BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... ·...

30
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Demak merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah bagian utara, berbatasan langsung dengan Kota Semarang sebagai pusat pemerintahan di Jawa Tengah. Catatan sejarah Kabupaten Demak tidak lepas dari perjuangan para Wali dalam kegiatan menyebarkan agama Islam pada abad XV. Keberadaan Demak yaitu sebagai pusat kerajaan Islam (kasultanan Bintoro) di pulau Jawa dengan tokoh utamanya adalah Sunan Kalijaga dan Sultan Fattah yang diakui merupakan tokoh besar dan berpengaruh dalam lintas sejarah Kabupaten Demak. 1 Masyarakat Demak sangat membanggakan dirinya menjadi warga kota Wali . Tidaklah mengherankan jika kemudian beragam acara atau ritual yang diperkenalkan oleh para Wali masih berlangsung sampai saat ini dan menjadi semacam upacara ritual yang selalu dinantikan masyarakat, tidak hanya warga Demak sendiri tetapi juga dari luar daerah seperti Solo, Sragen, Madiun, Magelang, Semarang, Pekalongan, Cirebon, dan Tasikmalaya. 1 Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Demak, Grebeg Besar Demak, (Demak: Pemerintah Kabupaten Demak, 2006), 1.

Transcript of BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... ·...

Page 1: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Demak merupakan salah satu Kabupaten yang ada di

Provinsi Jawa Tengah bagian utara, berbatasan langsung dengan

Kota Semarang sebagai pusat pemerintahan di Jawa Tengah.

Catatan sejarah Kabupaten Demak tidak lepas dari perjuangan

para Wali dalam kegiatan menyebarkan agama Islam pada abad

XV. Keberadaan Demak yaitu sebagai pusat kerajaan Islam

(kasultanan Bintoro) di pulau Jawa dengan tokoh utamanya

adalah Sunan Kalijaga dan Sultan Fattah yang diakui merupakan

tokoh besar dan berpengaruh dalam lintas sejarah Kabupaten

Demak.1

Masyarakat Demak sangat membanggakan dirinya menjadi

warga kota Wali. Tidaklah mengherankan jika kemudian beragam

acara atau ritual yang diperkenalkan oleh para Wali masih

berlangsung sampai saat ini dan menjadi semacam upacara ritual

yang selalu dinantikan masyarakat, tidak hanya warga Demak

sendiri tetapi juga dari luar daerah seperti Solo, Sragen, Madiun,

Magelang, Semarang, Pekalongan, Cirebon, dan Tasikmalaya.

1 Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Demak, Grebeg Besar Demak, (Demak: Pemerintah Kabupaten Demak, 2006), 1.

Page 2: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

2

Salah satu upacara ritual yang diselenggarakan masyarakat

Demak ialah Grebeg Besar.

Grebeg Besar merupakan salah satu bentuk upacara ritual

masyarakat Demak yang wajib diselenggarakan setiap tahun

sekali, dimana pelaksanaanya setiap tanggal 10 Dzulhijjah (nama

bulan dari bahasa Arab) bersamaan dengan datangnya peringatan

Hari Raya Idul Adha, yang dipusatkan di Masjid Agung Demak,

pendhopo dan makam Sunan Kalijaga yang bertempat di

Kadilangu. Upacara tradisional yang dilaksanakan setahun sekali

oleh masyarakat Demak ini merupakan tradisi religius yang

diwariskan secara turun temurun. Tradisi tersebut merupakan

perwujudan dari kepercayaan yang kuat terhadap adat istiadat

yang diwariskan leluhur yang diyakini dapat memberikan

keseimbangan dalam kehidupannya.

Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi secara

beramai-ramai oleh banyak orang, sedangkan istilah Besar

dipergunakan di sini karena perayaan tersebut berlangsung pada

bulan Dzulhijjah (nama bulan dari bahasa Arab) yang oleh orang

Jawa disebut bulan Besar. Jadi Grebeg Besar ialah kumpulnya

masyarakat Islam pada bulan Besar sekali setahun, yaitu untuk

kepentingan dakwah Islamiyah di Masjid Agung Demak.2

2 Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Demak, 2006, 3.

Page 3: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

3

Perayaan Grebeg Besar di Demak dimaksudkan sebagai

tradisi penghormatan dan rasa syukur atas perjuangan para

leluhur, khususnya sehubungan dengan kegiatan siar Islam yang

dilaksankan Wali Songo, terutama Sunan Kalijaga.3 Seperti yang

dikatakan oleh bapak Moh. Makmun Sahlan demikian,

Dahulu para Wali menyelenggarakan Grebeg Besar sebagai media dakwah, penyebaran agama Islam tidak banyak mengalami kemajuan. Jumlah para santri masih sangat sedikit. Sebagian besar rakyat terutama masyarakat pedesaan enggan untuk mengucapkan syahadat sebagai pernyataan memeluk agama Islam. Para Wali bermusyawarah mereka sependapat memanfaatkan unsur-unsur kebudayaan rakyat sebagai sarana dakwah. Terutama dengan memanfaatkan bahasa, adat istiadat, dan kesenian rakyat. Sehingga rakyat menyukai perayaan dan keramaian yang dihubungkan dengan upacara keagamaan.4

Beberapa perubahan terjadi pada perayaan Grebeg Besar di

Demak. Perubahan dimulai pada tahun 1846 saat Bupati Demak,

mengkombinasikan tradisi Grebeg Besar dengan seni budaya yang

diwariskan oleh sembilan Wali seperti barong hakikat, topeng

shari’at dan tari ronggeng ma’rifat yang digunakan sebagai

penyebaran agama Islam. Satu abad kemudian, pada tahun 1976,

Winarno Adisubrata Kasi Kebudayaan Demak berkolaborasi

dengan Dinas Pariwisata memodifikasi perayaan Grebeg Besar

3 Kantor Pariwisata dan Kebudayaan, 2006, 7. 4 Moh. Makmun Sahlan, dan Ustadz Imaduddin, Menyikapi Sejarah, Seni,

Budaya, Dan Dakwah Wali Songo, (Demak: Majelis Ta’lim “Al Barokah”, 2001), 15.

