BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/13206/4/S_PKN_1006445_Chapter1.pdfKonsepsi...

28
Muhammad Yunus Maulana, 2014 Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses dimana transfer pengetahuan juga pembentukan pengalaman belajar dengan tujuan untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pendidikan yang baik dianggap sebagai sarat suatu Negara menjadi Negara yang maju. Setiap Negara memiliki program pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan Nasional. Konsepsi umum mengenai tujuan pendidikan Nasional tercantum dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang antara lain : “Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengambangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Manusia sebagai sasaran dari pendidikan yang dalam konteks Negara Republik Indonesia selanjutnya kita sebut sebagai Warganegara. Secara tidak langsung Tujuan Pendidikan Nasional kita mengarah pada pembentukan smart and good cizen.“Pendidikan merupakan fenomena yang bersisfat universal”, demikian ungkap Aristoteles dalam buku filsafat politiknya. Apa yang dikemukakan Aristoteles tersebut adalah benar adanya, bahwa pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan dan kelangsungan berbagai Negara. Lewat pendidikan, akan dihasilkan warga masyarakat dan warga Negara yang cerdas, terampil dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bangsa dan Negaranya (Syaifullah dan Sri Wuryan,2009 : 147).

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/13206/4/S_PKN_1006445_Chapter1.pdfKonsepsi...

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses dimana transfer pengetahuan juga

pembentukan pengalaman belajar dengan tujuan untuk mencetak sumber daya

manusia yang berkualitas. Proses pendidikan yang baik dianggap sebagai sarat

suatu Negara menjadi Negara yang maju. Setiap Negara memiliki program

pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan Nasional.

Konsepsi umum mengenai tujuan pendidikan Nasional tercantum dalam

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

yang antara lain :

“Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengambangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Manusia sebagai sasaran dari pendidikan yang dalam konteks Negara

Republik Indonesia selanjutnya kita sebut sebagai Warganegara. Secara tidak

langsung Tujuan Pendidikan Nasional kita mengarah pada pembentukan smart

and good cizen.“Pendidikan merupakan fenomena yang bersisfat universal”,

demikian ungkap Aristoteles dalam buku filsafat politiknya. Apa yang

dikemukakan Aristoteles tersebut adalah benar adanya, bahwa pendidikan

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan dan kelangsungan

berbagai Negara. Lewat pendidikan, akan dihasilkan warga masyarakat dan

warga Negara yang cerdas, terampil dan mampu berpartisipasi dalam

kehidupan bangsa dan Negaranya (Syaifullah dan Sri Wuryan,2009 : 147).

2

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam rangka mewujudkan smart and good citizen pemerintah Negara

Republik Indonesia telah semenjak lama memasukan program mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan menjadi bagian inheren dari instrummentasi

pendidikan nasional dalam lima status :

1. Sebagai mata pelajaran sekolah;

2. Sebagai mata pelajaran di perguruan tinggi;

3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial

dalam kerangka program pendidikan guru;

4. Sebagai program pendidikan politik yaitu sebagai suatu crash program;

5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan

kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan

kerangka berfikir mengenai pendidikan kewarganegaraan. (Ganeswara,

2002 : 1)

Cogan (1999:4) yang dikutip dalam buku panduan kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan Untuk Perguruan tinggi Ganjar M Ganeswara dan Wilodati

(2002:1) mengemukakan bahwa civic education sebagai “…the foundational

course work in school designed to prepare young citizens for an active role in

their communities in their adult lives”, yaitu suatu mata pelajaran dasar di

sekolah sebagai yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar

kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya.

Sejarah mencatat bahwa tahun 2004 merupakan momentum yang sangat

penting dalam perkembangan demokrasi di Indonesia sekaligus menjadi

sejarah politik di Indonesia.Sebuah momentum pelaksanaan demokrasi secara

langsung yang belum pernah ada sepanjang perjalanan kenegaraan dan

perpolitikan di Republik. Tahun 2004 menjadi gerbang awal bagi demokrasi di

Republik, dengan demikian doktrin demokrasi yang mulai dihembuskan

menjamin warga Negara dalam kebebasan berfikir, berbicara dan berserikat

sehingga tidak ada lagi halangan apapun dalam wacana pengembangan

sepenuhnya kemampuan-kemampuan manusia terutama dalam hal lain yang

terkait dengan kenegaraan, seperti kontribusi dalam politik baik aktif maupun

pasif, baik dalam pemilihan umum maupun dalam mempengaruhi public

policysupaya berpihak pada hati dan nurani rakyat.

3

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun seiring berjalannya praktek demokrasi langsung dan gemuruh

dari gelombang propaganda kebebasan, mulai bermunculan pertanyaan dari

publik.Ketika momen pemilihan umum tahun 2004, calon yang dipandang

kredibel dan memiliki visi dan misi yang jelas dalam membangun bangsa,

seperti Amien Rais, suaranya berada di urutan paling belakang (Santosa,

2010:7).Hendra Nurtjahjo (2008:127) mengemukakan bahwa Korupsi, kolusi

dan Nepotisme yang disandarkan pada pemenuhan hak sendiri dengan

mengorbankan hak-hak orang atau warga lain adalah bentuk penghianatan

terhadap rakyat banyak, sehingga korupsi sampai kapan pun adalah bentuk

penyimpangan yang tidak dapat ditolelir oleh etika demokrasi. Demikian pula

dengan demonstrasi (hak unjuk rasa), tidak boleh melampaui dan melanggar

hak warga lainnya dalam berekspresi.Walaupun demonstrasi adalah alat

penting dari demokrasi, namun penggunaan alat ini dapat tidak sesuai dengan

etika demokrasi, bahkan dapat kontraproduktif terhadap pembangunan

demokrasi itu sendiri.Kemudian fakta money politic begitu nyata terasa

menjelma menjadi serangan fajar pra-pemilihan umum dan dianggap mampu

memobilisasi suara rakyat sehingga mutlak terkantongi.Pengkhianatan

terhadap kedaulatan rakyat yang dilakukan para pejabat Negara seolah menjadi

cacatnya praktek demokrasi Republik.

