BAB I PENDAHULUAN -...

26
Bk Prisos Remaja Kelompok I 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan manusia, karena informasi diposisikan sebagai inti dari suatu proses interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah hubungan komunikasi verbal maupun non verbal antara manusia yang satu dengan manusia lainnya, dan informasi digunakan dalam upaya menyampaikan maksud dari sebuah interaksi. Informasi bisa dimanifestasikan dalam bentuk yang beragam, seperti bahasa, mimik muka, gerakan tubuh dan banyak hal lainnya yang menajdi simbol-simbol makna suatu informasi. Sejalan dengan kebutuhan akan adanya informasi dalam keseharian manusia, perkembangan teknologi mengantarkan manusia menuju peradaban modern dengan hadirnya media informasi seperti koran, radio, televisi, bahkan internet sebagai sarana pemerolehan informasi. Peran dan fungsi dari media-media tersebut pada mulanya hanya sebatas alat pemenuhan kebutuhan akan informasi saja, tetapi seiring berkembangnya zaman, peran dan fungsi media sebagai penyedia informasi mulai meluas. Media-media tersebut sudah tidak lagi hanya sebatas sarana untuk memperoleh informasi, lebih daripada itu media kini sudah hadir dengan menyuguhkan beragam hiburan. Beraneka hiburan disajikan guna memdapatkan daya tarik bagi para penggunanya, sehinga munculah beragam acara atupun tulisan yang memberikan suatu hiburan bagi para pengguna media tersebut. Salah satu hiburan yang memiliki banyak penikmat seperti sinetron, seringkali mempertunjukan hal-hal yang merugikan khalayak. Sebagai contoh, penggambaran lingkungan sekolah yang terlihat kurang etis untuk budaya dan kebiasaaan orang di Indonesia sehingga memberikan contoh yang kurang baik bagi para pelajar yang mengimitasi apa yang diperlihatkan dalam sinetron tersebut. Selain itu, dengan munculnya peran-peran kocak, lucu, ataupun peran yang jadi bahan olok-olok, menjadi sumber masalah baru bagi orang-oang yang secara tidak sengaja digambarkan jelek. Seperti tayangan yang menggambarkan sosok orang gemuk yang selalu menjadi bahan perolokan, kegemukkan yang selalu diposisikan sebagai suatu hal yang memalukan. Penayangan acara hiburan yang senantiasa menggambarkan sosok lucu, kocak, ataupun sosok yang sering jadi bahan cemoohan, dapat dicontohkan dalam sebuah sinetron remaja di salah satu stasiun televisi swasta yang berjudul “pacarku gemuk”. Tayangan ini

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Bk Prisos Remaja Kelompok I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Informasi merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan manusia, karena informasi

diposisikan sebagai inti dari suatu proses interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah hubungan

komunikasi verbal maupun non verbal antara manusia yang satu dengan manusia lainnya,

dan informasi digunakan dalam upaya menyampaikan maksud dari sebuah interaksi.

Informasi bisa dimanifestasikan dalam bentuk yang beragam, seperti bahasa, mimik muka,

gerakan tubuh dan banyak hal lainnya yang menajdi simbol-simbol makna suatu informasi.

Sejalan dengan kebutuhan akan adanya informasi dalam keseharian manusia,

perkembangan teknologi mengantarkan manusia menuju peradaban modern dengan hadirnya

media informasi seperti koran, radio, televisi, bahkan internet sebagai sarana pemerolehan

informasi. Peran dan fungsi dari media-media tersebut pada mulanya hanya sebatas alat

pemenuhan kebutuhan akan informasi saja, tetapi seiring berkembangnya zaman, peran dan

fungsi media sebagai penyedia informasi mulai meluas. Media-media tersebut sudah tidak

lagi hanya sebatas sarana untuk memperoleh informasi, lebih daripada itu media kini sudah

hadir dengan menyuguhkan beragam hiburan. Beraneka hiburan disajikan guna memdapatkan

daya tarik bagi para penggunanya, sehinga munculah beragam acara atupun tulisan yang

memberikan suatu hiburan bagi para pengguna media tersebut.

Salah satu hiburan yang memiliki banyak penikmat seperti sinetron, seringkali

mempertunjukan hal-hal yang merugikan khalayak. Sebagai contoh, penggambaran

lingkungan sekolah yang terlihat kurang etis untuk budaya dan kebiasaaan orang di Indonesia

sehingga memberikan contoh yang kurang baik bagi para pelajar yang mengimitasi apa yang

diperlihatkan dalam sinetron tersebut. Selain itu, dengan munculnya peran-peran kocak, lucu,

ataupun peran yang jadi bahan olok-olok, menjadi sumber masalah baru bagi orang-oang

yang secara tidak sengaja digambarkan jelek. Seperti tayangan yang menggambarkan sosok

orang gemuk yang selalu menjadi bahan perolokan, kegemukkan yang selalu diposisikan

sebagai suatu hal yang memalukan.

Penayangan acara hiburan yang senantiasa menggambarkan sosok lucu, kocak,

ataupun sosok yang sering jadi bahan cemoohan, dapat dicontohkan dalam sebuah sinetron

remaja di salah satu stasiun televisi swasta yang berjudul “pacarku gemuk”. Tayangan ini

Bk Prisos Remaja Kelompok I

2

memperlihatkan bahwa sosok orang gemuk selalu menjadi hal yang mengerikan, memalukan,

dan bahkan sering diposisikan sebagai objek yang menderita. Oleh karena itu, tidak jarang

orang gemuk menjadi malu atau tidak percaya diri setelah melihat tayangan-tayangan itu.