Page 4: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

4

dengan menambahkan Slametan Tumpeng Sembilan dan prosesi

Prajurit Patangpuluh. Alasan utama Winarno memodifikasi Grebeg

Besar adalah untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk

mengunjungi perayaan Grebeg Besar. Di akhir 1980an, Dinas

Parwisata dengan tujuan mengembangkan dunia kepariwisataan

menambahkan sajian tari sebelum prosesi penyerahan minyak

jamas. Sejak itu pertunjukkan tari Bedhaya Tunggal Jiwa menjadi

elemen penting dalam Grebeg Besar.

Bedhaya biasanya hanya dijumpai di keraton Jawa seperti

pada upacara-upacara saat perayaan ulang tahun penobatan

(wiyosan jumengan), perjamuan untuk tamu raja, dan pembesar

tinggi asing, serta perkawinan kerabat kerajaan.5 Bedhaya

berkembang di luar keraton menandakan adanya perkembangan

jenis-jenis tari bedhaya yang lebih terbuka artinya arah

perkembangan yang tidak selalu berpatokan dengan kaidah tari

bedhaya keraton. Salah satunya yaitu tari Bedhaya Tunggal Jiwa

yang ditarikan oleh sembilan penari wanita. Jumlah sembilan

diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai jumlah bilangan terbesar

dan memiliki makna simbolis yang terkait dengan pandangan

filsafat masyarakat Jawa. Berkaitan dengan hal tersebut maka

sudah semestinya untuk membahas tari Bedhaya harus dipahami

5Brakel Papenhuyzen, Seni Tari Jawa Tradisi Surakarta dan Peritilahannya, Alih bahasa oleh Mursabyo, (Jakarta: 1991),46.

Page 5: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

5

melalui perspektif budaya Jawa.6 Sebagai tari Jawa yang

dipertunjukan pada tradisi Grebeg Besar, tari Bedhaya Tunggal

Jiwa disesuaikan dengan sejarah dan keberadaan para Wali.7

Seperti yang dikemukakan oleh Edi Sedyawati demikian.

Seni tradisi yang mampu berkembang adalah seni yang memberi peluang bagi kreativitas para senimannya. Dalam proses kreatif itulah, para seniman memanfaatkan latar belakang budaya suatu daerah sebagai objek kreativitas dan dipadukan dengan fenomena-fenomena kekinian.8 Jika dipandang dari sisi tekstual (jumlah penari, properti,

rias busana, dan iringan), tari Bedhaya Tunggal Jiwa ini terlihat

unik, karena busana yang digunakan tertutup pada bagian atas,

memakai properti tasbih, iringan yang digunakan untuk

mengiringi tarinya adalah gendhing ketawang dan gendhing Ilir-ilir.

Hal ini mengimplikasikan bahwa ada ‘sesuatu’ yang diyakini oleh

masyarakat terdapat di balik tari Bedhaya Tunggal Jiwa , sehingga

selalu dipertunjukan pada tradisi Grebeg Besar Demak.

Keberadaan tari sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial-

kulturnya, sebab dalam lingkungan etnik, perilaku mempunyai

wewenang yang amat besar dalam menentukan keberadaan

6 Wahyu Santoso Prabowo, dan Hadi Subagyo, Soamaryatmi, Katarina Indah Sulastuti, Jejak Langkah Tari di Pura Mangkunegaran, (Surakarta: ISI Press, 2007), 40-41.

7 Wawancara dengan Ibu Dyah Purwani, 27 Februari 2013. 8 Edi Sedyawati, Pertumbuhan Seni Pertunjukan, (Jakarta: Sinar Harapan,

1998), 8.

Page 6: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

6

kesenian, termasuk tari tradisional.9 Sebagai unsur kebudayaan,

kesenian termasuk seni tari, tidaklah berdiri sendiri. Ia

berhubungan dengan unsur kebudayaan lain misalnya ilmu,

agama, ekonomi, dan sebagainya.10

Tari Bedhaya Tunggal Jiwa sebagai bagian dari masyarakat

Demak selalu terkait dengan upacara tradisi Grebeg Besar di

Demak. Oleh karena itu, tari Bedhaya yang berkembang di

lingkungan masyarakat Demak menunjukkan keterkaitannya

dengan kompleksitas kehidupan masyarakat. Dapat dikatakan tari

Bedhaya Tunggal Jiwa sebagai suatu bentuk tari yang dipakai

untuk upacara Grebeg Besar di Kabupaten Demak.

Tari merupakan wadah kreatifitas masyarakat dengan

berpatokan pada nilai-nilai estetis yang di dalamnya terdapat

sistem pemaknaan, karena tari merupakan hasil dari proses sosial

dan bukan proses perorangan. Artinya, walau tari tersebut

diciptakan oleh satu orang, namun dalam perkembangannya tari

mengalami perubahan akibat tingkah laku masyarakat secara

kolektif terhadap tari tersebut, maka secara otomatis mengalami

pemaknaan secara kolektif pula, sesuai dengan sifat masyarakat

pendukungnya.11

9 Edi Sedyawati, 1998, 52. 10 Yudoseputro, Jejak-jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama, (Jakarta:

Yayasan Seni Visual Indonesia, 1993), 102. 11 Arnold Hauser, The Sosiology of Art. Terj. Kenneth J. Northcott. (Chicago

dan London: The University of Chicago Press, 1982), 94.

