BAB I PENDAHULUAN -...

28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, termasuk di bidang agraria. Sebagai catatan dimana mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Serta dengan melihat luas lahan pertanian yang sangat melimpah, tentu negara ini akan memprioritaskan sektor pertanian sebagai salah satu cara menyejahterakan rakyatnya. Maka bila hal tersebut terlaksana dengan baik diharapkan negara Indonesia dapat menyejajarkan tekhnologi pertanian dengan negara lain. Terutama untuk memenuhi cadangan kebutuhan pangan nasional. Tentunya hal ini harus dilaksanakan dengan sistem yang bersifat berkesinambungan. Namun salah satu faktor penghambat yang sampai sekarang ini masih ditemui adalah adanya lahan di Indonesia yang berpotensi tidak dimanfaatkan dengan maksimal karena sistem pengolahan yang kurang tepat. Dalam upaya mengatasi hal tersebut maka Presiden RI pada tanggal 11 Juni 2005 telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) sebagai strategi umum : 1. Peningkatan kesejahteraan petani, nelayan dan petani hutan. 2. Meningkatkan daya saing produk pertanian, perikanan dan kehutanan. 3. Menjaga kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Sejalan dengan RPPK maka departemen pertanian telah menetapkan Visi Pembangunan Pertanian yaitu : Terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya. Mengingat ciri pertanian di Indonesia sendiri masih sangat bergantung pada kondisi alamnya, maka ada beberapa pertanian yang sifatnya identik dari daerah tertentu yang sesuai dengan kondisi alam masing-masing daerah, misalnya cengkeh, tembakau, sagu, wortel, bawang merah, dan lain-lain. Apabila jumlah produksi bahan Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010 Dengan Menggunakan Software ArcView 3.2 ANGGA BAGUS SEPTIANTO Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, termasuk

di bidang agraria. Sebagai catatan dimana mayoritas penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani. Serta dengan melihat luas lahan pertanian yang

sangat melimpah, tentu negara ini akan memprioritaskan sektor pertanian sebagai

salah satu cara menyejahterakan rakyatnya. Maka bila hal tersebut terlaksana

dengan baik diharapkan negara Indonesia dapat menyejajarkan tekhnologi

pertanian dengan negara lain. Terutama untuk memenuhi cadangan kebutuhan

pangan nasional. Tentunya hal ini harus dilaksanakan dengan sistem yang bersifat

berkesinambungan.

Namun salah satu faktor penghambat yang sampai sekarang ini masih

ditemui adalah adanya lahan di Indonesia yang berpotensi tidak dimanfaatkan

dengan maksimal karena sistem pengolahan yang kurang tepat.

Dalam upaya mengatasi hal tersebut maka Presiden RI pada tanggal 11 Juni

2005 telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

(RPPK) sebagai strategi umum :

1. Peningkatan kesejahteraan petani, nelayan dan petani hutan.

2. Meningkatkan daya saing produk pertanian, perikanan dan

kehutanan.

3. Menjaga kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan

kehutanan.

Sejalan dengan RPPK maka departemen pertanian telah menetapkan Visi

Pembangunan Pertanian yaitu : Terwujudnya pertanian tangguh untuk

pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk

pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya. Mengingat ciri

pertanian di Indonesia sendiri masih sangat bergantung pada kondisi alamnya,

maka ada beberapa pertanian yang sifatnya identik dari daerah tertentu yang

sesuai dengan kondisi alam masing-masing daerah, misalnya cengkeh, tembakau,

sagu, wortel, bawang merah, dan lain-lain. Apabila jumlah produksi bahan

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

2

pangan dalam negeri masih belum mencukupi pasokan nasional maka mau tidak

mau harus di lakukan impor kebutuhan bahan pangan. Akan tetapi untuk

melindungi para petani dalam negeri pemerintah melakukan pengaturan importasi

kebutuhan pangan. Bawang merah sebagai salah satu kebutuhan premier rumah

tangga tentunya membutuhkan perancangan yang matang untuk melindungi

semua pihak yang terlibat didalamnya baik produsen (petani) maupun konsumen

(kebutuhan rumah tangga). Bardasarkan data Kementerian Pertanian, permintaan

bawang merah Indonesia diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan

peningkatan jumlah penduduk dan pengembangan pengolahan komoditas bawang

merah.

Dengan pengaturan importasi, mulai pertengahan tahun 2012 jumlah

bawang merah yang diimpor ditentukan oleh stok bawang merah yang ada di

petani. Implikasinya, saat petani tidak mampu mengelola stok dan manajemen

budidaya dengan baik, misalnya setiap kekurangan 100 kg pada seorang petani,

akan berimplikasi hilangnya ribuan ton stok di tingkat nasional. Bila menengok

ke belakang di tahun 2011, ketika itu belum ada pengaturan impor bawang merah

akibatnya harga bawang merah di tingkat petani mengalami penurunan. Akibat

rendahnya harga banyak petani yang merugi dan tidak semangat lagi menanam

bawang merah. Kondisi ini berakibat menurunnya stok benih di tingkat petani.

Dampak berlanjut pada produksi bawang merah yang menurun pada panen raya

2012. Rendahnya stok bawang di tingkat petani ini menyebabkan harga naik

tidak terkendali. Melihat kondisi ini maka Direktorat Pemasaran Domestik

Departemen Pertanian melalui Direktorat Jendral (DITJEN) Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) menginisiasi bawang merah untuk menjadi

komoditas yang dapat diresigudangkan. Pada tanggal 18 Juli 2013 dilakukan

rapat permulaan dengan menghadirkan para pemangku kepentingan di bidang

bawang merah. Adapun poin-poin hasil pertemuan tersebut adalah :

1. Kabupaten Brebes sebagai sentra bawang merah dengan kontribusi

40% kebutuhan nasional. Siklus panennya adalah bulan Juni -

Agustus terjadi panen raya, September – Oktober produksi turun,

dan Desember – Januari produksi naik dimana harga biasanya turun.

Namun kondisi pada periode Juni - Juli 2013, harga bawang merah

justru meningkat mencapai Rp.50 – 70 ribu per kg. Hal ini

disebabkan masa transisi kebijakan pengaturan impor hortikultura,

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

3

kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), ketersediaan dan

harga bibit saat tanam. Selain itu, bulan siklus produksi sangat

dipengaruhi oleh curah hujan (anomali iklim). Pada periode Maret

– April 2013, karena curah hujan tinggi maka petani beralih untuk

menanam padi sehingga produksi bawang sedikit.

2. Bawang merah merupakan komoditas strategis dan kebutuhan

pokok masyarakat. Musim panen terjadi pada bulan tertentu dengan

kebutuhan sepanjang tahun. Data produksi nasional bawang merah

berkisar 1 juta ton/tahun, sedangkan kebutuhan nasional sekitar 620

ribu ton/tahun.

3. Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah

salah satu solusi untuk mengatasi ketersediaan dan fluktuasi harga

sehingga dapat memenuhi kebutuhan secara stabil sepanjang tahun.

