MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001...

35
DISERTASI MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT IDA AYU TRISNAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Transcript of MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001...

Page 1: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

DISERTASI

MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN

GANDRUNG TRADISI LOMBOK, NUSA

TENGGARA BARAT

IDA AYU TRISNAWATI

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2016

Page 2: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

ii

DISERTASI

MARGINALISASI SENI PERTUNJUKANGANDRUNG TRADISI LOMBOK,

NUSA TENGGARA BARAT

IDA AYU TRISNAWATINIM. 1290371012

PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2016

Page 3: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

iii

MARGINALISASI SENI PERTUNJUKANGANDRUNG TRADISI LOMBOK,

NUSA TENGGARA BARAT

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktorpada Program Doktor, Program Studi Kajian Budaya

Program Pascasarjana Universitas Udayana

IDA AYU TRISNAWATINIM. 1290371012

PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2016

Page 4: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

iv

Lembar Pengesahan

DISERTASI INI TELAH DISETUJUITANGGAL 21 MARET 2016

Promotor,

Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.HumNIP. 19610212 198803 1 001

Ko-promotor I

Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A.NIP. 19481231 197602 1 001

Ko-promotor II

Dr. I Gede Arya Sugiartha, SSKar.,M.Hum.NIP. 19661201 199103 1 003

Mengetahui,

KetuaProgram Studi Doktor (S3)Kajian Budaya Program PascasarjanaUniversitas Udayana

Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.NIP. 19480720 197803 1 001

DirekturProgram PascasarjanaUniversitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K).NIP. 19590215 198510 2 001

Page 5: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

v

Disertasi Ini Telah Diuji pada Ujian Tahap I (Tertutup)

Tanggal 21 Maret 2016

Panitia Penguji Disertasi, Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Nomor: 1115/UN14.4/HK2016, Tanggal 17 Maret 2016

Ketua : Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.

Anggota :

1. Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum

2. Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A

3. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar.,M.Hum.

4. Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S

5. Dr. Putu Sukardja, M.Si

6. Dr. I Gst. Ketut Gde Arsana, M.Si

7. Dr. Ni Made Ruastiti, S.S.T., M.Si

Page 6: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

vi

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

NAMA : Ida Ayu Trisnawati

NIM : 1290371012

PROGRAM STUDI : S3 Kajian Budaya

JUDUL DISERTASI : “Marginalisasi Seni Pertunjukan Gandrung TradisiLombok, Nusa Tenggara Barat”

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat. Apabila

pada kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No. 17,

Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 1 April 2016

Ida Ayu Trisnawati

1290371012

Page 7: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Om Swastyastu

Puja dan puji syukur dipersembahkan ke hadapan Tuhan Yang

Mahakuasa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) berkat perlindungan dan cinta kasih

yang diberikan disertasi yang merupakan salah satu persyaratan terakhir untuk

memperoleh gelar doktor di Program Pascasarjana, Universitas Udayana

Denpasar, dapat diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang direncanakan.

Dengan penuh kesadaran bahwa semua ini dapat dilakukan berkat kerja keras

tanpa mengenal lelah, dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki, didukung rasa tanggung jawab moral yang tinggi sehingga dapat

memicu semangat studi. Di balik semua kelancaran proses tersebut tentu tidak

dapat diabaikan bantuan dari berbagai pihak.

Atas segala bantuan yang diberikan, melalui kesempatan ini

disampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat

Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. yang telah banyak memberikan bimbingan

dan arahan sejak studi di Pascasarjana Unud, beliau sebagai Promotor. Prof. Dr.

I Gde Parimartha, M.A. sebagai kopromotor I adalah pembimbing akademik

dan sekaligus beliau mengetahui dan memahami betul keberadaan penulis

sehingga tanpa ada rasa keraguan dalam membimbing dan mengarahkan

penulis, sejak awal sampai masa akhir studi dengan penuh kesabaran. Dr. I

Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M.Hum. sebagai kopromotor II, yang selalu

mengingatkan penulis agar tetap konsentrasi sepenuhnya dalam penyelesaian

disertasi ini.

Page 8: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

viii

Terima kasih disampaikan kepada Rektor Universitas Udayana, Bapak

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD. atas kesempatan dan fasilitas

kampus yang diberikan kepada penulis guna mengikuti dan menyelesaikan

Program Doktor di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Ibu

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)., Asisten Direktur I, Prof. Dr. Made

Budiarsa, M.A. atas berbagai arahan akedemik dan fasilitas perkuliahan yang

disediakan.

Selanjutnya, ucapan terima kasih juga kepada Ketua dan Sekretaris

Program Studi Doktor kajian Budaya, Program Pasca Sarjana, Universitas

Udayana, Bapak Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U. dan Bapak Dr. Putu

Sukardja, M.Si. Ucapan teima kasih pula kepada Prof. Dr. I Nyoman Suarka,

M.Hum., Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A., Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan,

S.U., Prof. Dr. I Wayan Cika, M.Si., Dr. I Gede Arya Sugiartha, SSKar.,

M.Hum., Dr. Putu Sukardja., M.Si., Dr. Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si., dan Dr.

Ni Made Ruastiti, SST., M.Si. selaku penguji dan telah banyak memberikan

masukan dan saran-saran demi kesempurnaan disertasi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih dan salam hormat kepada semua

dosen Program Studi Kajian Budaya, atas segala petunjuk dan arahannya: Prof.

Dr. I Gde Widja, M.A., Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., Prof. Dr. I

Gede Semadi Astra., Prof. Dr. I Made Suastika, S.U., Prof. Dr. I Wayan Ardika,

M.A., Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U., Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana,

M.A., Prof. Dr. Anak Agung Ngurah Anom Kumbara, M.A., Prof. Dr. Aron

Page 9: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

ix

Meko Mbete., Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A., Prof. Dr. I Wayan Rai S.,

M.A., Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S., Prof. Dr. I Ketut Nehen, S.E.,

M.Ec., Prof. Dr. I Made Sukarsa, S.E., M.S., Dr. Putu Sukardja, M.Si., Dr. I

Gde Mudana, M.Si., Dr. I. B. Gde Pujaastawa, M.A., Dr. I Nyoman Dhana,

M.A., Dr. Industri Ginting Suka, M.S., dan Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum.

Selanjutnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh

Civitas Akademika Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Bapak Rektor Dr. I

Gede Arya Sugiartha, SSKar., M.Hum., Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A.

mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Wakil Rektor I, Prof. Dr.

