BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk...

37
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian nasional digerakkan oleh para pelaku ekonomi, baik perorangan maupun institusi yang mepunyai tujuan memperoleh keuntungan. Para pelaku ekonomi melakuan kegiatan ekonomi dengan menggunakan bentuk usaha yang bervariasi, dan menjalankan usaha yang bervariasi pula. Hal ini diungkapkan oleh Sri Rejeki Harono sebagai berikut : Kegiatan ekonomi masyarakat pada hakekatnya dilaksanakan oleh para pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi terdiri atas perorangan dan institusi yang bertujuan komersial dengan istilah badan usaha atau korporasi. Kegiatan ekonomi dilaksanakan dalam berbagai sekala dan berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan dimaksud dapat meliputi baik dalam bentuk produksi (barang dan atau jasa), perdagangan (barang atau jasa), maupun perantara, baik berskala lokal, nasional maupun internasional. 1 Selain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula dalam eksistensinya didalam hukum nasional dan kedudukan institusinya. Mengenai hal ini Sri Redjeki Hartono mengungkapkan; Pelaku ekonomi di Indonesia pada hakekatnya sangat bervariasi, baik; mengenai eksistensinya didalam peraturan, kegiatan maupun kedudukan institusinya. Pada strata terendah, misalnya terdiri dari pelaku ekonomi perorangan 1 Sri Rejeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Ekonomi , Mandar Madju, Bandung, hal. 70.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian nasional digerakkan oleh para pelaku ekonomi,

baik perorangan maupun institusi yang mepunyai tujuan memperoleh

keuntungan. Para pelaku ekonomi melakuan kegiatan ekonomi

dengan menggunakan bentuk usaha yang bervariasi, dan menjalankan

usaha yang bervariasi pula. Hal ini diungkapkan oleh Sri Rejeki

Harono sebagai berikut :

Kegiatan ekonomi masyarakat pada hakekatnya dilaksanakanoleh para pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi terdiri atasperorangan dan institusi yang bertujuan komersial denganistilah badan usaha atau korporasi. Kegiatan ekonomidilaksanakan dalam berbagai sekala dan berbagai bentukkegiatan. Kegiatan dimaksud dapat meliputi baik dalambentuk produksi (barang dan atau jasa), perdagangan (barangatau jasa), maupun perantara, baik berskala lokal, nasionalmaupun internasional.1

Selain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang

lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula dalam

eksistensinya didalam hukum nasional dan kedudukan institusinya.

Mengenai hal ini Sri Redjeki Hartono mengungkapkan;

Pelaku ekonomi di Indonesia pada hakekatnya sangatbervariasi, baik; mengenai eksistensinya didalam peraturan,kegiatan maupun kedudukan institusinya. Pada strataterendah, misalnya terdiri dari pelaku ekonomi perorangan

1 Sri Rejeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Mandar Madju,Bandung, hal. 70.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

2

dengan kekuatan modal yang relatif terbatas. Pada stratamenengah ke atas dapat dijumpai beberapa bentuk badanusaha, baik yang bukan badan hukum maupun yangmempunyai status badan hukum, jyaitu perseroan ataukoperasi sebagai suatu korporasi.2

Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan dan

pertumbuhan dibidang ekonomi dan bisnis (usaha) demikian pesat.

Perkembangan tersebut demikian atraktif, dinamis, sangat prospektif

dan penuh persaingan.3 Dalam menopang pertumbuhan dunia usaha

tidak dapat dipungkiri diperlukan modal (dana) dalam persaingan

yang semakin ketat dan kompetitif. Tanpa adanya modal atau dana

yang memadai, suatu kegiatan usaha mustahil dapat berjalan seperti

yang diharapkan.

Setiap perusahaan dalam bentuk atau skala apapun, selalu

membutuhkan dana yang cukup agar laju kegiatan usaha serta

perkembangannya dapat diharapkan terwujud sesuai dengan rencana.

Kebutuhan dana, adakalanya dapat dipenuhi sendiri sesuai dengan

kemampuan perusahaan, tetapi adakalanya dana tersebut sulit

didapat. Untuk itu dibutuhkan bantuan pihak lain yang bersedia

membantu menyediakan dana sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2 Sri Redjeki Hartono, Pengembangan Korporasi Sebagai Pelaku Ekonomi diIndonesia, Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Pengembangan HukumNasional VIII, Denpasar, 14-18 Juli 2003, h. 1.

3 Syarin Naihasy, 2007, Hukum Bisnis (Business Law), Mida Pustaka, Yogyakarta,hal.7.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

3

Secara umum, kebutuhan dana dapat dipenuhi oleh bank sebagai

salah satu perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Meskipun

demikian, bank tidak selalu mampu memenuhi setiap permintaan

kebutuhan dana. Kebutuhan dana yang relatif makin berjalan sejalan

dengan laju pertumbuhan dunia usaha, maka perlu dicari alternatif lain

untuk mendapatkan dana selain dari bank. Upaya-upaya untuk itu antara

lain dengan mencari lembaga pembiayaan yang kiranya dapat

dimanfaatkan sebagai alternatif sumber pendanaan perusahaan.

Adapun lembaga pembiayaan tersebut diantaranya adalah lembaga

Anjak Piutang (Factoring). Guna mendapatkan bantuan pendanaan

perusahaan, pelaku usaha dapat memanfaatkan lembaga perbankan

untuk mendapatkan pinjaman melalui fasilitas kredit yang

ditawarkan. Seperti diketahui, secara konvensional lembaga

keuangan/pembiayaan bank disamping kegiatannya menghimpun

dana dari masyarakat juga menyalurkan pinjaman dalam bentuk

kredit kepada masyarakat yang membutuhkan.

Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi

orang perseorangan, badan-badan usaha menyimpan dana atau

mendapatkan dana. Melalui kegiatan perkreditan, bank melayani

kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem

pembayaran semua sektor ekonomi.4

4 Hermansyah, 2006, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana PrenadaMedia Group, Jakarta, h. 7.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

4

Pendanaan perusahaan tidak hanya bisa didapatkan dari bank

saja, tetapi bisa juga didapatkan dari lembaga bukan bank, seperti

melalui lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan adalah salah

satu bentuk usaha di bidang lembaga keuangan non bank yang

mempunyai peranan sangat penting dalam pembiayaan dan

pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di Indonesia.5

Kegiatan lembaga pembiayaan dilakukan dalam bentuk

penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana

secara langsung dari masyarakat. Kegiatan lembaga pembiayaan

yang pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Indonesia

adalah kegiatan sewa guna usaha (leasing)., dan kemudian

berkembang lembaga-lembaga pembiayaan lainnya seperti; modal

ventura, kartu kredit, pembiayaan konsumen, dan anjak piutang

(factoring).