Selain itu, ketersediaan dan harga bibit saat tanam perlu mendapat

perhatian agar biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, pestisda dan

bibit) budidaya bawang merah rendah. Secara umum persyaratan

penerapan SRG adalah produk yang akan disimpan harus memenuhi

Standar Nasional Indonesia (SNI) dan gudang sudah sesuai standar.

Sistem Resi Gudang adalah kegiatan yang mencakup penerbitan,

pengalihan, penjaminan dan transaksi resi gudang. Resi gudang

sendiri berarti dokumen bukti kepemilikan barang yang disimpan di

gudang yang diterbitkan oleh BAPPEBTI (Badan Pengawasan

Perdagangan Berjangka Komoditi).

4. Penyusutan pada saat penyimpanan menjadi faktor yang perlu

mendapat perhatian dalam penerapan SRG bawang merah.

Penyimpanan konvensional di gudang kering selama 4 bulan,

penyusutannya sekitar 40%. Pada periode yang sama, PT. Cahaya

Mustika Abadi di Brebes melakukan penyimpanan di ruang

berpendingin (cold storage), penyusutannya maksimal 5 %. Biaya

sewa gudang Rp 250/kg/bulan. Petani bawang merah sebagian besar

adalah petani kecil. Umumnya mereka sudah terbiasa dengan sistem

ijon (menjual hasil produksi sebelum masa panen) dan terkait

pinjaman dengan pedagang, sehingga penerapan sistem resi gudang

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

4

perlu diawali dengan suatu uji coba (pilot project). Hal ini berlaku

untuk bawang merah konsumsi dan bibit.

5. Sebelum menetapkan bawang merah sebagai komoditas yang dapat

dilakukan SRG, perlu dilakukan kajian penerapan SRG. Kajian

dimulai dari musim tanam dan panen, harga saat panen raya,

standarisasi produk sesuai SNI, standardisasi gudang. Juga pada

mekanisme penyimpanan untuk mendapatkan model penyimpanan

bawang merah yang lebih efisien dengan melibatkan instansi dan

lembaga terkait di sentra produksi.

6. Sebagai tahap percobaan akan dilakukan uji coba penerapan SRG

bawang merah di Kabupaten Brebes, tepatnya di kawasan

pengembangan bawang merah seluas 50 Ha yang mendapat bantuan

bibit dan pupuk dari DITJEN Hortikultura. Dengan asumsi

produktivitas 9 – 10 ton/Ha, diperkirakan produksi bawang merah

untuk uji coba SRG mencapai 450 - 500 ton.

7. Program Bank Indonesia (BI) Pusat dalam mendukung bawang

merah di Jawa Tengah adalah pengembangan cluster bawang merah.

Sebagai pelaksana adalah BI Tegal dan BI Cirebon.

Sebagai negara agraris tentunya kebijakan pemerintah khususnya

Departemen Pertanian tersebut diharapkan membantu para pelaku pertanian di

Indonesia untuk menghasilkan produk pertanian yang berkualitas. Kebutuhan

nasional terhadap hasil pertanian akan mudah terpenuhi jika para pelaku

pertanian di Indonesia mempunyai kemampuan yang berkualitas sehingga

swasembada pangan akan tercapai dan di harapkan Indonesia tidak lagi terlalu

bergantung pada produk impor pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan

nasional. Menurut Kementrian Pertanian komoditas sayuran hortikultura

khususnya bawang merah ada beberapa sentra pusat penghasil bawang merah di

Indonesia yang utama yakni Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat,

Nusa Tenggara Barat (NTB), Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta,

Bali, Sulawesi Tenggara, dan Sumatra Utara. Rata-rata pertumbuhan produksi

bawang merah di sentra-sentra produksi tersebut dari tahun 2006 sampai dengan

2010 cenderung meningkat lambat, kecuali di Propinsi Jawa Timur dan DI

Yogyakarta. Dalam upaya memenuhi kebutuhan bawang merah skala nasional

maka ada beberapa daerah yang sekarang juga membudidayakan pertanian

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

5

bawang merah diantaranya misalnya di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, hal ini

juga akan mengurangi ketergantungan pasokan permintaan produksi tanaman

bawang merah dari pulau Jawa.

Salah satu provinsi dengan hasil utama pertanian berupa penghasil bawang

merah adalah Provinsi Jawa Tengah, sebagian besar terdapat di Kabupaten

Brebes. Kabupaten Brebes sendiri yang sebagian besar wilayahnya masih berupa

lahan pertanian tentunya akan sangat bergantung dari hasil pertanian sebagai

salah satu sumber potensi wilayahnya, terutama komoditas pertanian berupa

pertanian bawang merah. Hal ini juga berbanding lurus dengan jenis mata

pencaharian penduduknya yang sebagaian juga sebagai pelaku pertanian. Akan

tetapi tidak semua wilayah di Kabupaten Brebes menjadikan bawang merah

sebagai produk utama pertaniannya karena memang lahan dan kondisi alamnya

haruslah sesuai dengan sifat budidaya pertanian bawang merah. Di daerah yang

lahan dan kondisi alamnya sesuai dengan penanaman bawang merah tentunya

menjadikan tanaman bawang merah sebagai komoditas utama di bidang

pertanian. Ada beberapa sentra pusat pertanian bawang merah di Kabupaten

Brebes di antaranya Kecamatan Brebes, Kecamatan Larangan, Kecamatan

Songgom, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari.

Di beberapa daerah yang termasuk dalam pola agihan pertanian bawang

merah di Kabupaten Brebes tentunya mempunyai gambaran spasial yang cocok

untuk budi daya tanaman bawang merah. Seperti di Kecamatan Larangan misal

nya, yang sebagian wilayah nya terletak di dataran yang relatif datar sehingga

sangat cocok dengan tipe dari budi daya bawang merah. Selain itu sistem irigasi

akan sangat merata menjangkau semua lahan yang terletak di daerah yang

cenderung datar. Dari hasil survay ke petani dengan metode questioner diketahui

pula bahwa faktor penentu yang tidak kalah pentingnya terkait budidaya

pertanian bawang merah adalah angin musiman di Kecamatan Larangan berupa

angin kumbang.

Untuk dapat menjadi petani yang tangguh maka diperlukan sebuah

Penerapan Visi Pembangunan Pertanian. Visi tersebut tentunya memerlukan

dukungan Sumbar Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dengan ciri mandiri,

profesional, berjiwa wirausaha, berdedikasi, etos kerja yang baik, disiplin dan

moral yang tinggi serta berwawasan global. Dalam upaya menciptakan Sumber

Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dibidang pertanian maka perlu

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

6

dikembangkan Sistem Penyuluhan Pertanian yang mampu memberdayakan

petani dan keluarganya serta pelaku usaha pertanian lainnya. Penyuluhan

pertanian dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kehutanan dan Konservasi Tanah

Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes.

