BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju dengan perkembangan teknologi dan informasinya, kegiatan penerjemahan juga mulai ikut berkembang dengan segala kemajuannya seperti munculnya mesin penerjemah yang ada sekarang (google translate) sebagaimana yang telah banyak didefinisikan dari pengertian penerjemahan oleh para ahli sendiri. Catfrord (1965: 20) dalam buku A Linguistic Theory of Translation, mendefinisikan penerjemahan sebagai berikut, “The replacement of textual material in one language (source language) by an equivalent in another language (target langguage)”. Catford menggunakan istilah penggantian wacana dari Bsu ke Bsa sebagai ganti dari konsep “makna”. Selanjutnya Kridalaksana (2008: 181) memberikan definisi sebagai berikut: (1) penerjemahan adalah pengalihan amanat antar budaya dan/atau antar bahasa dalam tataran gramatikal dan leksikal dengan maksud, efek, atau wujud yang sedapat mungkin dapat dipertahankan; (2) penerjemahan merupakan bidang linguistik yang mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) di dalam buku Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Zaka, 2011) dapat disimpulkan bahwa kata terjemah yang berasal dari bahasa Arab, yakni “tarjamatun تر mengandung

Transcript of BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari...

Page 1: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju dengan

perkembangan teknologi dan informasinya, kegiatan penerjemahan juga mulai

ikut berkembang dengan segala kemajuannya seperti munculnya mesin

penerjemah yang ada sekarang (google translate) sebagaimana yang telah banyak

didefinisikan dari pengertian penerjemahan oleh para ahli sendiri. Catfrord

(1965: 20) dalam buku A Linguistic Theory of Translation, mendefinisikan

penerjemahan sebagai berikut, “The replacement of textual material in one

language (source language) by an equivalent in another language (target

langguage)”.

Catford menggunakan istilah penggantian wacana dari Bsu ke Bsa sebagai

ganti dari konsep “makna”. Selanjutnya Kridalaksana (2008: 181) memberikan

definisi sebagai berikut: (1) penerjemahan adalah pengalihan amanat antar

budaya dan/atau antar bahasa dalam tataran gramatikal dan leksikal dengan

maksud, efek, atau wujud yang sedapat mungkin dapat dipertahankan; (2)

penerjemahan merupakan bidang linguistik yang mencakup metode dan teknik

pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) di dalam buku Pedoman

Penerjemahan Arab Indonesia (Zaka, 2011) dapat disimpulkan bahwa kata

terjemah yang berasal dari bahasa Arab, yakni “tarjamatun” ترمجة mengandung

Page 2: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

2

arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari satu bahasa

ke dalam bahasa lain. Menerjemahkan berarti merupakan kegiatan menyalin atau

memindahkan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Penjelasan senada juga dapat

ditemukan, misalnya, dalam Oxford Advanced Learner‟s Dictionary (2000:

1438) yang menyebutkan bahwa translation is the process of changing

something that is written or spoken into another language,„penerjemahan adalah

proses pengalihan suatu teks tulis atau lisan ke dalam bahasa lain‟. Dalam artian

lain penerjemahan juga berarti proses memindah budayakan.

Dari beberapa definisi penerjemahan yang telah disampaikan oleh para ahli,

maka secara garis besar dapat dikatakan bahwa penerjemahan adalah suatu

kegiatan menyalin dari satu bahasa ke bahasa lain atau dengan kata lain bisa

dikatakan sebagai pemindahan dari Bahasa sumber (Bsu) menuju ke Bahasa

sasaran (Bsa) dengan tidak mengubah arti atau maksud yang ingin disampaikan

dalam bahasa sumber menuju bahasa sasaran. Secara luas, terjemah dapat

diartikan juga sebagai kegiatan manusia dalam pengalihan informasi atau pesan

dari informasi sumber menuju informasi sasaran atau dari bahasa sumber (Bsu)

menuju ke bahasa sasaran (Bsa).