Tumbuh dan berkembangnya lembaga pembiayaan tidak dapat

dilepaskan dari adanya berbagai deregulasi. Hal ini bisa dilihat dari

upaya pemerintah dalam meningkatkan usaha pembiayaan yang

dikonkritkan melalui deregulasi dengan Peraturan Presiden Nomor 9

Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan. Menurut pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden

No. 9 Tahun 2009 Lembaga Pembiayaan adalah "badan usaha yang

5 Rachmat, 2002, Multi Finance Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, PembiayaanKonsumen, C.V. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, h. 1

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

5

melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

barang modal."

Dari pengertian Lembaga Pembiayaan di atas, ada 2 (dua)

unsur pokok yang dapat ditarik yaitu : pertama, melakukan kegiatan

dalam bentuk penyediaan dana dan/atau barang modal, kedua, tidak

ditegaskan bahwa lembaga pembiayaan dapat menarik dana secara

langsung dari masyarakat.6

Lembaga pembiayaan dimaksud berdasarkan pasal 2 Peraturan

Presiden Nomor 9 Tahun 2009 dan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 84/PMK.012/2006 Lembaga Pembiayaan meliputi:7

1. Perusahaan Pembiayaan

2. Perusahaan Modal Ventura

3. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur

Selanjutnya kegiatan perusahaan pembiayaan meliputi ;

1. Sewa guna usaha

2. Anjak Piutang

3. Usaha Kartu Kredit dan / atau

4. Pembiayaan Konsumen

Salah satu lembaga pembiayaan yang juga sedang

berkembang dan mulai diminati oleh masyarakat adalah lembaga

6 Harry Harsojono Notodiporo, 1982, Kemungkinan-kemungkinan AplikasiLembaga Pembiayaan di Indonesia, Jakarta. h. 2

7 Zudin Arif Fakrulloh, 2001, Aspek Hukum Kerjasama Perusahaan ModalVentura Dengan Perusahaan Pasangan Usaha, Pro Justitia, Tahun XIX Nomor 3 Juli, h.87.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

6

pembiayaan Anjak Piutang (Factoring). Sebagai lembaga

pembiayaan, factoring masih tergolong baru dan belum begitu

banyak dikenal, bahkan pada perkembangannya terakhir, factoring

masih terbatas dimanfaatkan oleh pengusaha-pengusaha besar saja.

Padahal sebenarnya usaha kecil dan menengah dapat juga

memanfaatkan lembaga Anjak Piutang (Factoring) sebagai alternatif

pendanaan perusahaan.

Pengertian factoring atau Anjak Piutang di Indonesia yang

merupakan hasil adopsi dari Common Law System, juga dijumpai

dalam referensi formal isi Kamus Bank Indonesia, yaitu sebagai

kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan

serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu

perusahaan atau transaksi perdagangan dalam atau luar negeri,

sedangkan perusahaan yang melakukan Anjak Piutang disebut

penganjak piutang (Factoring) dan pengertian penganjak piutang

adalah pihak yang kegiatannya membeli piutang pihak lain dengan

menanggung resiko tak terbayarnya utang.8

Mengacu pada ketentuan pasal 1 angka 6 Peraturan Presiden

Nomor 9 tahun 2009, Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan

pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek

suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Dari

8 Rinus Pantouw, 2006, Hak Tagih Factor Atas Piutang Dagang, Kencana PrenadaMedia Group, Jakarta, h. 8.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

7

pengertian Anjak Piutang (Factoring) tersebut ada 3 pihak yang

terlibat dalam transaksi anjak piutang yaitu ;

1. Pihak Perusahaan Anjak Piutang (Factor)

Perusahaan factor adalah perusahaan yang bergerak dibidang

pembelian dan atau pengalihan piutang dagang.

2. Pihak Klien

Klien adalah perusahaan yang menjual dan atau mengalihkan

piutang dagang.

3. Pihak Customer

Adalah pihak yang mempunyai hutang dagang kepada klien.

Dalam transaksi Anjak Piutang (Factoring) terdapat

adanya pengalihan piutang/tagihan oleh klien sebagai pemilik

piutang kepada perusahaan Factor yang bersedia menerima atau

membeli piutang/tagihan tersebut. Pihak yang memiliki hutang

kepada klien disebut customer. Mengingat piutang/tagihan klien

terhadap customer itu sudah dialihkan kepada perusahaan Factor,

maka selanjutnya perusahaan Factor itulah yang mempunyai hak

untuk menagih piutang/tagihan itu kepada customer.

Sehubungan dengan pengalihan piutang dari klien kepada

perusahaan anjak piutang (factor) mengenai prosesnya mendapatkan

pengaturannya dalam KUH Perdata, karena disana ada ketentuan

tentang hal-hal yang berkaitang dengan pengalihan piutang yang

disebut Subrograsi, Novasi, Cessie. Ketiga bentuk bangunan hukum

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

8

ini mempunyai kaitan erat dengan Factoring. Menurut Pasal 1400

KUH Perdata, yang dimaksud dengan Subrogasi adalah perpindahan

hak kreditur kepada pihak ketiga, dimana pihak ketiga tersebut

melakukan pembayaran harga piutang yang bersangkutan kepada

kreditur. Sementara yang dimaksud dengan Novasi tidak lain dari

pembaharuan hutang.9 Kemudian yang disebut Cessie adalah

penyerahan piutang dari kreditur lama kepada kreditur baru.10

Dalam konteks kepentingan kegiatan usaha atau perusahaan,

tidak mudah mencari dana segar, apalagi pemain baru di dunia usaha.

Pada satu sisi mereka mempunyai piutang atau tagihan, namun belum

jatuh tempo, sementara kebutuhan dana segar makin mendesak untuk

menjalankan usaha. Salah satu solusinya adalah anjak piutang

(Factoring).11

Skema yang ditawarkan perusahaan Anjak Piutang

(Factoring) pada hakekatnya memikat dan mengandung manfaat bagi

perusahaan (klien) yang memiliki piutang atau tagihan. Adapun

manfaatnya diantaranya:

Pertama, penyediaan dana segar. Dengan pola transaksiekspor biasa, eksportir akan menunggu cukup "lama untukmenerima dana tunai dan pihak importir melalui banknya ataubank lain sebagai bank pembayar (paying bank). Itu pun

9 Munir Fuady, 2006, Hukum tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek), PTCitra Aditya Bakti, Bandung, hal 72-73.

