IDENTIFIKASI JENIS KERUSAKAN PADA …digilib.unila.ac.id/22471/3/SKRIPSI TANPA BAB...

download IDENTIFIKASI JENIS KERUSAKAN PADA …digilib.unila.ac.id/22471/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · abstrak identifikasi jenis kerusakan pada perkerasan lentur (s tudi kasus jalan

If you can't read please download the document

Transcript of IDENTIFIKASI JENIS KERUSAKAN PADA …digilib.unila.ac.id/22471/3/SKRIPSI TANPA BAB...

  • IDENTIFIKASI JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR

    (Studi Kasus Jalan Soekarno Hatta Bandar Lampung)

    (Skripsi)

    Oleh

    VIDYA ANNISAH PUTRI

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2016

  • ABSTRAK

    IDENTIFIKASI JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR(STUDI KASUS JALAN SOEKARNO-HATTA BANDAR LAMPUNG)

    OLEH

    VIDYA ANNISAH PUTRI

    Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung merupakan jalan nasional dengan fungsisebagai jalan arteri primer. Jalan ini memiliki lebar 2 x 7,75 m dengan tipe jalan4/2 D.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkerasan jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung saat ini. Metode yang digunakan untuk penilaian adalahPavement Condition Index (PCI).

    Berdasarkan hasil studi, diketahui kondisi perkerasan jalan pada ruas Soekarno-Hatta Bandar Lampung adalah sempurna 64,3 %; sangat baik 21,4 % dan baik14,3 %. Meskipun secara keseluruhan kondisi jalan ini masih masuk ke dalamkategori baik bahkan sempurna, namun pada beberapa lokasi jalan sudahmengalami kerusakan. Saat dilakukan survei terdapat 3 unit sampel pada segmen10 yang mengalami rusak parah dan sedang dilakukan perbaikan (rekonstruksi),sehingga unit sampel tersebut tidak dimasukkan ke dalam perhitungan PCI secarakeseluruhan. Adapun jenis kerusakan yang terdapat pada jalan ini di antaranyaretak kulit buaya 12,64 %; retak blok 4,66 %; tonjolan 3,35 %; amblas 2,96 %;retak tepi 4,05 %; penurunan bahu jalan 4,14 %; retak memanjang 8,81 %;tambalan 24,61 %; pengausan 17,18 %; lubang 3,35 %; alur 8,76 %; retak selip2,58 % dan pelepasan butir 2,92 %.

    Kata kunci : jenis kerusakan jalan, tingkat kerusakan jalan, PCI

  • ABSTRACT

    IDENTIFICATION OF DISTRESS TYPES IN FLEXIBLE PAVEMENT(CASE STUDY OF SOEKARNO-HATTA ROAD BANDAR LAMPUNG)

    By

    VIDYA ANNISAH PUTRI

    Soekarno-Hatta Bandar Lampung road is a national road which has function as aprimary arterial road. This road having wide 2 x 7,75 m with 4/2 D type of road.

    This research aims to determine the pavement condition of Soekarno-Hatta road.The method used to assessment is Pavement Condition Index (PCI).

    Based on the result of the study, it is known that the pavement condition ofSoekarno-Hatta Bandar lampung road is excellent 64,3 %; very good 21,4 % andgood 14,3 %. Despite the overall condition of the road was still in good evenperfect category, but at some location the road has been damaged. When doing asurvey there were 3 unit sample of segment 10 that suffered damaged and werehaving repair (reconstruction), so that unit samples were not included into PCIcalculation. Types of damage that found in this road consist of alligator cracking12,64 %; block cracking 4,66%; bugs 3,35 %; depressions 2,96 %; edge cracking4,05 %; shoulder drop off 4,14 %; longitudinal cracking 8,81 %; patching 24,61%; polished aggregate 17,18 %, potholes 3,35 %; rutting 8,76 %; slippagecracking 2,58 % and raveling 2,92 %.

    Keywords : pavement distress types, severity level, PCI

  • IDENTIFIKASI JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR(STUDI KASUS JALAN SOEKARNO-HATTA BANDAR LAMPUNG)

    Oleh

    VIDYA ANNISAH PUTRI

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNIK

    Pada

    Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Lampung

    FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2016

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 5

    Maret 1993, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari

    Bapak Sulbani dan Ibu Elvinina.

    Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri

    2 Sukajawa Bandar Lampung pada tahun 2006, Sekolah

    Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2009 di SMP Negeri 18 Kota

    Bengkulu dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Persada

    Bandar Lampung pada tahun 2012. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan

    Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur

    Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis.

    Penulis telah melakukan Kerja Praktek (KP) pada Proyek Pembangunan Hotel

    Whiz Prime Lampung selama 3 bulan. Penulis juga telah mengikuti Kuliah Kerja

    Nyata (KKN) di Desa Goras Jaya, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah

    selama 40 hari pada periode Januari-Februari 2015. Penulis mengambil tugas

    akhir dengan judul Identifikasi Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Lentur (Studi

    Kasus Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung).

    Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknik

    Sipil (HIMATEKS) sebagai anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan pada

  • periode tahun 2013-2014 dan sebagai sekretaris divisi pengembangan Bidang

    Penelitian dan Pengembangan pada periode tahun 2014-2015.

  • Persembahan

    Untuk Papa dan Mama yang selalu mendoakan dan memberi

    motivasi.

    Untuk nenekku tersayang Yuni Sasniar (Alm).

    Untuk kakakku Viola Violina dan adikku Maulana Azis.

    Untuk semua guru-guru dan dosen-dosen yang telah mengajarkan

    banyak hal. Terima kasih untuk ilmu, pengetahuan dan pelajaran

    hidup yang sudah diberikan.

    Untuk teman-teman spesialku, keluarga baruku, rekan

    seperjuanganku, Teknik Sipil Universitas Lampung Angkatan 2012.

    Sukses untuk kita semua.

  • MOTTOMaka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

    Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

    (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)

    Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum

    hingga mereka mengubah diri mereka sendiri.

    (Q.S. Ar-Rad: 11)

    Allah tidak membebani seseorang itu

    melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

    (Q.S. Al-Baqarah: 286)

    There is no limit of struggling.

    (Anonim)

    Every action has a reaction, every act has a consequence

    and every kindness has kind reward.

    (Anonim)

    Dont lose the faith, keep praying, keep trying.

    (Anonim)

    Kesuksesan berbanding lurus pada tindakan yang dilakukan.

    (Anonim)

  • SANWACANA

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

    karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Identifikasi Jenis

    Kerusakan Pada Perkerasan Lentur (Studi Kasus Jalan Soekarno-Hatta Bandar

    Lampung). Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada Fakultas Teknik Universitas

    Lampung.

    Atas terselesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

    Lampung.

    2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Universitas Lampung.

    3. Bapak Drs. I Wayan Diana, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing 1 skripsi

    saya yang telah membimbing dalam proses penyusunan skripsi.

    4. Bapak Sasana Putra, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing 2 skripsi saya yang

    telah membimbing dalam proses penyusunan skripsi.

    5. Bapak Ir. Hadi Ali, M.T., selaku Dosen Penguji skripsi saya yang telah

    membimbing selama seminar penelitian.

    6. Ibu Dr. Dyah Indriana K, S.T.,M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik

    yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan.

  • 7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung atas

    ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

    8. Keluarga tercinta, papa Sulbani dan mama Elvinina, nenekku Yuni Sasniar

    (Alm), kakakku Viola Violina, adikku Maulana Azis, om dan tante serta

    seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa.