I Nyoman Artayasa, M. Kes., Wakil Rektor II, Drs. I Gusti Ngurah Seramasara,

M. Hum. Wakil Rektor III, Drs. I Wayan Gulendra., M.Sn, Wakil Rektor IV, I

Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar,

Bapak I Wayan Suharta, S.SKar., M.Si, beserta seluruh pimpinan Fakultas Seni

Pertunjukan ISI Denpasar, dan rekan-rekan di Program Studi Seni Tari, atas

kesempatan dan ijin yang diberikan guna menempuh pendidikan Program

Doktor di Universitas Udayana.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk suami tercinta I Gusti

Agung Ngurah Ketut Suparta,SE.,M.Si. anak-anak tersayang, dr Anak Agung

Ayu Diah Citradewi, Anak Agung Ngurah Bayu Putra, S.Ked., Anak Agung

Ngurah Surya Putra, Herdiyan, menantu, cucu-cucu yang selalu menghibur, dan

mensuport untuk menyelesaikan tulisan ini.

Page 10: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

x

Sujud dan bakti kepada kedua orang tua penulis Bapak, Ibu Ida Bagus

Anom, dan I Gusti Ayu Mulyani, kakak-kakak, adik-adik, yang hingga kini

tetap menuntun dan memberi doa untuk penyelesaian studi ini. Demikian pula

terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Kajibu’12 yang selalu

memberikan doa semangat kebersamaan dan motivasi untuk segera

menyelesaikan tulisan ini.

Ucapan terimakasih pula kepada nara sumber, Bapak Haji Abdul Hamid

Hamzah, Haji Jalaludin Arzaki (alm), Haji Parhan, Ibu Sri, Bapak Amaq Raya,

Ibu Siti, Inaq Gandik, Haji Sahmad, Raden Bayan, Ibu Sri Yaningsih, Bapak

Dr. I Gede Wirata, Drs. Haji Lalu Anggawa Nuraksi, dan Bapak I Made

Bagiana, serta informan lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu atas

bantuannya selama kegiatan pencarian data di lapangan.

Demikian pula kepada para karyawan/wati Program Studi Kajian

Budaya, yaitu Bapak Putu Sukariawan, S.T., Dra. Ni Luh Witari, Ni Wayan

Ariyati, S.E., I Ketut Budiastra, I Nyoman Candra, Putu Hendrawan, I Made

Kurniawan Gria, Ni Komang Juliartini, I Gusti Putu Taman, S.H., Cok Istri

Murniati, dan A.A. Ayu Indrawati, atas segala pelayanan yang diberikan, baik

berkenaan dengan administrasi akademik maupun administrasi keuangan

selama studi. Sebagai akhir kata, atas segala perhatian, motivasi, dan bantuan

yang diberikan semua pihak, penulis hanya dapat membalasnya dengan ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya. Di samping itu, sekaligus menyampaikan

permohonan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang diperbuat, baik

sengaja maupun tidak disengaja. Semoga Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa)

Page 11: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xi

selalu memberikan perlindungan dan sinar suci-Nya sehingga berbagai

kesulitan yang dialami dapat diatasi dengan tenang dan damai.

Semoga kebaikan datang dari segala arah.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Denpasar, 1 April 2016

Ida Ayu Trisnawati

Page 12: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xii

ABSTRAK

Seni pertunjukan Indonesia memiliki ciri istimewa, yaitu sebagai sebuahseni yang sangat lentur dan cair karena lingkungan masyarakatnya selalu beradadalam kondisi yang terus berubah-ubah pada suatu kurun waktu tertentu,mapan, dan tumbuh sebagai suatu "tradisi". Perkembangan kehidupanmasyarakat telah mengubah aspek seni pertunjukan mengikuti perkembanganzaman. Perubahan juga terjadi pada salah satu seni pertunjukan gandrung tradisidi Desa Dasan Tereng, Kecamatan Narmada, Nusa Tenggara Barat.Perkembangan pemahaman agama dari Islam Sasak wetu telu ke Islam Sasakwaktu lima telah memberikan dampak luas bagi perkembangan senipertunjukan gandrung tradisi yang ada di daerah ini. Untuk memahami yangterjadi dengan gandrung tersebut, maka dirumuskan beberapa tujuan, yaituuntuk mengetahui bentuk marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi,alasan mengapa seni pertunjukan gandrung tradisi mengalami marginalisasi,serta implikasi dan makna bagi masyarakat di Lombok, Nusa Tenggara Barat.Agar diperoleh data yang valid maka pengumpulan data dilakukan dengan caraobservasi, wawancara mendalam, dan kajian dokumen yang berhubungandengan gandrung tradisi. Hasil pengumpulan data selanjutnya dianalisis denganmenggabungkan teori subaltern (Gayatri Chakravorty Spivak), teori praktiksosial (Pierre Bourdieu), dan teori dekonstruksi (Jacques Derrida).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penguatanfundamentalisme agama Islam, dari Islam wetu telu ke Islam waktu lima padamasyarakat Sasak. Penguatan fundamentalisme agama Islam sangatberpengaruh terhadap keberadaan seni pertunjukan gandrung tradisi danpergulatan politik identitas dalam seni pertunjukan tari gandrung. Secara detailhasil penelitian menunjukkan bentuk marginalisasi seni pertunjukan gandrungtradisi Lombok, Nusa Tenggara Barat terdiri dari memudarnya spirit melaluirepresentasi tema dan gerak tari; keterpinggiran aspek busana dan tata rias,danketerpinggiran aspek musik iringan, tata panggung dan penonton yangmenikmati tari gandrung tradisi.

Selanjutnya yang melatarbelakangi marginalisasi seni pertunjukangandrung tradisi ditinjau dari terbatasnya peran pemerintah, adanya penguatanfundamentalisme keagamaan, setting kebudayaan di era globalisasi danketidakberdayaan komunitas pendukung tari gandrung tradisi. Implikasimarginalisasi antara lain bergesernya nilai seni pertunjukan gandrung tradisi,terpinggirkannya seni gandrung tradisi dari kesenian budaya Sasak. Dipihaklain makna marginalisasi ditinjau dari aspek makna transformasi kreativitasseni pertunjukan gandrung tradisi; makna solidaritas pendukung senipertunjukan gandrung tradisi, dan makna pergulatan kekuasaan.

