BAB I Pneomothoraks

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam rongga thoraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru didalam rongga thoraks. Jadi pada keadaan normal rongga pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan. Pneumothoraka adalah keadaan terdaptnya udara bebas didalam rongga pleura. Dengan adanya udara didalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernafas. Pneumohoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik. Pneumothoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. 1

description

pneumothorak

Transcript of BAB I Pneomothoraks

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon

dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk

mempertahankan pengembangannya. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam

rongga thoraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi

pelumas bagi gerakan paru-paru didalam rongga thoraks. Jadi pada keadaan

normal rongga pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan.

Pneumothoraka adalah keadaan terdaptnya udara bebas didalam rongga

pleura. Dengan adanya udara didalam rongga pleura tersebut, maka akan

menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat

mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernafas.

Pneumohoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik.

Pneumothoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder.

1

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Defenisi

Pneumothoraks adalah keadaan dimana terdapat udara bebas didalam

rongga pleura

2.2. Etiologi dan Klasifikasi

Menurut penyebabnya pneumothoraks dapat dikelompokkan menjadi:

1.. Pneumothoraks spontan

Pneumothoraks seperti ini dapat diklasifikasikan lagi menjadidua jenis

Pneumothoraks spontan primer

Pneumothoraks yang terjadi tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya

ataupun trauma, kecelakaan, dan dapat terjadi pada individu yang sehat,

Pneumothoraks spontan sekunder

Pneumothoraks yang terjadi pada penderita yang mempunyai riwayat

penyakit paru sebelumnya misalnya PPOK, TB Paru dan lain-lain

2.Pneumothoraks traumatik

Adalah pneumothoraks yang terjadi oleh karena trauma didada, kadang

disertai dengan hematopneumothoraks. Perdarahan yang timbul dapat

berasal dari dinding dada maupun paru itu sendiri

3. Pneumothoraks iatrogenik

Adalah pneumothoraks yang terjadi pada saat kita melakukan tindakan

diagnostik seperti transtorakal biopsi, punksi pleura

2

4. Pneumothoraks Katamenial

Pneumothoraks yang terjadi ehubungan dengan siklus menstruasi

Berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumothoraks dpat diklasifikasikan

kedalam tiga jenis:

1. Pneumothoraks tertutup (Simple Pneumothoraks)

Pada tipe ini pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka dalam

dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan didalam

rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi

negatif karena diserap oleh jaringan paru di sekitarnya. Pada kondisi tersebut paru

belum mengalami reekspansi, sehingga masih ada rongga pleura. Meskipun

tekanan didalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan

pernafasan. Tekanan udara dirongga pleura tetap negatif. Misal terdapat robekan

pada pleura viseralisdan paru atau jalan nafas atau esofagus sehingga masuk

kavum pleura karena tekanan kavum pleura negatif.

2. Pneumothoraks terbuka (Open Pneumothoraks)

Pneumothoraks terbuka yaitu pneumothoraks dimana terdapat hubungan

antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar,

karena terdapat luka terbuka pada dada. Dalam keadaan ini tekanan intrapleural

sama dengan tekanan pada dunia luar.pada pneumothoraks terbuka tekanan

intrapleural sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan

yang disebabkan oleh gerakan pernafasan.

pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi

tekanan tekanan menjadi positif . selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam

keadaan normal, tetapi pada sat ekspirasi mediastinum bergeser kearah sisi

dinding dada yang terluka (sucking wound)

3. Pneumothoraks ventil (Tension Pneumothoraks)

Pneumothoraks ventil adalah pneumothoraks dengan tekanan intrapleural

yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena adanya fistel dipleura

3

viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea,

bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel

yang terbuka waktu ekspirasi udara dalam rongga pleura tidak dapat keluar.

Akibatnya tekanan dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi

tekanan atmosfir. Tekanan yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat

menekan pleura sehingga sering menimbulkan gagal nafas.

Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps maka

pneumothoraks dapat diklasifikasikan

1. Pneumothoraks parsial

Yaitu pneumothoraks yang menekanpada sebagian kecil paru (<50%

volume paru)

2. Pneumothoraks totalis

Yaitu pneumothoraks yang mengenai sebagian besar paru (>50% volume

paru)

2.3. Patogenesis dan Patofisiologi Pneumothoraks

Tekanan didalam rongga pleura negatif selama siklus respirasi

berlangsung. Tekanan negatif tersebut disebabkan karena pengembangan dada.