    9. Rekan seperjuanganku, Teknik Sipil Universitas Lampung Angkatan 2012,

    Susi, Laras, Danu, Mutiara, Ratna, Bagus, Eddy, Sherli, Florince, Restu, Pras,

    Andriansyah, Risqon, Lexono, Santo, Tasia, Aini, Rahmat, Lidya, Della,

    Rahmi, Mutya, Hasna, Ana, Arra, Vera, Meri, Oktario, Wahyuddin, Tiffany,

    Febrian, Martha, Dea, Ikko, Icha, Fita, Windy, Rizca, Milen, Meutia, Respa,

    Selvia, Lutfi, Robby, Giwa, Kevin, Arya, Amor, Feby, Tyka, Zaina,

    Hermawan, Faizin, Yota, Hedi, Rio, Anca, Yogi, Firdaus, George, Philipus,

    Naufal, Adit, Taha, Arga, Yance, Ical, Ari, Sholeh, Yudi, Datra, Edwin, Fadli,

    Fajar, Indrawan, Rinaldi, Afif, Fazri, Aryodi, Wiwid, Tristia, Yuda, seluruh

    kakak-kakak dan adik-adik yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi

    ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan

    keterbatasan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat

    diharapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

    Bandar Lampung, Mei 2016

    Penulis

    Vidya Annisah Putri

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii

    DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ vi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

    I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang...................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3C. Batasan Masalah ................................................................................... 3D. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4E. Manfaat Penelitian................................................................................ 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

    A. Perkerasan Jalan ................................................................................... 5B. Lapis Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)...................................... 6C. Struktur Perkerasan Jalan Soekarno-Hatta ......................................... 11D. Kerusakan Perkerasan Jalan ............................................................... 12E. Pavement Condition Index (PCI)........................................................ 22F. Penelitian Terdahulu........................................................................... 38

    III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 40

    A. Lokasi Penelitian ................................................................................ 40B. Data Yang Digunakan ........................................................................ 41C. Peralatan Penelitian ............................................................................ 42D. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 42E. Bagan Alir Penelitian ......................................................................... 44

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 45

    A. Lokasi Penelitian................................................................................... 45B. Penilaian Indeks Kondisi Jalan ............................................................. 48C. Kondisi Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung................................ 133

  • ii

    V. PENUTUP .............................................................................................. 136

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 136B. Saran ................................................................................................... 137

    DAFTAR PUSTAKA

    Lampiran A (Kartu Asistensi)

    Lampiran B (Data Hasil Survei)

    Lampiran C (Dokumentasi)

    Lampiran D (Surat-Surat)

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Susunan Lapis Perkerasan Lentur ............................................................... 11

    2. Profil Melintang Jalan Soekarno-Hatta....................................................... 12

    3. Retak Kulit Buaya ....................................................................................... 14

    4. Kegemukan ................................................................................................. 14

    5. Retak Blok................................................................................................... 15

    6. Tonjolan dan Lengkungan........................................................................... 15

    7. Keriting ....................................................................................................... 15

    8. Amblas ........................................................................................................ 16

    9. Retak Tepi ................................................................................................... 16

    10. Retak Refleksi Sambungan ........................................................................ 17

    11. Penurunan Bahu Jalan ................................................................................ 17

    12. Retak Memanjang/Melintang..................................................................... 18

    13. Tambalan.................................................................................................... 18

    14. Pengausan.................................................................................................. .18

    15. Lubang.19

    16. Persilangan Jalan Rel ................................................................................. 19

    17. Alur ............................................................................................................ 20

    18. Sungkur ...................................................................................................... 20

  • iv

    19. Retak Selip ................................................................................................. 21

    20. Pengembangan ........................................................................................... 21

    21. Pelapukan dan Pelepasan Butir .................................................................. 22

    22. Ratting Kondisi Jalan Berdasarkan Metode PCI........................................ 38

    23. Lokasi Penelitian........................................................................................ 40

    24. Titik Awal dan Titik Akhir Penelitian ....................................................... 41

    25. Bagan Alir Penelitian ................................................................................. 44

    26. Lokasi Penelitian........................................................................................ 46

    27. Potongan Melintang Segmen 1-12 ............................................................. 47

    28. Potongan Melintang Segmen 13-14 ........................................................... 47

    29. Jenis Kerusakan pada STA 00+450 s/d 00+500 ........................................ 48

    30. Nilai Kondisi Jalan pada STA 00+450 s/d 00+500.................................... 52

    31. Jenis Kerusakan pada STA 02+100 s/d 02+150 ........................................ 56

    32. Tonjolan pada STA 03+850 s/d 03+900 .................................................... 65

    33. Lubang pada STA 05+300 s/d 05+350 ...................................................... 70

    34. Jenis Kerusakan pada STA 06+800 S/D 06+850....................................... 75

    35. Jenis Kerusakan pada STA 08+000 s/d 08+050 ........................................ 82

    36. Jenis Kerusakan pada STA 08+850 s/d 08+900 ........................................ 89

    37. Jenis Kerusakan pada STA 11+450 s/d 11+500 ........................................ 94

    38. Retak Kulit Buaya pada STA 13+650 s/d 13+700................................... 103

    39. Pengausan pada STA 15+200 s/d 15+250 ............................................... 107

    40. Jenis Kerusakan pada STA 16+100 s/d 16+150 ...................................... 113

    41. Jenis Kerusakan pada STA 16+350 s/d 16+400 ...................................... 119

    42. Pelepasan Butir Agregat pada STA 16+500 s/d 16+550 ......................... 124

  • v

    43. Jenis Kerusakan pada STA 17+800 s/d 17+900 ...................................... 128

    44. Persentase Kondisi Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung ................... 133

    45. Persentase Masing-Masing Jenis Kerusakan ........................................... 134

  • DAFTAR GRAFIK

    Grafik Halaman

    1. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Retak Kulit Buaya ...................................................................................... 29

    2. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Kegemukan ................................................................................................ 30

    3. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Retak Blok .................................................................................................. 30

    4. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Tonjolan dan Lengkungan .......................................................................... 30

    5. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Keriting ...................................................................................................... 31

    6. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Amblas ....................................................................................................... 31

    7. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Retak Tepi .................................................................................................. 31

    8. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Retak Refleksi Sambungan Jalan ............................................................... 32

    9. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Penurunan Bahu Jalan ................................................................................ 32

  • vii

    10. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Retak Memanjang/Melintang .................................................................... 32

    11. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Tambalan dan Galian Utilitas .................................................................... 33

    12. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Pada Perlintasan Kereta ............................................................................. 33

    13. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Pengembangan .......................................................................................... 33

    14. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Pengausan .................................................................................................. 34

    15. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Lubang ...................................................................................................... 34

    16. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Alur ........................................................................................................... 34

    17. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Sungkur ..................................................................................................... 35

    18. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan

    Retak Selip ................................................................................................ 35

    19. Hubungan Density dan Deduct Value Untuk Jenis Kerusakan Pelapukan dan

    Pelepasan Butir .......................................................................................... 35