Kata Kunci: marginalisasi, seni pertunjukan, gandrung tradisi, Sasak, wetu telu,waktu lima

Page 13: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xiii

ABSTRACT

The Indonesian performing art has a special characteristic, namely, it ishigly flexible and assimilates the environment where is performed. The reasonis that the condition where it is performed keeps changing. Within a period oftime, it is established and grows into a “tradition”. The development of thesocietal life has changed the aspects of the performing art and follows the eradevelopment. Such a change has also occurred to the traditional gandrungperforming art at Dasan Tereng Village, Narmada District, West NusaTenggara. The development of the Sasak wetu telu Islamic concept into Sasakwaktu lima Islamic concept has widely affected the development of thetraditional gandrung performing art. In other to understand what has happenedto such a dance, the present study is intended to identify the form of themarginalization of the traditional gandrung performing art, what factorscontributing to the marginalization of the traditional gandrung performing art,and what are the implication and meaning of such a marginalization on thepeople living in Lombok, West Nusa Tenggara Barat. In order to obtain thevalid data, the data were collected through observation, in-depth interview, anddocumentary study. The data were then analysed using the theory of subalternproposed by Gayatri Chakravorty, the theory of social practice proposed byPierre Bourdieu, and the theory of deconstruction proposed by Jacques Derrida.

The result of the study shows that the strengthening of the Islamicfundamentalism from wetu telu Islam into waktu lima Islam has stronglyaffected the existence of the tradisional gandrung performing art and thestruggle for the politics of identity. What have exactly been responsible for themarginalization of the tradisional gandrung performing art are the limited roleplayed by the government, the strengthening of the religious fundamentalism,the cultural setting in the globalization era and the powerlessness of thesupporting community. Such a marginalization has coused the value of thetraditional performing art to shift. It has also caused the traditional gandrungperforming art to be marginalized from the Sasak cultural art. On the otherhand, the meaning of such a marginalization, if viewed from the aspect oftransformational meaning of the creativity of the traditional gandrungperforming art includes the meaning of solidarity among its supporting peopleand the meaning of the stuggle for power.

Keywords: marginalization, performing art, traditional gandrung, Sasak, wetutelu, waktu lima.

Page 14: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xiv

RINGKASAN

Seni pertunjukan Indonesia memiliki ciri istimewa, yaitu sebagai sosok

seni yang sangat lentur dan cair sebab lingkungan masyarakatnya selalu berada

dalam kondisi yang terus berubah-ubah pada suatu kurun waktu tertentu,

mapan, dan tumbuh sebagai suatu "tradisi". Seni pertunjukan sebagai bagian

dari seni Indonesia juga mengalami perubahan. Perkembangan kehidupan

masyarakat telah mengubah aspek seni supaya mengikuti perkembangan zaman.

Saat ini hampir seluruh jenis seni pertunjukan, yaitu musik, tari, dan teater

diselenggarakan untuk menunjang kebutuhan pariwisata. Disamping itu,

beberapa juga diselenggarakan di luar kepentingan utamanya sehingga seni

pertunjukan tradisi yang bernilai adiluhung menjadi termarginal. Kenyataan

bahwa seni pertunjukan tradisi telah turut ditempatkan di dalam aktivitas

industri pariwisata dan politik pencitraan teramati dari adanya pengemasan

kesenian seni pertunjukan tradisional dikomodifikasi menjadi seni pertunjukan

modern seperti seni pertunjukan gandrung tradisi. Marginalisasi pada seni

pertunjukan terjadi karena adanya komodifikasi yang dilakukan oleh beberapa

pihak untuk kepentingan tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa proses erat

dikaitkan dengan kapitalisme, yaitu objek-objek, kualitas-kualitas, dan tanda-

tanda diubah menjadi komoditas, seperti itulah keberadaan seni pertunjukan

gandrung tradisi sekarang. Berbagai cara dilakukan, seperti pemadatan, variasi,

dan membuat lebih atraktif. Tujuannya adalah agar pertunjukan sesuai dengan

sifat-sifat pariwisata bernilai ekonomi yang memiliki waktu terbatas. Agar seni

pertunjukan tradisi dapat dipentaskan dengan waktu terbatas lahirlah seni

pertunjukan gandrung modern binaan pemerintah daerah. Hal itu menyebabkan

seni pertunjukan tradisi semakin termarginal.

Permasalahan penelitian ini dirumuskan ke dalam pertanyaan-

pertanyaan berikut. Pertama, bagaimanakah bentuk marginalisasi seni

pertunjukan gandrung tradisi Lombok, Nusa Tenggara Barat? Kedua, Apa yang

melatarbelakangi marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok,

Page 15: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xv

Nusa Tenggara Barat? Ketiga, apakah implikasi dan makna marginalisasi seni

pertunjukan gandrung tradisi Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Penelitian marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok,

Nusa Tenggara Barat adalah sebuah penelitian kualitatif yang berada dalam

wilayah ilmu kajian budaya (cultural studies). Pengumpulan data dilakukan

dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen. Data dianalisis

dengan teknik analisis data kualitatif melalui teori subaltern (Gayatri

Chakravorty Spivak), teori praktik sosial (Pierre Bourdieu), dan teori

dekonstruksi (Jacques Derrida) yang diterapkan secara eklektik.

Menurut teori subaltern, istilah subaltern bagi kelompok sosial yang

berada di subordinat, yakni kelompok-kelompok dalam masyarakat yang

menjadi subjek hegemoni kelas-kelas berkuasa. Perhatian utamanya adalah

menggali, menginvestigasi, dan menggambarkan sumbangan yang diberikan

oleh rakyat terhadap kondisi mereka sendiri, bebas dari elite, dan membangun

kesadaran petani atau subaltern. Dalam teori praktik sosial diyakini bahwa

penekanan keterlibatan subjek (masyarakat pelaku budaya) di dalam proses

konstruksi budaya bertalian erat dengan habitus, modal, dan ranah objektif

dalam rangka mengonstruksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan produk dari

relasi antara habitus sebagai pemahaman persepsi, modal sebagai kekuatan

pendukung dalam arena aktivitas kegiatan sebagai ranah medan sosial

pergulatan kekuasaan berdasarkan modal/kapital (budaya, ekonomi, simbolik)

yang dimiliki.