Hal yang harus disadari, demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan

politik itu senantiasa mempunyai peluang untuk memberlakukan hal-hal yang

tidak adil, serta pelanggaran terhadap martabat kemanusiaan.Dalam demokrasi

yang demikian itu, hukum tidak menempatkan moralitas (etika) di dalam

dirinya. Hukum hanya akan menjadi tukang pukul setia dari kelompok elite-

oligarkis yang berkuasa atas nama rakyat (mayoritas) (Nurtjahjo, 2008:128)

Permasalahan demokrasi di Republik memiliki keterkaitan yang sangat

erat dengan proses belajar pembelajaran yang telah dibahas dalam alinea

pertama terutama keterkaitannya dengan pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, baik yang berada di jenjang sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, sekolah menengah atas atau kejuruan dan di perguruan

4

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tinggi. Permasalahan tersebut sarat dengan kekurangan dan kelebihan dari

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, terutama pada konteks

pembelajaran demokrasi.

Kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipandang sangat kompleks

itu dilihat dari realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan

mobilisasi-mobilisasi masa demi kepentingan politis suatu golongan.

Sedangkan cita-cita pendidikan Nasional khususnya pendidikan

kewarganegaraan adalah mewujudkansmart and good citizen. Smart and good

citizen adalah warga Negara yang menguasai persoalan (well-

informed/enlightened) yang didukung oleh kompetensi kewarganegaraan yakni

civic knowledge, civic disposition, civic skill yang memadai, memiliki

komitmen (commited) terhadap cita-cita, nilai, konsep dan prinsip demokrasi

untuk kesejahteraan dan keadilan, dan bertanggung jawab (responsible)

sebagai warganegara yang diwujudkan dalam keikutsertaannya dalam

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik (Winataputra, 2012:8).

Winataputra (2012:70) dalam Seminar dan Lokakarya Pendidikan

Kewarganegaraan, Tanggal 27-28 Mei 2005, di Operation Room, Gedung

Rektorat UNPAR Bandung, mengemukakan bahwa secara tradisional,

khususnya di Indonesia baik dalam rangka mata pelajaran Pendidikan

Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) atau sebelumnya Pendidikan Moral

Pancasila (PMP); Pendidikan Pancasila dan kewiraan Nasional di perguruan

tinggi; maupun dalam rangka Penataran P-4, demokrasi terkesan lebih banyak

diajarkan atau “tought” dan bukan dipelajari atau “learned” dengan peran

guru/dosen/manggala yang lebih dominan. Karena itu situasi kelasnya pun,

dengan meminjam istilah Flanders (1972) lebih bersifat “dominative” dan

bukan “integrative”. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa bangsa

Indonesia dalam berbagai lapisan sosial terkesan belum bisa menjalankan cita-

cita nilai, dan prinsip demokrasi (Asia Foundation:1998 dalam Winataputra.

2002:86).”

5

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Senada dengan pemaparan diatas, bahwasannya pendidikan

kewarganegaraan sebagai salahsatu wahana pembelajaran demokrasi belum

begitu memberikan hasil memuaskan.Terutama dalam membina partisipasi

warganegara yang dalam wacana penelitian ini partisipasi dalam konteks

kenegaraan.Pendapat Huntington (1991) yang dikutip oleh Sri Wuryan

(2009:95) bahwa proses demokratisasi menyangkut partisipasi warga Negara,

karena perlu penyiapan warga Negara agar dapat berpartisipasi secara cerdas

dan bertanggungjawab.

Masyarakat yang memiliki hak berfikir, berpendapat dan berserikat

seharusnya mampu menjadi agen untuk mengontrol kinerja pemerintah

terutama dalam masalah kebijakan.Selain itu mampu berpartisipasi aktif dalam

pemilihan umum, artian partisipasi aktif menelaah dan menentukan siapa yang

layak dan siap dari sudut pandang objektif warganegara terhadap kejelasan visi

dan misi calon pemimpin. Juga mampu melayangkan kritik terhadap kinerja

pemerintah lewat surat kabar atau pun aksi demonstrasi yang sesuai prinsip

demokrasi etis. Tetapi kenyataan dilapangan dominasi partai penguasa dan

pemegang modal besar lah yang memobilisasi isu dan pergerakan masyarakat.

Dengan demikian semenjak tahun 1945 hingga sekarang masih menunjukan

kondisi “undemocratic democracy” (Sumantri:1998 dalam Winataputra,

2012:75), yakni suatu keadaan dimana perangkat demokrasinya sudah ada,

tetapi semangat perwujudannya masih jauh dari cita-cita demokrasi, yang

memang dirasakan selalu menimbulkan kontroversi atau paradoksal antara

realita dengan norma, antara yang dilihat, didengar dan dialami dengan yang

diajarkan/ diceramahkan/ dipidatokan.Untuk membangun partisipasi

masyarakat sebagai bagian dari cita-cita demokrasi salah satunya adalah

mewujudkan pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi.

Pendidikan kewarganegaraan tidak lah berkonsentrasi pada lingkup

yang terbatas di jenjang pendidikan formal, namun oleh karena konteks

pendidikan kewarganegaraan bersinggungan dengan kehidupan berbangsa dan

6

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bernegara, diperlukan kontribusi lingkungan informal dalam menunjang

tujuan dari pendidikan kewarganegaraan untuk mecetak smart and good

citizen. Dengan demikian kali ini kita berbicara tentang pendidikan

kewarganegaraan sebagai citizenship education yang memiliki cakupan yang

lebih luas. Berikut pendidikan kewarganegaraan tersebut dijelaskan sebagai

Citizenship Education or Education for Citizenship dengan penjelasan,

“…both these in school experiencess as well as out of school or non

formal/informal learning which takes place in the family, the religious

organization, community organizations, the media, etc which help to

shape the totality of the citizen”. (Cogan, 1999:4).

Pada penjelasan tersebut kita dapat terangkan bahwa setiap sendi dalam

kehidupan masyarakan harus memiliki andil dalam menyokong suksesi tujuan

pendidikan kewarganegaraan.Sehingga konsentrasi kajian dari pendidikan

kewarganegaraan tidak hanya dapat dilakukan pada lingkungan pendidikan

formal saja, tetapi dapat melebarkan sayap pada setiap elemen kehidupan

berbangsa dan bernegara yang bersifat informal dipandang dari perspektif

pendidikan.Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan itu, kita dapat kaji

kontribusi atau peran dari keluarga, organisasi keagamaan, organisasi

masyarakat, media juga bagian lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

yang dapat dikategorikan kepada wahana dimana pendidikan

kewarganegaraan berperan.

