BAB I Pendahuluan pengaruh brand community terhadap loyalitas merek

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam dunia teknologi otomotif yang semakin pesat, berpengaruh terhadap pasar otomotif dengan banyaknya produk otomotif yang berada dipasaran. Hal ini berdampak pada semakin ketatnya pasar otomotif dimana semakin ketatnya pasar maka akan berdampak pada persaingan pasar yang semakin ketat pula. Dalam persaingan ini secara tidak langsung akan mempengaruhi perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasarnya. Untuk dapat persaingan secara kompetitif, produsen harus bisa memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen demi mempertahankan loyalitas konsumen. Loyalitas konsumen bisa dilihat dari konsumen yang tidak mudah berpaling ke produk lain dan tidak mencari alternatif lain sebagai pengganti produk. Dengan alasan tersebut perusahaan berusaha untuk menciptakan konsumen yang loyal. Menurut Brannan

Transcript of BAB I Pendahuluan pengaruh brand community terhadap loyalitas merek

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dalam dunia teknologi otomotif yang semakin pesat,

berpengaruh terhadap pasar otomotif dengan banyaknya produk otomotif yang

berada dipasaran. Hal ini berdampak pada semakin ketatnya pasar otomotif

dimana semakin ketatnya pasar maka akan berdampak pada persaingan pasar

yang semakin ketat pula. Dalam persaingan ini secara tidak langsung akan

mempengaruhi perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasarnya. Untuk

dapat persaingan secara kompetitif, produsen harus bisa memperhatikan

kebutuhan dan keinginan konsumen demi mempertahankan loyalitas konsumen.

Loyalitas konsumen bisa dilihat dari konsumen yang tidak mudah berpaling ke

produk lain dan tidak mencari alternatif lain sebagai pengganti produk. Dengan

alasan tersebut perusahaan berusaha untuk menciptakan konsumen yang loyal.

Menurut Brannan (2005) pelaku pasar sadar betul bahwa menguasai para

pelanggan berarti membangun suatu hubungan dengan merek.

Menurut Kotler (2000) para pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang

memuaskan pelanggan yang sama. Setelah perusahaan mengidentifikasi

pesaingnya, perusahaan akan mencari tahu karakteristik apa saja yang dimiliki

pesaing. Karakteristik ini khususnya, strategi, tujuan, kelemahan dan pola reaksi

pesaing ketika mendapat ancaman pasar. Persaingan yang semakin ketat saat ini

pada semua kategori produk yang ada di pasaran melahirkan merek yang menjadi

identitas masing-masing dari suatu produk. Peranan merek semakin berkembang,

2

merek saat ini tidak hanya menjadi nama atau pembeda antara satu produk

dengan produk lain tetapi menjadi salah satu faktor penting untuk keunggulan

bersaing.

Durianto dkk (2001) menyatakan bahwa fenomena persaingan yang ada

dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia

ke arah mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk selalu

mengembangkan dan merebut pangsa pasar (market share). Hal ini juga terlihat

dalam persaingan di industri sepeda motor. Commercial Intelegence (2009)

menyatakan bahwa industri motor nasional merupakan industri yang masih terus

mengalami pertumbuhan.

Indonesia adalah negara dengan penduduk sebanyak 255.587.718 jiwa

berdasarkan pada data dari KPU (http://nasional.sindonews.com, 15 Oktober

2012) ini menjadikan indonesia menjadi pangsa pasar yang kuat bagi industri

sepeda motor. berdasarkan pada data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia

(AISI) yang beranggotakan Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki dan TVS yaitu :

Tabel 1.1 Produksi Sepeda Motor di Indonesia pada Tahun 2003 - 2012

Year Production Wholesales Export 2003 2,814,054 2,809,896 13,8062004 3,897,250 3,898,744 1,7742005 5,113,487 5,074,186 15,3082006 4,458,886 4,428,274 42,4482007 4,722,521 4,688,263 25,6322008 6,264,265 6,215,831 64,9682009 5,884,021 5,881,777 29,8152010 7,395,390 7,398,644 29,3952011 8,006,293 8,043,536 31,3572012 7,311,019 7,064,457 77,129