10 Ibid, hal. 74.

11 Paul Sutaryo, Melirik Pembiayaan Anjak Piutang, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0308/22finansial/504395. htm

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

9

sejauh tidak ada perselisihan atau segala sesuatu sudah sesuai(comply with) dengan syarat-syarat yang disetujui dalam letterof credit (L/C). Dengan skema anjak piutang mi, eksportirtidak perlu menunggu terlalu lama untuk memperoleh danatunai.

Kedua, terjaminnya kelancaran usaha. Dana segar ini dapatdimanfaatkan sebagai modal kerja tambahan "untukmenjalankan roda bisnis lebih lanjut. Dampak positif yangpaling manis untuk dinikmati adalah aliran kas lancar. Dengandemikian, bisnis selanjutnya akan tetap lebih cepat berjalan.

Ketiga, mitigasi risiko kredit. Dengan pola anjak piutang ini,sejatinya pihak eksportir atau perusahaan yang memilikipiutang atau tagihan akan merasa aman, karena mereka tidakperlu lagi memikirkan piutang atau tagihannya. Itu semuasudah diambil alih perusahaan anjak piutang. Inilah manfaatbagi pihak klien karena pembelian atau pengambilalihantersebut berdasarkan tanggung jawab without recourse ataunonrecourse.12

Dari sisi ekonomi tidak dapat dipungkiri adanya manfaat dari

lembaga pembiayaan anjak piutang, namun dari segi hukum tidak

dapat dihindari dapat muncul persoalan-persoalan hukum yang

memerlukan perhatian secara serius. Hal mana terjadi karena

landasan hukum anjak piutang hanya berbentuk Keputusan Presiden

dan Keputusan Menteri. Belum ada peraturan khusus yang berbentuk

undang-undang yang mengatur tentang lembaga pembiayaan,

khususnya Anjak Piutang (Factoring).

Dalam praktek Lembaga Pembiayaan Anjak Piutang sangat

mungkin bisa terjadi pihak customer tidak merasa terikat untuk

membayar utang kepada perusahaan factoring dengan dalih tidak ada

12 Ibid.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

10

ikatan/hubungan hukum, dan hubungan hukum hanya ada dengan

klien. Apabila terjadi hal seperti itu perlu dilakukan penelusuran

hukum tentang mekanisme atau persyaratan hukum yang harus

dipenuhi agar pengalihan piutang oleh klien kepada perusahaan

factoring mengikat customer.

Selain itu dapat terjadi pula karena sesuatu hal customer tidak

dapat memenuhi kewajibannya membayar utang kepada perusahaan

factor. Dalam hal ini menimbulkan pertanyaan tentang tanggung

jawab pihak klien sebagai pihak yang telah menjual atau

mengalihkan piutang tersebut kepada perusahaan factor.

Ketika telah disepakati piutang klien terhadap customer

dialihkan kepada perusahaan factor, maka selanjutnya resiko

kerugian akibat adanya kegagalan penagihan ada ditangan

perusahaan factor. Dalam konteks ini penting untuk diperhatikan

mengenai perlindungan hukum bagi perusahaan factor.

Persoalan hukum sebagaimana diutarakan di atas tidak mudah

untuk diberikan jawabannya yang pasti, mengingat tidak jelasnya

norma hukum yang mengaturnya. Aturan hukum yang ada di

Indonesia mengenai hal itu hanya diketemukan didalam Keputusan

Presiden No. 61 tahun 1988 yang mengatur tentang Lembaga

Pembiayaan dan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.

448/KMK.01/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan, sehingga aturan

Anjak Piutang hanyalah diketemukan sebagai salah satu bagian di

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

11

dalam Hukum Administrasi yang mengatur tentang jenis-jenis

kegiatan perusahaan pembiayaan.

Dengan demikian terlihat pengaturan hukum dibidang

lembaga pembiayaan Anjak Piutang terlihat masih sederhana dan

belum lengkap.13 Konsekuensi hukum administrasi adalah

memberikan aturan yang hanya mengikat para anggota perusahaan

dibidang usaha anjak piutang saja.14

Apabila dikaji berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9

Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayan, di dalamnya hanya

mengatur mengenai ketentuan umum, jenis, kegiatan usaha,

pendirian lembaga pembiayaan dan apabila dikaji berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK. 012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan juga hanya mengatur mengenai ketentuan

umum, kegiatan usaha, tata cara pendirian, kepemilikan dan

kepengurusan. Sedangkan mengenai tanggung jawab sebagai klien

maupun perlindungan hukum terhadap perusahaan factor dalam hal

terjadinya kegagalan penagihan piutang dagang belum ada

pengaturannya. Dalam sistem hukum Indonesia menganut prinsip

kebebasan berkontrak inilah yang menjadi basis utama terhadap

justifikasi adanya pranata hukum anjak piutang (factoring) dengan

persoalan-persoalan hukum yang menyertainya. Berdasarkan hal

13 Rinus Pantouw, Loc.Cit.

14 Rinus Pantouw, Op.Cit, h. 14.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

12

inilah penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang

“TANGGUNGJAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN

PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG

(FACTORING)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana

dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan 2 (dua) masalah pokok

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tanggung jawab klien dalam hal adanya kegagalan

penagihan piutang dagang oleh perusahaan factor ?

2. Apa bentuk perlindungan hukum terhadap perusahaan factor dari

kemungkinan adanya kegagalan penagihan piutang dagang kepada

customer ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Agar pembahasan dalam proposal penelitian ini tidak jauh

keluar dari cakupan permasalahan yang akan dibahas, maka ruang

lingkup masalah dalam penulisan proposal ini hanya dibatasi pada :

1. Tanggung jawab klien dalam hal adanya kegagalan penagihan

piutang dagang oleh perusahaan factor.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

13

2. Bentuk perlindungan hukum terhadap perusahaan factor dari

kemungkinan adanya kegagalan penagihan piutang dagang kepada

customer.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk

memahami tentang aspek hukum berkaitan dengan

pengalihan piutang pada kelembagaan Anjak Piutang

(Factoring) sebagai lembaga pembiayaan. Pemahaman dari

segi hukum sangat penting artinya, mengingat Factoring

sangat besar perannya sebagai alternatif pembiayaan bagi

perusahaan.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang tanggung jawab

klien dalam hal adanya kegagalan penagihan piutang dagang

oleh perusahaan factor.

2. Untuk mengetahui dan memahami tentang Bentuk

perlindungan hukum terhadap perusahaan factor dari

kemungkinan adanya kegagalan penagihan piutang dagang

kepada customer.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

14

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat positif bagi perkembangan ilmu hukum,

khususnya bidang hukum pembiayaan yang keberadaannya

sangat dibutuhkan dalam menopang aktivitas lembaga

pembiayaan sebagai sumber pendanaan perusahaan.

