BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan di Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun terakhir ini telah menunjukkan berbagai perkembangan, tetapi dalam awal milenium ke-3 ini pembangunan kesehatan menghadapi tantangan strategis yang mendasar, baik eksternal maupun internal. Berbagai tantangan tersebut pada akhirnya mempengaruhi percepatan pembangunan kesehatan yang diharapkan. 1 Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yang sangat fundamental. Pembangunan kesehatan juga sekaligus sebagai investasi pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Dalam kaitan ini pembangunan nasional perlu berwawasan kesehatan. Diharapkan setiap program pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan kesehatan, dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar pembangunan kesehatan. 1 Rachmat, Hapsara,Habib, 2013, Percepatan Pembangunan Kesehatan Di Indonesia, Gadjah Mada University Press, hal 21

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia pada hakikatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Pembangunan kesehatan di Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun terakhir ini

telah menunjukkan berbagai perkembangan, tetapi dalam awal milenium ke-3 ini

pembangunan kesehatan menghadapi tantangan strategis yang mendasar, baik

eksternal maupun internal. Berbagai tantangan tersebut pada akhirnya

mempengaruhi percepatan pembangunan kesehatan yang diharapkan.1

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu

hak dasar rakyat yang sangat fundamental. Pembangunan kesehatan juga

sekaligus sebagai investasi pembangunan nasional, dengan demikian

pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Dalam

kaitan ini pembangunan nasional perlu berwawasan kesehatan. Diharapkan setiap

program pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan kesehatan,

dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar

pembangunan kesehatan.

1Rachmat, Hapsara,Habib, 2013, Percepatan Pembangunan Kesehatan Di Indonesia,

Gadjah Mada University Press, hal 21

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

2

Untuk terselenggaranya pembangunan nasional berwawasan kesehatan,

perlu dilaksanakan kegiatan advokasi, sosialasi, orientasi, kampanye dan

pelatihan, sehingga semua pelaku pembangunan nasional (stakeholders)

memahami dan mampu melaksanakan pembangunan nasional berwawasan

kesehatan. Selain itu perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari

pembangunan nasional berwawasan kesehatan, sehingga benar-benar dapat

dilaksanakan dan diukur tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan. Dalam

penyelenggaraan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, pengembangan

hukum kesehatan di masa mendatang menjadi sangat penting untuk menjamin

terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum, dan manfaat hukum.2

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sesuai

apa yang menjadi definisi dari kesehatan, maka jelas sudah bahwa kesehatan

merupakan hal pokok yang menjadi hak-hak bagi setiap orang,ini juga tercermin

didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan hak

memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkandata terakhir menunjukkan bahwa

saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan

kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti

Askes, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap

dikesampingkan dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan

masyarakat kecil dan pedagang.

2Ibid, hal 87

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

3

Pelayanan publik dibidang kesehatan merupakan fungsi pemerintah dalam

menjalankan dan menberikan hak dasar yang dipahami seluruh komponen

masyarakat sebagai hak untuk dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan

hak yang diakui dalam peraturan perundang-undangan, dalam peranannya

pemerintah selaku penyedia layanan publik harus secara profesional dalam

menjalankan aktivitas pelayanannya ,tidak hanya menjalankan begitu saja tetapi

dituntut harus berdasarkan prinsip-prinsip Good Governance. Hal yang paling

penting dalam proses pemenuhan hak dasar rakyat adalah masalah hak untuk

memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan pemerintah. Akses terhadap hak-hak

dasar rakyat seperti ini harus terakomodasi dalam pembangunan. Tanpa

pemenuhan kebutuhan dasar, sulit mengharapkan adanya partisipasi yang

berdasarkan pada kemerdekaan dan kesetaraan. 3

Menurut Pasal 1Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang

Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, dalam hal ini

pemerintah dalam menjalankan pelayanan harus berdasarkan perundang-undangan

dan mekanisme Good Governance serta harus siap menerima konsekuensi dari

apa yang telah diselenggarakan melalui penegakan hukum administrasi. Melihat

apa yang menjadi rumusan dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan

memang beban berat rasanya berada dipundak pemerintah, adapun yang menjadi

dasar-dasar pembangunan nasional itu sendiri diantaranya semua warga negara

3Ibid, hal 85

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

4

berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup

layak sesuai dengan martabat manusia. Pemerintah dan masyarakat bertanggung

jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat serta

penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara

serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.