Sumber: www.aisi.or.id

3

Data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa kebutuhan akan alat transportasi

sepeda motor meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun pada tahun 2012 terjadi

penurunan penjualan sepeda motor yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu,

aturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dimana mewajibkan kredit

perbankan untuk pembelian sepeda motor minimal 25 persen dari harga sepeda

motor yang dibeli dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

No.43/PMK.010/2012 yang mewajibkan uang muka 20 persen untuk kredit

pembelian kredit sepeda motor (http://m.merdeka.com, 24 Desember 2012) dan

faktor eksternal yang mempengaruhi dimana terjadinya penurunan harga barang

komoditas, seperti karet dan kelapa sawit yang berdampak pada penurunan

pendapatan para petani yang menyebabkan penundaan terhadap pembelian

sepeda motor (http://the-marketeers.com, 2 Oktober 2012). Namun pertumbuhan

masih akan terus terjadi mengingat pertumbuhan ini didorong oleh kebutuhan

masyarakat akan transportasi yang murah dan fleksibel, serta belum adanya

sistem transportasi missal yang terintegrasi di Indonesia. Sehingga untuk

beberapa tahun ke depan Indonesia masih akan menjadi pasar yang potensial dan

tentu saja hal ini akan terus meningkatkan persaingan pada dunia industri sepeda

motor di Indonesia.

Menurut Kotler (2000) perilaku konsumen manusia dipengaruhi oleh

faktor-faktor dalam pemilihan berbagai produk salah satunya adalah faktor

pribadi yaitu, pekerjaan, keadaan ekonomi, dan gaya hidup. Indonesia merupakan

negara berkembang dan memilki jumlah penduduk yang tinggi. Sehingga tingkat

ekonomi mayoritas penduduk Indonesia berada pada tingkat menengah ke

4

bawah. Dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, maka alternatif untuk

pembelian alat transportasi yang paling memungkinkan adalah sepeda motor.

Hingga sekarang perkembangan dunia otomotif masih mampu memikat

perhatian. Penggunaan sepeda motor saat ini tidak hanya menjadi alat

transportasi semata tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup penggunanya. Ini

menunjukkan bahwa keputusan konsumen membeli sepeda motor bukan hanya

mengacu pada pertimbangan ekonomis semata. Tetapi lebih kearah seberapa

besar produk sepeda motor sport dapat memberikan kepuasan dan bagaimana

produk motor sport memenuhi kebutuhan yang diinginkan.

Pada kondisi ini, produsen harus selalu siap dalam mengembangkan

konsep-konsep produk baru yang akan ditawarkan kepada konsumen. Karena,

produk sepeda motor sangat peka terhadap selera konsumen dan tuntutan untuk

selalu mengikuti perkembangan jaman.

Dalam dunia usaha dengan tingkat persaingan yang tinggi dan kompetitif,

perusahaan yang tidak mempersiapkan produk barunya dengan kebutuhan dan

keinginan konsumen akan menghadapi resiko yang berat. Perusahaan yang tidak

dapat memenuhi kebutuhan dan keingan konsumen akan menghadapi bahwa

produk-produknya tidak akan diminati oleh konsumen. Ini diakibatkan dari

keinginan konsumen yang berubah-ubah, teknologi baru, dan daur hidup produk

yang pendek, serta persaingan yang meningkat baik itu dari dalam maupun luar

negeri (Kotler, 2000).

Seorang konsumen akan memilih produk atau merek tertentu yang sesuai

dan berlaku dengan kriteria dirinya sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh pembetukan

5

faktor lingkungan dan faktor individu dalam diri konsumen tersebut. sehingga

dalam menentukan pilihan terhadap produk atau merek, konsumen melewati

proses tertentu yang berpengaruh terhadap keputusannya. Keputusan yang

diambil konsumen adalah produk atau merek yang memberikan kepuasan lebih

berdasarkan pada jangkaungan ekonomi konsumen. Hal ini juga menggambarkan

apa yang terjadi pada pengguna motor sport yang ada di Indonesia.

