BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011)....

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam bidang pertanian banyak digunakan senyawa kimia, antara lain sebagai pupuk tanaman dan pestisida. Pestisida merupakan zat kimia yang dipakai untuk mengendalikan atau membasmi hama. Pestisida merupakan racun, tetapi memiliki tujuan khusus yaitu untuk melindungi petani dan hasil pertanian mereka dari organisme lain, yaitu hama.Jumlah senyawa kimia yang digunakan sebagai pestisida kurang lebih 900 macam dengan tidak kurang dari 45.000 formulasi. Di Indonesia, terdaftar dan diizinkan beredar kurang lebih 500 macam formulasi, 13 diantaranya dari golongan pestisida terbatas atau relatif sangat berbahaya (Sartono, 2002) Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman (pasal 1), disebutkan bahwa pestisida adalah zat atau senyawa kimia, atau zat perangsang tumbuh, bahan lain serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk perlindungan bagi tanaman. Pestisida dapat diartikan juga sebagai zat kimia jasad renik, virus atau bahan lainyang digunakan untuk berbagai kebutuhan pertanian, antara lain mengendalikan serta mencegah hama, memberantas atau membunuh rumput-rumputan, mengatur pertumbuhan tanaman yang bertujuan agar tanaman mencapai produktivitas maksimal (Sartono, 2002). Berdasarkan struktur atau golongan kimianya, pestisida dapat dikelompokan dalam beberapa golongan-golongan salah satunya adalah pestisida inhibitorcholinesterase.Pestisida inhibitor cholinesterase umumnya digunakan dalam bidang pertanian, untuk memberantas atau mengendalikan serangga bertubuh lunak yang terdiri dari golongan organofosfat dan golongan karbamat (Sartono, 2002). Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan standar keamanan dapat menimbulkan keracunan pada petani. Prosedur penggunaan pestisida 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011)....

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bidang pertanian banyak digunakan senyawa kimia, antara lain

sebagai pupuk tanaman dan pestisida. Pestisida merupakan zat kimia yang

dipakai untuk mengendalikan atau membasmi hama. Pestisida merupakan

racun, tetapi memiliki tujuan khusus yaitu untuk melindungi petani dan hasil

pertanian mereka dari organisme lain, yaitu hama.Jumlah senyawa kimia yang

digunakan sebagai pestisida kurang lebih 900 macam dengan tidak kurang

dari 45.000 formulasi. Di Indonesia, terdaftar dan diizinkan beredar kurang

lebih 500 macam formulasi, 13 diantaranya dari golongan pestisida terbatas

atau relatif sangat berbahaya (Sartono, 2002)

Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang sistem

budidaya tanaman (pasal 1), disebutkan bahwa pestisida adalah zat atau

senyawa kimia, atau zat perangsang tumbuh, bahan lain serta organisme renik,

atau virus yang digunakan untuk perlindungan bagi tanaman. Pestisida dapat

diartikan juga sebagai zat kimia jasad renik, virus atau bahan lainyang

digunakan untuk berbagai kebutuhan pertanian, antara lain mengendalikan

serta mencegah hama, memberantas atau membunuh rumput-rumputan,

mengatur pertumbuhan tanaman yang bertujuan agar tanaman mencapai

produktivitas maksimal (Sartono, 2002).

Berdasarkan struktur atau golongan kimianya, pestisida dapat

dikelompokan dalam beberapa golongan-golongan salah satunya adalah

pestisida inhibitorcholinesterase.Pestisida inhibitor cholinesterase umumnya

digunakan dalam bidang pertanian, untuk memberantas atau mengendalikan

serangga bertubuh lunak yang terdiri dari golongan organofosfat dan

golongan karbamat (Sartono, 2002).

Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan standar keamanan

dapat menimbulkan keracunan pada petani. Prosedur penggunaan pestisida

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

2

yang aman akan mengurangi terjadinya keracunan akibat pestisida. Pestisida

dapat masuk kedalam tubuh lewat inhalasi sehingga untuk mengetahui tingkat

keracunan pestisida dalam tubuh diperlukan pemeriksaan kadarcholinesterase

pada darah petani sayur (Sartono, 2002).

Aktivitas cholinesterase darah adalah jumlah enzim cholinesterase

aktif di dalam plasma darah dan sel darah merah yang berperan dalam

menjaga keseimbangan sistem saraf. Aktivitas cholinesterase darah ini dapat

digunakan sebagai indikator keracunan pestisida golongan organofosfat.Petani

di Kalampangan melakukan penyemprotan dengan pestisida. Salah satu jenis

pestisida yang digunakan oleh sebagian besar petani adalah organofosfat.

Deteksi dini mengenai keracunan pestisida dengan pemeriksaan

cholinesterase perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya gangguan

kesehatan yang kronis dan mematikan (Prasetya, 2010).