Page 7: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

7

B. Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang yang diuraikan, dapat

dirumuskan suatu permasalahan yang harus dipertanyakan lebih

mendalam, sehingga dapat diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut.

1. Mengapa tari Bedhaya Tunggal Jiwa dipertunjukkan pada

tradisi Grebeg Besar di Demak?

2. Bagaimana bentuk pertunjukan tari Bedhaya Tunggal Jiwa?

3. Apa makna simbolik yang terkandung pada tari Bedhaya

Tunggal Jiwa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada dasarnya tujuan penelitian merupakan suatu titik

tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan penelitian, oleh karena

itu dalam mencapai suatu tujuan penelitian harus memiliki

syarat-syarat yang sangat penting untuk peneliti terapkan seperti

tegas, terperinci, dan sistematis.12 Kejelasan tentang rumusan

tujuan penelitian akan sangat menentukan metode dan teknik

lapangan serta cara analisis data-data yang telah dikumpulkan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

12 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1993), 13.

Page 8: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

8

1. Mendeskripsikan bentuk pertunjukan tari Bedhaya Tunggal

Jiwa dalam upacara tradisi Grebeg Besar di Demak

2. Memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat Demak

terkait dengan tari Bedhaya Tunggal Jiwa dan Grebeg Besar.

3. Mengungkapkan peranan tari Bedhaya Tunggal Jiwa dalam

masyarakat Demak.

4. Menganalisis makna simbolik tari Bedhaya Tunggal Jiwa dalam

upacara tradisi Grebeg Besar di Demak.

Hasil tulisan ini diharapkan dapat memperkaya penelitian

seni pertunjukan, khususnya seni tari. Sebagai sumbangan

pemikiran dan masukan untuk memberi pemahaman terhadap

unsur-unsur yang terkait dengan keberadaan tari Bedhaya

Tunggal Jiwa pada upacara tradisi Grebeg Besar di Kabupaten

Demak. Sebagai bahan studi kepustakaan dan memberikan

rangsangan pada peneliti seni pertunjukan untuk lebih banyak,

lebih luas, dan mendorong timbulnya motivasi untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut, serta sebagai bahan pengetahuan untuk

memperluas wawasan peneliti dalam ilmu bidang pengkajian seni

pertunjukan, khususnya dalam mengkaji makna simbolik tari

Bedhaya Tunggal Jiwa pada rangkaian upacara tradisi Grebeg

Besar di Kabupaten Demak.

Page 9: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

9

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini membutuhkan berbagai kajian sumber

tertulis baik yang berasal dari buku, hasil penelitian, maupun di

luar itu seperti artikel-artikel, jurnal dan lainnya, sehingga dapat

menunjang dan memahami serta menunjukkan kemurnian kajian

penelitian. Tinjauan pustaka dalam sebuah penelitian sangat

penting dilakukan, dengan tujuan untuk menguji permasalahan

secara teoritis.

Tulisan yang membahas tentang tari Bedhaya Tunggal Jiwa

telah dijumpai yaitu dalam bentuk Skripsi yang berjudul “Analisis

Koreografi Tari Bedhaya Tunggal Jiwa di Kabupaten Demak” yang

ditulis oleh Indri Lestari pada tahun 2004 di Universitas Negeri

Yogyakarta. Skripsi tersebut tidak membahas lebih jauh tentang

keberadaan tari Bedhaya Tunggal Jiwa , serta tidak

menghubungkannya dengan tradisi Grebeg Besar di Demak,

seperti yang dikemukakan dalam penelitian ini. Skripsi yang

ditulis itu lebih cenderung kepada pemaparan deskriptif karya

tari. Namun demikian skripsi tersebut menjadi penting di dalam

penelitian ini, sebagai materi yang penting dan dapat digunakan

sebagai bahan data (meski perlu di crosschek ulang). Bagian yang

dapat diambil sebagai acuan salah satunya adalah mengenai latar

belakang penciptaan tari dan koreografi tari yang meliputi: gerak,

Page 10: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

10

pola lantai, iringan, tata rias, tata busana, desain dramatik,

tempat pertunjukan, dan properti.

Buku Sejarah dan Legenda Grebeg Besar Kota Wali Demak

yang terbitkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Demak tahun 2006 juga bermanfaat untuk penyusunan tesis ini.

Bagian yang dapat diambil menjadi data adalah mengenai

pembahasan tentang Grebeg dan sejarahnya sampai pada makna

Grebeg Besar di Kabupaten Demak. Selain itu perlu untuk

diketahui mengapa Grebeg di bulan Besar, karena pada saat itu

penyerangan besar-besaran pasukan Kadipaten Bintoro

mengalahkan pasukan Girindrawardhana dilaksanakan pada

tanggal 10 Besar (Dzulhijjah) dan untuk memperingati

kemenangan pasukan Demak, Sultan Fattah memerintahkan

setiap tanggal 10 Besar diadakan peringatan Grebeg Besar.

