Bab i Pendahuluan Fix

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi dan produksi sapi. Masih banyak permasalahan yang timbul dalam peternakan seperti permasalahan pakan dan kesehatan, khususnya gangguan reproduksi. Gangguan reproduksi berdampak pada rendahnya fertilitas induk, sehingga angka kebuntingan dan kelahiran pedet menurun atau dengan kata lain efisiensi reproduksi menurun. Akibat dari semua itu adalah lambatnya pertambahan populasi sapi dan produksi daging nasional. Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi salah satunya adalah distokia. Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau partus, yang mana dalam stadium pertama dan stadium kedua dari partus itu keluarnya fetus menjadi lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin kembali bagi induk untuk mengeluarkan fetus kecuali dengan pertolongan manusia. Pada umumnya kejadian distokia lebih sering terjadi pada sapi perah disbanding sapi potong. Kelahiran adalah suatu proses yang sangat rumit dan distokia dapat muncul apabila beberapa bagian dari proses tersebut mengalami kegagalan atau menjadi tidak terkoordinasi. Indikasi dari terjadinya distokia yaitu tahap pertama kelahiran yang lama dan tidak progresif, sapi berdiri dengan postur abnormal selama tahap pertama kelahiran,perejanan 1

description

hhhh

Transcript of Bab i Pendahuluan Fix

Page 1: Bab i Pendahuluan Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi dan

produksi sapi. Masih banyak permasalahan yang timbul dalam peternakan seperti

permasalahan pakan dan kesehatan, khususnya gangguan reproduksi. Gangguan

reproduksi berdampak pada rendahnya fertilitas induk, sehingga angka kebuntingan dan

kelahiran pedet menurun atau dengan kata lain efisiensi reproduksi menurun. Akibat dari

semua itu adalah lambatnya pertambahan populasi sapi dan produksi daging nasional.

Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi salah satunya adalah distokia.

Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau partus, yang

mana dalam stadium pertama dan stadium kedua dari partus itu keluarnya fetus menjadi

lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin kembali bagi induk untuk

mengeluarkan fetus kecuali dengan pertolongan manusia. Pada umumnya kejadian

distokia lebih sering terjadi pada sapi perah disbanding sapi potong. Kelahiran adalah

suatu proses yang sangat rumit dan distokia dapat muncul apabila beberapa bagian dari

proses tersebut mengalami kegagalan atau menjadi tidak terkoordinasi.

Indikasi dari terjadinya distokia yaitu tahap pertama kelahiran yang lama dan

tidak progresif, sapi berdiri dengan postur abnormal selama tahap pertama

kelahiran,perejanan kuat selama 30 menit tanpa munculnya anak sap, kegagalan anak sapi

untuk dikeluarkan dalam waktu 2 jam setelah amnion tampak pada vulva, malpresentasi,

malpostur atau maldiposisi yang nyata. Misalnya, tampaknya kepala fetus tanpa kaki

depan, ekor tanpa kaki belakang, kepala dan salah satu kaki depan, tampak korioallantois

terpisah, mekonium fetus, atau cairan amnion tercemar darah pada vulva. Tanda-tanda ini

menunjukkan bahwa hipoksia fetus mungkin ada dan kematian fetus telah terjadi.

Untuk memudahkan penggambaran, maka penyebab distokia dibedakan menjadi

Sebab-sebab herediter, sebab-sebab nutrisional dan manajemen sebab-sebab infeksius.

sebab-sebab traumatic, dan sebab-sebab lain (abnormalitas presentasi, posisi dan posture).

Dalam paper ini, kelompok kami akan membahas lebih jauh tentang distokia karena

abnormalitas posisi fetus pada sapi.

1

Page 2: Bab i Pendahuluan Fix

1.2 Tujuan

Pembuatan paper ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang distokia yang

terjadi pada sapi yang disebabkan oleh abnormalitas posisi fetusnya. Bagaimana gambaran

abnormalitasnya, serta cara penanganannya.

1.3 Manfaat

Pembaca dapat mengetahui seperti apa abnormalitas posisi fetus yang dapat

mengakibatkan distokia pada sapi dan mengetahui bagaimana penanganannya.

