4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimat
-
Upload
busitisahara -
Category
Documents
-
view
14.786 -
download
20
Transcript of 4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimat
Kata, Frase, Klausa dalam Kalimat
Dra. Siti Sahara
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
Istilah sintaksis berasal dari bahasa
Yunani
(Sun + tattein) yang berarti mengatur
bersama-sama.
Manaf (2009 : 3) menjelaskan bahwa
sintaksis adalah cabang linguistik
yang membahas struktur internal
kalimat. Struktur internal kalimat yang
dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.
Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis
terkecil dan kalimat adalah objek kajian
sintaksis terbesar.
Pengertian Sintaksis
Ø Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa sintaksis adalah
cabang linguistik yang mempelajari pengaturan dan hubungan antara
kata dan kata, atau antara kata dan satuan–satuan yang lebih besar,
atau antar satuan yang lebuih besar itu dalam bahasa.
Ø Ramlan (1981) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang ilmu
bahasa yang membicarakan seluk–beluk wacana, kalimat, klausa,
dan frase.
Ø Jadi sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur
internal kalimat: frasa, klausa, dan kalimat.
Apabila dilihat dari unsur terkecil, yaitu kata: kata unsur
pembentuk frase, frase pembentuk klausa, klausa pembentuk
kalimat, kalimat pembentuk wacana.
Fungsi kajian
sintaksis terdiri atas
beberapa komponen.
Diantaranya subjek,
predikat, objek,
pelengkap dan
keterangan.
.
Kata, Frasa, Klausa, Dalam Kalimat
. Definisi Kata
1. Kata: sebagai satuan gramatikal
yang terdiri dari satu morfem atau
lebih yang menjadi unsur langsung
pembentukan frase atau klausa.
2. Kata: dalam bahasa lisan deretan
bunyi yang mengandung arti.
3. Kata: dalam bahasa tulis deretan
huruf yang mengandung arti.
Kelas Kata
“Kelas kata” adalah istilah dalam tatabahasa struktural.
“Jenis kata” dalam tatabahas tradisional.
Jenis Kata
1. Kata Benda (nomina) rumah, air, angin, Tuhan, dsb. 2. Kata Kerja (verba) tidur, menangis, berjalan, dsb. 3. Kata Sifat/keadaan (adiectiva) tinggi, cantik, lama, dsb. 4. Kata Ganti (pronomina) aku, kami, kita, dia, dsb. 5. Kata Bilangan (numeralia) satu, dua, tiga, dsb. 6. Kata Keterangan (adverbia) sudah, selesai, dsb. 7. Kata Sambung (coniunctio) dan, tetapi, serta, dsb. 8. Kata Depan (praeposito) di, ke, dari, pada, dsb. 9. Kata Sandang (articula) yang, si, sang, hang, dsb. 10. Kata Seru (interjectio) ya, wah, ah, hai, o, oh, dsb.
(Dr. Gorys Keraf 1982 : 61)
Frase
Frasa:
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih
yang bersifat nonpredikatif atau lazim
juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat
(Chaer, 2003 : 222). Contoh: bayi sehat,
pisang goreng, baru datang, sedang
membaca
Widjono (2007:140) membedakan frasa berdasarkan kelas kata
Jenis Frase atau kelas kata: 1. Frasa verbal (kata kerja) 2. Frasa adjektival (kata sifat) 3. Frase nominal (kata benda) 4. Frasa adverbial (keterangan kata sifat) 5. Frasa pronominal (kata ganti) 6. Frasa numeralia (kata bilangan) 7. Frasa interogativa koordinatif (kata tanya) 8. Frasa demonstrativa koordinatif (dua kata tidak saling menerangkan) 9. Frasa preposisional koordinatif (kata depan tidak saling menerangkan)
Klausa
Klausa: adalah suatu gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Gorys Keraf 1984 :138). Klausa berpotensi menjadi kalimat.
(Manaf 2009 :13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, dan perintah.
Klausa
Widjono (2007 : 143) membedakan klausa sebagai
berikut:
1. Kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap
klausa memiliki kedudukan yang
sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun
dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling
menerangkan.
Contoh:
- Rima membaca buku, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama ”Rima membaca buku”. Klausa
kedua
”adiknya bermain catur”. Keduanya tidak saling
menerangkan.
Klausa
2. Klausa kalimat majemuk bertingkat
(Subordinatif)
dibangun dengan klausa yang berfungsi
menerangkan klausa lainnya. Contoh:
- Orang itu pindah ke Jakarta setelah
suaminya
bekerja di Bank Indonesia.
Klausa ”Orang itu pindah ke
Jakarta” sebagai klausa utama (lazim
disebut induk kalimat) dan klausa
kedua ”suaminya bekerja di Bank
Indonesia” merupakan klausa sematan
(lazim disebut anak kalimat).