Durianto dkk (2001) berpendapat bahwa salah satu aset dalam perusahaan

untuk dapat merebut pangsa pasar adalah merek yang saat ini menjadi sumber

aset terbesar dalam perusahaan. Merek memberikan suatu sumber pilihan,

menyederhanakan keputusan, menawarkan jaminan mutu dan mengurangi resiko,

membantu ekspresi diri, serta menawarkan persahabatan dan kesenangan (Kotler,

2000). Lebih lanjut Kotler menyatakan bahwa merek adalah suatu hal yang

mendasar, sama dengan segmentasi dan positioning yang ada dalam pemasaran.

Diperlukan sebuah cara yang dapat membantu pengembangan dan pembangunan

bagi sebuah brand agar dapat menarik perhatian serta mempertahankan

konsumen.

Saat ini Yamaha menjadi salah satu merek yang dikenal oleh masyarakat

Indonesia. Terbukti dengan tingkat penjualan Yamaha sendiri yang berada pada

urutan ke-2 penjualan motor nasional pada tahun 2012 dengan pangsa pasar

34,07%. Walaupun saat ini Yamaha masih kalah bersaing dengan Honda yang

menjadi pemimpin pasar dari motor nasional yaitu sebesar 57,31%. Yamaha

sendiri pada awal tahun 2013 menyabet beberapa penghargaan versi Top Brand

Award yaitu, Mio pada segmen matik, V-xion pada segmen sport, Jupiter dan

6

Vega pada segmen bebek, dan Yamalube sebagai oli terbaik

(http://otomotif.news.viva.co.id, 5 Februari 2013). Melalui penghargaan ini

menunjukkan bahwa merek Yamaha mampu bersaing dan tetap stabil dalam

persaingan di industri sepeda motor nasional yang semakin ketat.

Tabel 1.2 Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2009

Merek Bebek Skutik Sport TotalHonda 1.659.764 861.740 182.593 2.704.097Yamaha 1.217.274 1.237.302 220.316 2.674.892Suzuki 291.947 119.612 26.599 438.158Kawasaki 16.187 - 45.030 61.217Kanzen 3.413 - - 3.143Jumlah 3.118.585 2.218.654 474.538 5.881.777

Sumber : http://otomotif.kompas.com yang diolah,2010

Tabel 1.3 Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2010Merek Bebek Skutik Sport Total

Honda 1.696.411 1.551.386 170.835 3.418.632Yamaha 1.423.417 1.661.496 260.767 3.345.680Suzuki 346.588 163.659 15.756 526.003Kawasaki 17.732 - 69.272 87.004Kanzen 1.890 - - 1.890TVS 17.260 - 2.175 19.435Jumlah 3.503.298 3.376.541 518.805 7.398.644

Sumber : http://otomotif.kompas.com yang diolah, 2011

Tabel 1.4 Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2011

Merek Penjualan 2011Desember Jan-Des

Honda 281.817 4.284.105Yamaha 133.403 3.173.290Suzuki 38.989 503.342

Kawasaki 5.617 95.108Kanzen 0 328

TVS 1000 14.309Total 460.879 8.043.536

Sumber: http://otomotif.kompas.com yang diolah, 2012

Tabel 1.5 Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2012Merek Desember 2012 Pangsa (%)

Honda 305.567 4.092.693 57,31

7

Yamaha 139.809 2.443.354 34,07Suzuki 32.095 465.630 6,52Kawasaki 10.404 131.657 1,84TVS 966 18.252 0,26Total 488.481 7.141.586 100

Sumber : http://otomotif.kompas.com yang diolah, 2013

Data pada tabel 1.2 sampai 1.5 menunjukkan produsen sepeda motor

Yamaha berada pada urutan ke-2 dalam penjualan sepeda motor di Indonesia.

Walaupun tidak menjadi pemimpin pasar, tetapi Yamaha tetap menjadi salah satu

pesaing yang harus diwaspadai oleh produsen sepeda motor Honda yang menjadi

pemimpin pasar. Bukan tidak mungkin untuk beberapa tahun ke depan bagi

Yamaha untuk merebut pangsa pasar yang dimiliki Honda apabila Yamaha dapat

dengan efektif memanfaatkan strategi yang mereka gunakan.

