BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita...

14
1 BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani jemaat yang menyita seluruh waktu sehingga jika seorang wanita menjadi pendeta maka ia harus menjalankan pekerjaan pelayanan dan juga menjalankan peran sebagai istri dan ibu dalam keluarganya. Ketidaksesuaian antar dua peran yang dijalankan dapat menyebabkan kinerja dalam pelayanan menjadi terganggu. Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh work-family conflict dan work-family self-efficacy terhadap kinerja pendeta wanita dan mengapa hal ini menjadi penting untuk diteliti. 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya seorang wanita yang telah menikah mempunyai tugas utama sebagai istri, ibu dan pengurus rumah tangga (Munandar, 1985). Senada dengan pendapat di atas Budiman & Philip (1991, dalam Messakh, 2007) mengemukakan bahwa secara normatif wanita yang sudah menikah dan berperan sebagai istri bertanggung jawab terhadap tugas-tugas rumah tangga seperti menyediakan makan dan kebutuhan serta mengasuh anak. Pendapat-pendapat di atas menunjukkan adanya budaya patriakhal yang menghargai laki-laki sebagai orang yang mempunyai peran yang lebih penting dari pada wanita. Wanita dianggap hanya sebagai penolong laki-laki saja, sehingga tugasnya hanya mengurus persoalan rumah tangga. Oleh sebab itu

Transcript of BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pendeta adalah pekerjaan melayani jemaat yang

menyita seluruh waktu sehingga jika seorang wanita

menjadi pendeta maka ia harus menjalankan pekerjaan

pelayanan dan juga menjalankan peran sebagai istri dan ibu

dalam keluarganya. Ketidaksesuaian antar dua peran yang

dijalankan dapat menyebabkan kinerja dalam pelayanan

menjadi terganggu. Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai

latar belakang penulis ingin melakukan penelitian mengenai

pengaruh work-family conflict dan work-family self-efficacy

terhadap kinerja pendeta wanita dan mengapa hal ini

menjadi penting untuk diteliti.

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya seorang wanita yang telah

menikah mempunyai tugas utama sebagai istri, ibu

dan pengurus rumah tangga (Munandar, 1985).

Senada dengan pendapat di atas Budiman & Philip

(1991, dalam Messakh, 2007) mengemukakan bahwa

secara normatif wanita yang sudah menikah dan

berperan sebagai istri bertanggung jawab terhadap

tugas-tugas rumah tangga seperti menyediakan

makan dan kebutuhan serta mengasuh anak.

Pendapat-pendapat di atas menunjukkan adanya

budaya patriakhal yang menghargai laki-laki sebagai

orang yang mempunyai peran yang lebih penting dari

pada wanita. Wanita dianggap hanya sebagai

penolong laki-laki saja, sehingga tugasnya hanya

mengurus persoalan rumah tangga. Oleh sebab itu

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

2

ada ungkapan yang menyatakan bahwa di belakang

seorang laki-laki yang sukses ada seorang wanita

yang hebat, tetapi tetap saja wanita hanya berperan

sebagai seorang yang mengurus semua yang

berhubungan dengan urusan rumah tangga.

Yang terjadi pada masa sekarang adalah

semakin terbukanya kesempatan dan lapangan

pekerjaan bagi wanita dan adanya ijin dari suami

membuat wanita memilih untuk tetap bekerja

walaupun sudah menikah (Widiyanto dkk, 2001,

dalam Messakh, 2007). Hal di atas membuat seorang

wanita tidak hanya berperan sebagai istri, ibu dan

pengurus rumah tangga tetapi mulai mempunyai

peran di luar rumah. Bahkan seorang wanita bisa

saja mempunyai atau menduduki posisi penting

dalam berbagai bidang pekerjaan, pada instansi

pemerintah ataupun swasta bahkan pada lembaga

keagamaan. Hal ini membuat seorang wanita

menjalankan tiga peran sekaligus yaitu peran sebagai

istri, ibu dan wanita bekerja.

Ada beberapa alasan yang mendorong seorang

wanita untuk bekerja. Salah satunya adalah alasan

ekonomi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Albrech pada tahun 1967 (dalam Wolfman,

1988) ditemukan bahwa alasan atau motivasi wanita

untuk bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan ekonomi keluarganya. Selain alasan di

atas ada juga alasan-alasan lainnya yaitu wanita

tersebut sudah memperoleh pendidikan yang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

3

mendorong mereka bekerja demi kebebasan dan

pemenuhan diri.