.
Klausa
3. Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat, terdir atas tiga klausa atau lebih. Contoh:
- Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. Kalimat di atas terdiri atas tiga klausa yaitu.
1) Dia pindah ke Jakarta (klausa utama) 2) Setelah ayahnya meninggal (klausa
sematan) 3) Ibunya kawin lagi (klausa sematan) 1) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat) 2) Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
.
Definisi Kalimat
Kalimat: adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
.
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
merupakan kesatuan pikiran (Widjono :146).
Manaf (2009 :11) lebih menjelaskan dengan
membedakan kalimat menjadi bahasa lisan
dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat
adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri
sebagai berikut:
(1) satuan bahasa yang terbentuk atas
gabungan kata dengan kata, gabungan
kata dengan frasa, atau gabungan frasa
dengan frasa, yang minimal berupa sebuah
klausa bebas yang minimal
mengandung satu subjek dan prediket, baik
unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit.
.
Lanjut
(2) Satuan bahasa itu didahului oleh suatu
kesenyapan awal, diselingi atau tidak
diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri
dengan kesenyapan akhir yang berupa
intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya,
intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan
bahasa yang diawali oleh huruf kapital,
diselingi atau tidak diselingi tanda koma
(,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan
diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu
tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda
seru (!).
Fungsi Sintaksis dalam Kalimat
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah
”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh
bentuk bahasa tertentu (Manaf 2009 : 34). Wujud
fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P),
objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (ket).
Tidak semua kalimat harus mengandung
semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi
sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat
adalah subjek dan prediket, sedangkan
unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan
keterangan merupakan unsur penunjang
dalam kalimat.
Ciri-Ciri Kalimat
Susilo (1990 : 2) mengemukakan lima ciri
kalimat bahasa Indonesia ialah:
- bermakna, bersistem, urutan frase,
dapat berdiri sendiri dalam
hubungannya, dengan kalimat yang
lain, berjeda atau berhenti dengan
berakhirnya intonasi.
Latihan Yuk!
Tentukan: Kalimat sederhana, Kalimat luas, dan Kalimat gabung Wacana di bawah ini
Wacana
1) Aku sebetulnya seorang artis. 2) Sukses yang kuperoleh di bidang lain, tidak lain karena nasib baik. 3) Aku bekerja sebagai penulis interviu dan artikel mengenai bintang film dan tokoh-tokoh Hollywood yang dimuat di luar negeri dalam majalah perdagangan dan film Inggris. 4) Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan yang besar darinya. 5) Sungguh, sukses yang kuperoleh lebih dari-pada cukup, kesenangan dan keselamatan terjamin. 6) Tapi rasa jemu mengamuk jua dalam jiwaku. 7) Aku tidak puas dan keadaanku jauh dari bahagia. 8) Seringku inginkan untuk menjadi untuk menjadi seorang penyelidik, dan tentunya menjelajah tempat-tempat yang jauh. 9) Aku ingin melukis, lain tidak, tapi banyak hal-hal yang menghambat. 10) Aku berpendapat, bahwa orang-orang yang kukenal mempunyai pendapat yang dangkal. 11) Tujuan dan ambisi mereka berbedah jauh dengan getaran jiwaku.
Latihan: Soal
Teks: Kalimat-kalimat tunggal di bawa ini jadikan sebuah “kalimat gabung!”.
1. Gadis itu kecil.
2. Gadis itu penjaja kue.
3. Gadis itu kemarin dikabarkan hilang.
4. Gadis itu ditemukan tadi pagi.
5. Gadis itu ditemukan oleh seorang polisi.
6. Gadis itu hendak menumpang sebuah
kapal kecil.
7. Gadis itu hendak berangkat ke Bengkulu.
Latihan: Soal
Teks: Jadikanlah kalimat gabung di bawah
ini menjadi “5” buah kalimat
sederhana!
* Keindahan sawah dan ladang, lereng
bukit serta kabutnya yang mempesona,
Gunung Penanggungan yang
kehijauan, serta puncak semeru yang
jauh dan kebiru-biruan, dengan
awannya yang penuh rahasia selalu
memenuhi jiwanya.
1. Adjat Sakri. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB, 1994.2. Ida Bagus Putrayasa. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama, 2006.3. M. Ramlan. Morfologi; Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono, 1985.4.--------------. Sintaksis; Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: CV Karyono, 1986.5. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD). Jakarta: Pusat Bahasa.6.Sudarnao, Eman A. Rahman. Kemampuan Berbahasa Indonesia, PT Hikmat Syahid Indah, 1986
Buku Sumber
.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina
Press.Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata ` Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
. DAFTAR PUSTAKA