Bab i Pendahuluan Gempa Bumi (Kumpul Ketiga)
-
Upload
nico-irjaya-desmonda -
Category
Documents
-
view
95 -
download
1
Transcript of Bab i Pendahuluan Gempa Bumi (Kumpul Ketiga)
SEMINAR
TOPIK : DISASTER MANAGEMENT
JUDUL : PENENTUAN ZONA RISIKO BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI WILAYAH SELATAN KABUPATEN MALANG
OLEH:Niko Irjaya DesmondaNRP 3610 100 015
DOSEN PEMBIMBING:Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. rer. reg
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER2013
ABSTRAK
Kabupaten Malang memiliki lima kecamatan pesisir yang rawan akan bencana gempa bumi.
Wilayah pesisir Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading,
merupakan beberapa titik rawan akan bencana tersebut, sehingga memerlukan adanya peta pemintakatan
(zonasi) tingkat risiko (risk) bencana gempa bumi sebagai bagian dari upaya mitigasi.
Analisa yang dilakukan bertujuan untuk mencapai sasaran antara lain: mengidentifikasi karakteristik
ancaman bahaya (hazard) bencana gempa bumi; mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kerentanan (vulnerability) bencana gempa bumi; menentukan zona bahaya (hazard) bencana
gempa bumi; dan menentukan rekomendasi arahan kebijakan terkait masing-masing zona risiko (risk) di
wilayah pesisir Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading;
Kabupaten Malang.
Analisa perumusan pamintakatan (zonasi) ancaman bahaya bencana gempa bumi dilakukan
dengan menggunakan alat analisa overlay dengan variable waktu kejadian, kedalaman pusat gempa,
kekuatan/magnitude, titik lokasi pusat (hepisentrum), dan intensitas kejadian.
Pada analisa perumusan pemintakatan kerentanan bencana gempa bumi berfungsi untuk
menentukan besaran pengaruh (bobot/nilai) pada tiap faktornya, maka dari itu dilakukan analisa AHP,
yang kemudian hasilnya digunakan sebagai dasar dalam melakukan overlay dengan metode weighted
overlay, sehingga menghasilkan peta karakteristik kerentanan (vulnerability) bencana gempa bumi. Hasil
dari kedua analisa tersebut digunakan untuk membuat peta zonasi risiko (risk) gempa bumi dengan
menggunakan alat analisa overlay, metodenya dengan cara mengalikan bobot/nilai (value) dari kedua
peta tersebut menggunakan “raster calculator”.
Semua tahapan analisa yang ditempuh dalam penelitian ini termasuk ke dalam upaya mitigasi
bencana yang bertujuan untuk mengurangi ataupun mengantisipasi kemungkinan dampak bencana gempa
bumi. Adapun hasil alkhir dari penelitian ini adalah peta zonasi tingkat risiko (risk) bencana gempa bumi
di wilayah pesisir Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading;
Kabupaten Malang.. Dari peta tersebut dapat digunakan lebih lanjut sebagai bahan masukan untuk
merumuskan rekomendasi arahan kebijakan di masing-masing zona risiko.
Kata Kunci : Bencana Gempa Bumi, Kabupaten Malang, Mitigasi Bencana, Pemintakatan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah Indonesia terletak di antara dua samudra, dua benua dan tiga mega lempeng tektonik.
Indonesia terletak pada jalur pusat-pusat gempa bumi global circum-Pacific. Hal inilah yang
menyebabkan beberapa daerah di Indonesia sering terjadi gempa bumi dengan intensitas dan kekuatan
gempa mulai dari skala terkecil sampai skala terbesar, terutama di Sumatera, Irian Jaya, Selatan Jawa,
dan Sulawesi. (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004)
Gambar 1.1. Kotak Merah : Letak Geografis Indonesia diantara beberapa lempeng di Bumi (Sumber : LAKHAR BAKORNAS PB, 2007)
Kejadian gempa di Indonesia merupakan suatu hal yang biasa terjadi karena secara geografis
Indonesia terletak pada lempeng tektonik aktif. Pulau-pulau di Indonesia terbentuk sepanjang garis yang
berpengaruh kuat antara perubahan lempeng-lempeng tektonik Australia, Pasifik, Eurasia dan Filipina.
