BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetheses.uin-malang.ac.id/2493/5/09220017_Bab_1.pdftentang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetheses.uin-malang.ac.id/2493/5/09220017_Bab_1.pdftentang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas perekonomian cenderung mengalami perubahan yang
signifikan dari waktu ke waktu. Ini ditandai dengan semakin meningkatnya
taraf kehidupan ekonomi masyarakat yang berkembang pesat. Kesadaran akan
pentingnya meningkatkan taraf kehidupan ekonomi diharapkan dapat
mengarah ke arah yang positif dan lebih baik. Bila perekonomian masyarakat
positif dan lebih baik serta dapat dioptimalkan maka stabilitas perekonomian
akan berjalan aman serta dapat terhindar dari krisis. Perubahan ke arah yang
positif tersebut terus diupayakan guna berjalan seiring dengan kebutuhan
masyarakat akan kebutuhan hidupnya sehingga upaya tersebut harus diatur dan
terakomodir dalam kerangka hukum.
Dalam rangka membangun sistem ekonomi ke depan yang sinergis,
sistematis dan komprehensif, maka eksistensi perangkat hukum dalam kegiatan
2
perekonomian yang ada saat ini perlu diteliti ulang, apakah sistem dan struktur
perekonomian nasional telah bergerak sesuai dengan perkembangan yang ada
3
saat ini atau masih perlu diakomodir secara menyeluruh untuk menyempurnakan
segala perubahan yang telah terjadi untuk pertumbuhan ke depan yang lebih baik.
Sehubungan dengan upaya penguatan dan penyempurnaan sistem
ekonomi nasional maka perannya tidak dapat lepas dari perkembangan
perekonomian syariah dalam skala nasional yang relatif cepat terutama setelah
diawali dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-
Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia kemudian Undang-Undang
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah hingga kemudian dilanjutkan
dengan munculnya lembaga keuangan non bank diantaranya usaha asuransi
syariah yang secara yuridis dan empiris telah dikeluarkan regulasinya oleh
pemerintah.1
Peraturan tersebut diketahui setelah diregulasikannya Undang-Undang
No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan ketentuan fatwa DSN-MUI
Nomor 21/ DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. Oleh
karenanya dalam hal ini dibutuhkan suatu cetak biru yang jelas baik berupa
instrumen investasi yang memadai maupun upaya efektif yang mendorong
pertumbuhan lembaga keuangan syariah serta dapat memberikan arahan yang
ingin dicapai dalam mewujudkan pemerataan, percepatan dan kemanfaatan
nasional sesuai dengan prinsip syariah, lebih khusus di bidang asuransi syariah.
Penerapan dalam hal ini akan diatur dalam peraturan perundang-undangan.2
1 Abdul Ghofur, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), 372 Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),66
4
Pada dasarnya, penerapan penyusunan peraturan perundang-undangan
tentang asuransi syariah ini mengadopsi nilai kultural yang terkandung dalam
ekonomi syariah. Berdasarkan tinjauan ini maka ditetapkan sasaran
pengembangan asuransi syariah yang objektif dan sinergis untuk periode masa
mendatang. Selanjutnya dalam rangka untuk mencapai sasaran pemberlakuan dan
pengimplementasian yang diterapkan maka disusun sejumlah usulan sistematis
yang dikualifikasikan berdasarkan empat fokus kegiatan yaitu mendorong
kepatuhan penerapan prinsip syariah secara konsisten, menyempurnakan legislasi
dan regulasi yang sesuai dengan karakteristik asuransi syariah sehingga
mendukung terciptanya efisiensi dan keadilan perekonomian dan meningkatkan
kestabilan sistem peran serta kemanfaatan perekonomian syariah bagi
perekonomian secara umum.3
Tidak hanya berhenti sampai di situ saja, pembahasan seputar
perundang-undangan asuransi syariah merupakan hal yang tidak baru akan tetapi
telah menjadi suatu entitas dalam bingkai hukum perundang-undangan di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan asuransi syariah yang lahir dari
adanya ketentuan peraturan perundang-undangan yang memuat konsep dasar dari
asuransi. Seiring dengan banyaknya penerapan prinsip syariah dalam lembaga
keuangan bank dan non bank maka diaturlah ketentuan mengenai usaha
3 Abdul Latif, Hasbi Ali, Politik Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), 171, dijelaskan bahwa legislasi terkait dengan politik perundang-undangan dalam upaya untuk mengkoordinasi berbagai program legislasi Departemen dan lembaga non-pemerintah serta non departemen dalam rangka mengarahkan agar pembentukan peraturan perundanga-undangan termasuk perda tersusun dalam satu sistem yang strategis dan sesuai dengan sasaran umum pembangunan nasional.