Pembangunan kesehatan dewasa ini telah menunjukkan berbagai

kemajuan. Meskipun demikian ada beberapa tantangan yang perlu disikapi, seperti

pelaksanaan upaya promotif preventif. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan adalah investasi berharga

yang pelaksanaannya didasarkan pada paradigma sehat. Dengan diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

dan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial, diharapkan sistem pembiayaan kesehatan dapat disempurnakan.4

Dalam upaya mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,

sebagaimana tujuan pembangunan kesehatan, maka Pemerintah Indonesia sejak

tanggal 1 Januari 2014 akan menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional bagi

seluruh rakyatnya secara bertahap hingga 1 Januari 2019. Jaminan kesehatan ini

merupakan pola pembiayaan yang bersifat wajib, artinya pada tanggal 1 Januari

2019 seluruh masyarakat Indonesia (tanpa terkecuali) harus telah menjadi peserta.

Melalui penerapan Jaminan Kesehatan Nasional ini, diharapkan tidak ada lagi

masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat miskin yang tidak berobat ke

fasilitas pelayanan kesehatan di kala sakit karena tidak memiliki biaya.5

4Ibid, hal 3

5Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta 1996.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

5

Pemanfaatan dana kesehatan dilakukan dengan memperhatikan aspek

teknis maupun alokatif sesuai peruntukannya secara efisien dan efektif untuk

terwujudnya pengelolaan pembiayaan kesehatan yang transparan, akuntabel, serta

menerapkan prinsip penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik. Pembelanjaan

dana kesehatan diarahkan terutama melalui jaminan pemeliharaan kesehatan, baik

yang bersifat wajib maupun sukarela serta dalam upaya peningkatan akses dan

mutu pelayanan kesehatan.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional, ditetapkan bahwa sistem jaminan sosial nasional (SJSN)

bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang

layak bagi setiap peserta dan atau anggota keluarganya. Dalam pasal 19 Undang-

Undang tersebut, ditetapkan bahwa jaminan kesehatan di selenggarakan

dengantujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.6

BPJS kesehatan adalah salah satu jenis asuransi kesehatan yang menjadi

progam pemerintah Indonesia. BPJS kesehatan pada prinsipnya sama dengan

asuransi kesehatan, yaitu BPJS kesehatan memberikan adalah rawat inap untuk

pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat lanjutan dan gawat darurat.7

Dan terkait pasal 14 UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS Kesehatan di

jelaskan bahwa :

“Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di

Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS.”

6Rachmat, Hapsara,Habib, Op.Cit, hal 6 7http://www.finansialku.com/memilih-asuransi-kesehatan-untuk-keluarga/ di akses

tanggal 14 juli 2014

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

6

Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial

Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan

BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari

2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan

Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101

Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12

Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan

Kesehatan Nasional).8

Mengacu pada Undang-undang yang berkaitan yakni pada Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terlihat bahwa regulasi yang

ada sesungguhnya sudah mengatur dengan gamblang terkait hak-hak dan

kewajiban terutama pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mampu

memberikan pelayanan khususnya di bidang kesehatan terhadap masyarakat

secara luas dengan maksimal dan sebaik mungkin. Berkaitan pula dengan apa

yang tercantum dalam konstitusi kita bagaimana seharusnya rakyat atau

masyarakat memperoleh jaminan itu, saat ini yang menjadi perhatian penuh

bukanlah pada regulasinya melainkan pada implementasi dari regulasi yang ada.

Melihat pada Bab III dan Bab IV Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

seyogyanya pemerintah pusat maupun daerah secara cerdas mampu menerapkan

apa yang diperintahkan oleh Undang-Undang yang sesuai amanat.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang

dibentuk untuk menyelenggarakan programjaminan sosial di Indonesia menurut

8http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf/ di

akses tanggal 14 juli 2014

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

7

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun

2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.Organisasi nirlaba atau

organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk

mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu

tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat

mencari laba (moneter).

BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang

dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011

tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak

tanggal 1 Januari 2014. Setelah program BPJS Kesehatan mulai berjalan sejak 1

Januari 2014 lalu ternyata masih banyak keluhan dan kekurangan dari Program

BPJS Kesehatan ini. Setelah dari awal tahun 2014 BPJS Kesehatan telah dimulai

di Indonesia. Ternyata ada banyaksekali keluhan- keluhan yang terjadi di

masyarakat. Baik itu dalam segi pelayanan, maupun dalam hal migrasi dari

pengguna Askes menjadi menggunakan BPJS Kesehatan.

Menurut beberapa sumber, memang penggunaan BPJS ini lebih bersifat

universal atau menyeluruh bagi semua kalangan. Namun ternyata kemudahan

kemudahan yang “dijanjikan” sepertinya belum bisa dinikmati oleh seluruh

kalangan masyarakat. Baik itu kalangan yang sebelumnya menggunakan Askes

dan Jamsostek, maupun kalangan masyarakat yang menggunakan Jamkesmas

serta masyarakat biasa.9

9http://www.imamboll.com/2014/03/keluhan-dan-kekurangan-program-bpjs.html/ diakses

tanggal 27 september 2014

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

8

Sebanyak 600 warga Timika, Papua, sudah mendaftar ke Kantor Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kabupaten Mimika sebagai peserta BPJS

Kesehatan Mandiri.

Kepala Operasional BPJS Kesehatan Mimika Frida Jane Imbiri kepada

Antara, Kamis, mengatakan “masih terbuka kesempatan bagi warga yang belum

memiliki jaminan kesehatan untuk mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan

Mandiri.Syaratnya, mereka harus mengisi formulir yang disediakan, melengkapi

data diri dengan menyerahkan kartu keluarga, kartu tanda penduduk, pas foto 3x4

cm dan bersedia membayar iuran sesuai kemampuan yaitu untuk kelas I Rp59

ribu/orang, kelas II Rp42.500/orang dan kelas III Rp25.500 per orang.”

Ini amanah UU Nomor 40 tahun 1999 yang mewajibkan seluruh

masyarakat Indonesia memiliki jaminan kesehatan. Saat ini BPJS Kesehatan

Mimika masih melakukan pengentrian data anggota TNI, Polri beserta keluarga

mereka. BPJS Kesehatan Mimika diberikan target waktu harus merampungkan

pencetakan kartu BPJS Kesehatan anggota TNI dan Polri beserta keluarga mereka

hingga akhir Februari 2013.

Jumlah anggota TNI, Polri dan keluarga mereka yang akan dicetak kartu BPJS

Kesehatannya yaitu TNI sebanyak lebih dari 6.000 orang dan Polri (termasuk Brimob)

lebih dari 1.800 orang.Selain itu, BPJS Kesehatan Mimika terus melakukan sosialisasi

ke berbagai badan usaha maupun organisasi kerukunan masyarakat tentang manfaat

program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Secara keseluruhan yang menjadi peserta program BPJS Kesehatan di

Kabupaten Mimika yaitu pemegang kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin

(Jamkesmas) sebanyak 182 ribu jiwa, PNS, Pensiunan dan keluarga mereka

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

9

sebanyak lebih dari 9.000 jiwa, TNI, Polri dan anggota keluarga mereka sebanyak

lebih dari 7.800 jiwa, ditambah sekitar 5.000 peserta Jaminan Pelayanan

Kesehatan (JPK) yang sebelumnya dikelola oleh PT Jamsostek.Saat ini terdata

sebanyak 330 badan usaha di Mimika yang wajib menyerahkan daftar tenaga

kerjanya ke BPJS Kesehatan sebagai peserta BPJS Kesehatan.Belum semua badan

usaha melakukan registrasi atau mendaftar kembali badan usahanya dan data

karyawannya ke BPJS Kesehatan Mimika..10

Seperti yang terjadi di Rumah Sakit Soetomo Surabaya peserta BPJS yang

sakit harus mengantri berhari-hari untuk mendapatkan kamar dan juga pasien

yang menginap di Rumah sakit juga di kenakan tarif Rp.5000 per malamnya,

sehingga disini jelas terlihat BPJS masih sangat berantakan dari segi

pelayanannya.11 Hal yang sama juga terjadi di Bengkulu tepatnya pasien yang

telah dirawat Inap di RSUD M Yunus karena menderita gagal ginjal dan infeksi

empedu, dan pasien ini menggunakan layanan BPJS namun harus terpaksa

meninggalkan Rumah Sakit karena pihak Rumah Sakit meminta pasien tersebut

untuk meninggalkan Rumah Sakit dengan alasan masa perawatan menggunakan

BPJS sudah habis.12 Kejadian tentang pelayanan BPJS yang kurang efektif juga

terjadi pada pasangan Ian Muhammad dan Ayu Denta yang ditolak melamjutkan

pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

bayi laki laki di bidan Posyandu, saat itu sudah terlihat kelainan, warna bayi agak

menguning, setelah itu Ayu membawa anak laki-lakinya ke Rumah Sakit Umum

daerah (RSUD) Bekasi. Dan disanalah bayi pasangan Ian Muhammad dan Ayu

10http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/02/06/n0jz5y-600-warga-timika-

jadi-peserta-bpjs-mandiri/ diakses tanggal 28 september 2014 11 Koran Surya, 14 januari 2015 12 Koran kompas, 15 oktober 2014

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

10

Denta baru diketahui bahwa bayinya menderita penyumbatan hati dan harus

melakukan cangkok hati. Bayi pasangan ini pun mendapat perawatan selama

empat hari di RSUD Bekasi. Setelah itu, pihak Rumah sakit merujuki bayi

tersebut untuk dibawa ke Rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Alasannya, RSUD Bekasi tidak memiliki fasilitas pengobatan yang memadai

untuk pasien penderita penyumbatan hati. Ayu beserta suami pun mengikuti

anjuran RSUD. Pada tanggal 14 maret 2014, mereka mebawa bayi mereka ke

RSCM dengan harapan mendapat penanganan yang baik. Namun, setelah tiga

minggu dirawat di RSCM, pihak Rumah Sakit menganjurkan agar bayinya dibawa

pulang kembali. Dan Ayu diminta harus menyiapkan uang sekitar Rp 2 miliar

untuk biaya operasai dan perawatan apabila ingin bayinya sembuh. Ketika ayu

menyodorkan surat BPJS kesehatan kepada pihak Rumah Sakit, ditolak.

Alasannya, biaya dari BPJS Kesehatan tidak mampu menutupi semua biaya

pengobatan. Sehingga Ayu Denta kecewa karena BPJS Kesehatan tidak dapat

menjadi penolong bagi anaknya.13 Dengan banyaknya keluhan dari masyarakat

tentang pelayanan BPJS ini menunjukkan bahwa hingga saat ini Pelaksanaan

BPJS belum bisa dikatakan efektif dan masih jauh dari kesempurnaan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan BPJS kesehatan menurut UU No. 24 tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di RS Drs.Moh. Anwar

Sumenep dan Kantor BPJS Sumenep ?

13 Koran kompas, 13 mei 2014

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

11

2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

BPJS kesehatan di RS Drs.Moh. Anwar Sumenep dan Kantor BPJS Sumenep ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pelaksanaan BPJS kesehatan menurut UU No. 24 tahun

2011 di RS Drs.Moh. Anwar Sumenep dan Kantor BPJS Sumenep

2. Untuk mengetahui Apa saja yang menjadi faktor pendukung atau

penghambat dalam pelaksanaan BPJS kesehatan di RS Sumenep

D. Manfaat

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis, dalam hal ini adalah

manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu

pengetahuan tentang ilmu hukum pada umumnya dan ilmu tentang BPJS

kesehatan pada khususnya yaitu dalam pelaksanaan BPJS kesehatan

menurut UU No. 24 tahun 2011 di RS Drs.Moh. Anwar Sumenep

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Penulis

Di samping sebagai salah satu persyaratan untuk diperolehnya gelar

S1, juga untuk menambah pengetahuan tentang proses pelaksanaan

BPJS kesehatan yang sudah ditetapkan oleh Undang-Undang, dan

sudah berjalan sesuai dengan Undang-Undang atau tidak . sehingga

dapat mengetahui berjalannya BPJS kesehatan di Kabupaten Sumenep

sudah berjalan baik atau tidak.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