Revitalisasi penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk mendukung dan

memberdayakan penyuluhan pertanian sebagai bagian dari pembangunan di

bidang pertanian. Dengan demikian sistem penyuluhan pertanian perlu

dikembangkan agar sesuai dengan kebutuhan petani serta sebagai wadah

penyerapan informasi di bidang pertanian. Beberapa program penyuluhan

pertanian tersebut adalah pembentukan kelompok tani. Kelompok tani dibentuk

sebagai ajang sharing para petani yang mempunyai berbagai masalah yang

berhubungan dengan pertanian bawang merah, misalnya berbagi informasi

tentang program subsidi pupuk dari pemerintah. Informasi tersebut dapat

diperoleh para petani dari Dinas Pertanian Kehutanan dan Konservasi Tanah

Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes.

Untuk dapat bersaing dengan persaingan global serta dengan makin

berkembangnya teknologi informasi, terutama dalam bidang Sistem Informasi

Geografi (SIG) maka dirasakan pula perlunya sebuah basis data untuk berbagai

keperluan dibidang pertanian. Akhirnya tidak hanya berupa sistem non formal

saja yang perlu diberdayakan tetapi juga sistem formal. Diantaranya adalah

sebagai data statistik dalam bidang pertanian yang mana dalam kasus ini adalah

pertanian bawang merah, sehingga dapat menyerap alih teknologi yang sedang

berkembang tersebut. Hal ini jika tersusun dengan rapi maka akan mempermudah

berbagai kajian para pelaku pertanian di Kecamatan Larangan.

Untuk kepentingan monitoring hasil panen maka diperlukan adanya sebuah

basis data hasil produksi tanaman bawang merah di Kecamatan Larangan.

Dengan makin bertambahnya jumlah data tekstual dan data spasial/keruangan

yang masih bersifat analog (hardcopy) yang terkumpul di Dinas Pertanian

Kehutanan dan Konservasi Tanah Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes, ini

merupakan kendala tersendri dalam upaya menciptakan sistem pertanian berbasis

tekhnologi. Ada beberapa kekurangan dari sebuah data yang masih bersifat

manual ini. Keterbatasan tersebut yakni dalam mengolah data menjadi sebuah

informasi yang masih dilakukan secara manual, sehingga membutuhkan waktu

ekstra dalam pengerjaanya, disinilah perlunya diadakan sebuah pembentukan

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

7

basis data yang bersifat spasial atau keruangan. Penerapan ilmu SIG akan dapat

mempermudah hal tersebut, mulai dari memasukan data (data hasil panen bawang

merah), pengolahan data, maupun hasil keluaran dari data (peta hasil produksi

bawang merah).

Konsep basis data merupakan unsur utama SIG, hal tersebut yang

membedakan dengan sistem pemetaan komputer lainnya yang hanya mampu

memproduksi tampilan informasi grafis yang baik. SIG mengorganisasi data

geografik dalam suatu basis data.

Basis data SIG menghubungkan data spasial dan informasi geografis

tentang suatu tema tertentu pada peta. Informasi geografis ini merupakan data

tematis (atribut) yang mendeskripsikan lebih jauh kenampakan yang sebenarnya.

Konsep hubungan data spasial dan data atribut dalam SIG merupakan

implementasi dari model data relasional. Dengan adanya hubungan tersebut

informasi deskriptif dapat ditanyakan kedalam sebuah peta. Sebaliknya, dengan

tabel atribut (hasil produksi tanaman bawang merah) dapat pula diperoleh sebuah

peta (tematik).

Gambar 1.1 Pola Keterlibatan Sistem Informasi Geografi (Sumber :

BAKOSURTANAL)

Seperti gambar 1.1 diatas, SIG merupakan sebuah sistem yang berangkaian

satu dengan yang lainnya. BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan

Pemetaan Nasional) menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari

perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personel dalam hal

ini manusia untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi,

menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi

geografi.

Dengan adanya proses basis data hasil produksi tanaman bawang merah di

Kecamatan Larangan ini, data dan informasi mengenai berbagai macam hal dapat

disajikan dengan lebih efisien. Terutama yang terkait erat dengan kegiatan budi

Pengguna (User)

Sistem Informasi Geografi (Software + Database)

Dunia Nyata (Real World)

Hasil

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

8

daya tanaman bawang merah sehingga nantinya data tersebut dapat dengan cepat

disajikan dan dapat pula dengan mudah diperbaharui sehingga memudahkan bagi

pengguna dalam pemanfaatannya.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam upaya Kabupaten Brebes menjadi salah satu pusat sentra komoditas

tanaman bawang merah unggulan, maka ada beberapa poin pokok permasalahan

yang mendasari penulisan laporan ini, diantaranya sebagai berikut :

1. Kurangnya data spasial atau keruangan berbasis komputerisasi

dibidang pertanian bawang merah di Kecamatan Larangan.

2. Minimnya data statistik hasil produksi tahunan di Kecamatan

Larangan.

3. Ingin mengetahui hasil produksi tanaman bawang merah secara

berkala.

4. Menginformasikan data hasil produksi bawang merah dalam

bentuk peta.

Sehubungan dengan hal tersebut, setiap wilayah perlu melakukan

penyusunan pewilayahan (Zonasi) komoditas pertanian dan neraca ketersediaan

lahan secara komputerisasi agar pengembangan komoditas unggulan wilayah

tersebut dapat dilakukan secara terarah sesuai dengan potensi sumber daya

lahannya. Zonasi komoditas dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan

perencanaan pembangunan bagi pemerintah daerah, investasi, penerapan

teknologi yang tepat dalam upaya mengoptimalkan penggunaan sumber daya

lahan secara baik dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat.

Disinilah letak korelasi SIG dalam bidang pertanian bawang merah. Sistem

Informasi Geografis (SIG) memungkinkan proses analisis dan penyusunan Zonasi

sampai penyajiannya bisa dilakukan dengan lebih cepat, akurat dan bahkan

menampilkannya secara on-line. Pengkajian dan aplikasi Inderaja (Penginderaan

Jauh) dan SIG di bidang ini telah dilakukan oleh Tim Bidang Karakterisasi

Sumber Daya Alam.

Sebuah data perlu dipetakan agar memudahkan pengguna dalam memahami

informasi yang disampaikan dan untuk mendapatkan informasi baru yang

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

9

berkaitan dengan data tersebut (hasil produksi tanaman bawang merah). Hal

tersebut tidak jauh dari fungsi peta itu sendiri yaitu untuk mengetahui persebaran

secara keruangan dari data itu sendiri dan dapat dianalisis secara spasial.

Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul penelitian sebagai berikut

“Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan

Larangan dari Tahun 2006 – 2010 Dengan Menggunakan Software ArcView

3.2”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tentang Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang

merah di Kecamatan Larangan ini adalah sebagai salah satu sarana untuk

menginformasikan hasil produksi kedalam sebuah peta tematik baik berupa peta

berbentuk hardcopy maupun softcopy. Kedepannya data tersebut dapat disimpan,

diolah, dianalisis, dimanipulasi, diperbaharui dan disajikan kembali secara lebih

efisien. Apabila basis data hasil pertanian terpenuhi maka akan mudah dilakukan

monitoring hasil panennya, apakah hasil panen meningkat atau menurun dari

tahun sebelumnya. Lebih jauh diharapkan dari data statistik hasil pertanian

tersebut dapat memotivasi para petani di daerah penelitian untuk meningkatkan

hasil pruduksi bawang merah.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Pemetaan hasil produksi tanaman bawah merah dapat menjadi alat untuk

memantau hasil panen. Diharapkan dengan adanya peta hasil produksi ini

dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas dari hasil panen tanaman

bawang merah.

