BAB I PENDAHULUAN - UKSW...BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cloud Computing atau...

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cloud Computing atau komputasi awan merupakan suatu model jaringan elektronik di dunia siber. Cloud computing menciptakan kemudahan dan flexsibilitas dalam berbagi dan menyimpan data dan informasi dengan menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi. Dengan cloud computing dengguna telekomunikasi dan teknologi informasi menyimpan data dan informasi yang mereka miliki dalam suatu wadah lain di luar perangkat elektronik yang mereka miliki. Cloud Computing merupakan teknologi yang berkembang cukup pesat dengan sistem upload and download dengan internet sebagai medium pemindahan data kepada pihak ketiga yang dipengaruhi dengan model layanan yang cukup signifikan ketika melakukan penyimpanan data dan informasi 1 . Cloud computing telah menjadi trend dalam era telekomunikasi dan informatika yang berkembang cukup pesat dalam pemenuhan kebutuhan penyimpanan berbagi data dan informasi dibandingkan dengan penyimpanan secara offline atau penyimpanan di dalam hardisk komputer atau exteral. Sekalipun penggunaan cloud computing mengalami trend penggunaan yang meningkat namun pertanggung jawaban hukum dari penyelenggara cloud computing sehubungan dengan kehadiran pihak ketiga belum mendapat perhatian 1 Thomas J Shaw, Cloud Computing for Lawyer and Excecutive-Global Approach, Autonomous Legal and Technology Publishing, United States, 2011, hlm., 2.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - UKSW...BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cloud Computing atau...

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Cloud Computing atau komputasi awan merupakan suatu model jaringan

    elektronik di dunia siber. Cloud computing menciptakan kemudahan dan

    flexsibilitas dalam berbagi dan menyimpan data dan informasi dengan

    menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi. Dengan cloud computing

    dengguna telekomunikasi dan teknologi informasi menyimpan data dan informasi

    yang mereka miliki dalam suatu wadah lain di luar perangkat elektronik yang

    mereka miliki. Cloud Computing merupakan teknologi yang berkembang cukup

    pesat dengan sistem upload and download dengan internet sebagai medium

    pemindahan data kepada pihak ketiga yang dipengaruhi dengan model layanan

    yang cukup signifikan ketika melakukan penyimpanan data dan informasi1. Cloud

    computing telah menjadi trend dalam era telekomunikasi dan informatika yang

    berkembang cukup pesat dalam pemenuhan kebutuhan penyimpanan berbagi data

    dan informasi dibandingkan dengan penyimpanan secara offline atau penyimpanan

    di dalam hardisk komputer atau exteral.

    Sekalipun penggunaan cloud computing mengalami trend penggunaan

    yang meningkat namun pertanggung jawaban hukum dari penyelenggara cloud

    computing sehubungan dengan kehadiran pihak ketiga belum mendapat perhatian

    1 Thomas J Shaw, Cloud Computing for Lawyer and Excecutive-Global Approach, AutonomousLegal and Technology Publishing, United States, 2011, hlm., 2.

  • dalam kajian ilmiah dari sudut hukum. Apabila suatu penyelenggara

    telekomunikasi menyimpan data dan telekomunikasi atau informasi yang melawan

    hukum maka baik undang-undang ITE maupun UU Telekomunikasi terkesan belum

    mengatur masalah ini. Dari pra-penelitian yang diadakan penulis terhadap rumusan

    UU ITE dan Telekomunikasi tidak terdapat suatu rumusan ketentuan yang

    mengatur secara explisit mengenai tanggung jawab yuridis penyelenggara

    telekomunikasi dan pengelola teknologi informasi berkaitan dengan cloud

    computing sehubungan dengan pihak ketiga.

    Tanggung jawab yang dimiliki oleh penyelenggara telekomunikasi cloud

    computing sendiri merupakan hal yang crucial yang perlu diperhatikan mengingat

    hal tersebut sangat mempengaruhi berbagai aspek lainya. Mengenai tanggung

    jawab penyelenggara cloud computing sendiri dapat dilihat dari suatu putusan yang

    cukup terkenal pada tahun 2012 silam. Putusan tersebut mengubah cara

    pengoprasian cloud computing yang ada saat ini.

    Putusan tersebut mengenai penyelenggara cloud computing Megaupload

    dengan terdakwa Kim Dotcom (Pendiri Megaupload), Megaupload LIMITED,

    Vestor LIMITED, Finn Batato, Julius Bencko, Sven Echternach, Mathias, Ortmann,

    Andrus Nomm, dan Bram Van Der Kolk. Di dalam putusan tersebut para terdakwa

    dianggap bersekongkol dalam berbagai hal dengan memanfaatkan layanan cloud

    computing. Pengadilan menyebut tindakan tersebut sebagai “mega conspiracy”

    untuk melakukan tindakan pelanggaran hak cipta, pencucian uang, dan

    penyebarluasan konten-konten yang memiliki hak cipta, atau merugikan pihak

    ketiga.