5
perasuransian syariah di Indonesia sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan terciptanya perekonomian yang sehat dan stabil.4
Di sisi lain, aturan mengenai kerangka hukum tentang asuransi syariah
bukan merupakan tujuan akan tetapi hanya sebagai jembatan yang harus
membawa kita pada ide yang dicita-citakan. Apabila kita berpegangan pada apa
yang dikatakan di atas, maka untuk itu perlu terlebih dahulu mengetahui tentang
masyarakat yang bagaimana yang dicita-citakan oleh rakyat Indonesia. Baru
setelah diketahui masyarakat yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia, dapatlah
dicari sistem hukum bagaimana yang dapat membawa rakyat ke arah masyarakat
yang dicita-citakan itu dan bagaimana politik hukum tersebut dapat menciptakan
sistem hukum nasional yang dikehendaki.
Oleh karenanya, pembuatan peraturan perundang-undangan terkait
dengan asuransi syariah tidak terlepas dari adanya politik hukum. Artinya bahwa
perundang-undangan itu sendiri merupakan bentuk dari politik hukum (legal
policy). Pengertian legal policy, mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan
hukum yang dapat menunujukkan sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun.
Dengan kata lain, politik hukum memberikan landasan terhadap proses
pembentukan hukum yang sesuai situasi, kondisi, kultur serta nilai yang
berkembang di masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat
terhadap hukum itu sendiri.5
Mengingat pentingnya penataan peraturan asuransi syariah dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan nasional serta berlakunya hukum
4 Agus Edi Sumanto, Solusi Berasuransi: Lebih Indah dengan Syariah, (Bandung : PT. Salamadi Pustaka Semesta, 2009), 55 Abdul Latif, Hasbi Ali, Politik Hukum, 19
6
yang berdimensi kokoh, sehat dan stabil maka harus terus diaktualisasikan dalam
rangka menumbuhkan perekonomian nasional sebagaimana disebutkan dalam
Pancasila.6 Kemudian, penataan struktur asuransi yang sehat dan stabil dalam
kondisi sekarang ini maupun ke depan dapat terus diawasi sehingga muatan-
muatan substansi dan budaya yang mendukung perubahan yang ada melalui
peraturan perundang-undangan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia
dapat tercapai yaitu mensejahterakan warga negara dan penduduknya. Pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana kita menyusun struktur asuransi ideal yang kita
inginkan.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka diperoleh pokok permasalahan
sebagai berikut.
a. Mengapa landasan keberlakuan asuransi syariah di Indonesia masih
dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan?
b. Bagaimanakah pembentukan peraturan perundang-undangan di bidang
asuransi syariah?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui alasan keberlakuan asuransi syariah di Indonesia yang
masih dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan.
b. Untuk mengetahui pembentukan peraturan perundang-undangan di bidang
asuransi syariah.