Artikel dalam jurnal yang ditulis oleh Siti Munawarah

berjudul ”The Meaning of An Islamic Holiday Festival: A Study on

the Grebeg Besar in Demak” Tahun 2001. Dari artikel ini diperoleh

tentang adanya hubungan erat antara perayaan Grebeg dan

kraton di mana perayaan biasanya berfungsi sebagai sumber

legitimasi kerajaan seperti Grebeg Maulud Yogyakarta. Dalam

kasus Grebeg Besar di Demak, pertunjukan ritual ini tidak

dimaknai sebagai legitimasi dari pemerintah yang berkuasa tetapi

dimaknai sebagai pelestarian tradisi budaya yang telah ada sejak

Page 11: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

11

Sultan Fatah, raja pertama Demak. Sejak Demak tidak memiliki

kraton, hubungan antara aktifitas Grebeg Besar dan kerajaan

dapat menjelaskan bahwa Demak dulu merupakan sebuah

kerajaan. Selain itu, dua tujuan Grebeg Besar, berfungsi sebagai

momen untuk menunjukkan identitas. Hal ini sejalan dengan

pendapat Muhaimin yang menyatakan dalam konteks Jawa,

perayaan hari raya memiliki dua tujuan: memelihara warisan

budaya dan menunjukkan identitas. Dalam konteks identitas

agama, Grebeg Besar menjadi momen untuk berpartisipasi

mendeklarasikan bahwa mereka adalah komunitas umum.

Pernyataan syahadat dan pesan untuk melaksanakan rukun

Islam khususnya sholat lima kali sehari yang tersembunyi dalam

lagu Ilir-ilir.

Buku Upacara Garebek di Yogyakarta, Arti dan Sejarahnya

ditulis oleh A. Daliman tahun 2012 ini sangat bermanfaat sebab

dalam buku ini dijelaskan sejarah tradisi Grebeg di Yogyakarta,

namun sebelumnya dijelaskan tentang sejarah tradisi Grebeg yang

dilaksanakan oleh keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta yang

melaksanakan tradisi Grebeg 3 kali yaitu Grebeg Mulud, Grebeg

Pasa/Sawal/Bakda dan Grebeg Besar, sedangkan di Demak

hanya 1 kali yaitu Grebeg Besar Demak. Inti makna dari upacara

Grebeg adalah kurban atau selamatan Negara yang

dipersembahkan oleh Raja kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk

Page 12: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

12

memohon keselamatan, dan kesejahteraan bagi raja, negara, dan

rakyat. Bagian yang terpenting pada buku ini yaitu pada halaman

23, Sultan Demak pertama semula ingin menghapus kepercayaan

lama ini (pada masa Hindu sebutan untuk kurban yaitu

rajaweda), namun tidak berhasil. Atas anjuran para Wali maka

tradisi kurban itu tetap dilestarikan. Kemudian kurban itu

dinamakan garebek/grebeg yang disesuaikan dengan ajaran-

ajaran Islam.

Buku yang ditulis oleh Clara Brakel Papenhuyzen dengan

judul Seni Tari Jawa: Tradisi Surakarta dan Peristilahannya , tahun

1991 merupakan buku yang bermanfaat dalam penelitian ini.

Tulisan ini bermanfaat dalam memberi gambaran mengenai pola-

pola gerak tari gaya Surakarta. Pemahaman tentang pola gerak

menjadi landasan dalam membahas bentuk tari Bedhaya Tunggal

Jiwa di Kabupaten Demak.

Tesis yang berjudul “Tari Bedhaya Ketawang: Reaktualisasi

Hubungan Mistis Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu

Kencana Sari dan Perkembangannya” yang ditulis oleh Nora

Kustantina Dewi pada tahun 1994, memberi penjelasan tentang

asal usul tari Bedhaya Ketawang hingga sampai pada

perkembangan. Kelahiran tari Bedhaya Ketawang yang dianggap

sangat sakral oleh kalangan istana Surakarta dikaitkan dengan

peranan Kanjeng Ratu Kencanasari, yang dalam legenda Jawa

Page 13: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

13

dipercaya telah mengadakan hubungan percintaan mistis dengan

raja Jawa pertama.

Di dalam tesis ini diungkapkan secara lengkap mulai dari

penari Bedhaya Ketawang, komposisi tari Bedhaya Ketawang, tata

rias dan busana, iringan tari, sesaji, pengaturan yang terlibat,

kehidupan penari, fungsi tari Bedhaya Ketawang dan

perkembangannya, sampai pada religio magis dan makna

simbolisnya. Jumlah sembilan pada tari Bedhaya merupakan

simbol makrokosmos (jagad raya) yang ditandai dengan sembilan

arah mata angin. Selain itu jumlah sembilan merupakan simbol

alam semesta.

Makna simbolik dalam tari Bedhaya yang disebut makna

simbol nilai dualisme dapat dilihat dan dihayati pada bentuk

kemanunggalan antara batak dengan endhel ajeg dalam

hubungannya dengan Rwa-Binedha . Sifat tersebut jelas

menunjukkan adanya hubungan dengan berlangsungnya upacara

kesuburan. Sesuai dengan tema tari Bedhaya Ketawang yang

melambangkan kesuburan yaitu menggambarkan hubungan

seksual antara Penembahan Senapati beserta keturunannya

dengan Kanjeng Ratu Kencana Sari, yang ditransformasikan

dengan gerak-gerak percintaan yang sangat halus secara abstrak.

Buku Djawa dan Bali oleh R.M Soedarsono tahun 1972 di

dalam buku tersebut terdapat pembahasan tentang terjadinya

Page 14: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

14

gaya Surakarta dan Jogjakarta. Lahirnya dua gaya tersebut tidak

lain sebagai akibat terpecahnya kerajaan Mataram menjadi dua

pada tahun 1755 yaitu kerajaan Kasunanan Surakarta dan

kerajaan Kasultanan Jogjakarta.13 Pembahasan gaya ini sebagai

dasar untuk membahas gerak yang dipakai pada tari Bedhaya

Tunggal Jiwa .

