BAB I PENDAHULUAN -...

13
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental yang menimbulkan efek merusak pada kehidupan penderita maupun anggota-anggota keluarga. Sebagai lingkungan yang terdekat, maka keluarga memiliki peran penting dalam merawat anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Fenomena mengenai keluarga dan penderita skizofrenia ini yang menjadi latar belakang dan sekaligus sebagai permasalahan yang akan dilihat oleh peneliti, yaitu mengenai dukungan keluarga yang diberikan kepada penderita skizofrenia pasca perawatan. Setelah memaparkan latar belakang, pada bagian selanjutnya dibuat perumusan masalah dengan tujuan memberikan gambaran fokus penelitian mengenai masalah yang akan diteliti. Kemudian pada bagian akhir bab pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian ini sendiri. A. LATAR BELAKANG Menurut Townsend (1996) dalam Wardani (2009), gangguan jiwa merupakan respons maladaptif terhadap stressor dari lingkungan internal dan eksternal yang ditunjukkan dengan pikiran, perasaan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan budaya setempat, serta mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan fisik individu. Mengacu pada definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa merupakan salah satu masalah yang cukup serius terkait dengan dampak

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental yang

menimbulkan efek merusak pada kehidupan penderita maupun

anggota-anggota keluarga. Sebagai lingkungan yang terdekat,

maka keluarga memiliki peran penting dalam merawat anggota

keluarga yang menderita skizofrenia. Fenomena mengenai

keluarga dan penderita skizofrenia ini yang menjadi latar

belakang dan sekaligus sebagai permasalahan yang akan dilihat

oleh peneliti, yaitu mengenai dukungan keluarga yang diberikan

kepada penderita skizofrenia pasca perawatan. Setelah

memaparkan latar belakang, pada bagian selanjutnya dibuat

perumusan masalah dengan tujuan memberikan gambaran fokus

penelitian mengenai masalah yang akan diteliti. Kemudian pada

bagian akhir bab pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai

tujuan dan manfaat dari penelitian ini sendiri.

A. LATAR BELAKANG

Menurut Townsend (1996) dalam Wardani (2009),

gangguan jiwa merupakan respons maladaptif terhadap stressor

dari lingkungan internal dan eksternal yang ditunjukkan dengan

pikiran, perasaan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan

norma lokal dan budaya setempat, serta mengganggu fungsi

sosial, pekerjaan dan fisik individu. Mengacu pada definisi di

atas, maka dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa merupakan

salah satu masalah yang cukup serius terkait dengan dampak

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

yang ditimbulkan bagi penderita gangguan jiwa itu sendiri.

Dampak tersebut meliputi hambatan dalam melaksanakan peran

sosial dan hambatan dalam pekerjaan yang secara langsung

menyebabkan penurunan produktivitas.

Dewasa ini, gangguan jiwa menjadi topik yang cukup

banyak dibicarakan di antara kalangan ahli medis dalam bidang

psikis atau mental, karena menimbang angka kasus yang cukup

banyak terjadi di Indonesia. Salah satunya ditunjukkan dengan

data status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

badan penelitian pengembangan kesehatan oleh Departemen

Kesehatan yang menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat di

Indonesia sebesar 4,6 permil. Dengan kata lain dari 1000

penduduk Indonesia empat sampai lima di antaranya mengalami

gangguan jiwa berat (Wardani, 2009). Kemudian, menurut data

statistik Direktorat Kesehatan Jiwa pada tahun 2003, pasien

gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia yaitu 70%. Kelompok

skizofrenia juga menempati angka 90% untuk pasien di rumah

sakit jiwa di seluruh Indonesia dan pada umumnya skizofrenia

menyerang generasi muda untuk pertama kali antara umur 15-30

tahun dengan tidak memandang ras, kebudayaan, kelas sosial

maupun jenis kelamin (Jalil, dalam Wardani, 2009).