    20. Hubungan CDV dan TDV Untuk Perkerasan Lentur ................................ 37

    21. Deduct Value Retak Kulit Buaya pada STA 00+450 S/D 00+500............ 49

    22. Deduct Value Tambalan pada STA 00+450 S/D 00+500.......................... 49

    23. Nilai CDV pada STA 00+450 s/d 00+500................................................. 51

  • viii

    24. Deduct Value Retak Blok pada STA 02+100 s/d 02+150 .......................... 57

    25. Deduct Value Retak Tepi pada STA 02+100 s/d 02+150........................... 58

    26. Deduct Value Alur pada STA 02+100 s/d 02+150..................................... 58

    27. Nilai CDV pada STA 02+100 s/d 02+150.................................................. 59

    28. Deduct Value Tonjolan pada STA 03+850 s/d 03+900.............................. 66

    29. Nilai CDV pada STA 03+850 s/d 03+900.................................................. 67

    30. Deduct Value Lubang pada STA 05+300 s/d 05+350 ................................ 71

    31. Nilai CDV pada STA 05+300 s/d 05+350.................................................. 71

    32. Deduct Value Retak Kulit Buaya pada STA 06+800 s/d 06+850 .............. 76

    33. Deduct Value Amblas pada STA 06+800 s/d 06+850................................ 77

    34. Deduct Value Retak Memanjang pada STA STA 06+800 s/d 06+850 ...... 77

    35. Nilai CDV pada STA 06+800 s/d 06+850.................................................. 78

    36. Deduct Value Retak Memanjang pada STA 08+000 s/d 08+050............... 83

    37. Deduct Value Retak Selip pada STA 08+000 s/d 08+050.......................... 84

    38. Nilai CDV pada STA 08+000 s/d 08+050.................................................. 85

    39. Deduct Value Amblas pada STA 08+850 s/d 08+900................................ 90

    40. Deduct Value Tambalan pada STA 08+850 s/d 08+900 ........................... 90

    41. Nilai CDV pada STA 08+850 s/d 08+900.................................................. 91

    42. Deduct Value Tambalan pada STA 11+450 s/d 11+500 ............................ 95

    43. Deduct Value Lubang pada STA 11+450 s/d 11+500 ................................ 95

    44. Nilai CDV pada STA 11+450 s/d 11+500.................................................. 96

    45. Deduct Value Retak Kulit Buaya pada STA 13+650 s/d 13+700 ............ 104

    46. Nilai CDV pada STA 13+650 s/d 13+700............................................... 104

    47. Deduct Value Pengausan pada STA 15+200 s/d 15+250 ......................... 108

  • ix

    48. Nilai CDV pada STA 15+200 s/d 15+250................................................ 109

    49. Deduct Value Penurunan Bahu Jalan pada STA 16+100 s/d 16+150 ...... 114

    50. Deduct Value Retak Memanjang pada STA 16+100 s/d 16+150............. 115

    51. Deduct Value Lubang pada STA 16+100 s/d 16+150 .............................. 115

    52. Nilai CDV pada STA 16+100 s/d 16+150................................................ 116

    53. Deduct Value Tonjolan pada STA 16+350 s/d 16+400............................ 120

    54. Deduct Value Retak Memanjang pada STA 16+350 s/d 16+400............. 120

    55. Deduct Value Lubang pada STA 16+350 s/d 16+400 .............................. 121

    56. Nilai CDV pada STA 16+350 s/d 16+400................................................ 122

    57. Deduct Value Pelepasan Butir Agregat pada STA 16+500 s/d 16+550 ... 125

    58. Nilai CDV pada STA 16+500 s/d 16+550................................................ 126

    59. Deduct Value Retak Kulit Buaya pada STA 17+800 s/d 17+900 ............ 129

    60. Deduct Value Lubang pada STA 17+800 s/d 17+900 .............................. 129

    61. Nilai CDV pada STA 17+800 s/d 17+900................................................ 130

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Tingkat Kerusakan Retak Kulit Buaya ....................................................... 23

    2. Tingkat Kerusakan Kegemukan.................................................................. 23

    3. Tingkat Kerusakan Tonjolan dan Lengkungan ........................................... 23

    4. Tingkat Kerusakan Retak Blok ................................................................... 24

    5. Tingkat Kerusakan Amblas......................................................................... 24

    6. Tingkat Kerusakan Keriting............................................................... .24

    7. Tingkat Kerusakan Retak Tepi ................................................................... 24

    8. Tingkat Kerusakan Penurunan Bahu Jalan ........................................ .25

    9. Tingkat Kerusakan Retak Refleksi Sambungan.................................. .25

    10. Tingkat Kerusakan Retak Memanjang/Melintang ............................ .25

    11. Tingkat Kerusakan Tambalan dan Galian Utilitas ............................ .26

    12. Tingkat Kerusakan Lubang............................................................... .26

    13. Tingkat Kerusakan Alur.................................................................... .26

    14. Tingkat Kerusakan Sungkur.............................................................. .27

    15. Tingkat Kerusakan Pengembangan .................................................. .27

    16. Tingkat Kerusakan Persilangan Jalan Rel ........................................ .27

    17. Tingkat Kerusakan Retak Selip ........................................................ .27

    18. Tingkat Kerusakan Pelapukan dan Pelepasan Butir ......................... .28

  • xi

    19. Panjang Tiap Segmen Perkerasan Lentur .......................................... .45

    20. Nilai TDV pada STA 00+450 s/d 00+500......................................... .50

    21. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 1 Jalur Kiri................................... .53

    22. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 1 Jalur Kanan............................... .54

    23. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 2 Jalur Kiri................................... .60

    24. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 2 Jalur Kanan............................... .62

    25. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 3 Jalur Kiri................................... .68

    26. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 3 Jalur Kanan............................... .68

    27. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 4 Jalur Kiri................................... .72

    28. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 4 Jalur Kanan............................... .73

    29. Nilai TDV pada STA 06+800 s/d 06+850......................................... .78

    30. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 5 Jalur Kiri................................... .80

    31. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 5 Jalur Kanan............................... .81

    32. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 6 Jalur Kiri................................... .86

    33. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 6 Jalur Kanan............................... .87

    34. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 7 Jalur Kiri................................... .92

    35. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 7 Jalur Kanan............................... .92

    36. Nilai TDV pada STA 11+450 s/d 11+500......................................... .96

    37. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 8 Jalur Kiri................................... .98

    38. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 8 Jalur Kanan............................. .100

    39. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 9 Jalur Kiri................................. .105

    40. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 9 Jalur Kanan............................. .106

    41. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 10 Jalur Kiri............................... .110

    42. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 10 Jalur Kanan........................... .111

  • xii

    43. Nilai TDV pada STA 16+100 s/d 16+150....................................... .116

    44. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 11 ............................................... .117

    45. Nilai TDV pada STA 16+350 s/d 16+400....................................... .121

    46. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 12 ............................................... .123

    47. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 13 ............................................... .127

    48. Nilai TDV pada STA 17+800 s/d 17+900....................................... .130

    49. Nilai Kondisi Jalan pada Segmen 14 ............................................... .131

    50. Rekapitulasi Nilai Indeks Kondisi Jalan Soekarno-Hatta................ .134

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun

    meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

    perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas (UU Jalan No.13/1980).

    Jalan merupakan prasarana penting dalam transportasi yang dapat

    berpengaruh terhadap kemajuan bidang ekonomi, sosial, budaya maupun

    politik di suatu wilayah.

    Untuk kenyamanan dan keamanan bagi pengemudi, jalan harus didukung

    oleh perkerasan yang baik. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat

    dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Perkerasan

    jalan dibagi atas dua kategori yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan

    perkerasan kaku (rigid pavement). Perkerasan lentur adalah perkerasan yang

    menggunakan aspal sebagai bahan pengikat sedangkan perkerasan kaku

    adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama

    perkerasan tersebut.

    Lapisan perkerasan jalan terdiri dari lapis permukaan (surface course), lapis

    pondasi atas (base course), lapis pondasi bawah (subbase course) dan tanah

    dasar (subgrade). Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima dan

  • 2

    menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti

    pada konstruksi jalan itu sendiri. Dengan demikian memberikan kenyamanan

    kepada pengemudi selama masa pelayanan jalan tersebut.

    Jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung merupakan jalan nasional dengan

    fungsi sebagai jalan arteri primer. Sebelum dilakukan pelebaran, jalan ini

    memiliki lebar perkerasan 2 x 3,5 m dengan tipe perkerasan aspal laston dan

    tipe jalan masih 2 lajur 2 arah tanpa median (2/2 UD). Pada tahun 2013 jalan

    ini telah dilakukan pelebaran yaitu lebar perkerasan menjadi 2 x 7,75 m

    dengan tipe jalan 4 lajur 2 arah dan dilengkapi median selebar 1 m (4/2 D).

