BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... ·...

23
1 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ledakan jumlah penduduk menyebabkan dampak yang tidak menguntungkan seperti wabah penyakit, kerusakan lingkungan, pemanasan global, dan kelaparan (Rahayu, 2012). Untuk menanggulangi ledakan penduduk tersebut maka diperlukan suatu pengendalian yang sistematis, terarah, dan terukur salah satunya dengan penggunaan kontrasepsi melalui program Keluarga Berencana (KB). Metode kontrasepsi yang mendapat prioritas paling tinggi ditujukan untuk wanita, sementara pria yang mempunyai keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam program KB hanya mempunyai pilihan yang lebih sedikit dalam metode kontrasepsi dimana dapat memberikan hasil yang efektif, reversibel, dan tidak mengiritasi (Agrawal et al., 2012). Metode kontrasepsi pria yang masih digunakan saat ini adalah vasektomi, kondom, dan senggama terputus. Namun, penggunaan metode kontrasepsi untuk pria tersebut belum sepenuhnya dapat diterima masyarakat karena sebagian beranggapan bahwa metode-metode tersebut belum dapat 100% mencegah kehamilan dan adanya efek samping yang ditimbulkan. Upaya peningkatan partisipasi pria dalam program KB perlu ditingkatkan melalui penelitian bahan antifertilitas yang digunakan sebagai bahan kontrasepsi yang aman dan efektif bagi pria (Rahayu, 2012). Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional masih terus berlangsung hingga sekarang. Penggunaan tanaman obat tradisional ini dinilai memberikan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ledakan jumlah penduduk menyebabkan dampak yang tidak

menguntungkan seperti wabah penyakit, kerusakan lingkungan, pemanasan global,

dan kelaparan (Rahayu, 2012). Untuk menanggulangi ledakan penduduk tersebut

maka diperlukan suatu pengendalian yang sistematis, terarah, dan terukur salah

satunya dengan penggunaan kontrasepsi melalui program Keluarga Berencana

(KB). Metode kontrasepsi yang mendapat prioritas paling tinggi ditujukan untuk

wanita, sementara pria yang mempunyai keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam

program KB hanya mempunyai pilihan yang lebih sedikit dalam metode

kontrasepsi dimana dapat memberikan hasil yang efektif, reversibel, dan tidak

mengiritasi (Agrawal et al., 2012). Metode kontrasepsi pria yang masih digunakan

saat ini adalah vasektomi, kondom, dan senggama terputus. Namun, penggunaan

metode kontrasepsi untuk pria tersebut belum sepenuhnya dapat diterima

masyarakat karena sebagian beranggapan bahwa metode-metode tersebut belum

dapat 100% mencegah kehamilan dan adanya efek samping yang ditimbulkan.

Upaya peningkatan partisipasi pria dalam program KB perlu ditingkatkan melalui

penelitian bahan antifertilitas yang digunakan sebagai bahan kontrasepsi yang aman

dan efektif bagi pria (Rahayu, 2012).

Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional masih terus berlangsung

hingga sekarang. Penggunaan tanaman obat tradisional ini dinilai memberikan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

2

efek samping dan toksisitas yang lebih rendah dibandingkan dengan obat-obat

sintesis. Telah diketahui ada 74 tanaman yang secara empiris digunakan oleh

masyarakat sebagai obat tradisional, salah satunya adalah tanaman pacing (Costus

speciosus) (Rahayu, 2012). Daun pacing sudah banyak digunakan di pulau

Wawonii, Sulawesi Tenggara sebagai obat tradisional untuk KB dan perawatan

pasca melahirkan dengan cara direbus kemudian diminum (Rahayu, 2012).

Tumbuhan ini mudah untuk dibudidayakan di Indonesia. Senyawa-senyawa yang

terkandung di dalam tanaman pacing yaitu antara lain diosgenin, saponin steroid

seperti prosapogenin, α dan β-dioscin, saponin furostanol seperti costusoid I & J,

asam oktasonoat, dan sikloartenol (Rahayu, 2012). Senyawa yang terkandung

dalam pelarut air diantaranya steroid, fenolik, dan saponin.

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh ekstrak kental herba pacing terhadap perilaku seksual tikus

jantan, dan kemampuan membuntingkan. Dalam jangka panjang, hasil penelitian

ini dapat dikembangkan untuk menunjang penelitian-penelitian selanjutnya dalam

menghasilkan obat kontrasepsi pria yang bersifat reversibel dan memiliki efek

samping rendah, tanpa menurunkan libido.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

3

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

dilakukan penelitian untuk mengetahui:

1. Apakah ekstrak air herba pacing (Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith)

mengganggu perilaku seksual (sexual behavior) tikus jantan strain Wistar,

dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan?