Skizofrenia yang menempati urutan pertama, bukan hanya

sebagai gangguan jiwa terbesar di Indonesia, namun juga sebagai

jenis penyakit terbanyak yang dijumpai di rumah sakit,

dibandingkan dengan jenis penyakit fisik lainnya. Hal ini

dibuktikan melalui data statistik yang ditampilkan oleh

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

Prof. Ascobat Gani, dalam Seminar MDGs dan Kesehatan Jiwa

(2010) berikut ini:

Gambar 1.1. Daftar jumlah pasien jamkesmas terbanyak di rawat inap,

kelas A tahun 2010.

Dari gambar diagram di atas terlihat jelas bahwa kelompok

penderita skizofrenia menempati urutan pertama terbanyak yang

dirawat inap dibandingkan dengan jenis penyakit fisik lainnya,

seperti demam berdarah, barah, ataupun diare.

Skizofrenia sendiri adalah satu nama umum untuk

sekelompok reaksi psikotis, dicirikan dengan pengunduran atau

pengurungan diri, gangguan pada kehidupan emosional dan

afektif, dan bergantung pada tipe dan adanya halusinasi, delusi,

tingkah laku negativistis, dan kemunduran atau kerusakan yang

progresif (Chaplin, 1989). Istilah skizofrenia (schizophrenia) ini

diperkenalkan pada tahun 1911 oleh seorang ahli psikiatri

bernama Eugene Bleuler. Kata ini berasal dari bahasa Yunani,

yakni “schizo” yang berarti terbelah atau retak dan “phrenia”

yang memiliki arti pikiran (mind). Hal ini tidak berarti bahwa

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

seseorang dengan skizofrenia terbelah ke dalam dua kepribadian,

melainkan terjadi pemisahan kepribadian dari realitas.

Skizofrenia berkembang secara bertahap, sehingga keluarga atau

bahkan penderita tidak menyadari kelainan dalam dirinya dalam

jangka waktu yang lama. Keadaan yang memburuk secara lambat

ini disebut sebagai serangan bertahap (gradual-onset) atau

skizofrenia tersembunyi (insidious schizophrenia). Gejala yang

berkembang secara bertahap seperti ini, terkadang menyebabkan

episode krisis skizofrenia yang akut. Kemudian dalam beberapa

kasus, sebagian penderita penyakit ini akan berkembang menjadi

apa yang disebut dengan skizofrenia kronis (Gerald, Neale &

Kring, 2006).

Gangguan skizofrenia dipandang oleh kebanyakan orang

sebagai suatu gangguan jiwa yang sangat mengganggu kehidupan

masyarakat yang hidup bersama penderita gangguan tersebut.

Pendapat yang sama diungkapkan oleh Ambarini dalam

konferensi nasional “stres manajemen dalam berbagai setting”, di

mana gangguan yang dirasakan penderita skizofrenia tidak hanya

akan memberi dampak yang merugikan bagi penderita saja,

namun juga kepada keluarga dan masyarakat. Beliau mengatakan

bahwa dampak yang merugikan ini dikarenakan penderita

skizofrenia sering mengalami kegagalan dalam menjalankan

fungsi sosial, seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan

ketrampilan interpersonal, perawatan diri, dan defisit fungsi

kognitif (Suud, Aini, & Chaerudin, 2012).

Keseriusan dampak yang ditimbulkan oleh individu yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

menderita skizofrenia ini menegaskan bahwa penderita

skizofrenia harus mendapatkan perawatan yang sesuai, sehingga

dapat membantu dalam menjalankan kembali fungsi sosial seperti

yang telah diungkapkan sebelumnya. Sesuai dengan hasil survei

awal oleh peneliti pada yayasan rehabilitasi mental di Boyolali -

Jawa Tengah dan juga RSJD Surakarta, maka diketahui bahwa

perawatan bagi para penderita skizofrenia ini sendiri terdiri dari

pengobatan dan konseling penunjang. Penekanan yang juga

cukup penting dalam perawatan untuk pasien skizofrenia adalah

keterlibatan dari keluarga pasien itu sendiri. Keterlibatan keluarga

dalam merawat anggota yang menderita skizofrenia ini, akan

sangat dibutuhkan pada masa pasca perawatan. Masa pasca

perawatan yang dimaksud adalah pada saat pasien skizofrenia

keluar dari rumah sakit atau panti rehabilitasi mental dan

kemudian tinggal bersama keluarga di rumah dan tetap

melakukan kontrol rutin setiap bulan ke psikiater, pskiolog atau

pihak medis yang bertanggung jawab.

