BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

65
Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana 1 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang (Burning Platform) Kondisi geologi di Indonesia mulai dari jalur Sumatera-Jawa-Bali-NTB- NTT, dan Sulawesi-Maluku-Papua, merupakan deretan gunung api baik yang masih aktif maupun yang tidak aktif. Dengan kondisi geologi tersebut Indonesia yang bergunung-gunung, berlereng dan relatif terjal, berlembah, di satu sisi, banyak dijumpai sumber air, dan aliran sungainya cukup tinggi debitnya. Keadaan alam ini membuat panorama yang indah didukung dengan udara yang sejuk. Untuk itu, banyak masyarakat bermukim di daerah tebing-tebing lereng, di daerah lembah dan mulut lembah. Namun, disisi lain, bahwa bencana tanah longsor setiap saat dapat mengancam terutama bila terjadi hujan. Dan kondisi lain sangat rawan dengan bencana gunung api meletus. Indonesia juga merupakan daerah tektonik yang sangat aktif dan kompleks di dunia, karena negara kepulauan Indonesia berada diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia yang berada di seputar cekung Pasifik juga sangat rawan dengan La Nina, yang disebabkan anomali cuaca global sehingga hujan di atas normal, akibatnya bencana banjir dan tanah longsor terjadi di mana-mana. Di sisi lain, karena anomali iklim juga menyebabkan bencana El Nino, yaitu kekeringan yang berkepanjangan. Kondisi ini menyebabkan kebakaran hutan yang terjadi dimana-mana, termasuk penduduk yang tewas karena kekeringan. Bangsa Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari ancaman bencana setiap saat.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

1 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang (Burning Platform)

Kondisi geologi di Indonesia mulai dari jalur Sumatera-Jawa-Bali-NTB-

NTT, dan Sulawesi-Maluku-Papua, merupakan deretan gunung api baik yang

masih aktif maupun yang tidak aktif. Dengan kondisi geologi tersebut

Indonesia yang bergunung-gunung, berlereng dan relatif terjal, berlembah,

di satu sisi, banyak dijumpai sumber air, dan aliran sungainya cukup tinggi

debitnya. Keadaan alam ini membuat panorama yang indah didukung

dengan udara yang sejuk. Untuk itu, banyak masyarakat bermukim di daerah

tebing-tebing lereng, di daerah lembah dan mulut lembah. Namun, disisi lain,

bahwa bencana tanah longsor setiap saat dapat mengancam terutama bila

terjadi hujan. Dan kondisi lain sangat rawan dengan bencana gunung api

meletus.

Indonesia juga merupakan daerah tektonik yang sangat aktif dan

kompleks di dunia, karena negara kepulauan Indonesia berada diantara

Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia yang berada di seputar

cekung Pasifik juga sangat rawan dengan

La Nina, yang disebabkan anomali cuaca

global sehingga hujan di atas normal,

akibatnya bencana banjir dan tanah longsor

terjadi di mana-mana. Di sisi lain, karena

anomali iklim juga menyebabkan bencana

El Nino, yaitu kekeringan yang

berkepanjangan. Kondisi ini menyebabkan

kebakaran hutan yang terjadi dimana-mana, termasuk penduduk yang tewas

karena kekeringan. Bangsa Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari

ancaman bencana setiap saat.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

2 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Rangkaian bencana yang dialami Indonesia, khususnya dalam

beberapa tahun terakhir, telah mengembangkan kesadaran mengenai

kerawanan dan kerentanan masyarakat. Sikap reaktif dan pola

penanggulangan bencana yang dilakukan dirasakan tidak lagi memadai.

Dirasakan kebutuhan untuk mengembangkan sikap baru yang lebih proaktif,

menyeluruh, dan mendasar dalam menyikapi bencana.

BNPB telah mengumpulkan dan mempublikasikan data bencana

domestik baik bencana alam maupun bukan alam. Berdasarkan publikasi

yang disajikan di website BNPB, disebutkan bahwa dalam kurun waktu 2018-

2019 Indonesia mengalami 5.326 kejadian. Jumlah ini meningkat lebih dari

100% dibandingkan periode 2003-2205. Jenis bencana yang terjadi pun

makin beragam, antara lain: banjir, tanah longsor, gelombang

pasang/abrasi, puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan,

gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Data jumlah bencana

sesuai dengan jenis bencana pada tahun 2018-2019 dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 1. Jumlah Bencana di Indonesia Berdasarkan Jenis Bencana

Tahun 2018-2019

Sumber: Data BNPB

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

3 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Dampak dari bencana tersebut mencakup korban manusia baik yang

meninggal, hilang dan luka-luka yang juga berdampak pada cacat fisik. Di

samping itu juga terjadi kerugian akibat rusaknya dan hilangnya tempat

tinggal dan fasilitas pedukung seperti rumah sakit, sekolah, fasilitas ibadah

dan sebagainya. Selain dampak tersebut, juga muncul gangguan kamtibmas

yang disebabkan terjadinya bencana seperti penjarahan, perampokan dan

sebagainya.

Kondisi ini menjadi masyarakat yang mengalami bencana makin

terpuruk secara ekonomi dan sosial yang kemudian berdampak pada

meningkatnya penyakit sosial di masyarakat. lebih lanjut Dampak bencana

sangat merusak sendi-sendi kehidupan bangsa dan sangat mempengaruhi

Keamanan Dalam Negeri. Kondisi semacam itu akan berpengaruh dalam

pelaksanaan tugas Binkamtibmas. Karena itu, dituntut komitmen Polri agar

semua potensi dan sumber daya yang ada menjadi sumber daya yang

berdayaguna serta berperanserta dalam mendukung menanggulangi

bencana bahu-membahu dengan elemen lain.

Polri sebagai satu kesatuan dari masyarakat, dituntut untuk bisa

berperan dalam situasi perubahan apapun. Sebagaimana tercantum dalam

UU Kepolisian RI Nomor 2/2002 dinyatakan dengan tegas bahwa fungsi

kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat,

serta pembimbingan masyarakat dalam rangka terjaminnya tertib dan

tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman masyarakat guna

terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat.

Terkait dengan manajemen bencana, Kapolri telah menerbitkan

Peraturan Kapolri no. 17 tahun 2009 tentang Manajemen Penanggulangan

bencana. Dalam perkap tersebut, diatur beberapa hal terutama tentang

Komando Pengendalian Lapangan (KPL) yaitu sistem organisasi modular

(bongkar pasang) untuk menanggulangi bencana. Sistem komando ini

bersifat terpadu dimana instansi yang terlibat, bekerja sama sebagai satu tim

untuk membuat sasaran dan strategi Bersama. KPL yang dibentuk oleh

kepolisian kemudian menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada KPL

yang dibentuk oleh BNPB/BPBD. Setelah menyerahkan tugas dan tanggung

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

4 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

jawab kepada BNPB/BNPD, Polri tetap melaksanakan tugas sesuai dengan

kebutuhan di bawah koordinasi KPL yang dibentuk oleh BNPB/BPBD dan

menugaskan perwakilannya dalam struktur organisasi KPL.

Berbagai upaya telah dilakukan Polri dalam partisipasinya menangani

masalah bencana di Indonesia. Berita dari RMOLJabar.com pada tanggal 17

Nopember 2018 Polda Jawa Barat membentuk empat tim satuan tugas

(satgas) bencana alam dengan jumlah personel sebanyak 753 orang. Selain

itu, disiapkan juga sejumlah peralatan penanggulangan bencana, seperti

tenda, perahu karet, gergaji mesin, dan lain-lain. Demikian dikatakan

Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto usai memimpin Apel Siaga

Darurat Bencana di Jalan Diponegoro, Bandung, Kamis (15/11).

"Untuk jumlah personel, disesuaikan dengan ancaman. Kalau bisa

ditangani oleh kabupaten kota, kami support saja, kami turunkan tim.

Termasuk kemarin Lion Air, kami (Polda Jabar) turun," kata Kapolda.

Menurutnya, kesiapsiagaan ini didasari atas prediksi Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jabar terkait cuaca curah hujan tinggi di

Jabar. Selain itu, di Jabar terdapat sejumlah daerah yang rawan bencana

banjir dan longsor. "Kami tidak boleh underestimate terhadap bencana. Mulai

dari selatan, tengah, maupun utara, di wilayah Jawa Barat, rawan bencana.

Selatan dan tengah sudah hujan. Wilayah utara belum, tapi dari kontur tanah

utara lebih rendah," jelas Agung. Dalam pelaksanaan antisipasi dan

penanggulangan dampak bencana, kata Agung, Polda Jabar berkoordinasi

dengan BPBD dan Basarnas. "Leading sector penanganan bencana alam ini

BPBD dan Basarnas. TNI dan Polri mendukung mereka dan memberikan

bantuan peralatan dan personel. Kalau ada kejadian (Bencana), siapapun

yang pertama harus membantu," ujar Agung.

Sementara itu Kompas.com tanggal 5 Desember 2018 Wakil Operasi

Kepolisian Terpusat (Wakaopspus) Aman Nusa II Tahun 2018 Irjen (Pol)

Sudjarno mengatakan, pihaknya telah melakukan analisa dan evaluasi soal

penanganan bencana alam yang selama ini dilakukan. Sudjarno mengatakan,

Kepolisian telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) untuk membuat kelompok kerja (pokja) penanganan

bencana. Menurut Sudjarno, penanganan bencana selama ini sudah berjalan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

5 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

baik. Namun, dari evaluasi yang dilakukan, ada sejumlah hal yang harus

menjadi catatan. Pertama, harus ada standar operasional prosedur (SOP)

mengenai sinergitas dan koordinasi ""Belum ada (SOP), ini yang sedang kami

bahas,” kata Sudjarno, di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat,

Rabu (5/12/2018).