Kebutuhan akan informasi tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia, dan peran

media sangat penting dalam menunjang pemenuhan kebutuhan tersebut. Pemenuhan

kebutuhan manusia terhadap informasi selalu disertai dengan adanya penayangan selingan

hiburan, tetapi selingan tersebut seringkali menjadi bumerang bagi para penikmat sinetron.

Contoh kasus Ai mahasiswi berumur 19 tahun yang tidak percaya diri, merasa tayangan

sinetron membuat dirinya jadi bahan ejekan di kampus. Disamping itu, kegemukan dewasa

ini menjadi salah satu masalah dikalangan remaja. Fenomena media yang berhubungan

dengan pendiskreditan orang-orang gemuk, semakin menjadi sumber masalah baru dalam

keseharian remaja. Pada intinya sumber dari permasalahan tersebut ada pada penerimaan dan

konsep diri dari para remaja yang mengalami kegemukan, dimata mereka kegemukan

menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna yang

seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping atau langsing dan proporsional,

merupakan idaman bagi mereka.

Berangkat dari fenomena tersebut yang sering terjadi sekarang ini, tidaklah berlebihan

jika dikatakan bahwa obesitas merupakan salah masalah rumit yang seringkali dihadapi

remaja dan juga termasuk orang dewasa. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan

menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak

khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana

seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang

disebabkan terjadinya penumpukan lemak di tubuhnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang

obesitas merupakan hal yang penting dan makalah ini berupaya membahas tentang obesitas

dan kaitannya dengan konsep diri.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah obesitas dan kaitannya

dengan konsep diri adalah :

1. Bagaimana konsep diri (Self Concept) ditinjau dari berbagai teori-teori yang

mendukung, berkitan dengan pengertian, unsur-unsur dan faktor penyebabnya.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

3

2. Bagaimana obesitas dikaji dari sudut pandang konsep diri, dalam hal pengertian,

permaslahan yang dihasilkan, dan faktor-faktor penyebabnya.

3. Bagaiamana teori-teori konseling memandang obseitas dalam permasalahan

konsep diri dan teknik konseling kasus obesitas remaja.

C. Pemecahan Masalah

Metode atau teknik pemecahan masalah dalam menyusun makalah obesitas dan

kaitannya dengan konsep diri dengan melakukan studi literatur melalui pengkajian,

pembahasan dan penganalisisan teori-teori yang sudah ada yang dianggap relevan dengan

topik makalah.

D. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan masalah.

Pemecahan masalah, Sistematika Penulisan

BAB II DESKRIPSI TEORI terdiri dari: Konsep diri, Faktor Penyebab konsep diri,

Kaitan Self Concept Dan Permasalahan Remaja.

BAB III OBESITAS PADA REMAJA terdiri dari : Obesitas, Teori Konseling,

Teknik Konseling, Skenario sosiodrama

BAB IV PENUTUP terdiri dari : Penutup dan Kesimpulan

Bk Prisos Remaja Kelompok I

4

BAB II

DESKRIPSI TEORI

A. Konsep Diri (Self Concept)

1. Definisi Konsep Diri

Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau

penilaian seseorang terhadap dirinya (self). Baik menyangkut aspek fisik, psikis dan sosial.

Konsep diri memegang pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan individu.

Karena konsep diri merupakan landasan bagi individu dalam berperilaku. Hal ini disebabkan

konsep diri merupakan cerminan individu dalam berpikir, berasumsi dan memandang dirinya

secara subyektif menurut pemahamannya pribadi. Mencakup, kemampuan, karakter diri,

sikap, tujuan hidup, kebutuhan, dan penampilan.

Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan

memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak

kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap

hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik atau minder

(unsur kepribadian) terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat

tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri

negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang

disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung

akan bersikap menarik diri dari pergaulan dengan orang lain atau lingkungan sekitar (unsur

perilaku).

Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis,

penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap

kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian dan akhir

segalanya, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan, pengalaman, pelajaran dan

hikmah hidup yang sangat berharga untuk dijadikan bekal pelajaran dalam memandang dan

bebuat untuk hari esok. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai

dirinya dan melihat potensi serta hal-hal yang positif yang dapat diberdayakan secara optimal

untuk mencapai kesuksesan hidup di masa yang akan datang.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

5

2. Unsur-Unsur Dalam Konsep Diri

Dalam konsep diri terdapat beberapa unsur sebagai berikut :

a. Penilaian diri adalah bagaimana seorang individu memandang, memahami,

mempersepsi dan menilai dirinya. Aspek yang terkait dalam pengendalian diri

adalah sebagai berikut :

a. Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Bagaimana kita

mengetahui dan mengendalikan dorongan, kebutuhan dan perasaan-perasaan

dalam diri kita.

b. Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau cemas.

Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri kita positif atau negatif.

c. Bayangan subjektif terhadap kondisi tubuh kita. Konsep diri yang positif

akan kita miliki kalau kita merasa puas (menerima) keadaan fisik kita.

