Bab i Pranata Agama

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Agama merupakan sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta mencakup pula tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Jika dilihat dari sudut pandang sosiologi, agama memiliki arti yang lebih luas. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat penganut agama. Berbagai jenis agama dan kepercayaan tumbuh dan berkembang di masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu pranata, yaitu norma yang mengatur hubungan antar manusia, antara manusia dengan alam, dan antara manusia dengan Tuhannya sehingga ketenteraman dan kedamaian batin dapat dikembangkan. Sebagai salah satu bentuk pranata yaitu pranata agama. Pranata agama dapat diaplikasikan dalam kehidupan sosial manusia, yaitu sebagai dasar aturan kesusilaan dalam masyarakat, misalnya dalam bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan pranata agama diperlukan oleh tanaga medis seperti perawat untuk menjadi kaidah tertentu dalam menghadapi pasien. Fungsi dan tugas perawat sangat berkaitan dengan aturan agama. 1.2 TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1. Memahami pengertian pranata agama 2. Memahami keterkaitan pranata agama dengan tugas dan fungsi perawat 1 | Sosiologi-Pranata Agama

Transcript of Bab i Pranata Agama

Page 1: Bab i Pranata Agama

BAB IPENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Agama merupakan sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta mencakup pula tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Jika dilihat dari sudut pandang sosiologi, agama memiliki arti yang lebih luas.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat penganut agama. Berbagai jenis agama dan kepercayaan tumbuh dan berkembang di masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu pranata, yaitu norma yang mengatur hubungan antar manusia, antara manusia dengan alam, dan antara manusia dengan Tuhannya sehingga ketenteraman dan kedamaian batin dapat dikembangkan.

Sebagai salah satu bentuk pranata yaitu pranata agama. Pranata agama dapat diaplikasikan dalam kehidupan sosial manusia, yaitu sebagai dasar aturan kesusilaan dalam masyarakat, misalnya dalam bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan pranata agama diperlukan oleh tanaga medis seperti perawat untuk menjadi kaidah tertentu dalam menghadapi pasien. Fungsi dan tugas perawat sangat berkaitan dengan aturan agama.

1.2 TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah

1. Memahami pengertian pranata agama2. Memahami keterkaitan pranata agama dengan tugas dan fungsi perawat

1 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 2: Bab i Pranata Agama

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Pranata Agama

Pranata Agama adalah sistem keyakinan dan praktek keagamaan dalam

masyarakat yang telah dirumuskan dan dibakukan. Pranata agama merupakan sarana

bagi manusia untuk berhubungan dengan penciptanya sehingga manusia yang sibuk

dengan urusan dunia sehari-hari secara sendiri maupun bersama-sama dengan umat

lainnya dapat senantiasa mendekatkan diri pada sang pencipta, karena itu agama

sangat penting untuk menyeimbangkan kehidupan manusia yaitu kehidupan duniawi

dan ukhrowi.

Dengan demikian pranata agama adalah segala aturan sosial baik yang bersifat

resmi, maupun kebiasaan yang disepakati dalam lingkup kelompok masyarakat

tertentu pada suatu rentang waktu dan wilayah tertentu, utamanya perihal kehidupan

dan pelaksanaan keagamaan. Sebagaimana lazimnya sebuah aturan sosial, segala

sesuatu yang terkait dengan subjek tersebut semisal agama berlaku luwes. Maka peran

tokoh masyarakat di sini sangat penting sebagai rujukan apabila terdapat persoalan

dengan kesepakatan antar anggota masyarakat. Namun demikian, masyarakat jugalah

yang akan mencuatkan seseorang anggotanya untuk menjadi tokoh. Hal ini

dikecualikan pada kenabian, misalnya.