2

Page 3: Bab i Pendahuluan Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Distokia dan Posisi Fetus

Distokia bila ditilik dari kata asalnya adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu “Dys”

yang berarti sulit, dan “Tokos” yang berarti kelahiran. Jadi dapat diartikan bahwa distokia

adalah kesulitan dalam proses kelahiran. Lawan dari distokia adalah Eutocia yang berarti

adalah kemudahan dalam proses kelahiran. Distokia adalah suatu gangguan dari suatu

proses kelahiran atau partus, yang mana dalam stadium pertama dan stadium kedua dari

partus itu keluarnya fetus menjadi lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin

kembali bagi induk untuk mengeluarkan fetus kecuali dengan pertolongan manusia

(Ratnawati et al., 2007). Definisi posisi adalah hubungan antara punggung fetus pada

presentasi longitudinal atau kepala fetus terhadap bagian dari pelvis induk.

2.2 Penyebab-Penyebab Dasar Distokia

Menurut Tolihere (2010), penyebab distokia pada sapi antara lain:

a) Sebab-sebab herediter

Terdiri atas faktor-faktor yang terdapat pada induk yang berpredisposisi terhadap

distokia seperti hipoplasia vulva, vagina atau uterus, atau disebabkan oleh faktor-faktor

tersembunyi atau gen-gen resesif pada induk dan pejantan yang dapat menghasilkan

fetus yang defektif misalnya kasus monster fetus.

b) Sebab-sebab nutrisional dan manajemen

Pemberian pakan yang tidak sempurna pada sapi dara yang sedang tumbuh merupakan

factor utama dalam menghambat pertumbuhan tubuh dan pelvis.

3

Gambar 1. Tulang pelvis sapi

Page 4: Bab i Pendahuluan Fix

Jarak antara sacrum dan pubis (sacropubis) juga menentukan dalam kejadian distokia,

normalnya berukuran 19,0 sampai 24,1 serta bisiliaca normalnya berdiamater 14,6

sampai 19,0.

c) Sebab-sebab infeksius

Kejadian infeksi pada sistem reproduksi juga mempengaruhi terjadinya distokia pada

saat kelahiran seperti endometritis.

d) Sebab-sebab traumatik

Sebab-sebab traumatik memang jarang ditemukan. Hernia ventralis dan ruptur tendon

prepubis menyebabkan distokia karena ketidaksanggupan kontraksi abdominal yang

ditimbulkannnya, sehingga induk tidak dapat mendorong fetus keluar. Torsio uteri

dapat disebabkan oleh slip, jatuh atau terguling secara tiba-tiba.

e) Sebab-sebab lain

Penyebab lain disebabkan oleh kelainan presentasi, posisi dan postur fetus.

2.3 Cara Penanganan Distokia

Penanganan pada kasus distokia dapat dilakukan dengan:

1. Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara di

dorong (repulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi).

2. Penarikan paksa dilakukan apabila uterus lemah dan fetus tidak mampu untuk

menstimulir perejanan. Dan dilakukan pada saat induk sapi telah teranastesi epidural.

4

Gambar 2. Membuat ikatan pada kepala dan phalanx pada pertolongan distokia

Page 5: Bab i Pendahuluan Fix

3. Pemotongan janin (Fetotomi) dilakukan apabila presentasi, posisi dan postur janin yang

abnormal tidak bisa diatasi dengan mutasi/ penarikan paksa.

4. Operasi Secar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak

berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomy) dengan alat dan

kondisi yang steril

5

Gambar 3. Titik-titik pemotongan fetus (fetotomy) pada persentasi longitudinal anterior dan presentasi longitudinal posterior

Page 6: Bab i Pendahuluan Fix

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Posisi Normal Fetus

Secara normal posisi fetus adalah posisi dorso sacral pada presentasi longitudinal

(anterior dan posterior) dengan postur yang normal.

3.2 Macam-Macam Abnormalitas Posisi Fetus dan Penanganannya

Kelainan posisi pada fetus dapat dibedakan menjadi, yaitu:

a) Pada presentasi longitudinal dengan posisi dorso pubis, dorso illial kanan dan dorso

illial kiri.

b) Pada presentasi transversal dengan posisi cephalo illial kanan, cephalo illial kiri,

cephalo pubis dan cephalo sacral.

Berikut adalah macam posisi fetus yang abnormal yang menyebabkan distokia pada

sapi beserta cara penanganannya.

