BAB I prof

68
BAB II INTISARI BAB I SUATU URAIAN PENGANTAR PROFESI KEPENDIDIKAN A. Berbagai masalah yang berpengaruh pada pendidikan Dewasa ini bangsa Indonesia sedang dilanda oleh berbagai krisis, baik krisis ekonomi, krisis moneter, krisis pilitik maupun krisis kepercayaan. Berbagai krisis ini mengundang berbagai gejolak, seperti kaum buruh yang menghendaki naiknya upah, para guru juga ikut berdemonstrasi dengan tuntutan agar gaji dan fungsional guru dinaikkan. Pada arus global kita berhadapan dengan tantangan globalisasi, idiologis politik, budaya dan sebagainya. Pendidikan merupakan suatu system pencerdasan anak bangsa, dewasa ini dihadapkan pada berbagai persoalan, baik ekonomi, social, budaya maupun politik yang dipengaruhi oleh peradaban globalisasi. Itulah sebabnya tugas dan tanggung jawab kita adalah sebagai mana dapat memecahkan segala masalah yang berkembang di era globalisasi melalui pendidikan.

Transcript of BAB I prof

Page 1: BAB I prof

BAB II

INTISARI

BAB I SUATU URAIAN PENGANTAR PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Berbagai masalah yang berpengaruh pada pendidikan

Dewasa ini bangsa Indonesia sedang dilanda oleh berbagai krisis, baik krisis ekonomi, krisis

moneter, krisis pilitik maupun krisis kepercayaan. Berbagai krisis ini mengundang berbagai

gejolak, seperti kaum buruh yang menghendaki naiknya upah, para guru juga ikut

berdemonstrasi dengan tuntutan agar gaji dan fungsional guru dinaikkan.

Pada arus global kita berhadapan dengan tantangan globalisasi, idiologis politik, budaya dan

sebagainya. Pendidikan merupakan suatu system pencerdasan anak bangsa, dewasa ini

dihadapkan pada berbagai persoalan, baik ekonomi, social, budaya maupun politik yang

dipengaruhi oleh peradaban globalisasi. Itulah sebabnya tugas dan tanggung jawab kita adalah

sebagai mana dapat memecahkan segala masalah yang berkembang di era globalisasi melalui

pendidikan.

B. Isu yang berkembang dalam masyarakat

Desentralisasi, demokrasi, dan otonomi merupakan isu yang amat popular akhir-akhir ini.

Sekarang ini sedang terjadi paradigm dalam menata menajemen pemerintahan termasuk

didalamnya menata menajemen pendidikan.didalam manajemen pendidikan kita harus melihat

seberapa jauh kekuatan pembuatan kebijaksanaan itu tersentralisasi atau terdesentralisasi,

berperannya msyarakat dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan pada masyarakat

Page 2: BAB I prof

untuk mengontrol pelaksanaan pendidikan. Dengan pengontrolan ini maka pendidikan tidak akan

dikebiri prosesnya dalam meningkatkan sumber daya manusia.

C. Perubahan paradigm

Beberapa perubahan paradigm antara lain :

1. Perubahan paradigm dan orientasi manajemen pemerintahan yang sarwa Negara menjadi

orientasi kepasar. Aspirasi masyarakat menjadi pertimbangan pertama untuk mengatasi

segala persoalan yang timbul.

2. Perubahan dan orientasi manajemen pemerintahan yang otoritarian menjadi berorientasi

kepada demokrasi.

3. Perubahan paradigm dari sentralisasi kekuasaan menjadi desentralisasi kewenangan.

4. Perubahan system pemerintahan yang membatasi pada batas dan aturan yang mengikat

suatu Negara yang jelas menjadi tatanan pemerintahan yang cenderung Boundariless

organization.

D. Visi pendidikan

Visi pendidikan diarahkan untuk menyesuaikan terhadap perubahan paradigm pendidikan,

pendidikan harus mengenali siapa pelanggannya dan di pengenalan ini pendidikan memahami

apa aspirasi dan kebutuhannya. Setelah itu baru ditentukan system pendidikan, macam

kurikulum, dan persyaratan pengajarannya. Visi pendidikan dimasa depan tidak lagi berorientasi

pada sentralisasi kekuasaan melainkan desentralisasi dan memeberikan otonomi kepada satuan

dibawah atau kepada daerah. Kita harus mampu hidup dalam suasana schooling and working in

democratic state. Ini merupakan visi yang pertama, visi berikutnya yaitu meletakkan information

Page 3: BAB I prof

technologi yang merupakan bagian yang terpisahkan dalam proses pendidikan, berarti mulai

tingkat pendidikan rendah sampai perguruan tinggi merupakan jalur pendidikan, pemahaman,

pengenalan dan pengamalan ilmu dan teknologi dilembaga pendidikan.

E. Keberhasilan pendidikan kita dewasa ini

Secara kuantitas kita dapat menyatakan bahwa di Indonesia telah mengalami kemajuan

dengan melihat indicator pada kemampuan baca tulis masyarakat yang mencapai 67,24 %.

Sedangkan keberhasilan dari segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum berhasil membangun

karakter angsa Indonesia yang cerdas dan kreatif.

BAB II SEPULUH PERUBAHAN PENDIDIKAN UNTUK PENINGKATAN SUMBER

DAYA MANUSIA

Adanya perubahan mendasar dari pada berbagai aspek untuk meningkatkan sumber daya

manusia, Apspek-aspek itu adalah :

A. Pendidikan sebagai proses pembelengguan

Pendidikan di Indonesia masih terkesan sebagai pendidikan yang membelenggu,

pembelengguan ini berasal dari ketidakjelasan visi dan misi pendidikan, adanya praktik

sentraisasi dan univormitas serta system pendidikan dengan konsep delivery system ( system

penyampaian/ pemberitaan ). System pendidikan yang membelenggu ini akan menghasilkan

manusia yang stereo typic, penutut, tidak kreatif, bahkan memilki ketergantungan tinggi.

Sehingga akan membuat mereka menjadi bahan social, tidak mandiri, bahkan idak memiliki jati

diri. Pendidikan seperti itu dapat dinyatakan sebagai system pendidikan tertutup, kurang

memberikan kebebasan dan pengalaman kepada para pembelajaran dan berkreasi.

Page 4: BAB I prof

B. Pendidikan sebagai proses pencerdasan

Banyak pihak mengecam pendidikan sebagai sebuah proses pembodohan, hal itu tidak hanya

di sekolah saja, tetapi juga dalam praktik kehidupan masyarakat yang menjadi masalah adalah

mereka yang menjadi penyebab kebodohan tidak merasakan bahwa ia telah melakukan

pembodohan kepada masyarakat.

BAB III PROFESIONALISME GURU

A. Pendahuluan

Definisi yang dikenal sehari-hari bahwa guru merupakan orang yang harus digugu atau

ditiru, dalam arti orang yang memiliki karisma atau wibawa hingga perlu ditiru dan diteladani.

Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is teaching

menyatakan bahwa guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan

mengelola kelas. Jadi guru merupakan orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam

mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang dapat disebut guru adalah

orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan

mengelola ruangan kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai

tingkat kedewasaan sebaga tujuan akhir dari proses pendidikan.

B. Hakikat profesi guru

Guru merupakan suatu profesi yang berarti jabatan yang memerlukan keahlian khusus

sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan.

Beberapa prinsip mengajar sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara professional yaitu :

Page 5: BAB I prof

1. Guru dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran dengan

menggunakan media dan sumber belajar.

2. Guru dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dan berpikir dalam menemukan

pengetahuan.

3. Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan

usia dan perkembangan peserta didik.

4. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran .

5. Guru perlu menghubungkan pelajaran dengan pengetahuan peserta didik.

6. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi antara mata pelajaran dan praktik nyata.

7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar peserta didik.

8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan social.

9. Guru harus menyelidiki perbedaan peserta secara individual.

C. Guru sebagai Contoh (Teladan)

Pada dasarnya perubahan prilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru.

Atau dengan perkataan lain guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan prilaku peserta didik.

Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru

adalah respresentasi dari sekelompok orang dalam komunitas atau masyarakat yang diharapkan

dapat menjadi teladan, yang dapat digugu atau ditiru.

Page 6: BAB I prof

D. Kompetensi dan tugas guru

Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah

berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentangpembelajaran, kurikulum, dan perkembangan

manusia termasuk gaya belajar.

Beberapa kompetensi professional yang menjadi andalan guru yaitu :

1. Kompetensi professional, merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh

seorang guru agar dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu :

a. Kompetensi pribadi

Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk Tuhan, ia wajib

menguasai pengetahuan yang akan diajarkan kepada siswa dengan benar dan

bertanggung jawab.

b. Kompetensi Sosial

Bedasarkan kodrat manusia sebagai makhluk social dan makhluk etis, ia harus dapat

memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar tercapai

optimalisasi potensi pada diri masing-masing peserta didik.

c. Kompetensi profesionalisme mengajar

Guru harus mempunyai kemampuan merencanakan system pembelajaran,

melaksanakan system pembelajaran, mengevaluasi system pembelajaran,

mengembangkan system pembelajaran. Kompetensi profesionalisme yang telah

dibakukan oleh Dirjen dikdasmen depdiknas ( 1999 ) yaitu :

Mengembangkan kepribadian

Menguasai landasan pendidikan

Page 7: BAB I prof

Menguasai bahan pelajaran

Menyususun program pengajaran

Melaksanakan program pengajaran

Menilai hasil dalam PBM yang telah dilaksanakan

Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran

Menyelenggarakan program bimbingan

Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat

Menyelenggarakan admininstrasi sekolah

2. Seperangkat tugas guru

a. Tugas guru dalam proses pembelajaran tatap muka adalah sebagai berikut :

Tugas manajerial

Tugas edukasional

Tugas Instruksional

b. Tugas pengajar sebagai pelaksana yaitu :

Menilai kemajuan program pembelajaran

Bertindak sebagai manusia sumber

Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu

Mengkomunikasikan semua informasi dari dan atau kepada peserta didik.

E. Peranan Guru dalam pembelajaran tatap muka

1. Guru sebagai perancang pembelajaran ( Designer of instruction )

2. Guru sebagai pengelola pembelajaran ( Manager of instruction )

3. Guru sebagai pengarah pembelajaran

Page 8: BAB I prof

4. Guru sebagai evaluator

5. Guru sebagai konselor

6. Guru sebagai pelaksana kurikulum

7. Guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan

8. Tugas dan tanggung jawab guru

9. Syarat guru yang baik dan berhasil

BAB 4 MEREKONSTRUKSI MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN MELALUI PENGUBAHAN

SISTEM PENGELOLAAN PENDIDIKAN DISEKOLAH

A. Pendahuluan

Pada abad ke-21 yang merupakan peradaban baru, bangsa Indonesia mengalami krisis

moneter yang amat kompleks dan membawa tantangan berat bagi masyarakat Indonesia.Hal ini

menyadarkan kita bahwa sistem pendidikan yang dilakukan selama ini belum mampu membentuk

pribadi yang tangguh serta mengembangkan pemikiran kreatif untuk memecahkan persoalan

krisis ekonomi. Akibat krisis ini muncul krisis moral di masyarakat seperti pembantaian,

pemerkosaan, tawuran antara pelajar, dan perampasan hak milik orang lain. Persoalannya adalah

(1) bagaimana sekolah merekontruksi masyarakat agar survival diera global dan (2) pendidikan

macam apa yang harus diberikan agar dapat memantapkan pendidikan kita.