Jaringan paru mempunyai kecenderungan untuk menjadi kolaps karena sifat yang

elastis (elastic recoil). Bila ada kebocoran antara alveoli dengan rongga pleura,

udara akan berpindah dari alveoli kedalam rongga pleura sampai terjadi tekanan

yang sama atau sampai kebocoran tertutup sehingga paru akan kolaps atau

menguncup karena sifat paru yang elastis. Hal yang sama terjadi bila terdapat

hubungan langsung (kebocoran antara dinding dada dengan rongga pleura.

Pneumothoraks spontan primer terjadi karena ruptur blrb sbpleura,

biasanya terletak di apeks. Patogenesisnya belum jelas, di duga disebabkan karena

tekanan transpulmoner diapeks lebih besar daripada bagian bawah paru. Penyebab

lainnya karena kelainan kongenital, inflamasi bronkial ataupun ruptur

trakeobronkial. Meskipun mekanisme penyebab pneumothoraks belum jelas,

4

suatu percobaan mnunjukkan distensi berlebih pada paru normal akan ruptur

alveoli subpleural. Udara akan merembes sepanjang lapisan bronkoaveolar ke

arah mediastinum, mungkin disertai emfisema subkutan atau pneumothoraks.

Suatu penelitian pada penderita pneumothoraks yang dilakukan reseksi

paru ditemukan blebs, bula atau keduanya. Pneumothoraks terjadi bila bula perifer

atau blebs mengalami distensi dan pecah kedalam rongga pleura. Mekanisme

pembentukan nula masih diperdebatkan. Beberapa penjelasan antara lain

degradasi benang elastin pada paru yang di induksi oleh asap rokok diikuti

serbukan netrofil dan magrofag menyebabkan timbulnya blebs tersebut. Degradasi

ini menyebabkan ketidakseimbangan antara protease antiprotease dan sistem

oksidan didalam paru dan setelah terbentuk bula terjadi obstruksi pada paru yang

diinduksi oleh inflamasi. Keadaan ini akan meningkatkan tekanan intraalveolar

sehingga terjadi kebocoran udara menuju ruang intersisial paru dan kehilus

menyebabkan pneumomediastinum. Takanan mediastinumakan meningkat dan

pleura mediastinum akan ruptur sehingga timbul pneumothoraks.

2.4. Diagnosis Pneumothoraks

a.Anamnesa

Berdasarkan anamnesis gejala dan keluhan yang sering muncul adalah

Sesak nafas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien sering kali sesak

dirasakan mendadak dan makin lama makin berat, penderita bernafas

tersengal, pendek-pendek dengan mulut terbuka

Nyeri dada, yang didapatkan hampir 75-90% nyeri dirasakan tajam pada

sisi yang sakit terasa berat, tertekan dan lebih nyeri pada gerakan

pernafasan

Batuk-batuk yang didapatkan pada 5-35% pasien

Denyut jantung meningkat

Kulit tambak sianosis karena kadar oksigen yang kurang

Tidak menunjukkan gejala(silent) yang terdapat pada jenis pneumothoraks

spontan primer

5

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

o Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiperekspansi dinding dada)

