BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/23757/4/T_GEO_1303351_Chapter1.pdf · yang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/23757/4/T_GEO_1303351_Chapter1.pdf · yang...
1
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan esensial bagi makhluk hidup di bumi
baik manusia, hewan, maupun tumbuhan untuk bertahan hidup. Tidak ada
makhluk hidup yang dapat bertahan tanpa air. Manusia mungkin dapat hidup
beberapa hari tanpa makan, akan tetapi manusia tidak akan bertahan selama
beberapa hari jika tidak minum. Kehidupan yang ada di bumi ini dapat terus
berlangsung karena tersedianya air yang cukup. Susana (2003, hlm. 17)
mengemukakan “... tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air,
karena air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan...”. Air merupakan
material yang membuat kehidupan terjadi di bumi ini.
Ketersediaan air diperlukan tidak hanya dari segi kuantitas saja namun
juga dari segi kualitas yang harus tetap memenuhi standar sesuai dengan
peruntukannya. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, maka
kebutuhan air pun meningkat, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang
mahal dan pada musim tertentu menjadi barang langka. Di kota-kota besar, tidak
mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai bahan baku air bersih
yang bebas dari pencemaran, karena air banyak digunakan oleh kegiatan industri
yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang produksinya. Di sisi lain, tanah
yang merupakan cadangan air sudah banyak ditutup untuk berbagai keperluan
seperti perumahan, dan industri tanpa mempedulikan fungsi dari tanah tersebut
sebagai wahana simpanan air untuk masa datang.
Jika keseimbangan ketersediaan air terganggu maka air dapat menjadi
suatu bencana manakala jumlahnya terlalu besar atau terlalu kecil. Di beberapa
tempat ketika musim hujan tiba jumlah air yang terlalu besar mempunyai
kekuatan destruktif yang merusak dan mengakibatkan terjadinya bencana banjir,
setelah musim berganti kemarau maka bencana kekeringan (drought) melanda.
Peristiwa yang ironis ini menjadi penanda adanya ketidakseimbangan antara air
2
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
yang masuk ke dalam tanah dan air yang dikeluarkan dari dalam tanah. Kodoatie
dan Sjarief (2008, hlm. 3) mengemukakan :
Yang memprihatinkan adalah kedua bencana tersebut akhir-akhir ini
cenderung meningkat. Daerah langganan banjir menjadi lebih luas, ada
daerah yang tadinya tidak banjir sekarang mulai merasakan banjir. Di
bagian atas, banjir yang besar dengan kekuatan tinggi menjadikan aliran
air berubah menjadi banjir bandang yang membawa lumpur, batu-batuan
besar dan juga menimbulkan longsor. Dengan bukti nyata peningkatan
bencana sangat dikhawatirkan dampak yang terjadi akibat pembangunan
yang cenderung mengeksploitasi sumber-sumber daya alam secara
membabi buta. Salah satu dampaknya adalah krisis air (baik banjir,
longsor, maupun kekeringan) yang telah menjadi persoalan hidup yang
kompleks yang harus segera dipecahkan.
Terjadinya krisis air akan merugikan manusia sendiri. Masalah kualitas air, banjir,
dan kekeringan pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas manusia yang hanya
mementingkan kepentingannya sendiri, sementara alam yang memberikan air
tersebut tidak dipedulikan kelestariannya. Penanganan terpadu dari berbagai unsur
masyarakat dan pemerintah untuk pelestarian air perlu dilakukan dari mulai
sumber mata air di hulu sampai bagian hilirnya.
Salah satu sumber mata air yang merupakan hulu Sungai Citarum adalah
Situ Cisanti. Secara administratif kawasan ini terletak di Desa Tarumajaya
Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Situ Cisanti terletak di kaki Gunung
Wayang yang merupakan Gunungapi aktif di kawasan Bandung pada titik
arboretum 73. Gunung Wayang (2181 mdpl) merupakan Gunung api kembar
dengan Gunung Windu termasuk pada kategori gunung api tipe B atau gunung api
yang berada dalam tingkat kegiatan fumarola/solfatara yang sejak tahun 1600
tidak pernah lagi mengadakan letusan magma. Hendrayana (2010) berpendapat
bahwa :
Sumber mata air yang paling layak dan paling baik dikonsumsi adalah
sumber air yang berasal dari mata air pegunungan vulkanik. Mata air
pegunungan vulkanik memenuhi tiga syarat karakteristik sumber air tanah,
yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kuantitas dipengaruhi oleh curah
hujan, siklus air dan kondisi hidrogeologis di sekitar sumber daya air
tersebut. Kualitas dipengaruhi faktor alami (kondisi serta komposisi tanah
dan batuan) maupun aktivitas manusia (pertanian, pencemaran rumah
tangga, industri, dan lain sebagainya). Sedangkan kontinuitas memberi
keseimbangan antara pemakaian dan pengisian ulang.