2. Dapat menjadi gambaran untuk Dinas Pertanian di daerah Kecamatan

Larangan supaya lebih banyak lagi diadakan penyuluhan pertanian yang

mampu memberdayakan petani dan keluarganya serta pelaku usaha

pertanian lainnya.

3. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat tani dapat memaksimalkan

peruntukan lahan yang tepat sesuai dengan kondisi spasial di daerahnya

masing-masing.

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

10

4. Sebagai data statistik tahunan mengenai hasil produksi tanaman bawang

merah yang bersifat berkesinambungan.

5. Penelitian ini diharapkan dapat menambah banyak perbendaharaan

penelitian berbasis Sistem Informasi Geografi dalam aplikasinya dibidang

pertanian pada umumnya ataupun pertanian bawang merah pada

khususnya.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Pengertian Bawang Merah

Berdasarkan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)

Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian tanaman bawang

merah (Allium Ascalonicum L) merupakan salah satu komoditas sayuran

dataran rendah, tanaman ini berasal dari Syria dan telah dibudidayakan

semenjak 5.000 tahun yang lalu. Bawang merah merupakan tanaman

semusim yang memiliki umbi yang berlapis, berakar serabut, dengan daun

berbentuk silinder berongga. Umbi bawang merah terbentuk dari pangkal

daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi,

membesar dan membentuk umbi. Umbi terbentuk dari lapisan-lapisan daun

yang membesar dan bersatu. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah

sampai dataran tinggi yang tidak lebih dari 1200 mdpl (meter diatas

permukaan laut). Di daratan tinggi umbinya lebih kecil dibanding dataran

rendah.

Kegunaan utama bawang merah adalah sebagai bumbu masak.

Meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang merah cenderung

selalu dibutuhkan sebagai pelengkap bumbu masak makanan sehari-hari.

Kegunaan lainnya adalah sebagai obat tradisional (sebagai kompres

penurun panas, diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol darah,

mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh darah dan maag) karena

kandungan senyawa Allin dan Allisin yang bersifat bakterisida atau

pembunuh bakteri.

Adapun klasifikasi ilmiah dari tanaman bawang merah yang

mempunyai nama binomial Allium Ascalonicum adalah seperti tertera di

bawah ini :

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

11

Tabel 1.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Bawang Merah

Kerajaan Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Liliopsida

Ordo Liliales

Famili Alliaceae

Genus Allium

Spesies A. ascalonicum

Sumber : http://plants.usda.gov

Gambar 1.2 Kelopak Bunga (Sumber : www.google.com)

Gambar 1.3 Daun, Umbi dan Akar (Sumber : www.google.com)

Gambar 1.4 Lapisan Umbi (Sumber : www.google.com)

Lapisan umbi

Kelopak bunga

Daun

Umbi

Akar

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

12

1.5.2 Faktor Penghambat Hasil Produksi

Apabila ada beberapa hambatan atau masalah tentunya akan

mempengaruhi jumlah dari hasil produksi tanaman bawang merah. Hal ini

juga sekaligus menjadi catatan yang sangat penting bahwa pertanian di

Indonesia masih bergantung dengan kondisi iklim. Berikut merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi bawang merah, di

antaranya sebagai berikut :

A. Penyimpangan atau anomali cuaca, cuaca yang tidak menentu

menyebabkan produksi bawang merah Indonesia turun hingga 50

persen dari biasanya. Ketua Asosiasi Petani Bawang Merah Indonesia

(APBMI) Agusman, mengatakan akibat anomali cuaca ini otomatis

menurunkan jumlah produksi. Cuaca akibat hujan yang mengguyur

pada musim penghujan atau pun di bulan-bulan dengan intensitas

hujan yang tinggi ini menyebabkan tanaman bawang menjadi busuk

dan mudah terkena serangan hama.

B. Penggunaan pupuk anorganik yang terus menerus dan berlebihan

tanpa dibarengi dengan pemberian pupuk organik dapat menurunkan

produksi dan juga merusak tanah. Untuk itu suatu penelitian telah

dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara (± 25 mdpl) pada Januari sampai April 2010

menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktor Ganda yaitu

varietas bawang lokal (jenis Katumi, Maja dan Bima) dan pupuk

(pupuk kandang, pupuk anorganik, pupuk organik baik bios maupun

cair serta pupuk anorganik). Parameter yang diamati adalah tinggi

tanaman, jumlah daun, jumlah siung per sampel, dan produksi umbi

per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata

terhadap tinggi tanaman, jumlah daun. Pupuk berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman dan produksi umbi per plot. Interaksi

perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hasil

terbaik diperoleh pada varietas jenis Maja dengan pupuk kandang.

C. Luas lahan berpengaruh tergadap produksi bawang merah. Luas lahan

pertanian bawang merah berbanding lurus dengan jumlah

produksinya, semakin besar luas lahan maka akan semakin banyak

pula hasil produksinya.

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

13

D. Bibit berpengaruh terhadap produksi bawang merah. Ada beberapa

jenis varietas bibit bawang merah diantaranya adalah bawang luar

(jenis Pilipin) dan bawang lokal (jenis Katumi, Maja dan Bima)

dimana tiap-tiap varietas tentunya mempunyai karakteristik tumbuh

sendiri-sendiri sesuai dengan beberapa faktor pendukungnya misal

ketinggian tempat, daya tahan terhadap unsur hara ataupun intensitas

air hujan. Oleh karena itu pemilihan bibit juga berpengaruh terhadap

hasil produksi tanaman bawang merah itu sendiri.

E. Tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi bawang merah.

Tanaman bawang merah merupakan tanaman hortikultura dimana

cara penanganannya diperlukan keahlian khusus. Pengetahuan akan

cara penanganan masalah dari para petani akan mempunyai andil

yang cukup besar terhadap hasil produksi.

1.5.3 Tata Cara Budidaya Bawang Merah

Berikut merupakan tata cara budidaya tanaman bawang merah yang

diambil dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang Bandung, dan

berbagai sumber lainnya, yaitu sebagai berikut :

1) Syarat Tumbuh Bawang Merah

Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan,

berstruktur lemah, dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis tanah

Alluvial, Glei Humus atau Latosol, PH tanah 5,6 - 6,5. Tanaman

bawang merah memerlukan udara hangat untuk pertumbuhannya (25

s/d 32°C), curah hujan 300 – 2500 mm pertahun, ketinggian 0 - 400

mdpal, dan kelembaban 50 - 70 %.

2) Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan

lapisan tanah yang gembur, memperbaiki drainase dan aerasi tanah,

meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak

atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm, kemudian dibuat bedengan

selebar 120 – 170 cm, tinggi 25 – 30 cm, serta panjang sesuai

disesuaikan dengan kondisi lahan. Saluran drainase dibuat dengan

lebar 40 - 50 cm dan kedalaman 50 - 60 cm. Apabila PH tanah kurang

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

14

dari 5,6 diberi Dolomit dosis ±1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan

dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk mencegah

serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO)

dicampur 25 – 50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu

taburkan merata di atas galengan tanah.

Gambar 1.5 Sketsa Penampang Atas Lahan (Sumber : Hasil Survay Lapangan)

Keterangan Gambar 1.5 di atas adalah sebagai berikut :

I. Tahap ini membuat lahan menjadi gendokan (parit tempat

aliran air) lebarnya 0,5 meter dan galengan (meninggikan

tanah) lebarnya 1,7 meter. Tanah dari sisa membuat cekungan

gendokan lalu dialihkan ke bagian galengan.

II. Setelah 5 hari dari tahap I lalu dilakukan tahap kedua yakni

meratakan tanah di bagian galengan yang masih belum rata.

III. Kemudian jarak 5 hari lagi di lakukan pencangkulan tanah

supaya tanah galengan lebih halus dari kondisi tanah

sebelumnya.

≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ Air I Air ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ 

≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ Air II Air≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ 

≈≈≈     ≈≈≈≈≈≈     ≈≈≈≈≈≈     ≈≈≈≈≈≈     ≈≈≈≈≈≈     ≈≈≈Air III Air≈≈≈     ≈≈≈≈≈≈     ≈≈≈≈≈≈     ≈≈≈≈≈≈     ≈≈≈≈≈≈     ≈≈≈

≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ Air  IV Air ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ 

≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ Air V Air≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ ≈≈≈     ≈≈≈ 

≈≈≈  √ √ √ ≈≈≈≈≈≈  √ √ √ ≈≈≈≈≈≈  √ √ √   ≈≈≈≈≈≈  √ √ √   ≈≈≈≈≈≈  √ √ √   ≈≈≈Air VI Air≈≈≈  √ √ √   ≈≈≈≈≈≈  √ √ √   ≈≈≈≈≈≈  √ √ √   ≈≈≈≈≈≈  √ √ √   ≈≈≈≈≈≈  √ √ √   ≈≈≈

0,5m 1,7m 0,5m

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

15

IV. Tahap yang ke IV di lakukan berjarak 7 hari dari tahap III, hal

ini dilakukan karena menunggu tanah menjadi kering, tahap ini

dilakukan pencangkulan kembali supaya tanah menjadi ideal

untuk tumbuhnya bawang merah.

V. Setelah 7 hari dari tahap IV maka selanjutnya tahap V yakni

masih sama seperti tahap sebelumnya, yaitu mengeringkan

tanah dan dilakukan pencangkulan supaya kondisi tanah lebih

halus lagi dan kondisi tanah menjadi gembur. Karena jika

kondisi tanah masih terlalu keras dan liat maka bawang merah

tidak akan bagus pertumbuhannya.

VI. Kemudian setelah 6 hari dari tahap sebelumnya dan tanah

kembali mengering, maka dilakukan tahap yang terakhir

menyiapkan tanah untuk siap di tanami bibit bawang merah.

Gambar 1.6 Proses Pengolahan Tanah (Sumber : Hasil Survay Lapangan)

3) Penyediaan Bibit

Pada umumnya perbanyakan bawang merah dilakukan dengan

menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah

satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang

merah. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang

cukup tua yaitu berumur 120 - 130 hari setelah tanam, dengan ukuran

sedang (beratnya 5 - 10 gram, diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit

tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak keriput, dan warnanya

cerah. Umbi bibit telah siap tanam apabila telah disimpan 2 - 4 bulan

sejak dipanen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Pengadaan

bibit unggul di Brebes lewat kerja sama dengan Universitas Gadjah

Mada, Institut Pertanian Bogor, maupun UNS.

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

16

Umbi bibit ditanam dengan jarak 10 x 20 cm atau 15 x 15 cm.

Lobang tanaman dibuat setinggi umbi dengan menggunakan alat

penugal. Umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lobang tanaman

dengan gerakan seperti memutar sekrup, hingga ujung umbi tampak

rata dengan permukaan tanah. Setelah tanam dilakukan penyiraman

dengan menggunakan embrat yang halus.

4) Penanaman dan Pemberian Pupuk Dasar

Setelah tanah selesai diolah dan bibit bawang telah di tanam

maka selanjutnya dilakukan kegiatan pemupukan. Dari pengakuan para

petani ada beberapa jenis pupuk yang harganya di subsidi oleh

pemerintah. Hal ini tentunya sangat membantu para petani untuk

menekan biaya pembudidayaan tanaman bawang merah. Adapun

perincian pemberian pupuk dengan contoh luas lahan ¼ bau yaitu

sebagai berikut :

Tabel 1.2 Pemberian Pupuk

Tahap Jumlah Pupuk (Kg)

Jenis Pupuk

Waktu Pemupukan

Pasca Tanam

Pemupukan I 60 SP36/Kompos 10 Hari

Pemupukan II 60 NPK Mutiara(20Kg)+UREA(40Kg) 20 Hari

Pemupukan III 60 NPK Holland(30Kg)+ZA(30Kg) 30 Hari

Pemupukan IV 40 KCL(25Kg)+KAMAS(15Kg) 36 Hari

Sumber : Hasil Survay Lapangan

5) Pengairan

Tanaman bawang membutuhkan air yang cukup dalam

pertumbuhannya. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan 1 kali

dalam sehari pada pagi hari atau sore, sejak tanam sampai menjelang

panen. Sumber irigasi di Brebes di antaranya berasal dari Waduk

Malahayu, Waduk Penjalin, Sungai Pemali, dan sejumlah anak Sungai

Pemali. Pola pengairan yaitu menggunakan pintu air sebagai

pengendali air yang akan masuk ke persawahan, yang sudah di buat

saluran-saluran air dari sumber air.

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

17

Gambar 1.7 Proses Penyiraman (Sumber : Hasil Survay Lapangan)

6) Menyiangan dan Pembumbunan

Menyiang dilakukan sesuai dengan kondisi gulma, minimal

dilakukan dua kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya pemupukan

susulan. Kegiatan membumbun dilakukan saat tanaman umur 30 dan

45 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan kondisi umbi sampai

muncul ke permukaan tanah.

7) Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bawang

merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun, nematoda

akar, bercak ungu alternaria, embun tepung, busuk leher batang,

otomatis/antraknose, busuk umbi, layu fusarium dan busuk basah. Ada

beberapa jenis hama atau penyakit yang dapat menyerang tanaman

bawang merah yang mana akan dapat mempengaruhi hasil produksi

tanaman bawang merah, diantara adalah sebagai berikut :

a. Hama ulat bawang (Spodoptera spp).