o Pada waktu respirasi bagian yang sakit gerakannya tertinggal

o Trakea cdan jantung terdorong pada sisi yang sehat

Palpasi

o Pada sisi yang sakit ruang antar iga dapat normal atau melebar

o Iktus kordis terdorong ke sisi thoraks yang sehat

o Fremitus suara melemah tau menghilang pada sisi yang sakit

Perkusi

o Suara hipersonor pada sisi yang sakit

o Batas jantung terdorong kearah thorsks yang sehat apabila tekanan intrapleural

tinggi

Auskultasi

o Pada bagian yang sakit suara nafas melemah sampai menghilang

c. Pemeriksaan penunjang

1. Foto thoraks

Untuk mediagnosisi pneumothoraks pada foto thoraks dapat ditegakkan

dengan melihat tanda-tanda sebagai berikut

Adanya gambaran hiperlusen avaskuler pada hemithoraks yang mengalami

pneumothoraks. Hiperlusen avaskuler menunjukkan paru yang mengalami

pneumothoraks dengan paru yang kolaps memberikan gambaran radiopak. Bagian

paru yang kolaps dan yang mengalami pneumothoraks dipisahkan oleh batas paru

kolaps berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceralis, yang

dikenal sebagai pleural white line

Untuk mendeteksi pneumothoraks pada foto dada posisi supine yang dicari

adalah deep sulcus sign. Umumnya sudut kontofrenikus berbentuk lancip dan

rongga pleura menembus lebih jauh kebawah hingga daerah lateral dari hepar dan

6

lien. Jika terdapat udara dalam rongga pleura, maka sudut kontofrenikus menjadi

lebih dalam dari biasanya.

Dalam kasus pneumothoraks kita perlu mengetahui bagaimana cara

menghitung luas pneumothoraks. Perhitungan luas pneumothoraks ini berguna

terutama dalam menentukan jenis kolaps apakah bersifat parsial atau totalis

2. CT Scan thoraks

CT Scan thoraks lebih spesifik untuk pneumothoraks. Batas antara udara

dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara

pneumothoraks spontan primer dan sekunder.

2.5. Penatalaksanaan Pneumothoraks

Tujuan penatalaksanaan pneumothoraks adalah untuk mengeluarkan udara

dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi.

Penatalaksanaan pneumothoraks ada 2 cara yaitu non bedah dan bedah

1.Tindakan non bedah adalah

a. Observasi

Dilakukan pada penderita non keluhan dengan luas pneumothoraks < 20%,

udara akan diabsorbsi 1,25% volume udara dalam rongga pleura/24 jam (50-70

ml/hari).. sebaiknya penderita dirawat untuk observasi selama 24-48 jam.

Tindakan observasi hanya dilakukan bila luas lesi <15%. Bila penderita

dipulangkan di beri penjelasan perihal keadaan emergency (pneumothoraks

tension) supaya kembali kerumah sakit untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.

Kontrol foto thoraks ulang setelah beberapa hari di perlukan untuk mengevaluasi.

Apabila setelah 7 hari pengamatan masih terdapat pneumothoraks maka di

perlukan tindakan aspirasi ataupun pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)

b. Aspirasi

Dapat digunakan dengan abocath nomor 14 yang dihubungkan dengan

three way, dengan menggunakan semprit 50 cc dilakukan aspirasi

7

c. Pemasangan WSD

Penderita harus dirawat, semakin besar selang WSD yang dipasang

semakin baik. Umumnya untuk WSD digunakan selang nomor 20, bila alat-alat

untuk memasang WSD tidak ada dapat kita gunakan perlengkapan untuk infus

biasa. Jarum infus ditusukkan kerongga pleura dan ujung lainnya dimasukkan

kedalam airhingga menjadi sebuah WSD mini. Sebagai pengganti jarum infus

dapat digunakan abocath. Bila pneumothoraks luas sebaiknya dipasang WSD

untuk mempercepat pengembangan paru. Bila setelah pemasangan WSD paru

tidak juga mengembang dengan baik, dapat dibantu dengan pengisapan yang

terus menerus (continuous suction). WSD dapat dicabut setelah paru mengembang

yang ditandai dengan terdengarnya kembali suara nafas dan di pastikan dengan

foto thoraks paru.maka selang WSD di klem. Biasanya bila paru sudah

mengembang sempurna, tidak terdapat lagi undulasi pada WSD. Setelah 1-3 hari

diklem , dibuat foto ulangan. Bila paru tetap mengembang maka WSD dapat

dicabut. Pencabutan dilakukan dalam keadaan ekspirasi maksimal.

Tindakan Bedah

1. Torakotomi

Indikasi operasi pada serangan pertama pneumothoraks spontan bila

terjadi kebocoran lebih dari 3 hari, hemothoraks, kegagalan paru untuk

mengembang, pneumothoraks bilateral, pneumothoraks ventil atau jika pekerjaan

penderita mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pneumothoraks.