1.5.2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan atau kontribusi bagi pemerintah,

khususnya pembuat undang-undang dalam menyiapkan

perangkat hukum yang lebih memadai untuk mengatur

lembaga-lembaga pembiayaan, terutama lembaga pembiayaan

Anjak Piutang (Factoring).

1.6. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang dilakukan

ada beberapa hasil penelitian tesis yang telah dilakukan oleh peneliti

terdahulu yang berkaitan dengan penulisan tesis ini namun berbeda

baik dari segi substansi maupun permasalahan pokok yang dikaji.

Sebagai sumber informasi dan referensi dalam melakukan

penelitian, sehingga nantinya hasil penelitian tesis ini dapat

dipertanggungjawabkan tingkat keasliannya (orisinalitasnya), maka

Page 15: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

15

berikut ini dipaparkan beberapa hasil penelitian tesis terdahulu

sebagai berikut;

1. Penelitian tesis tentang Aspek Hukum Transaksi Anjak

Piutang/Factoring (Suatu Studi tentang Jasa Pembiayaan Melalui

Perusahaan Anjak Piutang/Factoring di Indonesia) oleh Aniek

Tyaswati Wiji Lestari, Universitas Diponegoro Tahun 1998 di

Semarang, dengan beberapa permasalahan pokok yang dikaji

yaitu ; 1) Bagaimana konstruksi hukum pengalihan piutang pada

transaksi anjak piutang (factoring) tersebut dalam hukum

Indonesia; 2) Bagaimana hubungan hukum para pihak dalam

transaksi anjak piutang (factoring); 3) Sejauhmana kalangan

dunia usaha memanfaatkan jasa jpembiayaan melalui Perusahaan

Anjak Piutang (factoring); 4) Seberapa jauh upaya-upaya yang

dilakukan Perusahaan Anjak Piutang (factoring) dalam rangka

melindungi kepentingannya terhadap Klien dan Customer.

2. Penelitian tesis tentang Analisis Hak dan Kewajiban Para Pihak

Pada Perjanjian Jual Beli Piutang Dalam Pembiayaan Anjak

Piutang, oleh Muhammad Hendra Universitas Sumatera Utara

pada tahun 2013 di Medan, dengan dua permasalahan pokok yang

dikaji yaitu ; 1) Bagaimana mengenai hak dan kewajiban Para

Pihak serta kemungkinan wanprestasi dalam pelaksanaan

perjanjian Anjak Piutang ; 2) Bagaimana mekanisme

Page 16: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

16

penyelesaian sengketa jika terjadi suatu perselisihan pada para

pihak dalam perjanjian anjak piutang tersebut.

Berdasarkan pemaparan beberapa hasil penelitian tesis

terdahulu seperti diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa

penelitian tesis penulis tentang "Tanggung jawab Klien dan

Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Factor Dalam Penagihan

Piutang Dagang Pada Transaksi Anjak Piutang (Factoring)", berbeda

dengan penelitian-penelitian terdahulu baik dari segi judul maupun

substansi penelitian.

1.7. Landasan Teori

Membahas permasalahan penelitian tesis ini dipergunakan

landasan teori, yang merupakan landasan berpikir yang bersumber

dari suatu teori yang diperlukan sebagai tuntunan untuk memecahkan

berbagai permasalahan penelitian. Begitu pula landasan teori

berfungsi sebagai kerangka acuan yng dapat mengarahkan suatu

penelitian. Untuk mengkaji suatu permasalahan hukum secara lebih

mendalam, diperlukan teori yang berupa serangkaian asumsi, konsep,

definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial

secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.15

15 Burhanudin Ashofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal.19.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

17

Suatu teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua

fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu.16

Fakta tersebut sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat

diuji secara empiris. Dalam bentuknya yang paling sederhana suatu

teori merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih yang telah

diuji kebenarannya.17 Teori juga sangat diperlukan dalam penulisan

karya ilmiah dalam tatanan hukum positif kongkrit.18 Dalam teori

hukum diperlukan suatu pandangan yang merupakan pendahuluan

dan dianggap mutlak perlu ada sebagai dasar studi ilmu pengetahuan

terhadap aturan hukum positif.

Adapun teori-teori yang dipergunakan dalam membedah

permasalah penelitian tesis ini dapat dikemukakan dan diuraikan

sebagai berikut:

1. Teori Tanggung Jawab

Dalam bahasa Indonesia, kata tanggung jawab sudah

dipakai secara umum oleh masyarakat. Di kalangan para ahli

hukum, baik praktisi maupun teoritisi untuk tanggung jawab

16 Ronny Hanitijo Soemitro, 1992, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia,Jakarta, hal. 46.

17 Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta, hal. 30.

18 Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, 2002, Metodologi Penelitian, Mandar Maju,Bndung, hal. 43.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

18

diistilahkan “responsibility” (verantwoordelijkheid) maupun

“liability” (aansprakelijkheid).19

Menurut Muhammad Siddiq Tgk. Armia, tanggung jawab

merupakan hasil yang ditimbulkan dari suatu perbuatan. Ketika

seseorang melakukan perbuatan maka perbuatannya akan

berdampak pada orang lain, dampak atau akibat itu harus

ditanggung oleh yang melakukan perbuatan tersebut. Tanggung

Jawab dituntut karena ada suatu kesalahan yang dapat merugikan

hak dan kepentingan orang lain.20

Pada umumnya setiap orang harus bertanggung jawab

(aanspraklijk) atas perbuatannya. Oleh karena itu bertanggung

jawab dalam pengertian hukum berarti keterikatan.21 Dengan

demikian, tanggung jawab hukum (legal responsibility)

dimaksudkan sebagai keterikatan terhadap ketentuan-ketentuan

hukum. Bila tanggung jawab hukum ini hanya dibatasi pada

bidang Hukum Perdata saja, maka orang hanya terikat pada

19 Agus M Toar, 1990 Tanggung Jawab Produk, Sejarah, dan Perkembangannya,Kerjasama Ilmu Hukum Belanda Dengan Indonesia, Proyek Hukum Perdata, Denpasar,Bali, 3-14 Januari 1990, hal. 1

20 Muhammad Siddiq Tgk. Armia, 2009, Perkembangan Pemikiran Teori IlmuHukum, Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 63.

