BAB I PENDAHULUAN -...
-
Upload
nguyennguyet -
Category
Documents
-
view
234 -
download
4
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kurun waktu beberapa tahun ini Kota Palembang terus mengalami
perkembangan yang pesat dan cukup dikenal dalam lingkup Internasional. Belum
lama ini Kota Palembang menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan SEA GAMES
2012 dan ISLAMIC SOLIDARITY 2013. Dalam menanggapi hal ini pemerintah juga
telah berusaha mengembangkan sektor pariwisata Palembang guna menunjang daya
tarik kota sebagai tuan rumah dan juga demi upaya meningkatkan pendapatan daerah.
Palembang mempunyai beberapa ikon dan landmark yang dikenal seperti Jembatan
Ampera, kerajinan songket, pempek, pulau kemaro, museum-museum peninggalan
Kerajaan Sriwijaya, Benteng Kuto Besak (BKB) dan bangunan-bangunan
peninggalan Kerajaan Sriwijaya lainnya.
Dari beberapa ikon dan landmark tersebut menciptakan suatu potensi yang
dapat digali dan dikembangkan dalam sektor pariwisata. Kota Palembang terkenal
sebagai Kota tua, yang pernah menjadi pusat pendidikan agama Buddha dan banyak
memiliki bangunan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yangtersebar di seluruh kota dan
sekitarnya.Namun sebagian
besar dari situs-situs
tersebuttidak terjaga
kondisinya. Salah satu
bangunanpeninggalan pada
masa kerajaan dan kolonial
Palembang adalah Benteng
Kuto Besak (BKB) yang
Gambar 1: Lapangan Benteng Kuto Besak Sumber : Hasil Dokumentasi 2013
2
terletak langsung di koridor Sungai Musi dan berbatasan langsung dengan Sungai
Musi yang memiliki akses langsung ke pusat kota.
BKB merupakan kawasan tertua di Palembang. Benteng Kuto Besak adalah
bangunan kraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang.Dalam
sejarahnya gagasan pembangunan benteng ini dicetus oleh seorang tokoh Kesultanan
Palembang, yakni Sultan Mahmud Badaruddin. Benteng ini mulai dibangun pada
tahun 1780 dan mulai dipergunakan pada tahun 1797. Letaknya yang strategis yakni
berdekatan dengan Jembatan Ampera dan dilewati oleh Sungai Musi merupakan hasil
rancangan arsitektur pada masa tersebut. Saat era penjajahan Belanda dimulai
kesultanan Palembang pun runtuh sehingga Kawasan Benteng Kuto Besak di ambil
alih oleh Belanda. Setelah masa kolonialisme penjajahan Belanda berakhir, Kawasan
Benteng Kuto Besak dari masa kemerdekaan sampai sekarang ditempati oleh
KODAM (Komando Daerah Militer) Sriwijaya.
Kehidupan masyarakat Kota Palembang tidak dapat dipisahkan dari Sungai
Musi karena Kota Palembang terbelah menjadi dua,yakni daerah ulu dan daerah ilir
yang dihubungkan masing-masing oleh Jembatan Ampera. Daerah dan kawasan yang
terletak dikoridor Sungai Musi merupakan daerah potensional dalam
pengembangan/revitalisasi budaya dengan konsep air. Pemerintah kota Palembang
juga telah berusaha menonjolkan konsep air dalam pengembangan kota Palembang.
Melihat dinamika perkembangannya kawasan sekitar Benteng Kuto Besak telah
berkembang sangat pesat
mengikuti perkembangan Kota
Palembang. Saat ini daerah
kawasan tersebut telah
berkembang menjadi kawasan
multifungsional dari area
perdagangan, wisata kultural,
Gambar 2 : Sungai Musi Sumber : Diakses melalui palembanggov.co.id pada agustus 2013
3
wisata rekreasi dan pemerintahan. Kawasan ini telah mengalami pasang surut
perkembangan sampai pada tahun 2002 tepat di depan Benteng Kuto Besak di buat
sebuah plaza yang sebelumnya hanya sebuah lahan kosong. Namun apabila
diperhatikan masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi infrastruktur dan
atraksi. Salah satu komponen yang harus dimiliki dalam suatu objek wisata adalah
atraksi (Diarta, 2009).