Maka dari itu peneliti berinisiatif untuk mencari referansi dalam rangka

memberikan sumbangsih terhadap rekonseptualisasi pendidikan

kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi yang pada kali ini

menekankan pada aspek pembinaan partisipasi dari warga Negara.Peneliti juga

melatarbelakangi penelitiannya dengan anggapan bahwa konsep pendidikan

demokrasi sebagai konsep baru pendidikan kewarganegaraan belum dianggap

mumpuni untuk membina civic participation.Dan dengan dilakukannya

penelitian ini peneliti hendak menggali konsep, model dan metode pendidikan

kewarganegaraan yang dilakukan di luar pendidikan formal.Dengan demikian

7

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan pengembangan pendidikan kewarganegaraan yang efektif dan

strategis dapat terimplementasikan.

Dari hasil prapenelitian yang dilakukan peneliti, ditemukan suatu

konsep pendidikan demokrasi yang diwujudkan dalam program sekolah

demokrasi.Sekolah ini bernama Sekolah Demokrasi Tangerang Selatanyang

berlokasi di Kompleks Golden Roads Blok C 33 nomer 9 ITC BSD Tangerang

Selatan.Sekolah demokrasi didirikan oleh Komunitas Indonesia untuk

Demokrasi (KID) yang berkerjasama dengan lembaga tingkat lokal yang

disebut Implementing Agency (IA). Program Sekolah Demokrasi sampai tahun

2011 ini telah diselenggarakan di 8 (delapan) kabupaten atau Kota, yaitu Kota

Batu (Propinsi Jawa Timur), Kabupaten Belu (Propinsi Nusa Tenggara Timur),

Kabupaten Pangkep (Propinsi Sulawesi Selatan), Kabupaten Ogan Ilir

(Propinsi Sumatera Selatan), Kota Tangerang Selatan (Propinsi Banten),

Kabupaten Sanggau (Propinsi Kalimantan Barat), Kabupaten Aceh Utara (

Propinsi Aceh), Kabupaten Jayapura (Prop. Papua).

LSM PEREKAT Demokrasi sebagai Implementing Agency program

Sekolah Demokrasi pada sektor Tangerang Selatan memiliki tujuan pada

Anggaran dasar LSM PEREKAT Demokrasi, BAB III Pasal 8, dengan isi

sebagai berikut :

1. Mewujudkan Masyarakat yang kritis, dinamis dan partisipatifdalam

sistem demokrasi;

2. Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel dan berpihak pada

masyarakat miskin dan marjinal;

3. Mendorong peleyanan publik yang demokratis dan bias diakses oleh

semua lapisan masyarakat dan berperspektid gender. (Akta Notaris,

2010:06 : Yendra Wiharja, S.H., M.H.)

Sekolah Demokrasi untuk di wilayah Tangerang ini telah berjalan

selama lima tahun, empat tahun di Kabupaten Tangerang dan pada tahun 2012

berpindah lokasi ke Kota Tangerang Selatan.

Sekolah Demokrasi dirancang setidaknya bertujuan untuk mendorong,

mengembangkan, dan memperkuat warganegara aktif berpolitik guna mengisi

8

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lembaga-lembaga demokrasi dan membangun kultur demokratis. Sementara

tujuan khusus yang juga hendak dicapai yakni pertama, merumuskan

demokrasi kontekstual berbasis pada lokalitas dengan hukum-hukum

demokrasi secara universal. Kedua, mengembangkan Sekolah Demokrasi

sebagai sarana lahirnya warga yang emansipatif dan aktif dalam proses

demokratisasi ditingkat lokal maupun nasional. Ketiga, mengembangkan

kesadaran kritis warga masyarakat akan hak-hak sosial, politik, ekonomi dan

sosial-budaya berbasiskan pada konstitusi melalui-proses-pengorganisasian-di-

tingkat-komunitas. (Online:http://www.demokrasitangerang.or.id).

Hal yang dianggap menarik dari konsep sekolah demokrasi tersebut

adalah proses pembelajaran dengan metode yang sistematis. Metode

pembelajaran menyandarkan pada pendekatan peran serta

(partisipatory).Konsep yang dianut dalam metode ini adalah dengan

menggunakan pendekatan pendidika untuk orang dewasa (adult education)

yang semua materi pendidikan berbasiskan pengalaman dan pengetahuan

peserta ajar itu sendiri.Dengan demikian diharapkan juga transformasi relasi

“knowledge power”.Derivasi dari metode pendidikan ini adalah konsep-konsep

pengelolaan kelas yang demokratis dan partisipatif dengan mengedepankan

semangat saling menghargai, persamaan, kebebasan dan kesetaraan antara

fasilitator, pengelola dengan peserta dan juga antar peserta sendiri.

Pembelajaran dilakukan setiap hari sabtu dan minggu dengan waktu

efektif dari jam 09.00-17.00 WIB. Secara umum metode pembelajaran

meliputi, ceramah, diskusi interaktif, simulasi, permainan, penugasan, studi

kasus, kunjungan lapangan, diskusi kelas, pemutaran film dan sebagainya.

Berdasarkan pada pemaparan Manager Program sekolah demokrasi

Tangerang Selatan, Dedy Ramanta, materi disusun berdasarkan tahap yang

harus dimuliki oleh peserta yaitu pemahaman, kesadaran, komitmen dan

aksi/tindakan.Dalam kategorisasi setiap ukuran capaian setiap materi

diharapkan mengandung nilai, pengetahuan dan keterampilan.Penyampaian

9

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan selalu meliputi usaha membongkar paradigm, dialog dengan

kondisi empiris, konsep umum yang berlaku dan peletakan milestones

pemahaman baru bagi peserta atas sebuah masalah/materi.

Hasil dari kegiatan ini adalah peserta menguasai materi da nada respon

(baik positif atau negative) dari peserta didik atas materi. Indicator hasilnya

adalah, tersampaikannya substansi materi sekolah demokrasi, peserta dapat

menjawab pertanyaan dari narasumber atau fasilitator, adanya interaksi yang

kondusif antara narasumber/fasilitator dengan peserta, peserta memahami alur

berfikir dalam proses pembelajaran, peserta aktif mengikuti pembelajaran dari

awal hingga akhir, peserta mempunyai keterampilan tambahan dalam kegiatan

social politiknya, peserta menginternalisir nilai-nilai demikrasi dan peserta

mempunyai daya kritis baik pada lingkungannya, proses persekolahan, materi

dan metode persekolahan.