Sebaliknya, kalau kita merasa tidak puas dan meilai buruk keadaan fisik kita

maka konsep diri kita juga negatif atau kita jadi memiliki perasaan rendah

diri.

b. Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana kita menerima

penilaian lingkungan sosial pada diri kita. Penilaian sosial terhadap diri kita yang

cerdas, supel akan mampu meningkatkan konsep diri dan kepercayaan diri kita.

c. Self image atau citra diri, yaitu merupakan:

a. Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai keadaan pribadi.

b. Saya ingin jadi apa, kita memiliki harapan-harapan dan cita-cita ideal yang

ingin dicapai, yang cenderung tidak realistis. Bayang-bayang kita mengenai

ingin jadi apa nantinya, tanpa disadari sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh

ideal yang menjadi idola, baik itu ada di lingkungan kita atau tokoh fantasi

kita.

c. Bagaimana orang lain memandang saya, pertanyaan ini menunjukkan pada

perasaan keberatan diri kita bagi lingkungan sosial maupun bagi diri kita

sendiri.

Disamping ketiga unsur di atas, terdapat satu unsur lagi yang disebut body image,

menurut Roberta Honigman & David J. Castle, body image adalah gambaran mental

seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya; bagaimana seseorang mempersepsikankan

dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan

bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

6

Sebenarnya, apa yang remaja pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar

mempresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang

bersifat subjektif.

B. FAKTOR PENYEBAB KONSEP DIRI

Menurut Jacinta F. Rini dalam (www.e-psikologi.com) faktor yang mempengaruhi

konsep diri seseorang disebabkan oleh beberapa hal. Baik yang berasal dari dirinya sendiri

(faktor internal), maupun faktor yang berasalal dari orang lain atau lingkungan (faktor

eksternal).

1. Pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri

yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan

konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif

orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa

dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan

semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.

2. Kegagalan

Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada

diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak

pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

3. Depresi

Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung

negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri

sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif.

Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya

“gemuk” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah

dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan

menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan

orang.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

7

4. Kritik internal

Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan

seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering

berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar

keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.

5. Merubah Konsep Diri

Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan

berpikir yang tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri.

Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke

arah yang lebih positif.

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif :

a. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri

Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun

yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara

dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap

bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala

sesuatu sekaligus. You can’t be all things to all people, you can’t do all

things at once, you just do the best you could in every way....

b. Hargailah diri sendiri

Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri.

Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan

yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif

terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal

baik yang ada dalam diri orang lain secara positif? Jika kita tidak bisa

menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ?

c. Jangan memusuhi diri sendiri

Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi

dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan

merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan

Bk Prisos Remaja Kelompok I

8

ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul

kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan

negatif konsep dirinya.

d. Berpikir positif dan rasional

Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu

persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai

menyesatkan jiwa dan raga.

C. KAITAN SELF CONCEPT DAN PERMASALAHAN REMAJA

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas diri (self identity), dalam

kenyataannya remaja sering melakukan berbagai kegiatan yang pada akhirnya remaja akan

menemukan sebenarnya identitas seperti apa yang tepat dan bermanfaat bagi dirinya. Namun

yang terjadi justru remaja sering mengalami permasalahan dalam melihat dirinya. Baik yang

bersifat kelebihan maupun kekurangan. Kebanyakan remaja sering melihat kelemahan dirinya

sebagai hal yang sangat mengganggunya atau membuat dia tidak nyaman atau tidak percaya

diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Hal seperti inilah yang membuat remaja sering mengasumsikan dirinya sendiri secara

negatif. Sebagai contoh :

- “Badan Saya gemuk” (fisik)

- “Saya Pintar” (Psikis)

- “Saya malu untuk bersosialisasi dengan orang lain terutama dengan anak laki-laki”

(Sosial)

Kesulitan remaja dalam membuat konsep dirinya yang positif inilah yang menjadi

masalah pada dirinya baik yang menyangkut aspek fisik, psikis maupun sosial. Seperti contoh

ungkapan di atas, remaja yang pada awalnya merasa kegemukan, kemudian merasakan

kecemasan yang irasional seperti saya malu atau tidak percaya diri untuk bergaul atau

berteman dengan teman yang tubuhnya langsing atau normal. Terutama dengan teman laki-

laki, karena mereka tentu tidak tertarik pada tubuh saya yang gemuk dan tidak menarik.

Inilah yang disebut kekeliruan individu dalam membuat self concept bagi dirinya.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

9

Dalam teori psikologi, permasalahan seperti yang diuraikan diatas dibahas dalam teori

RET (Rational Emotive Teraphy). Diposisikan bahwa individu memiliki kecenderungan

untuk berpikir rasional dan irasional. Jadi self concept yang menjadi permasalahan bagi

remaja terjadi ketika seorang remaja itu membuat asumsi-asumsi negatif atau irasional, yang

pada akhirnya membuat aspek perkembangan fisik, psikis dan sosialnya terganggu.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

10

BAB III

OBESITAS PADA REMAJA

A. Obesitas

1) Pengertian Obesitas

Obesitas dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang memiliki berat badan

yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak

di tubuhnya. Obesitas atau kegemukan dapat disebabkan penumpukan adipose (adipocytes:

jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan sehingga badan menjadi

gemuk.