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat

hubungannya dengan seseorang dan merupakan lingkungan

terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari beberapa anggota. Hal

ini juga ditegaskan dalam pengertian keluarga yang dikeluarkan

oleh Depratemen Kesehatan Republik Indonesia, di mana

keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat,

di bawah suatu atap dalam keadaan salin ketergantungan. Salah

satu pengertian keluarga dalam pandangan psikologis adalah

sekumpulan orang yang hidup bersama dalam satu rumah dan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

masing-masing anggota keluarga merasakan adanya hubungan

batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling

memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Soelaeman,dalam

Shochib, 1998). Selain itu, menurut Scharff dan Scharff (1991)

keluarga adalah suatu sistem yang berisi sejumlah relasi yang

berfungsi secara unik. Bentuk keluarga yang sering dijumpai

adalah nuclear family atau keluarga inti, yaitu keluarga yang

terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

Anggota-anggota atau sekumpulan orang dalam keluarga inilah

yang berperan dalam memberi dukungan atau menerima

dukungan antar sesama anggotanya.

Definisi mengenai keluarga di atas tersebut, menegaskan

bahwa hakikat keluarga adalah relasi yang terjalin antar individu-

individu, yang merupakan komponen penting di dalamnya.

Dalam relasi inilah terdapat saling keterkaitan antara satu anggota

dengan anggota yang lain. Dengan demikian dapat dipahami

bahwa bila sesuatu hal atau masalah menimpa salah satu anggota

keluarga dampaknya akan mengenai anggota keluarga yang

lainnya. Hal ini kemudian menegaskan penjelasan sebelumnya, di

mana keluarga juga ikut berperan penting dalam bertanggung

jawab bersama untuk perawatan salah satu anggota keluarga yang

bermasalah, dalam kasus di atas yaitu terhadap anggota keluarga

yang menderita skizofrenia pasca perawatan rumah sakit.

Bagi banyak penderita skizofrenia, bagian yang penting

dalam pengalaman kehidupan mereka adalah menjalani masa

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

pemulihan mereka dan hidup semandiri mungkin di rumah

mereka sendiri (Browne & Courtney, 2007). Namun pada

kenyataannya, salah satu isu terpenting yang dihadapi banyak

keluarga adalah permasalahan pengawasan terhadap anggota

yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa setelah mengikuti

perawatan beberapa waktu tertentu. Pengawasan yang dimaksud

adalah pengawasan setiap hari tekait pemberian obat dan jadwal

kontrol rutin terhadap anggota yang merupakan seorang

penderita skizofrenia dalam masa pasca perawatan. Dalam

keluarga, yang menjadi prioritas adalah anggota penderita,

sehingga terkadang membuat anggota keluarga lain yang merawat

melupakan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Chafetz dan Barnes (1989) yang

mengungkapkan mengenai sejumlah penelitian lain dalam

membuktikan bahwa gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia dari

salah satu anggota dalam keluarga dapat mempengaruhi anggota

keluarga yang lain dalam ranah pekerjaan, waktu luang,

kesehatan anggota keluarga, dan relasi antar anggota keluarga.

Mengacu pada hasil penelitian tersebut, maka peneliti

melakukan wawancara awal terhadap salah satu anggota

Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) yang juga

memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia. Dari hasil

wawancara, diketahui bahwa anggota keluarga juga memiliki

sejumlah kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi ketika

seorang anggota atau kerabat yang menderita skizofrenia

diperbolehkan kembali ke rumah. Mereka perlu mengetahui

bagaimana harus bersikap serta mengatakan hal-hal atau harapan-

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

harapan realistis terhadap penderita skizofrenia tersebut.