  • Megaupload didirikan oleh Kim pada 21 Maret tahun 2005 dan memulai

    bisnisnya sebagai penyedia layanan cloud computing sebagai media penyimpanan

    dan media downloading data dan informasi. Pengadilan menyatakan bahwa

    Megaupload dan para terdakwa yang terlibat dalam mega conspiracy telah

    melakukan kejahatan dengan mendistribusikan data dan informasi seperti acara

    televisi, music, film, software komputer, dan video game tanpa izin dari pemegang

    hak cipta. Dalam kurun waktu 5 tahun Megaupload secara agresif memperluas

    sejumlah operasi bisnis yang berkaitan dengan internet yang secara langsung

    berkaitan langsung dengan tindakan kriminal yang mereka lakukan. Megaupload

    berkembang menjadi situs No.13 yang paling sering dikunjungi di dunia oleh

    netizen dengan perolehan jumlah pengguna layanan lebih dari 180.000.000.

    Megaupload meraup 4% total pergerakan lalu lintas internet dan hal tersebut

    memberikan keuntungan yang besar bagi bisnis yang dipegang Megaupload.

    Megaupload dan para terdakwa yang didakwa melakukan tindakan yang

    melawan hukum dengan tidak memegang hak dan izin atas data dan informasi yang

    mereka sebarkan. Cara yang di lakukan terdakwa dalam melaksanakan aksinya

    yang tidak bertanggung jawab yaitu dengan memanfaatkan para pengguna layanan

    cloud computing yang di selenggarakan oleh Megaupload. Selain memanfaatkan

    para pengguna layanan Megaupload juga membuat program berhadiah yang

    membayar user untuk meunggah data dan informasi sebanyak-banyaknya sehingga

    Megaupload terus mendapatkan data dan informasi yang baru untuk disebarluaskan.

    Data yang diunggah oleh para pengguna cloud computing disebarluaskan

    oleh Megaupload dan dapat diunduh oleh orang lain. Hal itu bertentangan dan

  • melanggar hak privacy dan keamanan data para penggunanya. Tidak sampai di situ

    Megaupload bekerja sama dengan terdakwa lainya dengan memanfaatkan data dan

    informasi yang diunggah oleh para pengguna untuk membangun situs baru lagi

    seperti Megavideo, Megaporn, Megakey, Megaclick dan beberapa situs lainya

    dalam rangka menyebarluaskan data dan informasi yang dilindungi oleh hak cipta

    untuk meraup keuntungan dan keuntungan tersebut datang dari iklan-iklan yang

    dipasang oleh orang-orang di situs Megaupload.

    Untuk menyembunyikan tindakan pelanggaran hak cipta yang Megaupload

    lakukan file, data, dan informasi yang telah diunggah tersebut tidak dapat dicari di

    situs manapun kecuali dengan bantuan situs pihak ketiga yang memiliki hubungan

    dengan Megaupload. Sebagai contoh, Untuk mencari video yang diunggah di

    Megaupload maka pencarian tersebut harus melalui Megavideo. Pendistribusian

    data dan informasi terus dilakukan oleh Megaupload dan para terdakwa lainya

    dengan leluasa dan terus terbagi dalam berbagai link-link yang aktif sehingga

    penyerapan keuntungan tetap berjalan. Dengan memanfaatkan ketenaran sistem

    download and upload Megaupload juga melakukan pencegahan terhadap file yang

    sama dan pengawasan terhadap link tersebut sehingga tetap dapat di kendalikan.

    Hakim kemudian menuntut Megaupload dan terdakwa lainya yang terlibat

    dengan mega conspiracy tersebut dengan 5 tuduhan tindakan pelanggaran dan

    kriminal yaitu: tindakan persengkongkolan, konspirasi untuk melakukan

    pelanggaran hak cipta, tindakan pencucian uang, pelanggaran hak cipta dengan

    melakukan pendistribusian (penyebarluasan) data dan informasi yang dilindungi

    dengan hak cipta untuk meraup keuntungan pada jaringan komputer, dan

  • pelanggaran hak cipta dengan memanfaatkan sarana elektronik termasuk membantu

    tindakan penyebarluasan data dan informasi yang dilindungi hak cipta. Selain itu

    Megaupload juga melakukan tindak pidana pencucian uang untuk menutupi aliran

    dana yang didapatkan dari hasil penyebarluasan data dan informasi tersebut dengan

    membangun server baru untuk menampung data dan informasi lainya yang

    dilakukan diluar negeri.