Serangan hama ini ditandai dengan bercak putih

transparan pada daun. Pengendaliannya adalah : Telur dan ulat

dikumpulkan lalu dimusnahkan, pasang perangkap ngengat

(feromonoid seks) ulat bawang 40 buah/ha, jika intensitas

kerusakan daun lebih besar atau sama dengan 5 % per rumpun

atau telah ditemukan 1 paket telur/10 tanaman, dilakukan

penyemprotan dengan insektisida efektif, misalnya Hostathion

40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC atau Florbac. Dari hasil

survay di Kecamatan Larangan di dapatkan beberapa cara

pencegahan hama ulat yakni menggunakan cahaya lampu yang

disertai wadah berisi oli di bawahnya dan dipasangkan di

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

18

beberapa titik di persawahan. Cara ini cukup efektif untuk

menarik kupu-kupu ke dalam cahaya lampu kemudian kupu-

kupu tersebut jatuh ke dalam wadah berisi oli, kupu-kupu

adalah indukan dari hama ulat berasal.

Gambar 1.8 Penanggulangan Hama Ulat (Sumber : Hasil Survay Lapangan)

b. Hama trip (Thrips sp.).

Gejala serangan hama thrip ditandai dengan adanya

bercak putih beralur pada daun. Penanganannya dengan

penyemprotan insektisida efektif, misalnya Mesurol 50 WP

atau Pegasus 500 EC.

Gambar 1.9 Penyemprotan Insektisida (Sumber : Hasil Survay Lapangan)

c. Penyakit layu Fusarium.

Ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir dan

pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian,

tanaman dicabut dan dimusnahkan.

d. Penyakit otomatis atau Antraknose.

Gejalanya bercak putih pada daun, selanjutnya

terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan

daun patah atau terkulai. Untuk mengatasinya, semprot dengan

fungisida Daconil 70 WP atau Antracol 70 WP.

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

19

e. Penyakit trotol atau bercak ungu (Alternaria).

Ditandai dengan bercak putih pada daun dengan titik

pusat berwarna ungu. Gunakan fungisida efektif, antara lain

Antracol 70 WP, Daconil 70 WP, dll untuk membasminya.

f. Gulma dan rumput liar.

Tanaman liar berupa gulma dan rumput liar.

Membasminya dengan cara mencerabut gulma dan rumput liar

tersebut sampai ke akar-akarnya.

Gambar 1.10 Proses Pemberantasan Gulma (Sumber : Hasil Survay Lapangan)

8) Panen dan Pasca Panen.

Bawang merah dipanen apabila umurnya sudah cukup tua,

biasanya pada umur 60 - 70 hari setelah tanam. Tanaman bawang

merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60 - 70% daun telah rebah

atau leher batang lunak, sedangkan untuk bibit kerebahan daun lebih

dari 90%. Panen dilakukan waktu udara cerah. Pada waktu panen,

bawang merah diikat dalam ikatan-ikatan kecil (1 - 1,5 kg/ikat),

kemudian dijemur selama (5 - 7 hari). Setelah kering (penjemuran 5 - 7

hari), 3 - 4 ikatan bawang merah diikat menjadi satu, kemudian bawang

dijemur dengan posisi penjemuran bagian umbi di atas selama 3 - 4

hari. Pada penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi

bawang dari tanah dan kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air

kurang lebih 85 %), umbi bawang merah siap dipasarkan atau disimpan

di gudang.

9) Kriteria Kualitas Bawang Merah.

Kriteria kualitas bawang merah yang dikehendaki oleh

konsumen rumah tangga adalah : umbi berukuran besar, bentuk umbi

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

20

bulat, warna kulit merah keunguan, dan umbi kering askip. Sedangkan

konsumen luar (export) yang dikehendaki adalah : umbi berukuran

besar, bentuk umbi bulat, warna kulit merah muda, dan umbi kering

lokal.

10) Persiapan, Pemeliharaan, Panen dan Pasca Panen

Secara garis besar pembudidayaan tanaman bawang merah

dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut :

a. Persiapan

Terdiri dari penyiapan bibit, pengolahan lahan.

b. Pemeliharaan

Pemeliharaan pertanian bawang merah terdiri dari :

penyiraman, pemupukan, pemberantasan hama, penyiangan.

c. Panen

- Waktu panen

Pemanenan bawang di daerah ini yaitu setelah berumur

60 - 65 hari. Dengan ciri-ciri tanamannya adalah sebagai

berikut :

Daunnya sudah mulai layu dan menguning.

Pangkal batang mengeras.

Umbi telah tersumbul keatas tanah dan lapisan umbi

telah penuh berisi dan berwarna merah.

- Cara panen

Bawang merah dalam cara pemanennya di cabut dengan

menggunakan tangan dan umbinya di bersihkan dari tanah yang

melekat.

d. Pasca Panen

Yaitu terdiri dari pembersihan, pengeringan dan

pemilihan umbi yang baik.

1.5.4 Sistem Informasi Geografi (SIG)

Teknologi SIG saat ini telah diterapkan diberbagai bidang dan

kegiatan, dari organisasi pemerintah hingga swasta, untuk kegiatan

perencanan maupun pemantauan (Dulbahri, 1993). Teknologi ini

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

21

dimanfaatkan untuk memecahkan suatu masalah, menentukan pilihan

ataupun menentukan suatu kebijakan berdasarkan metode analisis spasial

dengan menggunakan komputer sebagai alat untuk pengelolaan dan

pengolahan data sumberdaya yang diperoleh khususnya dalam penelitian

tingkat hasil produksi tanaman bawang merah.

Berbagai batasan SIG yang dikemukakan oleh (Marble et al, 1983;

Burrough, 1986; Culkin and Tomlinson, 1984 dalam Dulbahri, 1993),

mengarah pada suatu pengertian SIG yang berkembang saat ini. Pengertian

ini dikemukakan oleh (Aronoff, 1989) yang menyatakan bahwa SIG adalah

suatu sistem informasi yang mendasarkan pada kerja komputer yang

mempunyai kemampuan untuk menangani data geografis, meliputi

kemampuan untuk memasukkan, mengolah, memanipulasi, dan analisa data

serta memberi keluaran.

SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk menangani data spasial

yang mana di dalam SIG, data tersimpan dalam format digital. Jumlah data

yang besar dapat disimpan dan diambil kembali secara cepat dengan biaya

yang rendah dengan memanfaatkan sistem informasi berbasis kerja

komputer. Keunggulan SIG yang lainnya adalah kemampuan manipulasi

dan analisis data spasial dengan mengkaitkan data dan informasi atribut

untuk menyatukan tipe data yang berbeda kedalam suatu analisis tunggal.

Penerapan teknologi SIG yang berbasis kerja komputer di dalam

pemrosesan data dan penyajian keluaran dikatakan oleh (Dulbahri, 1993)

mencirikan adanya dinamisasi proses masukan, klarifikasi, analisis dan

keluaran hasil yang memungkinkan sistem informasi ini dapat menerima

dan memproses data dalam jumlah besar dan waktu relatif singkat.

Perencanaan suatu tindakan maupun pengambilan suatu keputusan

memerlukan analisis data yang mempunyai rujukan spasial atau geografis

(Dulbahri, 1993). Dikemukakan bahwa pengambilan keputusan

memerlukan pengetahuan yang didukung oleh konsep yang mapan,

sehingga informasi yang berkaitan dengan permasalahan harus dipilih dari

sejumlah besar data untuk mengetahui keadaan permasalahan tersebut

melalui pemrosesan dan analisis data.