    Kondisi jalan yang sebelumnya rusak, pada tahun 2013 telah diperbaiki

    sehingga meningkatkan keamanan dan kenyamanan dalam berkendara.

    Namun umur jalan yang sudah direncanakan pada kenyataannya tidak sesuai

    dengan yang terjadi di lapangan. Seringkali kondisi jalan sudah mengalami

    kerusakan sebelum masa layan jalan tersebut habis. Hal tersebut dapat

    dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya pertumbuhan lalu lintas yang

    tidak sesuai prediksi, beban lalu lintas yang melampaui batas (overloading),

    kondisi tanah dasar yang buruk, tidak sesuainya material yang digunakan,

    faktor lingkungan serta pelaksanaan yang tidak sesuai dengan perencanaan.

    Terdapat berbagai jenis kerusakan yang dapat terjadi pada perkerasan lentur,

    oleh sebab itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui kondisi permukaan

    jalan dengan melakukan pengamatan secara visual.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk

    mengidentifikasi jenis kerusakan, mengetahui persentase kerusakan serta

  • 3

    mengetahui nilai indeks kondisi permukaan perkerasan lentur ruas jalan

    Soekarno-Hatta Bandar Lampung, dimana jalan tersebut baru diperbaiki pada

    tahun 2013 lalu.

    B. Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Apa saja jenis-jenis kerusakan yang terdapat pada lapis permukaan

    perkerasan lentur ruas jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung ?

    2. Berapakah nilai indeks kondisi perkerasan lentur pada ruas jalan

    Soekarno-Hatta Bandar Lampung ?

    C. Batasan Masalah

    Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Lokasi yang digunakan pada penelitian ini adalah ruas jalan Soekarno-

    Hatta, Bandar Lampung.

    2. Perhitungan nilai indeks kondisi jalan dilakukan menggunakan metode

    Pavement Condition Index (PCI).

    3. Data primer berupa hasil pengamatan secara visual serta hasil pengukuran

    yang terdiri dari panjang, lebar dan kedalaman dari tiap jenis kerusakan

    yang terjadi.

    4. Identifikasi kerusakan dilakukan pada perkerasan lentur (flexible

    pavement).

  • 4

    5. Kerusakan yang diidentifikasi hanya pada lapisan permukaan (surface

    course).

    D. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan yang terdapat pada lapis

    permukaan perkerasan lentur ruas jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung.

    2. Untuk mengetahui nilai indeks kondisi perkerasan lentur pada ruas jalan

    Soekarno-Hatta Bandar Lampung.

    E. Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain :

    1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang jenis-jenis

    kerusakan yang terjadi pada perkerasan lentur (flexible pavement).

    2. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, pemahaman dan referensi

    tentang penggunaan metode Pavement Condition Index (PCI) dalam

    mengidentifikasi kerusakan pada perkerasan lentur (flexible pavement).

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Perkerasan Jalan

    Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang

    digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai :

    1. Batu pecah

    2. Batu belah

    3. Batu kali

    4. Hasil samping peleburan baja

    Bahan ikat yang dipakai :

    1. Aspal

    2. Semen

    3. Tanah liat

    Lapisan perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu

    lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu

    sendiri. Dengan demikian memberikan kenyamanan kepada si pengemudi

    selama masa pelayanan jalan tersebut. Untuk itu dalam perencanaan perlulah

    dipertimbangkan seluruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi

    pelayanan konstruksi perkerasan jalan seperti :

    1. Fungsi jalan

  • 6

    2. Kinerja perkerasan (pavement performance)

    3. Umur rencana

    4. Lalu lintas

    5. Sifat tanah dasar

    6. Kondisi lingkungan

    7. Sifat dan banyak material tersedia di lokasi yang akan digunakan sebagai

    bahan lapisan perkerasan

    8. Bentuk geometrik lapisan perkerasan

    Berdasarkan bahan ikat, lapis perkerasan jalan dibagi atas dua kategori yaitu

    lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) dan lapisan perkerasan kaku

    (rigid pavement).

    B. Lapis Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

    Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan

    pengikat. Guna dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai

    jalan, maka konstruksi perkerasan jalan harus memenuhi syarat-syarat

    tertentu yang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

    1. Syarat-syarat berlalu lintas

    Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan

    berlalu lintas harus memenuhi syarat-syarat berikut :

    a. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidaak

    berlubang.

    b. Permukaan cukup kaku sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat

    beban yang bekerja di atasnya.

  • 7

    c. Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan

    permukaan jalan sehingga tidak mudah selip.

    d. Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika terkena sinar matahari.

    2. Syarat-syarat struktural

    Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan

    menyebarkan beban, harus memenuhi syarat-syarat berikut :

    a. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan

    lalu lintas ke tanah dasar.

    b. Kedap terhadap air sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di

    bawahya.

    c. Permukaan mudah mengalirkan air sehingga air hujan yang jatuh di

    atasnya dapat cepat dialirkan.

    d. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan

    deformasi yang berarti.

    Untuk dapat memenuhi hal-hal tersebut di atas, perencanaan dan pelaksanaan

    konstruksi perkerasan lentur jalan harus mencakup :

    1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan

    Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas yang

    akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah

    ditentukan tebal masing-masing lapisan berdasarkan beberapa metode

    yang ada.

  • 8

    2. Analisa campuran bahan

    Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang tersedia,

    direcanakanlah suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi

    spesifikasi dari jenis lapisan yang dipilih.

    3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan

    Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan campuran yang

    memenuhi syarat, belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan

    perkerasan yang memenuhi apa yang diinginkan jika tidak dilakukan

    pengawasan pelakasanaan yang cermat mulai dari tahap penyiapan lokasi

    dan material sampai tahap pencampuran atau penghamparan dan akhirnya

    pada tahap pemadatan dan pemeliharaan.

    Lapisan-lapisan dari perkerasan lentur bersifat memikul dan menyebarkan

    beban lalu lintas ke tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan

    tersebut adalah :

    1. Lapisan permukaan (surface coarse)

    Lapisan permukaan adalah bagian perkerasan jalan yang paling atas.

    Lapisan tersebut berfungsi sebagai berikut :

    a. Lapis perkerasan penahan beban roda yang mempunyai stabilitas tinggi

    untuk menahan roda selama masa pelayanan.

    b. Lapisan kedap air, air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke

    lapisan bawah dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.

    c. Lapis aus, lapisan ulang yang langsung menderita gesekan akibat roda

    kendaraan.

  • 9

    d. Lapis-lapis yang menyebabkan beban ke lapisan di bawahnya sehingga

    dapat dipikul oleh lapisan lain dengan daa dukung yang lebih jelek.

    2. Lapisan pondasi atas (base coarse)

    Lapisan pondasi atas adalah bagian lapis perkerasan yang terletak antara

    lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila

    tidak menggunakan lapis pondasi bawah). Karena terletak tepat di bawah

    permukaan perkerasan, maka lapisan ini menerima pembebanan yang berat

    dan paling menderita akibat muatan, oleh karena itu material yang

    digunakan harus berkualitas sangat tinggi dan pelaksanaan konstruksi

    harus dilakukan dengan cermat.

    Fungsi lapis pondasi atas adalah :

    a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan

    menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

    b. Lapis peresapan untuk pondasi bawah.

    c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

    Bahan untuk lapis pondasi atas cukup kuat dan awet sehingga dapat

    menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk

    digunakan sebagai bahan pondasi hendaknya dilakukan penyelidikan dan

    pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknis.