B. Misi pendidikan Persekolahan

Dewasa ini sekolah telah tersebar diseluruh pelosok tanah air.Hal ini menggembirakan

karena diharapkan kaum terpelajar dapat ditemukan dimana-mana sehingga misi pendidikan pun

tercapai.Misi pendidikan lembaga sekolah ada tiga yaitu (a) pendidikan kepribadian, (b)

pendidkan kewarganegaraan, dan (c) pendidikan intelektual. Dalam hal pendidikan kepribadian,

sekolah membantu dan bekerja sama dengan keluarga dan lembaga agama. Dalam hal pendidikan

kewarganegaraan, sekolah bekerja sama dengan lebaga-lembaga pemerintahan dan masyarakat.

Sedangkan dalam hal pendidikan intelektual sekolah melakukan sendiri sebab misi pendidikan

intelektual adalah kekhususan sekolah yang dilakukan berantai sejak pembelajar memasuki TK

Page 9: BAB I prof

sampai Perguruan Tinggi. Harapan tentang timbulnya kaum terpelajar, atau tercapainya

pendidikan intelektual belum memuaskan. hal itu tampak pada banyaknya kritik disekolah yang

bersumber pada keidakmampuan lulusan sekolah menggunakan ilmu pengetahuan. Pengetahuan

tentang “bagaimana memperoleh pengetahuan” penting bagi pembelajar dan juga para guru.

Apabila pembelajr, mahasiswa, guru, apalagi sarjana, mengetahui “Bagaimana Memperoleh

Pengetahuan” tentang massyarakat maka ia akan dapat (1) memahami perilaku manusia dalam

masyarakat dan (2) ikut serta memperbaiki perilaku warga masyarakat secara tidak langsung.

Untuk menciptakan pribadi anak sebagai kaum terpelajar maka pendidikan disekolah

sebagai kegiatan pendidikan bersifat formal perlu memerlukann suatu landasan.Hal ini

dikarenakan kegiatan pendidikan merupakan peristiwa sosial, gejala rohani, dan tindakan

manusiawi dalam hubungannya dengan alam, manusia dan sistem nilai. Terdapat dua unsur

dalam proses kegiatan pendidikan yaitu unsur makro(sebagai kegiatan terprogram atau program-

program kegiatan pendidikan) dan unsur mikro(situasi pendidikan). Kedua unsur tersebut

memiliki pandangan manusia bahwa manusia adalah animal educandum, animal symbolicum,

homo regiusus.

Analisis keilmuan tentang kegiatan pendidikan disekolh secara unsur makro memerlukan

landasan berbagai cabang ilmu pengetahuan secara interdisiplinier. Analisis keilmuan

interdisiplinier sangat penting karena mencakup gejala rohani, peristiwa social, dan hubungan

nilai norma. Sementara itu, muatan pendidikan yang diberikan disekolah dapat diakumulasi

dalam lima materi keilmuan yakni ide anstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa

social dan dunia tanda.

C. Sekolah Sebagai Sarana Rekonstruksi Masyarakat

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada ditengah-tengah masyarakat hanya

akan berhasil apabila ada kerja sama dan dukungan yang penuh pengertian dari masyarakat dan

keluarga. Sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi.System

sekolah terwujud apabila danya interaksi social. Ciri-ciri sekolah memiliki organisasi social

adalah : (a) memiliki suatu penghuni yang tetap, (b) memiliki struktur politik atau kebijakan

umum tentang kehidupan sekolah, (c) memiliki inti jaringan hubungan social, (d)

mengembangkan perasaan atau semangat kebersamaan sekolah, dan (e) memiliki suatu jenis

kebudayaan atau subkebudayaan tersendiri.

Peranan sekolah dalam merekonstruksi masyarakat berarti sekolah mengembangkan

kebudayaan.Ada tujuh sistem nilai atau kebudayaan yang secara universal dikembangkan yaitu

Page 10: BAB I prof

bahasa, sistem teknologi, sistem pencaharian hidup dan ekonomi, organisasional, sistem

pengetahuan, religi, dan kesenian.

D. Pengaruh Eksternal dan Internal dalam Pengelolaan Pendidikan

Penyelenggaraan Pendidikan Nasional yang dilakukan secara terus-menerus dipengaruhi

oleh factor Eksternal dan Internal. Pengaruh eksternal adalah adanya perkembangan dunia yang

menglobal yang berlaku dalam dasawarsa ini.Sedangkan pengaruh internal adalah pengaruh

kebudayaan dan kehidupan masyarakat bangsa Indonesia.Pengaruh tersebut merpengaruh pada

pembentukan watak dan kreativitas anak bangsa. Menurut Ki Hajar Dewantara, dalam kondisi

seperti ini sebaiknya diterapakan strategi “Trikon” dalam pengelolaan pendidikan.

Strategi Trikon ini meliputi : (1) Konvergen, maksudnya agar pendidikan di Indonesia dapat

berkembang dengan baik, dapat setara dengan kualitas pendidikan Negara-negara maju, maka

sebaiknya ada adopsi nilai yang dipinjam dari budaya barat, namun harus ada filter

penggunaannya terlebih dahulu, (2) Konsentris, maksudnya bahwa untuk mengembangkan

pendidikan Indonesia haruslah bertolak dari kebudayaan yang meng-Indonesia, sehingga nilai-

nilai lihur bangsa tetap tertanam dalam generasi bangsa, dan (3) Kontinuitas, maksudnya bahwa

pendidikan di Indonesia haruslah dilakukan secara terus-menerus.

E. Pendidikan di Sekolah dengan Sistem Desentralisasi

Desentralisasi pendidikan merupakan upaya untuk mendelegasikan sebagian atau seluruh

wewenang dibidang pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh unit atau pejabat pusat kepada

unit atau pejabat dibawahnya, atau dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, atau dari

pemerintah kepada masyarakat. Salah satu wujud dari desentralisasi adalah terlaksananya proses

otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu desentralisasi kewenangan pendidikan.

Kewenangan dibidang pendidikan meliputi kewenangan merumuskan atau membuat kebijakan

nasional dibidang pendidikan, melaksanakan kebijaksanaan nasional, dan mengevaluasi atau

memonitor kebijaksaan tersebut.Tidak seluruh kewenangan tersebut dapat

didesentralisasikan.Kewenangan perumusan atau pembuatan kebijaksanaan nasional mengenai

pendidikan yang meliputi kurikulum, persyaratan pokok tentang jenjang pendidikan , taksonomi

ilmu yang dikembangkan dan diajarkan dalam jenjang pendidikan, persyaratan pembukaan

program baru, persyaratan tentang guru pendidik disetiap jenjang pendidikan, dan kegiatan-

kegiatan strategis lainnya.

Page 11: BAB I prof

Manfaat desentralisasi pendidikan adalah untuk mengurangi campur tangan atau

intervensi pejabat atau unit pusat terhadap persoalan-persoalan pendidikan yang sepatutnya

dilakukan oleh unit ditataran bawah atau pemerinta daerah atau masyarakat.Kebijaksanaan yang

berdimensi local adalah semua hal yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat

daerah.Artinya semua keputusan berada ditangan masyarkat baik disampaikan melalui DPRD

maupun kelompok-kelompok kepentingan daerah).Seperti memilih lokasi tempat berdirinya

gedung sekolah, menambah dan mengangkat guru, memilih dan menetapkan Kepala Sekolah,

mendidik dan mendiklat guru, menentukan kurikulum lokal, dan lainnya.Akan tetapi,

pelaksanaannya tetap berlandaskan kebijakan, ketentuan, standarisasi, dan ketetapan pemerintah

pusat.

Seperti halnya dalam Akreditasi pendidikan di Perguruan Tinggi.Seharusnya dibentuk

oleh masyarakat sebagai lembaga swadaya masyarakat yang terdiri dari kumpulan para ahli

dibidang pendidikan dan ilmu-ilmu lain yang relevan.Namun yang terjadi adalah lembaga

akreditasi ini dibentuk oleh pemerintah (Departemen Diknas) sehingga ada kesan sebagai proyek

dari Departemen atau dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.Jika lembaga akreditasi

pendidikan dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat, sekaligus upaya ini bisa dikatakan

sebagai desentralisasi dari pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan sehingga memiliki

kredibilitas yang tinggi dari masyarakat.

F. Program Kegiatan yang Perlu Dikedepankan

Memasuki pascaorde baru atau dikenal dengan sebutan era reformasi telah menuntut

perubahan disemua sektor kehidupan terutama sector pendidikan. Reformasi pendidikan

merupakan sebuah rekayasa besar, yang tidak mungkin dikerjakan setengah hari, juga tidak cukup

dengan terpenggal-penggal . Adapun tiga belas yang perlu diperhatikan bagi reformasi

pendidikan adalah :

1. Perlu disadari bahwa setiap orang adalah pribadi yang unik, dan mempunyai bakat yang

berbeda dengan lainnya. Apabila tidak mengakui hal ini dan lupa akan betapa pentingnya

sistem pendidikan sehingga telah meningkatnya jumlah mereka yang putus sekolah

karena bakatnya tidak tersalurkan.

2. Pendidikan tidak dimulai selepas sekolah menengah, yaittu pada tingkat universitas.

Prestasi teoretis (unversitas) dan praktis (kejuruan), kerja manual dan kerja otak,

seharusnya sama-sama memperoleh penghargaan seperti ijazah yang diberikan,

Page 12: BAB I prof

terbukanya kesempatan kerja pendidikan serta penghargaan masyarakat bagi kedua jenis

pendidikan tersebut.

3. Perlunya sebuah system penilaian yang mencerminkan prestasi murid dengan berbagai

kelebihan dan kekurangannya, tidak sekedar angka-angka yang mengklaim secara abstrak

tentang mutu anak didik.

4. Perlu disadari bahwa sistem pendidikan tidak bebas nilai. Berbagai pelajaran sudah sarat

nilai. Begitu juga dengan perilaku guru sebagai panutan.

5. Sekolah bukanlah semacam “Bengkel Reparasi” bagi semua kerusakan masyarakat.

Orang tua lah yang lebih berperan. Sekolah hanya berperan sebatas ikut membantu orang

tua dalam pendidikan anak-anaknya.

6. Perlu dikoreksi keyakinan bahwa isi pendidikan bisa diatur lewat birokrasi, dan sedapat

mungkin harus di seragamkan.

7. Tidaklah tepat bahwa lembaga pendidikan terbaik, selalu milik Negara. Adanya

persaingan antara lembaga pendidikan dalam hal mutu dan konsep, ikut memperbaiki

system pendidikan nasional.