Potensi lain yang dimiliki kawasan ini adalah lokasinya yang dikelilingi oleh
berbagai, bangunan cagar budaya seperti Museum Sultan Mahmun Badaruddin II,
Monpera, Masjid Agung dan kampung kapiten yang merupakan kampung tradisional
di Kota Palembang. Kampung Kapiten sendiri terletak bersebrangan melewati Sungai
Musi dari BKB.
Kampung Kapitan terletak di Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I,
Palembang. Luas keseluruhan komplek perkampungan ini kurang lebih adalah 20
hektar. Secara spesifik Kampung Kapitan terletak di bagian selatan tepian Sungai
Musi hingga ke tepian jalan K.H.A. Azhary di bagian selatan. Bagian barat
berbatasan dengan sungai Kelenteng (saat ini sudah mati) dan bagian timur
Gambar 3 :Kondisi salah satu Rumah tradisional di Kampung Kapiten Sumber : Diakses melalui adrianfajriansyah.blogspot.com pada agustus 2013
4
berbatasan dengan sungai Kedemangan. Kampung Kapiten ini merupakan daerah
bekas peninggalan masyarakat tiongha pada masa kolonial Belanda. Di daerah ini
dianggap sebagai tempat masyarakat asli Palembang yang juga memiliki bangunan
berupa rumah-rumah adat unik perpaduan antara China dan Palembang. Namun,
apabila diperhatikan keadaan kawasan tradisional ini cukup memprihatinkan. Bahkan
beberapa penghuni keturunan asli dari pendiri rumah tersebut telah menjualkan
rumahnya ke orang lain. Mereka yang masih bertahan pun kesulitan dari segi
ekonomi untuk melakukan pemeliharaan sendiri. Kondisi rumah-rumah tradisional
tersebut sangat buruk. Dalam hal ini perlu penanganan khusus dari pemerintah guna
melestarikan bangunan budaya ini yang juga dapat dikembangkan sebagai daerah
wisata budaya.
Antara Kawasan Benteng Kuto Besak dan Kampung Kapiten ini dihubungkan
oleh dermaga. Masing-masing dermaga mempunyai aktifitas cukup padat dan
seharusnya dapat diintegrasikan antara kedua kawasan ini. Nilai-nilai kebudayaan
yang terdapat disepanjang koridor sungai musi dan jembatan ampera ini belum
dimanfaatkan secara maksimal. Secara lokal dinamika perkembangan Kawasan BKB
telah menciptakan ruang bagi masyarakat, namun secara potensial kawasan ini dapat
dikembangkan lebih. Berdasarkan ketetapan keputusan Walikota Palembang No. 782
tahun 2004 kota Palembang telah menetapkan Kawasan BKB menjadi kawasan
wisata dan pada tahun 2008 menggalakkan “Visit Musi 2008”, dimana salah satu
obyek wisata yang dijadikan tujuan wisata yaitu berada di Kawasan Benteng Kuto
Besak. Hal ini juga tertuang pada RTRW Tahun 2004 dan RDTRK Pusat Kota
Tahun 2005 yang menyatakan bahwa kawasan Benteng Kuto Besak merupakan
kawasan konservasi atau kawasan cagar budaya yang dimanfaatkan sebagai
kawasan wisata. Dalam hal ini dapat diintegrasikan antara Kawasan BKB dan
Kampung Kapitan yang terletak bersebrangan.
5
Dari uraian diatas Kawasan BKB dan Kampung Kapiten merupakan kawasan
potensional yang juga memiliki berbagai macam permasalahan yang harus ditangani.
Dalam hal ini perlu juga dilakukan pengembangan guna memaksimalkan potensi dan
memenuhi kebutuhan kawasan unggulan bagi kota Palembang. Dalam
mengembangkan sektor pariwisata tentu juga perlu meningkatkan nilai-nilai
kebudayaan yang ada. Melihat dari kondisi Kawasan BKB yang memiliki banyak
bangunan cagar budaya seperti monumen, museum dan Kampung Kapiten, nilai
kebudayaan menjadi dasar dalam pengembangan kawasan ini. Bangunan cagar
budaya dan kampung tradisional tersebut perlu ditangani secara serius tidak hanya
pada pemeliharaan namun diperlukan adanya peremajaan untuk menumbuhkan nilai-
nilai yang telah hilang. Disamping itu lokasi yang berada di pinggir Sungai Musi
merupakan sumber inovasi dalam meningkatkan nilai wisata dan budaya tersebut.