3
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
Kondisi air yang memenuhi syarat baku mutu merupakan kebutuhan yang utama
pada saat ini, sebagai penampung mata air Situ Cisanti penting sekali untuk dijaga
kualitas dan kuantitasnya. Berikut adalah gambar 1.1 Kawasan Situ Cisanti :
Gambar 1. 1 Kawasan Situ Cisanti
Sumber : Dokumen penulis (2014)
Dari gambar tersebut terlihat Situ Cisanti yang dikelilingi oleh hutan dengan latar
Gunung Wayang. Vegetasi yang rimbun di hutan ini menyebabkan wilayah situ
menjadi sejuk dan nyaman. Situ Cisanti yang berada di hutan lindung Gunung
Wayang merupakan daerah resapan air bagi keberlangsungan pengaliran tujuh
mata air yang dibendung masuk ke dalam situ. Mata air yang mengaliri situ
antara lain berasal dari mata air Pangsiraman, Cikahuripan, Cikawedukan,
Koleberes, Cihaniwung, Cisadane, dan Cisanti. Mata air yang keluar dari tanah ini
terlihat bening dan terasa menyejukkan. Mata air inilah yang akan menentukan
keberlangsungan Situ Cisanti. Pelestarian di sekitar Situ Cisanti mempunyai
hubungan timbal balik yang sinergi dan menguntungkan bagi lingkungan
setempat. Sejalan dengan itu maka rencana pembangunan wilayah ini diharapkan
dapat lebih diarahkan dan difokuskan untuk kepentingan kesejahteraan
masyarakat dan pelestarian fungsi hutan sebagai hutan lindung, hutan wisata dan
daerah resapan air.
4
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
Kesejukan udara dan pemandangan yang indah menjadikan Situ Cisanti
dijadikan salah satu objek wisata yang memiliki daya tarik yang khas terutama
keberadaan mata air dan kearifan lokal masyarakat sekitar situ. Wisatawan yang
datang ke Situ Cisanti terdiri dari berbagai segmen usia. Selain itu, karena Situ
Cisanti merupakan wilayah hulu Sungai Citarum banyak para pelajar, mahasiswa,
atau ilmuwan datang untuk suatu penelitian atau menjadikan situ sebagai sumber
belajar. Para wisatawan harus memahami bahwa objek wisata Situ Cisanti
berbeda dengan objek wisata yang lain. Wisatawan harus arif dengan tidak
merusak lingkungan sekitar Situ. Senada dengan hal ini Dasmann,et al (1979,
hlm. 114) mengemukakan bahwa :
Tourism development poses special ecological problems not encountered
in other types of economic activity. The environmental resources exploited
for tourism attract visitors because of their outstanding beauty,
recreational possibilities or educational interest. Often, as in high
mountains and islands, the resources of interest for tourism are readily
damaged by disturbances.
Dari keterangan tersebut dijelaskan bahwa pembangunan pariwisata berbeda
dengan tipe aktivitas ekonomi yang lain. Dimana yang dijual dan dieksploitasi
adalah sumberdaya lingkungan yang akan menarik para wisatawan karena
keindahan alamnya, atau hanya untuk berekreasi atau objek wisata tersebut
penting untuk pendidikan. Sumberdaya yang menarik pariwisata sangat rentan
dengan kerusakan karena gangguan dari wisatawan. Dengan demikian wisatawan
diharapkan ikut andil untuk melestarikan lingkungan situ minimal ketika
mengunjungi dan menikmati alamnya tanpa merusak segala sumberdaya yang ada
di dalamnya. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Kawasan Sekitar Situ
Cisanti diantaranya menggunakan perahu untuk mengitari Situ Cisanti,
memancing ikan, berkemah (camping), atau wisata belajar untuk para pelajar dan
mahasiswa.