Satu lagi buku berjudul Labanotation The System of

Analyzing and Recording Movement yang ditulis oleh Ann

Hutchinson Guest, edisi ke 4 tahun 2005, menjadi semacam buku

suci yang digunakan sebagai landasan dasar dalam menganalisis

gerak tari Bedhaya Tunggal Jiwa . Analisis gerak melalui sistem

tersebut menjadi mutlak dilakukan dikarenakan penelitian ini

merupakan penelitian yang berada di bawah payung disiplin

Etnokoreologi.

Dari tinjauan di atas, belum ada pustaka yang membahas

dan meneliti tentang makna simbolis tari Bedhaya Tunggal Jiwa

pada upacara tradisi Grebeg Besar Demak dalam perspektif

tekstual dan kontekstual. Dengan demikian, penelitian ini masih

bersifat orisinal.

13 Periksa R. M Soedarsono, Djawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Dramatari Tradisional di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1972), 25.

Page 15: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

15

Selain mempergunakan data yang berasal dari sumber

tertulis diatas, data yang berupa informasi lisan juga tidak dapat

dihindari. Disadari pentingnya data lisan karena tesis ini

mengharapkan penjelasan yang lebih terperinci dan mendalam

yang tidak dijumpai di dalam sumber bacaan. Penentuan

narasumber berdasarkan seleksi dan tidak menyimpang dari

perlakuan yang diterapkan pada sumber tertulis.

E. Landasan Teori

Gertrude Prokosch Kurath dalam artikelnya yang berjudul

“Panorama of Dance Ethnology” telah merumuskan apa yang harus

dikerjakan oleh seorang peneliti dalam disiplin koreologi sebagai

berikut. Teori Choreology adalah cara untuk mengenali tari dan

budaya termasuk kedudukan individu dalam budaya, gender,

bentuk organisasi sosial, dan aktivitas ekonomi. Ia dapat

diidentifikasi dengan gaya setempat dan pemisahan gaya pada

ruang keluasaan yang sangat besar. Seterusnya ahli choreology

boleh membina rekaan pengkajian komparatif untuk

menyelesaikan masalah tentang pra sejarah, asal-usul,

penyebaran, internal dan perubahan budaya.14 Jadi Etnokoreologi

didefinisikan sebagai pengkajian ilmiah tentang tari mengenai

14 Periksa Getrude Prokosch Kurath, “Panorama of Dance Etnhnology,” dalam Shelemay, ed., 1992, 74.

Page 16: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

16

segala hal penting yang terkait dengan kebudayaan, fungsi-fungsi

keagamaan atau simbolismenya, atau bahkan juga kedudukannya

dalam masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan

etnokoreologi penulis dapat mengetahui: latar belakang tari atau

asal- usul tari, tari dan masyarakat, budaya tari, fungsi tari, nilai

dan konsep budaya tari.

Teori ini juga diperkuat sejalan dengan pendapat Heddy

Shri Ahimsa-Putra yang mengatakan, bahwa dalam menganalisis

seni yaitu dengan memfokuskan pada dua bentuk kajian yaitu

tekstual dan kontekstual. Kajian tekstual adalah kajian yang

memandang fenomena kesenian (seni tari) sebagai suatu teks yang

berdiri sendiri. Kajian kontekstual merupakan suatu kajian yang

menempatkan fenomena itu dalam konteks yang lebih luas yaitu

konteks sosial budaya masyarakat di mana fenomena itu muncul

dan hidup.15 Melalui kajian tekstual dapat diuraikan atau

dideskripsikan secara rinci struktur yang ada dalam tari Bedhaya

Tunggal Jiwa , sedangkan kajian kontekstual dapat diungkapkan

kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten Demak yang sangat

konsisten dengan keberadaan tari Bedhaya Tunggal Jiwa.

Marco de Marinis dalam bukunya The Semiotics of

Performance tahun 1993 menjelaskan bahwa berbeda dengan

15 Heddy Shri Ahimsa Puta (ed), Ketika Orang Jawa Nyeni, (Yogyakarta: Galang Press, 2000),400.

Page 17: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

17

semiotic linguistic yang hanya berlapis tunggal, seni pertunjukan

merupakan multilayered entity atau sebuah entitas multilapis.

Yang dimaksud dengan multilapis adalah karena sebuah seni

pertunjukan baru bisa disebut sebagai pertunjukan bila ada

pemainnya, ada koreografernya (bila tari), ada penataan busana

dan penata riasnya, ada penata musik iringannya, ada penata

panggungnya, ada penata lighting, ada penata sound system, ada

stage managernya , ada penontonnya, ada yang bertugas

melakukan publisitas sebelum pertunjukan, ada penyandang

dananya dan sebagainya. Lapis-lapis ini baru merupakan lapis

seni pertunjukan sebagai teks menurut istilah de Marinis, padahal

kenyataannya dalam perkembangan seni pertunjukan tak bisa

lepas dari perkembangan politik, sosial, dan ekonomi, serta masih

berkaitan erat dengan kehidupan religi serta adat masyarakat

pemiliknya.16

Dalam menganalisis makna simbol dalam aktivitas ritual,

digunakan teori penafsiran yang dikemukakan Victor Turner yaitu:

1). Exegetical meaning yaitu makna yang diperoleh dari informan

warga setempat tentang perilaku ritual yang diamati. Dalam hal

ini, perlu dibedakan antara informasi yang diberikan oleh

informan awam dan pakar. Seorang peneliti juga harus tahu pasti

16 Periksa Marco de Marinis, The Semiotics of Performance. Terj. Aine O’Healy (Bloomington dan Indianapolis: Indiana University Press, 1993), 1-56.