6 Mahfudz, Politik Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010),1
7
D. Manfaat Penelitian
Peneliti tidak hanya menyebutkan tujuan masalah akan tetapi
memberikan gambaran manfaat dari hasil penelitian sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis, sebagai tambahan wawasan pemikiran dan khazanah
keilmuan bagi para kalangan akademisi maupun khalayak umum
tentang politik hukum perundang-undangan di bidang asuransi syariah
2. Manfaat praktis, sebagai saran dan tambahan aplikatif dalam dunia
asuransi syariah khususnya tentang politik hukum perundang-
undangannya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian hukum ini termasuk dalam jenis penelitian yuridis normatif
atau penelitian hukum kepustakaan dikarenakan penelitian ini ditujukan
hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang
lain. Selain itu penelitian ini pun lebih banyak dilakukan terhadap data yang
bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.7 Lebih dari itu, penelitian ini cara
mengakses data penelitiannya banyak diambil dari bahan-bahan pustaka,8
yakni bahan yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru atau mutakhir, atau
pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai gagasan
7Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek,( Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 13.8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 10
8
(ide), dalam hal ini mencakup buku, jurnal, disertasi atau tesis dan yang
lainnya.9
Penelitian ini termasuk penelitian normatif yang meneliti terkait
dengan nilai-nilai filosofis yang dikaji dalam pemikiran teoritis dan filsafat
hukum tentang asuransi syariah. Berikutnya, pengkajian tersebut berkaitan
dengan penanaman nilai filosofis dan perjumpaannya dalam aturan hukum
sehingga diperlukan pengkajian hukum normatif.
2. Pendekatan Penelitian
a. Pendekatan Konsep
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah konseptual dan
peraturan perundang-undangan. Identifikasi bahan hukum yang telah
terkumpul akan diolah sebagai bahan hukum yang informatif sebagai
alat untuk menganalisa permasalahan penelitian.10
b. Pendekatan Keilmuan
Adapun dalam pendekatan keilmuannya, penelitian ini
menggunakan pendekatan konseptual dan peraturan perundang-
undangan di bidang asuransi syariah yang pada akhirnya identifikasi
bahan hukum yang telah terkumpul akan diolah sebagai bahan hukum
9Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 2910
P.M. Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), (Majalah Yuridika, No. 6 Tahun IX, FH. Unair, Surabaya, 1997).
9
yang informatif sebagai alat untuk menganalisa permasalahan
penelitian.11
3. Bahan Hukum
Dalam penelitian ini bahan hukum yang digunakan adalah bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam
penelitian hukum tidak dikenal adanya data, sebab dalam penelitian hukum
khususnya yuridis normatif sumber penelitian hukum diperoleh dari
kepustakaan bukan dari lapangan, untuk itu istilah yang dikenal adalah bahan
hukum.12 Dalam penelitian hukum normatif bahan pustaka merupakan bahan
dasar yang dalam ilmu penelitian umumnya disebut bahan hukum sekunder.13
Dalam bahan hukum sekunder terbagi bahan hukum primer, sekunder dan
tersier.
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan pustaka yang berisi
informasi berupa sumber utama. 14 Adapun sumber utama berupa
perundang-undangan di bidang asuransi yaitu Undang-Undang No. 2
Tahun 1992 tentang usaha perasuransian dan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan asuransi syariah yaitu Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003
tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi, Keputusan Menteri Keuangan Republik 11 P.M. Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), (Majalah Yuridika, No. 6 Tahun
IX, FH. Unair, Surabaya, 1997).12 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2010), 41.13 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 24.14 Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumentri (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), 12.
10
Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 227/PMK.010/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaran Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip
Syariah, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
228/PMK.010/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan
Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah dan
Perusahaan Reasuransi dan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga
Keuangan Nomor Kep.4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan
Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
dengan Sistem Syariah.15
b. Bahan Hukum Sekunder
Suatu bahan pustaka yang berisi informasi tentang bahan hukum
sekunder berupa buku-buku, jurnal, majalah, naskah, dokumen dan
sumber literatur lainnya. Buku-buku yang meliputi buku tentang
asuransi syariah, buku tentang aspek hukum dalam perbankan dan
asuransi syariah serta memanfaatkan bahan-bahan dan artikel-artikel
yang dapat diunduh pada website atau situs-situs online lainnya. Karena
dalam penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan bahan
15Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2007), 143
11
hukum dasar yang dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai bahan
hukum sekunder.16
c. Bahan Hukum Tersier
Merupakan bahan hukum penunjang, mencakup bahan-bahan
yang memberikan penjelasan terhadap sumber bahan hukum primer dan
sumber bahan hukum sekunder, meliputi kamus, ensiklopedi dan lain-
lainnya.17
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
dokumentasi, yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan
kepada subyek penelitian.18 Sedangkan dokumentasi menurut Suharsimi
Arikunto adalah peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan perundangan-undangan dan sebagainya.19
Teknik pengumpulan data tersebut dapat disimpulkan dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan data yang akan dikumpulkan terkait politik hukum.