12

b) Bagi RS. Drs.Moh. Anwar

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi RS. Drs.Moh. Anwar

dalam menjalankan BPJS kesehatan sesuai dengan UU No. 24 tahun

2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan lebih

memperbaiki sistem kerja yang lebih baik lagi dalam pelaksanaan

BPJS Kesehatan sesuai dengan UU yang berlaku.Sehingga

masyarakat yang menggunakan BPJS Kesehatan akan merasa puas

dengan pelayanan dari pihak Rumah Sakit.

c) Bagi Masyarakat

Mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang BPJS kesehatan

serta kegunaan dan kelebihan dari BPJS kesehatan. Dan masyarakat

juga lebih mengerti kegunaan serta kelebihan jika menggunakan BPJS

Kesehatan yang sesuai dengan UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

E. Metode Penelitian

1. Metode pendekatan

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah yuridis

sosiologis. Penelitian hukum yang hendak menelaah efektivitas suatu

perundang-undangan (berlakunyahukum) pada dasarnya merupakan

penelitian perbandingan antara realitas dengan ideal hukum.14 Jadi disni

penulis akan membandingkan antara realitas hukum dan ideal hukum

apakah sudah efektif berjalan sesuai dengan peraturan perundang-

14Amiruddin & Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT

Raja Grafindo Persada, hal 137

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

13

undangan. Dengan ini maka penulis akan mewawancarai para informan

dari pihak Rumah sakit, Kantor BPJS Kesehatan dan juga pengguna BPJS

Kesehatan itu sendiri. Dan untuk mengetahui realitas hukum penulis akan

menyebar angket untuk para pengguna BPJS Kesehatan dan juga akan

mewawancarai langsung dari pihak Rumah Sakit dan juga pihak BPJS

Kesehatan di Kota Sumenep. Dengan begitu penulis akan membandingkan

keadaan di lapangan dengan peraturan perundang-undangan yang

mkengatur tentang BPJS Kesehatan, apakah sudah berjalan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RS Drs.Moh.Anwar Sumenep. Rumah

sakit yang beralamat di Jl. Dr. Cipto No. 42 Sumenep ini adalah Rumah

sakit dengan tipe C, yang secara langsung menangani banyak pasien yang

menggunakan BPJS Kesehatan. Dan yang menjadi alasan penulis untuk

melakukan penelitian di RS.Drs.Moh.Anwar Sumenep ini karena penulis

berasal dari kota Sumenep. Sehingga ingin mengetahui lebih jauh tentang

pelaksanaan BPJS di kota asal penulis.

3. Sumber data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

pengumpulan informasi dari pihak Rumah sakit dan pengguna Jasa BPJS

Kesehtan dalam bentuk ucapan /kata-kata dan tingkah laku para informan

sebagai data primer dan dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan

informan. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan tujuan

penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

14

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan

responden, dokumen-dokumen di RS Drs.Moh.Anwar Sumenep dan

Kantor BPJS Kesehatan, interview maupun laporan dalam bentuk

tidak resmi yang nantinya kemudian akan diolah oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Adalah data pelengkap yang diperoleh secara langsung dari literatur,

laporan-laporan, dokumen-dokumen, buku, majalah, buletin,

peraturan perundang-undangan yaitu UU No. 24 Tahun 2011 tentang

BPJS Kesehatan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional, berita-berita sajian media cetak

maupun media online yang berkaitan dengan masalah penelitian.

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut. :

a. Interview / Wawancara

Yaitu suatu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data

melalui tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan informan yang

dianggap mengetahui banyak tentang masalah penelitian. Sehingga

menjadi data yang akurat untuk penulis. Dan dalam wawancara

tersebut ada beberapa Responden sebagai berikut :

1. Responden yang dipilih dengan metode perposive sampling

a. Pihak RS Drs.Moh.Anwar Sumenep

Adalah pihak yang menangani langsung pasien yang masuk ke

RS yang juga menggunakan BPJS Kesehatan, yaitu perawat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

15

yang menangani pasien yang masuk ke RS dan juga Direktur

utama RS.

b. Pihak BPJS Kesehatan

Adalah pihak yang menangani sekelompok masyarakat yang

menggunakan BPJS Kesehatan, yaitu Kepala Operasional BPJS

Kesehatan Sumenep yang menangani langsung para pendaftar

yang sudah aktif menjadi anggota BPJS Kesehatan.