21 Veronica Komalawati, 1989, Hukum dan Etika Dalam Profesi Dokter, PustakaSinar Harapan, Jakarta, hal. 100.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

19

ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan hukum diantara

mereka.22

Suatu tanggung jawab dalam Hukum Perdata dapat timbul

dari atau karena adanya perikatan. Sementara perikatan adalah

merupakan hubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan

harta kekayaan, dimana pihak yang satu (kreditur) berhak atas

prestasi dan pihak yang lain (debitur) berkewajiban memenuhi

prestasi itu.23

Perikatan itu sendiri dapat lahir karena perjanjian maupun

karena undang-undang. Berbicara tanggung jawab klien dalam

transaksi Anjak Piutang dihubungkan dengan adanya perikatan

disini meliputi baik tanggung jawab kontraktual (berdasarkan

perjanjian Anjak Piutang) maupun tanggung jawab berdasarkan

undang-undang (peraturan yang mengatur tentang Anjak

Piutang).

Berkaitan dengan tanggung jawab klien sehubungan

adanya kegagalan penagihan piutang perusahaan factor terhadap

customer, maka akan dicermati disamping perjanjian factoring

(Anjak Piutangnya) juga peraturan yang mengatur Anjak Piutang

(Factoring) yang ada. Dalam transaksi Anjak Piutang bila

dicermati nampaknya sangat riskan sekali, terutama bila customer

22 Bernadette M. Waluyo, 1997, Hukum Perlindungan Konsumen, Bahan Kuliah,Universitas Parahyangan, Bandung, hal. 15.

23 Ridwan Syahrani, 1985, Seluk-Beluk dan Azas-Azas Hukum Perdata, Alumni,Bandung, hal. 203.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

20

tidak dapat memenuhi kewajibannya. Atau dengan kata lain, bila

terjadi kegagalan dalam penagihan piutang oleh perusahaan

factor terhadap customer. Yang dipersoalkan disini adalah

mengenai tanggung jawab klien sebagai pihak yang mengalihkan

/ menjual piutang perlu mendapatkan kepastian.

Dalam konteks transaksi Anjak Piutang, guna menjamin

adanya keamanan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi,

harus ada kepastian hukum siapa pihak yang harus bertanggung

jawab atas kegagalan penagihan piutang terhadap customer.

Beban risiko kegagalan penagihan piutang itu apakah menjadi

beban dan tanggung jawab klien atau perusahaan factor.

2. Teori Mengikatnya Kontrak

Dipergunakannya teori tentang kontrak/perjanjian dalam

membedah permasalahan yang pertama penelitian ini mengingat

dasar hubungan hukum antara pihak-pihak dalam transaksi anjak

piutang (factoring) adalah kontrak/perjanjian. Dengan prinsip

kebebasan berkontrak, para pihak dapat dan bebas membuat

perjanjian/kontrak, termasuk perjanjian/kontrak anjak piutang

(factoring).

Sistem hukum Indonesia menganut prinsip kebebasan

berkontrak. Azas kebebasan berkontrak inilah yang menjadi dasar

utama terhadap justifikasi adanya transaksi anjak piutang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

21

(factoring). Dengan demikian, tidak diragukan lagi eksistensi anjak

piutang sebagai lembaga pembiayaan yang dasarnya adalah

kontrak/perjanjian.

Ditinjau dari jenis perjanjian anjak piutang bila

dibandingkan ke dalam penggolongan menurut BW, termasuk

dalam perjanjian tidak bernama (onbenoemde overeenkomst), yaitu

perjanjian yang tidak diatur dalam BW (Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata), akan tetapi terdapat di dalam masyarakat.24 Suatu

perjanjian tersebut sebagai perjanjian tidak bernama sebab pada

waktu kodifikasi belum dikenal dan oleh karenanya belum diberi

nama dalam kodifikasi. Pada dasarnya boleh-boleh saja membuat

perjanjian di luar BW, yaitu berdasarkan azas kebebasan

berkontrak yang diatur dalam pasal 1338 ayat (1) BW, yaitu

kesusilaan, kepatutan, dan ketertiban umum (openbare order).

Dalam ilmu hukum kontrak/perjanjian dikenal berbagai teori

tentang mengikatnya kontrak. Adapun teori-teori tersebut adalah

sebagai berikut; 25

(1) Teori Kehendak (Will Theory)

Menurut teori ini suatu kesepakatan mengikat karena memang

merupakan keinginan para pihak yang menginginkan

24 Mariam Darus Badrulzaman, et.al, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. CitraAditya Bakti, Bandung, hal. 67.

25 Huala Adolf, 2007, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, PT.Refika Aditama, h. 18.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

22

kesepakatan itu mengikat. Para pihak sendirilah yang pada

intinya menyatakan kehendaknya untuk mengikatkan diri.

(2) Teori Persetujuan (The Bargain Theory),

Teori persetujuan ini nampaknya mengikat teori pertama.

Menurut teori ini dasar mengikatnya suatu kontrak bukan

kehendak para pihak, tetapi persetujuan para pihak. Persetujuan

yang telah dibuat oleh para pihak mengikat sepanjang apa yang

telah disepakati oleh para pihak.

(3) Teori Kesetaraan (The Equivalent Theory)

Menurut tori ini bahwa para pihak dalam kesepakatan tersebut

telah memberikan kesetaraan (kesamaan bagi para pihak).

(4) Teori Kerugian (Injurious Reliance Theory)

Menurut teori ini bahwa kesepakatan itu mengikat karena para

pihak telah menyatakan dirinya untuk mengandalkan pada

pihak yang menerima janji dengan akibat adanya kerugian.

Dengan kata lain, pelanggaran kesepakatan akan menimbulkan

kerugian.

Dari berbagai teori tersebut yang dinyatakan oleh Pound,

tampaknya teori yang lebih tepat adalah teori yang pertama yaitu

teori kehendak (will theory).26 Teori ini tampak sesuai dengan

pandangan para sarjana. Sarjana terkemuka Indonesia, R. Subekti

misalnya mengungkapkan bahwa; “…… perikatan yang lahir dari

26 Ibid.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

23

perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak

yang membuat suatu perjanjian”27

Selain itu ada juga aliran atau mazhab dalam filsafat hukum

yang memberika jawaban atas kekuatan mengikat kontrak, yaitu

aliran atua mazhab Hukum Alam. Perlu diketahui bahwa aliran atau

mazhab Hukum Alam merupakan aliran tertua dalam aliran

filsafat. Sarjana yang sangat terkenal pengikut aliran Hukum Alam

ini adalah Hugo Grotius. Menurutnya bahwa kekuatan mengikat

suatu kontrak berasal dari Hukum Alam.

Grotius mencari dasar konsensus itu dalam Hukum Alam. Ia

mengatakan, bahwa “pacta sunt servanda” (janji itu mengikat).

Selanjutnya ia menyatakan lagi “promisorum implendorum

obligation” (kita harus memenuhi janji kita). Lebih lanjut Grotius

dalam teori kontraknya menyatakan, “the theory of the inherent

moral force of a promise made as such, came to prevail”28.

