senyawa yang mengandung 2 gugus : -CH2NH2, - CS
NH2, -C(NH) NH2, dan –CO NH2. Biuret adalah senyawa dengan 2 ikatan
peptide yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea.
d. Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehid dengan bantuan asam kuat
dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan proteinyang mengandung
triptofan dapat direaksikandengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam
glioksilat. Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam
air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfatd ituangkan
perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan dibawah larutan protein. Beberapa
saat kemudian akan terbentuk cincin ungu pada batas antara kedua lapisan
tersebut. Pada dasarnya reaksi Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk
gugus indol dalam protein
e. Reaksi Nitroprusida
Natrium nitroprusida dalam urutan amoniak akan menghasilkan warna merah
dengan protein yang memiliki gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung
sistein dapat memberikan hasil positif. Gugus –S-S pada sistin apabila direduksi
dahulu dapat juga memberikan hasil positif.
f. Reaksi Sakaguchi
Pereaksi yang digunakan adalah naftol dan natrium hipobromit. Pada dasarnya
reaksi ini memberi hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau
protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah
6. Peptida
Beberapa molekul asam amino dapat berikatan satu dengan lain membentuk suatu
senyawa yang disebut peptida. Apabila jumlah asam amino yang berikatan tidak lebih
dari sepuluh molekul disebut oligopeptida.
Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asma amino disebut dipeptida. Selanjutnya,
tripeptida dan tetrapeptida ialah peptida yang terdiri atas tiga molekul dan empat
moleku asam amino. Delapan asam amino dengan demikian akan membentuk
oktapeptida.
Polipeptida ialah peptida yang molekulnya terdiri dari banyak molekul asam amino.
Protein ialah suatu polipeptida yang terdiri atas lebih dari seratus asam amino.
a. Tata Nama
Pada dasarnya suatu peptida ialah asil-asam amino karena gugus –COOH dengan
gugus –NH2 membentuk ikatan peptida. Dari rumus suatu peptida ini tampak bahwa
ada gugus asil yang terikat pada asam amino.
O
H2N-CH-C-NH-CH-COOH
R R
asil asam amino
Nama peptida diberikan berdasarkan atas jenis asam amino yang membentuknya.
Asam amino yang gugus karboksilnya bereaksi dengan gugus –NH2 diberikan akhiran
il pada namanya, sedangkan urutan penamaan didasarkan pada urutan asam amino,
dimulai dari asam amino ujung yang masih mempunyai gugus –NH2
Agar tidak terlalu panjang menuliskan suatu nama peptida, digunakan singkatan nama
asam amino, yaitu dengan mengambil tiga huruf pertama. Sebagai contoh glisilalanin
ditulis gly-ala-OH, sedangkan alanilserilleusin dapat ditulis ala-ser-leu-OH.
b. Sifat Peptida
Peptida diperoleh dengan cara hidrolisis protein yang tidak sempurna. Apabila peptida
yang terjadi dihidrolisis lebih lanjut, akan dihasilkan asam-asam amino. Suatu penta
peptida alanil-leusil-sisteinil-tirosil-glisin atau yang ditulis secara singkat ala-leu-cys-
tyr-gly-OH pada proses hidrolisis akan menghasilkan alanin, leusin, sistein, tirosin,
dan glisin.
Sifat peptida ditentukan oleh gugus –NH2, gugus –COOH, dan gugus R. Sifat asam
dan basa pada peptida ditentukan oleh gugus –COOH dan –NH2, namun pada peptida
rantai panjang, gugus –COOH dan –NH2 yang terletak di ujung rantai tidak lagi
berpengaruh. Suatu peptida juga mempunyai titik isolistrik seperti pada asam amino.
Reaksi biuret merupakan reaksi warna untuk peptida dan protein.
7. Asam amino
Tidak semua asam amino yang terdapat dalam molekul protein dapat dibuat dalam
tubuh kita. Jika ditinjau dari segi pembentukannya asam amino dapat dibagi dalam dua
golongan, yaitu asam amino yang dapat dibuat atau disintesis dalam tubuh dan asam
amino yang dapat dibuat dalam tubuh kita. Asam amino yang tidak dapat dibuat
didalam tubuh kita disebut asam amino esensial dan harus diperoleh dari makanan
sumber protein. Asam amino yang dapat dibuat oleh tubuh kita disebut asam amino
nonesensial.
Atas dasar struktur ini asam amino dibagi dalam 7 kelompok, yaitu asam amino
dengan rantai samping yang :
1. Merupakan rantai karbon yang alifatik,
2. Mengandung gugus hidroksil,
3. Mengandung atom belerang,
4. Mengandung gugus asam atau amidanya,
5. Mengandung gugus basa,
6. Mengandung cincin aromatik,
7. Membentuk ikatan dengan atom N pada gugus amino