3.2.1 Posisi cephalo pubis

Presentasi : Transversal ventral

Postur : Unilateral carpal flexion

Penanganan : Fetus direpulsi, lalu dilakukan versi menjadi presentasi

longitudinal anterior, lalu dilakukan rotasi 90º berlawanan arah jarum jam dan

6

Gambar 4. Posisi fetus normal presentasi longitudinal anterior

Page 7: Bab i Pendahuluan Fix

dilakukan ekstensi untuk mereposisi kepala fetus dan menangani carpal flexion,

kemudian dilakukan tarik paksa.

3.2.2 Posisi chepalo illial kanan

Presentasi : Transversal dorsal

Postur : Normal

Penanganan : Fetus direpulsi kemudian dilakukan versi untuk memperoleh

presentasi longitudinal anterior, lalu dilakukan rotasi 90º searah jarum jam dan

dilakukan ekstensi apabila postur fetus belum normal, setelah itu fetus bisa

dikeluarkan dengan cara ditarik paksa.

3.2.3 Posisi cephalo illial kiri

Presentasi : Transversal dorsal

Postur : Normal

Penanganan : Fetus di repulsi, kemudian dilakukan versi menjadi posisi dorso

illial kanan pada presentasi longitudinal anterior lalu dirotasi 90º berlawanan arah

jarum jam, kemudian lakukan ekstensi apabila postur fetus masih belum normal,

setelah itu lakukan tarik paksa.

7

Gambar 5. Posisi cephalo pubis

Gambar 6. Posisi cephalo illial kanan

Page 8: Bab i Pendahuluan Fix

3.2.4 Posisi dorso illial kiri

Presentasi : Longitudinal anterior

Postur : Normal

Penanganan : Fetus direpulsi, kemudian dirotasi 90º searah jarum jam,

kemudian lakukan tarik paksa.

3.2.5 Posisi dorso illial kanan

Presentasi : Longitudinal anterior

Postur : Normal

Penanganan : Fetus direpulsi, kemudian dirotasi 90º berlawanan arah jarum

jam, lalu ditarik paksa.

3.2.6 Posisi dorso pubis

Presentasi : Longitudinal anterior

Posisi : Dorso pubis

Postur : Normal

Penanganan : Fetus direpulsi, kemudian dirotasi 180º searah jarum jam

(sesuaikan dengan arah umbilicalis) lalu tarik paksa.

8

Gambar 7. Posisi cephalo illial kiri

Gambar 8. Posisi dorso illial kiri

Page 9: Bab i Pendahuluan Fix

3.2.7 Posisi cephalo sacrum

Presentasi : Transversal ventral

Postur : Normal

Penanganan : Fetus direpulsi, kemudian diversi hingga menjadi presentasi

longitudinal anterior posisi dorso ilial kanan, lalu dirotasi 90° berlawanan arah

jarum jam (atau ikuti posisi umbilicalis), lakukan ekstensi apabila postur fetus

masih belum normal, kemudian lakukan tarik paksa.

9

Gambar 9. Posisi dorso pubis

Page 10: Bab i Pendahuluan Fix

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau partus, yang mana

dalam stadium pertama dan stadium kedua dari partus itu keluarnya fetus menjadi lebih

lama dan sulit. Distokia bisa disebabkan karena abnormalitas presentasi, posisi dan postur

fetus. Kelainan posisi pada fetus yaitu pada presentasi longitudinal dengan posisi dorso

pubis, dorso illial kanan dan dorso illial kiri serta pada presentasi transversal dengan posisi

cephalo illial kanan, cephalo illial kiri, cephalo pubis dan cephalo sacral.

4.2 Saran

Guna menghindari terjadinya distokia pada sapi, sebaiknya induk sapi diberikan

nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan dan dikontrol kesehatan dan perkembangan

kebuntingannya. Apabila kejadian distokia tidak dapat dihindari atau sudah terjadi, maka

penanganan yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk keselamatan induk dan anak.

10

Page 11: Bab i Pendahuluan Fix

DAFTAR PUSTAKA

Bajcsy, Á.C. 2007. Dystocia due to abnormal postures, positions and presentations. Szent

István University, Faculty of Veterinary Science Clinic for Large Animals.

Jackson, P.G. 2007. Handbook Obstetrik Veteriner. Edisi ke-2. Diterjemahkan oleh Aris

Junaidi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratnawati, D., Pratiwi, W.C, Affandhy, L. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan

Reproduksi pada Sapi Potong. Pasuruan: Pusat Penelitian dan Pengembangan

Peternakan.

Toelihere, M.R. 2010. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Jakarta: UI Press.

11