Hutan Gunung Wayang yang di dalamnya terdapat Situ Cisanti berstatus
hutan lindung, hutan produksi, dan hutan produksi terbatas yang ditetapkan
melalui Surat Keputusan Menteri Hutan Nomor 195 tahun 2003. Wilayah yang
telah ditetapkan sebagai kawasan lindung menghadapi ancaman dan gangguan
terhadap lahan hutan berupa perambahan, penebangan liar, dan alih fungsi lahan
5
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor,
baik dari sisi pengelola kawasan hutan yang masih belum optimal dalam
melaksanakan peran masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, maupun dari sisi
masyarakat sendiri yang tingkat kesadaran akan nilai-nilai pelestarian masih
sangat minim. Sehingga ketergantungan masyarakat di sekitar kawasan sekitar
sangat tinggi. Gambar 1.2 berikut ini merupakan contoh Kerusakan lahan hutan
karena perambahan oleh petani di sekitar Situ Cisanti:
Gambar 1. 2 Kerusakan lahan hutan karena perambahan oleh petani
Sumber : survey penulis (2014)
Kondisi lahan yang memprihatinkan di beberapa titik lokasi yang seharusnya
hijau, menunjukkan bahwa etika lingkungan belum disadari secara menyeluruh
oleh warga petani sekitar hutan. Disinilah pentingnya penerapan etika lingkungan
yang harus dipahami oleh masyarakat. Keraf (2010, hlm. 15) mengemukakan
bahwa :
Etika merupakan kaidah, norma atau aturan yang ingin mengungkapkan,
menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan
penting oleh masyarakat untuk dikejar dalam hidup ini. Dengan demikian
6
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
etika juga berisikan nilai–nilai dan prinsip–prinsip moral yang harus
dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku. Secara lebih luas etika
dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak
sebagai orang baik. Etika memberi petunjuk orientasi, arah bagaimana
harus hidup secara baik sebagai manusia.
Perlakuan baik pada lingkungan dengan menerapkan nilai dan prinsip moral yang
akan terwujud dalam prilaku akan menguntungkan bagi pelaku bahkan orang
disekitarnya. Aturan-aturan pelestarian alam yang ada di lingkungan sekitar
seharusnya diterapkan dengan penuh kesadaran untuk kepentingan hidup bersama.
Senada dengan pendapat tersebut, Pasya (2007, hlm. 3) mengemukakan bahwa :
Manusia akan mengembangkan sistem nilai budaya yang berhubungan
dengan lingkungan, apabila dirasakan daya dukung sudah semakin
menurun dan berada pada batas yang dianggap dapat menggoyahkan
kehidupan mereka, maka diperlukan usaha untuk menjaga prilaku
masyarakat adat yang dapat merugikan lingkungan dan manusia lainnya.
Dengan demikian kearifan lokal sebagai usaha untuk menjaga dan
melindungi alam sebagai bentuk dari etika lingkungan.
Etika lingkungan yang kita pegang untuk melestarikan Situ Cisanti berupa nilai–
nilai dan prinsip moral yang terwujud dalam pemahaman, kesadaran, dan
kepedulian yang diterapkan secara langsung. Perlu adanya trik jitu agar nilai–nilai
pelestarian menjadi acuan hidup dalam menggunakan lingkungan situ sehingga
menjadi kesadaran dan kepedulian yang utuh untuk diaplikasikan dalam
kehidupan sehari–hari.
Dari sekian banyak warga perambah hutan Gunung Wayang, ternyata ada
seorang warga yang berjuang untuk melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti
dengan mengajak petani perambah turun dari gunung dan tetap mempertahankan
kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat. Orang yang mengajak masyarakat
untuk menjaga lingkungan dalam difusi inovasi merupakan agen pembaru (agent
of Change). Agen pembaru mempengaruhi masyarakat agar mau menghentikan
kegiatan alih fungsi lahan, merambah hutan, dan menebang pohon secara liar
dengan tujuan agar pelestarian kawasan sekitar Situ Cisanti khususnya dan
lingkungan yang berada di bagian tengah dan hilir Sungai Citarum secara umum
dapat terwujud.