b. Mengidentifikasi judul-judul buku yang relevan dan berkaitan dengan
politik hukum perundang-undangan di bidang asuransi syariah.
c. Membaca dan mempelajari buku-buku yang ada kaitannya dengan
perundang-undangan di bidang asuransi syariah yang nantinya akan
dijadikan pedoman dalam penelitian ini. 16 Sarjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 24.17Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), 3218Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian; Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Perss, 2006), 10019Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian , 231
12
d. Membuat kesimpulan dari apa yang dibaca.
5. Metode Pengolahan Data
Setelah data-data terkumpul semuanya, selanjutnya peneliti
melakukan pengolahan dan analisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 20
a. Edit
Data mengenai peraturan perundang-undangan di bidang asuransi syariah
yang telah dikumpulkan perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki serta
diadakan pemeriksaan kembali mengenai kelengkapannya, kejelasan
makna, keserasian serta hubungannya antara kelompok data satu dengan
data yang lain. Mengurangi data yang dianggap tidak perlu, dengan tujuan
agar tidak tercampur dengan data yang tidak mendukung atau yang tidak
ada kaitannya dengan data penelitian.
b. Klasifikasi
Peneliti membaca dan menelaah kembali secara mendalam seluruh data
yang sudah diperoleh, kemudian mengklasifikasikan berdasarkan kategori,
misalnya data mana yang termasuk dalam kategori politik hukum, politik
hukum perundang-undangan dan asuransi syariah. Klasifikasi ini
dimaksudkan untuk memisahkan data-data yang kurang relevan dengan
tujuan penelitian yang telah peneliti tentukan.
c. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Teknik pengecekan keabsahan data yaitu peneliti memeriksa kembali data
yang telah diperoleh dari buku-buku referensi tentang politik hukum,
20Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode 168
13
peraturan perundang-undangan dan asuransi syariah dengan harapan bisa
mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Kemudian melakukan dugaan hasil sementara atau hasil
akhir dari penelitian yang diperoleh dalam bentuk diskusi melalui rekan-
rekan sejawat dengan harapan data yang akan diperoleh bisa lebih valid.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data-
data penelitian dan bahan-bahan hukum terkait peraturan perundang-
undangan di bidang asuransi syariah yaitu undang-undang No. 2 Tahun
1992 tentang usaha perasuransian dan peraturan perundang-undangan lain
yang berkaitan dengan asuransi syariah serta metode yang diperlukan
adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode
pengumpulan data, salah satunya jenis data tertulis seperti catatan,
transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, agenda.21
6. Metode Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan adalah “ Data analysis is the process of
systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes,
and other material that you accumulate to increase your own understanding
of them and to enable you to present what you have discovered to others”. 22
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan
21Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 231.22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Jakarta: alfabeta, 2011), 244.
14
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 23
Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan metode analisis data kualitatif. Yaitu analisis yang tidak
menggunakan matematika, statistik dan atau model-model yang bersifat
rumusan ( angka-angka pengukuran) dan bentuk lainnya.
Mengenai tahapan proses analisis data dilakukan sebagai berikut:
Pertama, dengan mengkaji ulang (menelaah) seluruh data yang diperoleh dari
berbagai sumber, diantaranya hasil dari peraturan perundang-undangan di
bidang asuransi syariah, dokumen resmi dan internet. Data tersebut dibaca,
dipilah, dipelajari serta telaah. Kedua, tahapan dengan melakukan atau
membuat rangkuman yang inti, proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang
efektif, singkron, sehingga tetap berada didalam topik. Ketiga, adalah
menyusun data-data tersebut dalam satuan-satuan yang kemudian
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Keempat, tahapan akhir yaitu
mengadakan pemeriksaan terhadap keabsahan data, kemudian dilanjutkan
dengan tahapan penafsiran data dan hasilnya dapat diolah dengan
menggunakan metode analisis yang dipakai yaitu metode analisis data
kualitatif.
F. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, tidak
ditemukan topik karya ilmiah yang membahas tentang asuransi syariah dalam
tinjauan politik hukum. Hanya saja peneliti menemukan beberapa penelitian yang
23 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 248.
15
membahas tentang asuransi syariah dalam tinjauan politik hukum yang memiliki
kesamaan kajian akan tetapi berbeda pada sudut pandang dan substansi tentunya.
Penelitian mengenai politik hukum perundang-undangan telah banyak
dilakukan sebelumnya, antara lain:
Politik hukum perundang-undangan di bidang perbankan syariah,
penelitian karya Jundiani, dosen Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2007. Dalam penelitian ini meneliti tentang pengkajian terhadap upaya
peningkatan kegiatan ekonomi telah memberikan kontribusi peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat. Namun di sisi lain untuk menjaga perekonomian
nasional tetap kokoh, sehat dan stabil maka dibutuhkan sinergitas penataan
struktur, subtansi kegiatan perekonomian dan penguatan budaya melalui
perwujudan nilai-nilai dan penormaan perekonomian yang efisien berkeadilan ke
dalam peraturan perundang-undangan. Di dalam pengaturan dan penerapan
ketentuan yang diamanatkan konstitusi mengelaborasi prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan dalam kegiatan ekonomi sebagaimana telah diatur dalam
undang-undang perbankan syariah.
Politik hukum dan hak asasi manusia dalam UUD 1945 pasca
amandemen, penelitian karya Marsiyem, 2010. Dalam penelitian ini meneliti
politik hukum yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
akan tetapi bagaimana politik hukum mengatur salah satu unsurnya yaitu
pengakuan hak asasi manusia (HAM) yang tertuang di dalam UUD 1945 mulai
pembukaan sampai dengan alenia ke-4, sedangkan dalam batang tubuh pasal-pasal
yang menjamin hak waga negara meliputi pasal 27 ayat (1) dan (2), pasal 28,
16
pasal 29 ayat (2), pasal 30, pasal 31 ayat (1), pasal 33 dan 34. Di dalam pasal
tersebut diatur tentang hak asasi manusia yang kemudian dideklarasikan tahun
1948 yang terdiri dari 30 pasal yang memuat piagam hak-hak asasi manusia dan
hak-hak warga negara.
Politik hukum otonomi daerah, Penelitian Karya Umar Ma’ruf, jurnal
hukum, dosen Fakultas Hukum Unissula. Dalam penelitian ini meneliti politik
hukum daerah yang didasarkan pada Pasal 18 (lama) UUD 1945 yang di dalam
pasal tersebut memuat ketentuan tentang pembagian daerah Indonesia atas daerah
besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
undang-undang. Di samping itu juga penelitian ini fokus terhadap pembahasan
perubahan dan penambahan pasal mengenai pemerintahan daerah sebagai upaya
untuk mempertegas dan memperjelas struktur pemerintahan daerah dan otonomi
apa yang digunakan. Pengaturan dan pengurusan sendiri oleh pemerintah
digunakan sebagai asas otonomi dan tugas pembantuan.
Politik hukum ekonomi syariah di Indonesia, Penelitian karya M. Nur
Yasin, laporan penelitian, dosen Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2010. Dalam penelitian ini meneliti tentang politik hukum yang akan
atau telah dilaksanakan secara nasional terhadap kegiatan ekonomi, khususnya
ekonomi syariah. Penelitian ini termasuk dalam penelitian pustaka dengan
pendekatan deskriptif-kualitatif. Di dalamnya dijelaskan tentang politik hukum
ekonomi syariah yang meliputi politik hukum penyusunan, politik hukum
substansi dan juga politik hukum pemberlakuan. Ketiga hal tersebut diperlukan
agar peraturan terkait ekonomi syariah dapat berjalan seiring dan komplementer
baik dari sisi legal substance, legal culture dan legal structure.