Menurut (Aronoff, 1989 dalam Dulbahri, 1993), SIG terdiri dari

beberapa komponen yang dapat digunakan untuk menangani data spasial,

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

22

yaitu komponen masukan data, pengolahan data, manipulasi dan analisis

data serta keluaran data.

Uraian selanjutnya mengenai komponen-komponen SIG mengacu

pada (Weir et al, 1988 dalam Dulbahri, 1993) seperti tertera dibawah ini :

1. Komponen Masukan Data

Komponen masukan data merubah data dari berbagai bentuk

dan sumber kedalam bentuk yang dapat diterima dan digunakan dalam

SIG. Sumber data ini antara lain berupa peta, data lapangan maupun

tabel atribut yang berkaitan dengan data hasil produksi tanaman

bawang merah.

Pemasukan data kedalam SIG memerlukan waktu yang lama

dan merupakan salah satu keterbatasan dalam keseluruhan proses

didalam SIG. Disamping itu komponen ini harus dapat menjamin

konsistensi kualitas data dalam proses pemasukan dan penerimaan data

agar hasilnya benar dan dapat dimanfaatkan.

2. Komponen Pengolahan Data

Komponen pengolahan data SIG meliputi fungsi-fungsi yang

dibutuhkan untuk menyimpan atau menimbun dan memanggil kembali

data dari arsip data dasar. Efisiensi fungsi ini harus diutamakan

sehingga perlu dipilih metode yang paling sesuai dengan struktur data

yang digunakan. Perbaikan data dasar untuk mengurangi, menambah,

ataupun memperbaharui data dapat dilakukan dengan cara mengurangi,

menambah, ataupun memperbaharui data dapat dilakukan pada

komponen ini.

3. Komponen Manipulasi dan Analisis Data

Fungsi manipulasi dan analisis data membedakan informasi

yang dapat dihasilkan oleh SIG. Komponen ini dapat digunakan untuk

mengubah format data dan memperoleh parameter.

4. Komponen Keluaran Data

Komponen ini berfungsi untuk menanyakan informasi dan hasil

analisis data spasial secara kualitatif maupun kuantitatif yang berupa

peta ataupun arsip elektronik, yaitu tabel, data statistik, dan data dasar

lainnya. Keluaran data dapat digunakan sebagai dasar untuk

identifikasi informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

23

1.5.5 Kartografi dan Peta

Kartografi merupakan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi

rnengenai pembuatan peta sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen-

dokumen ilmiah dan hasil karya seni. Dalam konteks ini, peta dianggap

sebagai suatu hasil karya seni dalam kerangka ilmiah yang benuansa ilmu

pengetahuan tentang pembuatan termasuk semua tipe peta, plan (peta skala

besar), charts, bentuk 3 dimensi dan globe yang menyajikan model bumi

atau sebuah benda angkasa pada skala tertentu. Peta itu sendiri menurut

ICA dalam Robinson A. H, 1995 adalah gambaran konvensional dan

selektif yang diperkecil, biasanya dibuat pada bidang datar, dapat meliputi

perwujudan (features) dari permukaan bumi atau benda angkasa.

Peta dasar adalah peta yang berisikan informasi topografi dan di

gunakan sebagai dasar untuk ploting informasi tematik. Peta dasar pada

hakekatnya adalah peta topografi. Istilah peta dasar umumnya juga

digunakan dalam pemetaan topografi, suatu peta topografi menjadi peta

dasar buntuk pembuatan peta topografi lainnya. Peta yang umum

digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan tematik adalah peta topografi

disebut juga peta Rupa Bumi Indonesia (RBI). Tidak semua

elemen/kenampakan pada peta topografi digunakan dalam peta dasar.

Elemen peta dasar biasanya terdiri dari : grid dan graticule, pola aliran

sungai, relief, permukiman, jaringan transportasi, batas administrasi, nama-

nama geografi.

Ada 4 cara penyajian data geografi yakni : Deskriptif (ditulis, lisan,

dll), tabular (tabel), grafik dan diagram, peta (dapat mengetahui hubungan

keruangan). Dilihat dari segi fungsinya peta khusus atau peta tematik

adalah peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu yang rnempunyai

hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya seperti ekonomi,

trarnsportasi, aliran lalu lintas dan lain-lain. Begitupun dengan Pemetaan

Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari

Tahun 2006 – 2010 Dengan Menggunakan Software ArcView 3.2.

Dari definisi di atas dapat dimengerti bahwa tugas seorang

kartografer adalah membuat peta yaitu merancang peta yang meliputi

desain simbol, tata letak peta, isi peta dan generalisasi. Peta adalah suatu

media komunikasi grafis yang berarti informasi yang diberikan dalam peta

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

24

berupa gambar atau simbol. Peta sendiri berdasarkan isi dan skalanya

dibagi menjadi dua yaitu peta umum dan peta khusus atau tematik. Peta

umum merupakan peta yang memuat kenampakan umum, baik

kenampakan fisik maupun kenampakan sosial ekonomis (medan asli dan

medan buatan) yang meliputi peta topografi, peta chorografi dan peta dunia

(atlas), sedangkan peta khusus atau tematik adalah peta yang memuat

kenampakan khusus atau tema-tema khusus seperti peta pariwisata, peta

perdagangan dan lain sebagainya.

Penggambaran peta tematik harus mencangkup tiga aspek penting

yaitu desain peta dasar, desain simbol/isi peta dan desain tata letak

peta/layout.

A Desain Peta Dasar

Dalam penyusunan peta diperlukan terlebih dahulu adalah peta

dasar, yang merupakan kerangka untuk menempatkan unsur–unsur,

ataupun obyek yang akan dipetakan. Peta dasar dapat diturunkan dari

peta Rupa Bumi dan Peta Topografi Dalam penelitian ini sumber

pembuatan peta dasar adalah peta Rupa Bumi skala 1 : 25.000. Untuk

memenuhi efisiensi maka peta dasar tersebut diperkecil dengan

pertimbangan. Data terbesar dan terkecil masih dapat tercermin dan

jelas, unit terkecil dari wilayah administrasi dapat digambarkan. Peta

dasar ini memuat unsur-unsur geografi, seperti: grid dan graticule, pola

aliran, relief, unit administrasi komunikasi seperti: jalan, rel kereta api,

unit administrasi dan nama–nama geografis :

1. Grid dan Graticule (Lintang dan bujur)

Grid berfungsi untuk mengetahui dan menentukan koordinat

titik-titik diatas peta. Graticule digunakan untuk orientasi

secara kasaran dari suatu tempat.

2. Pola Aliran

Pola aliran bisa berupa saluran yang yang terbentuk secara

alami, seperti sungai atau buatan manusia, saluran irigasi.

3. Relief

Gambaran yang menyatakan suatu tinggi rendahnya suatu

permukaan fisik bumi. Dalam peta dasar relief dinyatakan

dengan garis kontur. Relief digunakan untuk orientasi

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

25

pembuatan peta tematik bidang teknik sipil, pembuatan irigasi

atau jalan.