2) Permasalahan atau kasus Obesitas

Seorang remaja yang bernama Ai (19 tahun), sebagaimana gadis remaja lainnya ingin

tampak cantik menarik perhatiaan dari lawan jenis. Tapi dengan berat 84 kg dan tinggi badan

158 cm ia merasa penampilannya masih jauh dari harapannya agar menjadi seorang gadis

yang menjadi pusat perhatian laki-laki di sekitarnya. Ia pernah mencoba mengurangi makan

dengan tidak makan malam. Usahanya gagal karena ia tidak sanggup menahan lapar. Ia pun

mencoba minum jamu berupa serbuk teh dibarengi makan salad dan minum jus buah, nasi

dikurangi. Kadang nasi digantikan kentang rebus. Berat badannya sempat turun 5 kg, tetapi ia

tidak mampu bertahan. "Tehnya terlalu pahit dan saya kelaparan," begitu alasannya.

Kesulitan dalam mengurangi berat badannya, Ai pun mulai berasumsi “badan saya gemuk

atau tidak proporsional” (fisik). Selanjutnya Ai berpikiran “saya malu untuk bergaul dengan

teman, terutama dengan anak laki-laki” (sosial). Kini Ai kembali makan nasi atau mie tiga

kali sehari. Ia juga mengudap goreng-gorengan kegemarannya, dan ngemil cokelat

favoritnya. Mengikuti ajakan teman-temannya yang memang juga hobi makan seperti dirinya,

ia kembali jajan bakso di kampus dan sering makan steak ayam. Akibatnya bisa diduga, berat

badannya meroket kembali dan masalah yang ingin ia selesaikan tidak teratasi.” Dari :

Majalah Nirmala.

3) Faktor Penyebab

Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian (dalam www. e-psikologi.com,

oleh : Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.), obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-

Bk Prisos Remaja Kelompok I

11

faktor tersebut diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola

makan yang berlebih, kurang gerak atau olahraga, emosi, dan faktor lingkungan :

a. Genetik

Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di

dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk

cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor

genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal

ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel

lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan

diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi

yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.

b. Kerusakan Pada Salahsatu Bagian Otak

Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang

disebut hipotalamus –sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan

dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus

mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih

mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah.

Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus

lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus

ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat

kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak atau hancur maka

individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi

makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM

maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.

c. Pola Makan Berlebihan

Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal

terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu

makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan

pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk

Bk Prisos Remaja Kelompok I

12

keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang

kuat untuk mengurangi berat badan.

d. Kurang Gerak atau Olahraga

Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.

Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara

umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk

mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal

memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.

Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang

dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik

memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak

berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung

mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan

mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan

menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olah raga menjadi

sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olah raga secara tidak langsung

akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olah raga

sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori,

melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal.

e. Pengaruh Emosional

Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang

tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak makanan

dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi

untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya. Walaupun

penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian orang yang kelebihan

berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang yang

memiliki berat badan normal. Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa 0rang

gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan atau tekanan

batinnya lebih diakibatkan sebagai hasil dari kegemukannya. Hal tersebut karena dalam

suatu masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, sehingga orang

Bk Prisos Remaja Kelompok I

13

gemuk cenderung malu dengan penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri

terutama dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan.

Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa

bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang

gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan

berat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999).

Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang dengan berat

badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang, dengan

menyajikan kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang

mengundang emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah

seksual dan sebuah ceramah yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa

mereka lebih banyak menghabiskan kripik setelah menyaksikan film yang tegang

dibanding setelah menonton film yang membosannkan. Sedangkan pada orang dengan

berat badan kurang selera makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang

maupun film yang membosankan.

f. Lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika

seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol

kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk.

Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang

obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan

kegemukan.

Nah, bagi para remaja yang kebetulan memiliki berat badan berlebih dan belum berhasil

mengurangi berat badan, janganlah merasa frustrasi. Mungkin dengan mengetahui

faktor-faktor penyebab kegemukan seperti tertulis diatas Anda akan menemukan

penyebab mengapa berat badan Anda tidak kunjung susut. Satu hal yang paling penting

untuk diingat adalah sejauh tubuh anda tidak mengidap suatu penyakit maka tidak ada

yang salah dengan tubuh yang besar (gemuk). Hal lain yang juga tidak kalah penting

adalah cobalah untuk berolahraga secara teratur dan menjaga agar emosi anda tetap

terkendali.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

14

B. TEORI KONSELING

Kasus obesitas dapat dipandang dengan menggunakan teori RET (Rational Emotif

Therapy) yang diperkenalkan oleh Albert Ellis pada tahun 1958, Ellis berpendapat manusia

itu bersifat rasional dan irasional. Istilah Rational Emotive Therapy (RET) dapat

dideskripsikan dengan mengatakan corak konseling yang menekankan kebersamaan dan

interaksi antara berpikir dan akal sehat atau rasional thinking, berperasaan atau emoting dan

berperilaku atau akting, serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam

dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan

berperilaku.

Dalam memahami permasalahan individu, Ellis berkeyakinan bahwa emosi dan

gangguan emosional merupakan hasil dari pemikiran, gagasan atau konstruk-konstruk

individu yang salah dan tidak logis tentang suatu situasi yang khusus (George dan Christiani,

1981) Jika orang dapat mengubah keyakinan, mereka yang irasional dengan keyakinan yang

rasional, maka mereka akan terhindar dari penderitaan dan dapat menikmati hidupnya

(Wessler,1986). Ellis juga menggambarkan tiga bidang problem yang menunjukkan orang

memegang keyakinan irasional yaitu:

a) Diri mereka harus sempurna

b) Orang lain harus sempurna

c) Lingkungan harus menjadi suatu tempat kehidupan yang sempurna (Thomson

dan Rudolph, 1983).