    Bermacam-macam bahan alam/bahan setempat (CBR > 50 %, PI < 4 %)

    dapat digunakan sebagai bahan lapisan pondasi atas, antara lain batu

    merah, kerikil dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.

  • 10

    3. Lapisan pondasi bawah (sub-base coarse)

    Lapisan pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang terletak antara lapis

    pondasi atas dan tanah dasar. Fungsi lapis pondasi bawah adalah :

    a. Menyebarkan beban roda ke tanah dasar.

    b. Efisieni penggunaan material. Material pondasi bawah lebih murah

    daripada lapisan di atasnya.

    c. Lapis peresapan agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

    d. Lapisan partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan pondasi

    atas.

    Bahannya dari bermacam-macam bahan setempat (CBR > 20 %, PI < 10

    %) yang relatif jauh lebih baik dengan tanah dasar dapat digunakan

    sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah setempat

    dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan

    agar didapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi

    perkerasan.

    4. Lapisan tanah dasar (subgrade)

    Tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan tanah galian

    atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan

    permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

    Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan tergantung dari sifat-

    sifat daya dukung tanah dasar.

    Persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah :

    a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah

    tertentu akibat beban lalu lintas.

  • 11

    b. Sifat kembang susut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.

    c. Daya dukung tanah yang tidak merata, sukar ditentukan secara pasti

    ragam tanah yang sangat berbeda sifat dan kelembabannya.

    d. Lendutan atau lendutan balik.

    Gambar 1. Susunan lapis perkerasan lentur

    C. Struktur Perkerasan Jalan Soekarno-Hatta

    Jalan Soekarno-Hatta memiliki lebar perkerasan 2 x 7,75 m yang terdiri dari 4

    lajur 2 arah dengan lebar median 1 m (4/2 D). Lebar bahu jalan sebesar 2 m

    dengan kondisi tanpa perkerasan. Saluran samping jalan memiliki kedalaman

    1,4 m dengan lebar saluran bagian atas 1,3 m dan bagian bawah 0,8 m.

    Jalan Soekarno-Hatta terdiri dari perkerasan lentur (flexible pavement) dan

    perkerasan kaku (rigid pavement).

    1. Lapis tanah dasar (subgrade)

    CBR rencana subgrade adalah 8 %.

    2. Lapis pondasi bawah (base class B )

    Subbase memiliki ketebalan 20 cm dan material yang dipakai adalah batu

    pecah kelas B.

  • 12

    3. Lapis pondasi atas (base class A)

    Lapis pondasi atas terbagi menjadi 2 jenis yaitu CTRB (Cemen Treated

    Recycling Base) dengan lebar 2 x 3,75 m dan CTB (Cemen Treated Base)

    dengan lebar 2 x 4 m. Masing-masing jenis memiliki ketebalan 30 cm.

    Lapis pondasi atas merupakan campuran dari batu pecah kelas A dan

    semen.

    4. Lapis permukaan terdiri dari 2 lapisan yaitu :

    Lapis permukaan jalan ini menggunakan campuran aspal panas dengan

    laston, dengan ketebalan :

    Lapisan AC-WC setebal 5 cm

    Lapisan AC-BC setebal 7 cm

    5. Perkerasan rigid

    Perkerasan rigid terdapat pada daerah jalan yang mempunyai kelandaian

    dan keramaian tingkat kendaraan yang cukup besar atau di setiap inter

    section. Perkerasan rigid ini memiliki ketebalan 30 cm.

    Gambar 2. Profil melintang jalan Soekarno-Hatta

    D. Kerusakan Perkerasan Jalan

    Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan oleh :

    1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.

    2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak

    baik, naiknya air akibat sifat kapilaritas.

  • 13

    3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat

    material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan

    bahan yang tidak baik.

    4. Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan

    umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan

    jalan.

    5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh

    sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh

    sifat tanah dasarnya yang memang jelek.

    6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.

    Dalam mengevaluasi kerusakan jalan perlu ditentukan :

    1. Jenis kerusakan (distress type) dan penyebabnya

    2. Tingkat kerusakan (distress severity)

    3. Jumlah kerusakan (distress amount)

    Khusus untuk keperluan dalam perhitungan nilai kondisi jalan menggunakan

    metode Pavement Condition Index (PCI), jenis-jenis kerusakan pada

    perkerasan lentur diklasifikasikan sebagai berikut :

    1. Retak kulit buaya (alligator cracking)

    Retak kulit buaya adalah serangkaian retak memanjang paralel yang

    membentuk banyak sisi menyerupai kulit buaya.

  • 14

    Gambar 3. Retak kulit buaya

    2. Kegemukan (bleeding)

    Kegemukan adalah hasil dari aspal pengikat yang berlebihan, yang

    bermigrasi ke atas permukaan perkerasan. Kelebihan kadar aspal atau

    terlalu rendahnya kadar udara dalam campuran, dapat mengakibatkan

    kegemukan.

    Gambar 4. Kegemukan

    3. Retak blok (block cracking)

    Retak blok ini berbentuk blok-blok besar yang saling bersambungan,

    dengan ukuran sisi blok 0,3 sampai 3 m dan dapat membentuk sudut atau

    pojok yang tajam.

  • 15

    Gambar 5. Retak blok

    4. Tonjolan dan lengkungan (bump and sags)

    Tonjolan adalah gerakan atau perpindahan ke atas, bersifat lokal dan kecil

    dari permukaan perkerasan aspal.

    Gambar 6. Tonjolan dan lengkungan

    5. Keriting (corrugation)

    Keriting atau bergelombang adalah kerusakan akibat terjadinya deformasi

    plastis yang menghasilkan gelombang-gelombang melintang atau tegak

    lurus arah perkerasan.

    Gambar 7. Keriting

  • 16

    6. Amblas (depressions)

    Amblas adalah penurunan perkerasan yang terjadi pada area terbatas yang

    mungkin dapat diikuti dengan retakan.

    Gambar 8. Amblas

    7. Retak tepi (edge cracking)

    Retak tepi biasanya terjadi sejajar dengan tepi perkerasan dan berjarak

    sekitar 0,3-0,5 m dari tepi luar.

    Gambar 9. Retak tepi

    8. Retak refleksi sambungan (joint reflection cracking)

    Kerusakan ini umumnya terjadi pada permukaan perkerasan aspal yang

    telah dihamparkan di atas perkerasan beton.

  • 17

    Gambar 10. Retak refleksi sambungan

    9. Penurunan bahu jalan (lane/shoulder drop off)

    Penurunan bahu jalan adalah beda elevasi antara tepi perkerasan dan bahu

    jalan.

    Gambar 11. Penurunan bahu jalan

    10. Retak memanjang/melintang (longitudinal/transverse cracking)

    Retak berbentuk memanjang pada perkerasan jalan, dapat terjadi dalam

    bentuk tunggal atau berderet yang sejajar dan kadang-kadang sedikit

    bercabang. Retak melintang merupakan retak tunggal (tidak

    bersambungan satu sama lain) yang melintang perkerasan.

  • 18

    Gambar 12. Retak memanjang/melintang

    11. Tambalan dan galian utilitas (patching and utility cut patching)

    Tambalan adalah penutupan bagian perkerasan yang mengalami

    perbaikan.

    Gambar 13. Tambalan

    12. Pengausan (polished aggregate)

    Pengausan adalah licinnya bagian perkerasan, akibat ausnya agregat di

    permukaan.

    Gambar 14. Pengausan

  • 19

    13. Lubang (potholes)

    Lubang adalah lekukan permukaan perkerasan akibat hilangnya lapisan

    aus dan material lapis pondasi. Kerusakan berbentuk lubang kecil

    biasanya berdiameter kurang dari 0,9 m dan berbentuk mangkuk yang

    dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan permukaan lainnya.