Berdasarkan ketetapan Walikota Palembang memang telah banyak mengalami
perubahan namun belum terintegrasi antara potensi wisata yang satu dengan yang
lain. Pada tahun 2007 kunjungan wisatawan domestik mencapai 1.378.894 orang
yang mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 21.000-an orang dan
cenderung stabil dari tahun 2005 – 2007. Hal ini merupakan acuan dimana perlunya
pengembangan kawasan ini. Dalam hal ini akan dilakukan perencanaan terhadap
kawasan sekitar jembatan ampera dan kampung kapiten dengan memanfaatkan
konsep koridor pinggir sungai.
1.2 Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas dapat dirangkum permasalahan yang terdapat dalam
pengembangan kawasan Benteng Kuto Besak ini dan kawasan Kampung Kapitan,
yaitu:
1. Kondisi lingkungan disepanjang koridor Sungai Musi tidak terkelola dengan
baik (masih terdapat permukiman kumuh di bantaran sungai).
6
2. Kondisi bangunan cagar budaya dan rumah adat kampung Kapitan tidak
terawat dan terpelihara dengan baik.
3. Kurangnya atraksi di koridor Sungai Musi.
4. Fasilitas sarana prasarana untuk menunjang kegiatan dikawasan tersebut tidak
terpelihara dengan baik dan masih terbatas.
5. Aksesibilitas antar objek wisata melalui sungai belum teroptimalkan dengan
baik.
6. Lingkungan yang kotor akibat banyak sampah yang berserakan tidak pada
tempatnya.
7. Pedagang kaki lima yang tumpah dan semakin menyebar ke jalan.
8. Kemacetan dibeberapa titik yang mengganggu sirkulasi dan menciptakan
kondisi semberaut.
1.3 Tujuan Perencanaan
Berdasarkan permasalahan di atas perencanaan ini dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya penyalahgunaan pemanfaatan daerah tepian, menjaga
kelestarian bangunan budaya dan ekologi lingkungan, sertamemberikan suatu ruang
yang dapat dinikmati seluruh komponen masyarakat. Maka dari itu tujuan
perencanaan kawasan ini adalah “Untuk merencanakan kawasan cultural
waterfront dengan pengoptimalan karakteristik tepian sungai yakni konsep
riverwalk menjadi suatu kawasan wisata budaya”.
7
Kawasan Benteng Kuto Besak
Kawasan KampungKapitan
1.4 Ruang Lingkup Proyek
1.4.1 Lokasi
Penetapan lokasi kawasan perencanaan didasarkan dari potensi dan kebutuhan
masyarakat Kota Palembang akan destinasi wisata yang terkelola dengan baik.
Perencanaan terhadap kawasan Jembatan Ampera di buat dalam bentuk
masterplan/rencana induk kawasan. Adapun ketentuan dari pembuatan masterplan ini
di dasari dengan pembuatan peta 1 : 3000 yang selanjutnya dikembangkan dengan
arahan strategis berdasarkan pengamatan mendalam terhadap kawasan.
Adapun kawasan perencanaan ini terdiri dari Benteng Kuto Besak yang
terletak di pusat Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan tepatnya terletak di
sebelah utara Sungai Musi. Areal ini dibatasi dengan Sungai Sekanak yang terletak di
sebelah barat, Sungai Tengkuruk yang terletak di sebelah timur, dan Sungai Kapuran
di sebelah utara. Dapat dilihat pada gambar (gambar 4) lokasi Benteng Kuto Besak
(BKB) terletak di utara kawasan. Sedangkan Kampung Kapiten yang terletak di
selatan dari kawasan perencanaan berlokasi di Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang
Ulu I, Palembang. Luas keseluruhan komplek perkampungan ini kurang lebih adalah
20 hektar. Kampung Kapiten ini terletak di sebelah selatan dari Benteng Kuto Besak
Gambar 4 : Peta kasar lokasi proyek Sumber : Diakses melalui googleearth pada agustus 2013
8
bersebrangan melewati Sungai Musi. Kedua kawasan ini masing-masing
dihubungkan oleh dermaga dan Jembatan Ampera yang terletak di sebelah kedua
kawasan ini.