8. Sistem pendidikan, sebaiknya berorientasi pada nilai (wert oriented). Pendidikan tidak

boleh terbatas pada sekadar transfer pengetahuan dan keahlian fungsional. Nilai-nilai

yang banyak didengungkan namun jarang dihayati dan dipraktikkan dalam kehidupan

seperti nilai kejujuran, kerja keras, kesederhanaan, displin, tepat waktu, dan terutama

kebersamaa sebagai bangsa. Nilai-nilai ini perlu ditekankan dalam kegiatan belajar-

mengajar.

9. Sistem pendidikan sebaiknya terkait dengan dunia praktis. Akan tetapi, ini bukan berarti

melulu berbicara tentang “materilisasi” pendidikan yang mengedepankan konsep “siap

pakai” bagi perekonomian.

10. Sistem pendidikan sebaiknya tetap beragam.

11. Diperlukan sebuah sistem pendidikan yang memberikan ruang bagi anak didik untuk

bersaing dan berkreasi secara fair. Fair, juga berarti memberikan beasiswa dan bantuan

ekstra bagi mereka yang berasal dari lapis sosial bawah, sambil tetap memberrikan

penghargaan bagi siapa saja yang berprestasi.

12. Dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu.

13. Sistem pendidikan sebaiknya bersifat international. Dalam hal ini dibuka lebar

kesempatan bagi siswa dan mahasiswa asing untuk belajar di Indonesia.

Page 13: BAB I prof

BAB 5 JABATAN PROFESIONAL DAN TANTANGAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Jabatan guru merupakan jabatan professional yang mengkehendaki guru harus bekerja keras

secara profesional. Bekerja secara profesional berarti guru harus memiliki keahlian, dan keahlian

itu diperoleh melalui pendidikan khusus. Keahlian dalam pendidikan ditandai dengan

diberikannya sertifikat atau akta mengajar.

B. Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

Pola Pembelajaran yang Efektif

Ada banyak jalur untuk belajar.Seperti pola penyajian dikelas, belajar mandiri, dan interaksi

guru-siswa merupakan kategori yang mengelompokkan sebagian besar metode pengajaran dan

pembelajaran.Kita tidak dpat menggunakan ketiga pola ini secara sembarangan ketika

merencanakan program pengajaran. Ada beberapa alas an mengapa kita tidak dapat menggunakan

pola tersebut secara sembarangan, yaitu : (1) Ada diantara siswa yang dapat belajar mandiri,

namun ada juga yang lebih senang belajar dalam situasi pengajaran yang beraturan dan terpimpin.

Perbedaan diantara siswa ini mengharuskan kita untuk menggunakan berbagai metode pengajaran

yang berbeda, (2) Perlu memilih metode yang dapat memberi peluang untuk peran serta yang

aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar, (3) Menggunakan teknologi pengajaran yang

baru (TV, computer, dan lain-lain) dimana penekanannya biasanya diberikan pada penyajian

kelompok, atau pada kegiatan belajar Iandiri, (3) Terhadap kedua penyajian ini, tidak ada

kesempatan berinteraksi antar-guru secara tatap muka (4) Memiliki persoalan dalam keefisienan

dalam menggunakan waktu guru dan waktu siswa, sarana, dan peralatan. Pengajaran kelompok

lebih menghemat waktu dibandingkan pengajaran mandiri serta dapat mengurangi kerusakan

peralatan dan bahan yang dipergunakan secara berlebihan.

C. Kondisi dan Asas untuk Belajar yang Berhasil

Pengajaran yang efektif ditandai oleh berlangsungnya proses belajar. Hasil belajar akan terlihat

dengan adanya tingkah laku baru dalam tingkat pengetahuan berpikir atau kemapuan jasmaniah.

Untuk mendukung proses belajar menjadi lebih baik, maka diperlukan kondisi dan asas, antara

lain:

1. Nhjhj

2. Sasaran Belajar

Page 14: BAB I prof

Besar kemungkinan bahwa proses belajar akan berhasil dengan baik apabila sasaran

dinyatakan dengan jelas, dan pada awal pokok bahasan atau satuan pelajaran, siswa

diberitahu tentang sasaran khusus yang akan dicapai. Siswa dapat memperoleh informasi

lebih banyak dan mengingatnya dengan jangka waktu yang lebih lama apabila sasaran belajar

ditulis dengan cermat dan disusun secara bersistem.

3. Susunan Bahan Ajar

Proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari

tersusun dalam urutan yang bermakna. Susunan dan tata cara ini dapat membantu siswa

dalam menggabungkan dan memadukan pengetahuan atau proses secara pribadi.

4. Perbedaan Individu

Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda. Pelajaran kelompok memang

menguntungkan untuk tujuan tertentu dan lebih banyak disukai siswa.Akan tetapi, bukti

menunjukkan bahwa sebagian siswa mencapai sasaran apabila mereka menngunakan bahan

yang tepat, diperbolehkan belajar menurut kecepatan masing-masing.

5. Motivasi

Keinginan untuk belajar mempersyaratkan adanya motivasi. Keinginan seperti ini timbul

apabila : (a) pengajaran dipersiapkan dengan baik sehingga dirasakan penting dan menarik

untuk siswa, (b) tersedia berbagai pengalaman belajar, dan (c) siswa mengetahui bahwa

bahan yang akan dipelajari akan digunakan sesegara mungkin, dan (d) pengakuan tentang

keberhasilan belajar diberikan untuk mendorong upaya belajar selanjutnya.

6. Sumber Pengajaran

Jika bahan pengajaran, termasuk media seperti gambar dan rekaman video, dipilih dengan

hati-hati dan dipadukan secara bersistem untuk menunjang berbagai kegiatan dalam program

pengajaran dapat berarti dalam prestasi siswa.

7. Keikutsertaan

Keikutsertaan berarti siswa ikut memberikan respons dalam pikiran mereka atau

menunjukkannya melalui kegiatan jasmani.Mengikuti kegiatan secara aktif lebih disuka

daripada mendengar dan menonton secara pasif berjam-jam.

Page 15: BAB I prof

8. Balikan

Motivasi untuk belajar dapat dilanjutkan atau ditingkatkan apabila siswa diberitahu secara

berkala tetntang kemajuan mereka. Balikan memperkuat pemahaman dan kinerja yang benar,

memberitahukan kesalahan, dan memperbaiki proses belajar yang salah. Untuk memperoleh

hasil belajar yang memuaskan terdapat hubungan yang erat antara balikan dan penguatan.

9. Penguatan

Dengan memperoleh penegasan (balikan) tentang jawaban yang dipandang berhasi, siswa

terdorong untuk meneruskan kegiatan belajarnya.Kegiatan belajar yang dodorong oleh

keberhasilan menimbulkan kepuasan dan percaya diri.

10. Latihan dan Pengulangan

Latihan dan pengulangan cara pembelajaran yang efektif. Setelah siswa diberikan penguatan

adakalanya siswa melatih diri dan mengulang apa yang sudah diperolehnya. Latihan menjadi

sangat efektif apabila dilakukan dalam jangka waktu tertentu.Hasilnya adalah kemampuan

mengingat dalam jangka panjang.

11. Urutan Kegiatan Belajar

Tugas atau tata cara yang rumit dapat dipelajari dengan lebih efektif apabila peragaan dan

latihan diberikan secara terpadu. Pelatihan dimaksudkan untuk melatihkan bagian-bagian dari

tugas atau tata cara tersebut.

12. Penerapan

Hasil penting dari kegiatan belajar adalah meningkatnya kemampuan siswa untuk

menerapkan atau memindahkan apa yang telah dipelajarinya kepada masalah atau situasi

baru. Apabila siswa tidak dapat melakukan hal ini berarti pemahaman yang mendalam belum

diperoleh siswa .siswa harus terbantu menemukan rampatan (konsep, kaidah, dan asa) yang

berhubungan dengan pokok bahsan atau tugas. Harus diberikan kesempatan kepada siswa

untuk bernalar dengan menerapkan rampatan ke berbagai jenis tugas atau masalah nyata dan

baru.

13. Sikap Mengajar

Sikap positif yang diperluhatkan pengajar dan asisten terhadap mata ajar yang disajikan pada

siswa dan terhadap metode pengajaran yang digunakan, dapat mempengaruhi motivasi dan

sikap siswa terhadap suatu program pengajaran.

Page 16: BAB I prof

14. Penyajian di Depan Kelas

Dalam menggunakan pola penyajian kelompok, pengajar memberitahukan, menunjukkan,

memperagakan, menguraikan dengan cara mengesankan, atau menyebarkan bahan ajar

kepada sekelompok siswa. Pengajar dapat pula menggunakan bahan media pandang seperti

bening, rekaman, slide, film atau rekaman video masing-masing secara terpisah atau dalam

kombinasi nekasantir.

D. Metode Penyajian

1. Keunggulan Metode Penyajian

a. Ceramah atau format penyajian lainnya adalah metode yang telah dikenal dan diterima

secara konvensional, baik dikalangan pengajar maupun siswa.

b. Pada umumnya diperlukan upaya dan pemikiran minimal untuk merencanakan penyajian

ceramah karena pengajar sudah mengenal sdan berpengalaman dengan metode.

c. Adad beberapa pengajar yang merasa bahwa untuk mempertahankan status mereka atau

menambah wibawa dimata siswa, mereka perlu berbicara didepan kelas.

d. Dari segi tujuan pelajaran, waktu dapat dihemat karena dalam jangka waktu tertentu lebih

banyak informasi dapat disajikan dengan metode penyajian daripada dengan metode lain.

e. Sejumlah besar siswa dapat dilayani dalam waktu yang sama, yang jadi pembatas

hanyalah ukuran ruangan.

f. Penyajian harus disesuaikan.

g. Metode ini bisa dijadikan metode komunikasi sehingga terjadinya perubahan dan

pemutkhiran.

2. Kelemahan Metode Penyajian

a. Siswa dibatasikeikutsertaannya, mereka hanya menonton, mendengar, mencatat, dan

hanya sedikit atau sama sekali tidak ada kesempatan untuk bertukar pendapat dengan

pengajar.

b. Adanya keharusan bagi pengajar untuk menyajikan bahan ajarnya dengan cara yang

menarik, bergairah, dan penuh tantangan agar perhatian siswa tetap tertuju pada

penyajiannya selama pelajaran berlangsung.

c. Mereka dipaksa mempelajari sesuatu dengan kecepatan yang ditentuka oleh guru.

Page 17: BAB I prof

d. Apabila diizinkan bertanya, pengajran akan terhenti dan beberapa siswa terpaksa

menunggu sampai pertanyaan itu terjawab sebelum dapat mengikuti penyajian

selanjutnya.

e. Penyajian bukanlah metode yang dapat diterapkan untuk mengajarkan ketrampilan

psikomotor, dan sasaran dalam ranah efektif hanya terpengaruh sedikit sekali.

3. Penerapan

a. Sebagai pendahuluan, ikhtisar, atau pengarahan pokok bahasan baru.

b. Bertujuan untuk memberi semangat atau membangkitkan tujuan untuk mempelajari

sebuah bahan ajar atau pokok bahasan.

c. Untuk menyampaikan informas penting atau informasi mendasar sebagai latar belakang

umum atau persiapan yang diperlukan yang tidak mudah diterima sebelum siswa

mengikuti kegiatan kelompok kecl atau kegiatan perseorangan.

d. Untuk memperkenalkan perkembangan mutakhir dalam suatu bidang, terutama apabila

waktu persapan terbatas.

e. Sebagai narasumber.

f. Untuk memberi kesempatan kepada siswa menyajikan laporan didepan kelas.

g. Sebagai ikhtisar atau rangkuman.