Pada keracuna kronis golongan organofosfat seperti parathion dan

keracunan gas saraf seperti sarin, terjadi penurunan aktiviatas sampai 40%.

Penurunan sebesar 80% akan menyebabkan gejala neuromuscular. Aktivitas

yang mendekati merupakan indikasi bagi perlunya diberi pertolongan darurat

yang segera, dengan memberikan reaktivator enzim ini seperti piridin-2-

aldoksim ( Sadikin, 2002).

Menurut data dari WHO dan progaram lingkungan Persatuan Bangsa-

Bangsa (UNEP). 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja pada

sektor pertanian sebagian besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di

negara sedang berkembang yang 20.000 diantaranya berakibat fatal

(Manangkot, 2013).

Permenaker No.Per-03/Men/1986 pasal 2 ayat 2a menyebutkan untuk

menjaga efek yang tidak diinginkan, maka dianjurkan supaya tidak melebihi

empat jam per hari dalam seminggu berturut-turut bila menggunkan

pestisida.WHO (1996) menetapkan lama penyemprotan terpanjang pestisida

saat bekerja selama 5-6 jam per hari dan setiap minggu harus dilakukan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

3

pengujian kesehatan, termasuk kadarcholinesterase dalam darah (Rustia dkk,

2010)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Pangan Dunia,

1992 yang meneliti 214 orang petani selama 2 tahun, terjadinya keracunan

akut yang diderita oleh petani responden disebabkan petani tidak memahami

bahaya pestisida terhadap kesehatannya. Disamping itu petani juga tidak

menggunakan pelindung yang aman sehingga para petani harus menerima

keadaan sakit sebagai resiko bekerja di sektor pertanian (Prasetya, 2010).

Pada tahun 2008 di Kabupaten Ngawi telah dilaksakan pemeriksaan

cholinesterase darah dengan metode yang digunakan yaitu tintometer kit

pada 320 petani penyemprot dengan hasil 40% (129) terpapar berat, 52%

(165) terpapar sedang, 7% (23) terpapar normal (Prasetya dkk, 2010).

Pada tahun 2009 di kelurahan Campang, Kecamatan Gisting,

Kabupaten Tanggamus, Lampung hasil penelitian kadar Cholinesterase

dengan Tintometer Kit dengan perangkat uji Lovibondmenunjukkan seluruh

responden mengalami keracunan dengan proporsi 71,4% keracunan ringan

dan 28,6%% keracunan sedang (Rustia dkk, 2010)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul gambaran pemeriksaan aktivitas

cholinesterase pada petani sayuran di KelurahanKalampangan Kota

Palangkaraya.

B. Identifikasi Masalah

Adanya petani yang menggunakan pestisida golongan organofosfat

dalam pemeliharaan tanaman.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

4

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti aktivitascholinesterase

pada petani sayur di KelurahanKalampanganKota Palangkaraya dengan

metode fotometrik.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran aktivitas cholinesterase pada petani sayuran di

Kelurahan Kalampangan Kota Palangkaraya ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

aktivitascholinesterase pada petani sayuran di Kelurahan Kalampangan Kota

Palangkaraya.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah :

1. Untuk masyarakat, memberi informasi kepada masyarakat untuk lebih hati-

hati dalam penggunaan pestisida agar terhindar dari faktor resiko.

2. Bagi mahasiswa, agar penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

belajar dan dasar penelitian lebih lanjut.

3. Untuk petani, agar menggunakan pestisida yang sesuai dengan ketentuan

dan menggunakan alat pelindung diri.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pestisida

1. Pengertian Pestisida

Pestisida merupakan bahan kimia atau bahan alami yang memberantas

populasi hama terutama dengan cara membunuh organisme hama, seperti

serangga, penyakit, gulma atau hewan. Pada tahun 1985, dunia

menggunakan sekitar 2.300 juta kg pestisida kimia (Ester, 2005).

Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973

dalam Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.

258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan bahan lain serta

jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak

tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan.

4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan

atau ternak.

5. Memberantas atau mencegah hama-hama air.

6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian.

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu

dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.

Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat (2005),

pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat

pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta

mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan

tanaman. 5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

6

2. Golongan Pestisida

Berdasarkan struktur atau golongan kimianya pestisida dapat

dikelompokkan dalam 2 (dua) golongan :

1. Pestisida senyawa kimia organik yang mengandung klor atau disebut

golongan organoklorin. Pestisida golongan organoklorin pada

umumnya merupakan racun perut dan racun kontak yang efektif

terhadap larva, serangga dewasa. Bahaya bagi manusia terutama

absorpsi melalui kulit dan terjadi penimbunan dalam tubuh.Keracunan

pestisida golongan organoklorin dapat melalui mulut inhalasi dan

kulit.Pestisida golongan organoklorin meliputi turunan halobenzen dan

analog, benzen heksaklorida, toksafen (Sartono, 2002)

2. Pestisida senyawa kimia organik yang bekerja sebagai inhibitor

cholinesterase atau disebut golongan pestisida inhibitor cholinesterase.