Page 18: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

18

apakah penjelasan yang diberikan informan itu benar-benar

representatif dan atau hanya penjelasan dari pandangan pribadi

yang unik; 2). Operational meaning yaitu makna yang diperoleh

tidak terbatas pada perkataan informan, melainkan dari tindakan

yang dilakukan dalam ritual. Pengamatan seharusnya tidak hanya

mempertimbangkan simbol tetapi sampai pada interpretasi

struktur dan susunan masyarakat yang menjalankan ritual;

3)Positional meaning yaitu makna yang diperoleh melalui

interpretasi terhadap simbol dalam hubungannya dengan simbol

lain secara totalitas. Atau dengan kata lain makna suatu simbol

ritual harus ditafsirkan ke dalam konteks simbol yang lain dan

pemiliknya.17 Pemahaman tiga dimensi arti simbol Victor Turner

digunakan untuk mengetahui makna simbolis tari Bedhaya

Tunggal Jiwa pada upacara ritual tradisi Grebeg Besar Demak.

Victor Turner dalam bukunya yang berjudul The Ritual

Process: Structure and Anti -Structure, terjemahan Winangun tahun

1990, menjelaskan bahwa upacara berperan untuk membuat

individu menjadi cocok dengan masyarakatnya, membuatnya

dapat menerima aturan-aturan yang berlaku dan disepakati oleh

masyarakat. Dalam mengkaji hubungan antara struktur sosial

dengan agama dan upacara adalah dalam hal kaitanya dengan

17 Victor Turner The Forest of Symbols; Aspects of Ndembu Ritual, (London: Cornell University Press, 1967) 50-51.

Page 19: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

19

kenyataan-kenyataan sosial dan ekonomi yang ada dalam

lingkungan hidup yang dihadapi oleh para pelakunya dalam

masyarakat.

Desmond Morris dalam bukunya Manwatching, A Field

Guide to Human Behavior (1977) yang mengkaji tentang sikap,

tindakan dan perilaku manusia, baik yang merupakan bawaan

sejak lahir maupun yang disebabkan pengaruh lingkungan

sosialnya. Bentuk pengungkapannya secara simbolik. Selanjutnya

sikap, tindakan dan perilaku direfleksikan ke dalam mimik

(wajah/ekspresi roman muka), sikap dan gerak (gesture and

movement). Ia juga membahas tentang kostum. Kostum diartikan

pula sebagai pakaian, pada dasarnya pakaian mempunyai tiga

fungsi yaitu: untuk kenyamanan, untuk kesopanan, dan untuk

pertunjukan.

Kodiran dalam tulisannya berjudul Perkembangan

Kebudayaan dan Implikasinya terhadap Perubahan Sosial di

Indonesia tahun 2000 menjelaskan bahwa, mekanisme dinamika

kebudayaan yang berasal dari luar adalah akulturasi

(acculturation).18

18 Kodiran, Perkembangan Kebudayaan dan Implikasinya terhadap Perubahan Sosial di Indonesia , (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, 3 Juni 2000), 4.

Page 20: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

20

F. Metode Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian, jenis

penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitatif dengan

menggunakan metode penulisan secara deskriptif analitis dan

menggunakan pendekatan Etnokoreologis. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian, seperti perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu

konteks yang alamiah.19

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Etnokoreologi seperti apa yang dikatakan oleh R.M Soedarsono

dalam bukunya Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni

Rupa dengan mantap menganjurkan agar para mahasiswanya

berani menggunakan etnokoreologis. Namun, memang tidak

gampang, karena pendekatan ini melibatkan banyak disiplin,

hingga bisa pula dikatakan sebagai pendekatan multidisiplin.20

Etnokoreologi dipergunakan untuk mengkaji dari sudut pandang

kontekstual yang di dalamnya mengandung pendekatan

multidisiplin seperti antropologi dan sejarah. Untuk mengkaji dari

19 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kulaitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 6.

20 Periksa R.M Soedarsono, Metode Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, (Bandung: MSPI, 2001),15.

Page 21: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

21

sudut pandang tekstual, maka dipergunakan semiotik

pertunjukan.

Metode deskriptif analitis merupakan metode yang

digunakan dalam penelitian ini, mengingat objek yang diteliti

adalah suatu bentuk tari tradisi yang masih dilestarikan di

kehidupan masyarakatnya. Deskriptif yang dimaksud adalah

untuk memaparkan dan menggambarkan data secara jelas dan

terinci, sedangkan analitis adalah menguraikan pokok

permasalahan dari berbagai macam bagian dan penelaahan untuk

masing-masing bagian, mencari hubungan antar bagian sehingga

diperoleh sesuatu pengertian yang tepat dan pemahaman arti

secara keseluruhan.21 Oleh karena itu untuk mewujudkan obyek

yang dipilih ke dalam bentuk tulisan deskriptif analitis penulis

melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Penentuan materi penelitian

a. Penentuan Objek

Penulis memilih objek tari Bedhaya Tunggal Jiwa dalam

rangkaian upacara tradisi Grebeg Besar di Demak hal ini

dikarenakan banyak keunikan dalam pelaksanaannya antaralain

hubungan tari yang sangat erat dengan upacara, sehingga setiap

21 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),32.