Terkait dengan objek dalam proses penerjemahan ini sendiri pemilihan cerpen

hādza al-yaum sayajīu dalam buku kumpulan cerpen yā man kunta habībiy

sendiri merupakan objek penerjemahan yang mengalihkan bahasa sumber (BSu)

ke bahasa sasaran (BSa). Berlandaskan pada kenyataan yang penulis rasakan

bahwa cerpen ini merupakan satu bentuk karya sastra yang menarik untuk

Page 3: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

3

dibaca. Selain itu hasil terjemahannyapun dirasa cukup bagus dan membuat rasa

penasaran kepada penulis untuk mengkaji lebih dalam dari hasil terjemahnnya,

apakah benar-benar akurat sehingga menjadi nikmat untuk dikonsumsi oleh

pembaca hasil terjemahan cerpen tersebut.

Pemilihan objek formal yang difokuskan pada bentuk penambahan dan

pengurangan ini sendiri berdasarkan dari analisis penulis bahwasanya yang lebih

ditonjolkan dalam cerpen tersebut adalah adanya bentuk penambahan dan

pengurangan, baik pada cerpen aslinya yang terdapat pengurangan maupun pada

hasil terjemahannya yang menunjukan adanya penambahan pada unsur

pembentuk kalimat berupa kata, frasa, klausa.

Sedangkan hubungan antara teknik penambahan dan pengurangan dalam

penerjemahan dengan keakuratan dari hasil terjemahan sendiri yaitu, bahwasanya

tidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun

dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata.

Penambahan dan pengurangan yang dilakuakan di sini bukan semata berdasarkan

rasa enak atau tidak enaknya, akan tetapi lebih dari itu, teknik penambahan dan

pengurangan di sini merupakan suatu keharusan yang dilakukan guna mencapai

nilai keakuratan yang tepat.

Dari apa yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa seorang penerjemah harus

memiliki pemahaman yang baik akan teknik penerjemahan dan juga dapat

menggunakan sumber-sumber rujukan yang berkaitan dengan proses

penerjemahan guna penyalinan informasi dari Bahasa sumber menuju ke Bahasa

Page 4: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

4

sasaran. Hal ini agar suatu kegiatan penerjemahan itu menghasilkan suatu hasil

terjemahan yang mencakup tiga aspek yaitu keakuratan, keterbacaan dan

keberterimaan.

Untuk mencapai suatu hasil terjemahan yang baik juga ada proses-proses di

dalam kegiatan penerjemahan yang nantinya akan dapat menghasilkan suatu hasil

terjemahan yang baik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nida dalam pedoman

penerjemahan (2011: 23) mengemukakan bahwa proses penerjemahan biasanya

melewati tiga tahapan. Pertama, tahapan analisis sebagai upaya memahami teks

sumber melalui telaah linguistik dan makna, memahami materi yang

diterjemahkan, serta memahami konteks budaya. Kedua, tahapan pengalihan

makna atau pesan termaktub dalam teks sumber. Ketiga, tahapan rekonstruksi

sebagai upaya menyusun kalimat-kalimat terjemahan sampai diperoleh hasil

akhir terjemahan dalam bahasa target.

Dari apa yang telah dijabarkan di atas, penelitian ini dikhususkan tentang

keakuratan dari suatu hasil terjemahan cerpen dari bahasa sumber (Arab) ke

bahasa sasaran (Indonesia) dengan penekanan pada bentuk penambahan dan

penghilangan yang ada di dalamnya. Bentuk keakuratan itu sendiri berupa

ketersampaian pesan di mana pembaca dapat memahami maksud dari bacaan

secara jelas tanpa merasa ada kesulitan setelah terjadi peralihan dari bahasa

sumber ke bahasa sasaran dengan arti yang sepadan dengan bahasa sasaran.

Seperti contoh berikut ini,

BSu :

Page 5: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

5

تأة وراءه أو ف الب ي أو ف الشش ر , ف الب لد , ف الشتق يرتك التجل امل

Fīsy-syarqi yatrukur-rajulu al-mar‟ata warā'ahu, fīl baladi, aw fīl bayti, aw

fī'sy-syāri„i

BSa :

“Di Timur, laki-laki meninggalkan wanita di belakangnya, baik di kota, di

rumah maupun di jalan raya.”