2. Apakah ekstrak air herba pacing (Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith)

berpengaruh terhadap kemampuan tikus jantan dalam membuahi tikus betina?

3. Apakah efek yang ditimbulkan ekstrak air herba pacing (Costus speciosus

(Koen.) J.E. Smith) terhadap sexual behavior dan kemampuan membuahi

bersifat sementara?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh ekstrak air herba pacing (Costus speciosus (Koen.) J.E.

Smith) terhadap sexual behavior tikus jantan strain Wistar.

2. Mengetahui pengaruh ekstrak air herba pacing (Costus speciosus (Koen.) J.E.

Smith) terhadap kemampuan tikus jantan strain Wistar dalam membuahi tikus

betina.

3. Mengetahui reversibilitas efek ekstrak air herba pacing (Costus speciosus

(Koen.) J.E. Smith) terhadap sexual behavior dan kemampuan membuahi tikus

jantan strain Wistar.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

4

Tinjauan Pustaka

Uraian tanaman pacing

a. Morfologi

Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith (pacing) adalah herba dengan

tinggi 0,5-3 m. Tangkai daun panjangnya maksimal 1,5 cm. Helaian daun

memanjang sampai bentuk lanset, ujung meruncing, terutama di bagian

bawah berambut. Bunga duduk, bentuk bulir terminal rapat, putih, merah.

Daun pelindung bulat telur sampai memanjang dengan ujung meruncing yang

berduri menempel. Kelopak tidak rontok, serupa tulang. Panjang tabung

mahkota ± 1 cm, lebar 0,5 cm, bentuk corong. Buah kotak, bentuk telur,

merah, tinggi 1,5-3 cm. Pacing tumbuh pada tempat lembab dan teduh

(Rahayu, 2012).

Klasifikasi tanaman pacing adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Costus

Jenis : Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith

(Rahayu, 2012)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

5

Gambar 1. Tanaman pacing

b. Kandungan kimia

Kandungan kimia tanaman pacing yang menghasilkan efek terapi

diantaranya adalah diosgenin, saponin steroid seperti prosapogenin, α dan β-

dioscin, saponin furostanol seperti costusoid I & J, asam oktasonoat dan

sikloartenol. Diosgenin pada batang sebesar 0,65%, daun 0,37%, dan pada

bunga 1,21% (Rahayu, 2012). Sedangkan diosgenin pada rimpang sebesar

0,2% (Rahayu, 2012). Senyawa dalam pacing yang terdapat dalam pelarut air

yaitu steroid, fenolik, dan saponin (Devi & Urooj, 2010).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

6

Gambar 2.Tabel kandungan senyawa dalam daun CSP (Costus speciosus (Koen.) J.E. Sm) di

dalam berbagai pelarut. Keterangan ve (value expressed) menunjukkan kandungan senyawa

dalam pacing (Costus speciosus (Koen.) J.E. Sm.) (Devi & Urooj, 2010).

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa diosgenin dari rimpang pacing

dapat dikonversi menjadi 3β-asetoksi-5,16-pregnadien-20-on, yaitu suatu

senyawa intermediet pada sintesis obat-obat steroid termasuk senyawa

kontraseptik (Rahayu, 2012).

c. Kegunaan

Tanaman pacing memiliki aktivitas farmakologi sebagai antidiabetik,

hipolipidemik, hepatoprotektif, antifertilitas, antioksidan, dan antifungi.

Tanaman ini juga diketahui memiliki aktivitas sebagai antirhematik,

mengobati asma bronkial, leprosi dan sebagai kardiotonik (Rahayu, 2012).

Diosgenin dari rimpang pacing dapat dikonversi menjadi 3β-asetoksi-

5,16-pregnadien-20-on, yaitu suatu senyawa intermediet pada sintetis obat-

obat steroid termasuk senyawa kontraseptik (Rahayu, 2012). Hasil isolasi

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

7

diosgenin dapat digunakan untuk mensintesis senyawa semisintesis

progesteron (Marker & Krueger, 1940).

Sexual behavior pada pria

Sexual behavior (aktivitas seksual) pada pria terdiri dari suatu pola

kompleks respon genital dan somatotor, ditimbulkan, diatur, dan dikontrol oleh

sinyal eksternal dan internal. Hal ini termasuk hubungan seks, yang dimulai dengan

precopulatory behavior yang ditandai dengan kemampuan pria untuk merasakan

gairah seksual, menilai kepantasan untuk bersetubuh, dan merangsang respon

penerimaan dari pasangan (Hull et al., 1999).