Lempeng Australia bergerak lambat ke arah utara, lempeng Pasifik ke arah barat, lempeng Eurasia ke
timur sedangkan lempeng Filipina ke arah barat (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004).
Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan
yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat. Gempabumi yang
disebabkan oleh interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di
samudera. Selama kurun waktu 1600 – 2000, tercatat 105 kejadian tsunami yang 90 persen diantaranya
disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung api, dan 1 persen oleh tanah longsor (Pusat
Mitigasi Bencana-ITB, 2008). Akibat seringnya kejadian gempa di Indonesia, maka upaya pencegahan
jumlah korban bencana menjadi hal yang perlu diutamakan.
Dalam lima tahun terakhir IRIS mencatat sekitar 300 gempa besar di Indonesia, 30 di antaranya
terjadi di pulau Jawa. Sementara yang lain sebagian besar terjadi di pulau Sumatera dan Irian Jaya,
selebihnya terjadi di Sulawesi, Sumbawa dan pulau lain. Gempa bumi tersebut dengan kekuatan atau
magnitudo Mw ≥ 5,0. Gempa-gempa bumi lain dengan magnitudo yang lebih kecil, jumlahnya lebih
besar. Karenanya, kesadaran semua pihak atas potensi bencana harus ditingkatkan dengan berbagai cara
dan upaya. Mengingat hal yang paling penting dalam menajemen bencana adalah kewaspadaan, maka
diperlukan suatu upaya meningkatkan persiapan dan kesiagaan (preparedness) sehingga dalam proses
tersebut pemerintah, organisasi, masyarakat, perorangan (stakeholders) dapat merespon bencana yang
bakal terjadi dengan cepat, tepat, efektif, efisien, dan benar (Carter, 1991; UNESCO, 1995)
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang
cukup keras. Bila ini terjadi, timbulah gempa bumi, disertai dengan meningkatnya magma ke
permukaan. Aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat. Sekitar
90 persen gempa bumi yang terjadi di dunia berada di jalur cincin gempa Indonesia atau Cincin Api
Fasifik. Gunung merapi yang berada dalam cincin gempa Indonesia terdiri dari 400 gunung berapi, dan
130 diantaranya masih berkategori sebagai gunung berapi aktif (https://www.eeri.org/earthquakespectra).
Fakta tersebut memberikan gambaran bahwa Pulau Jawa memiliki kerentanan yang lebih besar daripada
pulau lain ditinjau dari kepadatan penduduk. Oleh karenanya Pulau Jawa memiliki prioritas tertinggi
dalam hal mitigasi bencana.
Gambar 1.2. Peta potensi ancaman gempa bumi di Indonesia tahun 2010 (Sumber : BNPB, 2010)
Pesisir Jawa Timur, yang merupakan salah satu kawasan yang menyimpan banyak potensi sumber
daya kelautan, pun tak luput dari ancaman bencana. Sebagai bagian pulau Jawa, Jawa Timur juga dekat
dengan garis pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia, sehingga memiliki potensi akan
timbulnya kejadian gempa bumi.
Kabupaten Malang sebagai salah satu wilayah dari Provinsi Jawa Timur berpotensi untuk terjadinya
gempa tektonik akibat posisi Pulau Jawa yang berada pada subduction zone, yaitu pertemuan antara
lempeng Eurasia. Selain itu di Kabupaten Malang juga berpotensi terjadi gempa vulkanik akibat adanya
gunung-gunung api di sekitar wilayah Kabupaten Malang. Dengan kata lain, apabila terjadi bencana
gempa bumi maka diperkiran dampak yang diakibatkan lebih besar dibanding wilayah lain yang tidak
dikelilingi oleh gunung berapi. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kewaspadaan
seluruh stakeholders di Kabupaten Malang melalui mitigasi bencana yang salah satunya adalah dengan
membuat penentuan zonasi kawasan risiko bencana gempa bumi agar dampak yang timbul ketika bencana
datang dapat diminimalisir.
Kawasan rawan terjadi bencana gempa bumi di Kabupaten Malang meliputi Kecamatan Gedangan,
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Dampit, Kecamatan Tirtoyudo, dan Kecamatan
Ampelgading. Kawasan-kawasan tersebut berdasarkan peta geologi dan hasil interpretasi data gaya berat
menunjukkan adanya hasil lintasan/lokasi sesar lokal yang bersesuaian. Daya dukung batuan pada jalur-
jalur tersebut relatif lebih rendah dari sekitarnya, sehingga jalur-jalur tersebut bersifat labil (RTRW
Kabupaten Malang 2009-2029).