Bentuk terjemahan tersebut merupakan terjemahan yang ketersampaian

pesannya dinilai baik karena, makna pada bahasa sumber (BSu) diterjemahkan

secara utuh ke dalam bahasa sasaran (BSa) tanpa ada pengurangan maupun

penambahan kata satupun, susunan katanya juga tepat sehingga pembaca bisa

memahaminya dengan mudah tanpa harus merasa kesulitan.

Suatu terjemahan dapat dikatakan sebagai terjemahan yang memiliki penilaian

yang akurat yaitu dimana makna kata atau teks sumber dialihkan secara akurat ke

dalam bahasa dan sasaran sama sekali tidak terjadi bentuk distorsi makna.

Contoh lain:

BSu :

تأة الت أقل منو ف الث ق فمج – و التجل الشتقي ل ي زال مع األسف ف التجتبمج. . ف الشخص مج . . ي فضل امل

Wa'r-rajulu a'sy syarqī lā yazālu ma„al „asifu- yufadhilul mar‟ata allatī

aqallu minhu fī'tsaqāfati fī'sy syakhshiyati fī't tajrībati.

Page 6: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

6

BSa :

“Laki-laki di Timur memilih wanita yang kurang pintar darinya,baik dalam

hal kepribadian maupun pengalaman”.

Berbeda lagi dengan terjemahan pada contoh pertama, dalam contoh kedua ini

terjadi penghilangan beberapa kata dalam Bahasa sumber yang tidak ada

terjemahannya dalam Bahasa sasaran yaitu ungkapan “ tidak ”ل ي زال مع األسف

diterjemahkan. Bentuk penghilangan yang seperti inilah yang akan menjadikan

sebuah hasil terjemahan menjadi kurang akurat karena telah terjadi perubahan

maksud dan arah cerita.

Adapun untuk menunjukan keakuratan dalam suatu hasil terjemahan itu

mencakup tiga instrumen kategori penilaian keakuratan hasil terjemahan, yaitu,

akurat, kurang akurat, dan tidak akurat. Semua akan di uraikan di dalam

pembahasan selanjutnya dalam penelitian ini. Hasil dari penulisan ini juga dapat

memberi manfaat kepada para masyarakat awam mengenai dunia penerjemahan

itu sendiri.

1.2 Pembatasan Masalah

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang

perhatiannya ditujukan kepada produk naskah terjemahan berupa unsur-unsur

pembentuk kalimat. Adapun secara khusus penelitian ini memusatkan pada

peninjauan bentuk penambahan dan pengurangan serta keakuratan terhadap

Page 7: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

7

sebuah hasil terjemahan yang baik dalam tataran frasa, klausa dan kata yang ada

dalam objek penelitian tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diutarakan oleh penulis di atas dengan beberapa

sedikit penjelasan tentang yang akan penulis bahas pada bab selanjutnya, maka

munculah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja bentuk penambahan dan pengurangan dalam terjemahan cerpen

hādza al-yaumu sayajī‟u dalam buku kumpulan cerpen yā man kunta chabīby

ke dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimana keakuratan dari hasil terjemahan cerpen hādza al-yaumu sayajī‟u

dalam buku kumpulan cerpen yā man kunta chabīby ke dalam bahasa

Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

Dari apa yang telah menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi bentuk-bentuk penambahan dan pengurangan dalam

terjemahan cerpen hādza al-yaumu sayajī‟u dalam buku kumpulan cerpen

yā man kunta chabīby.

2. Mengidentifikasi tingkat keakuratan suatu hasil terjemahan dari bahasa

sumber (BSu) menuju ke bahasa sasaran (BSa) dalam cerpen hādza al-

yaumu sayajī‟u dalam buku kumpulan cerpen yā man kunta chabīby dari

sudut pandang teknik penambahan dan pengurangan.

Page 8: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

8

1.5 Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan secara

praktis.