    Lubang biasanya terjadi akibat galian utilitas atau tambalan di area

    perkerasan yang telah ada.

    Gambar 15. Lubang

    14. Persilangan jalan rel (railroad crossing)

    Kerusakan pada persilangan jalan rel dapat berupa amblas atau tonjolan di

    sekitar dan atau antara lintasan rel.

    Gambar 16. Persilangan jalan rel

  • 20

    15. Alur (rutting)

    Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya

    perkerasan ke arah memanjang pada lintasan roda kendaraan.

    Gambar 17. Alur

    16. Sungkur (shoving)

    Sungkur adalah perpindahan permanen secara lokal dan memanjang dari

    permukaan perkerasan yang disebabkan oleh beban lalu lintas.

    Gambar 18. Sungkur

    17. Retak selip (slippage cracking)

    Retak selip atau retak yang berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh

    gaya-gaya horizontal yang berasal dari kendaraan.

  • 21

    Gambar 19. Retak selip

    18. Pengembangan (swell)

    Pengembangan adalah gerakan lokal ke atas dari perkerasan akibat

    pengembangan (pembekuan air) dari tanah dasar atau dari bagian struktur

    perkerasan.

    Gambar 20. Pengembangan

    19. Pelapukan dan pelepasan butir (weathering and raveling)

    Pelapukan dan pelepasan butir adalah disintegrasi permukaan perkerasan

    aspal melalui pelepasan partikel agregat yang berkelanjutan, berawal dari

    permukaan perkerasan menuju ke bawah atau dari tepi ke dalam.

  • 22

    Gambar 21. Pelapukan dan pelepasan butir

    E. Pavement Condition Index (PCI)

    Penilaian kondisi kerusakan perkerasan ini dikembangkan oleh U.S. Army

    Corp of Engineer (Shahin, 1994) dinyatakan dalam Indeks Kondisi

    Perkerasan (Pavement Condition Index, PCI). Penggunaan PCI untuk

    perkerasan bandara, jalan dan tempat parkir telah dipakai secara luas di

    Amerika. Metode survei dari PCI mengacu pada ASTM D6433 (Standard

    Practice for Roads and Parking Lots Pavement Condition Surveys).

    Pavement Condition Index (PCI) adalah sistem penilaian kondisi perkerasan

    jalan berdasarkan jenis, tingkat dan luas kerusakan yang terjadi dan dapat

    digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai PCI ini memiliki

    rentang 0 sampai 100 dengan kriteria sempurna (excellent), sangat baik (very

    good), baik (good), sedang (fair), jelek (poor), sangat jelek (very poor) dan

    gagal (failed).

    1. Tingkat kerusakan (Severity level)

    Severity level adalah tingkat kerusakan pada tiap-tiap jenis kerusakan.

    Tingkat kerusakan yang digunakan dalam perhitungan PCI adalah low

    severity level (L), medium severity level (M) dan high severity level (H).

  • 23

    Tabel 1. Tingkat kerusakan retak kulit buaya

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    LHalus, retak rambut/halus memanjang sejajar satu dengan yanglain, dengan atau tanpa berhubungan satu sama lain. Retakantidak mengalami gompal*.

    MRetak kulit buaya ringan terus berkembang ke dalam pola ataujaringan retakan yang diikuti dengan gompal ringan.

    H

    Jaringan dan pola retak telah berlanjut, sehingga pecahan-pecahan dapat diketahui dengan mudah, dan terjadi gompal dipinggir. Beberapa pecahan mengalami rocking akibat beban lalulintas.

    *Retak gompal adalah pecahan material di sepanjang sisi retakan.Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 2. Tingkat kerusakan kegemukan

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    LKegemukan terjadi hanya pada derajat rendah, dan Nampakhanya beberapa hari dalam setahun. Aspal tidak melekat padasepatu atau roda kendaraan.

    MKegemukan telah mengakibatkan aspal melekat pada sepatu atauroda kendaraan, paling tidak beberapa minggu dalam setahun.

    HKegemukan telah begitu nyata dan banyak aspal melekat padasepatu dan roda kendaraan, paling tidak lebih dari beberapaminggu dalam setahun.

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 3. Tingkat kerusakan tonjolan dan lengkungan

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    LTonjolan dan lengkungan mengakibatkan sedikit gangguankenyamanan kendaraan.

    MTonjolan dan lengkungan mengakibatkan agak banyakmengganggu kenyamanan kendaraan.

    HTonjolan dan lengkungan mengakibatkan banyak gangguankenyamanan kendaraan.

    Sumber : Shahin (1994)

  • 24

    Tabel 4. Tingkat kerusakan retak blok

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    L Blok didefinisikan oleh retak dengan tingkat kerusakan rendah.

    M Blok didefinisikan oleh retak dengan tingkat kerusakan sedang.H Blok didefinisikan oleh retak dengan tingkat kerusakan tinggi.

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 5. Tingkat kerusakan amblas

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    L Kedalaman maksimum amblas 13-25 mm (1/2 1 inci).M Kedalaman maksimum amblas 25-50 mm (1 2 inci).H Kedalaman maksimum amblas > 50 mm ( 2 inci).

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 6. Tingkat kerusakan keriting

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    LKeriting mengakibatkan sedikit gangguan kenyamanankendaraan.

    MKeriting mengakibatkan agak banyak mengganggu kenyamanankendaraan.

    HKeriting mengakibatkan banyak gangguan kenyamanankendaraan.

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 7. Tingkat kerusakan retak tepi

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    LRetak sedikit sampai sedang dengan tanpa pecahan atau butiranlepas.

    M Retak sedang dengan beberapa pecahan dan butiran lepas.H Banyak pecahan atau butiran lepas di sepanjang tepi perkerasan.

    Sumber : Shahin (1994)

  • 25

    Tabel 8. Tingkat kerusakan penurunan bahu jalan

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    LRentang elevasi antara tepi jalan dan bahu > 25 mm (1 inci) dan< 50 mm (2 inci)

    MRentang elevasi antara tepi jalan dan bahu > 50 mm (2 inci) dan< 100 mm (4 inci)

    H Rentang elevasi antara tepi jalan dan bahu > 100 mm (4 inci)Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 9. Tingkat kerusakan retak refleksi sambungan

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    LSatu dari kondisi berikut yang terjadi:1. Retak tak terisi, lebar < 10 mm (3/8 inci)2. Retak terisi sembarang lebar (pengsi kondisi bagus)

    M

    Satu dari kondisi berikut yang terjadi:1. Retak tak terisi, lebar 10 mm (3/8 inci) dan 75 mm (3

    inci)2. Retak tak terisi, sembarang lebar sampai 75 mm (3 inci)

    dikelilingi retak acak ringan.3. Retak terisi, sembarang lebar yang dikelilingi retak acak

    ringan.

    H

    Satu dari kondisi berikut yang terjadi:1. Sembarang retak terisi atau tak terisi dikelilingi oleh retak

    acak, kerusakan sedang atau tinggi.2. Retak tak terisi > 75 mm (3 inci)3. Retak sembarang lebar, dengan beberapa inci di sekitar

    retakan, pecah (retak berat menjadi pecahan).Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 10. Tingkat kerusakan retak memanjang/melintang

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    L Satu dari kondisi berikut yang terjadi:1. Retak tak terisi, lebar < 10 mm (3/8 inci)2. Retak terisi sembarang lebar (pengsi kondisi bagus)

    M Satu dari kondisi berikut yang terjadi:1. Retak tak terisi, lebar 10 mm (3/8 inci) dan 75 mm (3

    inci)2. Retak tak terisi, sembarang lebar sampai 75 mm (3 inci)

    dikelilingi retak acak ringan.3. Retak terisi, sembarang lebar yang dikelilingi retak acak

  • 26

    ringan.H Satu dari kondisi berikut yang terjadi:

    1. Sembarang retak terisi atau tak terisi dikelilingi oleh retakacak, kerusakan sedang atau tinggi.

    2. Retak tak terisi > 75 mm (3 inci)3. Retak sembarang lebar, dengan beberapa inci di sekitar

    retakan, pecah.Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 11. Tingkat kerusakan tambalan dan galian utilitas

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    LTambalan dalam kondisi baik dan memuaskan. Kenyamanankendaraan dinilai terganggu sedikit atau lebih baik.