Selain itu, perlu dilakukan pembenahan sumber daya manusia di

internal Polri agar siap diturunkan ketika terjadi bencana. "Ketika

pengalaman (gempa bumi) di Palu misalnya. Dalam kondisi tersebut Polda

Sulawesi Tengah di satu sisi harus melakukan perlindungan pertolongan, di

sisi lain juga kena musibah,” kata Sudjarno. Ia menyebutkan, selama ini Polri

turut membantu penanganan bencana di sejumlah lokasi di Indonesia,

seperti saat gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu

lalu. Demikian pula saat gempa dan tsunami terjadi di Palu, Donggala, dan

sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah, dan musibah jatuhnya pesawat Lion

Air JT 610 di Perairan Karawang, Jawa Barat. Catatan lainnya, perlu

peningkatan aspek keamanan di daerah yang dilanda bencana. "Kita tahu di

Palu-Donggala terjadi penjarahan, menjadi evaluasi, Satgas (Satuan Tugas)

kami memang ada Operasi Aman II, salah satunya penegakan hukum,” ujar

Sudjarno.

Dalam proses penanganan bencana, Polri juga sering bekerjasama

dengan TNI. Salah satunya adalah pada saat pasca gempa di Lombok pada

tahun 2018. Pembagian perannya dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

6 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 1.1. Animasi Peran TNI-Polri Pasca Bencana Lombok

Dalam era kepemimpinan Kapolri Bapak Jendral Drs. H.M. Tito

Karnavian, M.A.Ph.D meluncurkan suatu terobosan berupa Motto

Profesional, Modern, Terpercaya yang dikenal dengan sebutan Promoter.

Kebijakan ini tetap dilanjutkan oleh Kapolri berikutnya yaitu Jenderal Pol.

Drs. Idham Aziz, M.Si. Motto ini merupakan terobosan yang banyak dinilai

positif dari berbagai kalangan. Terutama dalam hal mendukung Grand

Strategy Polri kurun waktu 2016 sampai dengan 2025 yaitu Tahap Strive for

Excellence. Melalui terobosan Promoter diharapkan pelayanan Polri terhadap

masyarakat akan semakin baik. Secara lebih rinci penjabaran Promoter

adalah sebagai berikut.

1. Profesional adalah meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia

Polri yang semakin berkualitas melalui peningkatan kapasitas pendidikan

dan pelatihan, serta melakukan pola-pola pemolisian berdasarkan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

7 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

prosedur baku yang sudah dipahami, dilaksanakan, dan dapat diukur

keberhasilannya.

2. Modern adalah melakukan modernisasi dalam layanan publik yang

didukung teknologi sehingga semakin mudah dan cepat diakses oleh

masyarakat, termasuk pemenuhan kebutuhan Almatsus dan Alpakam

yang makin modern.

3. Terpercaya adalah melakukan reformasi internal menuju Polri yang

bersih dan bebas dari KKN, guna terwujudnya penegakan hukum yang

obyektif, transparan, akuntabel, dan berkeadilan

Dalam upaya meningkatkan kompetensi SDM Polri, berbagai upaya

pembenahan dilakukan di satuan pendidikan (satdik) Polri baik yang

menyelenggarakan pendidikan pembentukan (diktuk) maupun pendidikan

pengembangan (dikbang). Diktuk adalah pendidikan yang diselenggarakan

bagi masyarakat yang akan menjadi anggota Polri untuk jenjang tamtama,

bintara dan perwira. Sedangkan dikbang adalah pendidikan yang ditujukan

kepada peserta didik yang berstatus anggota Polri, baik untuk bidang teknis

operasional kepolisian maupun pendidikan manajemen dan kepemimpinan.

Salah satu satdik Polri yang menyelenggararakan pendidikan pengembangna

adalah Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) yang berada di bawah naungan

Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (Lemdiklat).

Secara spesifik Sespim Lemdiklat Polri adalah unsur pelaksana

pendidikan dan staf yang berkenaan dengan pengembangan manajemen

Polri. program pendidikan yang diselenggarakan di Sespim terdiri dari

Sekolah staf dan pimpinan tingkat pertama (Sespimma), sekolah staf dan

pimpinan tingkat menengah (Sespimmen), dan sekolah staf pimpinan tingkat

tinggi (Sespati). Sespimma diikuti oleh anggota Polri yang berpangkat Ajun

Komisaris Polri (AKP) dan Komisaris Polisi (Kompol). Sespimmen diikuti oleh

anggota Polri yang berpangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan Ajun Komisaris

Besar Polri (AKBP). Sementara itu Sespimti diikuti oleh anggota Polri

berpangkat Komisaris Besar Polisi (KBP).

Setiap program pendidikan di Sespim Lemdiklat Polri juga memiliki

kurikulum tersendiri dengan rangkaian mata pelajaran yang disesuaikan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

8 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

dengan tujuan pendidikan dan kompetensi yang dihasilkan. Dari hasil telaah

project leader yang menjabat sebagai Gadik Utama terhadap kurikulum yang

ada, ternyata ditemukan bahwa mata pelajaran yang mengajarkan tentang

manajemen bencana hanya diberikan dalam prodik Sespimma, sedangkan

untuk Sespimmen dan Sespimti tidak ada. Dalam telaah lebih lanjut terhadap

uraian substansi mata pelajaran, ternyata ditemukan isinya lebih bersifat

teknis bagaimana proses penanganan bencana yang dilakukan oleh Polri.

kondisi semacam ini tentu kurang memadai karena tuntutan untuk proses

kolaborasi dan sinergitas dalam penanganan bencana di Indonesia tidak

cukup hanya pada aspek teknis penanganan bencana, tetapi yang lebih dari

itu diperlukan kemampuan kepemimpinan yang kolaboratif dengan semua

stakeholder terkait penanganan bencana dan kemampuan kepemimpinan ini

harus dikuasai oleh semua level kepemimpinan Polri.

Terkait dengan penanganan bencana, Kapolri telah menerbitkan

Peraturan Kapolri no. 17 tahun 2009 tentang Manajemen Penanggulangan

bencana. dalam peraturan tersebut telah diatur hal-hal terkait dengan

penanganan pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Namun di

dalam peraturan tersebut, yang banyak diatur aspek-aspek teknis dalam

penanganan bencana, sedangkan aspek manajemen termasuk

kolaborasinya masih minim.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka proyek perubahan yang

akan dilakukan mengarah untuk menyusun kurikulum dan bahan ajar

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen

Bencana, yang nantinya diharapkan dijadikan dasar oleh Kalemdiklat Polri

untuk memasukkan mata pelajaran ini dalam kurikulum pendidikan

Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti di tahun 2020.

B. Nama Gagasan Perubahan dan Deskripsi

Proyek perubahan ini berjudul Membangun Kepemimpinan Kolaboratif

Polri Dalam Manajemen Bencana. Kepemimpinan Kolaboratif adalah pola

pikir kepemimpinan yang melibatkan orang banyak dan menggabungkan

rasio, emosi dan semangat dalam proses pemecahan masalah merupakan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

9 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

salah satu perubahan yang timbul dalam ilmu manajemen, merupakan

perubahan drastis pola pikir kepemimpinan.

Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari bencana beserta segala aspek yang

berkaitan dengan bencana, terutama risiko bencana dan bagaimana

menghindari risiko bencana. Manajemen bencana merupakan proses

dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen yang kita kenal

selama ini misalnya fungsi planning, organizing, actuating, dan controlling.

Cara bekerja manajemen bencana adalah melalui kegiatan-kegiatan yang

ada pada tiap kuadran atau siklus atau bidang kerja yaitu pencegahan,

mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta pemulihan. Sedangkan

tujuannya secara umum antara lain untuk melindungi masyarakat beserta

harta bendanya dari ancaman bencana. Dengan demikian dalam konteks

proyek perubahan ini, Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri Dalam

Manajemen Bencana adalah kepemimpinan yang melibatkan banyak orang

secara material maupun non material dalam upaya melindungi masyarakat

beserta harta bendanya dari ancaman bencana. Kegiatan proyek perubahan

ini adalah membuat kurikulum dan bahan ajar yang akan disampaikan

kepada para peserta didik Sespim Lemdiklat Polri pada program Sespimma,

Sespimmen dan Sespimti.

Keberadaan kurikulum dan bahan ajar ini sangat penting karena pada

saat ini pelajaran tentang kebencanaan yaitu disaster management baru

terbatas pada penanganan kerusuhan dalam demonstrasi, belum masuk

pada bencana secara lebih luas yang banyak terjadi di Indonesia.

Sementara itu, Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007

Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana, relative

banyak, sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

10 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor

alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam,

bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,

kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah

bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam

yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat,

dan teror.

Dengan mengacu pada definisi tersebut, calon pemimpin Polri baru

diajarkan tentang penanganan bencana sosial, dan sangat minim pada

manajemen bencana alam maupun non alam. Dalam proyek perubahan ini,

manajamen bencana diberikan muatan terkait dengan bencana alam yang

banyak terjadi di Indonesia.