1. Manfaat teoritis

Tujuan secara teoritis dari dilakukannya penelitian ini diharapkan bisa

dimanfaatkan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai

tehnik penambahan dan pengurangan dalam proses penerjemahan hingga

dapat memiliki nilai keakuratan yang baik dalam terjemahan. Selain itu,

hasil penelitian ini juga bisa menjadi salah satu acuan untuk

dilaksanakannya penelitian selanjutnya terkait tentang akurasi

penerjemahan dan bisa menjadi rujukan bagi yang akan meneliti akurasi

penerjemahan dan adanya bentuk penambahan dan pengurangan dalam

teks terjemahan, baik pada novel, cerpen dan lainnya.

2. Manfaat praktis

Secara praktis juga dapat memberikan pengenalan kepada masyarakat

akan dunia terjemahan khususnya pada terjemahan Arab.

Klasifikasi data dalam penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan

kepada pembaca bentuk penambahan dan pengurangan yang terdapat

dalam terjemahan sehingga bisa menentukan nilai tingkat keakuratan dari

suatu hasil terjemahan tersebut. Selanjutnya pembaca juga bisa

mendapatkan kosakata yang baru serta mengetahui kosakata yang

dihilangkan atau ditambahkan dalam teks tersebut. Selanjutnya bisa

Page 9: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

9

memberikan alternatif pemahaman kepada pembaca dalam apresiasi sastra

dari sisi penerjemahan.

1.6 Tinjauan Pustaka

Banyak yang sudah melakukan penelitian tentang penerjemahan, baik itu

mulai dari novel, cerpen, subtitling film, buku petunjuk penggunaan barang

elektronik dan lain sebagainya. Beberapa yang telah melakukan penelitian

tentang bentuk akurasi penerjemahan yaitu,

1. Skripsi karya Siti Aisyah (2011) dengan judul “Analisis Akurasi dan

Efektivitas Terjemahan Buku Laa Tahzan”. (Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab

dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Dalam penelitian ini peneliti tersebut membahas tentang keakuratan makna

dalam suatu kalimat yang ditinjau dari efektif dan tidak efektifnya suatu

kalimat dalam terjemahan. Penelitian ini juga memiliki objek yang khas yaitu

buku keagamaan yang di dalamnya juga ada keterkaitan dengan kitab suci Al-

Qur‟an.

2. Mangatur Nababan, Ardiana Nuraeni dan Sumardiono, dalam sebuah

penelitian tentang penilaian keakuratan suatu terjemahan dengan judul

“Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan” (Jurnal Kajian

Linguistik dan Sastra UNS: 2012).

Penelitian yang telah dilakukan di atas merupakan sebuah penelitian dalam

bentuk studi kebijakan dalam penerjemahan, yang nantinya hasil dari

penelitian ini akan bisa dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai hasil

Page 10: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

10

terjemahan di Indonesia. Fokus penilaian terjemahan di sini yaitu dari bahasa

Inggris ke bahasa Indonesia.

Terkait tinjauan pustaka lain yang berhubungan dengan penambahan dan

pengurangan (loss and gain) yang terjadi dalam penerjemahan, ada beberapa

yang telah meneliti diantaranya yaitu:

1. Penelitian karya Sumardi yang membahas tentang pengurangan dan

penambahan makna pada terjemahan tuturan deklaratif dalam buku cerita A

child called “it” (Minat Penerjemahan Program Studi Linguistik,

Pascasarjana UNS: 2005).

Penelitian yang dilakukan di atas memiliki ciri khas yaitu, meneliti tentang

tuturan deklaratif dalam terjemahan bahasa anak dan apakah bisa

mempengaruhi terhadap tingkat kesepadanannya serta mengapa itu terjadi di

dalam terjemahan tersebut.

2. Penelitian karya Lilik Istiqomah tentang analisis penambahan dan

pengurangan makna pada terjemahan novel all American girl oleh Monica

Dwi Chresnayani (Minat Penerjemahan Program Studi Linguistik,

Pascasarjana UNS: 2009).