Walaupun keinginan wanita untuk bekerja

didasari oleh motivasi yang positif, namun ada

dampak negatif dari keinginan tersebut. Menurut

hasil penelitian kelompok studi wanita FISIP–UI ada

sekitar 54,1 % dari ibu yang bekerja memiliki

masalah dalam hubungan suami-istri, 51,5 %

memiliki anak-anak yang tidak patuh pada orang

tuanya, 21,9 % mempunyai anak-anak yang malas

belajar (Rahardjo, dalam Kusnadi, 1995, dalam

Messakh, 2007). Dampak negatif lainnya bisa terjadi

pada wanita bekerja itu sendiri. Menurut Shaevitz

(1989), dapat terjadi keletihan pada wanita bekerja

bukan hanya lelah biasa. Ini disebabkan oleh

kesibukan baik sebagai seorang wanita bekerja

maupun sebagai seorang yang bertanggung jawab

terhadap urusan rumah tangga terutama

pengasuhan anak yang membuat ibu atau wanita

kurang istirahat. Berdasarkan riset membuktikan

bahwa Work-Family conflict mempunyai pengaruh

buruk bagi kesehatan, baik di tempat kerja maupun

di rumah. Zappert & Stansbury (dikutip Widiyanto,

2001, dalam Messakh, 2007), menyatakan dalam

penelitiannya bahwa wanita bekerja memiliki tingkat

depresi lebih tinggi dibanding pria bekerja. Hal ini

disebabkan adanya kenyataan bahwa wanita

cenderung bekerja lebih banyak dari pada pria dan

wanita dibebani oleh masalah pengasuhan anak.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

4

Wanita bekerja sekarang ini seperti telah

dikemukakan di atas, dapat bekerja dalam bidang

apa saja dan juga menduduki posisi yang penting.

Salah satu pekerjaan atau profesi yang dikerjakan

oleh wanita adalah menjadi pendeta. Seorang

pendeta dalam gereja khususnya GMIT dan

masyarakat Nusa Tenggara Timur, yang mayoritas

beragama Kristen Protestan dihargai cukup tinggi.

Pendeta dihargai sebagai tokoh yang menyampaikan

kehendak Tuhan kepada umat, tokoh panutan moral,

dan pemimpin. Sejak tahun 1947 dalam Gereja

Masehi Injili di Timor (GMIT), telah menghargai pria

dan wanita sederajat dalam menduduki jabatan

sebagi pendeta. Jumlah seluruh pendeta yang

melayani di GMIT adalah 1062 orang. Jumlah

tersebut terdiri dari 465 pendeta pria dan 597

pendeta wanita. Ini berarti jumlah pendeta wanita

lebih banyak dari jumlah pendeta pria (Peta

pelayanan GMIT, 2011).

Pekerjaan seorang pendeta cukup padat dan ia

bertugas secara penuh 24 jam sehari dalam arti di

luar kegiatan yang terjadwal ia harus selalu siap

dipanggil setiap saat untuk bekerja karena

kebutuhan warga jemaatnya. Seorang pendeta

biasanya melayani 300 sampai 500 warga jemaat.

Untuk jumlah yang lebih dari 500 warga jemaat atau

umat dilayani oleh lebih dari satu orang pendeta.

Tugas pendeta mencakup kegiatan yang sudah

terjadwal seperti memimpin kebaktian setiap hari

minggu dan kegiatan yang tidak terjadwal seperti

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

5

melaksanakan pastoral konseling mendadak karena

masalah yang dihadapi warga jemaatnya. Tugas-

tugas ini dilakukan baik oleh pendeta pria maupun

pendeta wanita.

Persoalan yang muncul ketika seorang wanita

melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang

pendeta adalah selain ia mengerjakan semua tugas-

tugas tersebut (tugas-tugas publik), ia juga harus

melaksanakan tugas-tugasnya sebagai isteri dan ibu

(tugas-tugas domestik). Hal ini disebabkan oleh

pandangan tradisional patriakhal yang menghargai

pria sebagai insan publik yang berhubungan dengan

dunia di luar rumah sedangkan wanita dihargai

sebagai insan domestik yang mengerjakan hal-hal

yang berhubungan dengan rumah tangga. Akibatnya

wanita yang bekerja sebagai pendeta harus secara

penuh berperan sebagai insan publik dan sekaligus

insan domestik, yang artinya ia secara penuh

mengerjakan tugas-tugasnya sebagai pendeta dan

tugas-tugasnya sebagai isteri, ibu, dan pengurus

rumah tangga. Dalam melaksanakan peran ganda

seperti diuraikan di atas pasti menimbulkan konflik

yang khusus dihadapi oleh seorang wanita karena

tugasnya sebagai pendeta.