4. Permukiman

Hal ini berkaitan dengan kepentingan sosial ekonomi. Peta

sosial ekonomi ini sering diperlukan pada perencanaan kota

untuk daerah permukiman.

5. Bentuk Perhubungan

Jalan dan rel kereta apa merupakan unsur yang penting dalam

peta dasar, unsur ini digunakan untuk orientasi. Ini sangat

penting untuk kegiatan sosial ekonomi, seperti peta pariwisata.

6. Unit Administrasi

Unsur ini penting untuk pembuatan peta sosial ekonomi

7. Nama–nama geografis

Nama–nama geografis berupa sungai, unit administrasi dan

nama daerah.

8. Detail Lainya

Detail lainya dibuat diatas peta dasar secara terbatas sesuai

dengan kebutuhanya, misalnya daerah hutan, pola land use dan

lain-lain. Detail–detail ini biasanya dinyatakan dalam bentuk

simbol (Saraswati, 1979).

B Desain Simbol/Isi Peta

Simbol adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggambarkan

keadaan medan dan letaknya didalam peta. Simbol yang baik adalah

simbol yang sudah dikenal dan mudah digambar. Didalam pembuatan

peta pemasukan simbol–simbol inilah menyebabkan peta dapat dibaca.

Simbol–simbol ini mempunyai arti dan bentuk sehingga dengan

mengetahui arti dan bentuk simbol tersebut maka pemilihan simbol

disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari pembuatan peta. Secara

garis besar simbol–simbol yang digunakan dalam peta tematik hanya

mempunyai ketentuan sesuai temanya. Simbol mempunyai peran

penting dalam proses komunikasi peta. Informasi dari peta dapat

dibaca dengan simbol tersebut, sehingga simbol yang digunakan harus

sesuai dengan tema dan tujuan pemetaan. Simbol menurut bentuk

dapat dibagi menjadi 3 yaitu, simbol titik, simbol garis dan simbol

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

26

bidang. Sedangkan wujud simbol dalam kaitanya dengan unsur yang

digambarkan dapat dibedakan abstrak, setengah abstrak dan nyata

(piktorial).

Pewarnaan pada peta dasar juga merupakan cara

berkomunikasi, pemberian warna disesuaikan dengan unsur yang

digambarkan, seperti: tubuh air sesuai dengan warna biru, vegetasi

dengan warna hijau dan diusahakan menarik serta memberikan kesan

jelas bagi pengguna.

C Desain Tata Letak Peta (Layout)

Kegiatan ini merupakan perencanaan bentuk akhir dari peta,

yaitu dengan pertimbangan posisi dan besarnya peta, sehingga peta

tampak serasi dan seimbang. Untuk itu semua informasi tepi peta yang

akan diletakan dalam peta dasar perlu diatur dan disesuaikan dengan

elemen-elemen lainnya. Penentuan tata letak peta harus

mempertimbangkan cara-cara yang tepat dan menyentuh perasaan

tertarik (sensible) dan juga unsur keindahan juga dipertimbangkan.

Salah satu faktor yang diperhatikan adalah adanya keseimbangan

(balance) dalam tata letak dan informasi tepi. Ukuran huruf (text), tipe

huruf (style) mempunyai peranan pula dalam komposisi tata letak

informasi.

Secara sederhana simbol dapat diartikan sebagai suatu gambar

atau tanda yang mempunyai makna tertentu. Simbol dalam peta

mernpunyai peran yang sangat penting, bahkan dalam peta-peta

khusus, simbol merupakan informasi utama untuk menunjukkan tema

suatu peta. Menurut bentuknya, simbol dapat dibedakan menjadi

simbol titik, garis dan area. Sedangkan wujud simbol dalam kaitannya

dengan unsur yang digambarkan dapat dibedakan menjadi simbol

abstrak, setengah abstrak dan nyata atau piktorial. Simbol piktorial

adalah simbol yang dalam kenampakan wujudnya ada kemiripan

dengan wujud unsur yang digambarkan, sedangkan simbol geometrik

adalah abstrak simbol yang wujudnya tidak ada kemiripan dengan

wujud unsur yang digambarkan. Disamping itu ada simbol huruf dan

angka.

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

27

Dalam membuat atau mendesain sebuah peta, agar informasi

yang akan disajikan dapat memenuhi kebutuhan pengguna peta maka

segala informasi yang berkaitan dengan kebutuhan pengguna peta

harus disajikan sebaik mungkin terutama dalam hal kemudahannya

untuk dibaca dan diinterpretasi. Informasi tersebut ditempatkan pada

informasi tepi yang mencakup informasi penting. Informasi tepi

tersebut membentuk suatu susunan atau tata letak peta atau yang sering

disebut dengan komposisi peta. Penentuan tata letak peta harus

mempertimbangkan berbagai macam hal yang menimbulkan berbagai

macam kesan keindahan disamping tetap mempertahankan

keseimbangan peta secara keseluruhan agar tidak menimbulkan kesan

yang rumit.

Sebelum menggunakan peta, maka yang perlu diperhatikan

pertama kali adalah informasi tepi yang banyak mempertimbangkan

dan memberikan informasi penting untuk dipahami oleh pengguna

peta. Pada peta topografi lama maupun peta rupa bumi yang dibuat

oleh BAKOSURTANAL, tata letak informasi tepi ini telah dibakukan

agar pengguna peta menjadi terbiasa untuk menemukan berbagai jenis

informasi yang diperlukan pada bagian yang sama pada tepi semua

peta meskipun berbeda skalanya.

Informasi tepi peta dibedakan menjadi 2 yaitu informasi yang

bersifat khusus dan yang bersifat umum. Informasi umum meliputi

identifikasi peta (nomor peta, nomor lembar peta dan keterangan

edisi), skala peta, kontur, interval kontur, simbol, petunjuk pembacaan

grid dan gratikul, indeks lembar peta, arah utara magnetik, indeks

lembar peta (istilah atau nama-nama geografi dan singkatannya yang

digunakan dalam peta). Sedangkan informasi khusus terdiri dari

informasi teknis mengenai grid, proyeksi datum geodesi dan tinggi,

informasi mengenai revisi peta dan reabilitas serta koordinat geografi

pada sudut-sudut peta.

Pada peta tematik, komposisi peta terutama disusun dengan

mempertahankan keseimbangan tata letak peta di samping keserasian

dalam hal ukuran dan tipe huruf. lnformasi tepi yang penting hampir

sama untuk semua jenis peta, yaitu paling tidak mencakup judul peta,

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70534/potongan/diploma-2014...Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) pada masa panen raya adalah salah

28

daerah yang dicakup, skala, orientasi utara, legenda, grid lintang dan

bujur, serta indeks atan petunjuk letak peta.

Pemetaan Hasil Produksi Tanaman Bawang Merah di Kecamatan Larangan dari Tahun 2006 – 2010DenganMenggunakan Software ArcView 3.2ANGGA BAGUS SEPTIANTOUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/