Page 22: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

22

upacara tradisi Grebeg Besar dilaksanakan selalu dipertunjukan

tari Bedhaya Tunggal Jiwa .

b. Penentuan lokasi

Kabupaten Demak dipilih sebagai lokasi penelitian terkait

dengan kegiatan upacara tradisi Grebeg Besar dalam mengkaji tari

Bedhaya Tunggal Jiwa . Peneliti menetapkan beberapa lokasi

Pertama, Masjid Agung Demak sebab kaitannya dengan Grebeg

Besar. Masjid Agung Demak merupakan tempat berlangsungnya

acara ritual seperti ziarah, pengajian dakwah, penyembelihan

hewan kurban, serta selamatan Tumpeng Sanga . Kedua, pendhopo

Kabupaten. Pendhopo Kabupaten Demak merupakan tempat

berkumpulnya para pejabat pemerintah dan masyarakat untuk

sama-sama menyaksikan tari Bedhaya Tunggal Jiwa . Selain itu

pendhopo juga digunakan untuk mengadakan acara ritual Grebeg

Besar. Ketiga, di Kadilangu. Kadilangu adalah salah satu

kelurahan di Kecamatan Demak. Di Kelurahan ini terdapat Masjid

Sunan Kalijaga dan di sekitarnya terdapat makam Sunan Kalijaga.

c. Penentuan Narasumber

Peneliti menentukan narasumber terlebih dahulu, sebab

seorang narasumber harus mengetahui seluk beluk mengenai

objek penelitian. Hal ini dilakukan agar mendapatkan keterangan

yang akurat dalam pengumpulan data sehingga dalam

pendeskripsian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Para

Page 23: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

23

narasumber yang dipilih yaitu Kepala Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Demak tentang acara Grebeg Besar dan

pelaksanaan tari Bedhaya Tunggal Jiwa Bapak Drs. Muhamad

Ridwan umur 50 tahun, Camat Demak Bapak Edi Suntoro umur

49 tahun, ketua panitia penyelenggara upacara tradisi Grebeg

Besar, Bapak Sasongko umur 43 tahun, sesepuh Kadilangu Bapak

R. Soediyoko umur 76 tahun, pencipta tari Dyah Purwani

Setianingsih umur 49 tahun, para penari, pencipta musik Bapak

Rosyim Hadi Surono umur 63 tahun, para pemain musik, tokoh

masyarakat Bapak Moersidi umur 45 tahun dan masyarakat yang

hadir sebagai partisipan maupun yang tidak hadir pada saat

upacara tradisi Grebeg Besar.

2. Tahapan Pengumpulan Data

Sumber data tentang tari Bedhaya Tunggal Jiwa dalam

upacara tradisi Grebeg Besar di Demak, meliputi sumber tertulis,

sumber lisan, dan rekaman. Untuk mendapatkan data tersebut

ditempuh dengan teknik studi kepustakaan, observasi, wawancara

dan dokumentasi.

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan beberapa

pendapat dan teori utama serta teori pendukung yang dapat

membantu dalam menganalisis atau menafsirkan makna tari

Page 24: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

24

Bedhaya Tunggal Jiwa . Pengumpulan data melalui studi pustaka

adalah untuk mendapatkan sumber tertulis/tercetak, seperti

buku-buku, jurnal, dan laporan penelitian. Bahan bacaan yang

memperkuat penulisan ini tertera dalam kepustakaan.

Sehubungan dengan studi pustaka maka Moh. Nasir mengatakan

demikian,

Memperoleh informasi dari penelitian terdahulu harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah sebuah penelitian menggunakan data primer atau sekunder, apakah penelitian tersebut menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium secara tekun merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam mengerjakan penelitian.22

b. Observasi

Selain melakukan studi pustaka untuk menjaring berbagai

informasi yang diperlukan, pengumpulan data juga dilakukan

dengan teknik observasi. Observasi dilakukan terhadap tari

Bedhaya Tunggal Jiwa yang ada di Kabupaten Demak, guna

mendapatkan data yang berhubungan dengan pertunjukan tari

Bedhaya Tunggal Jiwa yang meliputi bentuk tari serta elemen-

elemen pendukung tari seperti rias dan busana, pola lantai,

properti tari, pemusik, sindhen, dan yang lainnya. Observasi

dilakukan sebelum pertunjukan berlangsung yaitu untuk

mengetahui persiapan apa saja yang dilakukan dan saat

22 Moh. Nasir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 93.

Page 25: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

25

pertunjukan tari Bedhaya Tunggal Jiwa berlangsung, dengan

harapan peneliti dapat mengamati aktivitas yang terjadi pada saat

pertunjukan tari berlangsung. Guna merekam data yang terjadi di

lapangan serta menjaga validitasnya dalam melakukan

pengamatan peneliti menggunakan alat bantu berupa catatan,

kamera foto serta tape recorder. Observasi di lapangan sudah

peneliti lakukan sejak tahun 2011 ketika peneliti baru menjalani

semester pertama di Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan

dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Peneliti selalu berusaha menyempatkan diri untuk menonton

pertunjukan tari Bedhaya Tunggal Jiwa dalam tradisi Grebeg

Besar di Kabupaten Demak. Hasil observasi tersebut dipergunakan

pula untuk menyusun tugas-tugas dari beberapa mata kuliah,

tentunya dengan sudut pandang yang berbeda, disesuaikan

dengan disiplin ilmu yang dipelajari. Cara tersebut terbukti efektif

dan cukup membantu penyusunan rencana tesis ini.

c. Wawancara

Teknik yang digunakan dalam wawancara ini yaitu

wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur

menunjukan bahwa penulis maupun subyek penelitian lebih

mengemukakan pendapatnya, tidak terkekang dan terkesan resmi.

Dengan bentuk wawancara seperti ini diharapkan penulis

mendapatkan data yang akurat.