C. Identifikasi Permasalahan Proyek Perubahan

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB Letnan

Jenderal TNI Doni Monardo, pada saat menjadi Keynote Speaker pada

Seminar di Akademi Militer pada bulan Pebruari 2019 menjelaskan bahwa

ancaman geografi adalah bencana alam karena Indonesia berada di ring of

fire dan patahan lempeng serta banyak gunung api aktif. Harus ada kerja

sama terintegrasi, termasuk dengan pakar, untuk memastikan potensi

bencana di berbagai daerah sehingga kita dapat menemukan mitigasi yang

tepat untuk setiap daerah. Penanggulangan bencana sangat komplek, multi

dimensional, multi stakeholder, dan multi disiplin ilmu, sehingga

penanganannya memerlukan berkolaborasi antara pemerintah, masyarakat

dan dunia usaha. Di samping itu, penanggulangan bencana juga memerlukan

terobosan dan inovasi.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

11 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Sinergitas antar stakeholders terkait dengan penanggulangan bencana

sangat penting untuk mendukung dalam mewujudkan sebuah sistem

peringatan dini (early warning sistem) dan prosedur tetap yang dipahami

oleh masyarakat seluruhnya yang menetap di sekitar daerah rawan bencana.

Sistem dan prosedur yang efektif, efisien serta dapat diandalkan akan sulit

diwujudkan tanpa adanya kerja sama yang erat antar kementerian, lembaga

masyarakat dan instansi-instansi pemerintah lainnya, termasuk Polri dan

TNI.

Namun jika dicermati lebih lanjut dalam proses pembuatan kebijakan

terkait penanganan bencana di Indonesia, keterlibatan Polri kurang optimal.

Sebagai contoh dalam forum Rapat Tingkat Menteri tentang Perkembangan

Penyelenggaraan Penanganan Bencana di Indonesia, Selasa (22/01/2019) di

ruang rapat utama lantai 7 Gedung Kemenko PMK, Jakarta, Polri tidak

dilibatkan. Yang hadir dalam forum itu adalah Mensos Agus Gumiwang

Kartasasmita, Menteri ATR/BPN Sofjan Djalil, Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Moenardo, Kepala Badan SAR

Nasional Henry Bambang Soelistyo, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati,

Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Hasanuddin Zainal Abidin dengan

para stafnya. (https://jpp.go.id/humaniora/sosial-budaya/329456-kemenko-

pmk-terus-memperkuat-sinergi-antar-lembaga-untuk-mitigasi-bencana).

Contoh lain adalah dalam Seminar Nasional dengan tema “Sinergitas Antar

Lembaga dan Peningkatan Mitigasi Terhadap Bencana di Indonesia” di

Universitas Nasional (UNAS) Jakarta pada bulan Januari 2019, yang

dihadirkan sebagai pembicara hanya dari pihak Kementerian Sosial

(https://www.unas.ac.id/berita/seminar-administrasi-publik-perlu-sinergi-

antar-lembaga-dan-kesadaran-masyarakat-dalam-penanggulangan-

bencana/)

Hal-hal di atas menunjukkan bahwa banyak pihak belum memahami

keberadaan Polri dalam penanganan bencana, dan lebih banyak

ditempatkan dalam kaitan penanganan masalah kriminalitas seperti

penjarahan yang dialami oleh para pengungsi terutama di rumah-rumah

yang mereka tinggalkan. Permasalahan ini harus dituntaskan dengan cara

membangun kepemimpinan kolaboratif anggota Polri dalam manajemen

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

12 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

bencana. Kolaborasi dan sinergitas dalam upaya manajemen kebencanaan

sangat penting dilakukan agar dapat mengurangi resiko bencana.

D. Tujuan dan Manfaat Proyek Perubahan

1. Tujuan

Tujuan proyek perubahan adalah menyusun kurikulum dan bahan ajar

yang akan diberikan kepada calon pemimpin Polri masa depan yang

sedang mengikuti Pendidikan di Sespim Lemdiklat Polri. Secara spesifik

tujuan proyek perubahan adalah sebagai berikut.

a. Tujuan Jangka Pendek

1) Melakukan koordinasi dengan stakeholder internal dalam upaya

mendapatkan persetujuan untuk menjadi sasaran atau objek

dari kegiatan proyek perubahan.

2) Melakukan komunikasi dengan stakeholder eksternal untuk

mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan proyek perubahan

yang dituangkan dalam surat pernyataan dukungan.

3) Melakukan survei/komunikasi dengan alumni Sespim Lemdiklat

Polri untuk mendapatkan masukan tentang pengalaman yang

bersangkutan terkait penanganan bencana di tempat tugas

masing-masing.

4) Menyusun kurikulum mata pelajaran Membangun

Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana

untuk peserta didik Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti

5) Menyusun bahan ajar mata pelajaran Membangun

Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana

untuk peserta didik Sespimma

b. Tujuan Jangka Menengah

1) Menyusun bahan ajar mata pelajaran Membangun

Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana

untuk peserta didik Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

13 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

2) Melakukan diseminasi draf rancangan kurikulum dan bahan ajar

manajemen bencana kepada pihak terkait.

3) Menyusun MoU atau naskah komitmen kerjasama pembelajaran

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen

Bencana antara Sespim Lemdiklat Polri dengan Stakeholder,

yang terdiri dari: Kemensos RI, BNPB, dan Pusat Pendidikan

Mitigasi Bencana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

4) Membuat Keputusan Kalemdiklat Polri tentang revisi kurikulum,

bahan ajar dan model pelatihan manajemen bencana di Sespim

Lemdiklat Polri.

c. Tujuan Jangka Panjang

1) Melaksanakan pembelajaran mata pelajaran Membangun

Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana

untuk peserta didik Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti.

2) Melakukan anev kompetensi Membangun Kepemimpinan

Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana terhadap alumni

Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti

2. Manfaat Proyek Perubahan

Dengan adanya kurikulum dan bahan ajar diharapkan kompetensi

lulusan Sespim Lemdiklat Polri terkait Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana akan meningkatkan pada akhirnya akan

membantu efektivitas pelaksanaan tugas-tugas dilapangan para

pemimpin di semua tingkatan organisasi Polri. lebih lanjut

Kepemimpinan yang ditunjukkan oleh pemimpin Polri akan memberikan

citra positif Polri di mata stakeholder dan di masyarakat merupakan salah

satu bentuk pencapaian visi Polri yang professional, modern dan

terpercaya. Secara spesifik manfaat bagi Polri melalui proyek perubahan

ini, adalah sebagai berikut

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

14 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

a. Manfaat bagi Polri

1) Mutu atau kualitas output (hasil didik) Sespim Lemdiklat Polri

khususnya Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen

Bencana menjadi lebih optimal.

2) Adanya sinergitas dan kerjasama dari stakeholder dalam

pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan peranan Polri di lapangan

khususnya dalam manajemen bencana.

3) Terwujudnya lulusan Sespim Lemdiklat Polri yang profesional,

modern dan terpercaya (Promoter).

b. Manfaat bagi Stakeholder

1) Pelaksanaan tugas stakeholder yang terkait dengan manajemen

bencana menjadi lebih efektif karena adanya peran Polri mulai

dari pra bencana, saat terjadi bencana, dan setelah bencana

selesai. Hal ini karena Polri berada di garda terdepan dalam

pelayanan masyarakat yang siap dalam waktu 24 jam.

2) Tugas stakeholder dalam melakukan sosialisasi atau edukasi

terkait karakteristik bencana di setiap daerah dan upaya

masyarakat menyiapkan diri menghadapi bencana dapat

didelegasikan kepada Polri karena Polri memiliki unit

Bhabinkamtibmas yang secara rutin melalukan komunikasi

dengan masyarakat.

3) Kolaborasi dengan pemimpin Polri juga akan memudahkan

stakeholder dalam bekerja karena sistem kerja Polri yang

menganut sistem komando memungkinkan semua jajaran Polri

sampai di tingkat Polsek bahkan Pos Polisi memberikan

dukungan optimal.

E. 0utput Kunci (Key Project Deliverables)

Kriteria keberhasilan yang menjadi output kunci dari proyek perubahan

ini adalah:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

15 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

1. Jangka Pendek (3 Bulan)

a. Terbentuk kesamaan pemahaman diantara personil yang terlibat

dalam proyek perubahan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. Diperoleh persetujuan stakeholder internal untuk menjadi sasaran

atau objek dari kegiatan proyek perubahan.

c. Diperoleh dukungan dari stakeholder eksternal untuk dalam

pelaksanaan proyek perubahan dalam bentuk surat pernyataan

dukungan.

d. Didapatkan masukan-masukan dari stakeholder eksternal terkait

dengan penyusunan materi kurikulum dan bahan ajar “Membangun

Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana”

e. Didapatkan masukan alumni Sespim Lemdiklat Polri tentang

pengalaman yang bersangkutan terkait penanganan bencana di

tempat tugas masing-masing.

f. Tersusun kurikulum mata pelajaran Membangun Kepemimpinan

Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana untuk peserta didik

Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti.

g. Tersusun bahan ajar mata pelajaran Membangun Kepemimpinan

Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana untuk peserta didik

Sespimma

2. Dalam Jangka Menengah (6 bulan)

a. Tersusun bahan ajar mata pelajaran Membangun Kepemimpinan

Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana untuk peserta didik

Sespimmen, dan Sespimti

b. Didapatkan bahan masukan penyempurnaan draf rancangan

kurikulum dan bahan ajar manajemen bencana dari stakeholder

eksternal maupun internal.

c. Tersusun MoU atau naskah komitmen kerjasama pembelajaran

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen

Bencana antara Sespim Lemdiklat Polri dengan Stakeholder, yang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

16 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

terdiri dari: Kemensos RI, BNPB, BMKG, dan Pusat Pendidikan

Mitigasi Bencana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

d. Terbit Keputusan Kalemdiklat Polri tentang mata pelajaran

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen

Bencana di Sespim Lemdiklat Polri

3. Dalam Jangka Panjang (di atas 1 Tahun)

a. Terlaksana pembelajaran mata pelajaran Membangun

Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana untuk

peserta didik Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti.

b. Anev kompetensi alumni Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti

dalam implementasi Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam

Manajemen Bencana terkait tugas di lapangan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

17 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

BAB II

RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN

A. Roadmap/Milestone Proyek Perubahan

Pelaksanaan proyek perubahan dilaksanakan dalam tiga

tahapan, yaitu: jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

Panjang. Tahapan jangka pendek dilaksanakan dalam jangka waktu

4 bulan. Jangka menengah dalam waktu 6 bulan dan jangka Panjang

dalam waktu 1 tahun atau lebih.