Sexual behavior dipengaruhi oleh hormon dan senyawa kimia. Hormon

yang berperan dalam sexual behavior adalah hormon androgen, dimana hormon ini

mengatur fungsi seksual pada pria. Pemberian hormon androgen eksogen pada

pasien hipogonadisme dapat mempengaruhi seksualitas seperti penimbulan hasrat

seksual, aktivitas seksual dan orgasme melalui koitus maupun masturbasi

(Nieschlag et al., 2004). Hormon androgen berfungsi dalam fungsi seksual hanya

jika level hormon endogen rendah secara tidak normal. Hal ini berhubungan dengan

hormon testosteron, dimana ketika testosteron masih berada pada rentang normal,

maka hormon androgen tidak akan mempengaruhi fungsi seksual (Nieschlag et al.,

2004). Androgen diatur dengan mekanisme homeostatis, dimana dengan adanya

pemberian testosteron dalam jumlah berlebih, maka produksi dari dalam tubuh akan

ditekan, atau metabolisme akan ditingkatkan, hal ini ditunjukkan dari tidak adanya

kenaikan level hormon dalam peredaran. Adanya mekanisme ini dapat

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

8

menyebabkan kegagalan pada pemberian obat steroid (testosterone undecanoate)

pada fungsi ereksi, dikarenakan kegagalan mengubah level hormon androgen

(Nieschlag et al., 2004). Pengaruh hormon pada sexual behavior tiap pria bersifat

individual, dimana tiap pria mempunyai respon yang berbeda (Nieschlag et al.,

2004).

Senyawa kimia yang berperan dalam sexual behavior adalah dopamin (DA).

Dopamin merupakan suatu senyawa dalam otak, sudah banyak diyakini berperan

pada libido dan aktivitas seksual pada pria (Hull et al., 1999). Dopamin sudah lama

dikenal dalam mempengaruhi fungsi seksual pria, termasuk L-DOPA, suatu

prekursor dari dopamin.

Dopamin disekresikan karena ada pengaruh dari testosteron. Testosteron

mengupregulasi pelepasan enzim Nitric Oxide Synthase (NOS) di Medial Preoptic

Area (MPOA). NOS merupakan suatu enzim yang mengubah L-arginin menjadi L-

sitrulin, sehingga terbentuklah gas Nitric Oxide (NO). Gas NO merupakan suatu

gas yang bersifat sangat reaktif dan berperan dalam peningkatan level dopamin

ekstrasel, dengan cara menginhibisi transporter dopamin. Upregulasi NOS yang

dikontrol oleh testosteron, akan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas

NOS sehingga gas NO di MPOA akan meningkat. Peningkatan gas NO di MPOA

akan meningkatkan pelepasan dopamin sehingga menyebabkan timbulnya

dorongan seksual, refleks genital, dan kopulasi (Hull et al., 1999). L-arginin yaitu

merupakan prekursor dopamin, dapat meningkatkan dopamin ekstrasel di MPOA,

diukur dengan menggunakan mikrodialisis. Pemberian inhibitor NOS dapat

menurunkan pelepasan dopamin dilihat selama kopulasi (Hull et al., 1999).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

9

Gambar 3. Peranan testosteron dalam sexual behavior. Peningkatan pelepasan dopamin akan

meningkatkan respon terhadap rangsangan dari tikus betina estrus, meningkatkan probabilitas,

frekuensi, dan efisiensi kopulasi (Hull et al., 1999)

Peran dopamin dalam aktivitas seksual adalah dengan menghilangkan

inhibisi tonik (Hull et al., 1999). Suatu respon yang ditimbulkan karena hormon

steroid akan menyebabkan terjadinya peningkatan respon pada beberapa serabut

syaraf (neuron), namun neuron tersebut tidak dapat merespon rangsangan secara

utuh kecuali ada penghilangan inhibisi tonik. Sehingga dengan kata lain, dopamin

memfasilitasi hormon steroid agar dapat dengan mudah menstimulasi respon

seksual.

Saat ada rangsangan seksual dan kopulasi, dopamin akan dilepaskan di

setiap sistem-sistem integratif utama yang terlibat dalam dorongan seksual dan

genital dan respon somatotor pada tikus jantan, yaitu medial preoptic area

(MPOA), system integrative mesolimbik, dan system integrative nigrostriatal.