Penelitian ini memiliki kekhasan yaitu, menjelaskan pengaruh loss and gain

terhadap tingkat kesepadanan makna dan objek yang dikaji dalam penelitian

ini juga berupa novel.

Terkait dari beberapa tinjauan pustaka di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang telah disebutkan beberapa di atas memiliki kekhasannya masing-

Page 11: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

11

masing mulai dari yang mengkaji buku keagamaan dalam menentukan kalimat

efektif/tidak efektif yang terdapat dalam terjemahan, lalu penelitian untuk

membuat kebijakan dalam penilaian suatu hasil terjemahan yang nantinya dapat

digunakan sebagai fokus penilaian penerjemahan. Penelitian lainnya yang juga

masih dalam lingkup penerjemahan yang membahas tuturan deklaratif pada

bahasa anak hingga penelitian yang meneliti pengaruh loss and gain dalam

kesepadanan makna.

Sebagai pembeda dari penelitian yang telah ada sebelumnya, penulis di sini

memiliki kekhasan tersendiri yaitu bahwa penulis mengkhususkan pada mencari

bentuk penambahan dan pengurangan yang ada pada teks terjemahan serta

menilai tingkat keakuratannya berdasarkan teori keakuratan yang telah ada.

Sebagai pembeda lagi dari penelitian yang telah ada yaitu bahwa objek kajiannya

berupa cerpen Arab.

1.7 Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,

1. Teori penerjemahan

Penelitian yang dilakukan ini adalah sebuah penelitian tentang

penerjemahan yang berorientasi pada produk terjemahan. Inti dari

penerjemahan itu sendiri yaitu, adalah suatu kegiatan menyalin dan

memindahkan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan tidak

menghilangkan makna dan maksud dari isi teks yang ada pada bahasa sumber

tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kridalaksana (2008: 181) dalam

Page 12: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

12

memberikan definisi bahwa (1) penerjemahan adalah pengalihan amanat antar

budaya dan/atau antar bahasa dalam tataran gramatikal dan leksikal dengan

maksud, efek, atau wujud yang sedapat mungkin dapat dipertahankan; (2)

penerjemahan merupakan bidang linguistik yang mencakup metode dan teknik

pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain.

Hal senada juga dikatakan oleh Burdah (2004: 9) yang memberikan definisi

tentang penerjemahan adalah sebuah usaha memindahkan pesan dari bahasa

sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Dengan begitu penerjemahan

dalah merupakan sebuah proses usaha untuk memindah bahasakan dari satu

bahasa ke bahasa lainnya atau dengan kata lain dari bahasa sumber (BSu) ke

bahasa sasaran (BSa).

2. Teori penambahan dan pengurangan (loss and gain)

Terkait dengan strategi yang terjadi dalam penerjemahan itu sendiri peneliti

menganalisis dalam hal bentuk penambahan dan penghilangan yang terjadi di

dalamnya. Loss and gain merupakan suatu hal dalam penerjemahan yang

sering terjadi, hal ini yang dirasakan wajar dilakukan oleh penerjemah karena

makna dalam terjemahan tidak bisa sama mutlak dengan apa yang ada pada

BSu. Bassnet-Mc Guire mengatakan (1991: 30) Once the principle is accepted

that sameness cannot exist between two languges, it become possible to

approach the question of loss and gain in the translation process. Setelah

prinsip diterima bahwa kesamaan tidak bisa ada di antara dua bahasa, menjadi

mungkin untuk mendekati pertanyaan pengurangan dan penambahan dalam

Page 13: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

13

proses penerjemahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam

penerjemahan pasti ada bentuk penambahan dan pengurangan karena tidak

ada bahasa yang sama persis dalam kenyataannya baik dari susunan kalimat

atau frasa dan sebagainya. Zuchridin (2003: 67) mengatakan penambahan di

sini adalah penambahan berupa kata-kata dalam bahasa sasaran karena

struktur BSa yang menghendaki seperti itu. Penambahan ini bukanlah menjadi

masalah terhadap suatu pilihan melainkan suatu keharusan. Merupakan suatu

pilihan karena itu merupakan satu strategi dalam penerjemahan yang ada

dengan catatan tidak menghilangkan maksud asli yang akan disampaikan pada

bahasa sumber. Sedangkan, menjadi sebuah keharusan karena itu menuntut

dari keberterimaan pada struktur bahasa sasaran yang menghendaki seperti itu.