Milestone proyek perubahan jangka pendek kegiatannya

dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan Desember

2019, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim Efektif mengenai pelaksanaan proyek perubahan

2. Pertemuan Koordinasi dengan stakeholder internal

3. Pertemuan dan koordinasi dengan stakeholder eksternal

4. Komunikasi dengan alumni Sespim terkait pelaksanaan manajemen

bencana di lapangan

5. Penyusunan kurikulum Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

6. Menyusun bahan ajar mata pelajaran Membangun Kepemimpinan

Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana untuk serdik Sespimma

Milestone proyek sesuai tahapan jangka pendek, menengah

dan Panjang disajikan pada dalam tabel di halaman berikut.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

18 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

TAHAPAN KEGIATAN WAKTU OUTPUT/BUKTI

JANGKA PENDEK

Pembentukan tim pokja

penyusunan sprint tim proyek perubahan

minggu ke-1 Sept. 2019

Surat perintah Dokumentasi

Koordinasi dengan Stakeholder Internal

Koordinasi dgn pejabat Lemdiklat Polri, Kasespimti, Kasespimmen, Kasespimma, dan Ssops Kapolri

minggu 2-3 Sept. 2019

Dokumentasi dan notulen

Koordinasi dengan Stakeholder eksternal

Koordinasi dengan Kemensos RI, BNPB, BMKG, dan Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana UPI Bandung

minggu 3-44 Sept 2019

Surat, Dokumentasi dan notulen

Pengumpulan informasi

Komunikasi dengan alumni Sespim terkait pelaksanaan manajemen bencana di lapangan

minggu 1-2 Okt. 2019

laporan hasil survei

administrasi Penyusunan surat-surat, MoU dll

minggu ke 3-4 Sept 2019

surat, draf MoU/ naskah komitmen

Pokja 1 Penyusunan kurikulum Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana untuk serdik Sespimma, Sespimmen dan Sespimti

minggu ke 4 Okt. 2019 –minggu ke 3

Nop

Undangan, Foto, notulen, kurikulum

Pokja 2 Menyusun bahan ajar mata pelajaran Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana untuk serdik Sespimma

Laporan Melaporkan hasil kegiatan kepada coach dan mentor

minggu ke 4 Nop. 2019

Dokumentasi, laporan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

19 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

TAHAPAN KEGIATAN WAKTU OUTPUT/BUKTI

JANGKA MENENGAH

Pokja 3 Menyusun bahan ajar mata pelajaran Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana untuk serdik Sespimmen dan Sespimti

Januari – Maret 2020

bahan ajar

Harmonisasi Mengirimkan kurikulum dan bahan ajar Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana kepada stakeholder internal dan eksternal untuk mendapatkan masukan penyempurnaan

April 2020 Surat pengantar dan catatan koreksi masukan

Pokja 4 Penyempurnaan kurikulum dan bahan ajar berdasarkan masukan penyempurnaan dari stakeholder internal eksternal

Mei 2020 Naskah kurikulum dan bahan ajar hasil penyempurnaan

Pokja 5 Menyusun kep. Kalemdiklat tentang kurikulum dan bahan ajar

Juni 2020 dokumentasi pokja, notulen, draf kep.

Konsinyir Rapat konsinyir kep. Kalemdiklat tentang kurikulum dan bahan ajar

Juni 2020 Undangan, foto, notulen hasil rapat

Pengundangan Penerbitan Kep. Kalemdiklat Polri tentang kurikulum dan bahan ajar mata pelajaran Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana di Sespim Lemdiklat Polri

Juli 2020 Kep Kalemdiklat Polri

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

20 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

TAHAPAN KEGIATAN WAKTU OUTPUT/BUKTI

JANGKA PANJANG

Implementasi pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana untuk peserta didik Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti

Sespimma : Okt. 2020

Sespimmen: Juni 2021

Sespimti : Juli 2021

Jadwal, laporan pelaksanaan

Monitoring Anev kompetensi alumni Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti dalam implementasi Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana terkait di lapangan

2022 Surat perintah tugas, surat perintah jalan, laporan hasil pelaksanaan tugas, dan foto

B. Sasaran

Sasaran di dalam proyek perubahan ini merupakan penjelasan tentang

kepada siapa kegiatan atau acara tersebut akan dilaksanakan. Sasaran dari

proyek perubahan ini, adalah:

1. Peserta didik Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti Sespim Lemdiklat

Polri yang akan menerima materi tentang

2. Widyaiswara Sespim Lemdiklat Polri yang akan menjadi pengajar

3. Kabag Jarlat Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti Sespim Lemdiklat

Polri yang berwenang dalam pengaturan jadwal kegiatan dan

penentuan narasumber, pengajar atau pelatih

4. Kabag Bindik Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti Sespim Lemdiklat

Polri yang berwenang dalam menyusun kalender Pendidikan dan

evaluasi Pendidikan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

21 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

5. Stakeholder eksternal terutama BNPB dan Pusat Pengembangan SDA

dan LH dan Mitigasi Bencana Alam UPI Bandung, yang akan dilibatkan

sebagai narasumber dalam pelaksanaan pembelajaran tentang

Manajemen Bencana.

C. Identifikasi Stakeholder

Pengertian Stakeholder adalah segenap pihak yang terkait dengan isu

dan permasalahan yang sedang dibahas. Keberadaan stakeholder dalam

kegiatan proyek perubahan ini akan diperlukan untuk membantu

mengembangkan tujuan proyek perubahan. Keberadaan stakeholder dalam

kegiatan proyek perubahan ini akan diperlukan untuk membantu

mengembangkan tujuan proyek perubahan tersebut. Analisis terhadap

stakeholder diperlukan untuk melakukan identifikasi stakeholder dalam

proyek perubahan dikarenakan membawa manfaat sebagai berikut:

1. Dapat menggunakan pendapat stakeholder untuk kepentingan

merancang proyek perubahan;

2. Mendapatkan dukungan dari stakeholder yang kuat untuk memperoleh

lebih banyak sumber daya, dalam mendukung proyek perubahan;

3. Dapat mengantisipasi kemungkinan adanya reaksi orang lain terhadap

proyek perubahan , sehingga dapat merancang strategi komunikasi

yang baik;

4. Berkomunikasi dengan stakeholder, dapat memastikan mereka

memahami dan manfaat dari proyek perubahan; dan

5. Menumbuhkan keterlibatan terhadap upaya perubahan.

Stakeholder proyek perubahan ini dikelompokkan menjadi

stakeholder internal dan stakeholder eksternal. Stakeholder internal

terdiri dari unit di lingkungan Lemdiklat Polri, antara lain:

1. Kalemdiklat Polri

2. Karo Kurikulum Lemdiklat Polri

3. Karo Bindiklat Lemdiklat Polri

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

22 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

4. Kasespimti Sespim Lemdiklat Polri

5. Kabag Bindik Sespimma Sespim Lemdiklat Polri

6. Kabag Jarlat Sespimma Sespim Lemdiklat Polri

Sedangkan stakeholder eksternal terdiri dari:

1. BNPB

2. BMKG

3. Kemensos RI

4. Basarnas

5. Pusat Pengembangan SDA dan LH dan Mitigasi Bencana Alam UPI

Bandung

D. Tata Kelola Proyek

Untuk memperlancar pelaksanaan proyek perubahan Membangun

Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana, dibentuk tim

efektif yang bertugas melaksanakan proyek perubahan yang dipimpin oleh

project leader. Tim efektif bekerja berdasarkan surat perintah Kasespimma

Sespim Lemdiklat Polri nomor: Sprint/146/VIII/KEP/2019 tanggal 25

Agustus 2019.

1. Struktur Organisasi Proyek

Sponsor/Mentor : Brigjend Pol. Drs. H. Syafril Nursal, SH, MH

Coach : Ir. Setia Budhy Algamar, MURP

Project Leader

Ketua

:

:

KBP. Purwoko Yudianto, SH. S.IK., M.Hum

KBP. Dadan Wisnhu Wardana

Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota

Logistik

:

:

:

:

KBP. Dra. Yoyoh Inayah, M.Si.

Ipda. M. Taufiq Riyadi, S.I.P., MM

Budi Budiman, SE.