3. Pestisida Inhibitor Cholinesterase

Pestisida inhibitor cholinesterase umumnya digunakan dalam

bidang pertanian, untuk memberantas atau mengendalikan serangga

bertubuh lunak yang terdiri dari golongan organofosfat dan golongan

karbamat (Sartono, 2002).

a. Golongan Organofosfat

Menurut Sartono (2002) golongan organofosfat makin

banyak digunakan karena sifat-sifatnya yang menguntungkan.Cara

kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak

menyebabkan resistensi pada serangga.Bekerja sebagai racun

kontak, racun perut, dan juga racun pernafasan.Dengan takaran

yang rendah sudah memberi efek yang memuaskan, selain

kerjanya cepat dan mudah terurai. Golongan organofosfat bekerja

dengan cara menghambat aktivitas enzim cholinesterase, sehingga

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

7

asetilkolin tidak terhidrolisis. Oleh karena itu, keracunan pestisida

golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang

berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus-menerus saraf

muskarinik dan nikotinik.Keracunan dapat terjadi melalui mulut,

inhalasi dan kulit. Ada pun gejala klinis keracunan pestisida

golongan organofosfat pada:

1. Mata; pupil mengecil dan pengelihatan kabur.

2. Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringngat meningkat,

lakrimasi, salvias, dan juga sekresi bronchial.

3. Saluran cerna; mual, muntah, diare, dan sakit perut.

4. Saluran napas; batuk, bersin, dan dada sesak.

5. Kardiovaskuler; bradikardia dan hipotensi.

6. Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung.

7. Otot-otot; lemah, fascikulasi, dan kram.

8. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru,

pernapasan berhenti blockade atrioventrikuler, dan konvulsi.

b. Golongan Karbamat

Pestisida golongan karbamat merupakan racun kontak,

racun perut, dan racun pernapasan.Bekerja seperti golongan

organofosfat, yaitu menghambat aktivitas enzim cholinesterase.

Jika terjadi keracunan yang disebabkan oleh pestisida

golongankarbamat, gejalanya sama seperti pestisida golonga

organofosfat, tetapi lebih mendadak dan tidak lama karena

efeknya terhadap enzim cholinesterase tidak persisten. Meskipun

gejala keracunan cepat hilang, tetapi karena munculnya mendadak

dan menghebat dengan cepat maka dapat berakibat fatal jika tidak

segera mendapat pertolonganyang disebabkan oleh depresi

pernapasan.Keracunan pada manusia dapat terjadi melalui mulut,

inhalasi, dan kulit. Adapun gejala klinisnya adalah : berkeringat,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

8

pusing, badan terasa lemah, dada sesak, kejang perut, muntah, dan

gejala lain seperti pada keracunan golongan organofosfat (Sartono

2002).

B. Cholinesterase

1. Pengertian Cholinesterase

Asetylcholinesterase atau cholinesterase (ChE) adalah enzim

yang berfungsi menghidrolisis acetylcholine.Cholinesterase atau disebut

enzim asetylcholinesterase adalah suatu enzim yang terdapat di dalam

membran sel terminal syaraf kolinergik juga pada membran lainnya,

seperti dalam plasma darah, sel plasenta yang berfungsi sebagai katalis

untuk menghidrolisis acetylcholine menjadi choline dan asetat.

Gambar 2.1 .Mekanisme Kerja Enzim Asetilkolinesterase

Acetylcholine adalah suatu agen yang terdapat dalam fraksi

ujung syaraf dari sistem syaraf yang akan menghambat penyebaran

impuls dari neuron ke post ganglionik.Acetylcholine merupakan bahan

penghantar rangsang saraf (neurotransmitter) yang disintesis di dalam

ujung serabut saraf motorik melalui proses asetilasi kolin ekstrasel dan

koenzim A yang memerlukan enzim asetiltransferase. Acetylcholine

disimpan dalam kantung atau gudang yang disebut vesikel.

Neurotransmiter merupakan senyawa kimia pembawa pesan yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

9

meneruskan informasi elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel

efektor(Abdilah, 2013)

Acetycholine yang dihasilkan oleh ujung saraf (akson) yang telah

menerima impuls diteruskan ke sel syaraf lainnya atau ke efektor

(misalnya otot) untuk meneruskan impuls syaraf. Akan tetapi, sebelum

impuls kedua dapat dipancarkan melalui sinaps, asetilkolin yang

dihasilkan setelah impuls pertama harus dihidrolisis oleh

acetylcholinesterase pada sambungan sel syaraf. Produk penguraian

acetycholine oleh acetylcholinesteraseadalah asetat dan kolin, dan tidak

memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011).

Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter

Cholinesterase disintesis didalam hati atau liver, terdapat dalam

sinaps, plasma darah dan sel darah merah.Sekurang- kurangnya ada 3

jenis cholinesterase utama, yaitu enzim cholinesterase yang terdapat

dalam sinaps, cholinesterase dalam plasma, dan cholinesterase dalam sel

darah merah.Cholinesterse sel darah merah merupakan enzim yang

ditemukan dalam sistem saraf, sedangkan cholinesterase plasma

diproduksi didalam hati.Cholinesterase dalam darah umumnya digunakan

sebagai parameter keracunan pestisida, karena cara ini lebih mudah

dibandingkan pengukuran cholinesterase dalam sinaps (Abdilah, 2013).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

10

2. Jenis-JenisCholinesterase

Ada dua jenis cholinesterase didalam tubuh, yaitu cholinesterase

I atau cholinesterase sejati serta cholinesterase II atau pseudokolin

esterase.Enzim yang kedua ini disebut juga sebagai asilkolin asilhidrolase

atau benzoil cholinesterase.Enzim ini terdapat dalam sel darah merah,

paru-paru, ujung saraf, lempeng motorik di sambungan saraf otot rangka,

limpa, dan substansi kelabu dari otak.Di dalam tubuh, enzim ini dengan

cepat sekali memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin. Proses ini

sangat penting dalam pengantaran impuls saraf melalui sambungan saraf

atau sinaps. Cholinesterase II ditemukan dalam hati, jantung, pancreas,

substansi putih dari otak dan serum. Meskipun fungsi enzim ini dalam

fisiologi belum diketahui, akan tetapi pengukuran enzim ini secara klinis

bermanfaat. Sedikit sulit untuk membedakan kedua jenis cholinesterase

ini, oleh karena keduanya sama-sama dapat menghidrolisis substrat

sintesis asetilkolin bromida menjadi ion asetat (Sadikin, 2002).

Kedua enzim ini juga sama dihambat secara bersaing oleh

alkaloid prostigmin dan fisostigmin. Kedua alkaloid, seperti juga

asetilkolin, mempunyai amino kuaterner.Selain itu, kedua enzim ini

sama-sama memerlukan gugus –OH serin dalam situs katalitiknya agar

dapat berfungsi, karena keduanya tergolong ke dalam hidrolase serin.

Akibatnya, keduanya dapat dihambat dengan cara fosforilasi gugus ini

dengan menggunakan senyawa fosfat organik seperti DPFP (diisopropil

fluorofosfat). Selain itu berbagai senyawa penghambat yang sama dapat

menghambat aktivitas kedua enzim ini (Sadikin, 2002).

3. Aktivitas Cholinesterase di Dalam Serum

Aktivitas cholinesterase dalam serum sering disebut

pseudokolinesterase (CHS), untuk membedakannya dari asetilkolinesterase

(AcCHS) “sejati”, yang ditemukan di eritosit dan ujung saraf. Asetilkolin

adalah transmitter yang dibebaskan di endplate neuron motorik oleh

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

11

impuls listrik yang merambat dari ujung saraf ke arah otot.Asetilkolin

berdifusi dari ujung saraf ke otot dan menyebabkan depolarisasi listrik sel-

sel otot, diikuti oleh kontraksi otot. Asetilkolin kemudian dengan cepat

diuraikan menjadi asetat dan kolin oleh AcCHS di tempat pascasinaps

untuk menghentikan proses. Kegagalan menginaktifkan asetilkolin

menyebabkan paralisis otot (Sacher, 2004).

Pseudokolinesterase dalam serum (CHS) disintesis pada

hepatosit.AcCHS dan CHS merupakan enzim yang berbeda, yang dapat

diidentifikasi dalam laboratorium berdasarkan sifat-sifat

katalitiknya.AcCHS memiliki rentang spesifisitas substrat yang sempit,

sedangkan CHS mampu bekerja pada beragam ester kolin.Selain itu,

AcCHS aktif optimum pada konsentarsi asetilkolin yang rendah dan

dihambat oleh konsentrasi yang tinggi, sedangkan CHS aktif pada

konsentrasi substrat yang tinggi maupun rendah.Baik AcCHS maupun CHS

dihambat oleh senyawa organofosfat seperti insektisida yang biasa

digunakan di bidang pertanian (Sacher, 2004).

4. Pemeriksaan Enzim Cholinesterase

Pengukuran enzim ini merupakan petunjuk yang peka untuk

melihat fungsi hati. Jika terjadi penurunan aktivitas dalam serum (bukan

kenaikan), hal ini merupakan petunjuk akan adanya penurunan fungsi

hati, terutama fungsi sintesis. Ada beberpa cara atau metode dalam

pemeriksaan cholinesterase, yaitu

1. Pemeriksaan cholinesterase dengan tintometer kit

Prinsip kerja pengujian adalah darah yang mengandung enzim

cholinesterase membebaskan asam asetat dari acetylcholine sehingga

akan merubah pH larutan (mixture) darah dan indikator.