Sebagai contoh,

BSu :

تأة وراءه . أو ف الب ي أو ف الش ر , ف الب لد , ف الشتق يرتك التجل امل

Fī'sy syarqi yatrukur-rajulu al-mar‟atu warā'ahu, fīl baladi, aw fil

bayti, aw fī'sy syāri„i

BSa:

Di Timur, laki-laki meninggalkan wanita di belakangnya, baik di kota,

di rumah maupun di jalan raya.

Kata baik disitu merupakan bentuk penambahan yang dilakukan oleh

penerjemah yang merupakan suatu keharusan yang dilakukan agar bentuk

terjemahan di atas dapat berterima pada bahasa sasaran. Penambahan diatas

Page 14: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

14

merupakan satu bentuk keharusan yang ada demi keberterimaan dalam bahasa

sasaran (BSa). Pengurangan yang terjadi dalam penerjemahan juga sama

halnya dengan hal penambahan yaitu pengurangan ini berdasarkan suatu

keharusan demi keberterimaan pada bahasa sasaran (BSa).

Bisa dilihat dari adanya penambahan dan pengurangan di sini selaras

dengan yang dikatakan oleh Machali (2000: 47) bahwa akan halnya makna

kontekstual, ia terbentuk dari hubungannya dengan kata-kata lain yang

digunakan dalam teks.

3. Teori Kata

Kata adalah (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan

dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang

bebas; (2) Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terdiri dari morfem

tunggal atau gabungan morfem (Kridalaksana, 110: 2008).

Dalam kajiannya, kata terbagi ke dalam beberapa kategori, di antaranya

adalah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata

keterangan (adverbial), kata ganti (pronomina), kata sapaan, kata penunjuk,

kata bilangan (numeralia), kata penyangkal, kata depan (Preposisi), kata

penghubung (konjungsi), kata tanya, kata seru (interjeksi), kata sandang

(artikula) dan partikel penegas.

Sebagai contoh :

Bsu : (H-2/P-5/B-1)

. بب ا مة تيية

Thab‟an kalamun gharibun

Page 15: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

15

Bsa : (H-4/P-2/B-3)

Jelas ini adalah ucapan yang aneh.

Contoh diatas termasuk pada jenis penambahan dalam bentuk kata yang

memiliki fungsi sebagai kata tunjuk.

4. Teori Frasa

Kridalaksana menyebutkan dalam bukunya bahwa frasa (phrase) adalah

gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu

dapat rapat, dapat renggang (Kridalaksana, 66: 2008).

Sebagai contoh :

Bsu : (H-6/P-1/B-5)

ن ت بن م الن ء و أ ب ه الن ء و أ ب ه التجل أن ه تيد رج ا،

Annaha turidu rajulan, inna mujtama„ana mina'nnisā'I wa asybāhi'n-

nisā'i wa asybahi'r-rajuli

Bsa : (H-10/P-3/B-11)

Mereka menginginkan seseorang yang benar-benar laki-laki.

Pada contoh diatas termasuk salah satu dari kategori frasa yaitu frasa

adjektival pada jenis pengurangan yang terjadi dalam terjemahan (Bsa).

5. Teori Klausa

Klausa (clause) adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang

sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat, dan mempunyai potensi

untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 124: 2008).

Sebagai contoh :

Page 16: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

16

Bsu : (H-2/P-3/B-3)

.أن التج ل ل يت تاجب ن . . أنو ف يت تاجع

Tsumma 'annahu kaifa yatarāja„u 'an'arrijāla lā yatarāja„ūna.

Bsa : (H-2/P-2/B-9)

Persoalan yang lain adalah bagaimana caranya memohon untuk

kembali karena seorang laki-laki tidak pernah melakukan hal seperti

itu.