Adapun kawasan perencanaan terdiri dari:
a) Plaza Benteng Kuto Besak; terletak di depan benteng dan langsung
menghadap ke Sungai Musi
b) Museum Sultan Mahmud Badarudin II; terletak disebelah timur dari Benteng
Kuto Besak
c) Monumen Perjuangan; terletak tepat dibelakang dari Museum Sultan
Mahmud Badaruddin II
d) Masjid Agung ; terletak di Selatan dari Monumen Perjuangan
e) Pasar 16 ilir ; terletak di sebelah Timur dari Jembatan Ampera
f) Kampung kapiten ; terletak di sebelah barat Jembatan ampera
1.4.2 Fokus
Dalam pengembangan kawasan koridor Sungai Musi di Kawasan Benteng
Kuto Besak dan Kampung Kapitan difokuskan terhadap pengembangan sektor
pariwisata meliputi sarana prasarana kawasan, atraksi wisata, dan peremajaan/
revitalisasi terhadap bangunan cagar budaya dan bangunan yang memiliki nilai-nilai
kebudayaan. Maka fokus dari proyek ini:
a. Mengkaji spot-spot yang berpotensi dalam pengembangan wisata yang
terdapat di kawasan sekitar jembatan ampera
b. Mengkaji kebutuhan fasilitas pendukung wisata
c. Menganalisa permasalahan kawasan
d. Pengembangan aksesibilitas antar destinasi wisata yang juga memanfaatkan
transportasi air melewati sungai musi
e. Pemeliharaan, peremajaan dan revitalisasi terhadap bangunan cagar budaya
dan rumah tradisional kampung kapitan
9
1.5 Proyek Terkait
Sejauh yang diketahui penulis belum terdapat proyek dengan judul
“Perencanaan Kawasan Wisata Cultural Waterfront dengan Konsep Riverwalk
Di Sekitar Jembatan Ampera”. Adapun beberapa penelitian/proyek yang
menyerupai diantaranya :
1. Edi Setiawan, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Kota Universitas Gadjah
Mada menuliskan skripsi dengan judul “Revitalisasi dan Pengembangan
Kawasan Waterfront Benteng Kuto Besak Palembang”. Skripsi ini dibuat
pada tahun 2002. Dalam skripsi ini lokasi yang menjadi perencanaan hanya
Kawasan Benteng Kuto Besak saja. Selain itu, pada proyek ini berfokus
terhadap revitalisasi kawasan tepian.
2. Winda Marliza, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Kota Universitas
Gadjah Mada menuliskan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Plaza Benteng
Kuto Besak sebagai Ruang Publik di Tepian Sungai Musi Kota Palembang”.
Skripsi ini dibuat pada tahun 2013. Jenis skripsi yang diambil pada judul ini
merupakan penelitian dan fokus dari judul tersebut adalah pengamatan
terhadap pola pemanfaatan ruang yang terjadi dan faktor yang
mempengaruhi kegiatan yang terjadi pada kawasan Benteng Kuto Besak
1.6 Output Perencanaan
Output perencanaan merupakan suatu produk yang dihasilkan dalam suatu
perencanaan. Produk tersebut merupakan suatu keluaran atau capaian yang didapat
dari proses perencanaan tersebut. Adapun produk yang didapatkan dalam
perencanaan kawasan Jembatan Ampera di Kota Palembang tersebut adalah:
1. Analisis Potensi dan Permasalahan; berupa hasil analisis situasi dan kondisi
dari Kawasan Jembatan Ampera yang di klarifikasi berdasarkan potensi dan
10
permasalahan kawasan. Dalam analisis potensi permasalahan ini juga meliputi
amatan terhadap komponen-komponen kawasan seperti sarana dan prasarana.
2. Rencana kawasan; merupakan hasil dari rencana terhadap Kawasan Jembatan
Ampera yang di dapat berdasarkan konsep dan arahan perencanaan. Dalam
laporan rencana tersebut berisi rencana terhadap desain fisik, arahan sistem
sirkulasi dan parkir, rencana penataan ruang, rencana pemanfaatan ruang dan
rencana peremajaan.