2.2 Pembagian Pranata Agama

1. Pranata Agama pada Masyarakat Tradisional

Kehidupan beragama dalam masyarakat tradisional lebih kuat dan terasa

bila dibandingkan dengan kehidupan beragama masyarakat modern. Bentuk-

bentuk ritual keagamaan yang berhubungan dengan kehidupan tidak pernah

terlupakan dan kadang-kadang pelaksanaannya disertai dengan serangkaian

upacara adat yang danggap mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu,kadang-

kadang sulit dibedakan secara jelas mana yang termasuk adat istiadat dan mana

yang termasuk agama. Keduanya dianggap sebagai satu kesatuan nilai yang tidak

dapat dipisah-pisahkan.

2 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 3: Bab i Pranata Agama

Fungsi pranata agama bagi masyarakat tradisional adalah mengatur

hubungan manusia dengan Yang Maha Pencipta, menjalankan perintahNya dan

menjauhi laranganNya sesuai dengan norma agama yang dianut.

2. Pranata Agama pada Masyarakat Modern

Kehidupan keagamaan pada masyarakat modern relatif kurang nampak

atau terasa dalam kehidupan sehari-hari bila dibandingkan dengan kehidupan

keagamaan pada masyarakat tradisional.Hal ini disebabkan adanya cara berpikir

yang rasional yang didasarkan pada kepentingan eksak. Memang masyarakat

modern juga beragama, akan tetapi pada umumnya pusat kegiatannya hanya

tampak di tempat-tempat beribadah. Diluar tempat itu, kehidupan masyarakat

lebih banyak dihabiskan di tempat lain misalnya berada pada kehidupan ekonomi,

social dan politik. Cara kehidupan demikian cenderung mengarah pada hal yang

bersifat keduniawian (secular trend) bertentangan dengan kehidupan warga

masyarakat tradisional yang cenderung mengarah kepada hal yang bersifat

keagamaan(religious trend).

2.3 Fungsi Pranata Agama

Sebagai pedoman hidup

Sumber kebenaran

Pengatur tata cara hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan

Tuhan

Tuntutan prinsip benar dan salah

Pedoman pengungkapan perasaan kebersamaan di dalam agama diwajibkan

berbuat baik terhadap sesama

Pedoman keyakinan manusia berbuat baik selalu disertai dengan keyakinan

bahwa perbuatannya itu merupakan kewajiban dari Tuhan dan yakin bahwa

perbuatannya itu akan mendapat pahala, walaupun perbuatannya sekecil

apapun.

Pedoman keberadaan yang pada hakikatnya makhluk hidup di dunia adalah

ciptaan Tuhan semata

Pengungkapan estetika manusia cenderung menyukai keindahan karena

keindahan merupakan bagian dari jiwa manusia

3 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 4: Bab i Pranata Agama

Pedoman untuk rekreasi dan hiburan. Dalam mencari kepuasan batin melalui

rekreasi dan hiburan, tidak melanggar kaidah-kaidah agama

Fungsi pranata agama menurut Bruce J Cohen:

Bantuan terhadap pencarian identitas moral

Memberikan penafsiran-penafsiran untuk membantu memperjelas keadaan

lingkungan fisik dan social seseorang

Peningkatan kadar keramahan bergaul, kohesi social, dan solidaritas

kelompok.

Sebagai salah satu bentuk pranata social, pranata agama memiliki beberapa fungsi

berikut ini:

a) Fungsi ajaran atau aturan; memberi tujuan atau orientasi sehingga timbul rasa

saling hormat antar sesama manusia. Agama juga dapat menumbuhkan sikap

disiplin, pengendalian diri, dan mengembangkan rasa kepekaan social. Tiap-tiap

ajaran agama pada dasarnya mengarah ke satu tujuan, yaitu kebaikan.

b) Fungsi hukum; memberikan aturan yang jelas terhadap tingkah laku manusia akan

hal-hal yang dianggap benar dan hal-hal yang dianggap salah,

c) Fungsi social; sehubungan dengan fingsi hukum, aturan agama juga dapat

diaplikasikan dalam kehidupan social manusia, yaitu sebagai dasar aturan

kesusilaan dalam masyarakat, misalnya dalam masalah ekonomi, pendidikan,

kesehatan, perkawinan, kesenian, arsitektur bangunan, dan lain-lain.

