Bab i Pendahuluan Fix Vr2

5

Click here to load reader

Transcript of Bab i Pendahuluan Fix Vr2

Page 1: Bab i Pendahuluan Fix Vr2

BAB I

PENDAHULUAN

Sindrom mielodisplasia adalah suatu kelainan sel induk hematopoesis

dengan karakteristik adanya manifestasi kegagalan sumsum tulang dan

kecenderungan mengalami transformasi menjadi fase leukemia akut disertai

manifestasi patologis morfologi (displasia) darah tepi dan sumsum tulang.1

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang ditandai

dengan gejala demam, batuk, sesak nafas dan adanya ronki basah halus serta

gambaran infiltrat pada foto polos dada. Pneumonia pada anak merupakan salah

satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan kematian terbesar

pada anak terutama di negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun

2005 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia diseluruh dunia sekitar

19% atau berkisar 1,6 – 2,2 juta.2

Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di

negara berkembang seperti di Indonesia. Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan

kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan

karena kurang protein. Marasmus disebabkan karena kurang energi dan

marasmus-kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein.3

Di Indonesia angka kejadian KEP berkisar 10 % dari 4.723.611 balita

menurut laporan Depkes RI tahun 2003. Di Jawa Tengah sendiri angka penderita

KEP yang ada yaitu sebesar 12,75 % dari 336.111 balita yang diukur menurut

Dinkes Provinsi Jawa Tengah tahun 2004. Di kota Semarang angka KEP yaitu

Page 2: Bab i Pendahuluan Fix Vr2

11,55 % dari 6.671 balita menurut laporan DKK Semarang tahun 2004, di

Puskesmas Sekaran yang membawahi 5 kelurahan yaitu kelurahan Ngijo,

kelurahan Patemon, kelurahan Kalisegoro, kelurahan Sekaran dan Kelurahan

Sukorejo angka kasus KEP yang ada yaitu 9,82 % dari 576 balita menurut laporan

Puskesmas Sekaran tahun 2005 .4

Faktor penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi adalah

ketidakseimbangan gizi dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya

penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan di keluarga,

pola pengasuhan anak dan pelayanan kesehatan.4

Apabila anak kekurangan gizi dalam hal zat karbohidrat dan protein akan

berakibat anak menderita kekurangan gizi yang disebut KEP tingkat ringan dan

sedang, apabila hal ini berlanjut lama maka akan berakibat terganggunya

pertumbuhan, terganggunya perkembangan mental, menyebabkan terganggunya

sistem pertahanan tubuh, hingga menjadikan penderita KEP tingkat berat sehingga

sangat mudah terserang penyakit dan dapat berakibat kematian.5

Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan

mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang

terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis

gangguannya sangat banyak. Pada marasmus, biasanya didapakan gejala klinis

seperti tampak sangat kurus hingga tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang

tua, cengeng dan rewel serta perut cekung. Selain itu juga sering disertai penyakit

infeksi (terutama kronik berulang) dan diare. Pada kwashiorkor terjadi edema di

seluruh tubuh, pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti rambut

Page 3: Bab i Pendahuluan Fix Vr2

jagung, perubahan status mental , apatis dan rewel, otot atrofi, terdapat kelainan

kulit, bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat

kemerahan dan mengelupas. Pada kwashiorkor juga sering disertai penyakit

infeksi (terutama akut), anemia dan diare. Sedangkan untuk tipe marasmus-

kwashiorkor terjadi campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan

marasmus dengan BB/U < 60% disertai edema yang tidak mencolok.4

Berikut akan disampaikan sebuah laporan kasus sindrom mielodisplasia

dan pneumonia pada anak dengan keadaan malnutrisi berat tipe marasmus-

kwashiorkor yang ada di RSU Daerah Ulin Banjarmasin.

Page 4: Bab i Pendahuluan Fix Vr2

DAFTAR PUSTAKA

1. Bennett JM, Kouides PA. The Myelodysplastic Syndromes : Morphology and Risk Assessment (2000), in Education Program Book 28th World Congress of the International Society of Hematology, p : 35-40.

2. Retno Asih S, Landia S, Makmuri. Kuliah pneumonia. Continuing education. Ilmu kesehatan anak XXXVI. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak IV “Hot Topics in Pediatrics”. Surabaya: Devisi Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU dr Soetomo, 2006

3. Aritonang E. Kurang energi protein (protein energy malnutrition). USU digital library. Medan : Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Sumatera Utara.

4. Adi mu. Pendugaan hubungan antara kurang gizi pada balita dengan kurang energi protein ringan dan sedang di wilayah puskesmas sekaran kecamatan Gunungpati semarang tahun 2005. Skripsi. Semarang : Program S-1 Universitas Negeri Semarang, 2005.

5. Solihin Pudjiadi, 2000, Ilmu Gizi Klinis pada Anak, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.