2. Pemeriksaancholinesterasedengan fotometer

a. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan enzim

cholinesterase adalah metode fotometrik.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

12

b. Prinsip Fotometer

Fotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

tingkat pengabsorpsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia

sebagai fungsi dari panjang gelombang. Didalam alat terdapat

program, panjang gelombang, dan faktor untuk masing-masing

jenis pemeriksaan, sehingga alat akan mengukur sampel sesuai

dengan jenis pemeriksaan. Sampel yang telah ditambahkan reagen

diaspirasikan oleh pipa khusus. Proses pengetesan dilakukan

secara semi otomatis dan hasil pembacaannya dikonversikan

menjadi hasil akhir tes kuantitatif.

c. Prinsip pemeriksaan cholinesterase

Cholinesterase (CHE) mengkatalisis hidrolisis dan

butiriltiocolin menjadi tiokolin menjadi asam butirik.Konsentrasi

tiokolin dan asam butirik ditentukan dari pengukuran jumlah

heksasianoferat (III) pada panjang gelombang 405 nm.

Butiril-tiokolin+H2O CHE tiokolin+asam butirik

2 tiokolin+2 OH+2 heksasianoferat (III) dithiobis

(kolin)+2 heksasianoferat (III)

C. Pengaruh Kadar Cholinesterase Pada Petani

Penggunaan pestisida secara berlebihan dan tidak

terkendaliseringkalimemberikan risiko keracunan pestisida bagi petani. Risiko

keracunan pestisida ini terjadi karena penggunaan pestisida pada

lahanpertanian khususnya sayuran. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

memperkirakan setiap tahun terjadi 1 – 5 juta kasus keracunan pestisida pada

pekerja pertanian dengan tingkat kematian mencapai 220.000 korban jiwa.

Sekitar 80% keracunan dilaporkan terjadi di negara-negara sedang

berkembang (Raini, 2004).

Kususnya untuk pestisida golongan organofosfat berikatan dengan

enzim dalam darah yang berfungsi mengatur kerjanya syaraf yaitu

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

13

cholinesterase. Cholinesterase adalah enzim darah yang diperlukan agar

syaraf dapat berfungsi dengan baik. Ketika seseorang keracunan organofosfat,

tingkat aktivitas cholinesterase akan turun.Ada dua tipe cholinesterase dalam

darah, yaitu yang terdapat dalam sel darah merah dan yang terdapat dalam

plasma darah. Apabila cholinesterase terikat, enzim tidak dapat menjalankan

tugasnya dalam tubuh terutama meneruskan perintah ke otot-otot tertentu

dalam tubuh, sehingga otot-otot senantiasa bergerak tanpa dapat dikendalikan

(Raini, 2004).

Pajanan pada dosis rendah, tanda, dan gejala umumnya dihubungkan

dengan stimulasi reseptor perifer muskarinik. Pada dosis lebih besar juga

mempengaruhi reseptor nikotinik dan reseptor sentral muskarinik. Aktivitas

ini kemudian akan menurun, dalam 2 – 4 minggu pada plasma dan 4 minggu

sampai beberapa bulan untuk eritrosit. Menurut World Health Organization

(WHO) penurunan aktivitas cholinesterase sebesar 30% dari normal sudah

dinyatakan sebagai keracunan. Sedangkan negara bagian California

menetapkan penurunan aktivitas cholinesterase dalam butir darah merah

sebesar 30% dan plasma 40% sebagai keracunan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah dengan metode deskriptif dengan

rancangan croos sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran

pemeriksaan kadar cholinesterase pada petani sayuran di Kalampangan.

Rancangan cross sectional artinya untuk megetahui prevalensi penyakit tertentu

dalam suatu populasi dan menguraikan ciri-ciri penderita untuk memperoleh

informasi yang lebih mendalam agar dapat digunakan sebagai dasar untuk

mengadakan penelitian yang spesifik (Budiarto, 2004).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014

2. Tempat

Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Klinik Program Studi Analis

Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Palangka

Raya.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalahkeseluran subjek penelitian atau objek yang diteliti

(Machfoedz, 2010).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah petani sayur yang

menggunakan pestisidadi KelurahanKalampangan.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel berupa Purposive Sampling, karena

sampel diambil dengan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai

responden menggunakan pestisida golongan organofosfat, responden

14

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

15

merupakan petani sayurandi Kelurahan Kalampangan Kota

Palangkaraya.

D. Teknik Pengambilan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti

langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari

responden.