d) Fungsi ritual; ajaran agama cara-cara ibadah khusus yang tentu saja berbeda

dengan agama lainnya. Seseorang yang telah menentukan agmanya, harus mau

menjalankan ibadah sesuai yang diperintahkan Tuhan dengan ikhlas sesuai dengan

petunjuk yang terdapat dalam kitab suci. Dengan mendalami dan memahami

ajaran agama, seseorang akan mengetahui sanksi yang akan diterimanya jika ia

melakukan pelanggaran. Hal ini akan membuat orang melakukan pengendalian

diri agar dapat selalu menjauhi larangan-Nya dan berusaha selalu melakukan

perintah-Nya.

e) Fungsi transformatif; agama dapat mendorong manusia untuk melakukan ke arah

yang lebih baik. Misalnya dengan agama, umat manusia mampu menciptakan

karya-karya seni besar, seperti candi, masjid, dan bangunan-bangunan lainnya;

penyebab timbulnya penjelajahan samudra salah satunya didorong oleh keinginan

4 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 5: Bab i Pranata Agama

didorong oleh keinginan menyebarkan agama. Pada umumnya, suatu agama

memiliki aturan yang berbeda dengan ajaran agama lain. Oleh karena itu, kita

harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat agar tidak terjebak

dalam fanatisme agama yang berlebihan. Dengan kata lain kita harus mampu

menyeimbangkan antara hubungan vertical kita dengan Tuhan (melalui ajaran

agama) dan hubungan horizontal kita dengan sesama manusia atau masyarakat.

Bila keadaan ini dapat kita ciptakan dan pelihara, maka akan tercipta suatu

kehidupan keagamaan yang serasi dan saling menghormati sebagaimana termuat

dalam butir II sila I Pancasila, “ Hormat menghormati dan bekerja sama antara

pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga

terbina kerukunan hidup.

2.4 Definisi Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh

keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah

bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.

(Kozier Barbara, 1995:21).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat

dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan

diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung

keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap

peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Pada peran ini perawat diharapkan mampu:

Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok

atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah

yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.

Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus

memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan significan dari klien. Perawat

menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis

keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.

Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :

5 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 6: Bab i Pranata Agama

a) Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan

dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan.

Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan

kompleks.

b) Sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam

mempertahankan & melindungi hak-hak pasien meliputi :

Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

Hak atas informasi tentang penyakitnya

Hak atas privacy

Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian

c) Sebagai educator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga

terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d) Sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi

pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e) Sebagai kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri

dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan.

6 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 7: Bab i Pranata Agama

f) Sebagai konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan,

kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian

pelayanan keperawatan

g) Sebagai pembaharu

Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis &

terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

2.5 Fungsi Perawat

a) Fungsi Independen

Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter.

Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan. Oleh

karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan

yang diambil. Contoh tindakan perawat dalam menjalankan fungsi independen

adalah:

Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganya dan menguji

secara fisik untuk menentukan status kesehatan.

Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk

memelihara atau memperbaiki kesehatan.

Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Mendorong untuk berperilaku secara wajar.

b) Fungsi Dependen

Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan

tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter,

seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan. Oleh karena

itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter. Setiap

tindakan perawat yang berdasarkan perintah dokter, dengan menghormati hak

pasien tidak termasuk dalam tanggung jawab perawat.

7 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 8: Bab i Pranata Agama

c) Fungsi Interdependen

Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim

kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lainnya

berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung

dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Sebagai sesama tenaga

kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan bidang ilmunya.

Dalam kolaborasi ini, pasien menjadi fokus upaya pelayanan kesehatan.