MPOA, merupakan suatu bagian otak yang terletak pada ujung rostral di

hipotalamus yang mana berperan penting dalam pengaturan aktivitas endokrin, dan

ekspresi sexual behavior pada pria. Dopamin MPOA berperan dalam kontrol

aktivitas seksual. Pelepasan dopamin MPOA berperan dalam dorongan pria akan

rangsangan seksual, pengaturan refleks genital yang diperlukan untuk ereksi dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

10

ejakulasi, dan meningkatkan pola khusus kopulasi tiap spesies (Hull, 1995), selain

itu sekresi dopamin MPOA akan meningkatkan probabilitas, tingkatan, dan

efisiensi dari kopulasi (Hull et al., 1999). Dopamin pada MPOA dapat

memodifikasi respon sensorik dengan membiaskannya sehingga hanya diutamakan

respon rangsangan seksual. Dopamin MPOA lebih berperan dalam performa

kopulasi. Dopamin mesolimbik yang dilepaskan pada daerah nucleus accumbens

(daerah terminal mesolimbik) mempengaruhi hasrat seksual, sedangkan dopamin

nigrostriatal dilepaskan di dalam dorsal striatum saat pria mulai berhubungan seks,

dan perannya lebih pada aktivasi motorik daripada dorongan untuk berhubungan

seksual (Hull et al., 1999).

Gambar 4. Konsep sistem dopamine dalam meregulasi sexual behavior pada pria (Hull,

1995).

Pelepasan dopamin dapat menstimulasi 2 reseptor, yaitu D1-like receptors,

dan D2-like receptors. Stimulasi pada D1-like receptors akan mencegah terjadinya

premature ejaculations, sedangkan stimulasi D2-like receptors oleh dopamin pada

dosis yang tinggi akan mencegah terjadinya ereksi, dan memperlambat onset dari

kopulasi (Hull et al., 1999), sehingga dimungkinkan berperan pada kepasifan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

11

seksual saat postejakulasi. Pemberian level ekstraseluler dopamin yang berbeda

akan memiliki efek yang berbeda pada jenis reseptor yang berbeda, sehingga dapat

digunakan untuk mengontrol waktu dari tahapan-tahapan kopulasi.

Penghambatan aktivitas seksual

Penghambatan pada aktivitas seksual salah satunya disebabkan karena

sekresi 5-HT (serotonin). Antidepresan golongan SSRIs (Selective Serotonin

Reuptake Inhibitor class) mengganggu fungsi orgasme/ ejakulasi dan ereksi (Hull

et al., 1999). Mikroinjeksi dosis tinggi 5-HT kedalam MPOA dapat mengganggu

aktivitas seksual pada pria (Hull et al., 1999). Kebalikannya, penurunan aktivitas

serotonik karena lesi maupun inhibisi sintesis, dapat memicu aktivitas seksual (Hull

et al., 1999). Pelepasan 5-HT pada POA dan medial basal hipotalamus terjadi

setelah ejakulasi, dan tingginya level 5-HT dapat memicu kepasifan seksual. Hasil

ini diperoleh dari meningkatnya level jaringan 5-HT pada POA dan 5-HIAA

(metabolit utama dari 5-HT) pada dialisat (Hull et al., 1999). Namun, hasil

penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada perubahan level 5-HT ekstraseluler

pada MPOA selama kopulasi maupun setelah ejakulasi, tetapi 5-HT dilepaskan di

anterior lateral hipotalamus (LHA) setelah ejakulasi (Hullet al., 1999). 5-HIAA

kemungkinan berdifusi dari LHA ke POA, karena metabolit dari senyawa

monoamin yang bersifat asam akan menempuh jarak yang lebih jauh untuk

berdifusi daripada senyawa monoamin itu sendiri (Hull et al., 1999). Mikroinjeksi

SSRI pada daerah LHA akan meningkatkan latensi kopulasi dan ejakulasi setelah

kopulasi dimulai. Oleh karena itu, LHA merupakan daerah dimana SSRI

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

12

memberikan efek gangguan pada fungsi seksual manusia. Pemberian 5-HT secara

unilateral via reverse dialysis pada LHA akan menurunkan level basal dopamin

pada daerah ipsilateral nucleus accumbens (NAcc), yaitu suatu daerah terminal

utama pada system mesolimbik dopamin. Lebih jauhnya, tidak ada peningkatan

level dopamine pada NAcc sebelum maupun selama kopulasi selama pemberian 5-

HT. Peran 5-HT pada LHA pada kepasifan seksual adalah dengan menghambat

aktivitas pada traktus dopamin mesolimbik, dimana memegang peranan penting

pada semua jenis hasrat seksual (Hull et al., 1999).

Fase-fase sexual behavior

Adanya respon berupa dorongan seksual muncul setelah menerima

rangsangan seksual. Pada manusia, respon seksual dibagi menjadi empat fase, yaitu

fase eksitasi (excitement phase), fase plato (plateu phase), fase orgasme (orgasmic

phase), dan fase resolusi (resolution phase).