Teori dekonstruksi mencoba membongkar sudut pandangan pusat,

prinsip, dan dominasi sehingga menjadi terpinggirkan. Dekonstruksi berupaya

mengembalikan posisi yang menjadi objek ke posisi yang signifikan karena

dekonstruksi berusaha memberikan makna pada ruang-ruang yang kosong pada

sebuah teks. Tujuan yang ingin dicapai dekonstruksi tidak hanya membalik

susunan atau tatanan dari pasangan biner, tetapi menunjukkan bagaimana yang

satu tidak bisa lepas dari yang lain. Dekonstruksi menelanjangi titik-titik gelap

yang ada dalam teks, asumsi-asumsi yang tidak diakui, yang membuat suatu

teks bisa ”berbunyi”. Dalam konteks tersebut Derrida memandang bahwa

Page 16: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xvi

tulisan berada pada pangkal asal mula makna. Derrida mendekonstruksi

gagasan bahwa tuturan menyediakan identitas untuk tanda dan makna.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara tidak langsung terlepas dari

pro dan kontra pergeseran makna, tata rias, waktu pertunjukan, jumlah penari,

dan tata musiknya menunjukkan seni sebagai sebuah aktivitas penuh makna

spiritual bergeser ke kepentingan lainnya, seperti ekonomi, pencitraan, hiburan

semata, dan sudah mulai bergeser dari pakem awalnya. Sebuah perubahan yang

perlu disikapi lebih dan menjadi perhatian bersama.

Di samping perkembangan era globalisasi membuat seni pertunjukan

tradisi termarginal adanya perubahan ideologi dan pemahaman juga

berkontribusi besar bagi perkembangan sebuah aktivitas kesenian. Perubahan

itu terjadi pada seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok khususnya di Desa

Dasan Tereng, Kecamatan Narmada, Nusa Tenggara Barat. Perkembangan

pemahaman agama dari Islam Sasak wetu telu ke Islam Sasak waktu lima telah

memberikan dampak luas bagi perkembangan kesenian gandrung di daerah

tersebut.

Sejak pemurnian ajaran Islam di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

telah membuat aktivitas masyarakat di Pulau Lombok secara perlahan

mengalami perubahan, begitu juga aktivitas berkesenian. Aktivitas masyarakat

yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam waktu lima mendapat label

negatif, dianggap perlu disesuaikan dan ditinggalkan. Proses ini menyebabkan

aktivitas kebudayaan, yaitu salah satu diantaranya seni pertunjukan gandrung

mengalami marginalisasi khususnya seni pertunjukan gandrung tradisi.

Pelaksanaan aktivitas agama yang tidak sesuai dengan ajaran agama waktu lima

(salat lima waktu), hanya melakukan aktivitas wetu telu (salat tiga kali)

dipandang tidak sesuai dan sesat dalam syariat Islam. Selain itu, implikasinya

meluas pada aktivitas seni pertunjukan gandrung tradisi dipandang tidak sesuai

dengan ajaran agama Islam yang dianut oleh masyarakat umum di daerah

Lombok sekarang ini.

Fenomena perubahan ideologi dalam masyarakat Sasak berkaitan

dengan pemurnian ideologi terhadap ajaran agama dari wetu telu ke waktu lima.

Page 17: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xvii

Sebagai pendukung seni pertunjukan gandrung tradisi sangat berpengaruh besar

bagi keberadaan kelestarian kesenian gandrung tradisi sehingga sekarang seni

pertunjukan gandrung tradisi masyarakat Lombok Sasak mengalami

marginalisasi. Bukti marginalisasi itu dapat dilihat dalam bentuk-bentuk

marginalisasi. Berdasarkan kajian dan penelitian kajian budaya terjadinya

marginalisasi dilihat dari berbagai aspek, yaitu perubahan tema dan gerak tari.

Perubahan tema (adanya perubahan tema seni pertunjukan, yaitu dari yang

bersifat ketuhanan menjadi hiburan). Perubahan gerak (tari gandrung yang

dipengaruhi globalisasi, yaitu dari bentuk berpola menjadi tidak berpola).

Perubahan nilai ketuhanan tidak bisa dilepaskan dari pemahaman dan

pemurnian agama Islam, yaitu berubahnya masyarakat pendukung seni

perunjukan gandrung dari penganut Islam wetu telu ke Islam waktu lima.

Masyarakat Sasak penganut wetu telu memiliki pemahaman bahwa seni

gandrung tradisi bukan sekadar seni hiburan, tetapi sarat makna dan fungsi

spiritual.

Seni pertunjukan gandrung tradisi bagi masyarakat Sasak Islam wetu

telu merupakan bentuk syukur dan permohonan keselamatan kepada Yang

Mahakuasa dalam menjalani kehidupannya. Syukur karena mereka memperolah

hasil panen pertanian melimpah dan keselamatan dalam menjalani kehidupan di

dunia. Begitu juga pemilihan waktu tidak bisa dipentaskan sembarangan, tetapi

hanya bisa dipentaskan dalam waktu khusus. Dalam konteks Islam wetu telu

secara ideologi terjadi akulturasi kebudayaan, yaitu Islam, kebudayaan Sasak,

dan Hindu sebagai agama yang dianut sebelumnya. Perubahan terjadi ketika

Islam waktu lima pada zaman orde baru, yang lebih dikenal dengan “pemurnian

Islam” mengirim para ulama dari Jawa untuk melakukan pemurnian agama

Islam yang ada di Lombok dari wetu telu ke waktu lima.

Hal ini dilakukan agar tidak ada kesalahpahaman dalam menganut

agama Islam. Sejak datangnya ulama ke Pulau Lombok pada masa orde baru,

Islam wetu telu berangsur-angsur mulai memudar. Selain itu banyak Islam wetu

telu pindah menganut Islam waktu lima sehingga langsung ataupun tidak

langsung seni pertunjukan gandrung tradisi yang dulu eksis menjadi termarginal

Page 18: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xviii

oleh masyarakat pendukungnya. Perubahan gerakan, terutama pada gerakan-

gerakan maknawi tangan dan wajah. Pada zaman dahulu semasa tari gandrung

tradisi masih exsis di lingkungan pendukung tari gandrung tradisi ditarikan

dengan menggunakan pola gerakan tari yang beraturan di depan umum.