Adapun dalam metode lain, yaitu metode kunjungan lapangan memiliki

indikator sebagai berikut, terjadinya dialog antara peserta didik dengan

kelompok sasaran kunjungan, peserta memperoleh pembelajaran dan

pengalaman dari kelompok sasaran kunjungan, peserta didik mengetahui

permasalahan yang dihadapi kelompok sasaran kunjungan dan interaksi peserta

dengan kelompok sasaran kunjungan dapat menjadi embrio jaringan kerja

antara peserta sekolah demokrasi dan kelompok sasaran kunjungan.

Secara khusus, pengelola dan fasilitator telah membuat silabus pada

setiap materi pembelajaran. Silabus tersebut akan menjadi panduan sekaligus

alat monitoring dan evaluasi terhadap materi dan proses pembelajaran juga

output dari materi tersebut. Pada akhir pembelajaran dilakukan post testsebagai

upaya melihat sejauh mana hasil proses persekolahan yang didapat peserta

salama satu tahun. Adapun indicator dari tes tersebut adalah, peserta mampu

menjawab dengan konsisten dan argumentative soal yang diberikan.

Selain pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan pula kegiatan

pembelajaran diluar kelas, seperti salahsatunya yang telah dijelaskan diatas

10

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu kunjungan lapangan. Selain kegiatan kunjungan lapangan, kegiatan luar

kelas lainnya adalah outbound, dialog publik yang dilaksanakan oleh peserta

yang dilibatkan sebagai panitiadengan tujuan menambah keterampilan peserta

didik. Ada pula Talkshowyang pelaksanaannya dilakukan dengan kerjasama

pada salah satu stasiun radio yang berada di wilayah Kota Tangerang

Selatan.Selain itu ada juga kegiatan penerbitan yang dilakukan sebanyak tiga

kali dalam satu tahun program. Penerbitan dilakukan oleh peserta didik dengan

pendampingan, supervise dan fasilitasi pengelola. Peserta akan dibagi secara

bergilir untuk menjadi sebuah pengelola terbitan. Adapun lain daripada yang

telah dijelaskan diatas, kegiatan pembelajaran lain yang diselanggarakan

Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan yaitu kegiatan inisiasi peserta, kegiatan

ini dilakukan dengan membagi peserta kedalam beberapa kelompok. Masing-

masing kelompok akan membuat kegiatan yang berasal dari inisiatif mereka

sendiri (Ramanta,2011: IV-X)

Dengan demikian peneliti hendak merancang suatu penelitian

yangdiharapkan memberikan kontribusi terhadap rekonseptualisasi dan

pengembangan Pendidikan Kewaganegaraan sebagai Pendidikan

Demokrasi,terutama ikhwal pembinaan partisipasi warganegara.Maka dari itu

peneliti meluruskan niat untuk melakukan penelitian terhadap “PERAN

PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA CIVIC

PARTICIPATION PESERTA DIDIK (Studi Deskriptip Analitik terhadap

Program Sekolah Demokrasi, LSM PEREKAT Demokrasi, Tangerang

Selatan)”.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini memiliki rumusan permasalahan secara umum yaitu

mempertanyakan bagaimana peran Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan

dalam Membina civics participation peserta didiknya ?.

11

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cakupan permasalahan yang sangat luas tersebut mendorong peneliti

untuk megidentifikasi rumusan masalah kedalam rumusan yang lebih khusus

supaya penelitian lebih terarah pada tujuan dari penelitian. Adapun Rumusan

Masalah Secara Khusus adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pembinaan civic participation yang dilakukan oleh

Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan?;

2. Bagaimana kurikulum yang dikembangkan Sekolah Demokrasi

Tangerang Selatan dalam proses belajar pembelajaran sebagai

upaya pembinaan civics participation peserta didik?;

3. Bagaimana perkembangan civic participation peserta didik Sekolah

Demokrasi Tangerang Selatan?;

4. Bagaimana permasalahan yang dihadapiselama proses pembinaan

civics participationdi Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan?;

5. Bagaimana penanggulangan permasalahan yang dilakukan selama

proses pembinaan civic participation peserta didik di Sekolah

Demokrasi Tangerang Selatan?.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang seyogyanya harus tercapai oleh peneliti

merujuk pada rumusan permasalahan yang telah dipaparkan, antara lain :

1. Untuk mengetahui Pembinaan civic participation yang dilakukan

oleh Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan;

2. Untuk mengetahui kurikulum yang dikembangkan Sekolah

Demokrasi Tangerang Selatan dalam proses belajar pembelajaran

sebagai upaya pembinaan civics participation;

3. Untuk mengetahui perkembangan civic participation peserta didik

Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan;

12

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Menganalisis permasalahan yang dihadapi selama proses

pembinaan civics participation di Sekolah Demokrasi Tangerang

Selatan;

5. Untuk Mengetahui penanggulangan permasalahan yang dilakukan

selamaproses pembinaan civic participationdi Sekolah Demokrasi

Tangerang Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Garis besar manfaat dari penelitian yang hendak dilakukan oleh

peneliti adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Penelitian Perspektif Teoritis

Penelitian ini memiliki manfaat dan diharapkan kontributif dalam

pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan

Demokrasi.Terutama dalam konteks penelitian ini, yaitu memberikan

sumbangsih pemikiran baik tekstual maupun kontekstual terhadap

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi yang

membina civic participation peserta didik.Sehingga dengan demikian

cita-cita pembelajaran kewarganegaraan dalam membina smart and good

citizen dapat terwujud.

Penelitian ini pun dapat menjadi dasar pemikiran pengembangan

model pendidikan kewarganegaraan yang diselenggarakan di luar

pendidikan formal.

2. Manfaat Penelitian Perspektif Praktis

Sebelu pada manfaat dari penelitian ini, kita tinjau terlebih dahulu

seting dari pendidikan demokrasi itu sendiri antara lain “school-based

democracy education”, yakni pendidikan demokrasi dalam konteks atau

berbasis pendidikan formal, dan “society-based democracyeducation”,

13

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yakni pendidikan demokrasi dalam konteks atau yang berbasis kehidupan

masyarakat (Winataputra, 2012:72). Maka dari itu manfaat saya tinjau

dari kedua seting besar tersebut, yang antara lain :

a. Bangi Guru dan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, hasil

penelitian ini memberikan referensi dalam menerapkan dan

merekonseptualisasi praktek pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi.

b. Menjadi referansi pendidikan demokrasi bagi Lembaga Swadaya

Masyarakat maupun Organisasi Masyarakat atau Organisasi

Kepemudaan sebagai perwujudan civil society dalam membina

civic participation baik terhadap kadernya maupun publik yang

menjadi sasaran program atau aksi sosialnya.

c. Hasil Penelitian ini sebagai contoh yang menjadi modal

pengembangan praktek pembinaan civic participation melalui

wahana pendidikan demokrasi dalam pendidikan

kewarganegaraan maupun pendidikan demokrasi di masyarakat.