Pada tanggal 8 Juli 2013 pukul 09.13 WIB terjadi gempa dengan magnitude 5,9 SR yang
mengguncang Kabupaten Malang bagian Selatan. Berdasarkan catatan BNPB Kabupaten Malang,
episentrum gempa tersebut berada pada posisi 9.16 LS dan 113 BT dengan kedalaman 10 km dibawah
permukaan air laut atau 112 km selatan Kabupaten Malang. Gempa yang berlangsung selama 45 detik
menimbulkan beberapa kerugian, seperti pada Kecamatan Dampit tercatat 2 jiwa luka-luka, 18 rumah
warga rusak ringan, 2 masjid rusak berat, 2 musholla rusak berat, dan Pondok bersalin Desa (POLINDES)
rusak ringan. Sedangkan di Kecamatan Sumbermanjing Wetan tercatat 4 rumah warga rusak berat.
Kemudian Kecamatan Ampelgading, 2 rumah warga rusak berat, sedangkan di Kecamatan Gedangan
sendiri tercatat 1 rumah rusak ringan. Kemudian di Kecamatan Tirtoyudo tercatat 10 rumah mengalami
kerusakan yang cukup parah. (8 Juli 2013, www.malang-post.com).
Gambar 1.3. Peta kejadian gempa bumi Kabupaten Malang tanggal 8
Juli 2013 (Sumber : BNPB, 2013)
Selain itu, sesuai catatan BMKG Karangkates, Kabupaten Malang juga pernah mengalami gempa
besar yang terjadi pada hari Selasa tanggal 17 Mei 2011 pada pukul 07.15 WIB. Gempa tektonik saat itu
berkekuatan 6,1 Skala Richter (BMKG, 2009).
Menurut Badan Pusat Vulkanologi, Departemen Energi Republik Indonesia, Kabupaten Malang
memiliki riwayat gempa dahsyat. Pada 20 November 1958 terjadi gempa dengan magnitude 8 Skala
Richter. Gempa ini mengakibatkan kerusakan fisik seperti retakan pada tanah dan bangunan, serta
menimbulkan korban sebanyak 8 jiwa yang tewas (DESDM, 2009).
Selanjutnya pada tanggal 19 Februari 1967 juga terjadi gempa bumi dengan magnitude 9 Skala
Richter. Saat itu wilayah Kecamatan Dampit Rusak Parah. Tercatat 1.539 rumah rusak berat, 14 jiwa
tewas, 72 jiwa luka-luka. Selain itu di Kecamatan Gondanglegi tercatat 9 jiwa tewas, 49 jiwa luka-luka,
119 bangunan roboh, 402 bangunan retak, dan 5 masjid rusak berat (BMKG, 2009).
Kejadian bencana gempa bumi dan dampak negative yang ditimbulkanya di kabupaten Malang
membutuhkan adanya suatu kajian mengenai risiko bencana gempa bumi sebagai upaya untuk
mengurangi dampak bencana tersebut. Oleh karena itu terkait dengan kejadian tersebut, perlu dilakukan
kajian untuk mengetahui tingkat risiko bencana gempa bumi, yang dapat memposisikan masayarakat dan
wilayah yang bersangkutan berada pada tingkatan risiko yang berbeda. Maka, penelitian ini bermaksud
untuk merumuskan zonasi risiko bencana gempa bumi di Kabupaten Malang, berdasarkan tingkat
kerentanan dan bahaya bencana gempa bumi, khususnya di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing
Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading.
Pemilihan 5 (lima) kecamatan tersebut sebagai wilayah penelitian dari 8 (delapan) kecamatan pesisir
di Kabupaten Malang tersebut, berdasarkan dari pertimbangan di dokumen Rencana Tata Ruang dan
Wilayah (RTRW) Kabupaten Malang 2009-2029 yang telah merumuskan kelima kecamatan tersebut
yang menjadi wilayah terdampak bencana gempa bumi tektonik dan catatan kejadian bencana gempa
bumi yang telah terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Bencana gempa bumi yang terjadi di wilayah pesisir di Kabupaten Malang bagian Selatan khususnya
di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading menyebabkan
kerugian materiil dan jiwa. Permasalahan tersebut dapat diatasi secara efektif jika dilakukan upaya
mitigasi bencana yang tepat dan sesuai dengan tingkatan risikonya.