Gerakan tari gandrung tradisi menggunakan struktur baku. Gerakan itu

tidak boleh diubah dari dahulu, sebagaimana pesan penari gandrung laki-laki

pertama. Akan tetapi, setelah berkurangnya eksistensi tari gandrung tradisi di

lingkungan masyarakat pendukungnya, pola gerakan mulai berubah satu per

satu kadang ada yang tertinggal. Bahkan, sekarang ada tidak berpola dengan

struktur baku yang telah ditentukan. Ini bisa terjadi karena pemahaman pengajar

tari gandrung sekarang berbeda dengan dahulu. Adanya perubahan penari

(dalam hal ini adanya penambahan jumlah penari gandrung dan kualitas penari

gandrung yang mulai menurun). Dilihat dari aspek tata rias dan busananya,

tampak terjadi perubahan musik iringan dahulu dan sekarang, perubahan tata

panggung, dan penonton gandrung di masyarakat. Keseluruhan bentuk

marginalisasi tersebut saling memengaruhi dan menjadikan gandrung tradisi

semakin terpinggirkan di wilayahnya sendiri. Seolah-olah tidak sesuai dengan

masyarakat Sasak, padahal seni pertunjukan gandrung tradisi merupakan salah

satu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat di daerah Lombok, Nusa

Tenggara Barat.

Marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok dapat dilihat

dari sisi terbatasnya peran pemerintah, penguatan fundamentalisme keagamaan,

pembatasan setting kebudayaan di era globalisasi, dan ketidakberdayaan

komunitas pendukung. Terbatasnya peran pemerintah Nusa Tenggara Barat

dalam mengembangkan kesenian gandrung tradisi, terlihat dari sedikitnya

pembinaan seni pertunjukan tradisi yang dilakukan pemerintah daerah

khususnya kepada seni pertunjukan gandrung tradisi. Dalam kehidupan sehari-

hari tokoh penari gandrung tradisi tidak mendapatkan perhatian dari

pemerintah, sehingga pewarisan seni pertunjukan gandrung tradisi kepada

generasi sekarang sangat minim. Permasalahan tersebut semakin kompleks

Page 19: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xix

dengan adanya gerakan penguatan fundamentalisme agama Islam, yaitu

pemurnian Islam wetu telu ke Islam waktu lima.

Penguatan fundamentalisme agama Islam menyebabkan jumlah

masyarakat pendukung kesenian gandrung tradisi berkurang. Ini berdampak

pada setting seni gandrung tradisi semakin sempit pada komunitas Islam wetu

telu yang terbatas adanya. Penguatan fundamentalisme agama Islam seiring

dengan perubahan ideologi agama berdampak pada kepercayaan diri penari dan

pendukung seni pertunjukan gandrung tradisi. Tari gandrung tradisi mulai

termarginal karena mendapat label yang tidak baik dalam masyarakat sehingga

mereka kehilangan kepercayaan diri untuk melanjutkan kesenian ini. Dipihak

lain pemurnian agama juga berpengaruh terhadap pola norma yang dianut oleh

masyarakat di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Nilai sopan dan santun dalam

berpakaian, gerak-gerak tubuh penari juga menjadi terbatas sehingga membuat

etika berkesenian di masyarakat pendukung gandrung mulai terbelenggu.

Artinya, dibatasi oleh norma agama dan etika agama yang dianut. Fenomena itu

mempercepat dan memperkuat marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi

Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Berbagai bentuk marginalisasi dan proses marginalisasi seni pertunjukan

gandrung tradisi Lombok, Nusa Tenggara Barat telah memberikan dampak

yang luas bagi seni pertunjukan gandrung tradisi dan masyarakat pendukung di

Lombok secara keseluruhan. Hasil penelitian tentang implikasi marginalisasi

seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok menunjukkan, antara lain dengan

adanya pergeseran niai seni pertunjukan gandrung tradisi. Artinya dewasa ini

keberadaan atau eksistensi seni pertunjukan gandrung tidak seperti dahulu. Seni

pertunjukan gandrung tradisi mulai jarang dipentaskan dalam lingkungan

masyarakat, minat generasi muda untuk belajar seni pertunjukan gandrung

tradisi sangat kurang, dan peminat seni pertunjukan gandrung tradisi yang

masih bertahan hanyalah kelompok seni pertunjukan gandrung modern binaan

pemerintah. Dengan demikian seni pertunjukan gandrung sebagai bagian

kesenian budaya Sasak semakin hilang, disamping itu, ada kepentingan

Page 20: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xx

kekuasaan terhadap seni pertunjukan gandrung tradisi. Tari gandrung menjadi

budaya subaltern di tengah-tengah kebudayaan modern yang semakin semarak.

Makna marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok, antara

lain makna transformasi kreativitas seni pertunjukan gandrung. Seni

pertunjukan gandrung dalam eksistensinya saat ini mengalami kendala.

Masyarakat tidak dapat mengekspresikan nilai-nilai kreativitas estetis dalam

lingkungannya. Peran seni pertunjukan gandrung tradisi dalam aktivitasnya

berkaitan dengan kesakralan di masyarakat pendukungnya tidak dilakukan lagi.

Selain itu, terjadinya penurunan nilai estetis seni pertunjukan gandrung tradisi

dan beberapa seka (sekehe) melakukan tranformasi terhadap seni pertunjukan

gandrung tradisi dengan kreativitas meraka. Walaupun terjadi tranformasi nilai

seni pertunjukan gandrung tradisi tetap berkurang. Hal ini ditentang oleh

sebagian pendukung seni pertunjukan gandrung tradisi. Persepsi masyarakat

pendukung seni pertunjukan gandrung tradisi secara bertahap mulai berubah,

yaitu mengarah kepada sikap keterbukaan, mulai menempatkan seni

pertunjukan gandrung tradisi dalam peran dan fungsi sosial yang lebih layak

bagi golongan tertentu. Meskipun tidak luput dari benturan dengan nilai-nilai,

kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan tatanan nilai dalam berkesenian,

sudut pandang etika, dan estetika.

Makna solidaritas pendukung seni pertunjukan gandrung tradisi. Adanya

seni pertunjukan secara tidak langsung menyebabkan hubungan solidaritas

antarmasyarakat sekitar dapat berjalan dengan baik. Seni pertunjukan gandrung

tradisi merupakan salah satu alat untuk meningkatkan solidaritas antar

masyarakat. Dikatakan demikian sebab pada seni pertunjukan gandrung tradisi

peristiwa-peristiwa sakral terjadi dan berfungsi sebagai salah satu saluran

komunikasi secara tradisional. Hal itu sebagaimana dunia diciptakan untuk

manusia begitu indah dan penuh pesona dengan seni yang ada. Manusia

diciptakan tanpa adanya perbedaan berdasarkan etnis, ras, warna kulit, dan

sebagainya. Tanpa menyimpan rasa perbedaan tersebut para pendukung seni

pertunjukan gandrung tradisi menjalin rasa solidaritas yang tinggi. Para

Page 21: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxi

pendukung seni pertunjukan gandrung tradisi sama-sama merasakan

terbelenggunya kreativitas estetika yang dimiliki.