Yamaha sendiri memasuki pasar Indonesia pada tahun 1974, ini

menunjukkan bahwa Yamaha merupakan salah satu produsen sepeda motor yang

telah lama ada di Indonesia. Sehingga membentuk image yang baik dan

kepercayaan masyarakat terhadap sepeda motor pabrikan Yamaha. Pandangan

dan kepercayaan terhadap sepeda motor Yamaha membuat orang tidak ragu

untuk membeli sepeda motor pabrikan Yamaha. Ini diperkuat dengan banyaknya

jaringan dealer sekaligus bengkel resmi Yamaha yang mencapai 1.468 di seluruh

Indonesia.

Melihat dari banyaknya sepeda motor Yamaha yang ada di pasaran dapat

disimpulkan bahwa selain produk merek juga berperan sangat besar bagi sepeda

motor Yamaha. Namun agar merek produk dapat bertahan lama dalam kondisi

8

pasar yang semakin kompetitif dan keluar sebagai pemenang, dibutuhkan

konsumen yang memiliki loyalitas yang tinggi (Duriamto dkk, 2001).

Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa loyalitas merek adalah

bentuk sikap dan perilaku konsumen terhadap suatu merek. Konsumen akan

memilih merek tertentu berdasarkan pada perasaan konsumen mengenai merek

tersebut. Perasaan ini bisa didasari dari kepuasan yang dirasakan oleh konsumen

sehingga membentuk kebiasaan dalam membeli suatu produk atau merek.

Apabila perasaan yang dirasakan konsumen mengenai sebuah produk atau merek

menyenangkan bagi dirinya, maka akan menimbulkan sikap menyukai terhadap

merek atau produk dan menimbulkan perilaku pembelian yang berulang terhadap

suatu merek atau produk tertentu.

Loyalitas merek dapat diartikan bahwa konsumen mempunyai sikap

positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan

bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang (Mowen dan Minor,

2001).

Dengan tumbuhnya banyak komunitas pelanggan saat ini, berpengaruh

terhadap pengembangan sebuah merek. Karena, komunitas memiliki dampak

yang sangat besar terhadap merek yang digunakan oleh anggota komunitasnya.

Perkembangan ini sangat disadari oleh para pemilik merek. Sehingga banyak

sekali produsen yang jeli menangkap fenomena komunitas dan menggunakannya

sebagai salah satu strategi untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh para

konsumennya. Komunitas juga membantu para produsen guna mencari informasi

untuk perbaikan kualitas produk yang dimiliki dan pelayanan seperti apa yang

9

diinginkan oleh konsumen. Adanya komunitas konsumen sendiri membantu para

produsen dalam mengembangkan program-program loyalitas yang ingin

diterapkan.

Fenomena komunitas yang dapat kita lihat, salah satunya adalah

komunitas Motor Gede (MOGE) yang ada di Indonesia. Pada komunitas Motor

Gede ada yang mengkhususkan pada merek tertentu, sebut saja Harley Davidson

agar dapat masuk menjadi anggotanya. Ada pula komunitas Motor Gede

campuran dimana untuk menjadi anggota diwajibkan memiliki sepeda motor

dengan cc minimal 250. Yamaha sendiri misalnya, dari berbagai tipe produk

memiliki komunitas tersendiri seperti, mio, jupiter, byson, v-xion dan lain-lain.

Komunitas sendiri ada yang dibuat oleh perusahaan dan ada pula yang dibuat atas

inisiatif konsumen sendiri.

Komunitas dapat dikatakan sebagai sekumpulan orang dengan hobi yang

sama ataupun memiliki suatu merek dan produk yang sama. Hasil survey

mengenai komunitas pada majalah SWA edisi No.24/XXIII/8-21 November 2007

(http://www.mail-archive.com). Ada 3 hal yang melatarbelakangi survey ini

yaitu:

1. Keyakinan bahwa komunitas adalah pasar potensial masa depan.

2. Potensi dan manfaat komunitas belum dimanfaatkan secara maksimal

sebagai sarana pemasaran.

3. Belum banyak produsen yang secara sadar memanfaatkan ataupun

mengantisipasi kelahiran komunitas yang kian marak saat ini.