4. Rencana Keikutsertaan

Proses belajar yang baik akan berlangsung dengan baik apabila siswa terlibat secar aktif.

Karena itu, perlu direncanakan kegiatan yang mengikutsertakan siswa pada waktu

menggunakan format penyajian.

Keikutsertaan dibagi kedalam tiga jenis yaitu :

1. Interaksi aktif dengan pengajar.

2. Kerja ditempat.

3. Kegiatan berpikir lain.

E. Belajar Mandiri

Metode belajar yang sesuai kecepatan sendiri juga disebut belajar mandiri, pengajaran sendiri,

atau belajar dengan mengarahkan diri sendiri.Ciri-ciri belajar mandiri buat siswa adalah tanggung

jawab sendiri, sesuai dengan kecepatan sendiri dan belajar yang berhasil.

1. Ciri

Dibawah ini merupakan ciri khusus program belajar mandiri yang bermutu ,antara lain:

Page 18: BAB I prof

1. Kegiatan belajar untuk siswa dikembangkan dengan ceermat dan rinci.

2. Kegiatan dan sumber pengajaran dipilih dengan hati-hati dengan memerhatikan sasaran

pengajaran yang dipersyaratkan.

3. Penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ia melanjutkan

kelangkah berikutnya.

4. Siswa kemudian harus segera meminta kepastian (balikan) tentang kebenaran

jawabannya atau upaya lainnya.

5. Apabila muncul keesulitan, siswa mungkin perlu mempelajari lagi atau meminta bantuan

pengajar.

Jenis sasaran pengajaran yang mungkin cocok untuk belajar mandiri antara lain :

a. Mempelajari informasi nyata.

b. Menguasai konsep dan asas.

c. Menerapkan informasi, konsep, dan asas.

d. Mengembangkan ketrampilan dasar memecahkan masalah

e. Mengembangkan ketrampilan psikomotor.

2. Keunggulan

Belajar mandiri memberikan sejumlah keunggulan unik sebagai metode pengajaran :

a. Program belajar mandiri yang dirancang dengan cermat akan memanfaatkan lebih banyak

asas belajar. Hasilnya adalah peningkatan, baik dari segi jenjang belajar maupun kadar

ingatan.

b. Pola ini memberikan kesempatan, baik kepada siswa yang lamban maupun yang cepat

untuk menyelasaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam

kondisi belajar yang cocok.

c. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yag dituntut dari siswa.

d. Dapat menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan

memberi kesempatan luas untuk berlangsungnya interaksi antarsiswa.

e. Siswa cenderung lebih menyukai metode belajar mandiri daripada metode tradisional.

3. Kelemahan

Terdapat juga beberapa kelemahan belajar mandiri yaitu:

a. Kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan siswa atau antara siswa dengan siswa.

Page 19: BAB I prof

b. Apabila hanya dipakai metode satu jalur dengan langkah tetap, kegiatan belajar bisa

membosankan dan tidak menarik.

c. Program mandiri tidak cocok untuk semua siswa atau pengajar. Kebanyakan siswa lebih

menyukai belajar dalam kelompok melalui ceramah dan kegiatan inetraksi daripada

kegiatan perorangan.

d. Kurangnya disiplin diri, ditambah lagi dengan kemalasan, menyebabkan kelambatan

penyelesaian program oleh beberapa siswa.

e. Metode belajar mandiri sering menuntut kerjasama dan perencanaan tim yang rinci

diantara staf pengajar yang terlibat.

4. Tata Cara

Cara yang lebih baik untuk merencanakan belajar mandiri adalah memulai dengan

bermacam-macam bahan agar mencapai sasaran dan kemudian merencanakan lebih dari satu

urutan pengajaran untuk memberikan peluang kepada perbedaan diantara siswa secara

perseorangan. Setiap orang berbeda dalam gaya belajar. Beberapa siswa merasa paling

bermanfaat apabila mereka belajar dari bahan visual, sementarayang lain dari media cetak,

atau dengan pengalaman sendiri.

BAB 6 KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

A. Pendahuluan

Beberapa para ahli mendefinisikan kompetensi :

Menurut Kurt Lewin, seseorang akan memperoleh kompetensi karena medan gravitasi

disekitarnya yang turut membentuk potensi seseorang secara individu. Artinya, kompetensi

individu dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungannya yang dalam pandangan teknologi

pembelajaran lingkungan tersebut diposisikan sebagai sumber belajar. Selain itu,system

informasi yang diperoleh seseorang dari lingkungannya berupa pengalaman yang diperoleh

secara empiris melalui observasi, pengetahuan ilmiah yang diterimanya dari pendidikan

formal, dan keterampilan yang dilakukannya secara mandiri turut mewarnai pembentukan

kompetensi dirinya.

Menurut William Stern, Kompetensi individu juga dapat terbentuk karena adanya potensi

bawaan dan lingkungan sekitar. Menurut teori ini, perkembangan pribadi dan kompetensi

Page 20: BAB I prof

seseorang merupakan hasil dari prosses kerja sama antara hereditas (pewarisan) dan

environment ( lingkungan).

Menurut Spencer, kompetensi sebagai penampilan kinerja atau situasi. Spencer lebih

menekankan pada wujud dari kompetensi sebagai daya untuk melakukan sesuatu yang

mewujud dalam bentuk unjuk kerja atau hasil kerja.

Menurut Musyi, kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang

diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk kepada permonfance dan perbuatan

yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas

kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan.Permormance

merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati tetapi juga meliputi perihal yang

tidak tampak.

Menurut Fullan, kompetensi lebih cenderung pada apa yang dapat dilakukan

seseorang/masyarakat daripada apa yang mereka ketahui (what people can do rather than

what they know).

Menurut Littrell, kompetensi adalah kekuatan mebtal dan fisik untuk melakukan tugas atau

ketrampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik.

Menurut Stephen J. Kenezevich, kompetensi adalah kemampuan-kemampuan untuk

mencapai tujuan organisasi. Kemampuankemampuan menurut Kenezevich adalah

penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa

pengetahuan, keterampilan, kepimpinan, kecerdasan, dan lain-lain yang dimiliki seseorang

untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut R. M. Guion dalam Spencer and Spencer mendefinisikan kompetensi sebagai

karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berprilaku atau

berpikir, dalam segala situasi, berlangsung terus dalam periode lama.

Lebih lanjut Spencer and Spencer membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut :

1. Motif, yaitu sesuatu orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu. Contohnya,

orang termotivasi dengan prestasi akan mengatasi segala hambatan untuk mencapai

tujuan, dan bertanggung jawab melaksanakannya.

2. Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi.

Contoh, penglihatan yang baik adalah kompetensi sifat fisik bagi seorang pilot.

3. Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image diri sesorang. Contohnya, kepercayaan diri.

4. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu.

Page 21: BAB I prof

5. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan

fisik dan mental.

Pengertian kompetensi guru berdasarkan pendapat para ahli :

Menurut Mohammad Amin, kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari

konsep hakikat guru dan hakikat tugas guru.

Menurut Soediarto, kompetensi guru menuntut dirinya sebagai guru agar mampu

menganaliss, mendiagnosis, dan memprognosis situasi pendidikan.

Guru yang memiliki kompetensi professional perlu menguasai antara lain:

a. Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran.

b. Bahan ajar yang diajarkan.

c. Pengetahuan tentang karakteristik siswa.

d. Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan.

e. Pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar.

f. Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pengajaran.

g. Pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna dan

kelancaran proses pendidikan.

Salah satu unsur pembentuk kompetensi professional guru adalah tingkat komitmennya

terhadap profesi. Guru yang rendah tingkat komitmennya, dditandai oleh ciri-ciri :

a. Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan siswanya hanya sedikit.

b. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya sedikit.

c. Perhatian utama guru hanyalah jabatannya.

Sebaliknya, guru yang mempunyai tngkatan komitmen tinggi, ditandai oleh ciri-ciri:

a. Perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi.

b. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksankan tugasnya banyak.

c. Banyak bekerja untuk kepentingan orang lain.

Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif dan perilaku guru atau tenaga

keependidikan yang tampak sangat berarti.

Nana Sudjana telah membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu:

Page 22: BAB I prof

1. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata

pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah

laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang

administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siwa, pengetahuan

tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum lainnya.

2. Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal

berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya, sikap menghargai pekerjaannya,

mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajarannya yang dibinanya,

sikap toleransi terhadap sesame teman profesinya dan lain-lain.

3. Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai

keterampilan/berperilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai,

menggunakan alat bantu pengjaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa,

keterampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun

persiapan/perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas dan lain-

lain.

Menurut Crow dan Crow, kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran meliputi:

a. Penguasaan subjectmatter yang akan diajarkan.

b. Keadaan fisik dan control emosinya.

c. Sifat-sifat pribadi dan control emosinya.

d. Memahami sifat-hakikat dan perkembangan manusia.

e. Pengetahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar.

f. Kepekaan dan asiprasinya terhadap perbedaan-perbedaan kebudayaan, agama, dan etnis.

g. Minatnya terhadap perbaikan professional dan pengayaan kultural yang terus-menerus

dilakukan.

Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme, yaitu guru yang professional adalah guru

yang kompeten (berkemampuan).Karena itu, kompetensi perofesionalisme guru dapat

diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya

dengan kemapuan tinggi. Dengan kata lain, kompetensi adalah pemilikan penguasaan,

keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.

Guru merupakan pendidik formal disekolah yang bertugas membelajrkan siswa-siswanya

sehingga memperoleh berbagai engetahuan, ketermapilan, nilai, sikap, yang semakin

sempurna kedewasaannya atau pribadinya.

Page 23: BAB I prof

Syarat-syarat yang harus dikuasai oleh seorang guru:

1. Menguasai bahan

2. Mengelola program belajar mengajar.

3. Mengelola kelas

4. Menguasai media atau sumber belajar

5. Menguasai landasan kependidikan

6. Menilai prestasi siswa

7. Mengelola interaksi belajar mengajar

8. Mengenal fungsi dan program bimbngan penyuluhan

9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkanl hasil penelitan untuk keperluan pendidikan

dan pengajaran.

Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain:

1. Kompetensi professional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari

subjectmatter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodolgi dalam arti

memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.

2. Kompetensi personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi

sumber intensifikasi bagi subjek.

3. Kompetensi social, artinya guru harus nmenunjukkan atau mampu berinteraksi social,

baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesame guru dan kepala sekolah, bahkan

dengan masyarakat luas.

4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti

mengemukakan nilai-nilai social dari nilai material.