7
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
Inovasi yang dilakukan oleh agen pembaru merupakan tauladan nyata
yang dapat dilihat, didengar, dirasa, dan terbukti manfaatnya langsung oleh
masyarakat. Hal ini dapat menjadi contoh positif bagi masyarakat untuk berjuang
menjaga kerimbunan kawasan sekitar Situ Cisanti. Menurut Rohmat (2010)
bahwa :
Selain faktor tingkat pendidikan formal masyarakat sasaran yang rendah,
dan himpitan kebutuhan ekonomi; keterbatasan capaian keberhasilan
upaya ini lebih disebabkan oleh budaya masyarakat atau lebih tepat
“kearifan” masyarakat untuk menerima atau tidak menerima introduksi
inovasi dalam pola pengelolaan lahannya. Masyarakat sasaran yang
umumnya tinggal di pedesaan cenderung bersifat hati-hati dan
memerlukan bukti nyata. Sesuatu yang baru akan mereka implementasikan
jika sudah “kadeuleu” (kelihatan), “kareungeu” (kedengar), “karasa”
(terasa), “karampa” (terbukti) manfaatnya. Di sinilah letak masalahnya,
upaya konservasi SDA, untuk dapat dilihat, didengar, dirasa, dan
dibuktikan hasilnya secara nyata memerlukan waktu yang lama, mungkin
tidak akan dialami oleh generasi mereka saat ini.
Suatu inovasi lebih mudah mendapatkan penerimaan jika difokuskan pada
pendidikan usia sekolah melalui pendidikan, khususnya Mata Pelajaran Geografi.
Maka proses kegiatan pembelajaran mengenai pelestarian suatu kawasan
diimplementasikan ke dalam pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi
peserta didik dengan cara mengamati dan menafsirkan gejala alam dan gejala
sosial yang terjadi dari bahan ajar yang telah disiapkan oleh guru. Bahan ajar yang
digunakan oleh peserta didik dapat mempermudah peserta didik dalam memahami
materi pelestarian lingkungan, selanjutnya diharapkan dapat menginspirasi peserta
didik agar selalu menggunakan prinsip-prinsip lingkungan dalam pemanfaatan
alam, sehingga peserta didik akan tahu, sadar, dan peduli serta melakukan aksi
untuk menyelamatkan kerusakan–kerusakan alam yang terjadi. Pembelajaran
geografi pada akhirnya mengembangkan intelektual, serta mempersiapkan peserta
didik menjadi warga masyarakat yang memiliki persepsi dan prilaku untuk selalu
sadar dan peduli serta mampu berpartisipasi aktif dan positif pada pelestarian
lingkungan sekitarnya. Bahkan harapan yang lebih jauh lagi yaitu dapat menjadi
agen-agen pembaru pelestari lingkungan hidup.
8
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan fenomena ruang yang terjadi di kawasan sekitar Situ Cisanti
maka fokus permasalahan yang akan disajikan berkaitan dengan penelusuran dan
penggalian kerusakan lingkungan dan pelestarian kawasan sekitar situ yang
dilakukan terutama oleh masyarakat termasuk kearifan lokal daerah tersebut
karena biasanya lingkungan masyarakat yang berdekatan dengan gunung, situ atau
danau dan mata air akan memiliki kearifan lokal untuk menjaga kelestariannya.
Kearifan lokal tersebut dapat berupa: pengetahuan, nilai-nilai, etika dan moral,
dan norma-norma yang berupa anjuran, larangan, dan sanksi, serta ungkapan-
ungkapan yang dipakai sebagai pedoman sikap dan perilaku masyarakat dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan mata air Situ Cisanti yang akan
mengupayakan pelestarian alam.