Ipda. Irfan Dwi Nugraha, SH.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

23 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Tim Perumus

Dokumentasi dan

Publikasi

:

:

1. Muflikhudin

2. Ipda. Nita Marlina

3. Toni Yusanto

4. Bripda. Teguh Wira Dharma

1. Yana Febiyanto

2. Diki Riyadi Suhendi

Struktur Organisasi Tim Proyek Perubahan

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Tim Proyek Perubahan

2. Deskripsi Tugas

NO JABATAN DALAM PROYEK

DESKRIPSI TUGAS

1 Atasan langsung/ Mentor

• Memberikan dukungan dalam rancangan dan implementasi proyek perubahan

• Memberikan kesepakatan dan persetujuan atas proposal proyek perubahan,

COACH Ir. Setia Budhy Algamar, MURP

PROJECT LEADER KBP. Purwoko Yudianto, SH, S.IK.

M.Hum

ATASAN LANGSUNG/MENTOR

KASESPIMMA SESPIM LEMDIKLAT POLRI Brigjend Pol. Drs. H. Syafril Nursal, SH, MH

TIM EFEKTIF

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

24 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

NO JABATAN DALAM PROYEK

DESKRIPSI TUGAS

• memberikan bimbingan dan dukungan penuh kepada project leader dalam pelaksanaan proyek perubahan

2 Coach memberikan motivasi, arahan/konsultasi dan memantau kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek perubahan

3 Project leader • merancang proyek perubahan, melakukan eksekusi terhadap keseluruhan tahap yang telah dirancang dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliki

• memimpin pelaksanaan kegiatan pertemuan dengan stakeholder dan kegiatan pokja

4 Ketua • mengkoordinir kegiatan pokja

• memimpin proses perumusan hasil pokja

5 Wakil Ketua • mewakili ketua mengkoordinir kegiatan pokja dan perumusan hasil pokja

• membantu project leader dalam pemantauan kegiatan

6 Sekretaris • menyiapkan administrasi persuratan dan dokumen terkait

• mengarsipkan surat-surat dan dokumen lainnya

• membuat daftar hadir dan notulen-notulen rapat.

7 Logistik menyiapkan kebutuhan sarana prasarana untuk kegiatan, termasuk ruangan dan konsumsi

8 Perumus Merumuskan hasil-hasil pokja di bawah koordinasi project leader dan ketua pokja tim efektif

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

25 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

NO JABATAN DALAM PROYEK

DESKRIPSI TUGAS

9 Dokumentasi Mendokumentasikan berbagai kegiatan proyek perubahan dan kegiatan pertemuan dengan stakeholder maupun kegiatan pokja

E. Program Rencana Aksi Pengawasan Kolaboratif

Program rencana aksi pengawasan kolaboratif adalah serangkaian

kegiatan yang. rincian programnya disajikan pada tabel berikut.

No Kegiatan Pihak yang Terlibat Waktu & Tempat

1 Survei alumni Sespimma

• alumni sespimma

• kabag bindik sespimma

• gadik sespimma

September 2019, di

Sespimma

2 Penyusunan kurikulum

• kabag bindik sespimma

• gadik sespimma

Oktober 2019 di Sespimma

3 Penyusunan bahan ajar

• kabag bindik sespimma

• gadik sespimma

Oktober 2019, di Sespimma

F. Risiko/Potensi Kendala

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi

karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang

akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (Uncertain) dapat berakibat

menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman

(https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko), ketidakpastian yang

menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang

(Opportunity), sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang

merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk). Secara umum risiko dapat

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

26 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan

dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Oleh karena itu, risiko

harus diantisipasi agar proyek perubahan yang dilaksanakan dapat

berlangsung secara efektif. Beberapa risiko yang harus diantisipasi, adalah:

1. Bertambahnya jumlah jam pelajaran di Sespim Polri yang bisa

berdampak masa pendidikan lebih panjang.

2. Perlunya disiapkan anggaran tambahan terutama untuk pengajar dari

eksternal Sespim Polri dan pengadaan sarana prasarana pendukung

materi pelajaran.

3. Kemungkinan pimpinan Polri di wilayah tidak memanfaatkan

kompetensi lulusan Sespim yang telah menguasai manajemen bencana

pada bagian program pemberdayaan SDM Polri

G. Faktor Kunci Keberhasilan (Key Success Factors)

Faktor-faktor yang menjadi kunci keberhasilan pencapaian tujuan proyek

perubahan secara tepat sasaran dan tepat waktu adalah sebagai berikut:

1. Adanya produk hukum dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Kapolri

terkait dengan penanganan bencana.

2. Terjalinnya sinergitas dan kolaborasi antara Polri dengan stakeholder

dalam manajemen bencana dan pembelajaran membangun

kepemimpinan kolaboratif Polri dalam manajemen bencana.

3. Adanya komitmen dan dukungan pimpinan dalam hal ini Kasespimma

Sespim Polri sebagai atasan langsung dan mentor yang merupakan

Kepala Biro Kurikulum Lemdiklat Polri terhadap proyek perubahan ini,

sehingga tercapai sesuai dengan tujuan dan waktu yang ditentukan

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

27 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

A. Analisis Stakeholder

Implementasi proyek perubahan tidak bisa dilakukan sendiri oleh

project leader, tetapi harus melakukan kolaborasi dengan stakeholder

internal dan eksternal. Kolaborasi adalah proses yang mendasar dari bentuk

kerjasama yang melahirkan kepercayaan, integritas dan terobosan melalui

pencapaian konsensus, kepemilikan dan keterpaduan pada semua aspek

organisasi. Kolaborasi adalah pendekatan utama yang akan menggantikan

pendekatan hirarki pada prinsip-prinsip pengorganisasian untuk memimpin

dan mengelola lingkungan kerja pada abad 21

Sementara itu, stakeholder adalah semua pihak di dalam masyarakat,

baik itu individu, komunitas atau kelompok masyarakat, yang memiliki

hubungan dan kepentingan terhadap sebuah organisasi/ perusahaan dan

isu/ permasalahan yang sedang diangkat. Suatu masyarakat, kelompok,

komunitas ataupun individu tersebut dapat dikatakan sebagai stakeholder

jika mereka memiliki karakteristik seperti memiliki kekuasaan dan

kepentingan terhadap organisasi atau perusahaan. Atau definisi dari

stakeholder yaitu orang yang memiliki minat maupun kepentingan di dalam

suatu perusahaan. Hal ini bisa menyangkut kepentingan finansial atau

kepentingan lainnya. Jika orang tersebut terkena pengaruh dari apa yang

terjadi pada perusahaan, baik itu dampak negatif atau positif orang tersebut

dapat dikatakan sebagai stakeholder. Keberadaan stakeholder dalam

kegiatan proyek perubahan ini akan diperlukan untuk membantu

mengembangkan tujuan proyek perubahan tersebut. Analisis terhadap

stakeholder diperlukan untuk melakukan identifikasi stakeholder dalam

proyek perubahan dikarenakan membawa manfaat sebagai berikut:

1. Dapat menggunakan pendapat stakeholder untuk kepentingan

merancang proyek perubahan;

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

28 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

2. Mendapatkan dukungan dari stakeholder yang kuat untuk memperoleh

lebih banyak sumber daya, dalam mendukung proyek perubahan;

3. Dapat mengantisipasi kemungkinan adanya reaksi orang lain terhadap

proyek perubahan, sehingga dapat merancang strategi komunikasi

yang baik;

4. Berkomunikasi dengan stakeholder, dapat memastikan mereka

memahami dan manfaat dari proyek perubahan; dan

5. Menumbuhkan keterlibatan terhadap upaya perubahan.

Berdasarkan pengaruh dan kepentingannya, stakeholders dapat dibagi

menjadi 4 (empat) macam, yaitu:

1. Stakeholder Promotors, yaitu stakeholder/ orang-orang yang harus

benar-benar dilibatkan dan yang membawa pengaruh terbesar dalam

proyek perubahan..

2. Stakeholder Latents, yaitu stakeholder/orang-orang dengan High

Influence namun Low Interest, stakeholders ini bisa sangat membantu

jika dapat diyakinkan akan pentingnya proyek perubahan;

3. Stakeholder Defendents, yaitu stakeholder/orang-orang yang

memiliki ketertarikan yang tinggi, tapi memiliki kekuatan yang kecil.

khususnya dalam komunikasi..

4. Stakeholder Apathetics, yaitu stakeholders/orang-orang yang Low

Influence dan Low Interest, mereka tidak peduli terhadap proyek

perubahan karena menjadi stakeholder secara kebetulan

Keempat jenis stakeholder tersebut dapat digambarkan dalam matriks

kuadran stakeholders sebagai berikut:

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

29 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.1. Matrik Stakeholder

1. Stakeholder Promotors, yaitu stakeholder yang harus benar-benar

dilibatkan dan yang membawa pengaruh terbesar dalam proyek

perubahan. Dalam proyek perubahan ini yang termasuk dalam

kelompok stakeholder Promotors adalah:

a. Kalemdiklat Polri

b. Kasespim Polri

c. Sops Kapolri

d. BNPB

e. Kementerian Sosial

Tinggi

Tinggi

Rendah

Rendah

KEPENTINGAN

Latents:

✓ Kepentingan Tinggi ✓ Pengaruh Rendah

Promotors:

✓ Kepentingan Tinggi ✓ Pengaruh Tinggi

Apathetics:

✓ Kepentingan Rendah ✓ Pengaruh Rendah

Defendants:

✓ Kepentingan Tinggi ✓ Pengaruh Rendah

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

30 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

2. Stakeholder Latents, yaitu stakeholder yang memiliki pengaruh

besar (high Influence) namun ketertarikannya rendah (low Interest).