Contoh diatas termasuk pada salah satu bentuk panambahan dari salah

satu jenis klausa.

6. Teori Akurasi

Terkait dengan keakuratan penerjemahan, peneliti menggunakan teori

yang sudah dikembangkan oleh Nababan (2012), dari teori-teori yang

sebelumnya yang membahas tentang keakuratan suatu hasil terjemahan.

Penulis memilih teori yang telah dikembangkan oleh Nababan karena

menurut penulis bentuk acuan penilaian keakuratan yang ditunjukan menuju

pada penilaian deskriptif kuantitatif dalam menilai suatu akurasi

penerjemahan.

Bentuk dari parameter penilaian keakuratan suatu terjemahan yang

beliau sampaikan sebagai berikut. Penjelasan menurut diagram tabel

penilaian yang dibagi ke dalam tiga kategori penilaian keakuratan yaitu

akurat, kurang akurat, dan tidak akurat.

Kategori

Terjemah

Skor Parameter Kualitatif

Page 17: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

17

Akurat 3 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau

teks bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam

bahasa sasaran; sama sekali tidak menjadi distorsi

makna.

Kurang Akurat 2 Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa,

klausa, kalimat atau teks bahasa sumber sudah

dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran.

Namun, masih terdapat distorsi makna atau

terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna

yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan

pesan.

Tidak Akurat 1 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau

teks bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat ke

dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted).

Mengacu pada tabel penilaian keakuratan suatu hasil terjemahan di

atas, maka keakuratan suatu terjemahan bisa tergambarkan seberapa akuratkah

hasil penerjemahan yang telah dilakukan oleh penerjemah dari bahasa sumber

ke bahasa sasaran dengan tidak mengubah makna, atau tidak mengurangi

ketersampaian pesan yang ingin disampaikan dalam teks sumber kepada

pembacanya melalui bahasa sasaran yang telah diterjemahkan.

Page 18: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

18

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Objek Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang telah dikemukakan di atas maka

yang menjadi objek dari penelitian ini ada dua yaitu,

1.8.1.1 Objek Material

Terjemahan dari cerpen hadza al-yaumu sayajī‟u dalam buku

kumpulan cerpen yā man kunta chabīby yang diterjemahkan

menjadi “Suatu Saat Hari Itu Akan Datang” dalam buku kumpulan

cerpen “Pencari Cinta”

1.8.1.2 Objek Formal

a. Penambahan dan pengurangan yang terjadi dalam

penerjemahan cerpen hadza al-yaumu sayajī‟u pada buku

kumpulan cerpen yā man kunta chabīby ke dalam bahasa

Indonesia.

b. Keakuratan terjemahan yang sudah mengalami penambahan

dan pengurangan pada cerpen hadza al-yaumu sayajī‟u dalam

buku kumpulan cerpen “Pencari Cinta”.

1.8.2 Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Jenis data

objektif berupa cerpen yang terdapat di dalam buku kumpulan cerpen Arab

yang berjudul ”yâ man kunta chabîby”. Objek penelitian dalam penulisan

ini sendiri terdapat objek material yang berupa teks dari cerpen hadza al-

Page 19: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

19

yaumu sayajī‟u dan terjemahannya “Suatu Saat Hari Itu Akan Datang”.

Sedangkan untuk objek formalnya didapatkan dari buku, kamus, jurnal,

dan penelitian yang berhubungan dengan pembahasan.

1.8.3 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

teknik pengumpulan data dengan dokumen. Sebagaimana yang dikatakan

oleh Sugiyono (2014: 82) dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Berdasarkan dari dokumen yang

berbentuk karya sastra cerpen tersebut termasuk dalam data tulisan yang

dikumpulkan yaitu dengan mengumpulkan setiap bentuk kata, frasa dan

klausa, yang merupakan unsur pembentuk kalimat, yang ada dalam teks

sumber maupun teks sasaran, khususnya yang terkait dengan pembahasan

bentuk penambahan dan pengurangan serta keakuratan sebuah hasil

terjemahan.