Untuk mengukur kemapuan guru perlu disusun Alat Penilaian Kemampuan Guru

(APKG).APKG adalah suatu alat untuk mengukur tingkat kualitas kemampuan guru yang

bersifat Generic essentials.Dikatakan generic karena kemampuan tersebut secara umum harus

dimiliki oleh setaip guru mata pelajran, termasuk mata pelajaran Geografi. Dikatakan

Esensial karena merupakan yang penting-penting saja, ini tidak berarti bahwa kemampua-

kemapuan yang lain dapat diabaikan melainkan masih sangat diperlukan, hanya harus diukur

dengan alat lain.

Adapun penyusunan Alat Penilaian Kemampuan Guru, meliputi:

a. Kemampuan membuat perencanaan pengajaran bahan pengajaran.

Page 24: BAB I prof

b. Untuk kemampuan mengajar dalam kelas

c. Kemampuan mengadakan hubungan antara pribadi siswa

BAB 7 REFORMASI PENDIDIKAN

A. Pendahuluan

Sistem pendidikan yang selama ini dikelola dalam suatu birokratik dan sentralistik dianggap sebagai salah satu sebab yang telah membuahkan keterpurukan dalam mutu dan keunggulan pendidikan di tanah air. Ironisnya, kepala sekolah dan guru sebagai pihak yang paling memahami realitas pendidikan barada pada tempat yang dikendalikan.

Kekayaan birokrasi jugalah yang menjadi faktor sebab menurunnya semangat partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan disekolah. Dulu sekolah sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat, dan merekalah yang membangun dan memelihara sekolah, mengadakan sarana pendidikan, serta iuran untuk mengadakan biaya operasional sekolah. Pada waktu itu, kita sebenarnya telah mencapai pembangunan yang berkelanjutan ( sustainable development ), karena sekolah sepenuhnya milik masyarakat yang senantiasa bertanggung jawab dalam pemeliharaan serta operasional sehari-hari, pemerintah hanya sebagai penyeimbang. Namun keluarnya Impres SDN No. 10/1973 adalah titik awal dari keterpurukan sistem pendidikan ditanah air. Pemerintah telah mengambil alih kepemilikan sekolah yang sebelumnya milik masyarakan menjadi milik pemerintah dan dikelola sepenuhnya secara birokratik bahkan sentralistik. Peran masyarakat sebelumnya bertanggung jawab, berubah menjadi hanya berpartisipasi terhadap pendidikan, selanjutnya masyarakat menjadi asing terhadap sekolah.

B.

C. Menuju Otonomi pada tingkat sekolah

Paradigma MBS beranggapan bahwa satu- satunya jalan masuk yang terdekat menuju peningkatan mutu dan relefansi adalah demokratisasi, partisipasi, dan akuntabilitas pendidikan. Kepala sekolah, guru dan masyarakat adalah pelaku utama penyelenggaraan pendidikan disekolah sehingga segala keputasan harus dihasilkan dari ketiga pihak tersebut. Masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan akan keberhasilan pendidikan disekolah karena mereka adalah pembayar pendidikan, baik melalui uang sekolah maupun pajak, sehingga sekolah seharusnya bertanggung jawab terhadap masyarakat. Untuk penyelenggaraan pendidikan sekolah, konsep masyarakat perlu di sederhanakan ataupun (simplifiet ) agar menjadi mudah bagi sekolah melakukan hubungan dengan masyarakat tersebut.

Page 25: BAB I prof

Melalui perwakilan fungsi stakholder dibentuk Komite Sekolah (KS) pada setiap sekolah dan Dewan Pendidikan (DP) di setiap kabupaten dengan demikian, interaksi antara sekolah dan masyarakat dapat diwujudkan melalui mekanisme pengambilan keputusan antara sekolah dengan Komite Sekolah, dan interaksi antara para pejabat pendidikan diperintahan kabupaten dengan kota dengan Dewan Pendidikan.

Kemandirian setiap satuan pendidikan adalah salah satu sasaran kebijakan desentralisasi pendidikan sehingga sekolah menjadi lembaga otonom dengan sendirinya. Melalui strategi desentralisasi pemerintahan didalam pendidikan, Depdiknas juga berkepentingan dalam mewujudkan otonomi satuan pendidikan, Depdiknas memiliki kekuasaan untuk membangun kapasitas setiap penyelenggara pendidikan yaitu sekolah. MBS mengembangkan satuan pendidikan secara otonom karena mereka yang aling mengetahui operasional pendidikan. Sesui dengan strategi ini, sekolah bukan bawahan dari birokrasi pemerintahan daerah tetapi sebagai lembaga profesional yang bertanggung jawab terhadap klien atau stekholder yang diwakili ole Komite Sekolah dan dewan pendidikan. Fungsi pemerintah adalah fasilitator agar sekolah menjadi berkembang menjadi lembaga lembaga yang profesional dan otonom. Dengan konsep MBS ini masyarakat akan merasa memiliki dan bertanggung jawab untuk keberhasilan didalamnya.

Untuk sampai kepada kemampuan mengurus dan mengatur penyelenggaraan pendidikan diperlukan program yang sistemaik dengan melakukan capasyty building melalui penahapan sehingga menjadi proses yang dilakukan secara berkesinambungan arahnya menjadi l/jelas dan terukur. Terdapat empat tahap pokok dalam pelaksanaan capasyty building yaitu :

1. Tahap praformalSatuan pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini yang belum mengetahui standar teknis yaitu, belum dapat memiliki sumber pendidikan (guru, sarana dsb) sebagai persyaratan minimal satuan pendidikan yang siap dikembangkan kemampuannya.

2. Tahap formalitasSatuan pendidikan yang termasuk kelompok ini adalah mereka yang sudah memiliki sumber pendidikan secara minimal, seperti dalam jumlah dan kualifikasi guru, ruang kelas, buku pelajaran dan kualitas fasilitas pendidikan lainnya. capasity building dilakukan melalui peningkatan kemampuan administrator (kepala sekolah ) dan pelaksana pendidikan ( guru ) agar dapat melaksanakan penggolongan pendidikan secara efesien serta dapat melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

3. Tahap transisionerSatuan pendidikan yang sudah mencapai tahap perkembangan ini adalah yang sudah mampu memberikan pelayanan minimal pendidikan yang bermutu seperti kemampuan mendayagunakan sumber-sumber pendidikan secara optimal, meningkatkan kreatifitas guru, pendayagunaan perpustakaan sekolah secara optimal, kemampuan untuk menambah

Page 26: BAB I prof

anggaran dan dukungan fasilitas pendidikan dan sumber masyarakat, dan kemampuan lainnya yang mendukung best practices pelayanan pendidikan pada setiap pelayanan pendidikan.

4. Tahap otonomiSatuan pendidikan yang sudah mencapai tahap perkembangan ini dapat dikategorikan sebagai tahap penyelesaian capasity building menuju profesionalisasi satuan pendidikan dan pelayanan pendidikan yang bermutu.

D. Pengololaan Pendidikan pada Tingkat sekolah

Aspek manajemen yang secara langsung dapat diserahkan sebagai kewenangan tingkat sekolah adalah sebagai berikut.

Pertama, Menetapkan fisi, misi, strategi, tujuan, logo, dan tata tertib sekolah. Urusan ini amat penting sebagai modal dasar yang harus dimiliki sekolah yang merupakan bukti kemandirian awal yang harus ditunjukkan oleh sekolah. Dalam hal ini sekolah harus menjalin kerjasama sebaik mungkin dengan orang tua dan sebagai masyarakat sebagai mitra kerjanya.

Kedua, Memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang tersedia, fasilitas yang ada, jumlah guru dan tenaga administrasi yang dimiliki.

Ketiga, menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang akan diadakan dan dilaksanakan oleh sekolah. Kurikulum muatan lokal, misalnya untuk menambah mata pelajaran seperti bahasa Inggris, komputer dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan penetapan kegiatan ekstrakurikuler, sekolah juga harus meminta pendapat siswa dalam menentukan kegiatan yang akan diadakan oleh sekolah.

Keempat, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk buku pelajaran dapat diberikan kepada sekolah, dengan memerhatikan standar dan ketentuan yang ada yaitu standar dan pedoman yang ditetapkan pemerintah pusat atau provinsi dari kabupaten/kota.

Kelima, penghapusan barang dan jasa dapat dilaksanakan sendiri oleh sekolah, dengan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten.

Keenam, proses pengajaran dan pembelajaran. Ini merupakan kewenangan profesional sejati yang dimiliki oleh lembaga pendidikan sekolah. Kepala sekolah dan guru secara bersama-sama merancang proses pengajaran dan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan lancar dan berhasil.

Page 27: BAB I prof

Ketujuh, urusan teknis edukatif yang lain sejalan dengan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) merupakan urusan yang sejak awal harus menjadi tanggung jawab dan kewenangan setiap satuan pendidikan.

E. Pemberdayaan Komite Sekolah dan Dewan PendidikanBerdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Nasional (Propenas) 2000-2004, dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu dibentuk Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan. Amanat rakyat dalam undang-undang tersebut telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002, yang berisi tentang peran yang harus diemban Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah adalah sebagai; 1. Advisory agency (pemberi pertimbangan, 2. Supporting agency (pendukung kegiatan layanan pendidikan), 3. Controlling agency (pengontrol kegiatan layanan pendidikan) dan 4. Mediator (penghubung atau pengait tali komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah).

Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah harus dapat membina kerjasama dengan orang tua dan masyarakat, menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah.

1. Penyusunan Rencana ProgramSebagai penyelenggara dan pelaksana kebijakan pendidikan nasional, sekolah bertugas

menjabar kebijakan pendidikan nasional menjadi program-program operasional penyelenggaraan pendidikan di masing-masing sekolah. Program tersebut terdiri dari penyusunan pelaksana rencana kegiatan mingguan, bulanan, semesteran serta tahunan yang sesuai dengan arah kebijakan serta kurikulum yang telah ditetapkan. Setiap rencana dan program yang disusun harus mengacu pada standar pelayanan minimum (SPM) yang ditetapkan pemerintah kabupaten/kota. Untuk dapat memerankan fungsi ini, Komite Sekolah menjadi pendamping dan penyeimbang bagi sekolah-sekolah.

Selain melaksanakan kurikulum yang telah ditetapkan dari pusat provinsi, kabupaten/kota, sekolah dapat juga menyusun program pendidikan life skills yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pada masyarakat sekitar, disini komite sekolah dapat membantu mengumpulkan fakta mengenai kebutuhan serta potensi sumber daya yang tersedia di dalam masyarakat untuk diterjemahkan ke dalam program pendidikan life skills yang dapat dilaksanakan oleh sekolah.

2. Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)

Dalam fungsinya sebagai pelaksana pendidikan yang otonom, sekolah berperan dalam menyusun RAPBS setiap akhir tahun ajaran untuk digunakan dalam tahun ajaran berikutnya.

Page 28: BAB I prof

Dari sisi pendapatan, seluruh jenis dan sumber pendapatan yang diperoleh sekolah setiap tahun harus dituangkan dalam RAPBS, baik yang bersumber dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun sumber lain yang diperoleh secara langsung oleh sekolah. Setiap pemasukan yang diperoleh sekolah dari berbagai sumber harus sepenuhnya diperhitungkan sebagai pendapatan resmi sekolah dan diketahui bersama baik dari pihak sekolah maupun Komite Sekolah. Begitu juga dari sisi belanja sekolah, harus diketahui bersama.