Dari hasil wawancara dengan para pendeta

didapatkan bahwa para pendeta ini harus membawa

peralatan untuk memimpin ibadah ke Rumah Sakit

karena harus menjaga anak yang sakit sekaligus

berangkat untuk melayani jemaat. Konflik-konflik

diantara peran-peran yang dimiliki oleh wanita yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

6

bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada

keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family

conflict (work-family conflict self-efficacy) dalam hal ini

yang berkaitan dengan konflik antara keluarga dan

pekerjaan dan keduanya berpengaruh pada

kinerjanya sebagai pendeta.

Salah satu hasil penelitian yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara Work-Family conflict

wanita bekerja dan self efficacy dikemukakan oleh

Erdwins et al., 2001 (dalam Hennessy, 2005) dimana

hubungan antara kedua variabel ini adalah negatif,

yaitu semakin tinggi tingkat self efficacy maka

semakin rendah tingkat Work-Family conflict. Selain

itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Frone et

al., 1994 (dalam Hennesy, 2005) menyatakan kedua

variabel ini berhubungan dengan masalah kepuasan

dalam keluarga dan kepuasan dalam pekerjaan.

Selain itu juga adanya faktor budaya patrilineal yang

keras di dalam budaya Timor yang memandang

bahwa wanita mempunyai tugas sebagai ibu dan

tidak layak untuk ikut bekerja ikut menjadi salah

satu sumber Work-Family conflict bagi seorang

wanita.

Fenomena khas yang terjadi pada pendeta

wanita di Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah

masalah budaya patriakhal atau patrilineal yang

masih cukup kuat di dalam budaya Timor. Selain

budaya patrilineal yang masih cukup kuat, dalam

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

pasal 31 pun menyatakan bahwa pria adalah kepala

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

7

keluarga dan wanita adalah ibu rumah tangga. Pada

kenyataannya banyak wanita yang tidak hanya

menjadi ibu rumah tangga tetapi sebagai pekerja

juga. Pada kasus pendeta wanita, walaupun mereka

bekerja di lingkungan publik namun di rumah

mereka tetap harus mengikuti kehendak suami

sebagai kepala keluarga. Bukan hanya itu, dalam hal

penempatan atau pembagian tempat/lokasi

pelayanan pun Sinode GMIT mengalami kesulitan

dalam menempatkan pendeta wanita yang memiliki

suami yang berprofesi sebagai PNS, TNI/POLRI

karena pendeta wanita ditempatkan berdasarkan

tempat tugas suami. Oleh karena itu tidak jarang

seorang pendeta wanita tidak dapat melayani jemaat

karena tempat tugas suami tidak memiliki jemaat

yang dapat dilayani. Dari segi pendeta wanita,

pemenuhan diri sebagai pendeta dalam memenuhi

panggilan sebagai pelayan menjadi terhambat dan

dapat menyebabkan konflik dalam diri pendeta

wanita tersebut. Jika pendeta wanita memiliki suami

yang bukan berprofesi seperti tersebut di atas, dapat

dibuat kesepakatan bersama. Apabila itu

kesepakatan yang dibuat adalah berpisah rumah

demi pelayanan sebagai pendeta, maka yang menjadi

pemicu konflik dalam diri pendeta wanita adalah

pandangan dari warga jemaat yang dilayaninya yang

terkadang negatif memandang seorang perempuan

yang hidup terpisah dari suaminya. Jika terjadi

konflik dalam rumah tangga si pendeta wanita, maka

pendeta wanita tersebut tidak dapat menuntut

perceraian karena akan menyebabkan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

8

pemberhentian penugasannya sebagai seorang

pendeta. Keadaan-keadaan seperti yang disebutkan

di atas, dapat menyebabkan guncangan yang kuat

bagi diri seorang pendeta wanita. Konflik yang begitu

banyak baik dari sisi pekerjaan dan sisi keluarga dan

rumah tangga dapat menyebabkan kinerja pendeta

wanita menurun jika ia tidak memiliki pengelolaan

Work-Family conflict yang benar dan keyakinan dalam

dirinya bahwa ia mampu mengatasi Work-Family

conflict yang dialaminya.