Mengingat pentingnya zonasi risiko tersebut sebagai langkah awal mitigasi bencana, maka penelitian
ini bermaksud melakukan pemintakatan (zonasi) risiko bencana gempa bumi, sebagai upaya mengurangi
dampak bencana gempa bumi di Kabupaten Malang dengan memposisikan masayarakat dan wilayah
yang bersangkutan berada pada tingkatan risiko yang berbeda.
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, diperoleh pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Faktor apa yang berpengaruh dalam menentukan risiko (risk) bencana gempa bumi di Kecamatan
Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading?
2. Berapa besar pengaruh factor-faktor tersebut dalam menentukan risiko (risk) bencana gempa bumi
di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading?
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan penentuan zonasi risiko bencana gempa bumi di
Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading sebagai upaya
mitigasi bencana. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa sasaran yang harus dicapai, yaitu :
1. Mengidentifikasi karakteristik ancaman bahaya (hazard) bencana gempa bumi di Kecamatan
Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading; Kabupaten Malang.
2. Mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan (vulnerability) bencana gempa
bumi di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading;
Kabupaten Malang.
3. Menganalisis factor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan (vulnerability) bencana gempa
bumi di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading;
Kabupaten Malang.
4. Menentukan zona risiko (risk) bencana gempa bumi di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing
Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading; Kabupaten Malang.
1.4 Ruang Lingkup
a. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang masuk dalam penelitian ini yaitu wilayah pesisir Kabupaten
Malang yang terdiri dari 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan,
Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Untuk mengentahui lebih jelas mengenai batas administrasi
pada wilayah penelitian, berikut penjelasannya :
Sebelah Utara : Kecamatan Kalipare, Pagak, Pagelaran, Turen, Wajak, Kecamatan
Poncokusumo, dan Kodya malang
Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Barat : Kecamatan Bantur, Donomulyo, dan Kabupaten Blitar
Gambaran jelas secara visual dapat dilihat pada Peta 1.1.
b. Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi penelitian ini adalah kebencanaan terkait dengan konsep risiko (risk)
bencana, bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability), dan teori tentang gempa bumi, serta konsep
mitigasi bencana gempa bumi.
c. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa bencana gempa bumi yang terjadi di Kecamatan
Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading; Kabupaten Malang
dibahas terjadi pada tahun 2003-2013. Walaupun jarang terjadi bencana gempa bumi ber-magnitude
skala besar di pesisir selatan Kabupaten Malang, upaya mitigasi bencana berupa perumusan
pemintakatan (zonasi) risiko bencana gempa bumi tetap menjadi suatu hal yang sangat diperlukan
dalam rangka tahap pengelolaan mitigasi bencana, yakni dengan membangun kesiapan menghadapi
gempa bumi (pre Earthquake Action).
Sehingga hasil akhir dari penelitian ini adalah peta pemintakatan (zonasi) risiko bencana gempa
bumi di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading;
Kabupaten Malang berdasarkan tingkat bahaya dan kerentanan.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritik
Manfaat penelitian yang akan dilakukan ini bagi para akademisi adalah sebagai masukan dan
menambah pengetahuan menganai pengembangan keilmuan perencanaan wilayah dan kota, salah
sastunya yaitu memberikan informasi pendekatan dalam merumuskan konsep penataan ruang
berbasis kebencanaan.
b. Manfaat Praktik
Sedangkan manfaat praktis yang dapat diperoleh bagi stakeholders, diantaranya:
1) Dapat dijadikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Malang, khusunya BAPPEDA, BNPB
Daerah, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Dinas Pekerjaan Umum Binamarga dan
Pematusan dalam menentukan kebijakan mengenai mitigasi suatu wilayah yang rentan
terhadap ancaman bencana gempa bumi secara bijaksana.
2) Dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan kegiatan yang akan diselenggarakan di
daerah yang rentan terhadap bencana sehingga sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang.