Gambar 5.Fase-fase sexual behavior pada pria dan wanita (Bhasin & Benson, 2006)

Pada fase eksitasi (excitement phase) ditandai dengan meningkatnya

kecepatan detak jantung dan nafas, tekanan darah meningkat, puting menjadi

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

13

mengeras, penis mulai mengalami ereksi, testis turun, dan kulit menjadi kemerah-

merahan, yang disebut dengan “sex flush” (Bhasin & Benson, 2006). Fase ini

berlangsung selama beberapa menit maupun beberapa jam (Bhasin & Benson,

2006).

Fase plato (plateu phase) adalah kelanjutan dari fase eksitasi. Fase ini

ditandai dengan peningkatan detak jantung menjadi lebih kencang, kesenangan/

hasrat seksual meningkat, kandung kemih menutup, otot di dasar penis berkontraksi

secara teratur, tekanan pada otot meningkat, kemungkinan terjadi spasme pada kaki,

wajah dan tangan, dan pria mulai mensekresikan cairan semen dalam jumlah yang

sedikit (Bhasin & Benson, 2006).

Fase orgasme (orgasmic phase) adalah fase dimana terjadi pelepasan

tekanan seksual, dan berasosiasi dengan kontraksi pada otot pelvis dan anal

sphincter. Pada fase ini, terjadi ejakulasi cairan semen, dan kenikmatan seksual.

Pada awal fase emisi, cairan semen berkumpul di bulbus uretra dan berasosiasi

dengan sensasi bahwa orgasme akan segera terjadi. Ejakulasi cairan semen dari

penis membutuhkan kontraksi dari periuretra (periurethral) dan otot pelvis yang

lain. Kulit akan berubah warna menjadi kemerah-merahan, disebabkan karena “sex

flush” yang terjadi di seluruh tubuh, walaupun “sex flush” ini dapat terjadi di fase

awal (Bhasin & Benson, 2006).

Fase yang terakhir adalah fase resolusi (resolution phase). Pada fase ini, otot

mulai relaksasi, terjadi penurunan detak jantung dan tekanan darah, dan penis mulai

kehilangan ereksinya. Setelah orgasme dan ejakulasi, pria akan memasuki periode

refraksi (refractory period), dimana pada fase ini pria tidak dapat mencapai

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

14

orgasme lagi, begitu juga dengan wanita (Bhasin & Benson, 2006). Lamanya

periode refraksi ini berbeda-beda untuk tiap pria (Bhasin & Benson, 2006).

Tahap-tahap aksi seksual

Sumber impuls terpenting untuk menimbulkan tindakan seksual pria berasal

dari glans penis karena glans penis mengandung sistem organ-akhir sensoris yang

sangat rapi, yang menghantarkan ke susunan syaraf pusat suatu modalitas kesan

khusus yang dinamakan kesan seksual. Kesan seksual dapat berasal dari struktur

interna, seperti perangsangan daerah uretra, kandung kemih, prostat, vesikula

seminalis, testis, dan vas deferens. Salah satu penyebab dorongan seksual

diakibatkan oleh pengisian sekret berlebihan pada organ seksual.

Rangsangan psikis yang sesuai dapat sangat meningkatkan kemampuan

seseorang untuk melakukan tindakan seksual. Memikirkan gagasan seksual atau

mimpi sedang melakukan hubungan seksual dapat menyebabkan terjadinya

tindakan seksual pria dan mencapai puncaknya yaitu ejakulasi. Walaupun faktor

psikis memegang peranan penting pada tindakan seksual pria, serebrum mungkin

tidak memegang peranan penting dalam pelaksanaannya, karena ejakulasi pada

manusia dan beberapa binatang dapat dicapai dengan pemberian rangsangan yang

cocok pada organ genitalia, meskipun medulla spinalisnya telah dipotong pada

daerah lumbal. Oleh karena itu, tindakan seksual yang muncul pada pria akibat

mekanisme refleks yang terintegrasi pada daerah sakral dan lumbal medulla spinalis

dapat diaktifkan oleh rangsangan psikis atau rangsangan seksual yang sebenarnya.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

15

Aksi seksual pria terdiri dari tiga tahapan yaitu ereksi, emisi, dan ejakulasi

(Marlina,1999).

a. Ereksi

Ereksi merupakan efek pertama rangsangan seksual pria, dan derajat

ereksi sebanding dengan derajar perangsangan, baik secara psikis maupun fisik.