Pneumothoraks berulang merupakan indikasi operasi utama pada penderita

pneumothoraks spontan primer

2. Torakoskopi

Penggunaan torakoskopi untuk diagnosis dan terapi pneumothoraks

spontan tlah lama diketahui. Selain untuk menilai pneumothoraks terapi ndoskopi

dapat dilakukan berdasarkan penentuan untuk pleurodesis atau operasi.

Torakoskopi merupakan alternatif untuk penderita pneumothoraks berulang atau

8

pneumothoraks lebih dari 5 hari. Kelainan yang didapatkan dari torakoskopi pada

penderita pneumothoraks spontan dapat berupa normal, perlekatan pleura, blebs

kecil <2cm atau bula besar > 2cm.

2.6. Komplikasi Pneumothoraks

1. Pneumothoraks ventil

Suatu keadaan dimana terjadi tekanan yang terus meninggi didalam

rongga pleura. Penderita akan sesak nafas yang hebat, keringat dingin, gelisah.

Pada foto thoraks akan terlihat selain paru yang kolaps (garis pleura), jantung dan

mediastinum terdorong kesamping dan diafragma terdorong kebawah. Keadaan

ini adalah emergency sehingga dilakukan tindakan segera

2. Pneumomediastinum

Biasanya terjadi karena ruptur bronkus atau perforasi oesophagus, sering

disertai dengan emfisema subkutis

3. Hemopneumothoraks

Disebabkan karena ruptur pembuluh darah kecil yang terletak antara

pleura viseral dan parietalis. Perdarahan dapat juga terjadi karena trauma dinding

dada terjadi ruptur pembuluh darah pada atau oleh karena cedera paru

4. Bilatersl pnumothoraks

Jarang terjadi (<2%)

5. Pneumothoraks persisten

Setelah beberapa saat penanganan, paru tidak mengembang sehingga

dibutuhkan tindakan operasi. Ada beberapa hal yang menyebabkan paru tidak

mengembang yaitu terjadinya fistel, penyumbatan bronkus, penebalan pleura atau

selang WSD yang tersumbat.

Pengobatan tambahan

9

Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan

terhadap penyebabnya. Misalnya: terhadap proses TB paru di beri OAT, terhadap

bronkitis dengan obstruksi saluran nafas di beri antibiotik dan bronkodilator

Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat

Rehabilitasi

Penderita yang telah sembuh dari pneumothoraks harus dilakukan pengobatan

secara tepat untuk penyakit dasarnya

Untuk sementara waktu penderita dilarang mengejan, batuk atu bersin terlalu

keras

Bila mengalami ksulitan defekasi karena pemberian antitusif berilah laksan ringan

Kontrol penderita pada waktu tertentu terutama kalau ada keluhan batuk, sesak

nafas

10

KESIMPULAN

Pneumothoraks merupakan suatu keadaan dima terdapat udara bebas didalam

rongga pleura, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang

menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat

proses respirasi.oleh karena itu pada pasien sering mengeluhkan sesak nafas dan

nyeri dada. Berdasarkan penyebabnya pneumothoraks dapat terjadi baik secara

spontan maupun traumatik. Pneumothoraks spontan sendiri dapat bersifat primer

dan sekunder dan menurut fistel yang terbentUk pneumothoraks dapat bersifat

teRBuka, teRtutup dan ventil. Dalam menentukan diagnosa pneumothoraks

seringkali didasarkan pada hasil foto rontgen berupa gambaran transulen tanpa

adanya corakan bronkovaskuler pada lapang paru yang terkena. Disertai adanya

garis putih yang merupakan batas paru (collaps line).dari hasil rontgen juga dapat

diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang terkena

pendesakan serta kondisi jantung dan trakea. Pada prinsipnya penanganan

pneumothoraks berupa observasi dan pemberian O2 yang dilanjutkan dengan

dekompresi. Untuk pneumothoraks yang berat dapat dilakukan tindakan

pembedahan. Sedangkan untUk proses medikasi disesuaikan dengan penyakit

yang mendasarinya.tahap rehabilitasi juga perlu diperhatikan agar pneumothoraks

tidak terjadi lagi.

11

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur, C.Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.H.598

Sudoyo, Aru W. Setyohadi, Bambang, Alwi, Idrus K, et al. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV .Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.H.1063

12