BAB I Peran Endorfin
Click here to load reader
-
Upload
arsil-radiansyah -
Category
Documents
-
view
83 -
download
0
description
Transcript of BAB I Peran Endorfin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Endorfin adalah neuropeptida yang terlibat dalam manajemen nyeri. Neuropeptida ini
juga memiliki efek seperti morfin, dan terlibat dalam sirkuit penghargaan alam seperti makan,
minum, seks dan perilaku maternal. (Koob G. Drugs of abuse: Anatomy, pharmacology and
function of reward pathways. Trends Pharm. Sci. 1992;13:177-184.)
Endorfin merupakan protein yang terutama disintesis oleh kelenjar hipofisis dalam
menanggapi stres fisiologis seperti nyeri. Protein ini berfungsi melalui berbagai mekanisme
di kedua sistem saraf pusat dan perifer untuk menghilangkan rasa sakit saat terikat untuk mu-
opioid reseptor mereka. Obat opioid berfungsi dengan meniru endorfin alami, bersaing untuk
mengikat reseptor. Dalam pengaturan akut, opiat eksogen menghambat produksi opiat
endogen sedangkan di pengaturan kronis, eksogen opiat menghambat produksi baik opiat
endogen dan mu-opioid reseptor. Risiko yang terkait dengan penggunaan opiat kronis
termasuk opioid diinduksi hiperalgesia, toleransi dan kecanduan. Link sumber
Endorfin memiliki peran yang cukup penting dalam mekanisme hemoestatis dalam
tubuh. Salah satunya adalah yang terdapat pada salah satu gangguan psikiatrik yang lazim
terdapat dalam populasi yaitu depresi. Insidensi depresi terdapat sekitar 5 % dari populasi.
Hanya sepertiga orang dengan gangguan depresi yang berobat, hal ini dikarenakan selain
tidak terdeteksi oleh petugas kesehatan juga dikarenakan gangguan ini dianggap suatu
defisiensi moral yang dirasa memalukan dan harus disembunyikan. Depresi merupakan satu
bentuk gangguan mood (gangguan afektif) dan lebih bersifat sindrom, yang terdiri dari
sekumpulan gejala.
Hormon endorfin sendiri merupakan hormon yang baru-baru ini telah diidentifikasi
berperan penting dalam pengaturan respon terhadap suatu stres yang di hadapi oleh tubuh.
Endorfin merupakan salah satu daperangkat sistem fisiologik yang berada dalam konsep
homeostatis-gangguan psikomatik muncul apabila “keseimbangan alamiah” tubuh terganggu,
terutama terjadi secara kronis. (Tomb DA, 2003, Buku saku psikiatri Ed. 6, Jakarta; EGC )