Makna pergulatan kekuasaan menyebabkan terjadinya penguatan

identitas. Berkurangnya masyarakat pendukung seni pertunjukan gandrung

tradisi tentu menyebabkan semakin berkurangnya solidaritas antar-pendukung

seni pertunjukan gandrung tradisi, bahkan hilangnya identitas Sasak sebagai

masyarakat yang memiliki budaya seni pertunjukan gandrung tradisi. Dalam

perkembangan selanjutnya seni pertunjukan gandrung tradisi bisa saja tidak

dikenal sebagai identitas Sasak lagi. Jika hal ini terjadi dalam perkembangan

sekarang, maka Lombok Nusa Tenggara Barat telah mentransformasi

kreativitas seni pertunjukan gandrung tradisi sebagai bagian aset kesenian

budaya Sasak yang bisa dijual dalam kegiatan pariwisata. Ini merupakan

kerugian besar dalam pengembangan kesenian tradisi Sasak bagi sebagian

masyarakat Lombok sebagai tujuan wisata alam dan budaya. Di sisi lain untuk

memenuhi kepentingan terjadinya penguatan identitas perlu terus dipertahankan

dan dikembangkan agar aset seni pertunjukan gandrung tidak sampai hilang. Di

sinilah terjadi dilema yang sangat sulit disikapi, yaitu antara kepentingan

kekuasaan dan kepentingan kelompok marginal.

Implikasi dan makna marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi

menjadi permasalahan bagi masyarakat pendukung seni pertunjukan gandrung

tradisi, seperti penari, penabuh, dan pemilik sekaa. Penari dan penabuh

menggantungkan hidupnya pada aktivitas seni pertunjukan gandrung tradisi

yang semakin terhimpit oleh situasi zaman. Hal ini merupakan sebuah dilema

bagi masyarakat pendukung seni pertunjukan gandrung tradisi. Dengan

demikian, akibat terjadinya transformasi kreativitas seni pertunjukan gandrung

secara bertahap akan berakhir dengan kepentingan kekuasaan yang

menyebabkan terjadinya perguatan identitas.

Marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok dapat

disimpulkan bahwa bentuk marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi

Lombok, Nusa Tenggara Barat terdiri atas memudarnya spirit tradisi melalui

representasi tema dan gerak, adanya keterpinggiran aspek penari, busana dan

Page 22: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxii

tata rias, Keterpinggiran aspek musik iringan, tata panggung, dan penonton.

Penyebab marginalisasi terdiri atas terbatasnya peran pemerintah, penguatan

fundamentalisme keagamaan, terbatasnya setting kebudayaan di era globalisasi,

dan ketidakberdayaan komunitas pendukung. Dipihak lain yaitu implikasi

marginalisasi bergesernya nilai seni pertunjukan gandrung tradisi, terdesaknya

komunitas seni pertunjukan gandrung tradisi sebagai bagian aset budaya Sasak.

Makna marginalisasi terdiri atas makna tranformasi kreativitas seni pertunjukan

gandrung tradisi, makna solidaritas pendukung seni pertunjukan gandrung

tradisi, dan makna kepentingan kekuasaan.

Penelitian marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok

menghasilkan sejumlah temuan baru sebagai berikut. Pertama, keberadaan

Islam waktu lima di Lombok cenderung lebih fundamentalis, seni pertunjukan

gandrung tradisi tidak dianggap Islami. Seni pertunjukan gandrung yang

didukung oleh kebudayaan Sasak khususnya Islam wetu telu dianggap

bertentangan dengan konsep Islam setempat masa kini yang memiliki aturan

Islam waktu lima. Kedua, meskipun seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok

bertransformasi ke dalam bentuk baru yang disebut gandrung modern, produk

terbaru ini tetap dikategorikan memiliki identitas Sasak. Tindakan ini

membuktikan kuatnya politik identitas dalam seni pertunjukan gandrung.

Ketiga, dalam konteks kehidupan Lombok masa kini, yaitu kekuasaan Islam

semakin besar, seni pertunjukan gandrung tradisi dianggap semakin negatif

dibandingkan dengan masa lalu.

Terkait dengan hasil dan temuan penelitian disarankan beberapa hal,

Pertama, lembaga pemerintah agar memotivasi dan memfasilitasi kreativitas

para seniman tari gandrung tradisi secara morel maupun materiel. Kedua,

lembaga pendidikan seni agar selalu berupaya menjaga kesenian tradisional

terhadap pakem yang telah ada dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas

kegiatan penyuluhan, pelatihan atau workshop, penataran/seminar seni untuk

merangsang kegairahan seniman alam dalam mengapresiasi keberadaan dan

perkembangan komunitas seni pertunjukan gandrung. Ketiga, budayawan,

seniman, dan intelektual seni merupakan titik sentral pertumbuhan dan

Page 23: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxiii

perkembangan kesenian tradisi yang ada di masyarakat. Oleh karena itu,

diharapkan agar senantiasa membina, mempertahankan kesenian tradisi,

mengembangkan, dan memotivasi masyarakat, terutama generasi muda

mengenai betapa pentingnya sebuah seni tradisi yang dimiliki daerah.

Page 24: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxiv

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL .............................................................................................. i

PRASYARAT GELAR............................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................................... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... vi

ABSTRAK .............................................................................................. xi

ABSTRACT............................................................................................... xii

RINGKASAN.......................................................................................... xiii

DAFTAR ISI............................................................................................ xxiii

DAFTAR TABEL.................................................................................... xxviii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xxix

GLOSARIUM.......................................................................................... xxxi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 12