Contohnya, untuk menangani ibu hamil yang menderita diabetes, perawat bersama

tenaga gizi berkolaborasi membuat rencana untuk menentukan kebutuhan

makanan yang diperlukan bagi ibu dan perkembangan janin. Ahli gizi

memberikan kontribusi dalam perencanaan makanan dan perawat mengajarkan

pasien memilih makan sehari-hari. Dalam fungsi ini, perawat bertanggung jawab

secara bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain terhadap kegagalan pelayanan

kesehatan terutama untuk bidang keperawatannya.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Seorang wanita berusia 16 tahun bernama Nona X adalah remaja belia yang masih

duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Tetapi karena kecerobohan dan kenakalan remaja

8 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 9: Bab i Pranata Agama

yang dibuatnya, sehingga dia harus menanggung semua akibat yang diperbuatnya. Di usianya

yang masih sangat muda ini, bahkan bisa disebut masih di bawah umur, dia telah

mengandung seorang bayi tak berdosa yang kini bersemayam di dalam rahimnya.

Penyesalan yang amat dalam pun tidak akan mampu untuk menebus semua kesalahan

yang telah diperbuatnya. Dan sekarang karena malu menanggung perbuatannya, Nona X

ingin melakukan aborsi secara diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun kecuali kedua orang

tuanya. Alasan Nona X melakukan aborsi karena dia tidak ingin diketahui siapapun kalau

dirinya tidak lagi “virgin” seperti layaknya gadis seusianya.

Akhirnya bersma kedua orang tuanya, Nona X menuju sebuah klinik untuk

melakukan aborsi terhadap janin yang dikandungnya. Walaupun perbuatan ini dilarang oleh

pemerintah, tapi karena ayah nona X mempunyai banyak koneksi, sehingga pelaksanaan

aborsi ini masih bisa dilakukan secara diam-diam walaupun statusnya ilegal.

Dalam pelaksanaan aborsi, prosedur dilakukan oleh pihak medis yaitu seorang dokter

dengan perawat. Dalam praktek ini, dokter meminta nona X membayar Rp 2 juta, namun oleh

nona X baru dibayar Rp 1 juta. Peranan perawat dalam kasus ini adalah membantu

memersiapkan peralatan untuk operasi aborsi dengan cara suction (dihisap) menggunakan

alat spet 50 cc. Karena usia janin masih seumur jagung, sehingga proses ini dapat

berlangsung cepat dan bersih.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Definisi Aborsi

9 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 10: Bab i Pranata Agama

Gugur kandungan atau aborsi (abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia

kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir

selamat (hidup) sebelum 38 minggu. Namun setelah 20 minggu, maka istilahnya

adalah kelahiran prematur. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran

dikenal dengan istilah “abortus” adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20

minggu kehamilan atau berat bayi kurang dari 500 g(ketika janin belum dapat hidup

di luar kandungan). Angka kejadian aborsi meningkat dengan bertambahnya usia dan

terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya.

4.2 Sudut Pandang Tentang Aborsi

a) Aborsi menurut hukum di Indonesia

Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) di

Indonesia dikategorikan sebagai tindakan kriminal. Pasal-pasal KUHP yang

mengatur hal ini adalah pasal 299, 341, 342, 343, 346, 347, 348, dan 349. Menurut

KUHP, aborsi merupakan: Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium

perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40

minggu).

b) Aborsi menurut medis

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)

sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus

dibagi menjadi dua, yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan

adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar

(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Dalam beberapa kepustakaan,

terminologi yang paling sering digunakan untuk hal ini adalah keguguran

(miscarriage). Sedangkan abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat

adanya upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan. Istilah yang

sering digunakan untuk peristiwa ini adalah aborsi, pengguguran, atau abortus

provokatus. 

Menurut ilmu kesehatan aborsi ini merupakan suatu hal yang membuat dilema

bagi para tenaga medis untuk melakukannya. Karena, baik secara agama maupun

secara hukum nasional dan norma masyarakat aborsi ini tidak boleh dilakukan karena

hal ini sama saja dengan pembunuhan. Namun, disisi lain medis juga perlu melakukan

tindakan ini dengan alasan kuat yakni untuk menyelamatkan jiwa sang ibu. Maka dari

10 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 11: Bab i Pranata Agama

itu, jika tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan jiwa ibu, aborsi pun merupakan

suatu kewajiban untuk dilakukan.