Bertambahnya jumlah penduduk menambah permasalahan yang berkaitan
dengan pelestarian sekitar Situ Cisanti ini. Untuk mengurangi tekanan penduduk
kawasan lindung Situ Cisanti oleh masyarakat dalam tataran implementasi dibuat
zonasi–zonasi kawasan sekitar Situ Cisanti. Dari hal ini perlu ditelusuri
bagaimanakah pembagian zonasi di kawasan sekitar Situ Cisanti? Agen pembaru
memiliki andil besar yang merintis cara untuk melakukan upaya–upaya
pelestarian kawasan sekitar situ, dengan berbagai rintangan yang dihadapi. Hasil
penelusuran dilapangan yang menjadi perhatian peneliti berupa tindakan-tindakan
atau prilaku untuk melindungi beberapa mata air dilakukan agen pembaru dan
masyarakat kawasan sekitar situ dalam melakukan pemeliharaan sumber air Situ
Cisanti. Bagaimana usaha agen pembaru untuk memberdayakan masyarakat agar
berperan aktif dalam pelestarian sekitar Situ Cisanti. Dari berbagai upaya yang
dilakukan agen pembaru tentunya akan membuahkan hasil yang dicapai.
Bagaimanakah hasil usaha yang dilakukan agen pembaru dan masyarakat untuk
menjaga kelestarian Situ Cisanti? Perlu ada penelusuran lebih mendalam untuk
mengkaji permasalahan ini dalam sebuah penelitian yang akan dikaitkan dengan
bahan ajar untuk pembelajaran geografi yang diharapkan akan lebih memberikan
pemahaman akan pentingnya pelestarian lingkungan bagi keberlangsungan
kehidupan.
9
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
Pendidikan yang komprehensif dan terencana akan menghasilkan
pendidikan tepat guna dan efektif, serta mampu menjawab tantangan zaman yang
akan mengembangkan sistem nilai budaya yang berhubungan dengan lingkungan.
Inspirasi dan tauladan dalam aplikasi nilai kearifan lokal sangat tepat untuk
peserta didik di sekolah. Mereka akan mengadopsi langsung ilmu dan learning to
do/belajar melakukan yang dalam pemeliharaan lingkungan yang akan berdampak
positif pada pelestarian alam. Agen pembaru yang telah melakukan berbagai
upaya pelestarian di kawasan sekitar Situ Cisanti akan menginspirasi peserta didik
untuk gigih mempertahankan pelestarian lingkungan alam. Kompetensi
pembelajaran geografi didalamnya mencakup nilai-nilai untuk menjaga dan
melestarikan lingkungan hidup sehingga pemahaman pelestarian lingkungan dapat
diintegrasikan melalui pembelajaran ini. Pembelajaran dengan muatan nilai
tersebut menambah bahan ajar yang lebih aktual dan nyata dari kehidupan yang
dihadapi. Bahan ajar pada materi pelestarian lingkungan meliputi sekumpulan
kompetensi dasar tentang pelestarian lingkungan yang harus diketahui, dipelajari,
dilatih, dan menjadi milik peserta didik dalam rangka mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan
instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. Yani
(2009, hlm. 3) mengemukakan bahwa “...Karena terkait dengan upaya pencapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar maka guru harus mengembangkan
bahan ajar secara terencana, oleh karena itu perlu juga mempertimbangkan
komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar...”.
Bahan ajar yang dipersiapkan dapat membuat peserta didik melihat,
merasa, dan mengalami, membuktikan bahwa kerusakan alam akan merugikan
manusia sendiri dan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan merupakan
“harga mati” yang harus dilakukan untuk melestarikan lingkungan kawasan
sekitar Situ Cisanti. Dari hasil penelitian yang akan dilakukan akan menghasilkan
bahan ajar yang sesuai dengan tema materi mengenai pelestarian lingkungan
hidup. Berikut ini adalah gambar 1.3 mengenai gambaran dari latar belakang
permasalahan dalam penelitian ini :
10
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
Gambar 1.3 Bagan Latar Belakang Masalah
Sumber : Dokumen penulis (2014)
Bagan tersebut menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang dengan alur
penelitian yang mengangkat tentang tema pelestarian dan peran masyarakat di
kawasan sekitar Situ Cisanti. Dimulai dari keberadaan Situ Cisanti yang
Upaya pelestarian daerah
sekitar situ melalui :
Pemerintah
Peran masyarakat
(agen pembaru dan
masyarakat)
kearifan lokal
Implementasi hasil
penelitian pelestarian Situ
Cisanti dalam
Pembelajaran Geografi
Kerusakan-kerusakan
Kawasan sekitar Situ
Cisanti
Kawasan Sekitar Situ
Cisanti
Pelestarian
Situ Cisanti
Zonasi
Kawasan
Sekitar
Hasil usaha
pelestarian
kawasan
sekitar situ
Bahan ajar
bagi
pembelajaran
Geografi
Kawasan
lindung Situ
Cisanti
Tujuan Pendidikan
Nasional
Pencapaian
Kompetensi
Pembelajaran
Melindungi
kawasan
lindung
Tujuan
Kurikuler
Tujuan
Institusional
11
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
mengalami kerusakan lingkungan diantaranya alih fungsi lahan, perambahan
hutan, dan penebangan liar yang mengakibatkan mengeringnya mata air yang
mengairi Situ Cisanti.