Gagasan tersebut dapat diimplementsikan kedalam sebuah

lembaga pendidikan kewarganegaraan yang bergerak di luar

pendidikan formal, yang dalam konteks tersebut pendirian LSM

yang fokus membina smart and good citizent.

E. Penjelasan Istilah

1. Peran

Peran merupakan aspek dinamis dari suatu kedudukan (statis) hal

ini erat kaitannya dengan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam

menjalankan suatu peranan (Soekanto, Soerjono, 1999:153).

2. Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan

Sekolah Demokrasi merupakan program yang diselenggarakan oleh

Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID) bekerjasama dengan

14

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai lembaga di tingkat lokal. Program ini sampai saat ini diadakan

di beberapa kabupaten yaitu Malang, Lembata, Jeneponto, Tangerang

dan Banyuasin, Aceh, Papua. Semenjak Tahun 2007 Program Sekolah

Demokrasi sudah berlangsung di Kabupaten Tangerang dengan lokasi di

kompleks Citra Raya Kabupaten Tangerang. Program Sekolah Demokrasi

di Kabupaten Tangerang sudah berakhir pada tahun 2010.

Semenjak tahun 2011, KID bekerjasama dengan Perekat

Demokrasi akan menyelenggarakan program Sekolah Demokrasi di

Tangerang Selatan. Secara umum program Sekolah Demokrasi di

Tangerang Selatan tidak jauh berbeda dengan yang ada di Kabupaten

Tangerang.

Aktivitas Sekolah Demokrasi yang utama adalah melakukan

kegiatan persekolahan.Persekolahan diselenggarakan dengan berbagai

metode untuk agar peserta tidak hanya sekedar mampu mendapatkan

pengetahuan tentang demokrasi tetapi juga nilai dan mampu melakukan

praktek demokrasi di lingkungan terdekatnya.Selain menyelenggarakan

kegiatan persekolahan di dalam kelas, Sekolah Demokrasi juga

menyelenggarakan kegiatan seperti seminar, diskusi publik, talkshow,

menulis, dan sebagainya.

Sekolah Demokrasi adalah sebuah media untuk “tahu” dan

mendalami wacana demokrasi serta realitas yang selama ini

berkembang.Kami yakin bahwa peningkatan kualitas wacana adalah jalan

efektif untuk perluasan partisipasi politik menuju masyarakat yang

demokratis.Oleh karena itu yang paling penting adalah keikutsertaan dan

keaktifan para peserta Sekolah Demokrasi dalam berdialog tentang

DEMOKRASI, bukan-permasalahan-administrasi-dan-struktural.

(online:http://www.demokrasitangerang.or.id)

3. Pembinaan/Membina

15

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembinaan pada dasarnya adalah “upaya pendidikan baik formal

maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah

dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,

membimbing, dan mengembangkan satu dasar-dasar kepribadian yang

seimbang utuh dan selaras antara pengetahuan dan keterampilan, sesuai

dengan bakat, kecenderungan, keinginan serta kemampannya sebagai

bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah dan

meningkatkan dan mengembangkan dirinnya, sesamanya maupun

lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan

manusiawi yang optimal dan pribadi-yang-mandiri.”-(B.-Simanjuntak-

1990:84).

4. Civic Participation

Civic dan civics secara etimologis berasal dari suku kata bahasa

Yunani yaitu civicusyang diartikan citizen atau penduduk dari sebuah

kota (polis). Uraian kritis dikemukakan oleh Soetandjo Wignjosoebroto

(2002 : 494-496) yang dikemukakan Kokom Komalasari (2009:1)

menggambarkan hal tersebut sebagai pengaruh konsep polis pada masa

Yunani Purba karena terjemahan tersebut arti harfiahnya adalah warga

negara.

Participation adalah kosakata dari bahasa inggris yang berarti

partisipasi.Lazimnya partisipasi diartikan sebagai keterlibatan dan

keikutsertaan dalam suatu kegiatan tertentu.

Civic participation diposisikan dalam paradigm baru daripada

tugas Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana dikemukakan oleh

Sapriya dan Winataputra (2010: 1.2) yang dikutip oleh Dadang Sundawa

dalam disertasinya (2012), antara lain sebagai wahana utama serta esensi

pendidikan demokrasi yang dilaksanakan melalui: civic intelligence, yaitu

kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual,

16

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rasional, emosional, maupun sosial; civic responsibility, yaitu kesadaran

akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab,

dan civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warganegara atas

dasar tanggung jawab, baik secara individual, sosial, maupun sebagai

pemimpin hari depan.

5. Peserta Didik

Definisi istilah ini didapatkan dari sumber yuridis dalam Pasal 1,

ayat 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan yang antara lain, Peserta didik

adalah anggota masyarakat yang yang berusaha mengembangkan potensi

diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.”

F. Asumsi Dasar Penelitian

Menurut SurakhmanAnggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik

tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik (Arikunto,

1993:60).Asumsi dasar ini menjadi salah atu hal yang dapat mengarahkan

penelitian ini pada harapan yang ingin di capai oleh peneliti. Dengan

demikian berdasar pendangan peneliti, dapat dirumuskan beberapa anggapan

dasar dalam penelitian ini, antara lain :

1. Perlu adanya rekonseptualisasi ulang terhadap pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan yang membelajarkan kaidah dan etika

demokrasi sebatas materi konseptual menjadi lebih kontekstual.

Rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan

demokrasi harus membawa peserta didik pada kondisi dimana mereka

belajar mengenai demokrasi dalam kondisi kelas yang demokratis

sebagai upaya membina civic participation, sehingga peserta didik

siap untuk berperan serta dalam praktek demokrasi republik dengan

bekal wawasan dan etika demokrasi yang telah dibelajarkan. Seperti

dalam pandangan mengenai paradigma baru bagi program pendidikan

17

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang antara lain yaitu pengembangan kelas sebagai “democratic

laboratory”, lingkungan sekolah/ kampus sebagai “micro cosmos of

democracy”, dan masyarakat luar sebagai “open global classroom”

yang memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi

berdemokrasi, dan untuk tujuan melatih diri sebagai warganegara

yang demokratis atau “learning democracy, in democracy, and for

democracy” (Winataputra, 2012:84)

2. Adanya hubungan yang determinis antara pendidikan

kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi dengan pembinaan

civic participation. Pengembangan dimensi civic virtue merupakan

landasan bagi pengembangan civic participation yang memang

merupakan tujuan akhir dari civic education (Winataputra, 2012:80).

3. Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan merupakan wahana

pendidikan demokrasi yang mengembangkan pembinaan terhadap

civic participation, baik pembinaan wawasan yang bersifat tekstual

maupun kontekstual.

4. Dugaan atas penerapan konsepsi lerning democracy, in democracy,

and for democracy dalam pembelajaran di Sekolah Demokrasi

Tangerang Selatan menggunakan metode yang dikembangkan sekolah

tersebut dianggap sebagai inovasi dalam pendidikan demokrasi di

Republik dalam rangka membina demokrasi dan civic participation

dari peserta didik. Dengan demikan metode pembelajaran demokrasi

yang dilakukan di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dapat

diadopsi setelah ditelaah dan didapati kelebihan dan kekurangannya

sebagai bahan pengembangan pendidikan pancasila sebagai

pendidikan demokrasi.

5. Pentingnya internalisasi pemikiran atas implementasi pendidikan

demokrasi dalam berbagai sendi civil society baik di jenjang

pendidikan formal maupun yang berbasis sosial. Pendidikan

demokrasi yang diimplementasikan merupakan hasil komparasi

18

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demokrasi dan etika berdasarkan nilai-nilai kearifan pancasila sebagai

groundnormdari Republik.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan apa yang hendak diteliti berdasar pada rumusan

masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diputuskan

menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui penelitian ini peneliti akan

mendapatkan kemantapan dalam penelitian berdasarkan pada hal yang

peneliti alami. Penelitian dengan pendekatan ini pun mampu menggali

wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui (Strauss dan Corbin

2009:5).Alasan pemilihan pendekatan kualitatif tersebut sesuai dengan

rumusan dari permasalahan yang diajukan peneliti.Adapun hakikat

penelitian kualitatif menurut Moleong (2010:6) adalah:

Penelitian kulitatif merupakan penelitian yang bermaksud

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain

secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sehingga dengan demikian peneliti dapat menyelami lebih dalam

subjek penelitian.Maka didapatilah fakta-fakta yang akurat dan dapat

dianalisis secara mendalam pula.

Sedang motode yang digunakan adalah metode deskriptif yang

mana didefinisikan oleh Whintney (1960) yang dikutip oleh Nazir dalam

bukunya Metode Penelitian (2005), metode deskriptif adalah pencarian

fakta dengan interpretasi yang tepat.Penelitian deskriptif mempelajarai

masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam

masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,

kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-

19

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu

fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan

fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu setudi

komparatif, adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, seerta penelitian

terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu setandar atau

suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif

ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode

deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau factor dan

melihat hubungan antara satu factor dengan factor yang lain. Karenanya,

metode deskriptif juga dinamakan studi status (satus study)

(online:http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/).

Peneliti menganggap metode ini sangat tepat digunakan dalam

memaparkan fakta-fakta secara menyeluruh dari hasil

penelitian.Kemudian dianalisi dengan metode analitik dengan harapan

dapat membandingkan kenyataan yang telah didapatkan dengan teori

yang digunakan sebagai referensi dalam mengungkapkan kebenaran atas

suatu masalah yang telah dirumuskan mengenai peran dari Sekolah

Demokrasi Tangerang Selatan dalam membina civic participation peserta

didik.

H. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pendidikan kewarganegaraan tidak lah berkonsentrasi pada lingkup

yang terbatas di jenjang pendidikan formal, namun oleh karena konteks

pendidikan kewarganegaraan bersinggungan dengan kehidupan berbangsa

dan bernegara, diperlukan kontribusi lingkungan informal dalam

menunjang tujuan dari pendidikan kewarganegaraan untuk mecetak smart

and good citizen. Dengan demikian kali ini kita berbicara tentang

pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education yang memiliki

cakupan yang lebih luas. Berikut pendidikan kewarganegaraan tersebut

20

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dijelaskan sebagai Citizenship Education or Education for Citizenship

dengan penjelasan,

“…both these in school experiencess as well as out of school or

non formal/informal learning which takes place in the family, the

religious organization, community organizations, the media, etc

which help to shape the totality of the citizen”. (Cogan, 1999:4).

Pada penjelasan tersebut kita dapat terangkan bahwa setiap sendi dalam

kehidupan masyarakan harus memiliki andil dalam menyokong suksesi

tujuan pendidikan kewarganegaraan.Sehingga konsentrasi kajian dari

pendidikan kewarganegaraan tidak hanya dapat dilakukan pada lingkungan

pendidikan formal saja, tetapi dapat melebarkan sayap pada setiap elemen

kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersifat informal dipandang dari

perspektif pendidikan.Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan itu,

kita dapat kaji kontribusi atau peran dari keluarga, organisasi keagamaan,

organisasi masyarakat, media juga bagian lain dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara yang dapat dikategorikan kepada wahana dimana

pendidikan kewarganegaraan berperan.

Pernyataan Soekarno yang dikutip Yudi Latif (Latif, 2011:410)

menjelaskan “bahwa demokrasi-politik sahaja, belum menyelamatkan

rakyat. Bahkan di negeri-negeri, sebagai Inggeris, Nederland, Perancis,

Amerika dll., dimana demokrasi telah dijalankan, kapitalisme merajalela

dan kaum Marhaen-nya papa-sengsara! Kaum nasionalis Indonesia tidak

boleh mengeramatkan “demokrasi” yang demikian itu” (1932; 1965:173).

Dalam suatu Negara demokratis, partisipasi warganegara

merupakan syarat pokok atau utama yang mesti dilakukan oleh setiap

warga negaranya dalam proses politik. Mewujudkan kehidupan

masyarakat yang demokratis dengan sendirinya akan mengalami hambatan

manakala warganegaranya tidak partisipatif dalam proses dan kegiatan

pengambilan keputusan negaranya. Namun sebaliknya jika warganegara

mampu melibatkan dirinya atau ikut serta dalam proses pengambilan

21

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keputusan politik, maka akan mendorong terwujudnya kehidupan

msyarakat yang demokratis (Wuryan, Sri dan Syaifullah, 2009:70). Seperti

dikemukakan oleh Winataputra (2012:80) Pengembangan civic

participation memang merupakan tujuan akhir dari civic education.