Penyebab ereksi yaitu karena adanya impuls parasimpatis yang berjalan dari

bagian sacral medulla spinalis menuju nervi erigentes ke penis, serat-serat

parasimpatis ini mensekresikan nitrogen oksida (NO), sehingga berbeda dengan

serat parasimpatis kebanyakan. Sekresi NO menyebabkan pelebaran arteri-arteri

pada penis, demikian juga jalan kerja trabekular serat otot polos di dalam

jaringan erektil dari korpus kavernosa dan korpus spongiosum dalam batang

penis (Marlina, 1999).

Jaringan-jaringan erektil ini tidak lain merupakan sinusoid-sinusoid

kavernosa yang besar, yang dalam keadaan normal relatif kosong tetapi akan

sangat melebar saat darah arteri mengalir dengan cepat kedalamnya sementara

aliran vena dibendung. Juga badan erektil terutama kedua korpus karvenosa

dikelilingi oleh selubung fibrosa yang kuat. Oleh karena itu, tekanan tinggi

dalam sinusoid menyebabkan pengembangan jaringan erektil sedemikian rupa

sehingga penis menjadi keras dan panjang (Marlina, 1999).

b. Emisi dan ejakulasi

Page 16: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

16

Emisi dan ejakulasi merupakan puncak tindakan seksual pria. Ketika

rangsangan seksual menjadi sangat kuat, pusat refleks pada medulla spinalis

mulai melepaskan impuls simpatis yang meninggalkan medulla spinalis padaL-

1 dan L-2 dan menuju ke organ genital melalui pleksus hipogastrik untuk

menimbulkan emisi dan selanjutnya ejakulasi (Marlina, 1999).

Emisi dimulai dengan kontraksi vas deferens dan ampuls yang

menyebabkan sperma masuk uretra interna. Lalu, otot-otot yang melapisi

kelenjar prostat berkontraksi dan diikuti dengan kontraksi vesikula seminalis,

yang mengeluarkan cairan prostat dan seminal, mendorong sperma lebih jauh.

Semua cairan ini bercampur dalam uretra interna dengan mukus yang telah

disekresi oleh kelenjar bulbouretralis untuk membentuk semen. Inilah yang

disebut dengan proses emisi (Marlina, 1999).

Pengisian uretra interna secara serempak kemudian menimbulkan sinyal

yang dihantarkan melalui syaraf pudendus ke daerah sacral medulla spinalis

yang menimbulkan suatu sensasi kepenuhan yang mendadak dalamorgan

kelamin interna. Juga sinyal sensoris lebih jauh lagi membangkitkan kontraksi

ritmik dari organ kelamin interna dan menyebabkan kontraksi otot-otot

iskiokarvenosus dan bulbokarvenosus yang menekan dasar jaringan erektil

penis. Kedua pengaruh ini menyebabkan peningkatan tekanan ritmik seperti

gelombang di dalam duktus genital dan uretra, yang mengejakulasikan semen

dari uretra ke luar. Proses ini disebut ejakulasi. Pada waktu yang sama, kontraksi

berirama dari otot pelvis dan bahkan beberapa otot tubuh menyebabkan gerakan

pendorongan pelvis dan penis, yang juga membantu mengalirkan semen ke

Page 17: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

17

dalam bagian terdalam vagina dan mungkin bahkan sedikit ke dalam serviks

uterus. Keseluruhan periode emisi dan ejakulasi ini disebut orgasme pria

(Marlina, 1999).

Fertilisasi

Fertilisasi adalah suatu proses dimana gamet haploid, yaitu sel sperma pria

dan sel telur wanita melebur menjadi satu, dimana proses ini terjadi didalam daerah

ampula pada pembuluh (tube) uterin (Sadler, 2012). Fertilisasi tidak langsung

terjadi seketika saat sperma memasuki organ genital wanita. Untuk terjadi

fertilisasi, sperma harus melalui dua proses yaitu kapasitasi dan reaksi akrosom.

Kapasitasi adalah proses pelepasan lapisan glikoprotein dan seminal plasma

dari membran plasma pada daerah akrosomal spermatozoa. Tujuan kapasitasi

adalah untuk mengkondisikan sperma dengan jalur reproduksi wanita. Pada proses

ini, diperlukan interaksi epitelial antara sperma dan lapisan mukosa pada tube

(Sadler, 2012).

Reaksi akrosom terjadi setelah sperma menempel pada zona pelusida sel

telur. Reaksi ini diinduksi oleh zona protein, dan memuncak ketika terjadi

pelepasan enzim yang dibutuhkan untuk penetrasi pada zona pelusida, termasuk di

dalamnya adalah akrosin dan substansi mirip tripsin (Sadler, 2012).

Suatu sperma harus dapat menembus massa cumulus (cumulus mass) yang

menyelimuti sel telur untuk dapat mencapai zona pelusida (ZP) pada oosit.