    Atas perbuatan tersebut pengadilan Amerika serikat bagian timur Virginia

    menuntut Megaupload dan pihak-pihak lainya yang terlibat dalam skandal mega

    conspiracy untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya dengan penyitaan seuruh

    asset dan property milik Megaupload dan pihak-pihak terkait. Total asset yang

    disita mencapai $ 175.000.000. Penyitaan untuk menutup semua situs-situs yang

    terafiliasi dengan Megaupload seperti: Megastuff.co; Megaworld.com;

    Megaclicks.co, Megastuff.info, Megaclicks.org, Megaworld.mobi, Megastuff.org,

    Megaclick.us, Mageclick.com, Hdmegaporn, Megavkdeo.com, Megaupload.com,

    Megaupload.org, Megaerotic.com, Megaclick.com, Megavideo.com. Pengadilan

    juga menyita asset pribadi milik pendiri Megaupload Kim Dotcom dan asset pribadi

    pihak-pihak terkait lainya berupa property. Semua hak kebendaan tersebut hasil

    dari tindakan memanfaatkan layanan cloud computing Megaupload lainya.

    Kasus Megaupload yang telah diputus oleh pengadilan Amerika Serikat

    bagian timur Virginia itu merupakan kasus yang mengubah layanan cloud

    computing yang ada sekarang2. Dengan anggapan umum tidak adanya rumusan dan

    peraturan yang mengatur mengenai tanggung jawab penyelenggara layanan cloud

    2 Putusan pengadilan Amerika Serikat Daerah Virginia Timur Criminal No: 1:12CR3

  • computing di Indonesia. Maka hal tersebut akan menimbulkan masalah di masa

    mendatang. Seperti di dalam kasus Megaupload sendiri dapat dilihat bahwa tanpa

    ada aturan yang mengatur pengoprasian dan penyelenggaraan layanan

    penyimpanan data dan informasi maka dapat terjadi tindakan yang merugikan para

    penggunannya. Bahkan bahan pihak-pihak lainya (ius quasitum tertio) yang

    memiliki kepentingan terhadap data dan informasi tersebut.

    Cloud computing sebagaimana diuraikan di atas menjadi suatu

    permasalahan hukum yang menghantui data dan informasi yang tersimpan di dalam

    wadah yang menjadi tempat penyimpanan data dan informasi tersebut.

    Permasalahan-permasalahan tersebut yaitu mengenai keamanan data. Hal itu sudah

    yang merupakan polemik besar dalam layanan cloud computing. Data yang

    disimpan oleh pengguna cloud tersebut dipertanyakan keamanan, kerahasiaan, dan

    keberadaan data tersebut. Berkaca dari kasus Megaupload dapat ditarik pelajaran

    hukum bahwa pihak penyelenggara layanan penyimpanan data cloud computing

    tidak melakukan perlindungan terhadap data dan informasi yang disimpan para

    penggunanya. Parah lagi Megaupload mengekploitasi data dan informasi yang

    diunggah oleh para pengguna layanan cloud computing untuk disebarluaskan. Dari

    penyalahgunaan teknologi informasi tersebut mereka juga dapat meraup

    keuntungan dari data dan informasi tersebut. Keamanan data sangat berkaitan

    dengan hak pribadi. Kerahasian data personal karena informasi dan data yang

  • dipilih oleh seseorang tentang dirinya mengandung dan mencerminkan kepribadian

    atau identitas yang ia pilih untuk diungkapkan3.