Kekuatan mengikat dari perjanjian adalah adanya

tanggungjawawb moral dari para pembuatnya. Azas

konsensualisme ini mempunyai hubungan yang erat dengan azas

kebebasan berkontrak (contractvrijheid) dan azas kekuatan

mengikat yang terdapat didalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata.

27 Subekti R, 1979, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, h. 3.

28 Grotius dalam Roscoe Pound, 1954, An Introduction to the Philosophy of Law,(Revised Edition), New Haven : Yale University Press, h. 146.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

24

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang merupakan arti

pentingnya hukum perdata berkaitan dengan penjabaran dari asas

kebebasan berkontrak, yaitu :

1. Bebas membuat jenis perjanjian apapun2. Bebas mengatur isi perjanjian3. Bebas mengatur bentuk perjanjian

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menjadi landasan hukum

terhadap lahirnya perjanjian-perjanjian baru seperti perjanjian

anjak piutang (factoring). Dalam pasal tersebut termuat konsep

hukum sistem terbuka yang berasal dari kalimat “semua perjanjian

mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Selanjutnya disebut sebagai Asas Kebebasan Berkontrak. Dengan

asas ini memberikan kedudukan kedua belah pihak pada posisi

sama kuat.

Berkaitan dengan perjanjian anjak piutang (factoring),

dalam hal sudah diperjanjikan didalam perjanjian pihak klien akan

menjamin piutang yang dialihkan itu, maka selanjutnya pihak klien

akan bertanggung jawab apabila pihak perusahaan factor gagal

melakukan penagihan terhadap customer. Sebaliknya apabila tidak

diperjanjikan dalam perjanjian, maka terhadap adanya kegagalan

penagihan piutang sepenuhnya menjadi resiko perusahaan factor.

Dalam mengkaji tentang transaksi anjak piutang, terutama

tentang mengikatnya perjanjian anjak piutang, maka pandangan

dari Hans Kelsen juga sangat relevan untuk dikemukakan. Salah

Page 25: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

25

seorang sarjana terkemuka yang menjelaskan hakikat mengikatnya

suatu kontrak atau perjanjian adalah Hans Kelsen. Maka beliau

yang menarik adalah apa yang beliau sebut sebagai doktrin

transaksi atau tindakan hukum (legal transaction atau juristic act).

Menurut Hans Kelsen Doktrin Transaksi atau Tindakan

Hukum (Legal Transaction atau Juristic Act) terbagi ke dalam dua

bentuk, yaitu: pertama: Transaksi hukum sebagai tindakan yang

menciptakan hukum dan yang menerapkan hukum, bentuk kedua

dari doktrin Transaksi Hukum ini adalah kontrak.29

Menurut Hans Kelsen, transaksi hukum adalah suatu

tindakan dimana individu diberi wewenang oleh (tertib) hukum

untuk mengatur tindakan tindakan tertentu secara sah. Transaksi

inilah yang disebut dengan tindakan yang menciptakan hukum

(law-creating act). Disebut demikian karena tindakan tersebut

melahirkan hak dan kewajiban pada para pihak yang terlibat dalam

transaksi tersebut.30 Tindakan transaksi hukum tersebut bukan

hanya menciptakan hukum tetapi juga adalah tindakan penerapan

hukum (law applying act). Jntuk memungkinkan semua tindakan

tersebut sah, para pihak menggunakan norma-norma hukum (legal

order), yang akan memberikan para individu suatu otonomi hukum

tertentu. Dalam fungsinya sebagai pembentukan hukmn maka

29 Huala Adolf, 2008, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, PT RefikaAditama, Bandung, hal. 16.

30 Ibid.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

26

transaksi hukum tersebut sebagai otonomi para pihak (private-

autonomy).

Dengan adanya suatu tindakan hukum, maka terbentuklah

suatu norma-norma hukum (umum) yang mengatur hubungan

timbal balik para pihak. Menurut Hans Kelsen norma-norma hukum

ini disebut sebagai norma kedua (Secondary Norm), karena

tindakan hukum tersebut melahirkan hak dan kewajiban hukum

yang apabila hak dan kewajiban tersebut dilanggar maka dapat

menimbulkan suatu sanksi. Norma kedua ini mengatur tingkah laku

atau perbuatan para pihak.31

Bentuk kedua dari dari suatu transaksi disebut kontrak pada

hakekatnya adalah transaksi hukum yang bersifat hukum perdata

(legal transaction of civil law), Kontrak adalah semata-mata

pernyataan kehendak dari dua atau lebih individu. Pernyataan ini

merupakan syarat yang harus ada. Tanpa adanya pernyataan

kehendak, maka kontrak yang dibuat tidak dapat dikuatkan oleh

prosedur hukum (pengadilan), pernyataan ini baru mengikat apabila

pernyataan ini ditujukan kepada pihak lain dan pihak lain

menyatakan menerima; adanya tindakan dua pihak ini sebagai

transaksi hukum dua pihak.32

31 Ibid, hal. 17

32 Ibid.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

27

3. Teori Hak dan Kewajiban

Seperti telah dikemukakan di atas, dasar dari transaksi anjak

piutang adalah perjanjian/kontrak. Antara perusahaan factor

dengan klien dan hubungan hukum perjanjian/kontrak, dan dari

hubungan hukum tersebut melahirka hak dan kewajiban.

Disamping hak dan kewajiban, ada juga tanggung jawab yang

harus dan dapat dibebankan kepada perusahaan factor maupun

klien.

Dalam pengertian hukum, umumnya yang dimaksud dengan

hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum.

sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang diharapkan untuk

dipenuhi. Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan

yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam

melaksanakannya.33

Menurut Soerjono Soekanto dan Otje Salman, hak

merupakan suatu wewenang untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu, dan secara sosiologis, hak merupakan suatu

peranan atau lebih tepat peranan yang diharapkan ("Ideal role",

"expected role")34

33 Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty,Yogyakarta, hal. 40

34 Soerjono Soekanto dan Otje Salman, 1996, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial,Radjawali Press, Jakarta, hal 96

Page 28: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

28

Bachsan Mustafa, memberikan definisi hak adalah

kekuasaan dan kekuasaan itu dapat dipertahankan terhadap setiap

orang, artinya setiap orang harus mengakui, menghormati, dan

mengindahkan kekuasaan itu.35

Begitu juga H.J.Mc. Closkey, secara umum hak dapat

diartikan sebagai klaim atau kepemilikan individu atas sesuatu.36

Seseorang dikatakan memiliki hak jika dia memiliki klaim untuk

melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu, atau jika orang lain

bekewajiban melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu

kepadanya.37

Pada dasarnya hak bersumber pada tiga hal :

1) Dari kodrat manusia sebagai manusia yang diciptakan olehAllah. Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia mempunyaisejumlah hak sebagai manusia dan untuk mempertahankankemanusiaannya, misalnya hak untuk hidup, kebebasan dansebagainya. Hak ini.lah yang disebut.