Dari fenomena kerusakan lahan tersebut muncul berbagai upaya yang
dilakukan oleh masyarakat melalui kearifan lokalnya dan pemerintah pengelola
Situ Cisanti. Kemunculan Agen pembaru yang berinovasi mengajak masyarakat
untuk kembali menjaga dan memelihara kawasan sekitar situ sehingga menjadi
kawasan yang lestari. Teridentifikasinya hasil usaha yang optimal dari penerapan
zona–zona sebagai kawasan sekitar bagi Situ Cisanti akan tergali dari hasil
penelitian yang akan dilakukan. Dan dapat diimplikasikan untuk menjadi bahan
ajar bagi Mata Pelajaran Geografi yang disesuaikan dengan kompetensi yang
harus dicapai. Diharapkan dengan pembelajaran ini peserta didik dapat menjadi
agen–agen pembaru yang akan melakukan inovasi–inovasi untuk melestarikan
kawasan sekitar situ Cisanti. Peserta didik diharapkan mampu meningkatkan
kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan. Kesadaran untuk berperilaku
bersih, menjaga kelestarian lingkungan yang hijau seharusnya dilakukan melalui
menyayangi tanaman dan pepohonan agar tetap rindang, serta peduli terhadap
kerusakan alam sekitar, sehingga tercapai kompetensi yang diinginkan, tujuan
kurikuler, tujuan institusional, dan bermuara pada tercapainya tujuan pendidikan
nasional.
Dari uraian pada latar belakang, maka penulis tertarik untuk menggali dan
mengangkat judul penelitian “Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan
Sekitar Situ Cisanti”. Agar fokus penelitian ini lebih cermat, maka untuk
menjabarkan permasalahan tersebut, penulis merumuskan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah masih ada kearifan lokal yang dilaksanakan oleh masyarakat di
kawasan sekitar Situ Cisanti ?
2. Bagaimana pembagian zonasi di kawasan sekitar Situ Cisanti untuk
mengurangi tekanan penduduk dalam penggunaan lahan kawasan lindung?
3. Bagaimana peran agen pembaru dan masyarakat untuk melestarikan kawasan
sekitar Situ Cisanti?
12
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
4. Bagaimanakah hasil usaha agen pembaru dan masyarakat dalam melestarikan
kawasan sekitar Situ Cisanti?
5. Bagaimana implikasi hasil penelitian tentang Pelestarian dan Peran Masyarakat
di Kawasan Sekitar Situ Cisanti untuk bahan ajar pada pembelajaran geografi
di SMA/MA/Sederajat?
C. Fokus Penelitian
Ketika mengkaji pelestarian lingkungan dalam kesatuan ruang sebagai
bagian dari fenomena geosfer tentu erat kaitannya antara keberadaan manusia
(antroposfer) yang saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Situ Cisanti yang
merupakan wilayah lindung Gunung Wayang keberadaannya harus tetap terjaga
dengan baik. Daerah hulu Sungai Citarum dengan tipe perairan tergenang ini
harus dilestarikan melalui pengelolaan yang prima karena akan menentukan
keberlangsungan perjalanan air sungai pada daerah hilirnya. Fenomena yang
terjadi menunjukkan bahwa kawasan sekitar situ telah mengalami kerusakan sejak
diperbolehkannya masyarakat membuka hutan untuk kegiatan. Padahal biasanya
masyarakat yang lingkungan tempat tinggalnya didekat, gunung, hutan, danau,
atau mata air selalu menjaga lingkungan tersebut dengan kearifan lokalnya.