4.3 Prinsip-prinsip etika yang berkaitan dengan kasus

1. Respect of Autonomy

Individu memiliki hak untuk menentukan sendiri, memperoleh kebebasan dan

kemandirian. Respect of autonomy meliputi:

Menyampaikan kebenaran

Menghormati privasi orang lain

Melindungi kerahasiaan informasi

Mendapat izin untuk melakukan tindakan

Jika diminta, membantu orang lain dalam mengambil keputusan

2. Beneficience

Individu berkewajiban melakukan hal yang baik sebagai kebalikan hal yang

membahayakan. Prinsip beneficence adalah suatu kewajiban moral untuk

bertindak demi keuntungan orang lain. Sedangkan dalam kasus ini, Perawat sama

sekali tidak melakukan tindakan yang menguntungkan bagi klien malah

melakukan tindakan yang membahayakan.

3. Non-Maleficence

Tindakan aborsi dapat menyebabkan injury jika dilakukan dengan prosedur yang

salah dan oleh orang yang tidak kompeten. Perawat membantu tindakan

pengguguran dengan memersiapkan peralatan untuk operasi aborsi dengan cara

suction. Tindakan ini berpotensi membahayakan klien dan janin yang

dikandungnya.

Perawat tersebut juga tidak menjunjung prinsip Beneficence dan Non-Maleficence

yang dikemukakan oleh Wilian Frank, yaitu :

o Seseorang tidak boleh jahat atau merugikan

o (Perawat malah bertindak merugikan dengan ikut membantu

memepersiapkan peralatan operasi aborsi. Dan secara tidak langsung telah

berbuat jahat)

o Seseorang harus mencegah kerugian

o (Perawat tidak mencegah kerugian yang dapat diderita oleh klien)

o Seseorang harus mengurangi kerugian

11 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 12: Bab i Pranata Agama

o Seseorang harus melakukan atau meningkatkan kebaikan

4. Justice

Individu memiliki hak untuk diperlakukan setara, keadilan antara hak dan

kewajiban, serta klien berhak mendapat pelayanan sesuai dengan haknya.

Prinsip keadilan:

Pada tiap orang dengan porsi yang sama

Pada tiap orang sesuai kebutuhan

Pada tiap orang sesuai usaha

Pada tiap orang sesuai bobot individu atau jasa

Pada tiap orang sesuai free market exchange

Perawat tidak menghormati Hak sang janin untuk Hidup. Suatu pernyataan

pernah dikemukakan bahwa janin yang ada dalam kandungan seorang wanita

merupakan makhluk hidup yang harus dijaga haknya untuk hidup.

4.4 Aborsi menurut agama

a) Islam

Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi

boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang

menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-

ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh

sesama manusia adalah sangat mengerikan. Pada intinya hukum menurut

agama islam aborsi itu tidak boleh dilakukan dan merupakan perbuatan dosa.

Majelis Ulama Indonesia memfatwakan bahwa :

Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding

rahim ibu (nidasi).

Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun

hajat.

a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilah yang membolehkan

aborsi adalah:

1. Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium

lanjut, TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya

yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter.

12 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 13: Bab i Pranata Agama

2. Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.

b. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan

aborsi adalah:

1. Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau

lahir kelak sulit disembuhkan.

2. Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang

berwenang yang didalamnya terdapat antara lain keluarga korban,

dokter, dan ulama.

3. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan

sebelum janin berusia 40 hari.

4. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat

zina.

b) Kristen

Secara singkat di dalam Al Kitab dapat disimpulkan bahwa aborsi dalam

bentuk dan alasan apapun dilarang karena :

Apabila ada sperma dan ovum telah bertwmu maka unsure kehidupan telah

ada.

Abortus pada janin yang cacat tidak diperbolehkan karena Tuhan mempunyai

rencana lain pada hidup seorang manusia

Anak adalah pemberian Tuhan.