Sesuai dengan kasus obesitas pada Ai Marifah, terdapat beberapa pernyataan irasional

diantaranya :

a. Adanya pernyataan “dengan berat 84 kg dan tinggi badan 158 cm ia merasa

penampilannya masih jauh dari harapannya agar menjadi seorang gadis yang

menjadi pusat perhatian laki-laki di sekitarnya.”. ketidakpenerimaan dirinya

mengakibatkan ia tidak menerima dirinya dan ia berpikir harus sempurna.

b. Adanya Pernyataan “Ai pun mulai berasumsi “badan saya gemuk atau tidak

proporsional” (fisik). Selanjutnya Ai berpikiran “saya malu untuk bergaul

dengan teman, terutama dengan anak laki-laki” (sosial)”. Ketidakpenerimaan

Bk Prisos Remaja Kelompok I

15

terhadap fisiknya menyebabkan ia berpikir lingkungan sosialnya menjadi

suatu tempat kehidupan yang sempurna.

Dari pernyataan tersebut dapat dilihat adanya ketidaksesuaian perasaan konseli antara

keinginannya menjadi pusat perhatian dan lingkungan sosialnya.

Maka permasalahan tersebut dapat digolongkan sebagai gangguan yang dapat merusak

konsep diri sebagai akibat dari pola pikir yang irasional. Oleh karena itu, teori yang akan

digunakan untuk menganalisis kasus tersebut ialah RET (Rational Emotif Therapy).

Unsur pokok terapi rasional emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan

dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling

bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal tersebut saling berkaitan. Emosi

disebabkan serta dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan

diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrestik. Emosi-emosi

seseorang dapat dikarenakan pikiran-pikiran yang diciptakan sendiri atau dengan kata lain,

emosi merupakan representasi dari pikiran seseorang atau sebaliknya. Pandangan yang

penting dari teori rasional-emotif adalah konsep bahwa banyak prilaku emosional individu

yang berpangkal pada bicara sendiri (self talk) atau internalisasi kalimat-kalimat yaitu orang

yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif.

Adapun konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah :

1. Pemikiran manusia penyebab dasar dari gangguan emosional.

2. Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional.

3. Pemikiran irasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil

dan pengaruh budaya.

4. Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.

5. Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol-simbol bahasa.

6. Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization, yaitu mengatakan sesuatu terus

menerus kepada diri sendiri.

7. Pemikiran tak logis irasional dapat dikembalikan kepada pemikiran logis dengan

reorganisasi persepsi ide-ide irasional bahkan dapat menimbulkan neurosis dan

psikosis.

Masalah-masalah emosional terletak dalam berfikir yang tidak logis. Pikiran yang

tidak logis adalah pikiran yang bersifat negatif atau pikiran yang dialihkan dan

Bk Prisos Remaja Kelompok I

16

diprasangkakan menjadi sebuah pemikiran yang mempengaruhi emosi. Adapun Tujuan utama

Terapi Rasional Emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka

merupakan sumber gangguan emosional. Kemudian membantu klien agar memperbaiki cara

berfikir, merasa, dan berperilaku, sehingga ia tidak lagi mengalami gangguan emosional

dimasa yang akan datang. Selain itu juga dapat memperbaiki dan merubah sikap, pandangan,

cara berfikir, keyakinan serta persepsi yang irasonal menjadi rasional (tak logis menjadi

logis) serta menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri akibat

keyakinan yang keliru.

Salah satu teori utama mengenai kepribadian adalah teori “A-B-C-D-E” yang

merupakan sentral dari teori dan praktek RET, yang secara umum dapat dijelaskan pada

bagan sebagai berikut:

Komponen Proses

A Activity, or Action or Agent

Hak-hal situasi, kegiatan atau

peristiwa yang mendahului atau yang

menggerakkan individu.

External event

Kejadian di luar atau sekitar

individu.

iB

rB

Irrational beliefes, yakni keyakinan-

keyakinan irasional atau tidak layak

terhadap kejadian eksternal.

Rational Beliefs, yakni keyakinan-

keyakinan yang rasioonal atau layak

dan secara empirik mendukung

kejadian eksternal.

Self Verbalizations : terjadi dalam

diri individu, yakni apa secara

terus-menerus ia katakan

berhubungan A terhadap dirinya.

iC

rC

Irrational Consequences, yaitu

konsekuensi-konsekuensi irasional

atau tidak layak yang berasal dari A

Rational or reasonable

Consequences, yakni konsekuensi-

konsekuensi rasional atau layak yang

dianggap berasal dari rB.

Rational Beliefs, yakni

keyakinan-keyakinan yang

rasional atau layak dan secara

empirik mendukung kejadian-

kejadian eksternal.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

17

D

CE

BE

Dispute irational beliefes, yakni

keyakinan-keyakinan irasional dalam

diri individu saling bertentangan.

Cognitive Effect of Disputing, yakni

efek kognitif yang terjadi dari

pertentangan dalam keyakinan-

keyakinan irasional.