Cogan (1999 : 4) yang dikutip dalam buku panduan kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan tinggi Ganjar M

Ganeswara dan Wilodati (2002:1) mengemukakan bahwa civic education

sebagai “…the foundational course work in school designed to prepare

young citizens for an active role in their communities in their adult lives”,

yaitu suatu mata pelajaran dasar di sekolah sebagai yang dirancang untuk

mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat

berperan aktif dalam masyarakatnya.

Pendapat Huntington (1991) yang dikutip oleh Sri Wuryan

(2009:95) bahwa proses demokratisasi menyangkut partisipasi warga

Negara, karena perlu penyiapan warga Negara agar dapat berpartisipasi

secara cerdas dan bertanggungjawab.

Kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipandang sangat

kompleks itu dilihat dari realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang

sarat akan mobilisasi-mobilisasi masa demi kepentingan politis suatu

golongan. Sedangkan cita-cita pendidikan Nasional khususnya pendidikan

kewarganegaraan adalah mewujudkansmart and good citizen. Smart and

good citizen adalah warga Negara yang menguasai persoalan (well-

informed/enlightened) yang didukung oleh kompetensi kewarganegaraan

yakni civic knowledge, civic disposition, civic skill yang memadai,

memiliki komitmen (commited) terhadap cita-cita, nilai, konsep dan

prinsip semokrasi untuk kesejahteraan dan keadilan, dan bertanggung

jawab (responsible) sebagai warganegara yang diwujudkan dalam

keikutsertaannya dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik

(Winataputra, 2012:8).

22

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai wahana demokratisasi melalui program pendidikan formal

dan informal, pendidikan demokrasi dan HAM memerlukan perangkat

pengalaman belajar (learning experiences), seperti kurikulum/program

belar dan pembelajaran yang secara programatik dapat memandu

terjadinya proses pengembangan cita-cita, nilai, konsep dan prinsip

demokrasi dalam diri peserta didik. Untuk itu diperlukan upaya sestematis

dan sistemik untuk merancang kurikulum pembelajaran yang secara

konseptual menjadi wahana pendidikan demokrasi dalam konteks

pembangunan masyarakat yang demokratis. Oleh karena itu diperlukan

proses rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan dalam konteks

pendidikan demokrasi Indonesia (Winataputra, 2012:71).

Pengembangan “civil society” atau “masyarakat madani” bagi

Indonesia sengat erat kaitannya dengan demokratisasi, khususnya dalam

rangka perluasan fungsi dan optimalisasi peran aktif dari warganegara

yang harus dilakukan dengan cerdas dan baik dala membangun masyarakat

yang benar-benar demokratis sesuai dengan konteks negaranya, maka

tidak dapat dipungkiri betapa pentingnya pendidikan demokrasi bagi

warganegara, yang memungkinkan setiap warganegara dapat belajar

demokrasi melalui praktek kehidupan yang demokratis, untuk membangun

tatanan dan praksis kehidupan demokrasi yang lebih baik di masa

mendatang atau learning democracy, in democracy, and for democracy

(APCEC:2000). Dengan demikian kualitas kehidupan demokrasi dalam

masyarakat madani Indonesia semakin lama semakin meningkat

(Winataputra 2012:192).

Menurut Penelitian Gandal dan Finn (1992) bukan saja dinegara

yang sedang berkembang tetapi juga di Negara yang sudah maju education

for democracy atau pendidikan demokrasi memang dianggap penting,

tetapi dalam kenyataannya, mereka katakana :…it is often taken for

granted or ignored- sering dianggap enteng atau dilupakan. Oleh karena

itu ditegaskan (Gandal and Finn,1992:2) bahwa, democracy does not teach

23

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itself. If the strengths, benefits, and responsibilities of democracy are not

made clear to citizens, they will be ill-equipped to defend it. Dengan kata

lain, demokrasi tidak bisa mengajarkannya sendiri. Jika kekuatan,

kemanfaatan, dan tanggung jawab demokrasi tidak dipahami dan dihayati

dengan baik oleh warganegara, sukar diharapkan mereka mau berjuang

untuk mempertahankannya. Oleh karena itu ditekankannya lebih lanjut

bahwa: Education for democracy, therefore, must be approached in a

conscious and serious manner- pendidikan demokrasi harus disikapi

secara sadar dan sungguh-sungguh (Winataputra 2012:192).

Implikasi dari pendangan tersebut, maka diperlukan pendidikan

demokrasi yang baik yang memungkinkan warganegara mengerti,

menghargai kesempatan dan tanggungjawabnya sebagai warganegara yang

demokratis. Pendidikan tersebut menurut Gandal dan Finn (1992:3) …seek

not only to familiarize people with the precepts and practices democracy,

but also to produce citizens who are principled, independent, inquisitive,

and analytic in their outlook. Yakni pendidikan yang bukan hanya sekedar

memberikan pengetahuan dan praktek demokrasi, tetapi juga

menghasilkan warganegara yang berpendirian teguh, mandiri, memiliki

sikap selalu ingin tahu, dan berpandangan jauh ke depan. Namun demikian

diingatkannya bahwa pendidikan demokrasi ini jangan hanya dilihat

sebagai “isolated subject” yang diajarkan dalam waktu terjadwal yang

cenderung diabaikan lagi, tetapi it is linked to nearly everythimg else that

students learn in school-whether it be history, civics, ethnics, or

economics- and too much that goes on outside of school. Jadi janganlah

hanya dilihat sebagai mata pelajaran yang terisolasi, tetapi harus dikaitkan

dengan banyak hal yang dipelajari siswa, mungkin dalam mata pelajaran

sejarah, kewarganegaraan, etika, atau ekonomi, dan lebih banyak terjadi di

luar sekolah. Dengan kata lain …good democracy education is a part of

good education in general- pendidikan demokrasi yang baik adalah bagian

dari pendidikan yang baik secara umum (Winataputra, 2012:192-193).