2. Pengukuran

Teknik pengumpulan data dengan cara pengukuran aktivitas

cholinesterase pada petani sayuran di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka

Raya.

E. Instrumen Penelitian

1. Angket

Angket yang berisi pertanyaan pertanyaan pada petani sayuran di

Kalampangan dengan tujuan untuk mengetahui jenis/merek pestisida apa

yang digunakan, lama pemakaian jumlah pestisida yang digunakan untuk

menggambarkan kadar cholinesterase.

2. Alat

Alat yang digunakan adalah :

a) Spuit 3cc

b) Tourniquet

c) Kapas alkohol 70%

d) Spidol permanen (etiket)

e) Fotometer 5010 V5+

f) Sentrifuge

g) Mikropipet1000 µl, 50 µl, 20 µl, 5 µl

h) Blue tip, white tip.

i) Tabung reaksi 12x75 mm.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

16

j) Tissue

3. Reagen

Reagen yang digunakan adalah reagencholinesterase (Biosystem)

a) Reagen A : pyrophosphate 95 mmol/L, hexacyanoferrate (III) 2,5

mmol/L, pH 7,6

b) Reagen B : butyrylthiocholine 60 mmol/L

F. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel

a. Pengambilan sampel darah vena

1) Memilih lengan yang banyak melakukan aktivitas dan saat pengambilan

sampel posisi lengan pasien harus lurus, jangan membengkokan siku.

2) Meminta pasien untuk mengepalkan tangan.

3) Memasang tourniquet ± 10 cm diatas lipat siku.

4) Memilih vena mediana cubiti atau chepalic.

5) Membersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan

alkohol 70% dan dibiarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisisi

dan rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

6) Menusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap ke atas

dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 150 C. Bila jarum

berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam spuit. Bila darah

tidak keluar, posisi penusukan harus diganti (bila terlalu dalam, ditarik

sedikit dan sebaliknya), mengusahakan darah dapat keluar dengan satu

kali tusuk.

7) Tourniquet dilepaskan setelah volume darah 2 cc dan meminta pasien

untuk membuka kepalan tangannya.

8) Jarum ditarik/dilepaskan dan segera diletakkan kapas alkohol 70% diatas

bekas suntikan untuk menekan bagian tersebut selama ± 2 menit, setelah

darah berhenti, plester diletakkan pada bagian ini selama ± 15 menit.

Jangan menarik jarum sebelum tourniquet dibuka.

(sumber: panduan Good Laboratory Practice Depkes RI, 2004)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

17

b. Pengolahan Serum

1) Darah dibiarkan membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama

20-30 menit, kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5-15 menit.

2) Pemeriksaan serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan

sampel.

3) Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah (lisis) dan

keruh (lipemik).

(sumber: panduan Good Laboratory Practice Depkes RI, 2004)

2. Pemeriksaan kadar cholinesterase

a. Metode pemeriksaan

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan enzim cholinesterase

adalah metode fotometrik.

b. Prinsip

Prinsip Cholinesterase (CHE) mengkatalisis hidrolisis dan

butiriltiocolin menjadi tiokolin menjadi asam butirik.Konsentrasi

tiokolin dan asam butirik ditentukan dari pengukuran jumlah

heksasianoferat (III) pada panjang gelombang 405 nm.

Butiril-tiokolin+H2O CHE tiokolin+asam butirik

2 tiokolin + 2 OH + 2 heksasianoferat (III) dithiobis

(kolin) + 2 heksasianoferat (III)

c. Preparasi reagen

Work Reagen (WR) : masukkan reagen B kedalam reagen A,

homogenkan

4 ml Reagen A + 1 ml reagen B

d. Skema pipetasi

Work Reagen 1,5 ml

Sampel 25 µl

Homogenkan, ukur dengan fotometer dengan panjang gelombang

405 nm dan pada suhu 370 C (leaflet biosystem)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

18

e. Interprestasi hasil

Laki-laki 4620-11500 U/L

Perempuan 3930-10800 U/L

(leaflet, biosystem)

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing data yaitu data yang diperoleh hasil pemeriksaan kadar

cholinesterase pada petani sayuran di Kalampangan dilakukan editing data

untuk mengecek kebenaran data dan memudahkan proses tabulasi data.

b. Tabulasi data yaitu data yang berdasarkan kadar cholinesterase yang

dimasukkan dalam tabel.

2. Analisa data

Perbandingan hasil pemeriksaan kadarcholinesterase pada petani

dengan interprestasi hasil pada leaflet.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tempat Penelitian

Kalampangan merupakan ibukota Kecamatan Sebangau yang meliputi 6

(wilayah) kelurahan yaitu Kelurahan Kereng Bangkirai, Sebaru, Kalampangan,

Kameloh Baru, Bereng Bengkel, dan Danau Tundai. Batas wilayahnya terdiri dari

sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan Pahandut,

Kabupaten Pulang Pisau, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Kabupaten

Pulang Pisau, Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan.