Kedua anggaran tersebut dituangkan ke dalam rencana tahunan sekolah yang disebut RAPBS, yang harus disahkan bersama antara dan ditandatangani oleh kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah sehingga menjadi APBS pendidikan di tingkat sekolah yang resmi.

3. Pelaksanaan Program PendidikanSistem pendidikan pada masa orde baru, pelaksanaan pendidikan secara langsung

dikendalikan oleh sistem birokrasi dengan mata rantai yang panjang mulai dari tingkat pusat, daerah, bahkan sampai tingkat satuan pendidikan. Pengaturan penyelenggaraan pendidikan pada masa birokrasi dilakukan secara uniform (0ne fits for all) atau dilakukan secara baku dengan pengaturan dari pusat, mulai dari perencanaan pendidikan, sampai pada penilaian pendidikan.

Dalam masa desentralisasi pendidikan ke depan, melalui paradigma MBS sekolah-sekolah diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengurus dan mengatur pelaksanaan pada masing-masing sekolah. Dalam keadaan seperti ini maka Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah akan dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang sejalan dengan kondisi dan permasalahan lingkungan masing-masing sekolah.

4. Akuntabilitas PendidikanPada masa orde baru, satu-satunya pihak yang berwenang untuk meminta

pertanggungjawaban pendidikan ke sekolah–sekolah adalah pemerintah pusat. Dalam era demokrasi dan partisipasi, akuntabilitas pendidikan tidak hanya terletak pada pemerintah, tetapi bahkan harus lebih banyak pada masyarakat sebagai stake\holder pendidikan. Dewan pendidikan diberikan kesempatan untuk menyampaikan masukan bahkan protes kepada Dinas Pendidikan jika hasil pendidikannya tidak memuaskan masyarakat sebagai klien pendidikan. Komite Sekolah dapat menyampaikan ketidakpuasan orang tua murid akan rendahnya prestasi yang dicapai oleh suatu sekolah. Penilaian pendidikan yang dilakukan oleh DP-KS ini cukup dengan menggunakan data-data yang tersedia sebagai bahan untuk menyampaikan keputusan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap Dinas Pendidikan. Sehingga dibutuhkan suatu mekanisme akuntabilitas pendidikan yang dibentuk melalui suatu Peraturan Daerah dibidang pendidikan.

F. Penutup

Page 29: BAB I prof

Keberhasilan dalam pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah adalah sebuah keniscayaan yang perlu dilakukan secara teliti, cermat, dan terus-menerus. DP-KS pada intinya adalah wakil masyarakat dan keluarga yang dapat menjadi jalan masuk yang tepat agar masyarakat dapat berpartisipasi dan rasa ikut memiliki terhadap sistem pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah yang ada di lingkungannya masing-masing.

BAB 8 PERAN TEKNOLOGI DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

A. Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik banyak dihadapkan pada aneka ragam jenis produk teknologi, baik yang dijumpai, dimanfaatkan, dialami, maupun yang dinikmati. Agar perolehannya bermakna, pembelajaran kurikulum pendidikan teknologi hendaknya berintikan pemecahan masalah dengan pendekatan empat pilar belajar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and to live together.

B. Pengenalan Awal Teknologi

Dalam mengembangkan kurikulum, salah satu prinsip yang perlu diperhatikan adalah sesuai dengan kebutuhan. Soedijarto (1993: 125) mengemukakan bahwa ada tiga indikator dari hasil pendidikan yang bermutu dan tercermin dari pribadi lulusannya, yaitu 1. Kemampuan untuk bertahan dalam kehidupan, 2. Kemampuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, baik dalam segi sosial budaya, politik, ekonomi maupun dalam fisik biologis, 3. Kemampuan untuk belajar terus pada pendidikan lanjutan. Wadirman (1996: 3) menyatakan bahwa pendidikan hendaknya dapat meningkatkan kreativitas, etos kerja, dan wawasan keunggulan peserta didik. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dunia nyata yang akan dihadapi peserta didik penuh dengan persaingan. Salah satu masalah kehidupan yang akan dihadapi adalah perubahan masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun yang pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia salah satunya berwujud teknologi.

Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan akalnya ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan lebih yang lain. Dalam kaitan ini, maka timbul pertanyaan, kurikulum apa yang dapat memberikan bekal kepada peserta didik di jenjang pendidikan dasar sehingga mereka dapat di arahkan kepada masyarakat yang sadar teknologi dan masyarakat yang melek teknologi.

Page 30: BAB I prof

C. Dasar Pemikiran Perlunya Teknologi dalam PendidikanDalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 menegaskan

paling tidak terdapat dua tujuan Pendidikan Nasional, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan.

Ki Hajar Dewantara (1946: 15) menyatakan bahwa kebudayaan merupakan faktor penting sebagai akar pendidikan suatu bangsa.

Tuntutan masyarakat pada hakikatnya adalah amat kompleks dan beragam, hal ini erat kaitannya dengan kondisi psikologis individu. Perbedaan individu berhubungan dengan perkembangannya, latar belakang sosial budaya, dan faktor-faktor yang dibawa kelahirannya, merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum.

Gencarnya perkembangan iptek menuntut adanya manusia-manusia yang kreatif agar mereka dapat memasuki dunia yang amat kompetitif. Berkaitan dengan hal tersebut, M. S. U. Munandar (1997: 5-59) mengemukakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur hara yang ada.

Dari beberapa pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi untuk siswa di jenjang pendidikan dasar tampaknya merupakan salah satu alternatif yang dapat mengatasi masalah berkaitan dengan pembudayaan teknologi.

D. Dasar Pertimbangan Perumusan

Pendidikan teknologi perlu diperkenalkan pada peserta didik sejak usia dini. Satcweld berpendapat bahwa (1) teknologi merupakan aplikasi pengetahuan, (2) teknologi merupakan aplikasi dasar karena merupakan kombinasi dari pengetahuan, pemikiran, tindakan, (3) teknologi mengembangkan kemampuan manusia karena dengan teknologi memungkinkan manusia mengadaptasi dan menata dunia fisik yang telah ada. Pertanyaannya adalah, teknologi mana, teknologi yang bagaimana dan untuk siapa yang cocok dan tepat bagi anak seusai SD dan SMP. Untuk mencari “apa” nya pendidikan teknologi di pendidikan dasar, dapat menggunakan pendekatan keempat model konsep pengembangan kurikulum, yaitu

a. Kurikulum subjek akademis, sebab pada dasarnya teknologi ada sejak manusia itu ada, dan pengetahuan tentang teknologi begitu banyak.

b. Kurikulum humanistik, sebab pendidikan teknologi mengajarkan bagaimana setiap individu dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

c. Kurikulum teknologi, sebab pendidikan teknologi selain peserta didik memiliki kompetensi-kompetensi tertentu, juga dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan pendekatan desain pembelajaran tertentu.

d. Kurikulum rekonstruksi sosial, sebab konsep pendidikan teknologi dapat dengan mudah terbentuk pada diri peserta didik melalui aktivitas atau eksperimen (Confrey, 1990: 20).

Page 31: BAB I prof

Dari pertimbangan yang telah dikemukakan di atas maka dalam menentukan rumusan tujuan pembelajaran dan bahan ajr, pendidikan teknologi mengacu atas hal-hal berikut.

1. Rumusan tujuan

Tujuan pendidikan teknologi hendaknya mengacu pada pencapaian tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat pada Pasal 4 UU No. 2 Tahun 1989, yaitu untuk mengembangkan manusia yang utuh, meliputi; (1) keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, (2) sehat jasmani dan rohani, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) kepribadian yang mantap dan mandiri, (5) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain itu juga hendaknya mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan dasar yang terdapat dalam pasal 3 PP No. 27 Tahun 1990.

2. Pengembangan bahan ajr

Ruang lingkup kajian teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut.

a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi.

b. Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas:1) teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untuk kehidupan sehari-hari, industri,

profesi, dan lingkungan hidup);2) produk teknologi dan sistem (berintikan bahan, energi, dan informasi);3) perancangan dan pembuatan karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan,

pembuatan dan pengkajian ulang perancangan);c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini

antara lain teknologi produksi, komunikasi, energi, dan bioteknologi.

3. Bahan ajar yang pokok-pokok

Pokok-pokok bahan ajar yang dianggap ampuh untuk peserta didik di jenjang pendidikan dasar (BTE, 1998), keterampilan dasar teknik, penjernihan air, bioteknologi, pengolahan macam-macam bahan, teknologi dan profesi, teknologi produksi, transportasi dan navigasi, teknologi lingkungan hidup, komputer dan teknologi kontrol, desain teknologi dan teknologi terapan.

4. Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran diperlukan:

a. Learning to know, yaitu peserta didik akan dapat memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam lingkungannya.

b. Learning to do, yaitu menerapkan suatu upaya agar peserta didik menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna.

Page 32: BAB I prof

c. Learning to be, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik yang mandiri.

d. Learning to live together, yaitu pendekatan melalui penerapan paradigma ilmu pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan menyelidiki akan memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar.

E. Kesimpulan

Guna mempersiapkan sumber daya manusia yang andal dalam memasuki era kesejagadan, yang ditandai dengan sarat muatan teknologi, salah satu komponen pendidikan yang perlu dikembangkan adalah kurikulum yang berbasis pendidikan teknologi di jenjang pendidikan dasar.

BAB 9 PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DI ERA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN

INFORMASI

A. Pendahuluan

Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang seharusnya dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap kali terabaikan. Karakteristik masing-masing media perlu mendapat para pengajar sehingga mereka dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

B. Teori-teori yang Berkaitan dengan Sumber Belajar

Pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa turut mempengaruhi belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran yaitu; (1) variabel kondisi, yang mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan harus diterima apa adanya, yang termasuk dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa, (2) variabel metode, mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu, yang termasuk dalam variabel ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran, (3) variabel hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efesiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran. Fokus utama dalam perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode.

Page 33: BAB I prof

Pada teori pembelajaran deskriptif, apabila isi bidang studi (kondisi) diorganisasikan dengan menggunakan model elaborasi (metode), akan diperoleh hasil belajar meningkat. Sedangkan teori prespektif agar diperoleh hasil belajar yang meningkat, maka isi bidang studi 9kondisi) perlu diorganisasikan dengan menggunakan model elaborasi.

Gagne dalam suparman mengatakan bahwa sistem pembelajaran adalah suatu set peristiwa yang mempengaruhi anak didik sehingga terjadi proses belajar. Pengembangan pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran melalui tahapan berikut;

1. Perumusan tujuan instruksional umum.2. Analisis tujuan instruksional umum.3. Analisis kemampuan awal siswa.4. Menuliskan tujuan instruksional khusus.5. Mengembangkan tes acuan patokan.6. Mengembangkan strategi pembelajaran.7. Mengembangkan bahan pembelajaran.8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.9. Merevisi pembelajaran.10. Melaksanakan evaluasi sumatif.