Stakeholders ini bisa sangat membantu jika dapat diyakinkan akan

pentingnya proyek perubahan. Dalam proyek perubahan ini yang

termasuk dalam kelompok stakeholder Latents adalah:

a. BMKG

b. Perguruan tinggi (UPI)

c. Media Massa

3. Stakeholder Defendents, yaitu stakeholder yang memiliki

ketertarikan yang tinggi, tapi memiliki kekuatan yang kecil, khususnya

dalam komunikasi. Dalam proyek perubahan ini yang termasuk dalam

kelompok stakeholder Defendents adalah:

a. Pemerintah Daerah

b. DPRD

c. TNI

4. Stakeholder Apathetics, yaitu stakehoders yang Low Influence dan

Low Interest, mereka tidak peduli terhadap proyek perubahan karena

menjadi stakeholder secara kebetulan. Dalam proyek perubahan ini

yang termasuk dalam kelompok stakeholder Apathetics adalah:

a. Peserta didik Sespim Polri

b. Widyaiswara/Gadik Sespim

c. Lembaga swadaya masyarakat

Terhadap mitra stakeholder yang terkait proyek perubahan tersebut

dilakukan komunikasi dan koordinasi, sehingga posisi stakeholder pada awal

proyek perubahan disusun, dapat digambarkan dalam matriks kuadran

dibawah ini:

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

31 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.2. Matrik Stakeholder sebelum Proyek Perubahan

Berdasarkan hasil koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder yang

sudah direncanakan, maka ada perubahan yang dihasilkan dari proses

kolaborasi, sebagai berikut:

1. Stakeholder eksternal yaitu BMKG pindah dari kelompok latents masuk

kelompok promotors. Hal ini disebabkan dari hasil komunikasi dengan

BMKG karena BMKG sudah bekerjasama dengan Polri terutama dalam

pengamanan alat-alat deteksi bencana seperti alat pendekteksi

tsunami di wilayah banten.

2. Stakeholder eksternal yaitu Perguruan tinggi (PT) pindah dari

kelompok latents masuk kelompok promotors. Hal ini disebabkan dari

hasil komunikasi dengan pihak Universitas Pendidikan Indonesia,

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

32 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

ternyata mereka memiliki Lembaga yang mengkaji tentang mitigasi

bencana.

3. Stakeholder eksternal yaitu TNI pindah dari kelompok latents masuk

kelompok promotors. Hal ini disebabkan peserta didik di Sespim Polri

juga melibatkan anggota TNI, terutama untuk Sespimti

4. Stakeholder internal yaitu WI/GAdik pindah dari kelompok apathetics

masuk menjadi promoters karena keterlibatan gadik/WI dalam

penyusunan kurikulum, hanjar dan melaksanakan pembelajaran.

5. Stakeholder internal yaitu peserta didik pindah dari kelompok

apathetics masuk menjadi promoters karena karena peserta didik

adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran dan

sebagai informan untuk melakukan penyempurnaan kurikulum dan

bahan ajar.

Perubahan posisi stakeholder dalam matrik mitra stakeholder yang

terkait dalam proyek perubahan disajikan pada gambar di halaman berikut.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

33 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.3. Matrik Stakeholder Setelah Pelaksanaan Proper

B. Capaian Proyek Perubahan

Pelaksanaan proyek perubahan sesuai tahapan telah memberikan

hasil yang memuaskan, dengan rincian hasil sebagai berikut:

1. Telah terlaksana koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder

internal maupun eksternal

2. Telah tersusun hasil survei tentang materi pelajaran terkait dengan

manajemen bencana yang sudah berjalan di sespimma

3. Tersusun draft kurikulum Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

4. Tersusun draft bahan ajar Membangun Kepemimpinan Kolaboratif

Polri dalam Manajemen Bencana

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

34 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

C. Pelaksanaan Proyek Perubahan

Sebagai tindak lanjut rancangan proyek perubahan, project leader

telah melaksanakan langkah-langkah implementasi jangka pendek,

sebagaimana diuraikan berikut ini.

1. Rapat tim efektif

Rapat tim efektif dilaksanakan pada hari kamis tanggal 12

September 2019 di ruang rapat Sespimma Polri Lembang Jawa Barat.

Rapat dipimpin langsung oleh project leader. Dalam rapat tersebut

project leader menjelaskan isi rancangan proper dan hal-hal apa yang

akan dilaksanakan dalam proyek perubahan dan apa tugas dari

anggota tim efektif. Selanjutnya disampaikan jadwal kegiatan untuk

pelaksanaan proyek perubahan.

Sementara itu Kasespimma melalui Project leader, dalam

arahannya menyampaikan bahwa pelaksanaan proper ini tetap harus

disinkronkan dengan tugas-tugas rutin personil yang terkait

mengingat pejabat yang melaksanakan proper dan yang tergabung

dalam tim efektif tidak dibebaskan tugaskan sementara dari pekerjaan

rutinnya. Selanjutnya Kasespimma juga memberikan arahan agar

proper bisa terlaksana semaksimal mungkin karena hasilnya akan

sangat bermanfaat bagi Polri, khususnya Sespim Lemdiklat Polri.

Dokumentasi kegiatan rapat tim efektif disajikan pada gambar berikut.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

35 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.4. Rapat Tim Efektif dipimpin oleh Project Leader

2. Koordinasi dengan Stakeholder Internal

Koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder internal

dilakukan project leader dengan cara mendatangi pejabat terkait Hal

ini dilakukan karena masing-masing pejabat memiliki kegiatan masing-

masing, sehingga sulit untuk dikumpulkan secara khusus dalam forum

rapat atau semacamnya. Stakeholder yang didatangi terdiri dari: (1)

Wakalemdiklat Polri, (2) Karo Kurikulum Lemdiklat Polri, (3) Karo

Bindiklat Lemdiklat Polri, (4) Kasespimti Sespim Lemdiklat Polri, (5)

Kabag Bindik Sespimma Sespim Lemdiklat Polri, dan (6) Kabag Jarlat

Sespimma Sespim Lemdiklat Polri

Hasil-hasil komunikasi dan dokumentasi kegiatan koordinasi dan

komunikasi dengan stakeholder internal disajikan di bawah ini.

Komunikasi dengan Wakalemdiklat Polri

Komunikasi dengan Wakalemdiklat Polri dilaksanakan pada tanggal 1

Oktober 2019 bertempat di ruang kerja Wakalemdiklat Polri di Jakarta.

Dalam komunikasi dengan Wakalemdiklat Polri, project leader

diberikan informasi tentang kebijakan Pendidikan dan pelatihan di

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

36 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

lingkungan Polri telah telah diatur peraturan Kapolri tentang Sistem

Pendidikan Polri. Di dalam Sisdik Polri tersebut juga diatur terkait

dengan kerja dalam pelaksanan Pendidikan dan pelatihan Polri.

Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan

Wakalemdiklat Polri dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.5. Koordinasi dan komunikasi

dengan Wakalemdiklat Polri

Komunikasi dengan Kasespimti Sespim Lemdiklat Polri

Komunikasi dengan Kasespimti Sespim Lemdiklat Polri dilaksanakan

pada tanggal 1 Oktober 2019 bertempat di ruang kerja Kasespimti

Sespim Lemdiklat Polri Lembang. Dalam komunikasi dengan

Kasespimti Sespim Lemdiklat Polri, project leader diberikan informasi

bahwa Sespimti adalah salah satu program Pendidikan untuk calon

pemimpin Polri yang berpangkat Kombes Pol yang disiapkan menjadi

calon pemimpin tingkat tinggi dan pemimpin nasional. Selain diikuti

anggota Polri, Sespimti juga diikuti oleh peserta didik yang berasal dari

TNI dan Kejaksaan Agung RI. Terkait dengan subtansi manajemen

bencana, Kasespimti menilai materi itu perlu dikuasai oleh calon

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

37 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

pemimpin Polri mengingat banyaknya bencana yang terjadi di wilayah

Indonesia dan Polri harus menjadi garda terdepan dalam

penangannya.

Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan Kasespimti

Sespim Lemdiklat Polri dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 3.6. Koordinasi dan komunikasi dengan Kasespimti

Sespim Lemdiklat Polri

Komunikasi dengan Karo Kurikulum

Komunikasi dengan Karo Kurikulum dilaksanakan pada tanggal 4

Oktober 2019 bertempat di ruang kerja Karo Kurikulum. Dalam

komunikasi dengan Karo Kurikulum, project leader diberikan informasi

bahwa hal-hal mengenai kewenangan yaitu menyusun dan membina

penyusuna kurikulum dan bahan ajar untuk semua jenis Pendidikan

dan pelatihan di lingkungan Polri. Salah satunya adalah kurikulum

untuk Pendidikan di Sespim Lemdiklat Polri, yaiatu kurikulum

Sespimma, Sespimmen, dan Sespimti. Dalam pertemuan tersebut,

Karo Kurikulum sangat mengapresiasi upaya project leader untuk

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

38 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

membuat kurikulum tentang manajemen bencana yang belum ada di

Sespim Lemdiklat Polri.

Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan Karo

Kurikulum dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 3.7. koordinasi dan komunikasi dengan Karo Kurikulum

Komunikasi dengan Karo Bindiklat Lemdiklat Polri

Komunikasi dengan Karo Bindiklat Lemdiklat Polri dilaksanakan pada

tanggal 8 Oktober 2019 bertempat di ruang kerja Karo Bindiklat

Lemdiklat Polri Jakarta. Dalam komunikasi dengan Karo Bindiklat

Lemdiklat Polri, project leader diberikan informasi tentang

kewenangan Biro Bindiklat yaitu menyusun perencanaan program

diklat Polri setiap tahunnya untuk dibahas pada setiap kegiatan siding

wandiklat. Selain itu Biro Bindiklat juga mengurus segala kerjasama

diklat polri dengan berbagai pihak di dalam dan di luar negeri. Karo

Bindiklat sangat mengapresiasi produk proper yang akan dihasilkan

karena hal itu dapat memperkuat kompetensi calon pemimpin Polri

dengan kolaborasi dengan pihak terkait.

Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan Karo

Bindiklat Lemdiklat Polri dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

39 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.8. Koordinasi dan komunikasi dengan

Karo Bindiklat Lemdiklat Polri

Komunikasi dengan Kabag Bindik Sespimma

Komunikasi dengan Kabag Bindik Sespimma dilaksanakan pada

tanggal 10 Oktober 2019 bertempat di ruang kerja Kabag Bindik

Sespimma Lembang Jawa Barat. Dalam komunikasi dengan Kabag

Bindik Sespimma Polri, project leader diberikan informasi bahwa hal-

hal kemampuan lulusan Sespimma dalam berkolaborasi khususnya

dalam manajemen bencana sangat penting karena sebagai pemimpin

tingkat pertama yang akan ditugaskan di Polsek atau Polres, akan

berhadapan langsung dengan situasi bencana dan masyarakat yang

mengalamai bencana

Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan Kabag

Bindik Sespimma dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

40 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.9. Koordinasi dan komunikasi

dengan Kabag Bindik Sespimma

Komunikasi dengan Kabag Jarlat Sespimma

Komunikasi dengan Kabag Jarlat Sespimma dilaksanakan pada tanggal

10 Oktober 2019 bertempat di ruang kerja Kabag Jarlat Sespimma

Lembang Jawa Barat. Dalam komunikasi dengan Kabag Jarlat

Sespimma project leader diberikan informasi bahwa dalam beberapa

mata pelajaran, Sespimma melibatkan pengajar dari luar Polri untuk

menyampaikan materi. Oleh karena itu, dalam penilaian kabag jarlat,

sangat tepat ketika menyusun kurikulum dan hanjar terkait kolaborasi

dalam manajemen bencana melibatkan stakeholder seperti BNPB,

BMKG dan lain-lain.

Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan Kabag Jarlat

Sespimma dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

41 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.10. Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi

dengan Kabag Jarlat Sespimma

3. Komunikasi dan Koordinasi dengan Stakeholder Eksternal

Komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder eksternal

dilakukan sebagai wujud dari kepemimpinan kolaboratif yang

dilakukan project leader. Komunikasi dilakukan dengan mendatangi

satu persatu kantor stakeholder eksternal, karena kesibukan mereka

yang tidak memungkinkan untuk dikumpulkan dalam suatu forum.

Tujuan utama dari komunikasi yang dilakukan adalah untuk

mendapatkan masukan terkait dengan produk proyek perubahan yang

akan disusun yaitu peraturan Kasespimma tentang kerjasama dalam

pengamanan wilayah. Stakeholder eksternal yang didatangi terdiri

dari: (a) BNPB, (b) BMKG, (c) Basarnas, (d) Kemensos RI, (e) UPI

Bandung

Komunikasi dengan BNPB

Komunikasi dan koordinasi dengan BNPB dilaksanakan pada tanggal

14 Nope berm2019 bertempat di kantor BNPB di Jln. Pramuka Jakarta

Timur. Komunikasi dilakukan dengan dr. Rucky Nurul Wursanti Dewi,

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

42 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

MKM Kepala Bidang Program, Pusdiklat PB BNPB. Dalam pertemuan

tersebut, Perwakilan BNPB menjelaskan bahwa Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (UU No.

24/2007) merupakan upaya dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana (PB). Selanjutnya, penyelenggaraan PB merupakan

serangkaian upaya penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko

timbulnya bencana melalui tiga fase, pencegahan bencana, tanggap

darurat dan rehabilitasi rekonstruksi.

Penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

adalah Pemerintah dan pemerintah daerah. Berdasarkan amanah

Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2008 tentang BNPB yang

merupakan lembaga non kementerian setingkat menteri yang

mempunyai fungsi meliputi perumusan penetapan dan

pengoordinasian pelaksanaaan kegiatan penanggulangan bencana

secara terencana terpadu dan menyeluruh.

Dalam peraturan Kepala nomor 1 tahun 2010 tentang Struktur

Organisasi dan Tata Laksana Sekretaris Utama dibantu oleh beberapa

biro, salah satunya adalah Biro Hukum dan Kerjasama, sebagai unit

kerja di bawah Sekretariat Utama, memiliki tugas pokok dan fungsi

untuk melaksanakan pengoordinasian penyusunan peraturan

perundang-undangan dan telaahan hukum, kerjasama dalam

negeri dan kerjasama luar negeri. Biro Hukum dan Kerjasama

menjadi “pintu gerbang” bagi BNPB melakukan kerjasama antar

lembaga.

Upaya penanggulangan bencana merupakan bentuk tanggung jawab

kepada negara dalam melindungi bangsa indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam

pembukaan UUD 1945. Dalam UU nomor 24 tahun 2017 diterangkan

bahwa tanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan bencana

bukan hanya peran BNPB namun juga diperlukan keterlibatan peran

dari Kementerian/lembaga nasional lainnya, lembaga usaha dan

masyarakat.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

43 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Peran serta Kementerian/lembaga nasional, lembaga usaha dan

masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

bertujuan untuk mendukung upaya yang terintegral dalam

pengurangan risiko bencana, pencegahan bencana, tanggap darurat

serta rehabilitasi dan rekonstruksi secara berdaya guna dan dapat

dipertanggungjawabkan sebagaimana diterangkan dalam Perka BNPB

Nomor 11 Tahun 2014 tentang peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Perka BNPB Nomor

12 Tahun 2014 tentang peran seta lembaga usaha dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana. Peran

Kementerian/lembaga nasional, lembaga usaha dan lembaga

masyarakat diharapkan berperan aktif sesuai dengan kapasitas dan

kemampuan masing-masing.

Pertemuan diakhiri dengan kesediaan BNPB untuk mendukung proyek

perubahan yang disusun oleh project leader serta memberikan

testimoni dukungan. Dokumentasi pertemuan antara project leader

dengan BNPB dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.11. Pertemuan project leader dengan Pejabat BNPB

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

44 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Komunikasi dan koordinasi dengan BMKG

Komunikasi dan koordinasi dengan BMKG dilaksanakan pada

tanggal 14 Nopember 2019 bertempat di kantor BMKG di Jln.

Angkasa I Jakarta Pusat. Komunikasi dilakukan dengan

Kapusdiklat BMKG. Dalam pertemuan tersebut, Ketua BMKG

menjelaskan bahwa kolaborasi Polri dengan BMKG telah

berlangsung lama Selama ini BMKG melibatkan Polri ketika

mengalami masalah dengan hilang alat-alat yang digunakan

untuk memantau bencana atau cuaca.

Dokumentasi pertemuan antara project leader dengan BMKG

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.12. Pertemuan dengan Kapusdiklat BMKG

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

45 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Komunikasi dan koordinasi dengan Basarnas

Komunikasi dan koordinasi dengan Basarnas dilaksanakan pada

tanggal 14 Oktober 2019 bertempat di kantor Basarnas di Jln.

Angkasa Jakarta Pusat.

Komunikasi dilakukan dengan Sestama Basarnas. Dalam

pertemuan tersebut, Sestama Basarnas menjelaskan bahwa

kolaborasi Polri dengan Basarnas telah berlangsung lama yang

diwadahi dengan dokumen Nota Kesepahaman antara Polri dan

Basarnas tanggal 25 Januari 2015 yang ditanda tangani oleh

Kapolri dan Kepala Basarnas.

1. Pertukaran data dan/atau informasi

2. Penyelenggaraan operasi pencarian atau pertolongan

3. Pemanfaatan SDM

4. Pemanfaatan sarana prasarana

5. Peningkatan kompetensi SDM

6. Latihan perenanaan dan pertolongan

Dokumentasi pertemuan antara project leader dengan BMKG

dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

46 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.13. Pertemuan dengan Sekretaris Utama Basarnas

Koordinasi dengan Kemensos RI

Komunikasi dan koordinasi dengan Pejabat Direktorat

Perlindungan Sosial Bencana Alam Kemensos RI dilaksanakan

pada tanggal 18 Nopember 2019 bertempat di kantor

Kemensos RI Jl. Salemba Raya Jakarta Pusat. Dalam pertemuan

tersebut, Kemensos RI menjelaskan bahwa kolaborasi Polri

dengan Kemensos RI sudah dilakukan lama, terutama untuk

pengamanan bantuan ke daerah-daerah bencana. Kemensos RI

sangat mendukung ada materi Kolaborasi dalam Manajemen

Bencana untuk diberikan kepada peserta didik Sespim Polri.