Luas wilayah Kecamatan Sebangau adalah 583,50 km2atau 22% dari total

luas wilayah kota Palangkaraya. Jarak setiap Kelurahan ke ibukota Kecamatan

bervariasi karena letak geografis masing-masing Kelurahan. Dari 6 Kelurahan

yang berbada di wilayah Kecamatan Sebangau, Kelurahan Sebaru merupakan

yang terjauh berada sekitar 7,5 Km dari ibukota Kecamatan tetapi masih bisa

ditempuh dengan transportasi darat.Kelurahan Kalampangan mempunyai jumlah

Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) yang paling banyak diantara

Kelurahan yang lainnya.Jumlah penduduk di Kelurahan Kalampangan pada

tahun 2012 adalah 3.670. Jumlah pendudukkota Palangka Raya yang bekerja pada

sektor pertaniantahun 2012 berjumlah 10.114 (badan pusat statistik kota Palangka

Raya, 2013)

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kalampangan, dengan jumlah sampel yang

telah diperiksa pada penelitian ini sebanyak 18 sampel darah diambil dari petani

di Kalampangan yang menggunakan pestisida golongan organofosfat dan

dilakukan pemeriksaan cholinesterasedi Laboratorium Klinik Program Studi

Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Palangka Raya.

19

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

20

Hasil penelitian tentang gambaran pemeriksaan aktivitas cholinesterase

epada petani sayuran di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.1 klasifikasi sampel penelitian Jenis Kelamin Jumlah Sampel

Laki-laki 9 orang

Perempuan 9 orang

Total 18 orang

Sumber : data penelitian, 2014

Dari tabel 4.1 klasifikasi sampel yang berjenis kelamin laki-laki

jumlah 9 orang, jenis kelamin perempuan 9 orang dari total sampel

keseluruhan adalah 18 orang.

Tabel 4.2 klasifikasi sampel berdasarkan usia Usia Laki-laki Perempuan

30-40 tahun 3 orang 5 orang

40-50 tahun 3 orang 2 orang

50-60 tahun 3 orang 2 orang

Total 9 orang 9 orang

Sumber : data penelitian, 2014

Dari tabel 4.2 klasifikasi sampel berdasarkan usia, mulai dari 30-40

tahun ada 3 orang berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang berjenis kelamin

perempuan. 40-50 tahun 3 orang berjenis kelamin laki-laki, 2 oramg berjenis

kelamin perempuan.50-60 tahun 3 orang berjenis kelamin laki-laki, 2 orang

berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.3 klasifikasi sampel berdasarkan jenis/merek pestisida Jenis/merk bahan aktif Jumlah

Curacron Profenofos 7 orang

Dursban Klorpirifos 11 orang

Total 18 orang

Sumber : data penelitian, 2014

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

21

Pada tabel 4.3 ada 2 merek atau jenis pestisida yang digunakan oleh

petani, merek Curacron dengan bahan aktif profenofos ada 7 orang yang

menggunakan pestisida ini, merek dursban dengan aktif klopirifos ada 11

orang yang menggunakan pestisida jenis ini dari dari total keseluran

berjumlah 18 orang.

Tabel 4.4 distribusi faktor lama kontak dengan pestisida Lama pajanan Jumlah

Lama bekerja >10 tahun <10 tahun

11 7

Lama pajanan kontak dengan pestisida selama penyemprotan >2 jam <2 jam

8

10

Waktu terakhir menyemprot >7 hari yang lalu <7 hari yang lalu

6 12

Penggunaan APD Menggunakan Tidak menggunakan

2 16

Sumber : data penelitian, 2014

Tabel 4.4 klasifikasi berdasarkan lama bekerja, lama kontak dengan

pestisida, waktu terakhir menyemprot dan penggunaan APD.

Tabel 4.5 hasil pemeriksaan kadarcholinesterase pada petani sayuran di Kalampangan No Nama Hasil Keterangan

1 Ny. A 8536 U/L

Normal

2 Tn. B

6306 U/L Normal

3 Tn. D 6155 U/L Normal

4 Tn. E 7118 U/L

Normal

5 Ny. F 7580 U/L

Normal

6 Tn. G 6553 U/L

Normal

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

22

7 Tn. H 7658 U/L Normal

8 Tn. I 8411 U/L Normal

9 Tn. J 8383 U/L

Normal

10 Ny. K 7185 U/L

Normal

11 Tn. L 7025 U/L Normal

2 Ny. M 9028 U/L Normal

13 Ny. N 8396 U/L

Normal

14 Ny. O 9711 U/L

Normal

15 Ny. P 8992 U/L

Normal

16 Ny. Q 8876 U/L

Normal

`17 Ny. R 9544 U/L

Normal

18 Tn. S

8566 U/L Normal

Sumber : hasil uji laboratorium 2014

C. Pembahasan

Cholinesterase adalah suatu enzim, suatu bentuk dari katalis biologik,

yang didalam jaringan tubuh berperan untuk menjaga agar otot-otot, kelenjar-

kelenjar dan sel-sel saraf bekerja secara terorganisir dan harmonis. Jika aktivitas

cholinesterase turun secara drastis maka akan timbul gejala berupa kejang-

kejang, tremor yang diikuti dengan kehilangan kesadaran (Prasetya dkk, 2010)