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 13

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................. 13

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 13

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 13

Page 25: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxv

1.4.1 Manfaat Teoretis ......................................................................... 14

1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI, DAN MODEL

PENELITIAN ............................................................................. 15

2.1 Kajian Pustaka.................................................................................... 15

2.2 Konsep ............................................................................................... 21

2.2.1 Marginalisasi ................................................................................... 21

2.2.2 Seni Pertunjukan.............................................................................. 23

2.2.3 Gandrung Tradisi Lombok............................................................... 26

2.3 Landasan Teori................................................................................... 29

2.3.1 Teori Subaltern ........................................................................... 29

2.3.2 Teori Praktik Sosial..................................................................... 31

2.3.3 Teori Dekonstruksi...................................................................... 33

2.4 Model Penelitian ................................................................................ 36

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 39

3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 39

3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................ 40

3.3 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 41

3.3.1 Jenis Data ................................................................................. 41

3.3.2 Sumber Data ............................................................................. 41

3.4 Penentuan Informan............................................................................ 42

3.5 Instrumen Penelitian........................................................................... 43

3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 44

Page 26: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxvi

3.6.1 Observasi.................................................................................. 44

3.6.2 Wawancara ............................................................................... 45

3.6.3 Dokumentasi............................................................................. 46

3.7 Teknik Analisis Data .......................................................................... 47

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ................................................. 48

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .................... 49

4.1 Gambaran Umum Lombok ................................................................. 49

4.2 Gambaran Umum Lombok Barat ........................................................ 52

4.2.1 Sejarah Lombok Barat .............................................................. 52

4.2.2 Orbitrasi dan Geografi Lombok Barat ....................................... 61

4.2.3 Demografi Lombok Barat ................................................................ 64

4.2.3.1 Mata Pencaharian Penduduk Lombok Barat .......................... 64

4.2.3.2 Kehidupan Beragama Penduduk Lombok Barat ..................... 65

4.3 Sosial Budaya Lombok Barat ............................................................ 70

4.3.1 Sejarah Suku Sasak ..................................................................... 73

4.3.2 Adat Istiadat dan Tradisi ............................................................. 76

4.3.3 Pelapisan Sosial .......................................................................... 78

4.3.4 Sistem Kekerabatan..................................................................... 80

4.3.5 Bahasa Masyarakat Lombok Barat .............................................. 85

4.3.6 Kehidupan Kesenian Masyarakat Lombok Barat ......................... 86

4.4 Eksistensi Gandrung di Lombok ......................................................... 95

4.4.1 Sejarah Gandrung Tradisi Lombok............................................. 96

4.4.2 Wacana Gandrung dari Banyuwangi ke Bali hingga ke Lombok . 98

Page 27: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxvii

4.4.3 Perkembangan Gandrung Lombok pada Masa Kini .................... 102

4.4.3.1 Gandrung dalam Konteks Tradisi......................................... 108

4.4.3.2 Gandrung dalam Konteks Modern ....................................... 109

BAB V BENTUK MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN

GANDRUNG TRADISI LOMBOK, NUSA TENGGARA

BARAT ........................................................................................ 112

5.1 Memudarnya Sprit Tradisi melalui Representasi Tema dan Gerak Tari 112

5.1.1 Tema........................................................................................... 113

5.1.2 Gerak Tari................................................................................... 119

5.2 Keterpinggiran Aspek Penari, Perubahan Busana dan Tata Rias ......... 131

5.2.1 Penari......................................................................................... 131

5.2.2 Busana dan Tata Rias ................................................................ 143

5.3 Keterpinggiran Aspek Musik Iringan, Tata Panggung dan Penonton. 151

5.3.1 Musik Iringan.............................................................................. 151

5.3.2 Tata Panggung dan Penonton ...................................................... 154

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG

MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG

TRADISI LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT................. 160

6.1 Terbatasnya Peran Pemerintah............................................................ 160

6.2 Penguatan Fundamentalisme Keagamaan ........................................... 180

6.3 Setting Kebudayaan di Era Globalisasi ............................................... 195

6.4 Ketidakberdayaan Komunitas Pendukung........................................... 201

Page 28: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxviii

BAB VII IMPLIKASI DAN MAKNA MARGINALISASI SENI

PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI LOMBOK, NUSA

TENGGARA BARAT.................................................................. 212

7.1 Implikasi Marginalisasi Seni Pertunjukan Gandrung Tradisi ............... 212

7.1.1 Bergesernya Nilai Seni Pertunjukan Gandrung Tradisi..................... 212

7.1.2 Terpinggirkannya Seni Gandrung Tradisi dari Kesenian

Budaya Sasak…………………….………………………………... . 221

7.2 Makna Marginalisasi Seni Pertunjukan Gandrung Tradisi Lombok..... 229

7.2.1 Makna Transformasi Kreativitas Seni Pertunjukan Gandrung Tradisi 229

7.2.2 Makna Solidaritas Pendukung Seni Pertunjukan Gandrung Tradisi 234

7.2.3 Makna Pergulatan Kekuasaan……….…………………………..... .. 240

BAB VIII PENUTUP.............................................................................. 246

8.1 Simpulan ............................................................................................ 246

8.2 Temuan ............................................................................................. 252

8.3 Saran .............................................................................................. 253

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 255

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………. . 263

Page 29: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Bupati Lombok Barat sejak Tahun 1959 sampai sekarang........ 59

Tabel 4.2 Pejabat Ketua DPRD Kabupaten Lombok Barat ...................... 60

Tabel 4.3 Banyaknya Mesjid, Musala, Gereja, Pura, dan Wihara

diperinci per Kecamatan Tahun 2012 ...................................... 67

Tabel 4.4 Pemeluk Agama Menurut Kecamatan Tahun 2012................... 67

Page 30: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Penelitian .................................................................. 36

Gambar 4.1 Peta Lombok Barat............................................................... 62

Gambar 4.2 Skema Sekuren Sasak........................................................... 83

Gambar 4.3 Kesenian Bela Diri Presean .................................................. 87

Gambar 4.4 Tari Gandrung Sakral di Desa Sidatapa ................................ 104

Gambar 5.1 Gerak Dasar Tari Sasak........................................................ 123

Gambar 5.2 Wawancara dengan H. Jalaludin Arzaki dan Abdul Hamid

Hamzah ................................................................................ 127

Gambar 5.3 Amdul Hamid Hamzah Memperlihatkan Salah Satu

Gerakan Tari Gandrung......................................................... 128

Gambar 5.4 Wawancara dengan Amaq Raya Penari Laki-laki

Gandrung .............................................................................. 131

Gambar 5.5 Ibu Sri Penari Gandrung Wanita Murid Ibu Siti.................... 137

Gambar 5.6 Rias Gandrung Dulu............................................................. 144

Gambar 5.7 Rias Gandrung Sekarang ...................................................... 144

Gambar 5.8 Peralatan Kosmetik Modern ................................................. 145

Gambar 5.9 Pakaian Gandrung Laki-laki ................................................. 147