Behavioral Effect of Disputing, yakni

efek dalam prilaku yang terjadi dari

pertentangan dalam keyakinan-

keyakinan irasional diatas.

Validate or invalidate self

verbalization : yakni suatu proses

self verbalization dalam diri

individu, apakah valid atau tidak.

Change self verbalization,

terjadinya perubahan dalam

verbalisasi daripada individu.

Change behavior, yakni

terjadinya perubahan perilaku

dalam diri individu.

Terdapat Proses-proses dalam melaksanakan konseling RET ini, yaitu sebagai berikut:

1. Konselor berusaha menunjukkan kesulitan klien yang dihadapi sangat berhubungan

dengan keyakinan irasonal dan menunjukkan bagaimana klien harus bersifat rasional

dan mampu memisahkan keyakinan irasional dengan rasional.

2. Setelah klien menyadari gangguan perasaan yang bersumber dari pemikiran irasional,

maka konselor menunjukkan pemikiran klien yang irasional, serta klien berusaha

mengubah kepada keyakinan menjadi rasional.

3. Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya, dan

konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan

perusakkan diri.

4. Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menentang klien untuk

mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang

irasional dan fiktif.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

18

C. Teknik Konseling

Kasus yang terjadi pada Ai Marifah dengan teori RET yaitu A-B-C-D-E. Hal ini dapat

diuraikan diantaranya sebagai berikut :

Komponen Kejadian dalam kasus

A Activity, or Action or Agent

Aktivitas yang memicu terjadinya

kasus adalah ketika Konseli yakni

Ai Marifah tidak menerima

keadaan dirinya. Pemikiran

irasionalnya yakni ia merasa

bahwa dirinya gemuk atau tidak

proposional di tubuhnya.

iB

Irrational beliefes

Keyakinan irasional dari konseli

yakni ia ingin merubah dirinya

agar menjadi pusat perhatian laki-

laki di sekitarnya

iC

Irrational Consequences

Dengan adanya keyakinan

irasional tersebut, apapun akan

dilakukan konseli agar dapat

merubah penampilannya menjadi

sempurna. Seperti Usahanya

menahan lapar dengan mencoba

minum jamu berupa serbuk teh

dibarengi makan salad dan minum

jus buah, bahkan nasi digantikan

kentang rebus.

D Dispute irational beliefes Munculnya ketidakpercayaan diri

yang mendukung tumbuhnya

pemikiran negatif konseli akan

kekurangan yang ada dalam

dirinyab yakni memiliki tubuh

tidak proposional.

CE Cognitive Effect of Disputing Hasil dari pemikiran irasionalnya

dapat menyebabkan

ketidakpercayaan terhadap dirinya

Bk Prisos Remaja Kelompok I

19

yang berlebihan.

BE Behavioral Effect of Disputing

Adanya perubahan perilaku dalam

diri konseli karena pemikiran

irasionalnya terhadap dirinya

yang berlebihan sehingga dapat

menimbulkan ketidakpenerimaan

diri dan menganggap ia harus

sempurna.

D. Skenario

Di sebuah ruang bimbingan dan konseling yang terlihat sudah sepi di mana konselor

terlihat sedang merapikan buku yang ada di meja, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari

arah depan, dan ternyata yang datang sebut saja Ai alumni sekolah tersebut. Ai merupakan

mahasiswi di perguruan tinggi swasta yang pada masa awal perkuliahan mengalami

permasalahan yang berkaitan obesitas sehingga dia sering mendapatkan perlakuan yang

kurang mengenakan dari temannya. kemudian, ia bermaksud untuk “curhat” pada konselor

tentang perihal ketidak ‘PD’an dirinya di hadapan teman-temannya.

Dialog Permasalahan di perguruan tinggi ketika masa orientasi mahasiwa :

Serra : Hai, Gendut. ayo lari, kamu telat, cepat cepat cepat wey.

Ai : Ia Ka.

Serra : Ia, ia.kamu tuh lari pa jalan. Lihat tuh teman-teman yang lain dah pada didepan.

Makanya punya badan jangan segede gajah.

Tessa : Heh serra. Dasar kamu. Dia Tuh bukan gajah, kamu tau ga dia apa.

Dia tu Mamout . wa haa haa.

“mendengar perkataan tersebut, Ai terus berpikir tentang kondisinya. Maka ketika ia

bermaen ke sekolahnya ia berniat bercerita kepada guru pembimbingnya.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

20

Berikut adalah dialognya ketika di sekolahnya :

Ai : Selamat siang bu.

Konselor : Selamat siang, ada apa? Ada yang bisa ibu Bantu? Kalau tidak salah kamu

Ai kan ?

Ai : Iya, Bu, benar, saya ingin curhat Bu tentang keadaan saya dikampus.

Semoga ibu tidak keberatan dan mau untuk mendengarkan serta memberi

pemahaman pada saya agar saya bisa mengatasi masalah yang saya hadapi.

Konselor : ah, ibu tidak keberatan koq, kebetulan ibu sedang tidak sibuk nich.

Ai : Terima kasih ibu. Gini loh Bu, menurut Ibu saya gemuk ga’ sih?

Konselor : ah tidak terlalu gemuk koq! dan menurut ibu kamu sehat dan ceria,

memangnya kenapa?

Ai : Begini loh Bu, saya ga ‘PD’ banget sama berat dan ukuran badan saya ini.