Dari uraian fenomena di atas, maka penulis

ingin meneliti tentang Work-Family conflict dan

work-family conflict self-efficacy sebagai prediktor dari

kinerja pendeta wanita. Mengapa kedua variabel ini

yang dipilih menjadi prediktor kinerja pendeta

Karena variabel Work-Family conflict adalah variabel

yang benar terjadi dan menjadi faktor psikologis yang

berpengaruh pada aspek kinerja dalam kehidupan

wanita bekerja dalam hal ini pendeta dan

memerlukan pengelolaan konflik yang benar dan

efektif agar tidak menyebabkan penurunan kualitas

kinerja pelayanannya. Variabel work-family conflict

self-efficacy dipilih menjadi variabel prediktor kedua

karena ketika seorang memiliki keyakinan diri yang

kuat akan kemampuannya menghadapi suatu tugas

akan dapat melaksanakan tugas tersebut dengan

lebih maksimal. Peneliti ingin melihat apakah kedua

variabel secara simultan/bersamaan mempengaruhi

kinerja seorang pendeta wanita di Gereja Masehi Injili

di Timor (GMIT).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

9

Alasan teoritis dari pemilihan variabel Work-

Family conflict dan work-family conflict self-efficacy

sebagai prediktor dari kinerja pendeta wanita adalah

belum adanya penelitian yang mengangkat kedua

variabel ini secara bersamaan sebagai prediktor dari

kinerja wanita bekerja yang dalam penelitian ini

adalah pendeta. Selama ini, sejauh penelusuran

penulis penelitian yang dilakukan menggunakan

variabel-variabel ini masih bersifat parsial belum

mengangkat kaitan antara kedua variabel ini secara

bersamaan sebagai prediktor dari kinerja. Pada

beberapa penelitian sebelumnya, ada beberapa

kaitan antar variabel yang dapat diambil untuk

memperjelas apa yang ingin diteliti dalam penelitian

ini.

Yang pertama adalah kaitan antara variabel

Work-Family conflict dan variabel kelelahan emosional

yang terjadi pada wanita bekerja seperti yang

dikemukakan oleh Boles, Johnston, Hair & Jr. (1997)

yang menemukan bahwa konflik pekerjaan-keluarga

yang dialami personel penjualan meningkatkan

kelelahan emosional mereka. Demerouti, Bakker &

Bulters (2004) melakukan studi longitudinal pada

para karyawan (70% adalah wanita) untuk

memeriksa hubungan antara intervensi keluarga

terhadap pekerjaan atau konflik antara pekerjaan-

keluarga dan kelelahan emosional. Mereka

menemukan bahwa konflik peran dalam pekerjaan

dan keluarga adalah determinan kausal dari

kelelahan emosional.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

10

Kaitan antar variabel yang kedua adalah

variabel Work-Family conflict dan variabel tingkat

depresi pada wanita bekerja. Wanita mempunyai

tingkat depresi yang tinggi dalam menyesuaikan diri

secara psikologis terhadap adanya Work-Family

conflict. Penelitian yang dilakukan oleh Sprock &

Yoder, 1997 menyatakan bahwa wanita sering

mempunyai skor yang tinggi pada skala depresi

dibandingkan pria. Kaitan antar variabel yang ketiga

adalah antara Work-Family conflict dan tingkat work-

family conflict self-efficacy yang dimiliki oleh seorang

wanita bekerja. Beberapa penelitian menyatakan

bahwa wanita sering memiliki tingkat work-family

conflict self-efficacy yang rendah dalam mengatasi

Work-Family conflict yang dialami. Salah satu

penelitian menyatakan wanita muda mempunyai

tingkat antisipasi yang tinggi untuk kedua tipe

konflik, dan dilaporkan efikasi diri yang rendah

terhadap kemampuannya mengatasi atau

menanggulangi konflik peran dalam keluarga yang

mengintervensi peran dalam pekerjaan (Cinnamon,

2006).

Beberapa penelitian menyatakan sebagai

berikut: Work-family conflict self-efficacy yang tinggi

pada pekerjaan yang spesifik pada orang dewasa

ditemukan berkorelasi positif dengan tingginya

kerelaan mereka untuk memilih pekerjaan tersebut

(Tang,Fouad & Smith,1999) dan dengan tingginya

aspirasi karir mereka terhadap pekerjaan tersebut

(Nauta,Epperson & Kahn, 1998). Work-family conflict

self-efficacy yang rendah pada pekerjaan tertentu

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

11

berkontribusi terhadap eliminasi prematur terhadap

karir yang mungkin dimiliki (Betz & Hackett, 1981).