10

Ketika komunitas berkumpul, mereka saling berinteraksi intens dengan

sebuah merek. Merek-merek itu bahkan berfungsi sebagai pengikat yang

menyatukan anggota komunitas. Sehingga tujuan survey ini untuk melihat sejauh

mana komunitas konsumen dapat menjulangkan merek dan nama baik

perusahaan. Selain itu untuk melihat bisa tidaknya komunitas menjadi indikator

positif bagi arus kas perusahaan. Setelah dilakukan survei terhadap 17 komunitas

di Indonesia dengan jumlah responden 1.173 orang menghasilkan gambaran

bahwa, keberadaan komunitas konsumen selama ini kebanyakan masih berproses

sederhana, tidak banyak produsen yang memperhatikan secara penuh dan

mengemasnya dengan baik, dan walaupun semuanya terlihat ikut berkontribusi

tetapi umumnya hal itu terjadi secara alamiah dengan sedikit polesan.

Istilah “brand community” pertama kali dikemukakan oleh Muniz dan

O’Guinn (2001) yaitu komunitas merek adalah komunitas yang terspesialisasi,

memiliki ikatan yang tidak terbatas pada wilayah geografis, dan berdasarkan

pada seperangkat struktur hubungan sosial diantara para penggemar merek

tertentu. Konsep ini digagaskan dalam sebuah jurnal penelitian konsumen. Brand

community sendiri mensituasikan konsumen ke dalam jaring-jaring hubungan

yang kompleks, baik antara produsen, konsumen dan merek yang saling

berinteraksi satu sama lain.

Komunitas merek yang dibentuk dengan beranggotakan konsumen dan

konsumen potensial adalah cara untuk menjalin hubungan jangka panjang antara

penyedia produk dan jasa kepada konsumennya dengan tujuan memberikan

kepuasan yang nyata kepada konsumen. Hal ini dapat digunakan sebagai wadah

11

dalam membantu konsumen yang telah menggunakan merek tertentu untuk

mengkomunikasikan kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan mereka

langsung ke perusahaan. Komunitas biasanya dibentuk oleh sekelompok orang

yang memiliki hubungan khusus baik dalam penggunaan produk ataupun

kebiasaan yang dilakukan. Komunitas cenderung diidentifikasikan sebagai

kepemilikan bersama. Apakah itu diantara pekerja, teman, tetangga, kelompok

minat dan kesenangan terhadap merek. Melalui komunitas sekelompok orang

saling berbagi nilai-nilai kognitif, emosi, dan material.

Beberapa tahun terakhir dalam industri sepeda motor Indonesia penjualan

motor skutik menjadi fenomena yang luar biasa, dimana dari tahun 2010 hampir

50 persen dari penjualan motor nasional didominasi oleh motor skutik. Setiap

pabrikan atau produsen sepeda motor mulai mengeluarkan produk andalannya

dalam tipe motor skutik, baik mengeluarkan produk terbaru ataupun melakukan

refreshment product terhadap produk lamanya. Begitu pula dengan pabrikan

sepeda motor Yamaha yang mengeluarkan berbagai macam jenis produk sepeda

motor sport. Salah satunya adalah Yamaha Mio yang dikeluarkan oleh pabrikan

sepeda motor Yamaha Motor Indonesia.

Ketika pertama kali muncul dalam pasar sepeda motor skutik Indonesia,

Yamaha Mio menjadi salah satu penguasa pasar dengan

Saat ini keberadaan komunitas merek di Indonesia bukanlah merupakan

hal yang baru. Dalam pembentukan komunitas merek sendiri diperlukan strategi

marketing. Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan interaksi antara satu

12

sama dan cenderung hidup bersama orang lain. Sehingga dalam pembentukan

sebuah komunitas merek tidaklah sulit, terutama apabila sekelompok orang

saling menyukai suatu produk atau merek tertentu. Keberadaan komunitas sendiri

sangat membantu produsen dalam pengembangan produk yang sesuai dengan

keinginan konsumen demi menjaga pangsa pasar yang dimiliki dan

meningkatkan penjualan.