Konselor : Oh begitu, kira-kira boleh Ibu tahu maksud perasaan tidak ‘PD’nya itu

seperti apa?

Ai : Ya ga PD aja Bu, apalagi ukuran tubuhku ini khan paling besar diantara

teman-teman yang lain. Bete banget kan, Bu!

Konselor : Mengapa kamu punya perasaan dan persepsi seperti itu dan apa yang

membuat kamu memiliki perasaan dan persepsi seperti itu?

Ai : Karena saya merasa bahwa saya sangat gemuk. Badan saya tidak

proporsional, padahal saya ingin sekali seperti artis di televisi, Bu, mereka

cantik, langsing dan menarik.

Konselor : Baik-baik, ibu bisa memahami perasaan Ai. Pada saat kamu melihat artis dalam

televisi ataupun melihat teman kamu dengan tubuh yang langsing, sehingga

kamu ingin seperti mereka. Tapi apakah kamu tidak berfikir positif

dulu...maksudnya mungkin saja yang kamu lihat dari penampilan kamu sendiri

tidak seburuk apa yang kamu nilai tentang diri kamu sendiri. Setahu Ibu kamu

tidak seburuk apa yang kamu nilai tentang diri kamu sendiri.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

21

Ai : Iya Bu, tapi kan saya ingin banget dibilang langsing dan menarik sama

teman-teman.

Konselor : Lalu, kalau boleh ibu tahu, apa yang sudah kamu lakukan untuk dapat

merubah penampilan dan penilaian terhadap diri kamu sendiri?

Ai : Pertama saya sudah melakukan program diet baik yang berasal dari buku

bacaan maupun saran dari dokter kecantikan dan ahli gizi, kemudian saya

memakai produk-produk pelangsing atau penurun berat badan. Pada

awalnya memang saya sempat turun beberapa kilo bahkan yang paliung

tinggi berat badan saya sempat turun 5 kilo Bu. Tapi, ujung-ujungnya justru

saya bukannya mendapatkasn hasil yang saya harapkan malah sekarang

berat badan saya naik beberapa kilo, saya jadi frustrasi nich Bu.

Konselor : Sekarang Ibu ingin bertanya kepada Ai.. apakah menarik dan cantik itu

harus dilihat dari tampilan fisik saja ?

Ai : Ya nggak sih ,Bu, cantik menurut saya tidak hanya dinilai dari fisik saja,

tetapi dapat pula dinilai dari dalam diri individu seperti tingkat

intelektualitasnya, perilakunya, gaya bicaranya. Poko’nya banyak deh, Bu.

Konselor : Nah, jadi kamu pahamkan cantik dan menarik itu harus seperti apa? Tidak

semua orang menilai kecantikan itu dari segi fisik saja, melainkan benar

seperti apa yang kamu katakan tadi. Cantik bisa dinilai dari pintar tidaknya

ia dalam berkomunikasi dnegan orang lain, pintar tidaknya ia dalam

menguasai pelajaran ataupun pintar tidaknya ia dalam berkelakuan baik

dengan orang yang lebih tua ataupun dengan teman-temannya. Setiap orang

mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tergantung

bagaiumana dia bisa mengolah potensi yang dimilikinya agar mampu

menutupi kelemahan yang ia miliki. Namun yang terpenting adalah

bagaimana kita bersyukur kepada apa yang telah dianugerahkan oileh Allah

kepada kita. Karena Allah tidak menciptakan sesuatu tanpa ada hikmah

yang dapat kita petik pelajarannya.

Ai : oh, gitu ..ya Bu saya mulai mengerti.

Konselor : Lalu apa menurutmu atau penilaian kamu terhadap diri kamu sendiri?

Bk Prisos Remaja Kelompok I

22

Ai : (termenung memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh konselor).

Konselor : Terus Ibu ingin bertanya, apakah kamu pernah melihat bahwa ada orang

lain yang tidak sesempurna kamu tetapi justru orang itu tetap menjalankan

kehidupannya dengan rasa percaya diri yang tinggi?

Ai : Ya bu saya pernah melihatnya.

Konselor : Terus apa penilaian kamu terhadap mereka?

Ai : (Terdiam tidak dapat berbicara dan terlihat sedang berfikir).

Konselor : Ibu yakin kamu dapat menumbuhkan rasa percaya diri kamu sendiri dengan

mudah. Sekarang Ibu ingin bertanya lagi, menurut kamu apa sih kelebihan

yang kamu miliki dan dapat kamu banggakan?

Ai : Begini Bu, saya rasa saya cukup cerdas dalam setiap pelajaran. Dan itu

ditunjukkan dengan prestasi saya yang selalu mendapat juara kelas. Bukannya

narsis lho Bu.

Konselor : Oke, akhirnya kamu paham dan menyadari tentang diri kamu sendiri dan

sekarang dapat menilai diri kamu sendiri dengan pandangan yang positif, kan?

Jangan menganggap bahwa kekurangan pada diri kamu sebagai sesuatu yang

dapat menghancurkan prestasi kamu sendiri dalam pelajaran atau potensi dan

kelebihan yang kamu miliki. Justru dengan kelebihan kamu seperti kecerdasan

yang kamu miliki dalam setiap pelajaran itu dapat menetralisir atau dapat

mengikis serta menutupi ketidakpercayaan dan kecemasan pada diri kamu

yang terlalu berlebihan. Manfaatkan kecerdasan kamu untuk dapat menilai

dirimu dengan positif dan dapat menghilangkan asumsi dan penilaian negatif

terhadap diri kamu sendiri.