C. Pengertian Media

Media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

D. Jenis dan Klasifikasi Media

Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari yang sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan canggih. Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun oleh Heinick (1996) tersaji dalam tabel berikut;

KLASIFIKASI JENIS MEDIAMedia yang tidak terproyeksi (non projected media)

Realita, model, bahan grafis (graphical material), display

Media yang diproyeksikan (projected media)

OHT, Slide, Opaque

Media Audio (Audio) Audio kaset, vision, active audio vissionMedia berbasis komputer (computer based media)

Computer Assested Instruction (CIA) Computer Managed Instruction (CMI)

Page 34: BAB I prof

Multimedia Kit Perangkat Pratikum

Pengelompokan media dalam tabel di atas berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan atau diproyeksikan, atau apakah media tersebut masuk ke dalam golongan median yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya.

E. Peran Media

Heinich (1996) ditinjau dari kondisi berlangsungnya proses pembelajaran kontribusi media yaitu;

a. Proses pembelajaran yang bergantung pada kehadiran pengajarPada kondisi ini, penggunaan media dalam proses pembelajaran umumnya bersifat sebagai pendukung bagi pengajar.

b. Proses pembelajaran tanpa kehadiran pengejarMedia dapat digunakan secara efektif pada pendidikan formal yang karena suatu hal tidak dapat hadir di kelas atau sedang bekerja dengan peserta didik lainnya.

c. Pendidikan jarak jauhPeranan media dalam pendidikan jarak jauh mampu mengatasi masalah jarak, ruang, dan waktu. Media yang paling umum digunakan adalah media cetak dengan menggunakan sistem korespondensi.

d. Pendidikan khususMedia juga berperan bagi mereka yang memiliki kekurangan, media ini membantu proses pembelajaran bagi mereka. Media yang digunakan disesuaikan bagi masing-masing keterbatasan.

F. Media yang Tidak Diproyeksi1. Realila adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Pemanfaatan media tidak

selalu di hadirkan dalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan sebagai suatu kegiatan observasi pada lingkungannya. Penggunaan realila dapat dimodifikasi, menurut Heinich (1996) modifikasi penggunaan realila dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu :a. Cutaways/potongan, adalah belahan atau potongan benda sebenarnya yang digunakan

untuk dapat melihat bagian dalam dari benda tersebut. b. Specimen/ contoh, adalah bentuk media realila yang digunakan dalam bentuk asli dari

sebuah benda dalam jenis atau kelompoknya, misalnya kupu-kupu dalam berbagai jenis. Umumnya Specimen tersebut di simpan dalam botol, kotak atau tempat lain yang dapat di observasi.

Page 35: BAB I prof

c. Exhibit/pameran, realila dapat ditampilkan dalam bentuk pameran yang dirancang seolah berada dalam lingkungan atau situasi yang Sali. Misalnya benda sejarah yang ditampilkan dalam kondisi asli.

2. Model.Media realila memiliki keterbatasan dalam penyediaannya, misalnya ukuran atau biayanya. Alternatif pemanfaatan media yang menyerupai realila adalah model. Menurut Brown (1985), model adalah benda nyata yang modifikasikan. Model dapat berukuran lebih besar, lebih kecil, atau sama persis dengan benda aslinya dan menampilkan wujud yang lengkap serta rinci yang disederhanakan untuk mempermudah proses pembelajaran.

3. Bahan GrafisHeinich (1996) menyebutkan beberapa media grafis antar lain : gambar diam, sketsa, diagram, charts, graft, poster, dan kartun.

Gambar diamGambar didefinisikan sebagai representasi visual dari orang, tempat atau pun benda yang diwujudkan di atas kanvas, dan foto.

SketsaSketsa merupakan gambar yang tidak lengkap dan sederhana, atau dapat dikatakan sebagai gambar kasar yang menampilkan bagian pokok dan mengabaikan bagian-bagaian yang bersifat detail.

DiagramPenggunaan diagram pada umumnya ditujukan untuk menunjukkan suatu proses untuk menggambarkan suatu hubungan atau menjelaskan proses.

GrafikDidefinisikan sebagai bahan-bahan nonfotografis dengan format dua dimensi yang didesain khusus untuk mengkomunikasikan pesan dan informasi tertentu.

Chart/baganSalah satu dari media grafis yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau materi yang cukup sulit jika disampaikan secara lisan maupun tulisan.

4. Papan display

Berbagai media yang tidak diproyeksi, seperti gambar, chart, poster membutuhkan tempat untuk memajang, tempat itu disebut papan dis-play.

Page 36: BAB I prof

G. Media yang Diproyeksikan (Projected Media)

1. OHT OHT merupakan media yang menggunakan media membutuhkan bahan transparansi dan juga alat tulis khusus atau pena. Alat tulis yang digunakan sebaiknya untuk overheat transparancy.

2. SlideSlide tergolong dalam media visual yang penggunaannya diproyeksikan ke layar dapat dilakukan dengan ataupun tanpa suara. Media slide dapat menampilkan gambar realitis bahan dasar media slide merupakan film fotografis berbentuk transparan.

3. Media AudioMedia audio yang hanya menghasilkan suara, sangat efektif digunakan berbagai bidang studi, seperti bahasa, drama, dan seni musik.

4. Media VideoSebagai media audiovisual dengan memiliki unsur gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi. Kemampuan video ini bermanfaat untuk membantu pengajar mengetengahkan fakta, kemudian membahas fakta tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya di ruang kelas.

5. Media berbasis komputerMedia ini berbagai aplikasi yang terdapat dalam program komputer seperti yang dinyatakan heinich (1996) berupa : Praktik dan latihan (drill and practice), program ini menyajikan sejumlah soal atau

kasus yang memerlukan respon peserta didik dengan disertai umpan balik. Program ini umumnya menyajikan pengukuhan terhadap jawaban yang tetap.

Program tutorial, menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topik-topik tertentu di ikuti dengan pemecahan soal dan kasus.

Permainan (game) program yang berisi permainan yang bersifat mendidik dapat memberi motivasi bagi siswa untuk mempelajari informasi yang ada didalamnya.

Program simulasi berupaya melibatkan siswa dalam persoalan yang mirip dengan situasi yang sebenarnya.

Program pertemuan (dicovery) program komputer mampu menayangkan masalah yang harus di pecahkan oleh peserta didik dengan cara trial and error.

Internet dan e-mail pemanfaatan komputer dapat pula dimanfaatkan dalam suatu jaringan. Komputer (computer network) yaitu dengan cara mengakses informasi tentang pelajaran melalui jaringan internet dan berkomunikasi dengan menggunakan surat online (e-mail)

Page 37: BAB I prof

Multimedia kit, multimedia kit dapat di artikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri dari beberapa jenis media yang digunakan untuk menjelaskan suatu topik atau materi tertentu, yang dilengkapi dengan Study guide lembar kerja dan modul.

BAB X MENGURAI BENANG KUSUT PENDIDIKAN DI ERA EKONOMI

A. Analisa tentang pendidikan di Indonesia

Beberapa hasil survey dan riset yang dilakukan lembaga-lembaga dunia yang kredibilitasnya

dapat dipertanggungjawabkan, menggambarkan bahwa kredibilitas bangsa Indonesia di mata

masyarakat dunia tidak semakin memuncak, tetapi justru semakain memudar dalam beberapa

tahun terakhir. Berbagai publikasi yang dikeluarkan oleh organisasi internasional, baik lembaga

formal seperti Bank dunia maupun lembaga nonformal seperti LSM, telah member gmbaran

yang lebih konkret mengenai hal tersebut.

Banyak yang mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh badai krisis yang menghantam

perekonomian bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang lalu. Kita dapat belajar dari

Australia, selandia baru, singapura ketika badai krisis melanda Negara meraka, tapi mereka

masih survive, karena mereka mempunyai generasi yang tangguh untuk untuk melawan krisis.

Ketangguhan ini merupakan dampak positi dari pelaksanaan pendidikan nasionalanya.

Seandainya kita mempunyai generasi yang tangguh, generasi yang berkemauan tulus, dan

berkemampuan professional tentu saj kita sudah bangkit dari keterpurukan.

Pada saat ini pendidikan di Indonesia masih dihadapkan pada :

1. Masih rendahnya pemerataan untuk memperoleh pendidikan.

2. Masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan.

3. Masih lemahnya manajemen pendidikan.

Page 38: BAB I prof

Setidaknya terdapat sebelas hal yang menjadi isu kritis yang harus dipertimbangkan, baik

dalam jajaran birokrasi pendidikan maupun masyarakat umum dalam menata pendidikan yang

unggul dimasa yang akan datang yaitu :

1. Guru harus professional

2. Melakukan perubahan atas kesalahan pendidikan

3. Kelayakan dan kesejahteraan guru

4. Efisiensi pemanfaatan anggaran pendidikan

5. Depolitisasi kebijakan pendidikan

6. Rekonstrukturisasi organisasi

7. Kenaikan gaji guru dan PNS

8. Memposisikan pejabat pendidikan adalah mereka yang professional

9. Rekrutmen tenaga guru harus professional dan kompeten

10. Memberikan tunjangan layak hidup bagi guru yang masuk purnatugas

11. Mengarahkan siswa ke pendidikan yang sesuai dengan kompetensinya.

Page 39: BAB I prof

BAB III

PEMBAHASAN

JABATAN PROFESIONALISME GURU

Jabatan guru merupakan jabatan professional. Untuk itu, guru harus bekerja secara professional.

Bekerja sebagai seorang yang professional berarti bekerja dengan keahlian dan keahlian hanya dapat

diperoleh melalui pendidikan khusus. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta

didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan p otensi-potensi

yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. guru yang

professional yaitu guru yang memiliki pengetahuan tentang peserta didik secara individual karena peserta

didik memiliki perbedaan antara peserta didik lainnya. Guru memiliki peran dan fungsi yang penting

dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkna dan mengembangkan sumber daya manusia

(SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa. Guru perlu menyiapkan

landasan tentang metode pengajaran dan kegiatan belajar yang efektif. Ini perlu menjalin agara sebagian

besar siswa dapat menguasai sasaranan pengajaran pada tingkat pencapaian yang dapat diteriam, dalam

jangka waktu yang sesuai.

Menurut Pulias dan Young (1988), Manan (1990) serta yelon and Weinstein (1997), terdapat peran-

peran guru antara lain :

A. Guru sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan

lingkungannya. Selain bertanggungjawab, Guru harus memahami dan mengetahui nilai, norma moral, dan

social serta upaya berperilaku dan berbuat sesuai dengan niali dan norma tersebut. Berkenaan dengan

wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, oral, social, dan

intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu peengetahuan, teknologi,

dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.

Sedangkan disiplin, dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib

secara konsisten atas kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan peserta didik

disekolah, terutama dalam pembelajaran.

B. Guru sebagai Pengajar

Page 40: BAB I prof

Pembelajaran dapat berjalan baik apabila didukung oleh faktir-faktor seperti motivasi, kematangan,

hubungan peserta didik dengan guru, kemapuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan ketrampilan

guru dalam berkomunikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran yaitu :

1. Membuat ilustrasi, pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari oleh

peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya dan pada waktu yang sama memberikan

tambahan pengalaman kepada meraka.