Akrosom sperma mengandung beberapa enzim hidrolase, termasuk di dalamnya

adalah hyaluronidase, yaitu enzim yang berperan penting dalam penetrasi sperma

Page 18: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

18

melalui lapisan sel folikel yang tersusun dari substansi yang kental dan menyerupai

gel. Sel folikel ini merupakan lapisan ekstraseluler dari kompleks cumulus

(cumulus complex), yang mengelilingi oosit. Enzim hyaluronidase menyebabkan

depolimerisasi dari asam hyaluronat, yaitu komponen penting penyusun matriks

ekstraseluler, dan suatu glikosaminoglikan yang tersusun dari unit-unit disakarida,

yaitu asam D-glukoronat dan N-asetil-D-glukosamin sampai oligosakarida

berukuran kecil (Srivastavet al., 2010). Degradasi hyaluronan dipercepat oleh

adanya katalisator yaitu PH-20 (testicular hyaluronidase), dan suatu glikosil

fosfatidilinositol (GPI) yang terintegrasi dengan membran protein sperma.

Degradasi hyaluronan menyebabkan akrosom sperma mempenetrasi massa

cumulus (cumulus mass) (Srivastav et al., 2010). PH-20 memiliki rentang pH yang

lebar yaitu 3,2-9,0. Rentang pH yang lebar ini menyebabkan PH-20 berperan

sebagai protein yang bersifat multifungsional, diantaranya sebagai hyaluronidase,

sebagai reseptor untuk asam hyaluronidase yang menginduksi sinyaling sel

(hyaluronic acid-induced cell signaling), dan sebagai reseptor untuk glikoprotein

pada zona pelusida yang menyelimuti oosit (Srivastavet al., 2010).

Selain PH-20, suatu protein yang bernama hyaluronidase HyaI5 juga

memiliki aktivitas menghidrolisis hyaluronan. Karenanya, HyaI5 memiliki peran

penting dalam penetrasi sperma melalui massa cumulus (cumulus mass),

kemungkinan bekerja sama dengan PH-20. HyaI5 terekspresi di testis dan banyak

terdapat di sperma epididimis tikus (Srivastav et al., 2010).

Fertilisasi terdiri dari tiga fase, yaitu:

a. Fase pertama, yaitu penetrasi sperma ke dalam korona radiata (corona radiate).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

19

Korona radiata merupakan barrier pada sel telur. Barrier ini hanya dapat

ditembus oleh sperma yang sudah terkapasitasi (Sadler, 2012).

b. Fase kedua, yaitu penetrasi sperma ke dalam zona pelusida.

Zona pelusida merupakan lapisan glikoprotein yang mengelilingi sel telur yang

berperan dalam penempelan sperma dan terjadinya reaksi akrosom. Zona ini

memiliki suatu ligan zona protein, yaitu ZP3 yang berperan dalam ikatan dan

reaksi akrosom. Pelepasan enzim akrosomal (acrosin) menyebabkan sperma

dapat mempenetrasi zona ini, dengan demikian terjadi interaksi antara sperma

dengan membrane plasma oosit. Interaksi ini akan melepaskan enzim lisosomal

(Sadler, 2012).

c. Fase ketiga, yaitu peleburan membrane sel sperma dan oosit.

Proses peleburan ini diperantarai oleh ligan yang menempel pada sperma

(disintegrin) dan ligan pada oosit (integrin). Pada fase ini, membran sel pada

daerah posterior kepala sperma melebur dengan membran oosit. Bagian sperma

yang memasuki sitoplasma oosit yaitu dari ekor sampai kepala. Membran

plasma sperma akan tertinggal di luar permukaan oosit (Sadler, 2012).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

20

Gambar 6. Proses interaksi sperma dengan sel telur pada mamalia (Florman & Ducibella,

2006)

Pada gambar diatas, sel telur tersusun dari cortical granules pada sitoplasma

perifer. Zona pelusida (zona) terdapat di sekeliling sel telur dan kompleks cumulus

oophorus menempel pada matriks ekstrasel. Berdasarkan gambar diatas, proses

interaksi antara sel sperma dengan sel telur terdiri dari tahapan-tahapan:

a. Kapasitasi sperma, terjadi di oviduk. Proses ini melibatkan respons

kemotaksis

b. Sel sperma mempenetrasi matriks ekstrasel dari cumulus complex. Pada

tahapan ini, sperma menahan acrosome yang utuh. Lingkungan pada cumulus

mengandung komponen yang soluble dan insoluble sehingga menstimulasi

sperma.

c. Akrosom pada sperma mencapai zona dan berikatan dengan ZP3.

d. ZP3 memicu reaksi akrosom (acrosome reaction)

e. Sperma masuk ke dalam zona

f. Sperma berikatan dan melebur dengan sel telur

Page 21: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

21

g. Aktivasi sel telur dimulai dengan eksositosis cortical granules. Pelepasan

cortical granules memodifikasi zona (zona reaction).