Ai : (Diam dan merenungi).

Konselor : Oke.. sekarang bagaimana penilaian kamu terhadap diri kamu sendiri?

Ai : Iya Bu, saya saya sadar. Ternyata untuk apa saya susah-susah ke dokter,

menghabiskan ratusan ribu untuk mendapatkan tubuh yang langsing padahal

belum tentu disenangi oleh orang lain. karena belum tentu orang yang

berpenampilan sempurna mempunyai kepintaran dalam dirinya, iya kan bu?

Bk Prisos Remaja Kelompok I

23

Konselor : Iya, betul sekali.

Ai : Saya merasa lega Bu, karena akhirnya saya dapat mengetahui kelebihan

positif saya dan Insya Allah secara bertahap saya akan mensyukuri apa yang

telah dianugerahkan oleh Allah pada saya dan saya akan mulai membangun

rasa ‘PD’ dalam diri saya.

Konselor : Ya, bagus kalau begitu, Ai. Akhirnya kamu dapat mengetahui dan

memanfaatkan kelebihan dan dapat menghilangkan kekurangan atau

pemikiran negatif dalam diri kamu.

Ai : Iya Bu, tentu saja. Terimakasih ya Bu atas bantuannya dan terimakasih juga

telah mau mendengarkan keluhan saya.

Konselor : Ya sama-sama, itu memang sudah kewajiban Ibu. Kalau perlu lagi dengan

Ibu, segera kemari saja ya, Ai.

Ai : Baik ibu. Saya pulang dulu ibu, terimakasih. Assalamualaikum…

Konselor : Waalaikumsalam… hati-hati ya, Ai.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

24

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada dasarnya faktor utama yang menyebabkan timbulnya permasalahan pada masa

remaja ialah ketidakmampuan remaja itu mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi

dalam diri mereka selama masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi. Semua

aspek kehidupan individu mengalami perpindahan pada masa ini. Apabila seseorang

berhasil melalui masa transisi ini, maka ia tidak akan menemukan hambatan apapun.

Namun, apabila seseorang mengalami gangguan, maka ia akan menemukan hambatan/

permasalahan. Apabila ditinjau dari perkambangan fisik dan psikomotorik, faktor yang

dapat menyebabkan timbulnya permasalahan pada masa remaja ialah ketidakmampuan

individu untuk menerima perubahan fisik pada dirinya. Apabila perubahan fisik yang

terjadi pada dirinya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan, maka hal ini merupakan

masalah bagi remaja tersebut.

Penerimaan keadaan fisik, psikis dan sosial remaja ini erat kaitannya dengan konsep

diri remaja tersebut. Remaja dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap

pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya sehingga remaja akan

menilai dirinya tidak berdaya, tidak kompeten bahkan ia tidak memiliki motivasi untuk

berkembang. Maka dari semua itu, Konsep diri memegang pengaruh yang sangat

signifikan bagi perkembangan individu terutama remaja yang sedang mencari identitas

akan dirinya.

Kasus yang dialami Ai dapat menggunakan salah satu teknik konseling yakni teknik

RET dengan mengembalikan pikiran irasional kepada pekiran rasional. Pemahaman

tentang teori RET ini harus dimiliki konselor sebagai keterampilan dalam membantu

konseli. Keterampilam dalam pemahaman teori ini ialah kemampuan memberikan

pertanyaan kepada konseli sehingga konseli mampu merenungkan dan menyadari dari

tindakan irasionalnya.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

25

B. REKOMENDASI

Makalah ini ditujukan untuk mengidentifikasi salah satu fenomena remaja, yakni

obesitas dan kaitannya dengan konsep diri. Setelah melakukan kajian dan analisis

terhadap fenomena-fenomena berkaitan dengan obesitas dan konsep diri, kami

megajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Diharapkan para praktikan bisa lebih mendalami berbagai sumber-sumber materi,

baik berupa artikel-artikel sebagai bahan kajian teoritis utnuk memperkuat

kompetensi dalam melakukan konseling, guna menghadapi permasalahan-

permasalahan konseli.

2. Konselor diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada para siswa dalam

konteks remaja, berkitan dengan konsep diri sehingga siswa mampu menerima

keadaan dirinya.

3. Materi konsep diri yang dipaparkan dalam makalah ini, kiranya dapat digunakan

sebagai salah satu bahan dalam melakukan pelayanan bimbingan konseling

klasikal di sekolah.

Bk Prisos Remaja Kelompok I

26

DAFTAR PUSTAKA

Santrock. (2003). Adolescence ‘Perkembangan Remaja’. Jakarta: Erlangga.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntikan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda

Burns, R. B. (1993). Konsep Diri. Jakarta: Arcan.

Rumini, Sri & Sundari, Siti. (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : Rineka Cipta

Yusuf, S dkk. (2004). Pengembangan Diri. Bandung: UPT Layanan Bimbingan dan

Konseling, UPI.

www. portal.cbn.net.id

Tambunan, Raymond. (2001). Kasus Obesitas Kategori Individual (Online). Tersedia : http://

www. e-psikologi.com (24 Septemeber 2008)