2) Hak yang hadir dari hukum, yaitu hak-hak yangdiberikan oleh hukum negara kepada manusia dalamkedudukannya sebagai warga negara/warga masyarakat.Hak inilah yang disebut dengan hak hukum, hak dalamartian yuridis (juga disebut sebagai hak dalam artiansempit). Misalnya hak untuk memberikan suara padapemilihan umum, hak untuk mendirikan bangunan dansebagainya.

35 Bachsan Mustafa, 2003, Sistem Hukum Indonesia Terpadu. PT. Aditya Bakti,Bandung, hal. 39.

36 H.J.Mc.closkey dalam John Pieris dan Wiwik Sri Wiarty,2007, Negara Hukumdan Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Kedaluarsa, Pelangi Cendekia, Jakarta,hal. 48.

37 Ibid.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

29

3) Hak yang lahir dari hubungan hukum antara seseorang danorang lain melalui sebuah kontrak/perjanjian.Misalnya, seseorang meminjamkan mobilnya kepada oranglain, maka orang lain itu mempunyai hak pakai atas mobiltersebut. Meskipun hak ini berasal dari hubungankontraktual, tetap mendapat perlindungan dari hukum jikakontrak yang dibuat untuk melahirkan hak itu sah menuruthukum. Karena itu, hak ini juga masuk dalam kelompok hakhukum.38

Hak yang bersumber dari hukum39 maupun perjanjian itu

dibedakan menjadi hak kebendaan dan hak perorangan. Lebih

lanjut diberikan pengertian dari kedua hak tersebut sebagai berikut

:

Hak kebendaan berkaitan dengan penguasaan langsung atas suatubenda yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang.Sedangkan hak perorangan memberikan suatu tuntutan ataupenagihan terhadap seseorang. Dalam Hukum Romawi keduanyadisebut dengan "actiones in rent" untuk tuntutan kebendaan dan"actiones in personam" untuk tuntutan perseorangan.

Sementara kewajiban, menurut Bachsan Mustafa

didefinisikan sebagai sesuatu keharusan, yaitu keharusan untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan tertentu atas

tuntutan satu orang atau lebih yang berhak.40 Dalam ilmu hukum

dikenal 3 (tiga) macam kewajiban, yaitu ;

1) Kewajiban hukumYaitu kewajiban yang harus dipenuhi sebab apabila tidakdipenuhi akan menimbulkan akibat hukum. Kewajibanhukum itu timbul dari suatu perikatan, baik perikatan

38 Janus Sidabalok, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. CitraAditya Bakti, Bandung, h. 35-36.

39 Subekti R. 1989, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intenmsa, Jakarta, hal. 63.

40 Bachsan Mustafa, Op.Cit, hal.40.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

30

yang timbul dari perjanjian maupun perikatan yangtimbul dari undang-undang.

2) Kewajiban alamiahAdanya dalam perikatan alamiah, Natuurlijkeverbintenisseri). Pada kewajiban alamiah, kewajiban itutetap ada, tetapi yang berhak "kehilangan hak untukmenuntut", yaitu kehilangan hak untuk memaksa agaryang mempunyai kewajiban memenuhi kewajibannya.Kehilangan hak menuntut ini disebabkan ada keputusanhakim yang menyatakan, bahwa "yang mempunyaikewajiban itu ada dalam keadaan tidak mampu untukmemenuhi kewajibannya", misalnya atas pemohonandebitur agar ia oleh hakim dinyatakan dalam keadaanpailit, keadaan tidak mampu untuk membayar hutangnya,berdasarkan Undang-Undang Kepailitan.

3) Kewajiban moralPada kewajiban moral, kewajiban ini tidak harusdipenuhi, bergantung pada keadaan keuangan/ekonomiyang mempunyai kewajiban moral itu. Atau denganperkataan lain, pemenuhan kewajiban moral adalahsukarela, tidak ada paksaan dari luar, selain paksaansuara hati nuraninya. Sebagai contoh, misalnya, seorangalumnus mempunyai kewajiban moral kepadaalmamaternya untuk membantunya dalammengembangkan ilmu dan teknologi. Kewajiban moralini tidak harus dipenuhi bergantung kepada kemampuankeuangan alumnusnya.41

4. Teori Fungsi Hukum (Sebagai Pengayom)

Dalam upaya memberikan pengayoman atau melindungi

pihak-pihak dalam transaksi anjak piutang, terutama terhadap

pihak perusahaan factor yang memikul resiko dari kemungkinan

adanya kegagalan penagihan piutang, maka teori fungsi hukum

sebagai pengayoman dari Sahardjo, mantan menteri kehakiman

41 Bachsan Mustafa, Loc.Cit.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

31

dalam Kabinet Presiden Soekarno sangat relevan untuk

diperhatikan.

Menurut Sahardjo, hukum berfungsi mengayomi atau

melindungi manusia dalam bermasyarakat dan berbangsa serta

bernegara, baik jiwa dan badannya maupun hak-hak pribadinya

yaitu hak asasinya, hak-hak kebendaannya, maupun hak

perorangannya. Lambang fungsi pengayoman ini adalah pohon

beringin yang melindungi dan memberikan kesejukan dan

kedamaian kepada segala yang ada di bawahnya, yaitu masyarakat

dengan segala apa yang ada di dalamnya.42

Berkaitan dengan fungsi hukum untuk mengayomi atau

melindungi masyarakat maka relevan juga dikemukakan teori

utilitarisme dari Jeremy Bentam. Salah satu substansi teori Jeremy

Bentam yaitu teori perundang-undangan atau prinsip legislasi,

dimana yang menjadi tujuan pembentukan hukum oleh pembentuk

undang-undang (legislator) adalah manfaat umum (kebaikan

publik).