    MTambalan sedikit rusak dan atau kenyamanan kendaraan agakterganggu.

    HTambalan sangat rusak dan atau kenyamanan kendaraan sangatterganggu.

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 12. Tingkat kerusakan lubang

    Kedalaman maksimumDiamater rata-rata (mm) (inci)

    100 200 mm(4 8 inci)

    200 450 mm(8 18 inci)

    450 750 mm(18 30 inci)

    13 mm - 25 mm(1/2 1 inci) L L M

    >25 mm - 50 mm(1 2 inci) L M H

    >50 mm(2 inci)

    M M H

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 13. Tingkat kerusakan alur

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    L Kedalaman alur rata-rata 6-13 mm (1/4-1/2 inci).

    M Kedalaman alur rata-rata > 13 mm 25 mm (1/2-1 inci).H Kedalaman alur rata-rata > 25 mm (1 inci).

    Sumber : Shahin (1994)

  • 27

    Tabel 14. Tingkat kerusakan sungkur

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    L Sungkur menyebabkan sedikit gangguan kenyamanan kendaraan.

    M Sungkur menyebabkan cukup gangguan kenyamanan kendaraan.

    HSungkur menyebabkan gangguan besar pada kenyamanankendaraan.

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 15. Tingkat kerusakan pengembangan

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    L

    Pengembangan menyebabkan sedikit gangguan kenyamanankendaraan. Kerusakan ini sulit dilihat, tapi dapat dideteksidengan berkendaraan cepat. Gerakan ke atas terjadi bila adapengembangan.

    MPengembangan menyebabkan cukup gangguan kenyamanankendaraan.

    HPengembangan menyebabkan gangguan besar pada kenyamanankendaraan.

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 16. Tingkat kerusakan persilangan jalan rel

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    LPersilangan jalan rel menyebabkan sedikit gangguankenyamanan kendaraan.

    MPersilangan jalan rel menyebabkan cukup gangguan kenyamanankendaraan.

    HPersilangan jalan rel menyebabkan gangguan besar padakenyamanan kendaraan.

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 17. Tingkat kerusakan retak selip

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    L Lebar retak rata-rata < 10 mm (3/8 inci).

    MSatu dari kondisi berikut yang terjadi :1. Lebar retak rata-rata > 10 mm (3/8 inci) dan < 40 mm (1

    inci).

  • 28

    2. Area di sekitar retakan pecah, ke dalam pecahan-pecahanterikat.

    H

    Satu dari kondisi berikut yang terjadi :1. Lebar retak rata-rata > 40 mm (1 inci)

    2. Area di sekitar retakan pecah ke dalam pecahan-pecahan

    mudah terbongkar.

    Sumber : Shahin (1994)

    Tabel 18. Tingkat kerusakan pelapukan dan pelepasan butir

    TingkatKerusakan

    Keterangan

    L

    Agregat atau bahan pengikat mulai lepas. Di beberapa tempat,permukaan mulai berlubang. Jika ada tumpahan oli, genangan olidapat terlihat, tapi permukaannya keras, tak dapat ditembus matauang logam.

    M*

    Agregat atau bahan pengikat telah lepas. Tekstur permukaanagak kasar dan berlubang. Jika ada tumpahan oli permukaannyalunak, dan dapat ditembus mata uang logam.

    H*

    Agregat atau pengikat telah banyak lepas. Tekstur permukaansangat kasar dan mengakibatkan banyak lubang. Diameter luasanlubang < 10 mm (4 inci) dan kedalaman 13 mm (1/2 inci). Luaslubang lebih besar dari ukuran ini, dihitung sebagai kerusakanlubang (pothole). Jika ada tumpahan oli permukaannya lunak,pengikat aspal telah hilang ikatannya sehingga agregat menjadilonggar.

    *Bila lokal, yaitu akibat tumpahan oli, maka ditambal secara parsial.Sumber : Shahin (1994)

    Untuk jenis kerusakan pengausan (polished aggregate), tidak ada definisi

    derajat kerusakan. Tetapi derajat kelicinan harus tampak signifikan

    sebelum dinilai sebagai kerusakan.

    2. Density (kadar kerusakan)

    Density atau kadar kerusakan adalah persentase luasan dari suatu jenis

    kerusakan terhadap luasan suatu unit segmen yang diukur dalam meter

    persegi atau meter panjang. Nilai density suatu jenis kerusakan dibedakan

    juga berdasarkan tingkat kerusakannya.

  • 29

    Rumus mencari nilai density :

    Density = 100 % atau Density = 100 %Untuk jenis kerusakan lubang, density dihitung dengan rumus :

    Density = 100 %dengan :

    Ad : luas total jenis kerusakan unntuk tiap tingkat kerusakan (m2)

    As : luas total unit segmen (m2)

    Ld : panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m)

    n : jumlah lubang untuk tiap tingkat kerusakan

    3. Deduct value (nilai pengurangan)

    Deduct value adalah nilai pengurangan untuk tiap jenis kerusakan yang

    diperoleh dari kurva hubungan antara density dan deduct value. Deduct

    value juga dibedakan atas tingkat kerusakan untuk tiap-tiap jenis

    kerusakan.

    Grafik 1. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan retak kulitbuaya

  • 30

    Grafik 2. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan kegemukan

    Grafik 3. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan retakblok

    Grafik 4. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan tonjolan danlengkungan

  • 31

    Grafik 5. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan keriting

    Grafik 6. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan amblas

    Grafik 7. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan retak tepi

  • 32

    Grafik 8. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan retak refleksisambungan jalan

    Grafik 9. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan penurunanbahu jalan

    Grafik 10. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan retakmemanjang/melintang

  • 33

    Grafik 11. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan tambalandan galian utilitas

    Grafik 12. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan padaperlintasan kereta

    Grafik 13. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakanpengembangan

  • 34

    Grafik 14. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan pengausan

    Grafik 15. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan lubang

    Grafik 16. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan alur

  • 35

    Grafik 17. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan sungkur

    Grafik 18. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan retak selip

    Grafik 19. Hubungan density dan deduct value untuk jenis kerusakan pelapukandan pelepasan butir

  • 36

    4. Total deduct value (TDV)

    Total deduct value adalah nilai total dari individual deduct value untuk tiap

    jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang ada pada suatu unit penelitian.

    5. Nilai alowable maximum deduct value (m)

    Sebelum ditentukan nilai TDV dan CDV nilai deduct value perlu di cek

    apakah nilai deduct value individual dapat digunakan dalam perhitungan

    selanjutnya atau tidak dengan melakukan perhitungan nilai alowable

    maximum deduct value (m).

    m= 1+ 9/98 (100 HDVi)

    dengan :

    m : nilai koreksi untuk deduct value

    HDVi : nilai terbesar deduct value dalam satu sampel unit

    6. Corrected deduct value (CDV)

    Corrected deduct value (CDV) diperoleh dari kurva hubungan antara nilai

    TDV dengan nilai CDV dengan pemilihan lengkung kurva sesuai dengan

    jumlah nilai individual deduct value yang mempunyai nilai lebih besar dari

    2 (dua) yang disebut juga dengan nilai (q).