Dalam penelitan gambaran pemeriksaan aktivitascholinesterase pada

petani sayuran di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya dengan jumlah

sampel 18 orang diperoleh hasil 100% normal. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kadar cholinesterase yaitu :

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

23

1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dari 18 responden 2

diantaranya yang menggunakan APD, 16 responden lainnya tidak

menggunakan APD.

Penggunaan APD secara lengkap mempunyai pengaruh secara bermakna

terhadap kadarcholinesterase darah responden. Salah satu factor yang sering

dilupakan petani , apalagi bila ada kelainan pada kulit dan atau bersama

keringat, penyerapan pestisida melalui kulit akan lebih efektif. Keracunan

karena partikel pestisida atau butiran semprot terhisap melalui hidung

merupakan kasus terbanyak nomor dua setelah kontaminasi kulit, tangan,

pernafasan dan mata.

2. Lama tiap kali penyemprotan

Lama penyemprotan adalah lama waktu yang digunakan untuk

menyemprot tanamanmenggunakan pestisida organofosfat dalam satuan jam

setiap harinya. Jika lama penyemprotan petani masih dalam batas aman 1-3

jam maka keracunan akibat pestisida bisa diminimalisir. Gejala keracunan

pestisida bisa timbul setelah 4 jam kontak,tetapi bisa timbul setelah 12 jam.

Lama petani kontak dengan pestisida maka akan semakin besar kemungkinan

petani mengalami keracunan apalagi jika diiringi dengan waktu

penyemprotan.

Dari hasil penelitian yang telah lakukan ditinjau dari lama paparan

terhadap pestisida golongan organofosfat tiap kali menyemprot tanaman atau

sayurankurang dari 4 jam sehingga keracunan masih bisa terhindari.

3. Pengelolaan pestisida

Pengelolaan pestisida adalah tindakan yang dilakukan responden

sebelum, selama dan sesudah penyemprotan yang meliputi percikan,

penyemprotan pestisida, perlakuan terhadap pestisida, kelengkapan APD,

penyimpanan pestisida, dan pembuangan kemasan pestisida.Biasanya petani

cendrung menganggap ringan bahaya pestisida sehingga tidak mematuhi

syarat-syarat keselamatan dalam penggunaan pestisida.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

24

Dari hasil penelitian yang telah lakukan dengan bertanya langsung

dengan responden penyimpanan pestisida di sekitar kebun, tidak didalam

rumah sehingga tidak terpapar langsung dengan keluarga petani.

Petani di Kalampangan yang menjadi responden rata-rata melakukan

penyemprotan 1 minggu sekali. Waktu terakhir pemakaian atau kontak

dengan pestisida ketika melakukan penelitian rata-rata terakhir kontak dengan

pestisida 1 minggu yang lalu sekitar tanggal 26 Mei 2014 dan ada juga

beberapa yang lebih dari 1 minggu.

Untuk keracunan ringan dengan istirahat minimal 1 minggu dapat

meningkatkan aktivitas menaikan cholinesterase menjadi normal, sedangkan

untuk keracunan yang sedang memerlukan waktu istirahat yang lebih lama

untuk mencapai aktivitas cholinesterase normal (Raini, dkk 2004).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - umpalangkaraya.ac.id · memiliki aktivitas transmitter (Marselina, 2011). Gambar 2.2 proses pelepasan neurotransmitter Cholinesterase disintesis didalam hati atau

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada penelitian tentang gambaran pemeriksaan aktivitas cholinesterase

pada petani sayuran di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya pada

bulan Juni 2014 dapat disimpulkan berdasarkan hasil pemeriksaan

cholinesterase pada petani sayuran di Kelurahan Kalampangan dari sampel

diperoleh hasilnya 100% normal.

B. Saran

1. Bagi masyarakat atau petani hendaknya ketika melakukan penyemprotan

agar menggunakan APD dan dos pemakain sesuai dengan yang

dianjurkan.

2. Bagi mahasiswa Analis Kesehatan, penelitian ini dapat menjadi sebagai

masukan untukpenelitian selanjutnya yang lebih mendalam dengan sampel

yang lebih banyak lagi dengan sampel yang sudah diskrining

3. Pemakain pestisida ketika melakukan penyemprotan sebisa mungkin

kurang dari 4 jam.

25