    Selain tanggung jawab pihak penyelenggara layanan, secara hukum di

    dalam Undang-Undang ITE No.11 Tahun 2008 J.O Undang-Undang No.19 Tahun

    2016 dan UU Telekomunikasi belum diatur secara khusus mengenai perlindungan

    data pribadi dan perlindungan data umum. Ada kesan seperti yang telah

    dikemukakan di muka, Tidak adanya kepastian dalam perlindungan terhadap data

    dan informasi tersebut dalam UU ITE J.O UU No.19 Tahun 2016 dan

    Telekomunikasi. Berkaitan dengan masalah keamanan data maka suatu cloud

    computing dalam menjalankan layanan penyimpanan data dan infromasi harus

    melengkapi dirinya dengan sistem pengamanan. Hal itu merupakan sistem yang

    membatasi akses komputer atau melarang akses ke dalam komputer dengan

    berdasarkan kategorisasi atau klasifikasi pengguna beserta tingkatan kewenangan

    yang ditentukan4. Hanya saja mengenai sistem keamanan di dalam UU ITE J.O UU

    No.19 Tahun 2016 tidak diatur dengan pasti seperti apa bentuk dan pola sistem

    keamanan tersebut. UU ITE belum memberikan seperti apa jenis atau pola sistem

    keamanan itu. Kode akses yang di anggap sebagai sistem pengaman diatur di dalam

    UU ITE J.O UU No.19 Tahun 2016 Pasal 1 Ayat 16. Pengaturan tersebut masih

    dianggap tidak aman dan tidak memadahi lagi. Mengingat dibutuhkan keamanan

    yang extra dan lebih reliable sebagai pelindung kedua bila terjadi penyusupan data.

    3 Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Cetakan Kedua, Rajagrafindo Persada, Jakarta,2004, hlm., 144.4 Siswanto Sunarso, Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik, Cetakan Pertama, Rineka Cipta,Jakarta, 2009, hlm., 69.

  • Mengingat cloud computing sendiri pada dasarnya sebuah jaringan

    penyimpanan data dengan menggunakan alat telekomunikasi internet sebagai

    medium perpindahan data, maka data-data yang dimasukan adalah data dan

    informasi digital yang diunggah oleh pengguna ke media penyimpanan pihak ketiga.

    Yaitu pihak dalam kedudukan sebagai penyelenggara layanan cloud computing.

    Data yang dimasukan berbentuk seperti gambar, data suara, dan video.

    Permasalahan yanag muncul terhadap data dan informasi yang diunggah oleh

    pengguna adalah bagaimana bila data atau informasi yang dimasukan tersebut

    merupakan data ilegal yang melanggar hukum dan salah satunya melanggar hak

    cipta.

    Kasus semacam ini sendiri dalam ranah cyber world sendiri merupakan hal

    yang sudah menjamur dan sering sulit dipantau. Namun dalam layanan cloud

    computing hal tersebut tidak demikian. Salah satu contoh kasus yang cukup tenar

    yang mengubah layanan cloud comuting mengubah peraturan yang mereka miliki

    menjadi ketat. Megaupload merupakan sebuah layanan penyimpanan data cloud

    computing yang digugat dan dirampas situs dan assetnya oleh United States

    Department of Justice pada tanggal 19 January Tahun 2012 dengan tuduhan

    pelanggaran hak cipta dan tindakan melawan hukum lainya 5 . Pada kasus itu

    Megaupload melakukan tindakan penyebarluasan sebuah data yang memiliki hak

    cipta yang dilindungi seperti acara televisi, music, film, software komputer, dan

    video game6. Dalam hal ini Megaupload sendiri tidak mengupload data tersebut.

    5 https://en.wikipedia.org/wiki/Megaupload_legal_case dikunjungi tanggal 26 febuary 2016 pukul10:45.6 http://www.theverge.com/2015/9/28/9409847/megaupload-extradition-hearing-kim-dotcomdikunjungi tanggal 26 febuary 2016 Pukul 11:58.

  • Namun ia menyebarluaskan data yang telah diunggah oleh pengguna layanan cloud

    computing mengunggah itu sendiri tanpa izin dari si pengguna layanan.

    Setelah itu Megaupload kemudian menyebarluaskan konten tersebut untuk

    memikat para pengguna lainya untuk mendownload dan menarik keuntungan.

    Dengan popularitas mereka, yang mereka dapatkan, orang-orang mau memasang

    ikaln di situs tersebut. Permasalahan hukum yang ada dalam kasus megaupload

    sendiri menjadi hal signifikan untuk perkembangan perlindungan hak cipta dan

    keamanan data dan informasi yang disimpan oleh si pengguna layanan cloud

    computing.

    UU ITE telah diperbaharui, jelas dan khusus mengenai layanan berbagi dan

    mengunduh data ini. Perbuatan melawan hukum di dunia cyber sendiri sangat tidak

    mudah diatasi dengan mengandalkan hukum positif konvensional yang ada saat ini.

    Indonesia sudah mengintergrasikan regulasi hukum cyber kedalam instrumen

    hukum positif nasionalnya7.