3) Bagi masyarakat pada wilayah studi khusunya, dapat dijadikan masukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kesiapan untuk mereka yang melakukan aktivitas di daerah rawan bencana
gempa bumi, serta meminimalisir risiko bencana gempa bumi.
1.6 Hasil yang Diharapkan
Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini adalah terumuskannya peta zonasi kawasan risiko
bancana gempa bumi di Kabupaten Malang, dan juga arahan kebijakan terkait masing-masing zona
bahaya yang ada.
1.7 Hasil yang Diharapkan
Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan permasalahan penelitian yang akan dilakukan, tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai, ruang lingkup wilayah studi dan materi pembahasan, sitematika penulisan serta
kerangka pemikiran penelitian yang dilakukan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Merupakan hasil studi literatur teoritis yang berupa dasar-dasar teori dan referensi-referensi yang
berkaitan dengan obyek penelitian yang akan dilakukan.
Bab III Metode Penelitian
Bagian ini terdiri dari pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik sampling, pengumpulan data,
organisasi variabel, teknik analisis data, dan tahapan penelitian
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bagian ini terdiri dari gambaran umum wilayah penelitian dan analisa setiap sasaran untuk
mencapai tujuan penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi
Bagian ini terdiri dari kesimpulan terhadap keseluruhan alur penelitian yang dilakukan dan
rekomendasi yang disarankan berdasarkan hasil dari penelitian.
Bencana gempa bumi yang terjadi di Wilayah pesisir selatan di Kabupaten Malang menyebabkan kerugian materiil dan jiwa.
faktor apa saja yang berpengaruh dalam perumusan zona risiko bencana gempa bumi di Wilayah pesisir selatan di Kabupaten Malang?
FEED BACK
1.8 Kerangka Berpikir
Sumber : Penulis, 2013Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Latar BelakangPenelitian
Sasaran Penelitian
Rumusan Masalah
KesimpulanPenelitian
Indonesia sebagai tempat pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Australia, Pasifik, Eurasia dan Filipina
Terjadi bencana Gempa Bumi di pesisir selatan Kab. Malang
Efek dari pada gempa ini tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, namun juga menimbulkan korban jiwa.
Perlu adanya mitigasi bencana gempa bumi, salah satunya dengan pemintakatan (zonasi) risiko di kawasan rawan gempa bumi, yakni meliputi Kecamatan Gedangan,
Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading.
Tujuan Penelitian
Merumuskan penentuan zonasi risiko bencana gempa bumi di Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading sebagai
upaya mitigasi bencana.
Identifikasi karakteristik bahaya (hazard) gempa bumi
Identifikasi dan analisis factor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan (vulnerability) gempa bumi
Rumusan zonasi risiko bencana gempa bumi
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perumusan zona risiko bencana gempa bumi
Zonasi Risiko Bencana Gempa Bumi di Pesisir Selatan Kabupaten Malang
DAFTAR PUSTAKA
Letlora, Edwin. 2010. Studi Kerentanan Wilayah Pesisir Pantai Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat Terhadap Gempa Bumi dan Tsunami. Master Thesis, Teknik Manajemen Pantai, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya; Tidak dipublikasikan
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (2002), Panduan Pengenalan Karakteristik
Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, Editor: Triutomo, Sugeng, Widjaja, B. Wisnu, Amri, M.Robi, Jakarta.
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (2007), Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, Editor: Triutomo, Sugeng, Widjaja, B. Wisnu, Amri, M.Robi, Jakarta.
Republik Indonesia. 2005. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya. Jakarta: Direktorat Jendral Penataan Ruang.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomer 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penaggulangan Bencana. Jakarta : Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Azwar, Ayifudin MA.1997.Metodologi Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogjakarta
Hilman, Danny. 2008. Pedoman Analisis Bahaya dan Risiko Bencana Gempa Bumi. Eneterim Report Term 1.
Priyosulistyo, Henricus.2011. Mitigasi Bencana Gempabumi Pada Bangunan Gedung dan Jembatan-Suatu Upaya Mencegah Korban Jiwa.Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. UGM.
BMKG Karang Kates, 2009. Data gempabumi. Tidak dipublikasikan.
www.malang-post.com, diakses tanggal 8 Juli 2013,
https://www.eeri.org/earthquakespectra, diakses tanggal 8 Juli 2013,