Berkaitan dengan cara dalam mengumpulkan data ini langkah pertama

yaitu dengan membaca terlebih dahulu cerpen baik dalam bahasa

sumbernya (BSu) maupun pada bahasa sasarannya (BSa). Selanjutnya data

dikumpulkan dari bentuk kalimat terlebih dahulu, setelah itu dikategorikan

berdasarkan bentuk penambahan dan pengurangan, lalu setelah itu masuk

pada tahap pembagian berupa unsur yang membentuk kalimat berupa frasa,

klausa dan kata yang di dalamnya terjadi bentuk penambahan dan

pengurangan.

Page 20: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

20

1.8.4 Analisis Data

Penulis menggunakan model Miles dan Huberman untuk analisis data

yang dilakukan dalam penelitian ini. Pertama, periode pengumpulan data,

yaitu mengumpulkan data yang terkait dengan penelitian yang akan

dilakukan. Selanjutnya reduksi data yaitu, mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting. Dengan demikian data yang telah terkumpul dapat mempermudah

peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan. Dalam reduksi data ini maka nantinya data akan dibagi ke

dalam 3 (tiga) kategori yaitu kalimat yang di dalamnya terdapat

penambahan, kalimat yang di dalamnya terdapat pengurangan, dan kalimat

yang di dalamnya terdapat penambahan dan pengurangan sekaligus.

Tahap selanjutnya display data (menyajikan data) yaitu, dalam

penyajian datanya bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat atau bagan,

hubungan antar kategori. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) dalam

buku Memahami Penelitian Kualitatif Sugiyono (2014: 95) menyatakan

“the most frequent form of display data for qualitative research data in the

past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif. Adapun rancangan penerapannya pada penelitian ini yaitu

dengan menaruh salah satu data pada bagian pembahasan dari sekian data

Page 21: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

21

yang telah dibagi dalam beberapa kategori dan meletakannya pada masing-

masing kategori pembahasan tersebut beserta penjelasannya.

Setelah menempuh langkah-langkah di atas maka tahapan selanjutnya

adalah verification atau verifikasi data dan penarikan kesimpulan.

Dikatakan Sugiyono (2014: 99) bahwa kesimpulan dalam penelitian

kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas.

Pada bagian ini merupakan bagian akhir dari analisis data yaitu dengan

mendeskripsikan atau memberikan poin-poin kesimpulan dari apa yang

sudah dibahas. Pertama, dengan menarik kesimpulan dari

pengklasifikasian data yang sudah dilakukan, lalu bentuk apa saja yang

menjadi penambahan dan pengurangan yang terdapat dalam unsur

pembentuk kalimat, setelah itu barulah masuk pada penilaian dari tingkat

keakuratan hasil terjemahan tersebut.

1.8.5 Lampiran Data

Dalam penulisan ini data yang akan dilampirkan di sini berupa

lampiran teks cerpen dalam Bahasa sumber (BSu) dan terjemahannya

dalam Bahasa sasaran (BSa). Dilampirkan juga data-data penelitian yang

dirasa perlu untuk menunjukan keberadaan permasalahan dalam penelitian

Page 22: BAB I PENDAHULUANtidak ada bahasa yang sama persis baik dari segi susunan kalimatnya maupun dari unsur pembentuk kalimat tersebut, baik berupa frasa, klausa, dan kata. Penambahan dan

22

yang dilakukan oleh penulis berupa tabel kategorisasi data yang telah

diklasifikasikan.

1.8.6 Sistematika Penulisan

Adapun dalam bentuk penulisan penulisan penelitian ini, penulis

membaginya ke dalam tiga bab utama yaitu, bab pertama, berupa

pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan metode

penelitian. Bab kedua, memuat tentang pembahasan tehnik penambahan

dan pengurangan dalam penerjemahan cerpen hādza al-yaumu sayajī‟u

dalam buku kumpulan cerpen yā man kunta chabīby yang terkait dengan

nilai keakuratannya. Bab ketiga, yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan

saran.