Loyalitas konsumen adalah salah satu faktor penting perusahaan dalam

mempertahankan pangsa pasarnya. Melihat pada hal ini, Yamaha harus dapat

mempertahankan mereknya yang merupakan salah satu merek produsen sepeda

motor terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar secara keseluruhan berada pada

urutan ke-2 dalam penjualan sepeda motor. Ini menjadikan Yamaha sebagai salah

satu produsen yang dikenal oleh masyarakat dan Yamaha sendiri memiliki

komunitas yang tersebar luas di Indonesia.

Vixion sebagai ujung tombak di segmen sepeda motor sport memiliki

banyak pesaing dari berbagai merek produsen motor lain. Ini menunjukkan

bahwa persaingan dalam industri sepeda motor sport semakin pesat. Namun

Vxion dari pertama kali dikeluarkan telah mampu menyaingi pemimpin pasar

saat itu yaitu Honda MegaPro dan pada tahun berikutnya mampu menjadi

pemimpin pasar dalam penjualan motor sport sampai saat ini. Melihat pada

peningkatan terus menerus dalam penjualan sepeda motor V-xion dan sampai

saat ini menjadi pemimpin pasar, menunjukkan bahwa Vixion dapat memenuhi

apa yang diinginkan oleh para konsumen motor sport di Indonesia. Namun

tingkat penjualan tidak selalu menunjukkan apakah konsumen akan loyal

13

terhadap V-xion ke depannya. Sehingga perlu diadakannya analisis loyalitas

merek pengguna sepeda motor Vixion. Agar dapat membantu dalam

mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan tetap mampu bertahan dalam

persaingan pasar yang semakin ketat.

Berdasarkan pada latar belakang ini penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan ini dengan judul “Pengaruh Brand Community Terhadap

Loyalitas Merek Sepeda Motor Yamaha V-xion” studi kasus pada komunitas

Yamaha Vixion Club Banjarmasin.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah legitimasi, loyalitas merek oposisi, merayakan sejarah merek, berbagi

cerita merek, integrasi dan mempertahankan anggota, serta membantu dalam

penggunaan merek berpengaruh secara simultan terhadap loyalitas merek

Yamaha Vixion?

2. Apakah legitimasi, loyalitas merek oposisi, merayakan sejarah merek, berbagi

cerita merek, integrasi dan mempertahankan anggota, serta membantu dalam

penggunaan merek berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas merek

Yamaha Vixion?

3. Apakah variabel integrasi dan mempertahankan anggota memiliki pengaruh

paling dominan terhadap loyalitas merek Yamaha Vixion?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

14

1. Untuk menganalisis legitimasi, loyalitas merek oposisi, merayakan sejarah

merek, berbagi cerita merek, integrasi dan mempertahankan anggota, serta

membantu dalam penggunaan merek berpengaruh secara simultan terhadap

loyalitas merek Yamaha Vixion.

2. Untuk menganalisis legitimasi, loyalitas merek oposisi, merayakan sejarah

merek, berbagi cerita merek, integrasi dan mempertahankan anggota, serta

membantu dalam penggunaan merek berpengaruh secara parsial terhadap

loyalitas merek Yamaha Vixion.

3. Untuk menganalisis apakah variabel integrasi dan mempertahankan anggota

memiliki pengaruh paling dominan terhadap loyalitas merek Yamaha Vixion

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bahwa brand community

mempunyai pengaruh terhadap loyalitas merek dan selanjutnya dapat menjadi

pertimbangan perusahaan untuk menerapkan strategi yang tepat ke depannya

baik dalam pengelolaan produk maupun komunitas yang dimiliki oleh

perusahaan.

2. Memberikan kesempatan bagi penulis unutk menguji dan

mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh dalam perkuliahan.

3. Sebagai bahan referensi dan dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan

penelitian selanjutnya, khususnya mengenai brand community dan loyalitas

konsumen.

1.5 Sistematika Penulisan

15

Sistematika penulisan adalah suatu pola dalam menyusun karya ilmiah untuk

memperoleh secara garis besar gambaran bab demi bab. Penelitian ini disusun

dengan perincian sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini mengulas dan menjelaskan tentang landasan teori, penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab menguraikan dan menjelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, populasi

dan sampel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, serta teknik analisis data.