(Florman & Ducibella, 2006).

Landasan Teori

Tanaman pacing digunakan secara empiris oleh masyarakat sebagai

kontrasepsi tradisional. Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sari dkk

(2013), infusa daun dan rimpang pacing terbukti dapat menghambat

spermatogenesis secara reversibel. Kandungan pacing yang terdapat dalam pelarut

air diantaranya adalah steroid, fenolik, dan saponin (Devi & Urooj, 2010), namun

sangat mungkin terdapat senyawa golongan tanin yang terkandung pada pacing di

dalam pelarut air. Senyawa aktif yang memiliki kegunaan terapetik yang

terkandung di dalam pacing diantaranya adalah diosgenin, saponin steroid seperti

prosapogenin, α dan β dioscin, saponin frustanol seperti costusoid I & J, asam

oktasonoat, dan sikloartenol. Kandungan diosgenin di dalam bunga sebesar 1,21%,

di dalam batang 0,65%, di daun 0,37%, dan di rimpang 0,2% (Srivastava et al.,

2011). Diosgenin dari rimpang pacing dapat dikonversi menjadi 3β-asetoksi-5,16-

pregnadien-20-on yaitu suatu senyawa antara pada sintesis obat-obat steroid,

termasuk senyawa kontraseptik (Rahayu, 2012).

Saponin dilaporkan memiliki efek penghambatan terhadap motilitas sperma

manusia (Dubey et al., 2011). Selain itu saponin juga mampu menghambat enzim

hyaluronidase (HAase) dari testis sapi secara in vitro sebesar 95% (Furuya et al.,

1997). Saponin yang diisolasi dari ekstrak kasar Costus speciosus Sm menyebabkan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

22

sterilitas pada mencit (Tewary et al., 1973). Saponin steroid dapat menimbulkan

efek inhibisi pada membrane ATPase dengan mekanisme interaksi secara langsung

pada bagian lipid ATPase sehingga dapat mengubah ikatan hidrogen intermolekuler

protein (Francis et al., 2002), sedangkan ATPase berperan penting pada motilitas

sperma.

Salah satu senyawa polifenol yaitu gosipol dilaporkan dapat mengganggu

kapasitasi sperma, motilitas, reaksi akrosom, dan kemampuan mempenetrasi oosit

(Shi et al., 2003).

Kandungan diosgenin di dalam tanaman Dioscorea esculenta mampu

menurunkan motilitas sperma dan densitas sperma pada cauda dan segmen cauda

epididimis, dan mempengaruhi maturasi sperma pada tikus jantan, dimana

perkembangan sperma yang normal dan matang merupakan kunci kesuburan pria

(Shajeela et al., 2011).

Asam tanat yang merupakan senyawa golongan flavonoid memiliki efek

penghambatan yang poten terhadap aktivitas enzim hyaluronidase yang diekstraksi

dari sperma monyet (Taitzoglou et al., 2001). Dari hasil penelitian yang dilakukan

oleh Taitzoglou et al. (2001), dilaporkan bahwa asam tanat memiliki efek

menginhibisi motilitas sperma pada manusia setelah jam ke-2 dan jam ke-3

inkubasi, selain itu asam tanat juga mampu menginhibisi plasminogen aktivator,

dan mampu menginhibisi aktivitas acrosin pada manusia dan ekstrak ovine

acrosomal. Pada uji in vitro yang dilakukan oleh Srivastav et al. (2001) dilaporkan

bahwa kandungan senyawa tanin di dalam ekstrak etanolik buah Terminalia

chebula terbukti mampu menginhibisi enzim hyaluronidase pada sperma manusia

Page 23: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74076/potongan/S1-2014... · dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan? 2. ... Divisi

23

secara maksimum, mampu menginhibisi aktivitas aktivitas enzim hyaluronidase

pada caudal epididymal spermatozoa pada tikus, dan mampu menurunkan jumlah

janin pada tikus betina yang dikawinkan dengan tikus jantan yang telah dipejani

ekstrak.

Hipotesis

Pemberian ekstrak air herba pacing selama 14 hari berturut-turut dengan

tiga dosis yaitu 275 mg/kgBB, 550 mg/kgBB, dan 1100 mg/kgBB diperkirakan

dapat berefek sebagai antifertilitas dengan mencegah kehamilan pada tikus betina

secara reversibel tanpa mengurangi frekuensi introduction, climbing, dan coitus

tikus jantan.