Gambar 5.10 Pakaian Gandrung Wanita .................................................. 147

Gambar 5.11 Busana Gandrung Dulu ...................................................... 148

Gambar 5.12 Busana Gandrung Sekarang ketika Pentas di Taman

Budaya Mataram ............................................................... 148

Page 31: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxxi

Gambar 5.13 Busana Tari Gandrung Tradisi Milik Ibu Sri Penari

Gandrung Tradisi............................................................... 150

Gambar 5.14 Penataan Bentuk Huruf L ................................................... 156

Gambar 5.15 Penataan Bentuk Huruf H................................................... 156

Gambar 5.16 Tata Panggung dan Penonton ............................................. 157

Gambar 6.1 Kantor Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Barat ............ 162

Gambar 6.2 Kantor Pemeritahan Kabupaten Lombok Barat..................... 162

Gambar 6.3 Tempat Berkumpulnya Komunitas Wetu Telu ...................... 181

Gambar 6.4 Pak Parhan Waktu Diwawancarai......................................... 185

Gambar 6.5 Gubernur NTB Meresmikan Islam Center di Kota

Mataram................................................................................ 191

Gambar 6.6 Islam Center NTB di Kota Mataram..................................... 192

Gambar 6.7 Lokasi Pertanian................................................................... 197

Gambar 6.8 Lahan Pertanian yang Sudah Dibangun ................................ 197

Gambar 6.9 Foto Komunitas Pendukung Gandrung ................................. 202

Page 32: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxxii

GLOSARIUM

acara ngawe : acara pernikahan

ambun mbe balang sangit : seperti bau walang sangit

ampok-ampok belakang : hiasan pinggul bagian belakang

angin nare : angin datang

apok-ampok depan : hiasan pinggul bagian depan

atal : bedak yang terbuat dari sejenis batu-batuanberwarna kuning.

bapang : hiasan yang melingkar di sekitar leher, yangmenutupi pundak, dada bagian atas, danpunggung bagian atas.

beterus : diajak tidur

cungklik : alat musik gamelan terbuat dari kayu nangka,kayu kelapa/seh seh, bambu, dll.

dedara : anak gadis

elaq-elaq : lidah-lidah yang tergantung pada bapang sampaike perut, terbuat dari kain.

false consciousness : kesadaran palsu

false image : citra palsu

gandrum : gandrung

gelung/gegelung : hiasan/penutup kepala yang seluruh permukaanluar bagian belakang dihiasi dengan bungakamboja, yang diikatkan/disangkutkan padapermukaan gelung.

gempolan : hiasan di atas telinga, gempolan dibuat darirangkaian bunga kamboja yang dirincik.

Page 33: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxxiii

gerak bedeser : gerakan menggeser dengan gerakan kaki kesamping, menghadap atau membelakangipenonton, di belakang atau di samping kiri dankanan.

gerak nyusur : mau mencium penari.

gerakan nganten : penari mengajak berdiri pengibing denganmengangkat tangannya sambil berdiri.

gonjer/gegonjer : sejenis selendang warna-warni sebagai hiasanpinggang.

igel bapangan : tari bapangan (dikenal di Lombok Barat).

igel Nowes : tari nowes (bapangan versi Lombok Timur).

igel tindak barung : tari tindak barong (bapangan ala versi LombokTengah).

Islam Waktu Lima : Islam waktu lima

islam wetu telu : Islam waktu tiga

kain batik nine : sarung batik Jawa umumnya batik Pekalongan,motif bunga-bunga dengan warna dasar gelaphitam, cokelat, dll.

kelian/sesatang : dukun/orang sakti

kerante kodeq : mantra

nangkap : menyewa

nepek : berdiri tegak lalu menyentuhkan kipas penari ketubuh sasaran pengibing. Bahkan, sekarangsasaran pengibing disentuh dengan melemparkankipas penari jika pengibing lambat bergerak, danpenari akan menarik tangan pengibing masukkalangan (arena).

nganjek : memainkan punggung ke muka ke belakang.

ngeliep : (dalam tari Bali nyeledet) memainkan bola mata.

ngelok (ngegol) : menggoyang pinggul

Page 34: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxxiv

ngengguq : menggerak-gerakkan kepala ke depan sambilmemutar leher dengan pandangan atau mukamenunduk melihat ke tanah.

ngibing : menari dengan penari setelah ditepek.

ngintek : menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan.

nyeluk atas : gerakan tonjok atau tusuk/seluk atas sekitar dadayang tujuannya menusuk susu.

nyeluk bawah : tusuk/tonjok bagian vital penari dengan sasarankemaluan wanita.

nyiuh gero : kelapa tua

nakem : ketentuan baku

papuk balok : ibu nenek

profan : komersial atau sudah modern.

nenabuh : pemain alat musik

niranda magis : untuk penolak sihir

niranti/ andang-andang : kelengkapan upacara

raos-raos doang : janji-janji saja

rias janggeran : hiasan kepala yang dibuat dari rincikan bungakamboja.

sakral : suci

sekeha : kelompok kesenian

sembeq tapak dara : peranti berupa bunga rampai dengan coretankapur untuk campuran makan sirih.

senggeger : guna-guna

seret : tali kecil yang terbuat dari kain yang dililitkan distagen putih.

Page 35: MARGINALISASI SENI PERTUNJUKAN GANDRUNG TRADISI … awal.pdf · NIP. 19610212 198803 1 001 Ko-promotor I Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. ... Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD.

xxxv

stagen : sabuk panjang yang terbuat dari kain warnahitam atau putih polos.

subaltren : kelompok terpinggirkan

tanduk katik sumpang : tangkai riasan di atas telinga kiri dan kanan yangtajam sebagai senjata melawan pengibing yangmenyerang dan bikin kacau tarian.

tari cokleq : pencak silat ala penari gandrung untukmenangkis pengibing.

tari duduk nganten : mengajak berdiri

tari duduk ngiber : berdiri dengan gerakan ngancang, desain lantairendah.

tari nyengkeng : duduk dengan mengangkat satu lutut dankangkang.

teluk nare : angin laut

tiang lanang : saya laki-laki

tiang mas : saya perempuan

tindak barong : mengangkat telapak kaki ke depan denganmenggerak gerakkan dan memutar, sambilbersandaran dengan mengipas mulut untukmenggetarkan suara.

tiyang lanang beli bagus : saya laki-laki kakak

tdeng batik : memakai ikat kepala batik