2. Mendefinisikan, meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan

latihan serta pengertian yang dimengerti oleh peserta didik.

3. Menganalisis,menbahas maslah yang telah dipelajari bagian demi bagian.

4. Mensintesis, , mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas didalam suatu konsep yang utuh

sehingga memiliki arti, hubungan antara baian yang satu dengan yang lain. Nampak jelas, dan setiap

masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.

5. Bertanya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang dipelajari menjadi

lebih jelas.

6. Merespon, mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.

7. Mendengarka, memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan masalah, serta membuat

kesulitan Nampak jelas. Bak bagi guru maupun peserta didik

8. Menciptakan kepercayaan, peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru

dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.

9. Memberikan pandangan yang bervariasi, melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang

dan melihat masalah dalam kombinasi yang berfariasi.

10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, memberikan pengalaman yang berfariasi melalui

media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar.

11. Menyesuaikan metode pengajaran, menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan

tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah

dipelajari.

12. Memberikan nada perasaan, membuat pelajaran menjadi lebih bermakna, dan hidup melalui antusias

dan semangat.

C. Guru sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik. Menjadi teladan, tentu saja pribadi dan

apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang dsekitar lingkungannya yang

menganggap atau mengakuinya sebagai guru.

Page 41: BAB I prof

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para guru adalah:

1. Sikap dasar, postur psikologis yang akan Nampak dalam masalah-maslah penting, seperti

keberhasilan, kegagalan pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan,

permaian dan diri.

2. Bicara dan gaya bicara, penggunaan bahasa sebagai alat berpikir

3. Kebiasaan bekerja, gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai

kehidupannya.

4. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai

serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.

5. Pakaian, merupakan perlngkapan pribadi yang amat pentingdan menempatkan ekspresi seluruh

keprbadian.

6. Hubungan kemanusiaan, diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan,

terutama baggaimana berprilaku.

7. Prose berpikir, cara yang figunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.

8. Perilaku neurotis, suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk

menyakiti orang lain.

9. Selera, pilihan yang seara jelas merrefleksikan nilai-nilai yang dimiliki leh pribadi yang

bersangkutan.

10. Keputusan, keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk menilai setiap situasi.

Sebagai guru yang professional hendaklah memperhatkan kondisi dan asas belajar untuk belajar yang

berhasil meliputi,

1. Sasaran belajar

Proses belajar akan berhasl dengan baik apabila sasaran yang dinyatakan jelas artinya siswa dapa

memperoleh informasi yang lebih banyak dan mengngatnya dalam jangka waktu yang lebih lama.

2. Susunan bahan ajar

Susunan dan tatacara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memadukan pengetahuan

atau proses secara pribadi.

3. Perbedaan individu

Page 42: BAB I prof

Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda. Meskipun demikian siswa dapat

mencapai sasarn yang dipersyaratkan apabila mereka menggunakan bahan yang tepat dan

diperbolehkan belajar menurut kecepatan masing-masing.

4. Motivasi

Motivasi akan timbul apabila pengajaran dipersiaapkan dengan baik sehingga dirasakan pening dan

menark untuk siswa, tersedia berbagai pengalaman belajar, siswa mengetahui bahwa bahan yang akan

dipelajari akan digunkan sesegera mungkin dan pengakuan tentang keberhasilan belajar diberikan

untuk mendorong upaya belajar selanjutnya.

5. Sumber pengajaran

Jika bahan pengajaran, termasuk media seperti gambar dan rekaman video dipilih dengan hati-hati

dan dipadukan secara bersistem untuk menunjang dalam berbagai kegiatan dalam program pengajaran

agar terlihat dampak yang berarti dalam prestasi siswa.

6. Keikutsertaan

Keikutsertaan berarti siswa ikut memberikan respons dalam pikiran mereka atau menunjukkannya

melalui kegiatan jasmani. Mengikuti kegiatan secara aktif lebih disuka daripada mendengar dan

menonton secara pasif berjam-jam.

7. Balikan

Motivasi untuk belajar dapat dilanjutkan atau ditingkatkan apabila siswa diberitahu secara berkala

tetntang kemajuan mereka. Balikan memperkuat pemahaman dan kinerja yang benar,

memberitahukan kesalahan, dan memperbaiki proses belajar yang salah. Untuk memperoleh hasil

belajar yang memuaskan terdapat hubungan yang erat antara balikan dan penguatan.

8. Penguatan

Dengan memperoleh penegasan (balikan) tentang jawaban yang dipandang berhasi, siswa terdorong

untuk meneruskan kegiatan belajarnya. Kegiatan belajar yang dodorong oleh keberhasilan

menimbulkan kepuasan dan percaya diri.

9. Latihan dan Pengulangan

Latihan dan pengulangan cara pembelajaran yang efektif. Setelah siswa diberikan penguatan

adakalanya siswa melatih diri dan mengulang apa yang sudah diperolehnya. Latihan menjadi sangat

Page 43: BAB I prof

efektif apabila dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Hasilnya adalah kemampuan mengingat

dalam jangka panjang.

10. Urutan Kegiatan Belajar

Tugas atau tata cara yang rumit dapat dipelajari dengan lebih efektif apabila peragaan dan latihan

diberikan secara terpadu. Pelatihan dimaksudkan untuk melatihkan bagian-bagian dari tugas atau tata

cara tersebut.

11. Penerapan

Hasil penting dari kegiatan belajar adalah meningkatnya kemampuan siswa untuk menerapkan atau

memindahkan apa yang telah dipelajarinya kepada masalah atau situasi baru. Apabila siswa tidak

dapat melakukan hal ini berarti pemahaman yang mendalam belum diperoleh siswa . siswa harus

terbantu menemukan rampatan (konsep, kaidah, dan asa) yang berhubungan dengan pokok bahsan

atau tugas. Harus diberikan kesempatan kepada siswa untuk bernalar dengan menerapkan rampatan

ke berbagai jenis tugas atau masalah nyata dan baru.

12. Sikap Mengajar

Sikap positif yang diperluhatkan pengajar dan asisten terhadap mata ajar yang disajikan pada siswa

dan terhadap metode pengajaran yang digunakan, dapat mempengaruhi motivasi dan sikap siswa

terhadap suatu program pengajaran.

13. Penyajian di Depan Kelas

Dalam menggunakan pola penyajian kelompok, pengajar memberitahukan, menunjukkan,

memperagakan, menguraikan dengan cara mengesankan, atau menyebarkan bahan ajar kepada

sekelompok siswa. Pengajar dapat pula menggunakan bahan media pandang seperti bening, rekaman,

slide, film atau rekaman video masing-masing secara terpisah atau dalam kombinasi nekasantir.

Page 44: BAB I prof

REFORMASI PENDIDIKAN

Menurut Suyanto dan Hisyam (2000:1) Reformasi merupakan istilah yang amat populer pada masa

krisis ini dan menjadi kata kunci dalam membenahi seluruh tatanan hidup berbangsa dan bernegara di

tanah air tercinta ini, termasuk reformasi di bidang pendidikan.

Tilaar (1999:3), mengatakan masyarakat Indonesia kini sedang berada dalam masa transformasi. Era

reformasi telah lahir dan masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek

kehidupannya. Euforia domokrasi sedang marak dalam masyarakat Indonesia. Di tengah euphoria

demokrasi ini lahirlah berbagai jenis pendapat, pandangan, konsep, yang tidak jarang yang satu

bertentangan dengan yang lain, antara lain berbagai pandangan mengenai bentuk masyarakat dan bangsa

Indonesia yang dicita-citakan di masa depan. Upaya untuk membangun suatu masyarakat, bukan

perkerjaan yang mudah, karena sangat berkaiatan dengan persoalan budaya dan sikap hidup masyarakat.

Diperlukan berbagai terobosan dalam penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan, "dengan kata lain

diperlukan suatu paradigma-paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian

kata filsuf Kuhn. Menurut Kuhn, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan

menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan" [Tilaar,

1998:245].

Berbicara masalah reformasi pendidikan, banyak substansi yang harus direnungkan dan tidak sedikit

pula persoalan yang membutuhkan jawaban. Sektor pendidikan memiliki peran yang strategis dan

fungsional dalam upaya membangun suatu masyarakat. Pendidikan senantiasa berusaha untuk menjawab

kebutuhan dan tantangan yang muncul di kalangan masyarakat sebagai konsekuensi dari suatu perubahan,

karena pendidikan sebagai "sarana terbaik yang didisain untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-

pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi

bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka" (Conference Book, London,

1978 :15-17).

Paradigma MBS beranggapan bahwa satu- satunya jalan masuk yang terdekat menuju

peningkatan mutu dan relefansi adalah demokratisasi, partisipasi, dan akuntabilitas pendidikan.

Kepala sekolah, guru dan masyarakat adalah pelaku utama penyelenggaraan pendidikan

disekolah sehingga segala keputasan harus dihasilkan dari ketiga pihak tersebut. Masyarakat

adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan akan keberhasilan pendidikan

disekolah karena mereka adalah pembayar pendidikan, baik melalui uang sekolah maupun pajak,

sehingga sekolah seharusnya bertanggung jawab terhadap masyarakat. Untuk penyelenggaraan

Page 45: BAB I prof

pendidikan sekolah, konsep masyarakat perlu di sederhanakan ataupun (simplifiet ) agar menjadi

mudah bagi sekolah melakukan hubungan dengan masyarakat tersebut.

Melalui perwakilan fungsi stakeholder dibentuk Komite Sekolah (KS) pada setiap sekolah

dan Dewan Pendidikan (DP) di setiap kabupaten dengan demikian, interaksi antara sekolah dan

masyarakat dapat diwujudkan melalui mekanisme pengambilan keputusan antara sekolah dengan

Komite Sekolah, dan interaksi antara para pejabat pendidikan diperintahan kabupaten dengan

kota dengan Dewan Pendidikan.

Kemandirian setiap satuan pendidikan adalah salah satu sasaran kebijakan desentralisasi

pendidikan sehingga sekolah menjadi lembaga otonom dengan sendirinya. Melalui strategi

desentralisasi pemerintahan didalam pendidikan, Depdiknas juga berkepentingan dalam

mewujudkan otonomi satuan pendidikan, Depdiknas memiliki kekuasaan untuk membangun

kapasitas setiap penyelenggara pendidikan yaitu sekolah. MBS mengembangkan satuan

pendidikan secara otonom karena mereka yang aling mengetahui operasional pendidikan. Sesui

dengan strategi ini, sekolah bukan bawahan dari birokrasi pemerintahan daerah tetapi sebagai

lembaga profesional yang bertanggung jawab terhadap klien atau stekholder yang diwakili ole

Komite Sekolah dan dewan pendidikan. Fungsi pemerintah adalah fasilitator agar sekolah

menjadi berkembang menjadi lembaga lembaga yang profesional dan otonom. Dengan konsep

MBS ini masyarakat akan merasa memiliki dan bertanggung jawab untuk keberhasilan

didalamnya.

Page 46: BAB I prof

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1.