Pertemuan diakhiri dengan kesediaan pihak Kemensos RI untuk

mendukung proyek perubahan yang disusun oleh project leader

serta memberikan testimoni dukungan. Dokumentasi

pertemuan antara project leader dengan KaKemensos RI dapat

dilihat pada gambar berikut.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

47 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.14. pertemuan dengan Pejabat Dit Perlindungan

Sosial Bencana Alam Kemensos RI

Komunikasi dan koordinasi dengan Pusat

Pengembangan SDA dan LH dan Mitigasi Bencana Alam

UPI

Komunikasi dan koordinasi dengan Pusat Pengembangan SDA

dan LH dan Mitigasi Bencana Alam UPI dilaksanakan pada

tanggal 8 Oktober 2019 bertempat di Kampus UPI Jl. Setiabudi

Bandung.

Dalam pertemuan tersebut, Kepala Pusat mendorong

diberikannya materi mitigasi bencana kepada calon pimpinan

Polri agar ketika bertugas di masyarakat bisa mensosialisasikan

mitigas bencana kepada masyarakat dalam upaya

mengantisipasi ketika bencana muncul.

Pertemuan diakhiri dengan kesediaan pihak Kepala Pusat

Pengembangan SDA dan LH dan Mitigasi Bencana Alam UPI

untuk mendukung proyek perubahan yang disusun oleh project

leader serta memberikan testimoni dukungan. Dokumentasi

pertemuan antara project leader dengan Kepala Pusat

Pengembangan SDA dan LH dan Mitigasi Bencana Alam UPI

dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

48 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.15 pertemuan dengan Kepala Pusat Pengembangan

SDA dan LH dan Mitigasi Bencana Alam UPI

4. Pokja Penyusunan draft Kurikulum

Pokja penyusunan draft kurikulum Polri dalam Manajemen

bencana dilaksanakan pada tanggal 11 September 2019 di Sespimma

Polri yang dipimpin langsung oleh project leader. Dalam pokja

tersebut, ditekankan bahwa kurikulum yang akan dibuat ditujukan

untuk pasis sespimma, sespimmen dan sespimti. Finalisasi kurikulum

dilaksanakan tanggal 23 September 2019

Dokumentasi pokja penyusunan draf Kurikulum dapat dilihat padap

gambar berikut

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

49 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar 3.6. Pokja Penyusunan Draf Kurikulum

5. Pokja Pembuatan Bahan Ajar

Penyusunan hanjar tentang Kolaborasi Polri dalam manajemen

Bencana disusun sebagai tindak lanjut penyusunan kurikulum.

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2019 di Sespimma

Lembang. Dalam pokja tersebut disepakati bahwa materi yang dimuat

dalam bahan aja minimal memuat materi tentang kepemimpinan

kolaboratif, manajemen bencana dan mitigasi bencana.

Dokumentasi kegiatan penyusunan hanjar, disajikan pada

gambar berikut.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

50 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Gambar. Pokja Penyusunan Hanjar

D. Kendala yang Dihadapi

Dalam melaksanakan proyek perubahan ini, ada beberapa kendala

yang dihadapi, antara lain:

1. Komunikasi dengan stakeholder internal maupun eksternal tidak dapat

dilakukan dalam forum rapat, karena kesibukan masing-masing dalam

melaksanakan tugas rutin sehari-hari.

2. Domisili stakeholder yang sebagian besar di Jakarta, sedangkan

project leader bertugas di Lembang, sehingga untuk mengatur waktu

bertemu agak menyulitkan.

3. Kesibukan project leader sebagai pengajar, pembimbing kuliah kerja

dan penulisan tugas akhir, membuat pembagian waktu untuk focus

pada pelaksanaan proper dan penyunannya juga tidak mudah. Tidak

tersedianya berbagai dokumen dalam bentuk nota kerjasama, karena

dokumen tersebut adalah nota kerjasama di tingkat mabes Polri dan

tidak selalu diberikan copynya ke wilayah dan tidak dipublikasikan ke

masyarakat.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

51 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

E. Upaya Mengatasi Kendala

Untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan

proyek perubahan, project leader melakukan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Untuk mengatasi kesulitan koordinasi dengan stakeholder internal,

project leader memanfaatkan waktu-waktu rapat koordinasi pejabat

utama Lemdiklat/Sespim untuk mampir ke ruangan pejabat yang

bersangkutan untuk menyampaikan rancangan proper dan meminta

dukungan.

2. Untuk mengatasi kesulitan koordinasi dengan stakeholder eksternal,

project leader melakukan koordinasi dengan ajudan para pejabat yang

akan didatangi untuk bertemu sesuai kesenggangan waktu yang

dimiliki..

3. Untuk mengatasi kendala komunikasi dengan tim pokja karena project

leader keluar kota karena mengikuti kegiatan di LAN maupun di Mabes

Polri, project leader meminta kepada sekretaris tim efektif untuk

mengupdate informasi sehingga ketika sewaktu-waktu diperlukan,

project leader segera kembali ke Lembang.

4. Untuk mengatasi kesulitan mendapatkan dokumen pendukung

terutama nota kesepahaman, project leader menghubungi Divkum

Mabes Polri, Sops Mabes Polri untuk memintakan dokumen dimaksud

serta meminta copy dari pimpinan stakeholder yang didatangi.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

52 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

berdasarkan hasil pelaksanaan proyek perubahan Membangun

Kepemimpinan Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana, dapat ditarik

beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Indonesia sebagai negara yang wilayahnya banyak dilanda bencana,

harus memiliki budaya untuk siapa menghadapi bencana. Di sisi lain,

keadaan bencana yang timbul dimanfaatkan oleh oknum yang tidak

bertanggung jawab melakukan tindakan criminal seperti penjarahan

dan semacamnya.

2. Terdapat tiga jenis bencana, yaitu: bencana alam, bencana non-alam

dan bencana social. Dari hasil telaah kurikulum di Sespim Lemdiklat

Polri, ditemukan bahwa materi yang diberikan terbatas pada bencana

social seperti kerusuhan dan konflik social. Sedangkan bencana alam

yang sangat lekat dengan masyarakat Indonesia kurang diberi

perhatian. Padahal Polri selalu berada di posisi terdepan dalam setiap

kondisi apapun yang terjadi. Sehingga muatan materi manajemen

bencana dan kolaborasi menjadi sangat penting.

3. Kolaborasi antara Polri dengan stakeholder ekternal menjadi sangat

penting dalam manajemen bencana. Sehingga penyusunan kurikulum

dan hanjar terkait itu sangatlah penting. Dengan demikian calon

pemimpin organisasi Polri perlu memiliki kompetensi dalam

manajemen bencana secara kolaboratif sebagai perwujudan

menjadikan Polri yang promoter.

4. Pelaksanaan proyek perubahan bisa efektif karena proses kolaborasi

berjalan dengan sangat baik.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

53 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

B. Rekomendasi/Saran

Beberapa saran dapat dirumuskan dalam upaya menuntaskan proyek

perubahan ini, sebagai berikut:

1. Draft peraturan kurikulum dan hanjar segera disampaikan kepada Biro

Kurikulum Lemdiklat Polri untuk segera dibahas dan disahkan dengan

keputusan Kalemdiklat Polri dan oleh Biro Bindiklat Lemdiklat Polri

untuk dimasukkan dalam program diklat (prodiklat)

2. Biro Kurikulum Lemdiklat Polri dapat meneruskan kepada bagian

kurhanjar dikbangum untuk melanjutkan pembuatan hanjar untuk

Sespimmen dan Sespimti.

3. Bagian Bindik Sespimma dapat melaksanakan pembelajaran ini

nantinya hendaknya melibatkan stakeholder eksternal sebagai

pengajar atau narasumber dan memungkinkan untuk pelaksanaan

kunjungan dalam bentuk kuliah kerja lapangan ke lokasi kerja

stakeholder.

C. Lesson Learned

Lesson Learned merupakan pembelajaran yang diperoleh dari

pengalaman suatu kegiatan apa saja, dan biasanya proyek, program, event,

yang secara niat dan aktif digali untuk menjadi pembelajaran pada kegiatan

berikutnya. Beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi project leader

selama mengikuti Pendidikan di Pelatihan Kepemimpinan Nasional tingkat I

dan menyusun proyek perubahan, adalah sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan tugas yang berskala luas atau nasional,

kolaborasi dengan semua pihak menjadi sangat penting.

2. Dalam melakukan kolaborasi, penting dimiliki inisiatif dan bekerja

secara terencana dan terukur hasilnya sehingga kolaborasi yang

dibangun menjadi efektif.

3. Dalam membangun kolaborasi, penting semua pihak bersikap terbuka

dan bersedia untuk berkolaborasi dengan memahami secara jelas

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

54 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

tugas dari masing-masing pihak yang berkolaborasi dan peran apa

yang dilakukan dalam proses kolaborasi.

4. Meskipun tugas dalam bidang penanganan bencana dilakukan oleh

BNPB, tetapi pemimpin Polri yang berada di lokasi bencana, perlu

mengambil inisiatif menangani lebih dahulu situasi bencana, untuk

kemudian diserahkan kepada BNPB/BPPB Daerah dan Polri tetap ada

di dalamnya untuk bekerja secara kolaboratif.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

55 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

56 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

57 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

58 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

59 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

60 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

61 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

62 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

63 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

64 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - LAN RI

Membangun Kepemimpinan Kolaboratif Polri

dalam Manajemen Bencana

65 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN ANGK. XLIII 2019