    Berkaca dari kasus Megaupload, yang menjadi masalah di sini adalah sikap

    dan tindakan yang dilakukan oleh pihak ketiga terhadap data dan informasi yang

    diunggah pihak ketiga. Pertama, dalam hal data dan informasi yang diunggah oleh

    si pengguna adalah data dan informasi ilegal. Kedua adalah feature pembatasan

    sharing file yang menjadi hal yang perlu diperhatikan mengingat pada kasus

    Megaupload. Megaupload mengumbar link file yang diunggah sehingga

    mengancam privacy data pengguna layanan. Pembuat UU ITE sendiri perlu

    7 Ahmad M.Ramli, Cyberlaw dan Haki dalam sistem hukum Indonesia, Cetakan Ketiga, RefikaAdtama, Bandung, 2010, hlm., 5.

  • menyikapi hal tersebut. Terutama dalam mengatur kewajiban yang harus dilakukan

    dan pengaturan terhadap pihak pengelola Cloud Computing8. Penempatan posisi

    pengguna perlu disadari secara hukum perbedaan antara dumb processor dan data

    controller. Sebagai posisi yang penting sehingga dapat membedakan antara

    pengunggah asli dan yang bukan. Hal tersebut berkaitan dengan siapa yang

    bertanggung jawab atas data dan informasi tersebut.

    Secara garis besar permasalahan-permasalahan terhadap layanan cloud

    computing terpancar penyelenggara layanan cloud computing dengan melihat sisi

    tanggung jawab mereka yang belum ada rumusan dan peraturan yang mengatur

    mengenai tanggung jawab pihak penyelenggara. Dengan asumsi bahwa tidak

    adanya hukum yang mengatur mengenai tanggung jawab pihak ketiga tersebut

    dapat menyebabkan permasalahan yang rumit di masa mendatang. Selain menjamin

    keamanan data dan informasi, dan hak privat atas data pengguna perlu diperhatikan

    juga bahwa cloud computing sendiri dapat memberikan ancaman terhadap eksitensi

    karya cipta yang telah dilindungi oleh hukum9.

    1.2. Rumusan Masalah

    Bagaimana tanggung jawab hukum penyelenggara cloud computing Dalam

    sistem hukum pancasila?

    8 http://www.isaca.org/Groups/Professional-English/cloud-computing/GroupDocuments/DLA_Cloud%20computing%20legal%20issues.pdf dikunjungi pada26 febuary 2016 pukul 11:49.9 Ahmad M.Ramli, Op.Cit., hlm., 6.

  • 1.3. Tujuan Penelitian

    Ingin mengetahui bagaimana tanggung jawab hukum penyelenggara cloud

    computing dalam sistem hukum pancasila.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Teori

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran atau

    memberikan solusi terhadap perkembangan ilmu hukum di Indonesia. Dapat

    dijadikan pedoman bagi para pihak atau peneliti lain yang ingin mengkaji secara

    mendalam tentang penegakkan hukum yang ada yang berkaitan dengan masalah

    yang penulis utarakan diatas

    1.4.2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian

    dalam rangka meningkatkan kualitas penegakan hukum di Indonesia dalam

    menerapkan keadilan, keamanan dan keseimbangan terhadap masyarakat.

    1.5. Metode Penelitian

    Jenis penelitian dan Pendekatan yang digunakan Penelitian ini adalah

    penelitian hukum normatif. Pendekatan yang digunakan adalah:

    1.4.3. Pendekatan Perundang-Undangan (statute approach)

    Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan

    regulasi yang berkaitan dengan issue hukum yang sedang penulis amati. Dalam

    penulisan ini penulis menelaah, Undang–undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

    Informasi dan Transaksi Elektronik j.o Undang-Undang No.19 Tahun 2016, UU

  • Telematika dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang

    Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

    1.4.4. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

    Pendekatan Konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-

    doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-

    pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan

    ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan

    azas-azas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan

    pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi

    peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang

    dihadapi.10

    1.4.5. Bahan Hukum

    Sumber data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu sumber

    data sekunder. Data sekunder (library research) yaitu peraturan perundang–

    undangan dan literatur–literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

    Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

    yaitu menelaah literatur, artikel, liputan, makalah serta peraturan perundang-

    undangan yang ada kaitannya dengan cloud computing dan hal-hal yang dapat

    membantu menciptakan kepastian hukum terhadap cloud computing.

    Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya

    memiliki suatu autoritas mutlak dan mengikat. Berupa ketentuan hukum yang

    10 Peter Mahmud M, Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, Prenada Media Group, Jakarta, 2009,hlm., 93.

  • mengikat, seperti norma-norma, peraturan dasar, dan peraturan perundang-

    undangan.

    Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan-bahan yang

    member petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, seperti

    ensiklopedia, kamus, dan lainnya.

    Analisis yang akan digunakan adalah yaitu penyorotan terhadap masalah

    serta usaha pemecahannya, dalam arti data tersebut akan dianalisis dan kemudian

    disusun secara sistematis yang pada akhirnya dipergunakan sebagai bahan

    penarikan kesimpulan, sehingga dapat menjawab permasalahan.