Page 26: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

26

Dalam menjaring data melalui wawancara, dipersiapkan

beberapa daftar pertanyaan yang masih bersifat umum.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran secara umum

upacara tradisi Grebeg Besar. Pada tahap berikutnya pertanyaan

disusun berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap

fenomena-fenomena objek penelitian agar lebih terfokus pada

permasalahan penelitian.

d. Pencatatan/ Pendokumentasian

Pengumpulan data di lapangan yang berkaitan dengan

pencatatan data dan perekaman, digunakan alat bantu seperti

video, camera, tape recorder, dan buku catatan (note book). Hal ini

dimaksudkan agar data yang diperoleh tidak hilang dan dapat

dicek/dilihat atau didengar ulang pada saat pengolahan data,

teristimewa untuk melakukan pengolahan transkripsi tari

Bedhaya Tunggal Jiwa .

3. Tahapan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tetap berpedoman pada

prinsip keterkaitan antara kepustakaan dengan data yang

diperoleh, kemudian menentukan kerangka ilmiah dari objek

penelitian. Sehubungan dengan analisis data maka Moh. Nasir

mengatakan demikian,

Page 27: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

27

Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisisnya, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.23 Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap: pertama,

menelaah seluruh data yang telah tersedia dari beberapa sumber,

yaitu sumber pustaka dan nara sumber. Kedua, reduksi data

dengan cara membuat abstarksi (pembuatan rangkuman inti).

Ketiga, menyusun data ilmiah dalam satuan-satuan kategori.

Keempat, memeriksa ulang keabsahan data dan kelima

melakukan penafsiran (interpretasi) data, selanjutnya diolah dan

dianalisis berdasarkan pendekatan yang telah ditetapkan.

Langkah akhir kerja dari penelitian ini adalah menyajikan hasil

penelitian dalam bentuk laporan tertulis.

Data-data yang dianalisis meliputi bentuk dan struktur

pertunjukan tari Bedhaya Tunggal Jiwa , serta makna yang

terkandung di dalamnya. Analisis gerak dilakukan dengan

menggunakan sistem Labanotation (notasi laban), untuk mendapat

gambaran yang jelas dan detail tentang gerak-gerik pada tari

Bedhaya Tunggal Jiwa yang memuat makna didalamnya.

23 Moh. Nasir, 2005,346.

Page 28: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

28

Analisis dengan menggunakan sistem Labanotation

tersebut dilakukan dengan bertahap pula yaitu: pada tahap awal

adalah pemahaman simbol-simbol dalam sistem notasi laban, dan

kaidah-kaidah konseptual dalam notasi Laban. Tahap berikutnya

adalah pemahaman gerak secara praktis dan teorietis. Pada

dasarnya seorang peneliti etnokoreologi perlu pula menguasai

teknik-teknik gerak secara memadai, karena seorang peneliti

entokoreologi tidak hanya harus mendeskripsikan gerak tari yang

ditelitinya dengan tepat, melainkan ia juga harus bisa menjajagi

batas-batas gerak yang tepat dalam hal ini hubungannya dengan

kepentingan analisis gerak dengan sistem notasi Laban.24

Pemahaman juga dilakukan sekaligus pada musik tarinya terkait

dengan analisis hitungan geraknya, dan sebagai langkah terakhir

dalam analisis gerak ini adalah menotasikan gerak ke dalam

Notasi Laban. Analisis gerak melalui Labanotation merupakan

langkah yang mutlak bagi penelitian-penelitian yang berada di

bawah payung disiplin Etnokoreologi.

24 Baca Edi Sedyawati, “Etnokoreologi Nusantara: Perspektif, Paradigma dan Metodologinya”, dalam Pramutama (ed), Etnokoreologi Nusantara (Batasan Kajian, Sistematika, dan Amplikasi Keilmuannya), (Surakarta:ISI Press, 2007),74.

Page 29: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

29

4. Tahapan Penyusunan Tesis

Tahapan penyusunan tesis dilakukan pada tahap akhir,

artinya data yang ditulis telah dikerangkakan secara keseluruhan.

Tujuan dari penyusunan agar pembahasan dari topik yang

ditujukan dapat dipertanggungjawabkan terhadap segala sesuatu,

sebagai bukti ilmiah dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Pada tahapan ini penulis memadukan yang telah disampaikan

dengan beberapa pendekatan yang sesuai.

G. Sistematika Penulisan

Sebagai akhir dari kerja penelitian ini adalah menyajikan

dalam bentuk laporan yang disusun secara sitematis dalam lima

bab sebagai berikut.

Bab I merupakan pengantar. Berisi tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II, diberi judul Latar Belakang Kultural Masyarakat

Demak, yang meliputi pengenalan sekilas wilayah (geografis),

kondisi sosial masyarakat Demak, sistem Agama dan kepercayaan

masyarakat Demak, pendidikan, mata pencaharian, kesenian dan

hiburan.

Page 30: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66368/potongan/S2-2013... · keseimbangan dalam kehidupannya. Istilah Grebeg dalam bahasa Jawa berarti didatangi

30

Bab III, diberi judul Kajian Tekstual Tari Bedhaya Tunggal

Jiwa. Bab ini membahas tentang klasifikasi dan fungsi tari,

elemen-elemen tari Bedhaya Tunggal Jiwa.

Bab IV, diberi judul Makna Simbolik dan Bentuk

Pertunjukan Tari Bedhaya Tunggal Jiwa dalam Upacara Tradisi

Grebeg Besar. Bab ini membahas tentang pengertian dan asal usul

tari Bedhaya Tunggal Jiwa , upacara Grebeg Besar yaitu tentang

pengertian dan asal usul Grebeg Besar, bentuk pertunjukan tari

Bedhaya Tunggal Jiwa dalam upacara tradisi Grebeg Besar di

Demak, dan makna simbolik pertunjukan tari Bedhaya Tunggal

Jiwa dalam upacara tradisi Grebeg Besar di Demak.

Bab V, merupakan kesimpulan.