17
Penelitian terdahulu di atas terdapat persamaan dan perbedaan antara
penelitian yang satu dan yang lainnya. Persamaannya terletak pada objek formal
yaitu sama-sama membahas tentang politik hukum sedangkan perbedaannya
terletak pada objek materiil. Objek materiil penelitian di atas ada yang membahas
tentang politik hukum perundang-undangan di bidang perbankan syariah, politik
hukum dan hak asasi manusia pasca amandemen UUD 1945 serta politik hukum
otonomi daerah.
Penelitian ini menganalisis tentang asuransi syariah di Indonesia dalam
perspektif politik hukum. Tentunya, Penelitian ini memiliki perbedaan dengan
beberapa penelitian terdahulu yang lainnya dikarenakan sasaran penelitiannya
fokus pada bidang asuransi syariah. Kemudian asuransi syariah di Indonesia
tersebut ditinjau dari politik hukum. Apakah aturan dalam bidang asuransi
tersebut telah mengakomodir sejumlah permasalahan tentang asuransi syariah atau
masih perlu adanya cetak biru untuk membentuk peraturan yang komprehensif
untuk melengkapi sejumlah aturan yang telah diregulasikan.
Dari latar belakang itulah, penulis mengangkat tema ini untuk mencari
tahu bagaimana pembentukan peraturan di bidang asuransi syariah serta untuk
mengetahui alasan aturan terkait asuransi syariah yang masih dalam tingkat
peraturan menteri keuangan.
18
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu Mengenai Politik Hukum
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas dapat diketahui bahwa
penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Dalam
penelitian ini peneliti membahas asuransi syariah di Indonesia yang dianalisis
dalam tinjauan politik hukum. Kemudian, dicari persamaan, perbedaan, dan
alasan pembentukan perundang-undangannya. Oleh sebab itu peneliti merasa
penelitian ini sangat penting adanya.
No. Nama / PT / Tahun
Judul Objek Formal Objek Materil
1. JundianiUIN Maliki (2007)
Politik Hukum Perundang-Undangan di bidang Perbankan Syariah
Politik Hukum Perundang-undangan di bidang Perbankan Syariah
2. Marsiyem(2010)
Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Pasca Amandemen
Politik Hukumdan Asasi Manusia
Perspektif UUD 1945 Pasca Amandemen
3. Umar Ma’rufUnissula (2011)
Politik Hukum Otonomi Daerah
Politik Hukum Otonomi Daerah
4. M.Nur Yasin UIN Maliki(2010)
Politik Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia
Politik Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia
5. Ilham Ardi SugitoUIN Maliki (2013)
Asuransi Syariah di Indonesia dalam Perspektif Politik Hukum
Politik Hukum Asuransi Syariah di Indonesia
19
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulisan dan pembahasan hasil penelitian
mengenai politik hukum perundang-undangan di bidang asuransi syariah, maka
penulis menyajikan dalam empat bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa
sub bab guna lebih memperjelas ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang
diteliti. Adapun urutan dan tata letak masing-masing bab serta pokok
pembahasannya adalah sebagai berikut.
BAB pertama, merupakan bab pendahuluan, pada bab ini menguraikan
tentang latar belakang pemilihan judul dan alasan mengangkat judul tentang
politik hukum perundang-undangan di bidang asuransi syariah. Setelah itu
membuat rumusan masalah. Dalam bab ini terdapat pula tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, penelitian terdahulu dan sistematika
pembahasan.
BAB kedua, penulis akan menguraikan mengenai teori dan konsep
tentang politik hukum perundang-undangan di bidang asuransi syariah yang
mendasari penulis untuk menganalisis permasalahan dalam rangka menjawab
rumusan masalah yang telah ditentukan.
BAB ketiga merupakan inti dari penelitian karena pada bab ini akan
menganalisis data-data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya untuk
menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan.
BAB keempat merupakan bab terakhir dalam penulisan hasil laporan
penelitian ini. Dalam bab ini penulis akan menyebutkan kesimpulan dari seluruh
rangkaian pembahasan, baik dalam bab pertama, kedua, maupun ketiga. Sehingga
20
pada bab keempat ini berisikan kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran yang
bersifat konstruktif agar semua upaya yang pernah dilakukan serta segala hasil
yang telah dicapai bisa ditingkatkan lagi ke arah yang lebih baik.