Hampir sama dengan hal tersebut di atas work-family

conflict self-efficacy sebagai orang tua berkorelasi

positif dengan adaptasi yang baik terhadap peran

sebagai orang tua (Ardelt & Eccles, 2001), dan work-

family conflict self-efficacy akan pernikahan muncul

sebagai prediktor dari kepuasan pernikahan

(Fincham, Harold & Gano-Philips, 2000). Selanjutnya

work-family conflict self-efficacy mungkin dapat

memainkan peran penting dalam menentukan efikasi

diri dalam kemampuan seseorang mengatasi konflik

pekerjaan-keluarga atau disebut juga Work-Family

conflict.

Kaitan antar variabel yang keempat adalah

antara Work-Family conflict dan kinerja. Karatepe &

Sokmen (2006) melakukan sebuah studi di Ankara,

Turki pada karyawan hotel dan menemukan sebuah

hubungan negatif yang signifikan antara Work-Family

conflict dan kinerja. Yang dimaksud dengan

hubungan negatif yang signifikan adalah apabila

tingkat Work-Family conflict tinggi maka kinerja

menurun, sebaliknya apabila tingkat Work-Family

conflict rendah maka kinerja meningkat secara

signifikan.

Dari semua kaitan antar variabel di atas belum

ada yang mengangkat kaitan antara variabel Work-

Family conflict dan work-family conflict self-efficacy

yang dihubungkan dengan kinerja, apalagi kaitan

antara kedua variabel ini secara bersamaan terhadap

kinerja. Oleh karena itu penulis ingin meneliti

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

12

tentang interaksi kedua variabel ini dalam

mempengaruhi kinerja terutama kinerja pendeta

wanita di Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).

Pemilihan dua variabel ini sebagai prediktor

kinerja pendeta di Gereja Masehi Injili di Timor

(GMIT) secara praktis didasari oleh adanya

kenyataan bahwa jumlah pendeta wanita di gereja ini

bertambah banyak dan bahwa dalam gereja ini

memiliki pedoman penilaian kinerja yang aspek

penilaiannya sama antara pendeta wanita dan

pendeta pria, dimana diasumsikan bahwa konflik

peran dan efikasi diri di antara mereka sama. Selain

itu pedoman penilaian kinerja oleh gereja belum

sepenuhnya dilaksanakan sehingga perlu untuk

melakukan penelitian untuk mengetahui seperti

apakah kinerja pendeta di GMIT dalam hal ini

pendeta wanita dan juga melihat adanya Work-Family

conflict dan work-family conflict self-efficacy secara

bersamaan menjadi prediktor dari kinerja pendeta

wanita yang mungkin bisa menjadi tambahan aspek

dalam menilai kinerja pendeta.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah Work-Family

conflict dan work-family conflict self-efficacy yang

dimiliki oleh pendeta wanita secara bersamaan

menjadi prediktor kinerja pendeta wanita di Klasis

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

13

Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah Gereja

Masehi Injili di Timor (GMIT)?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah Work-Family conflict dan work-

family conflict self-efficacy yang dimiliki oleh pendeta

wanita secara bersamaan menjadi prediktor dari

kinerja pendeta wanita di Klasis Kota Kupang dan

Klasis Kupang Tengah Gereja Masehi Injili di Timor

(GMIT) .

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan sumbangan untuk memperkaya

hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan Work-

Family conflict wanita bekerja, work-family conflict

self-efficacy dan kinerja wanita yang bekerja agar

semakin lengkap dengan menambahkan satu profesi

yang dijalani wanita yaitu sebagai pendeta.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan

gambaran yang cukup jelas tentang konflik yang

dihadapi oleh wanita yang berperan ganda sebagai

pendeta dan ibu rumah tangga dan keyakinan diri

dalam menyelesaikan Work-Family conflict

berpengaruh pada kinerja yang bersangkutan.

Sehingga pihak-pihak yang bekerjasama dengan

seorang pendeta wanita dapat memahami dan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Pendeta adalah pekerjaan melayani ......6 bekerja sebagai pendeta wanita berpengaruh pada keyakinan diri dalam menyelesaikan Work-Family conflict (work-family conflict

14

mengerti bagaimana sebenarnya kehidupan seorang

pendeta wanita.

Selain manfaat di atas, dapat juga ditambahkan

manfaat dari penelitian ini adalah memberikan

sumbangan aspek penilaian pada pedoman penilaian

kinerja Gereja Masehi Injili di Timor dan

menyadarkan akan pentingnya pelaksanaan

penilaian kinerja pendeta bagi Gereja ini karena

pelaksanaan penilaian kinerja di Gereja Masehi Injili

di Timor masih belum maksimal.