3. Concept design; berupa penggabungan konsep yang disesuaikan dengan hasil
analisis dan permasalahan serta kondisi karakteristik Kawasan Jembatan
Ampera Kota Palembang
4. Album Peta; berupa peta hasil analisis maupun rencana dengan skala 1:3000
yang dilampirkan dalam ukuran A3
5. Album gambar; berupa gambar-gambar hasil dari rencana kawasan yang di
buat dalam bentuk 3D yang dilampirkan dalam ukuran A3 bersama dengan
peta 2D
1.7 Kerangka Konsep
Dalam melakukan perencanaan Kawasan Jembatan Ampera ini digunakan
suatu kerangka konsep pengembangan sebagai bentuk dari sistem yang akan
dilakukan dalam perencanaan kawasan. Langkah pertama diawali dengan penjabaran
karakteristik umum kawasan perencanaan yang kemudian selanjutnya adalah
dilanjutkan dengan menggali teori-teori serta best practice yang berhubungan dengan
karakteristik kawasan. Langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi potensi dan
permasalahan pada kawasan perencanaan dan mengklarifikasikan point-point
berdasarkan teori yang telah di dapat sehingga dapat ditentukan suatu konsep
pengembangan yang cocok. Selanjutnya akan di buat suatu rencana (urban design)
yang dibuat berlandaskan dari konsep tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada kerangka berikut:
11
Gambar 5: Kerangka konseptual
Sumber : Hasil Analisis Penulis 2014
1.8 Kerangka Acuan Kerja
Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan membahas runtutan atau proses yang
didapat dari perencanaan kawasan Jembatan Ampera. Urutan tersebut dimulai dari
Kawasan Jembatan
Ampera
Kawasan
tepian sungai
Kawasan
heritage
Fisik Sosial &
budaya Ekonomi
Analisis potensi &
permasalahan
Preseden
Waterfront
Konservasi
Revitalisasi
Rekontruksi
Preservasi
Wisata
Budaya
Atraksi
Fasilitas
Aksessibilitas
Image
Urban Design
Konsep
12
pengumpulan data dan diakhiri dengan hasil akhir sebuah rencana. Adapun
runtutannya adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Dalam melakukan pengumpulan data terhadap kawasan perencanaan dilakukan
dengan dua metode, yaitu survei primer dan survei sekunder.
a) Survei primer; yaitu merupakan data yang di dapat dari hasil observasi langsung
ke lapangan
b) Survei sekunder; yaitu pengumpulan data yang di ambil dari instansi-instansi
terkait dengan kawasan perencanaan. Hal ini meliputi profil dari kawasan
perencanaan.
2. Analisis
Dalam tahap ini dilakukan proses analisis dari dua sisi, yaitu analisis potensi dan
analisis permasalahan. Dalam melakukan analisis juga menampung dari isu, dan
wacana terhadap kawasan perencanaan
3. Konsep dan Arahan Perencanaan
Pada tahap ini merupakan pemilihan dari proses atau metode perencanaan yang
akan di gunakan untuk akhirnya didapatkan suatu arahan perencanaan. Dalam
pemilihan metode/konsep ini di dasari dengan pengambilan teori-teori yang berkaitan
dengan kawasan perencanaan dan melakukan best practice perkembangan kawasan
yang memiliki karakteristik menyerupai dengan kawasan perencanaan.
4. Rencana
Pada tahap ini merupakan penjabaran dari apa yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan, memanfaatkan potensi maupun untuk mencapai tujuan
dari perencanaan.
Adapun untuk paparan lebih jelas, Kerangka Acuan Kerja (KAK) dapat dilihat
pada bagan berikut:
13
Gambar 6 : Bagan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sumber : Hasil Analisis Penulis 2014
Pengumpulan Data
Survei Primer
Observasi Survei Sekunder
Instansi Profil Kawasan
- Pola dan Struktur
Ruang
- Intensitas Ruang
- Sarana Prasarana
- Sosial Ekonomi
Isu dan Wacana
Kawasan
Analisis
Permasalahan - Pedagang Kaki Lima yang
sembraut - Kondisi bangunan-bangunan
penting pada kawasan rusak - Kemacetan dan Tidak Tertib - Lingkungan yang kotor
Potensi - Memiliki Banyak Bangunan Hitorical - Letak geografis di tepian sungai - Terletak di satuan Wilayah Pusat Kota
(SWK) - Memiliki banyak lahan kosong yang
belum termanfaatkan
Konsep dan Arahan
Perencanan
Rencana
- Peningkatan Fisik Bangunan
- Pengoptimalan Fungsi Lahan Tepian
- Konservasi dan Penataan Terhadap Bangunan Cagar Budaya
- Fasilitas Pendukung Sarana dan Prasarana
- Peningkatan Atraksi Kawasan
- Pengintegrasian Antar Pusat-Pusat Kegiatan
- Tepian