Bila terjadi kasus pemerkosaan, diharapkan keluarga serta orang-orang

terdekat dapat memberi semangat.

Aborsi untuk menyembunyikan aib tidak dibenarkan.

c) Katolik

Hampir sama dengan pernyataan agama Kristen, dalam agama katolik aborsi

juga dilarang.

d) Hindu

Aborsi dalam Teologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut

"Himsa karma" yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan

membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Oleh karena itulah perbuatan aborsi

disetarakan dengan menghilangkan nyawa, maka aborsi dalam Agama Hindu

tidak dikenal dan tidak dibenarkan.

13 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 14: Bab i Pranata Agama

e) Budha

Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma

harus diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma

yang lebih buruk lagi.

Dalam kasus ini, jelas sekali bahwa hal yang dilakukan dokter dan perawat

telah melanggar norma agama secara umum, yang mengharamkan aborsi, kecuali

untuk alasan-alasan tertentu yang berhubungan dengan keselamatan sang ibu.

Berkaitan dengan tugas dan fungsi perawat, Perawat tidak menyampaikan kebenaran

mengenai tindakan operasi Aborsi ilegal yang dapat merugikan klien. Seharusnya

perawat, menyampaikan kebenaran baik pada klien maupun teman sejawat yang akan

membahayakan nyawa klien. Perawat ikut membantu tindakan operasi aborsi yang

dilakukan oleh dokter. Dalam tindakan tersebut perawat langsung menyetujui untuk

membantu dokter, hal ini berarti perawat tersebut juga menyetujui permintaan klien

untuk melakukan tindakan aborsi. Dan perawat tersebut tidak memberikan informasi

mengenai bahaya tindakan aborsi dan aspek hukum yang terkait.

BAB V

14 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 15: Bab i Pranata Agama

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Pranata Agama adalah sistem keyakinan dan praktek keagamaan dalam masyarakat

yang telah dirumuskan dan dibakukan.

b. Pranata agama merupakan sarana bagi manusia untuk berhubungan dengan

penciptanya, sehingga perawat sebagai tenaga medis yang berurusan dengan dunia

kesehatan sehari-hari secara sendiri maupun bersama-sama dengan umat lainnya dapat

senantiasa mendekatkan diri pada sang pencipta lewat tugas dan fungsi perawat.

Karena itu agama sangat penting untuk menyeimbangkan kehidupan manusia yaitu

kehidupan duniawi dan ukhrowi. Jadi, pranata agama di dunia keperwatan sebagai

pedoman keyakinan dalam praktek medis dalam masyarakat yang telah dirumuskan

dan dibakukan. Sehingga sebagai tenaga medis perawat mengetahui hal yang baik

dilakukan maupun hal-hal buruk yang merugikan orang lain dan menyerong dari

pranata agama yang telah ditentukan.

5.2 Saran

Sebagai seorang perawat, haruslah memahami, menerapkan, dan mematuhi peraturan yang telah dibakukan oleh aturan Agama yang mencangkup aturan Negara dan medis. Pada contoh kasus yang kami berikan, aborsi sangat dilarang oleh agama dan merupakan perbuatan yang berbuah dosa. Aborsi hanya boleh dilakukan bagi kehamilan yang mengancam nyawa si ibu, Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan, dan kehamilan akibat perkosaan. Apabila aborsi dilakukan tidak sesuai dengan peraturan diatas, maka perawat telah menyalahi peraturan yang bertentangan dengan kode etik keperawatan, hukum agama, hokum negara dan norma social masyarakat

BAB VI

15 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a

Page 16: Bab i Pranata Agama

DAFTAR PUSTAKA

Arif Rohman, dkk., 2002. Sosiologi. Klaten. Intan Pariwara

books.google.co.id/pranata agama

www.fadli.web.id

blog.ilmukeperawatan.com

www.prasco.com

www.surya.co.id/web

www.abufarel.com

 

 

16 | S o s i o l o g i - P r a n a t a A g a m a