Di dalam hukum privat (perdata) tujuan hukum diutamakan

untuk mencapai kebahagiaan masyarakat yang terangkum dalam

empat tujuan, yaitu :

1. Sumber nafkah

2. Kemakmuran

42 Sahardjo dalam Bachsan Mustafa , Op.Cit. h. 22

Page 32: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

32

3. Kesetaraan

4. Rasa aman43

Dalam konteks hukum perjanjian, maka perjanjian yang

dibuat oleh para pihak secara tahap demi tahap akan tercapai suatu

kemakmuran dimana akan berdampak pada semakin besar usaha

yang bisak dilakukan oleh seseorang dan semakin besar motivasi

seseorang dalam menggerakkan usahanya.44

Dengan tercapainya kemakmuran dalam masyarakat yang

bersumber dari banyaknya sumber nafkah yang tersedia, maka

akan memberikan kesetaraan bagi anggota masyarakat. Posisi

tawar-menawar antara masyarakat yang satu dengan masyarakat

yang lain akan sama-sama seimbang apabila mereka berada pada

tingkat kemakmuran yang sama. Oleh sebab itu pembuat hukum

dan kebijakan acapkali merumuskan hukum tidak lepas dari tujuan

utamanya yaitu terciptanya suatu kesetaraan (equity), yang

cakupannya lebih luas dibandingkan dengan keadilan (justice).

Menurut Bentham, hukum barulah diakui sebagai hukum

jika ia memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya terhadap

sebanyak-banyaknya orang. Prinsip ini dikemukakan dalam

43 Jeremy Bentham, 2006, Teori Perundang Undangan Prinsip Legislasi HukumPerdata dan Hukum Pidana, terjemahan dari The Theory of Legislation, Nusa Media,Bandung, h. 125.

44 Zainal Asikin, 2009, Perjanjian Build And Transfer Antara Pemerintah DaerahDengan Pihak Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur, Disertasi Universitas BrawijayaMalang, h. 73.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

33

karyanya yang berjudul “Introduction to the Principles of Moral

and Ligislation” (1789) yang berbunyi bahwa hukum bertujuan

untuk “the greatest happiness of the greatest number”.45

Bagi Jeremy Bentham tujuan perundang-undangan adalah

untuk menghasilkan kebahagiaan bagi masyarakat. Untuk itu

perundang-undangan harus berusaha untuk mencapai empat

tujuan:

1) To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup)

2) To provide abundance (untuk memberikan makanan yang

berlimpah)

3) To provide security (untuk memberikan perlindungan)

4) To provide equity (untuk mencapai persamaan)46

1.8. Metode Penelitian

1.8.1. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ilmiah harus didukung

oleh metode tertentu, sehingga penelitian tersebut dapat

berlangsung secara terencana dan teratur. Van Peursen

menterjemahkan pengertian metode secara harfiah. Mula-mula

metode diartikan sebagai suatu jalan yang harus ditempuh

45 Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan(Judicial producence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), KencanaPrenada Media Group, Jakarta, h. 78.

46 Ibid.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

34

menjadi penyelidikan atau penelitian, berlangsung menurut

suatu rencana tertentu.47

Penelitian adalah merupakan suatu kegiatan

ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan kontruksi yang

dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.48

Penelitian yang dilakukan kaitannya dengan penulisan tesis

ini termasuk jenis penelitian hukum normatif, yaitu penelitian

hukum kepustakaan atau penelitian hukum yang didasarkan

pada data sekunder.49

1.8.2. Jenis Pendekatan

Dalam penelitian hukum normatif dikenal

adanya beberapa jenis pendekatan yang dipergunakan.

Adapun jenis-jenis pendekatan dimaksud adalah :

a. Pendekatan Kasus (The Case Approach)

b. Pendekatan Perundang-udangan (The Statue Approach)

c. Pendekatan Fakta (The Fact Approach)

d. Pendekatan Analisa Konsep Hukum (Analitical and

Conceptual Approach) .

e. Pendekatan Prasa (Word and Pharase Approach).

47 Van Peursen dalam Djony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi PenelitianHukum Normatif, Bayu Publishing, Malang, h. 26.

48 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, h. 42(selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I)

49 Soerjono Soekanto, 1985, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,CV. Rajawali, h. 15. (Selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II)

Page 35: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

35

f. Pendekatan Sejarah (Historical Approach).

g. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach).

Berkaitan dengan penelitian tesis ini dipergunakan

pendekatan perundang-undangan (the statue approach),

pendekatan analisa konsep hukum (analytical and conceptual

approach) dan pendekatan fakta (the fact approach).

Permasalahan penelitian dikaji dengan mempergunakan

interprestasi hukum dengan uraian yang argumentif

berdasarkan teori. azas, dan konsep hukum yang relevan.

1.8.3. Sumber Bahan Hukum

Pada penelitian hukum normatif, bahan hukum

mencakup, pertama, bahan hukum primer, kedua, bahan

hukum sekunder, dan ketiga, bahan hukum tertier. Bahan

hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tertier. Adapun bahan-bahan hukum dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang memiliki

kekuatan mengikat, yaitu;

1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

2) Keputusan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006

tentang Perusahaan Pembiayaan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

36

3) Burgerlijke Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata)

b. Bahan hukum sekunder; yaitu bahan hukum yang

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer,

yaitu meliputi; buku-buku literatur, jurnal, makalah, dan

bahan-bahan hukum tertulis lainnya yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu berupa

kamus hukum dan kamus bahasa Indonesia.

1.8.4. Tehnik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui studi

dokumen. Bahan hukum yang berhasil diinventarisir

kemudian diidentiflkasi serta diklasifikasikan dengan

melakukan pencatatan secara cermat dan sistematis sesuai

dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Tujuan dari teknik

dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi,

teori-teori, pendapat-pendapat, penemuan-penemuan yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian.50

50 Rony Hanitidjo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan Yurimetri,Ghatia, Indonesia, Jakarta, h. 98

Page 37: BAB I PENDAHULUAN Perekonomian nasional digerakkan oleh ... I.pdfSelain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula

37

1.8.5. Tehnik Analisis

Bahan hukum yang berhasil dikumpulkan dalam

penelitian ini, baik bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, maupun bahan hukum tertier, dianalisis dengan

menggunakan teknik deskripsi, interprestasi, evaluasi, dan

argumentasi. Pengertian dari masing-masing teknik analisis

dimaksud dapat diberikan penjelasan sebagai berikut :

a. Tehnik deskripsi, adalah berupa uraian apa adanya

terhadap suatu kondisi atau proposisi-proposisi

hukum maupun non hukum.

b. Tehnik interprestasi, adalah menggunakan jenis-

jenis penafsiran dalam hukum, terutama penafsiran

kontekstualnya.

c. Tehnik argumentasi, yaitu penilaian yang didasarkan pada

alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum.

d. Tehnik evaluasi, yaitu penilaian tepat atau tidak tepat,

benar atau salah, sah atau tidak sah terhadap

suatu pandangan atau proposisi, pernyataan rumusan

norma, keputusan baik yang tertera dalam hukum primer

maupun sekunder.