Beberapa keluarga yang terlibat dalam komunitas tersebut juga

mengatakan bahwa dalam merawat kerabatnya yang menderita

skizofrenia, mereka harus berperan untuk membantu penderita

semandiri mungkin dan menyesuaikan dengan segala

ketidakmampuannya. Dengan demikian, hal yang sangat penting

dalam merawat anggota penderita skizofrenia pasca perawatan

adalah keluarga mampu memahami semua segi perawatan dan

mengambil peran aktif dalam perencanaan cara penanganan yang

tepat terhadap anggota yang menderita skizofrenia pasca

perawatan rumah sakit. Salah satu upaya tersebut adalah dengan

pemberian dukungan oleh keluarga itu sendiri. Dukungan sosial

dari keluarga inilah akan memberikan sumbangsih bagi

perawatan penderita skizofrenia untuk dapat pulih kembali dan

dapat menjalankan fungsi dan perannya sebagai seorang individu,

sesuai dengan tugas perkembangannya.

Dukungan sosial (social support) yang dimaksud,

didefinisikan oleh Kuntjoro (2003), sebagai informasi verbal atau

non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan partisipan di

lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal

yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh

pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang

merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa

lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang

menyenangkan pada dirinya.

Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

(dalam Smet, 1994) yang mendefinisikan dukungan sosial terdiri

atas informasi yang membuat seseorang merasa yakin bahwa

dirinya diterima, diurus dan disayangi. Dukungan sosial tersebut

diperoleh dari individu maupun kelompok. Sementara itu,

Hurlock (1996) merumuskan dukungan sosial keluarga sebagai

suatu dukungan kesenangan, perhatian, penghargaan atau

pertolongan yang berupa informasi atau nasehat verbal dan atau

non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diterima individu

dari keluarga. Namun demikian dalam semua tahap kehidupan,

semua dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sebagai

akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.

Teori mengenai dukungan sosial juga diungkapkan oleh

House (dalam smet, 1994) yang membedakan aspek-aspek

dukungan keluarga dalam dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif.

Dalam seluruh aspek inilah keluarga memegang peran penting

dalam memberikan dukungan kepada setiap anggotanya. Dengan

kata lain, dukungan keluarga merupakan praktek atau bentuk

nyata dari dukungan sosial yang dilakukan atau yang terjadi

dalam lingkungan yang paling kecil di tengah masyarakat yaitu

lingkungan keluarga itu sendiri.

Melihat beberapa fakta yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat, bahwa penderita gangguan jiwa sering mendapatkan

stigma dan diskriminasi dari masyarakat di sekitarnya, maka

disadari bahwa keluarga patut memberikan perhatian lebih dalam

bentuk dukungan yang diberikan kepada anggota yang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

mengalami gangguan jiwa tersebut. Hal ini juga tampak lebih

jelas dialami oleh penderita skizofrenia, yang biasanya diberi

stigma oleh masyarakat sebagai orang gila dan sering

mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, seperti: perlakuan

kekerasan, diasingkan, diisolasi atau dipasung.

Fakta lain yang juga menunjukkan bahwa pentingnya

peran dukungan keluarga terhadap penderita skizofrenia adalah

dengan pemberian dukungan diharapkan menolong penderita

skizofrenia untuk lebih dapat menjalankan fungsinya dalam

keluarga ataupun masyarakat serta mengurangi kekambuhan pada

penderita. Sebagai contoh pentingnya dukungan keluarga dapat

terlihat jelas dari penelitian Purwanto (2010) yang menunjukkan

salah satu penyebab kekambuhan pada pasien skizofrenia adalah

kurangnya dukungan dari keluarga yang tidak mempunyai cukup

pengetahuan tentang bagaimana merawat salah satu anggota

keluarga yang menderita skizofrenia pasca perawatan. Selain itu,

ditegaskan kembali dalam hasil penelitian dari Wai Tong Chien

(1998) dalam Stein & Wemmerus (2001) bahwa salah satu faktor

yang cukup efektif untuk menolong merawat anak yang

menderita skizofrenia adalah pemberian dukungan dari keluarga.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan dukungan

keluarga juga membantu mengurangi angka kekambuhan pada

anggota yang menderita skizofrenia dalam menjalani masa pasca

perawatan.

Dari beberapa uraian di atas yang dikemukakan oleh

peneliti dapat dilihat bahwa peran dukungan keluarga bagi

penderita gangguan jiwa, dalam hal ini penderita skizofrenia

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

penting untuk mencegah kekambuhan pada penderita. Selain itu,

dukungan sosial yang tinggi akan mempercepat penyelesaian

masalah yang dihadapi individu termasuk penyakit yang

dideritanya (Sarafino, 1998). Hal yang senada juga dikemukakan

oleh Moss (dalam Sarafino, 1998), bahwa orang-orang yang

menderita penyakit kronik dapat beradaptasi secara lebih baik

dengan kondisi kroniknya itu jika mereka memiliki anggota

keluarga yang secara aktif berpartisipasi dalam menjalankan

aturan penyembuhan (treatment regimens), mendorong mereka

untuk menjadi mandiri (self-sufficient), serta menanggapi

kebutuhan mereka dengan cara yang baik dan seksama. Sejalan

dengan hasil penelitian dari Berglund, Vahlne dan Edman (2002)

diketahui bahwa sikap dari keluarga dalam merawat penderita

skizofrenia dengan cara yang positif menolong keluarga untuk

mengurangi beban dan tekanan karena harus bertanggung jawab

dalam merawat anggota tersebut. Selain itu, intervensi keluarga

dalam merawat anggota penderita skizofrenia menunjukkan hasil

yang baik, yakni kurangnya angka kekambuhan bagi penderita

skizofrenia. Dengan demikian, penderita skizofrenia yang

mendapatkan dukungan keluarga mempunyai kesempatan

berkembang kearah positif secara maksimal, sehingga penderita

skizofrenia akan bersikap positif, baik terhadap dirinya maupun

lingkungannya, karena keluarga merupakan lingkungan sosial

pertama yang dikenal.

Mengacu pada fenomena yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka peneliti menjadi tertarik untuk melihat

bagaimana gambaran bentuk dukungan yang diberikan oleh

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

keluarga terhadap anggota yang menderita skizofrenia dalam

menjalani masa pasca perawatan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja jenis dukungan sosial keluarga yang diberikan

kepada anggota penderita skizofrenia dalam menjalani masa

pasca perawatan?

2. Bagaimana cara keluarga keluarga menerapkan dukungan

sosial tersebut terhadap anggota yang menderita skizofrenia

dalam menjalani masa pasca perawatan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran

mengenai penerapan dukungan sosial yang diberikan keluarga

terhadap anggota penderita skizofrenia yang menjalani masa

pasca perawatan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan masukan

dan manfaat yang berarti terhadap perkembangan ilmu

psikologi khususnya psikologi klinis dan psikologi sosial

terutama yang berkaitan dengan gambaran dukungan sosial

keluarga terhadap penderita skizofrenia dalam menjalani masa

pasca perawatan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/1/T1_802008112_BAB I.pdf · ata status kesehatan jiwa di Indonesia yang dilihat dari hasil riset

2. Manfaat Praktis

a. Bagi keluarga penderita skizofrenia, hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat menambah informasi terkait gambaran

dukungan sosial sehingga keluarga terus mengupayakan

pemberian dukungan sosial bagi anggota penderita

skizofrenia dalam menjalani masa pasca perawatan demi

mempersiapkan penderita untuk kembali menjalankan peran

serta fungsinya dalam keluarga ataupun masyarakat, serta

mengurangi angka kekambuhan penderita.

b. Bagi para medis dan perawat, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran mengenai pentingnya dukungan

sosial keluarga kepada penderita skizofrenia. Dengan

demikian, pihak medis dan perawat dapat mempertahankan

pemberian pengertian dan pengarahan kepada keluarga

terkait dukungan keluarga yang diberikan kepada penderita

pada saat perawatan di RSJ atau panti rehabilitasi maupun

dalam menjalani masa pasca perawatan.

c. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi

pada masyarakat mengenai peran dukungan sosial yang dapat

membantu kesembuhan pada penderita skizofrenia.

d. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan memberikan

informasi kepada pembaca tentang peran dukungan sosial

keluarga yang dapat diberikan pada saat terlibat dalam

perawatan anggota penderita skizofrenia pasca perawatan.