2. Responden yang dipilih dari metode Random Sampling

a. Populasi

Yaitu responden yang dipilih dari jumlah pasien yang

mengalami permasalahan dibulan Februari 2015 yang berobat

dan menggunakan BPJS Kesehatan di RS Drs.Moh.Anwar

Sumenep pada Bulan Februari 2015.

b. Sampel

Yaitu dipilih dari 22 orang dari jumlah pasien yang mengalami

permasalahan dibulan Februari 2015 yaitu :

1. Bapak Mudahri

2. Ibu Supiah

3. Ibu Samsiyah,

4. Bapak Ruslan

5. Bapak Samsuri

6. Ibu Kusmari

7. Bapak Bahrudin

8. Bapak Soli

9. Bapak Kusnadi

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

16

10. Ibu Fitriyani

11. Ibu Mariah

12. Ibu Farida

13. Bapak Muslihat

14. BapakKafrawi

15. Ibu Kusmiyati

16. Ibu Salamah

17. Ibu Hasanah

18. Ibu Santi

19. Bapak Walidin

20. Bapak Fahrudin

21. Bapak Azziz

22. Bapak Jumali

b. Dokumentasi

Yaitu penulis akan mengumpulkan data-data melalui tanya jawab

langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Dan dalam tanya

jawab tersebut akan disertai dengan dokumentasi bersama

Responden-Responden.

c. Observasi

Yaitu penulis melakukan kegiatan pengamatan tentang sistem kerja

dan efektifitas dari pelaksanaan BPJS Kesehatan di RS

Drs.Moh.Anwar Sumenep dan di Kantor BPJS Kesehatan sumenep.

Dan secara langsung pada objek penelitian di RS.Drs.Moh.Anwar

Sumenep dan Kantor BPJS Kesehatan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

17

d. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data sekunder dan teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subyek

penelitian, dalam hal-hal data diperoleh dari literatur-literatur dan

majalah-majalah maupun berita-berita yang ada di media cetak

maupun media online.

5. Metode Analisa Data

a. Deskriptif Kualitatif

Adalah suatu metode dalam meneliti kasus sekelompok manusia, suatu

objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang. Tujuan dari penelitian diskriptif kualitatif ini adalah

untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta , sifat serta hubungan antara

fenomena yang di selidiki.15

F. Rencana Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan ini, peneliti akan membuat sistematika

penulisan dengan tujuan agar dapat dijadikan bahan acuan dalam penulisan, dapat

dipertanggungjawabkan, mempermudah penulisan, dan agar terlihat sistematis.

1. BAB I : PENDAHULUAN

Subtansi dalam pendahuluan meliputi beberapa sub bab yang terdiri dari

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian ,

kegunaan penelitian, metode penelitian, sistematika penelitian.

15 Moh.Nazir,Ph. D, 2005, Metode Penelitian, Jakarta, PT.Ghalia Indonesia, hal 54

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/22471/1/jiptummpp-gdl-nabillafil-41564-2-bab1.pdf · pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang

18

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini terisi uraian tentang teori-teori, doktrin, pendapat ahli hukum,

kajian yuridis sesuai dengan hukum yang berlaku yang akan di pakai oleh

peneliti untuk mendukung analisa terhadap masalah yang diteliti.

3. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil dari penelitian yang akan dikaji dan

dianalisa secara sistematis berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah ada

dalam Bab II.

4. BAB IV : PENUTUP

Bab yang terakhir ini terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran.

Kesimpulan yang dimaksud adalah apa yang disimpulkan oleh peneliti

dari hasil analisa pada Bab III. Dari kesimpulan tersebut maka timbul

hal-hal yang akan menjadi saran dan rekomendasi dalam permasalahan

yang sudah diteliti.