Pengembangan dan pengelolaan kawasan sekitar Situ Cisanti didasarkan pada
aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitar dalam bentuk
pembagian wilayah ke dalam zonasi.
Perjuangan agen pembaru untuk mengurangi kerusakan lingkungan
memerlukan kerjasama intensif dengan masyarakat dan pemerintah sehingga
menghasilkan usaha pelestarian yang maksimal. Sejauhmana peran agen pembaru
mengajak masyarakat turut andil dalam mengelola kawasan sekitar Situ Cisanti
perlu kajian yang lebih mendalam pada penelitian ini.
Implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan perlu ditelaah sebagai suatu
kajian untuk bahan ajar dalam pembelajaran geografi, yang menyangkut
keterkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013. Pengintegrasian nilai–nilai
Pelestarian Kawasan Sekitar Situ Cisanti dan upaya agen pembaru untuk
13
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
menyelamatkan lingkungan memberikan makna dan inspirasi bagi peserta didik,
sehingga diharapkan adanya pembangunan karakter yang kuat untuk menjadi
agen–agen pelestari lingkungan berikutnya. Bahan pembelajaran yang aktual
mengenai suatu lingkungan tertentu, yang disampaikan secara efisien dan efektif,
bermakna, dan mendatangkan wujud nyata lingkungan sebenarnya disertai
pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) akan membuat pembelajaran
dapat dipahami, menginspirasi dan membuat semangat peserta didik untuk selalu
mempertimbangkan aspek pelestarian lingkungan ketika melakukan suatu
kegiatan dalam kehidupan sehar–hari.
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam mengkaji dan partisipasi
masyarakat di sekitar Situ Cisanti adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui jenis kearifan lokal yang masih dilakukan masyarakat sekitar
untuk melestarikan kawasan sekitar Situ Cisanti
2. Mengetahui pembagian zonasi kawasan sekitar Situ Cisanti untuk
mengurangi tekanan penduduk dalam penggunaan lahan kawasan lindung
3. Mengetahui peran agen pembaru dan masyarakat untuk melestarikan
Kawasan sekitar Situ Cisanti
4. Mengetahui hasil usaha agen pembaru dan masyarakat dalam melestarikan
kawasan sekitar Situ Cisanti
5. Mengkaji bahan ajar pelestarian dan peran masyarakat di kawasan sekitar
Situ Cisanti dalam pembelajaran geografi di SMA/MA/Sederajat
E. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian selalu memiliki kegunaan dan manfaat baik manfaat
secara teoritis maupun manfaat secara secara praktis. Adapun manfaat penelitian
tentang Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ Cisanti ini
sebagai berikut :
14
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
1. Manfaat Teoritis
a. Pengembangan materi tentang pelestarian alam yang dapat dimasukkan ke
dalam bahan ajar Mata Pelajaran Geografi pada pokok bahasan tentang
pelestarian lingkungan dan kearifan lokal yang terdapat pada kelas X dan
kelas XI kurikulum 2013
b. Masukan data untuk penelitian selanjutnya mengenai pelestarian
lingkungan dan kearifan lokal dalam pengembangan bahan ajar Mata
Pelajaran Geografi.
2. Manfaat praktis
Penelitian tentang Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar
Situ Cisanti ini secara praktis diharapkan :
a. Bermanfaat bagi pendidik untuk meningkatkan pembelajaran Geografi
dengan cara menggunakan bahan ajar yang dibuat sesuai dengan kondisi
lingkungan sekitar atau kontekstual sehingga penggunaan bahan ajar tidak
terpaku pada bahan ajar yang sudah ada dari buku penerbit.
b. Bermanfaat bagi peserta didik sehingga mereka memahami tentang
pemanfaatan lingkungan yang sekaligus melestarikan alam.
c. Bahan masukan bagi lembaga/instansi terkait dalam hal pelestarian sekitar
kawasan Situ Cisanti, sehingga dalam pertimbangannya dapat diambil
keputusan yang sesuai terutam bagi para pembuat kebijakan yang hendak
membangun wilayah tersebut.