24

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkenaan dengan hal tersebut dirasakan (Gandal and Finn,

1992:4-5) perlu dikembangkannya model school-based democracy

education paling tidak dalam empat alternative bentuk.Pertama, perhatian

yang cermat diberikan kepada the root and branches of the democratic

idea atau landasan dan bentuk-bentuk demokrasi. Kedua, adanya

kurikulum yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi …how

the ideas of democracy have been translated into institution and practices

around the world and through the ages- bagaimana ide demokrasi telah

diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk dan praktik diberbagai belahan

bumi dalam berbagai kurun waktu. Dengan demikian sisa akan

mengetahui dan memahami kekuatan dan kelemahan demokrasi dalam

berbagai konteks ruang dan waktu. Ketiga, adanya kurikulum yang

memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi sejarah demokrasi di

Negaranya untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan

kelemahan demokrasi yang diterapkan di Negaranya dalam berbagai kurun

waktu.Keempat, tersedianya kesempatan bagi siswa untuk memahami

kondisi demokrasi yang diterapkan di Negara-negara di dunia, sehingga

para siswa memiliki wawasan yang luas tentang aneka ragam sistem sosial

demokrasi dalam berbagai konteks.

Adapun visi dari pendidikan demokrasi yaitu, sebagai wahana

substantive, pedagogis, dan sosial-kultural untuk membangun cita-cita,

nilai, konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan demokrasi dalam berbagai

konteks.Dengan wawasan dan pengalamannya itu baik secara sendiri

sendiri maupun bersama-sama warganegara mempu memberikan

kontribusi yang bermakna bagi peningkatan kualitas demokrasi dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.Inilah makna dari

“learning democracy, through democracy, and for democracy”.

Bertolak dari bermuara pada visi tersebut dirumuskanlah misi

pendidikan demokrasi sebagai berikut:

25

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Memfasilitasi warganegara untuk mendapatkan berbagai akses

kepad dan menggunakan secara cerdas berbagai sumber informasi

(tercetak, terekam, tersiar, elektronik, kehidupan dan lingkungan)

tentang demokrasi dalam teori dan praktek untuk berbagai konteks

kehidupan sehingga ia memiliki wawasan yang luas dan memadai

(well-informed).

2. Memfsilitasi wrganegara untuk dapat melakukan kajian konseptual

dan operasional secara cermat dan bertanggungjawab terhadap

berbagai cita-cita, instrumentasi, dan praksis demokrasi guna

mendapatkan keyakinan dalam melakukan pengambilan keputusan

individual dan atau kelompok dalam kehidupannya sehari-hari serta

berargumentasi atas keputusannya itu.

3. Mefasilitasi warganegara untuk memperoleh dan memanfaatkan

kesempatan berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab

dalam praksis kehidupan demokrasi di lingkungannya, seperti

mengeluarkan pendapat, berkumpul dan berserikat, memilih, serta

memonitor dan mempengaruhi kebijakan public (Winataputra,

2012:194-195)

Civic participation diposisikan dalam paradigma baru dari pada

tugas Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana dikemukakan oleh

Sapriya dan Winataputra (2010: 1.2) yang dikutip oleh Dadang Sundawa

dalam disertasinya (2012) antara lain sebagai wahana utama serta esensi

pendidikan demokrasi yang dilaksanakan melalui: civic intelligence, yaitu

keceerdasan dan daya nalar warga Negara baik dalam dimensi spiritual,

rasional, emosional, maupun sosial; civic responsibility, yaitu kesadaran

akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab,

dan civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warganegara atas

dasar tanggung jawab, baik secara individual, sosial, maupun sebagai

pemimpin hari depan.Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan

demokrasi diharapkan mencapai tujuan akhirnya yaitu pembentukan civic

participation.

Unsur-unsur civic participationhasil dari pembahasan yang

dilakukan oleh Center for Civic Education dalam National Standard for

Civic and Government (1994 : 127-135). Antara lain uraian diambil dalam

garis besar yaitu, partisipasi warganegara dalam interaksi terhadap objek

26

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

politik dan pemerintahan, partisipasi warganegara dalam monitoring objek

politik dan pemerintahan dan partisipasi warganegara dalam

mempengaruhi proses politik. Adapun secara lebih terperinci dapat kita

uraikan sebagai berikut :

Tabel 1.1.

Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Partisipasi

UNSUR KETRAMPILAN PARTISIPASI WARGA NEGARA

1. Berinteraksi (termasuk berkomunikasi tentunya) terhadap obyek

yang berkaitan dengan masalah

– masalah publik, yang termasuk dalam ketrampilan ini, al.:

– bertanya, menjawab, berdiskusi dengan sopan santun;

– menjelaskan artikulasi kepentingan;

– membangun koalisi, negoisasi, kompromi;

– mengelola konflik secara damai;

– mencari konsensus.

2. Memantau/memonitor masalah politik dan pemerintahan terutama

dalam penanganan persoalanpersoalanpublik ,yang termasuk

ketrampilan ini al. :

– Menggunakan berbagai sumber informasi seperti perpustakaan,

surat kabar, TV, dll untukmengetahui persoalan-persoalan

publik;

– Upaya mendapatkan informasi tentang persoalan publik dari

kelompok – kelompokkepentingan, pejabat pemerintah,

lembaga-lembaga pemerintah. Misalnya dengan caramenghadiri

berbagai pertemuan publik seperti : pertemuan organisasi siswa,

komite sekolah, dewan sekolah, pertemuan desa/BPD,

pertemuan wali kota, LSM, dan organisasi kemasyarakatan

lainnya.

3. Mempengaruhi proses politik, pemerintah baik secara formal

27

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun informal, yang termasukketrampilan ini al.:

– Melakukan simulasi tentang kegiatan : kampanye, pemilu,

dengar pendapat di DPR/DPRD,pertemuan wali kota, lobby,

peradilan;

– Memberikan suara dalam suatu pemilihan;

– Membuat petisi;

– Melakukan pembicaraan/memberi kesaksian di hadapan lembaga

publik;

– Bergabung atau bekerja dalam lembaga advokasi untuk

memperjuangkan tujuan bersama ataupihak lain;

– Meminta atau menyediakan diri untuk menduduki jabatan

tertentu.

Sumber : Diolah dari Center for Civic Education (1994). National

Standard for Civics andGovernment, p. 127-135.

I. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Demokrasi Tangerang

Selatan yang berlokasi di Komplek Ruko Golden Road Blok C33 No

9, ITC BSD, Serpong, Kota Tangerang Selatan.

2. Subjek Penelitian

Pada kesemua strategi penelitian yang hendak dilakukan

peneliti tidak lain yang akan menjadi sumber data penelitian yaitu

Program Manager, finance Manager, Program Officer, Staff

Program officer, Administration Staff dan peserta didik Sekolah

Demokrasi Tangerang Selatan. Juga yang utama Sekolah tersebut dari

mulai perencanaan hingga proses belajar pembelajarannya.

28

Muhammad Yunus Maulana, 2014

Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu