BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileZat-zat gizi yang terkandung dalam cairan cincau secara umum...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileZat-zat gizi yang terkandung dalam cairan cincau secara umum...
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok yang
diperlukan manusia untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Es cincau hijau
adalah salah satu jenis minuman ringan yang banyak digemari oleh masyarakat
di Indonesia khususnya daerah yang beriklim tropis. Cincau hijau biasanya
digunakan sebagai minuman penyegar dan obat tradisional. Produk cincau
yang dikenal di pasaran terdiri atas dua jenis, yaitu cincau hitam dan cincau
hijau. Keduanya selain dibedakan dalam hal warnanya, juga beda cita rasa,
penampakan, bahan baku dan cara pembuatannya. Pembuatan cincau hijau
lebih mudah dan praktis, karena pembentukan gelnya tidak memerlukan
pemanasan terlebih dahulu seperti pada cincau hitam. Kedua cincau tersebut
mempunyai bentuk yang menyerupai agar-agar, kenyal dan rasanya enak
(Astawan M, 2011)
Cincau merupakan jenis gel nabati yang mempunyai kandungan
karbohidrat yang tinggi, biasa digunakan sebagai bahan campuran minuman
atau es. Cincau disenangi karena berasa khas, segar dan dingin serta harganya
murah (Amanda, 2010).
Bahan baku minuman cincau berasal dari daun cincau yang telah
melalui beberapa proses sebelum akhirnya dapat di nikmati. Untuk membuat es
cincau yang higenis, daun cincau yang di gunakan harus segar dan tidak layu,
air untuk membuat es yang akan dicampur harus air yang telah melewati
pengolahan atau pemasakan untuk meminimalisir terkontaminasinya bakteri
pada es cincau.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada penjual Es Cincau
yang di jual di Wilayah Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, terdapat
sejumlah pedagang yang mengabaikan higenis pada proses pengolahan sampai
pada penyajian es cincau. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab
2
2
pencemaran mikroorganisme khususnya Escherichia coli pada es cincau yang
dijual.
Salah satu bakteri penyebab penyakit yang terjadi diantaranya adalah
disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Escherichia coli merupakan flora
normal di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan yang mudah
mencemari air. Oleh karena itu, kontaminasi bakteri ini pada makanan biasanya
berasal dari kontaminasi air yang digunakan. Bahan makanan yang sering
terkontaminasi Escherichia coli diantaranya ialah sayuran, buah-buahan, sari
buah, serta bahan minuman seperti susu dan lain-lain (Imam Supardi, 1999).
Mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi Escherichia coli dapat
menyebabkan penyakit diare yang parah pada bayi terutama yang disebabkan
oleh Escherichia coli enteropatogenetik (Arisman, 2009).
Sedangkan menurut PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010,
jumlah maksimum bakteri Escherichia coli per 100 ml air minum adalah 0.
Berdasarkan hasil survei morbiditas diare yang dilakukan Kementerian
Kesehatan, 3 tahun sekali sejak 1996 – 2010, angka kesakitan diare meningkat
dari tahun 1996 hingga 2006, kemudian menurun pada tahun 2010. Pada tahun
2010, angka kesakitan diare sebesar 411 per 1.000 penduduk. Angka ini
mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 423 per
1.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Angka kejadian diare di Kalimantan Tengah pada tahun 2012 mencapai
48.338 penderita dari jumlah penduduk sebanyak 2.218.938 jiwa. Angka
tersebut masih melebihi angka nasional yang dipatok sebesar 47.264, dengan
angka kesakitan 213 per 1000 penduduk. Artinya, dalam 1000 penduduk
terdapat 213 penderita (Harian Umum Tabegan, 2013).
Berdasarkan laporan dari pihak puskesmas, klinik dan RSUD dr.
Murjani Sampit, sepanjang Januari 2014, ditemukan sebanyak 239 kasus
penderita penyakit diare. (Aneka news. 2014, Kotawaringin Timur Siaga
Penyakit Diare).
3
3
Berdasarkan kasus yang terjadi diatas, maka dari itu penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Identifikasi Bakteri Escherichia coli
Pada Minuman Es Cincau Yang Dijual Di Wilayah Kecamatan Jekan
Raya KotaPalangka Raya.”
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah minuman Es Cincau yang Dijual Di Wilayah Kecamatan Jekan
Raya Kota Palangka Raya tercemar oleh bakteri Escherichia coli ?
2. Berapakah jumlah minuman Es Cincau yang tercemar oleh bakteri
Escherichia coli Di wilayah Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya ?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti ada tidaknya cemaran
bakteri Escherichia coli pada minuman es cincau yang Dijual Di Wilayah
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.
D. Rumusan Masalah
Apakah minuman es cincau yang Dijual Di Wilayah Kecamatan Jekan
Raya Kota Palangka Raya terdapat cemaran bakteri Escherichia coli ?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aman atau
tidaknya minuman es cincau yang Dijual Di Wilayah Kecamatan Jekan
Raya Kota Palangka Raya untuk dikonsumsi masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya cemaran bakteri Escherichia coli pada minuman es cincau yang
Dijual Di Wilayah Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.
4
4
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih selektif untuk
memilih jenis makanan yang aman atau tidaknya untuk dikonsumsi.
2. Bagi Mahasiswa
Agar penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber belajar dan dasar
penelitian lebih lanjut.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pelajaran yang berharga dalam rangka penelitian di
masyarakat dan sebagai sarana mengembangkan ilmu yang diperoleh di
bangku kuliah.
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan Dan Minuman Bagi Kehidupan
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia yang
diperlukan setiap saat dan harus ditangani serta dikelola dengan baik dan
benar agar bermanfaat bagi tubuh. Kesalahan dalam penyediaan makanan dan
minuman akan berakibat sangat tidak baik bagi kesehatan kita. Higiene
adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
penjamah seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan (Depkes RI, 2004).
Kontaminasi makanan dapat terjadi akibat agen penyakit yang
menyebabkan infeksi atau akibat proses pembusukan. Pembusukan dapat
terjadi secara alami akibat enzim-enzim yang ada dalam makanan itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang diperhatikan untuk menjaga sanitasi
makanan yang efektif. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan makanan,
manusia, dan peralatan.
1. Faktor makanan
Faktor makanan yang berpengaruh terhadap sanitasi higiene makanan
adalah Sumber bahan, Pengangkutan bahan makanan, Pengolahan
makanan, Penyajian makanan, dan Penyimpanan makanan
2. Faktor manusia
Orang yang bekerja pada tahapan pengolahan makanan harus memenuhi
persyaratan sanitasi, seperti kesehatan individu.
3. Faktor peralatan
Semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan makanan
seperti pisau, sendok, kuali dan lain- lain perlu diperhatikan, tidak boleh
digunakan untuk keperluan lain selain memasak, mengolah makanan dan
penyimpanan makanan. Wadah penyimpanan makanan seperti kuali,
baskom, panci harus dalam keadaan bersih. Selain itu peralatan untuk
penyimpanan makanan harus terpisah untuk makanan matang dan
6
6
mentah, bahan makanan kering dan bahan makanan basah dan terpisah
untuk setiap jenis makanan (Munif Arifin, 2012).
B. Daun Cincau
Daun cincau berasal dari dialek hokkian sienchau (xiacao) yang lazim
dilafalkan di kalangan tionghoa di asia tenggara. Arti dari cincau menurut
bahasa asalnya adalah nama tumbuhan (mesona sp) yang menjadi bahan
utama pembuatan jeli untuk bahan minuman/sirup. (misalnya dalam es cincau
atau es campur ).
Daun cincau adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Daun cincau mengandung energi sebesar 122
kilokalori, protein 6 gram, karbohidrat 26 gram, lemak 1 gram, kalsium 100
miligram, fosfor 100 miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam
kandungan daun cincau juga terkandung vitamin A sebanyak 10.750 IU,
vitamin B1 80 miligram dan vitamin C 17 miligram. (Astawan, 2011)
Zat-zat gizi yang terkandung dalam cairan cincau secara umum antara
lain karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, provitamin A, vitamin
B. Zat gizi tersebut terutama terdapat pada daunnya. Selain itu, cincau juga
mengandung zat non gizi yang bermanfaat seperti polifenol, saponin,
flavonoid, klorofil, dan serat yang cukup tinggi (Iyong, 2010).
Tumbuhan penghasil cincau bermacam-macam, diantaranya adalah :
1. Tumbuhan dari genus mesona, terutama M. procumbens, M. chinensis
yang banyak digunakan di Indonesia, penghasil cincau hitam.
2. Cyclea barbata miers atau cincau hijau, menghasilkan cincau berwarna
hijau dan agak lebih padat konsentrasinya.
3. Melasthoma polyanthum atau cincau perdu.
Cylea barbata miers atau cincau hijau lebih dikenal dan di sukai di
Indonesia karena memiliki struktur yang lebih banyak manfaatnya. Cincau
sangat baik dikonsumsi oleh semua kalangan. Bahan ini sangat kaya mineral
terutama kalsium dan fosfor. Cincau juga baik dikonsumsi bagi orang yang
7
7
sedang menjalani program diet karena cincau rendah kalori, namun tinggi
serat (Hendra Wardhana, 2013).
Khasiat dan kegunaan daun cincau yaitu ;
1. Penurun panas (demam)
2. Vertigo
3. Mengatasi sakit perut, nyeri perut, diare
4. Menurunkan tekanan darah tinggi
5. Mengandung klorofil sebagai zat antioksidan anti peradangan dan anti
racun.
6. Hipertensi dan kolestrol
(Winarto W.P, 2007)
C. Es cincau
Es Cincau adalah salah sejenis minuman penyegar dengan bahan
utama yaitu daun cincau yang sudah di olah menjadi gel atau agar-agar, untuk
membuat menjadi gel atau agar-agar, pengolahan gel cincau harus melalui
berbagai proses yaitu dengan merebus daun cincau. Setelah itu daun yang
sudah direbus diperas dan disaring untuk mendapatkan ekstrak yang murni.
Hasil saringan kemudian di diamkan hingga menjadi gel cincau. Untuk
menghasilkan gel cincau yang baik sering ditambahkan tepung tapioka
sebelum menjadi gel cincau. Agar menghasilkan gel cincau lebih kompak dan
tidak mudah hancur.
Dalam penyajian potongan es cincau ditambah dengan santan, susu,
gula aren dan es sehingga menjadi minuman penyegar. Es cincau juga banyak
dimintai oleh berbagai kalangan karna khasiatnya yang dipercayai dapat
mencegah dan mengobati panas dalam, sakit perut, diare, menurunkan
tekanan darah tinggi.
Es cincau juga memiliki kandungan yang sangat bermanfaat,
kandungan yang terdapat dalam es cincau yaitu ;
1. Kandungan serat yang tinggi
2. Berbagi mineral seperti kalsium, besi, dan fosfor
8
8
3. Kandungan vitamin A, B dan C
Oleh sebab itulah es cincau cukup baik untuk di komsumsi dan sebagai
pelengkap. Jika ada satu hal yang membuat cincau kerap dipandang sebelah
mata mungkin karna pengolahannya yang dianggap kurang steril dan higenis.
(hendra wardhana, 2013)
D. Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherichia
pada tahun 1885, Escherichia coli merupakan bakteri batang gram negatif,
tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan bersifat motile. Bakteri ini
mampu meragi laktosa dengan cepat sehingga pada agar Mc. Concey dan
EMB membentuk koloni merah muda sampai tua dengan kilat logam yang
spesifik, dan permukaan halus. Sel Escherichia coli mempunyai ukuran
panjang 2,0-6,0 µm dan lebar 1,1-1,5 µm, tersusun tunggal, berpasangan
dengan flagella peritikus (Imam supardi, 1999).
Berdasarkan taksonominya, Escherichiacoli dapat digolongkan sebagai
berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli adalah gram-negatif berbentuk batang yang termasuk
dalam family Enterobacteriaceae yang merupakan fakultatif anaerob atau
aerob sesungguhnya merupakan penghuni normal usus, selain berkembang
biak di lingkungan sekitar manusia (Geo F.Brooks, 2001).
Escherichia coli tumbuh pada suhu antara 10-40°C, dengan suhu
optimum 37°C. pH optimum untuk pertumbuhannya adalah pada 7,0-7,5 pH
minimum pada 4,0 dan maksimum pada pH 9,0. Bakteri ini relatif sangat
9
9
sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi
makanan atau selama pemasakan makanan (Imam Supardi,1999).
Escherichia coli tidak menimbulkan penyakit kecuali apabila bakteri ini
hidup dan berkembang dalam jumlah yang sangat banyak. Jika di dalam 100
ml air minum terdapat 500 bakteri Escherichia coli, memungkinkan
terjadinya penyakit gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam typus.
Escherichia coli dalam keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme
pertahanan tubuh sehingga dapat tertinggal didalam blader (cystitis) dan
pelvis (pyelitis) ginjal dan hati antara lain dapat menyebabkan diare, septima,
peritonistis, meningitis, dan infeksi-infeksi lainnya (Suriawiria,1996).
E. Patogenesis dan tanda klinis Escherichia coli
Escherichia coli merupakan spesies paling penting dari genus
Escherichia dan bersifat flora normal pada kolon serta dapat menyebabkan
infeksi salur kencing, luka, bersifat bakteremia, septicemia dan meningitis
serta infeksi gastrointestinal (Natsir Djide, 2006).
Manifestasi klinis infeksi Escherichia coli dengan bakteri enterik lain
tergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala atau
tanda dari proses-proses yang disebabkan oleh bakteri lain.
1. Infeksi sistem saluran kencing. Escherichia coli merupakan penyebab
paling banyak dari infeksi sistem saluran kencing dan jumlah untuk infeksi
saluran kencing pertama kurang lebih 90 % pada wanita muda. Gejala dan
tanda-tanda meliputi frekuensi kencing, dysuria (susah buang air kecil),
hematuria (ada darah dalam urine), dan pyuria (ada pus dalam urine).
Nyeri dada (nyeri tubuh dibagian bawah iga) dihubungkan dengan infeksi
sistem saluran bagian atas.
2. Escherichia coli yang menyebabkan diare dapat dikelompokan menjadi
5 kategori yaitu :
a. Enteroinvasif Escherichia Coli (EIEC)
Strain Dari EIEC ini dapat melakukan penetrasi, invasi dan
kerusakan pada mukosa usus halus, sehingga diare yang disebabkan
10
10
oleh EIEC mirip sekali dengan gejala yang disebabkan oleh shigella
sp, baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Faeses agak
encer, bahkan seperti air, mengandung nanah, lender dan darah
dengan gejala-gejala panas, abdomen terasa kram berat dan malaise.
Serotipe-serotipe Escherichia coli tertentu selain
enteropatogenetik, ditemukan sebagai penyebab diare akut pada anak-
anak yang lebih besar dan orang dewasa. Escherichia coli ini
menyerang sel-sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis
yang mirip dengan sindrom yang di akibatkan oleh shigella, yaitu
demam, diare, muntah dan kram. Jalur ini di kenal sebagai
enteroinfsaif, virulensi terhadap epitel usus dan penularan didukung
dengan sanitasi yang buruk (Nugroho, 2006).
b. Enteropatogenetik Escherichia Coli (EPEC)
Enteropatogenetik Escherichia Coli menyebabkan
gastroenteristis pada bayi yang baru lahir hingga umur 2 tahun hingga
terjadi kegagalan pertumbuhan pada bayi, khususnya di Negara-
negara berkembang. Escherichia coli ini menyebabkan lesu melalui
pengikisan permukaan usus (Nugroho,2006).
EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Akibat dari infeksi
EPEC adalah diare cair, yang biasanya susah diatasi namun tidak
kronis. Waktu diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat
disembuhkan dengan pemberian antibiotik (Geo F.Brooks , 2001).
Gejala-gejala dari penyakit ini adalah berupa demam tinggi,
muntah, malaise dan diare. Faeses mengandung banyak lendir dan
bercampur dengan darah (Natsir Djide, 2006).
c. Enterotoksigenik Escherichia Coli (ETEC)
Enterotoksigenik Escherichia Coli merupakan penyebab utama
travellers diarrhed (diare pelancong) yang menyerang bayi-bayi di
Negara yang berkembang. Galur-galur enterotoksigenik menghasilkan
satu atau dua macam enterotoksi yang berbeda. Beberapa galur
menghasilkan toksin yang tahan panas (TP), sedangkan yang lain
11
11
merupakan toksin yang tidak tahan panas (TTP). Kedua macam toksin
ini menyebabkan diare pada orang dewasa dan anak-anak (Nugroho,
2006).
Infeksi dengan ETEC di tandai dengan gejala-gejala demam
tidak terlalu tinggi (biasa), faeses encer seperti air tajin tidak
bercampur dengan darah dan lendir yang biasanya di sertai dengan
kram pada abdomen, dan biasanya sembuh sendiri (Natsir Djide,
2006).
d. Enterohemoragik Escherichia Coli (EHEC)
Enterohemoragik Escherichia Coli sering di temui pada
makanan yang tercemar feses sapi. Escherichia coli jenis ini
menghasilkan toksin hemoragik dan dapat berkembang menjadi
uremik dan gagal ginjal akut (Nugroho, 2006).
Strain Escherichia coli 0157:H7 merupakan EHEC yang dikenal
sejak tahun 1982 sebagai penyebab penyakit diarehemorogik dan
kolotis serta hemolytic uremic syndrom (US) yang di tandai dengan
jumlah trombosit berkurang, anemia hemolitik dan kegagalan ginjal
akut. Bakteri penyebab penyakit ini menghasilkan toksin yaitu
verotoksin. Penyakit yang di sebabkan oleh EHEC menyebabkan tinja
menjadi encer berair, dapat mengandung darah dan abdomen terasa
sakit dan kram serta demam rendah atau tanpa demam (Natsir Djide,
2006).
e. Enteroagregative Escherichia Coli (EAEC)
Enteroagregative Escherichia Coli (EAEC) menyebabkan diare
yang akut dan kronis (dalam jangka waktu > 14 hari) pada orang di
Negara berkembang. Patogenesis EAEC penyebab diare tidak begitu
dipahami dengan baik, meskipun demikian di nyatakan bahwa EAEC
melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan
sitotoksin. Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah
besar mucus, dan terjadinya diare (Geo F.Brooks, 2001).
12
12
Gejala-gejalanya tinja berair, muntah, dehidrasi dan biasanya
sakit pada bagian abdomen (Natsir Djide, 2006).
3. Sepsis, ketika host dalam keadaan normal Escherichia coli dapat
mencapai aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir
rentan sekali terhadap sepsis Escherichia coli karena mereka kekurangan
antibody IgM. Sepsis dapat terjadi setelah infeksi saluran kencing (Geo
F.Brooks, 2001).
4. Meningitis, Escherichia coli merupakan penyebab utama radang pada
bayi. Kira-kira 75% Escherichia coli penyebab peradangan mempunyai
antigen K1. Antigen bereaksi dengan grup B kapsular polisakarida dari N
meningitis. Mekanisme virulensi berhubungna dengan antigen K1 tidak
dipahami (Geo F.Brooks, 2001).
F. Identifikasi Escherichia coli
Escherichia coli digunakan sebagai kualitas bakteriologis secara
universal dalam analisis dengan alasan :
a. Escherichia coli secara normal hanya ditemukan di dalam saluran
pencernaan manusia, hewan mamalia atau bahan yang telah
terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan.
b. Escherichia coli mudah di periksa dilaboratorium dan sensitivitasnya
tinggi jika pemeriksaannya dilakukan dengan benar.
c. Bila didalam air tersebut ditemukan Escherichia coli maka air tersebut
dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik.
d. Ada kemungkinan bakteri enteric patogen yang lain dapat ditemukan
bersamaan dengan Escherichia coli dalam air tersebut
Escherichia coli tumbuh pada suhu antara 10-40 °C, dengan suhu
optimum 37°C. pH optimum untuk pertumbuhannya adalah pada 7,0-7,5.
(Imam Supardi, 1999).
Escherichia coli menghasilkan tes positif terhadap indole, lisin
dekarboksilase, dan memfermentasi manitol dan menghasilkan gas dari
glukosa. Escherichia coli dapat dengan cepat di identifikasi dengan morfologi
13
13
yang khas pada media pembeda seperti media agar EMB akan menunjukan
warna kemilau “metallic green” dan indole positif (Geo F. Brooks, 2001).
Tahapan identifikasi Escherichia coli
1. Sampel di tanam pada media penyubur BHI (5ml), sampel (2ml) suhu 37°,
selama 24 jam.
2. Tanam di media EMB (Eosin Methilen Blue) suhu 37°, selama 24 jam.
Koloni Escherichia coli hijau metalik, sedang, bagian tengah berwarna
ungu tua, permukaan licin.
3. Uji Biokimia (Uji Gula-gula, Uji IMVic, Uji TSIA, dan Uji Urea).
Reaksi Escherichia coli pada media gula (Glukosa, Maltosa, Manitol,
Sukrosa, dan Laktosa), media SIM, media Methyl Red, media Voges
Proskauer, media Simmon citrate, Media TSIA, dan media urea setelah
diinkubasi 24 jam pada suhu 37°C.
a) Pada media gula-gula (glukosa), hasilnya positif (terjadi perubahan
warna merah menjadi kuning )
b) Pada media gula-gula (laktosa), hasilnya positif (terjadi perubahan
warna merah menjadi kuning)
c) Pada media gula-gula (maltosa), hasilnya positif (terjadi perubahan
warna merah menjadi kuning)
d) Pada media gula-gula (manitol), hasilnya positif (terjadi perubahan
warna merah menjadi kuning)
e) Pada media gula-gula (sukrosa), hasilnya positif (terjadi perubahan
warna merah menjadi kuning)
f) Pada media SIM, hasilnya sulfur negatif, indol positif, dan motil positif
g) Pada media Methyl Red, hasilnya positif (membentuk cincin merah)
h) Pada media Voges Proskauer, hasilnya Positif (berubah warna menjadi
merah kecoklatan)
i) Pada media TSIA, hasilnya slant/buff adalah acid/acid dan gas positif.
j) Pada media simmon’s citrat, hasilnya bisa positif, bisa negatif.
k) Pada media urease, hasilnya positif.
(Sinta, 2010)
14
14
BABIII
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22-31 mei-2014 di Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
B. Jenis Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
membuat gambaran atau deskriktif tentang suatu keadaan secara objektif.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjual es cincau yang Dijual
Di Wilayah Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.
2. Sampel
Sampel dalam peneliatian ini adalah es cincau yang Dijual Di Wilayah
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya berjumlah 12 sampel.
D. Tehnik Sampling
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling
jenuh, dilakukan karena jumlah populasi sampel relatif kecil, kurang dari 30
sampel. (Ibnu fajar, 2009)
E. Alat Dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah;
a. Mikroskop
b. Tabung reaksi
c. Neraca analitik
d. Cawan petri
15
15
e. Ose
f. Rak tabung reaksi
g. Batang pengaduk
h. Labu erlenmeyer 1000ml
i. Pipet volume
j. Pipet tetes
k. Lampu spritus
l. Bola hisap
m. Inkubator
n. Kapas
o. Autoclave
p. Alumunium foil
q. Oven
r. Kaca objek
s. Bio safety cabinet
t. Gunting
u. Box sampel
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ;
a. Media BHI (Brilian Heart Infussion)
b. Media EMB (Eosin Methylene Blue)
c. Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
d. Media SIM (Sulfur Indol Motility)
e. Media VP-MR
f. Media urea
g. Media simon citrat
h. Media gula-gula (Glukosa, laktosa, sukrosa, maltose, manitol)
i. Phenol red
j. Control Escherichia Coli ATCC 25922
k. Aquades
16
16
l. Alcohol 70%
m. Reagen kovacks
n. Reagen KOH 40%
o. Reagen Methyl Red
p. NaCl 0,85%
q. Reagen pewarnaan gram, yang terdiri dari Gentian Violet, Lugol,
Alkohol 96%, dan Safranin
r. Minyak immersi
F. Cara Kerja
Cara kerja dan pemeriksaan sampel es cincau yang mengandung
bakteria Escherichia coli dari uji penduga dilaksanakan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Palangka Raya. Tahap
kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Persiapan alat dan bahan meliputi ;
a. Sterilisasi alat-alat yang akan digunakan dengan menggunakan oven
dalam suhu 180°C selama 30 menit,
b. Pembuatan media BHI, EMB, dan media gula-gula (Uji Biokimia).
c. Pembuatan control Escherichia Coli ATCC 25922
2. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan cara sebagai berikut ;
a. Penanaman pada media penyubur ;
1) Pra analitik
Peneliti datang ke penjual es cincau, dan meminta izin untuk
melakukan pengambilan sampel dengan cara menggunakan sarung
tanggan steril, masukkan sampel ke dalam wadah plastik klip steril
secara aseptis, kemudian sampel dibawa dengan menggunakan box
sampel ke Laboratorium Universitas Muhammadiyah Palangka
Raya.
17
17
2) Analitik
a) Sampel es cincau dalam wadah di pipet dengan menggunakan
pipet ukur steril sebanyak 2ml, kemudian masukan ke media
BHI 5 ml. diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C.
b) Amati pertumbuhan bakteri pada media BHI.
(Sinta, 2010)
b. Penanaman pada media selektif ;
1) Analitik
a) Bakteri dari media BHI di pindahkan pada media EMB dengan
menggunakan ose steril yang berujung buat. dan inkubasikan
selama 24 jam pada suhu 37°C.
b) Amati terjadinya pertumbuhan bakteri pada permukaan media
EMB.
(Sinta, 2010)
c. Pewarnaan gram
1) Analitik
a) Cuci kaca objek dengan alkohol 70% dan keringkan diatas
pembakaran spiritus.
b) Pijarkan ose kemudian dingginkan, ambil koloni yang di duga
Escherichia coli dari media EMB dan goreskan pada kaca
objek.
c) Keringkan preparat pada hawa api spiritus, kemudian setelah
dikeringkan difiksasi diatas nyala api sebanyak 3 kali dan
dinginkan.
d) Genangi preparat dengan gentian violet selama 2 menit,
kemudian cuci dengan air mengalir.
e) Genangi dengan lugol selama 1 menit, cuci dengan air
mengalir.
18
18
f) Genangi dengan alkohol 96% sampai zat warna larut, cuci
dengan air mengalir.
g) Genangi dengan carbol fuchsin selama 1 menit, cuci dengan
air mengalir.
h) Keringkan, dan amati dibawah mikroskop dengan perbesaran
100x
(Sinta,2010)
d. Uji Biokimia
1) Uji gula
Koloni yang akan diuji dalam biakkan agar lempeng diberi
tanda lingkaran dengan spidol pada dasar cawan petri.
Jarum ose dibakar sampai pijar dan didinginkan.
Koloni yang akan diuji yang telah diperiksa bersifat gram
negatif diambil dengan jarum tusuk tadi (agarnya jangan
dicungkil). Pada waktu pengambilan koloni tersebut, jangan
sampai menyentuh koloni lain.
Bakteri yang terdapat pada ujung jarum ditanam pada media
gula-gula secara berturut-turut mulai dari medium glukosa
sampai medium terakhir. Setelah itu jarum tusuk dipijarkan
kembali.
Nama dan tanggal penanaman ditulis pada setiap tabung atau
pada tabung pertama urutan sebalah kiri (jangan menulis pada
rak tabung).
Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
2) Uji IMViC
a) Uji Indol
Batang ose ujung lingkaran dibakar sampai pijar,
dinginkan sesaat.
19
19
Bakteri diambil dengan jarum ose ujung bulat dengan cara
dimasukkan jarum ose ke dalam media tersebut, kemudian
jarum ose digoyangkan dengan tujuan mengaduk, agar
bakteri menyebar.
Penanaman bakteri dilakukan dengan steril, yaitu dengan
didekatkan ke api.
Batang ose bekas penanaman dipijarkan kembali.
Bungkus semua medium yang telah ditanam bakteri
menggunakan kertas koran, beri labet agar tidak tertukar.
Diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam.
Setalah 24 jam ditambahkan reagen Erlich.
Dibiarkan selama 5 menit, bila warna berubah menjadi
merah maka menunjukkan hasil positif.
b) Uji Methyl Red
Batang ose ujung bulat dibakar sampai pijar, dinginkan
sesaat.
Bakteri diambil dengan jarum ose ujung bulat, dengan cara
masukkan jarum ose ke dalam media tersebut, kemudia
jarum ose digoyangkan dengan tujuan mengaduk, agar
bakteri menyebar.
Penanaman bakteri dilakukan dengan steril, yaitu dengan
didekatkan ke api.
Batang ose bekas penanaman dipijarkan kembali.
Bungkus semua medium yang telah ditanam bakteri
menggunakan kertas koran, beri labet agar tidak tertukar.
Diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam.
Setelah 24 jam ditambahkan reagen methyl red, bila warna
berubah menjadi warna merah muda, maka menunjukan
hasil positif.
20
20
c) Uji Voges Proskauer
Batang ose ujung bulat dibakar dampai pijar, dinginkan
sesaat.
Bakteri diambil dengan jarum ose ujung bulat, dengan cara
masukkan jarum ose ke dalam media tersebut, kemudia
jarum ose digoyangkan dengan tujuan mengaduk, agar
bakteri menyebar.
Penanaman bakteri dilakukan dengan steril, yaitu dengan
didekatkan ke api.
Batang ose bekas penanaman dipijarkan kembali.
Bungkus semua medium yang telah ditanam bakteri
menggunakan kertas koran, beri labet agar tidak tertukar.
Diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam.
Setalah 24 jam ditambahkan beberapa tetes KOH dan
alpha-naftol.
Dipanaskan dalam penangas air sebentar.
Bila warna berubah menjadi merah kecoklatan yang berupa
cincin di permukaan tabung yang nantinya akan menjalar
kebawah, maka menunjukan hasil positif.
3) Uji TSIA
Batang ose ujung runcing dibakar sampai pijar, dingkan sesaat.
Bakteri diambil dengan jarum ose, di tanam pada media TSIA
dengan cara ditusuk, jangan sampai mengenai dasar tabung
reaksi. Kemudian digoreskan jarum ose ujung runcing secara
zig-zag. Penanaman bakteri dilakukan dengan steril, yaitu
dengan di dekatkan ke api.
Batang ose bekas dipijarkan kembali
Bungkus semua medium yang telah ditanam bakteri
menggunakan kertas koran, beri labet agar tidak tertukar.
21
21
Diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam.
4) Uji Urea
Batang ose ujung runcing dibakar sampai pijar, dingkan sesaat.
Bakteri diambil dengan jarum ose, ditanam pada media urea
dengan cara menggoreskan jarum ose ujung runcing secara
zig-zag. Penanaman bakteri dilakukan dengan steril, yaitu
dengan di dekatkan ke api.
Batang ose bekas dipijarkan kembali.
Bungkus semua medium yang telah ditanam bakteri
menggunakan kertas koran, beri labet agar tidak tertukar.
Diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam.
(Sinta, 2010)
G. Pembuatan Media
1. Media BHI
a. Timbang 2,22 gram BHI dan masukan kedalam Erlenmeyer.
b. aquades kedalam Tambahkan 60 ml Erlenmeyer tersebut.
c. Homogenkan, dan di panaskan di atas hotplate hingga tidak ada lagi
butiran zat yang menempel pada dinding tabung larutan.
d. Larutan yang telah larut kemudian didinginkan dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi masing-masing 5 ml, dan beri label untuk nama
media.
e. Tutup mulut tabung dengan kapas, lalu masukkan dalam keranjang,dan
tutup dengan aluminium foil.
f. Masukkan media kedalam autoclave, sterilisasikan selama 15-20 menit
dengan suhu 121°C.
g. Keluarkan media, dinginkan dan letakkan masing-masing ke rak tabung
reaksi
.
22
22
2. Media EMB
a. Tambahkan 7,2 gram EMB dan masukkan kedalam Erlenmeyer.
b. aquades kedalam Tambahkan 200 ml Erlenmeyer tersebut.
c. Homogenkan, dan di panaskan di atas hotplate hingga tidak ada lagi
butiran zat yang menempel pada dinding tabung larutan.
d. Tutup mulut tabung dengan kapas steril, lalu masukkan dalam
keranjang, dan tutup dengan aluminium foil.
e. Masukkan media kedalam autoclave, sterilisasi selama 15-20 menit
dengan suhu 121°C.
f. Keluarkan media,masukkan media kedalam cawan petri masing-masing
15-20 ml.
g. Diamkan dalam suhu ruang hingga cawan petri menjadi padat
h. Letakan media dengan posisi terbalik agar uap air tidak
mengkontaminasi media.
3. Media gula-gula
a. Timbang masing-masing media 0,39 gram gula-gula (glukosa, laktosa,
maltosa, sukrosa, dan manitol) masukkan dalam erlenmeyer dan
tambahkan phenol red pada masing-masing media sebanyak 0,45
gram.
b. Tambahkan 30 ml aquades kedalam erlenmeyer tersebut.
c. Homogenkan, dan di panaskan di atas hotplate hingga tidak ada lagi
butiran zat yang menempel pada dinding tabung dan larutan.
d. Larutan yang telah larut kemudian didinginkan dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi masing-masing 5 ml, dan beri label untuk nama
media.
e. Tutup mulut tabung dengan kapas, lalu masukkan dalam keranjang,
dan tutup dengan alumunium foil.
f. Masukkan media kedalam autoclave, sterilisasikan selama 15-20 menit
dengan suhu 121°C.
23
23
g. Keluarkan media, dinginkan dan letakkan masing-masing ke rak
tabung reaksi.
4. Media TSIA
a. Timbang media 2,925gram TSIA, dalam 0,45 gram phenol red
masukkan kedalam Erlenmeyer.
b. Tambahkan 30 ml aquades kedalam erlenmeyer tersebut.
c. Homogenkan, dan di panaskan di atas hotplate hingga tidak ada lagi
butiran zat yang menempel pada dinding tabung dan larutan.
d. Larutan yang telah larut kemudian didinginkan dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi masing-masing 7 ml, dan beri label untuk nama
media.
e. Tutup mulut tabung dengan kapas, lalu masukkan dalam keranjang,dan
tutup dengan alumunium foil.
f. Masukkan media kedalam autoclave, sterilisasikan selama 15-20 menit
dengan suhu 121°C.
g. Keluarkan media, didinginkan dan letakkan dengan posisi miring
sampai media menjadi padat.
5. Media Simmon Citrat
a. Timbang media 0,675 gram Simmon Citrat, masukkan kedalam
Erlenmeyer.
b. Tambahkan 30 ml aquades kedalam erlenmeyer tersebut.
c. Homogenkan, dan di panaskan di atas hotplate hingga tidak ada lagi
butiran zat yang menempel pada dinding tabung dan larutan.
d. Larutan yang telah larut kemudian didinginkan dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi masing-masing 5 ml, dan beri label untuk nama
media.
e. Tutup mulut tabung dengan kapas, lalu masukkan dalam keranjang,
dan tutup dengan alumunium foil.
24
24
f. Masukan media kedalam autoclave, sterilisasikan selama 15-20 menit
dengan suhu 121°C.
g. Keluarkan media, di dingginkan dan letakkan dengan posisi miring
sampai media menjadi padat.
6. Media SIM
a. Timbang media 0,9 gram SIM, masukkan kedalam Erlenmeyer.
b. Tambahkan 30 ml aquades kedalam erlenmeyer tersebut.
c. Homogenkan, dan di panaskan di atas hotplate hingga tidak ada lagi
butiran zat yang menempel pada dinding tabung dan larutan.
d. Larutan yang telah larut kemudian didinginkan dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi masing-masing 5 ml, dan beri label untuk nama
media.
e. Tutup mulut tabung dengan kapas, lalu masukkan dalam keranjang,
dan tutup dengan alumunium foil.
f. Masukkan media kedalam autoclave, sterilisasikan selama 15-20 menit
dengan suhu 121°C.
g. Keluarkan media, di dinginkan pada suhu ruang.
7. Media VP-MR
a. Timbang media 0,51 gram VP-MR, masukkan kedalam Erlenmeyer.
b. Tambahkan 30 ml aquades kedalam erlenmeyer tersebut.
c. Homogenkan, dan di panaskan di atas hotplate hingga tidak ada lagi
butiran zat yang menempel pada dinding tabung dan larutan.
d. Larutan yang telah larut kemudian di dinginkan dan dimasukan
kedalam tabung reaksi masing-masing 5 ml, dan beri label untuk nama
media.
e. Tutup mulut tabung dengan kapas, lalu masukan dalam keranjang, dan
tutup dengan aluminium foil.
f. Masukan media kedalam autoclave, sterilisasikan selama 15-20 menit
dengan suhu 121°C.
25
25
g. Keluarkan media, di dinginkan pada suhu ruang.
8. Media Urea
a. Timbang media 0,63 gram Urea, masukkan kedalam Erlenmeyer.
b. Tambahkan 30 ml aquades kedalam erlenmeyer tersebut.
c. Homogenkan, dan di panaskan di atas hotplate hingga tidak ada lagi
butiran zat yang menempel pada dinding tabung dan larutan.
d. Larutan yang telah larut kemudian di dinginkan dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi masing-masing 7 ml, dan beri label untuk nama
media.
e. Tutup mulut tabung dengan kapas, lalu masukan dalam keranjang,dan
tutup dengan alumunium foil.
f. Masukkan media kedalam autoclave, sterilisasikan selama 15-20 menit
dengan suhu 121°C.
g. Keluarkan media, dan letakkan dengan posisi miring sampai media
menjadi padat.
9. Pewarnaan gram
a. Siapakan alat bahan yang akan digunakan.
b. Fiksasi kaca objek pada lampu spiritus, kemudian teteskan NaCl
0,85% steril pada kaca objek tersebut dengan ose.
c. Ambil koloni pada media EMB keatas NaCl 0,85% steril tersebut
kemudian ratakan.
d. Fiksasi kaca objek tersebut kemudian teteskan larutan gentian violet
selama 2 menit.
e. Bilas dengan air mengalir kemudian teteskan dengan larutan lugol
pada biakan di atas kaca objek dan diamkan selama 1 menit
f. Bilas dengan air mengalir kemudian teteskan dengan alkohol 95%
pada biakan sampai zat warna luntur.
g. Bilas dengan air mengalir kemudian teteskan dengan larutan safranin
pada biakan di atas kaca objek dan diamkan selama 1 menit.
26
26
h. Bilas dengan air mengalir kemudian keringkan.
i. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x
H. Analisis Data
Pemeriksaan sampel yang identifikasi positif Escherichia coli akan di
analisis dengan menggunakan rumus perhitungan persentase sebagai berikut :
perhitungan persentase bakteri Escherichia coli :
� =F
�× 100%
Keterangan :
P = Persentase pencemaran Escherichia coli pada es cincau
F = Jumlah sampel positif Escherichia coli
N = Jumlah sampel yang di uji
100 % = Faktor pengali
(Margono, 2003)
27
27
BAB IV HASILDAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum
Es cincau diambil secara keseluruhan di seputaran jalan kecamatan Jekan
Raya kota Palangka Raya yang meliputi Jalan G. Obos, Thamrin, Yosudarso,
Rajawali, dan Jalan Cilik Riwut. Jarak antara tiap pedangang es cincau
diperkirakan berjarak rata-rata ± 1km – 4km. lokasi penjual es cincau terletak
di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Setelah dilakukan
observasi langsung oleh penulis, bahwa kualitas es cincau yang dihasilkan oleh
tiap pedagang telah memenuhi persyaratan yang sesuai dengan standar
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR
492/MENKES/PER/IV/2010.
B. Hasil Penelitian
Sampel dalam penelitian ini yaitu ada 12 Es Cincau yang diperoleh dari
pedagang yang berbeda – beda. Setelah itu, dilanjutkan pemeriksaan kultur
bakteri. Hasil penelitian identifikasi bakteri Escherichia coli yang dijual di
Wilayah Kecamatan Jekan Raya yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya diperoleh
data hasil penelitian seperti terlihat pada tabel – tabel berikut ini.
Tabel 1. Jumlah Sampel No. Nama Jalan Jumlah Sampel 1. Jalan G.Obos 2 sampel 2. Jalan Thamrin 1 sampel 3. Jalan Yosudarso 3 sampel 4. Jalan Rajawali 2 sampel 5. Jalan Cilik Riwut 4 sampel
Total Sampel 12 Sampel (Sumber : Data Primer)
No. Nama Jalan
1. Jalan G.Obos2. Jalan Thamrin3. Jalan 4. Jalan Rajawali5. Jalan Cilik Riwut
(Sumber : Data Primer)
Dari tabel 2 dan tabel 3, dapat dihitung persentase bakteri
coli sebagai berikut :
100N
FP
%0
10012
0
P
P
Sehingga grafik
dilihat seperti gambar berikut :
Gambar 1 Persentasi Jumlah Tercemar
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Jl. G. Obos
28
Tabel 2. Jumlah Sampel Tercemar Nama Jalan Jumlah Sampel Tercemar
E.Coli Jalan G.Obos 0 sampel Jalan Thamrin 0 sampel Jalan Yosudarso 0 sampel Jalan Rajawali 0 sampel Jalan Cilik Riwut 0 sampel
Total 0 Sampel (Sumber : Data Primer)
Dari tabel 2 dan tabel 3, dapat dihitung persentase bakteri
sebagai berikut :
%100
%100
grafik persentase Jumlah Tercemar Escherichia Coli
seperti gambar berikut :
1 Persentasi Jumlah Tercemar Escherichia Coli
Jl. G. Obos Jl. Thamrin
Jl. Yosudarso
Jl. Rajawali
Jl. Cilik Riwut
Jumlah Tercemar E.Coli
28
Sampel Tercemar
Dari tabel 2 dan tabel 3, dapat dihitung persentase bakteri Escherichia
Escherichia Coli dapat
Escherichia Coli
29
29
Berdasarkan hasil penelitian dari 12 sampel es cincau, setelah dilakukan
penanaman pada media penyubur, media selektif, uji penduga dan tes biokimia
yang telah dilakukan secara aseptis dan kemudian pada suhu 37°C selama 24
jam, tidak terdapat sampel yang mengandung bakteri Escherichia coli. Namun
ada pertumbuhan dari bakteri lain.
C. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 12 sampel es
cincau yang di jual di Wilayah Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya,
dilakukan pengkulturan pada media EMB yang diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37°C menunjukkan tidak adanya cemaran bakteri Escherichia coli pada
minuman es cincau. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3, dan tabel 4 (lampiran 2)
yang berarti bahwa keseluruhan sampel memenuhi syarat Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum yang dinyatakan bahwa untuk penilaian
kualitas air dari segi mikrobiologi parameter yang dipakai adalah bakteri
Esherichia coli yaitu 0 per 100 ml.
Tidak ditemukannya bakteri Escherichia coli dalam sampel es cincau yang
di teliti, karena dalam proses pengolahan es cincau air yang digunakan tidak
tercemar oleh bakteri Escherichia coli. Dan menurut literature cincau sendiri
memiliki khasit yang dapat mengobati sakit perut dan diare, peradangan, anti
racun, mengandung klorofil sebagai zat anti oksidan.
Alasan lain menurut observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti
bahwa es cincau yang dijual di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya
dilakukan dengan benar, penjual tidak menggunakan sendok yang sama dan
cara penyajian juga bersih, penjual menyajikan es cincau tidak menggunakan
plastik es, tetapi dengan menggunakan gelas plastik bertutup rapat. Sebelum
menjamah makanan penjual es cincau membersihkan tangannya, dan lokasi
penjualan jauh dari tempat yang tidak bersih.
30
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk identifikasi
bakteri Escherichia coli pada minuman Es Cincau yang di jual di Wilayah
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, dapat disimpulkan bahwa
tidak ditemukan bakteri Escherichia coli. Dan es cincau aman di konsumsi
bagi masyarakat
B. Saran
1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya
Agar dapat dilakukan pemantauan setiap penjualan jajanan
makanan dan minuman yang tersebar di Wilayah Kota
Palangka Raya.
Memberikan sertifikasi layak untuk di konsumsi oleh
masyrakat
Mendata para penjual makanan dan minuman yang baru agar di
pantau
2. Kepada penjual makanan dan minuman di Wilayah Kecamatan Jekan
Raya
Agar dipertahankan kebersihan alat-alat yang digunakan dalam
pengolah makanan dan minuman agar tidak terjadinya
kontaminasi bakteri.
Meningkatkan kesadaran serta memiliki inisiatif dalam cara
mengolah makanan dan minum yang layak untuk di konsumsi
oleh masyarakat.
3. Kepada masyarakat, ketika ingin membeli minuman es cincau
sebaiknya memperhatikan kebersihan dalam penyajian minuman.
31
31
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2009. Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Astawan, M. 2011. http://id.shvoong.com/exactsciences/agronomyagriculture/ 2164 001-cincau-makanan-tradisoanal-unik-dan/. Diakses pada 24 juni 2012.
Amanda. 2010. http://amandautari.blogspot.com/2010/04/investigativereport.html. Diakses pada 24 juni 2014.
Brooks G. F, Janet S. B dan Stephen A.M. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Salemba Medika
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Hastono, S.P dan Sabri, L. 2010.Statistik Kesehatan.Raja garafindo persada. Jakarta.
Hendra Wardhana. 2013. Di Balik Kesegaran Segelas Es Cincau. http//www.kompasiana.com (19 juni 2014).
Imam Supardi, Prof. DR. dan Sukamto, M.Kes. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.Yayasan adikarya ikapi dengan the ford foundation. Bandung.
Iyong.2010.http://iyongpharmacy.wordpress.com/2010/01/02/sisi-laincincauhijau/. Diakses pada 1 juli 2014.
Iqbal Mubarak,Wahid.SKM dan Nurul Chayatin, S.Kep. 2009.Ilmu kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Ibnu Fajar, dkk. 2009. Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Kaltengpos. 2011. Ada 8.402 Kasus Diare.http://www.kaltengpos.web.id/ ?menu=detail_atas&idm=4692(24 April 2014).
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia.
Kompas.2003. Bakteri Indikator Keamanan Air Minum.http://www.kompas.com (24 April 2014).
32
32
Kompas. 2011. 121 Warga Terkena Diare, Satu Meninggal. http://www.kompas.com/read/2011/07/25/19574871/121.Warga. Terkena. Diare.Satu.Meninggal (24 April 2014).
Margono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Bogor.
Muchamad Sujarwo. 2012. Manfaat Daun Cincau http://www obat herbal.com. (24-4-2014)
Munif. 2012. Prinsip hygiene Sanitasi Makanan. http://helpingpeopleideas.www.
Notoatmodjo, Soekidjo. Prof. Dr. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Djide natsir, sartini. 2006. Mikrobiologi. Universitas hasannudin. makasar
Notoatmodjo,Soekidjo. Prof. Dr. 2003.Kesehatan Masyarakat : Ilmu & Seni. Rineka Cipta. Jakarta.
Nugroho,Astri, MT. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Trisakti.Jakarta.
PERMENKES RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Sinta, S.N. dkk. 2010. Praktikum Mikrobiologi Dasar. CV. Trans Info Media.
Suriawiria, Unus. Prof. Drs. 2008. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. PT. ALUMNI. Bandung.
winarto.2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal. Karyasari Herba Media.Jakarta.
33
33
Lampiran 1. Tahapan Identifikasi Escherichia coli
gambar 2. tabel
Di tanam pada
Hasil
Di lanjutkan pada Tidak di lanjutkan
Hasil
lanjutkan
Lihat hasil dengan table reaksi identifikasi Escherichia coli ( lihat table 5 dan 6 )
Sampel 2 ml
Media penyubur BHI 5 ml
37° C selama 24 jam
EMB (Eosin Methilen Blue) 37°C,24 jam
Uji Biokimia
Hasil (+) positif terjadi kekeruhan Hasil (-) negatif tidak terjadi kekeruhan
Koloni Escherichia coli berwarna hijau metalik,
sedang, Bagian tengah berwarna
ungu tua Permukaan licin
Identifikasi Escherichia coli
34
34
Lampiran 2. Reaksi Identifikasi Escherichia coli
Tabel 3.Reaksi Escherichia coli pada media BHI agar selama 24 jam dan di inkubasi pada suhu 37°C
Sampel Hasil Pemerikasaan Escherichia coli Control murni ATCC 29522
Terjadi kekeruhan
Sampel 1 Terjadi kekeruhan Sampel 2 Terjadi kekeruhan Sampel 3 Terjadi kekeruhan Sampel 4 Terjadi kekeruhan Sampel 5 Terjadi kekeruhan Sampel 6 Terjadi kekeruhan Sampel 7 Terjadi kekeruhan Sampel 8 Terjadi kekeruhan Sampel 9 Terjadi kekeruhan Sampel 10 Terjadi kekeruhan Sampel 11 Terjadi kekeruhan Sampel 12 Terjadi kekeruhan
Sumber : Data Primer
Tabel 4.Reaksi Escherichia coli pada media EMB agar selama 24 jam dan di inkubasi pada suhu 37°C
Sampel Koloni pada media EMB agar Control murni ATCC 29522
Di temukan koloni bakteri hijau metallic
Sampel 1 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 2 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 3 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 4 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 5 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 6 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 7 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 8 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 9 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 10 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 11 Koloni hitam dengan pinggiran putih keruh Sampel 12 Koloni putih keruh dengan pinggiran kemerahan
Sumber : Data Primer
35
35
Tabel 5.Reaksi Escherichia coli pada media TSIA, SIM, Simmon Citrat, dan Urease diinkubasi 24 jam pada suhu 37°C
Bakteri
TSIA SIM Simmon Citrat
Urease Slant/buff Gas/
SH 2
Indol Motil
Control murni ATCC 29522
Ac/Ac +/- + + - +
Tabel 6.Reaksi Escherichia coli pada media gula-gula setelah diinkubasi 24 jam pada suhu 37°C
Bakteri
Media Gula-gula
Glukosa Laktosa Maltosa Manitol Sukrosa
Control murni ATCC 29522
+ + + + V
Tabel 7. Reaksi Escherichia coli pada media TSIA, SIM, Simmon Citrat, dan Urease diinkubasi 24 jam pada suhu 37°C
Bakteri
TSIA SIM Simmon Citrat
Urease Slant/buff Gas/ SH 2 Indol Motil
E.coli Ac/Ac +/- + + - +
Keterangan tabel :(+) positif, (-) negative, Ac (Acid) dan V (bervariasi)
Tabel 8. Reaksi Escherichia coli pada media gula-gula setelah diinkubasi 24 jam pada suhu 37°C
Bakteri
Media Gula-gula
Glukosa Laktosa Maltosa Manitol Sukrosa
E.coli + + + + V
Keterangan tabel :(+) positif, (-) negative, Ac (Acid) dan V (bervariasi)
(Imam Supardi, 1999).
36
36
Lampiran 3. Alat Dan Bahan
Gambar 3. alat
Biohazard Safety Cabinet Neraca analitik
Autoclave Cawan petri, pipet ukur, Erlenmeyer
37
37
Spritus Dan Ose Sterilisasi Alat
Inkubator Oven
38
38
Gambar 4. Reagen
EMB Agar BHI
Urea Agar Triple Sugar Iron Agar
39
39
Sulfur Indol Motility (SIM) VP-MR
Urea Simmon Citrat
40
40
Glukosa Laktosa
Sukrosa Maltose
41
41
Manitol Phenol Red Borth
Reagen Kovaks
42
42
Reagen HCl 1N, NaOH 10% dan Kertas Indikator pH
43
43
Lampiran 4.Pembuatan Media dan Sterilisasi
Gambar 5. Penimbangan dan pelarutan media
Penimbangan Media EMB Dan BHI Pelarutan Media EMB Dan BHI
Pengkuran Ph pada media EMB Kertas Indikator pH
44
44
Pembuatan media selektif EMB agar
Pembuatan media penyubur BHI
45
45
Gambar 6. Proses Sterilisasi Media dan Alat
Sterilisasi Media Sterilisasi Alat
Cawan Petri dan Pipet Ukur Steril
46
46
Gambar 7. Pelaksanaan Pengambilan Sampel Es Cincau
Persiapan Pengambilan Sampel Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel Cincau, Santan dan Susu
47
47
12 Sampel s cincau wilayah kecamatan jekan raya
48
48
Gambar 8. Penanamaman sampel es cincau pada media penyubur BHI
49
49
Gambar 9. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram pada control ATCC 29522
50
50
bahan pewarnaan gram negatif gentian violet, lugol, aceton – alkhol 95% dan
safranin
51
51
Gambar 10. Strain Control
Media Gula-gula Glukosa, Sukrosa, Maltose,Manitol, Laktosa
Media Urea, TSIA, Simmon Citrat, SIM, dan BHI
Media EMB Agar Control ATCC 29522
52
52
Control positif ATCC 29522 dengan perbesaran 100x
Mengamati bakteri control positif ATCC 29522 pada mikroskop
53
53
Gambar 11. Denah Lokasi Sampel