    Menurut (Shahin, 1994) sebelum ditentukan nilai CDV harus ditentukan

    terlebih dahulu nilai CDV maksimum yang telah terkoreksi dapat diperoleh

    dari hasil pendekatan deduct value dari yang terkecil nilainya dijadikan = 2

    sehingga nilai q akan berkurang sampai diperoleh nilai q= 1 setelah itu

    nilai deduct value di totalkan (TDV) kemudian hubungkan TDV dengan

    nilai q.

  • 37

    Grafik 20. Hubungan CDV dan TDV untuk perkerasan lentur

    Jika nilai CDV telah diketahui, maka nilai PCI untuk tiap unit dapat

    diketahui dengan rumus :

    PCI(s) = 100 CDV

    dengan :

    PCI(s) : nilai PCI untuk tiap unit

    CDV : nilai CDV untuk tiap unit

    Untuk nilai PCI secara keseluruhan :

    PCI = ( )

    dengan :

    PCI : nilai PCI perkerasan keseluruhan

    PCI(s) : nilai PCI untuk tiap unit

    N : jumlah unit

    Dari nilai PCI untuk masing-masing unit penelitian dapat diketahui

    kualitas lapis perkerasan unit segmen berdasarkan kondisi tertentu yaitu

  • 38

    sempurna (excellent), sangat baik (very good), baik (good), sedang (fair),

    jelek (poor), sangat jelek (very poor) dan gagal (failed).

    Gambar 22. Ratting kondisi jalan berdasarkan metode PCI

    F. Penelitian Terdahulu

    1. Irzami (2010), dengan penelitian tentang penilaian kondisi perkerasan

    menggunakan metode indeks kondisi perkerasan. Penelitian dilakukan

    pada ruas jalan simpang kulim-simpang batang. Survei dilakukan

    sepanjang 13,29 km yang dibagi dalam beberapa segmen dengan ukuran

    100 x 6 m. Dari hasil analisis diperoleh nilai indeks kondisi perkerasan

    (PCI) 0-10 (gagal) sebesar 3,76 %; 11-25(sangat buruk) sebesar 4,51 %;

    26-40 (buruk) sebesar 5,26 %; 41-55 (sedang) sebesar 7,52 %; 56-70

    (baik) sebesar 9,77 %; 71-85 (sangat baik) sebesar 8,27 %; 86-100

    (sempurna) sebesar 60,9 %. Nilai PCI rata-rata ruas jalan Simpang kulim-

    Simpang batang sebesar 80,28 % (sangat baik).

    2. Amin Khairi (2012), dengan penelitian tentang evaluasi jenis dan tingkat

    kerusakan menggunakan metode pavement condition index (PCI).

  • 39

    Penelitian dilakukan pada ruas jalan Soekarno-Hatta, Dumai 05+000-

    10+000. Dari hasil analisis data, diperoleh nilai PCI pada jalan Soekarno-

    Hatta Dumai sebesar 24,07 (sangat buruk).

    3. Agus Suswandi (2008), dengan penelitian tentang evaluasi tingkat

    kerusakan jalan menggunakan metode pavement condition index (PCI)

    untuk menunjang pengambilan keputusan. Penelitian dilakukan pada ruas

    jalan Lingkar Selatan Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

    bahwa jenis kerusakan yang terdapat pada jalan Lingkar Selatan

    Yogyakarta adalah retak kulit buaya, retak blok, amblas, retak memanjang,

    tambalan, pengausan, sungkur, retak selip dan pelepasan butir. Nilai PCI

    rata-rata pada jalur 1 dan 2 adalah 92,26 dan 94,58 dengan ratting

    excellent.

  • III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini mengambil lokasi ruas jalan Soekarno - Hatta, Bandar

    Lampung. Ruas jalan ini memiliki panjang 24 km. Pengumpulan data

    penelitian dimulai dari Tugu Raden Intan sampai dengan gapura perbatasan

    Bandar Lampung-Lampung Selatan.

    Gambar 23. Lokasi penelitianSumber : Google map

  • 41

    (a) Tugu raden intan rajabasa (b) Gapura Lampung Selatan

    Gambar 24. Titik awal dan titik akhir penelitian

    B. Data Yang Digunakan

    1. Data primer

    Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara pengamatan dan

    pengukuran secara langsung di lokasi penelitian.

    Data primer yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya :

    a. Data berupa gambar jenis-jenis kerusakan

    b. Data dimensi (panjang, lebar, kedalaman) masing-masing jenis

    kerusakan

    2. Data sekunder

    Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui sumber data yang

    telah ada, dari instansi terkait, buku, laporan, jurnal atau sumber lain yang

    relevan.

    Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya :

    a. Data panjang dan lebar jalan

    b. Data struktur perkerasan jalan

  • 42

    C. Peralatan Penelitian

    Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Form survei

    2. Manual kerusakan berdasarkan metode PCI

    3. Alat ukur meteran

    4. Penggaris

    5. Kamera

    D. Pelaksanaan Penelitian

    1. Pengumpulan data

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei visual dan dibagi menjadi

    dua tahap yaitu :

    Tahap 1 : Survei pendahuluan, yaitu untuk mengetahui lokasi dan panjang

    tiap segmen perkerasan lentur.

    Tahap 2 : Survei kerusakan, yaitu untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan,

    dimensi kerusakan dan mendokumentasikan segala jenis

    kerusakan pada masing-masing unit sampel.

    Adapun langkah-langkah untuk pelaksanaan survei kerusakan adalah

    sebagai berikut :

    a. Membagi tiap segmen menjadi beberapa unit sampel, pada penelitian

    ini unit sampel dibagi setiap jarak 50-100 meter.

    b. Mendokumentasikan tiap kerusakan yang ada.

    c. Menentukan tingkat kerusakan (severity level).

  • 43

    d. Mengukur dimensi kerusakan pada tiap unit sampel.

    e. Mencatat hasil pengukuran ke dalam form survei.

    2. Analisis kondisi jalan menggunakan metode Pavement Condition Index

    (PCI)

    a. Menghitung density (kadar kerusakan).

    b. Menentukan nilai deduct value tiap jenis kerusakan.

    c. Menghitung alowable maximum deduct value (m).

    d. Menghitung nilai total deduct value (TDV).

    e. Menentukan nilai corrected deduct value (CDV).

    f. Menghitung nilai PCI (Pavement Condition Index).

  • 44

    E. Bagan Alir Penelitian

    Gambar 25. Bagan alir penelitian

    Mulai

    Pengumpulan Data

    Selesai

    Identifikasi masalah

    Studi literatur

    Data Primer :

    Gambar kerusakan

    Dimensi kerusakan

    Data Sekunder :

    Panjang, lebar jalan

    Struktur perkerasan

    Analisis Data

    Nilai Kondisi

    Jalan

    Kesimpulan

    Menghitung kadar kerusakan (density)

    Menentukan deduct value

    Menghitung nilai m

    Menghitung nilai TDV

    Menentukan nilai CDV

    Menghitung nilai PCI

  • V. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan secara visual serta perhitungan yang telah

    dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

    1. Terdapat 13 jenis kerusakan pada perkerasan lentur ruas jalan Soekarno-

    Hatta Bandar Lampung yaitu retak kulit buaya (12,64 %), retak blok (4,66

    %), tonjolan (3,35 %), amblas (2,96 %), retak tepi (4,05 %), penurunan

    bahu jalan (4,14 %), retak memanjang (8,81 %), tambalan (24,61 %),

    pengausan (17,18 %), lubang (3,35 %), alur (8,76 %), retak selip (2,58 %)

    dan pelepasan butir (2,92 %).

    2. Nilai kondisi perkerasan lentur ruas jalan Soekarno-Hatta Bandar

    Lampung pada masing-masing segmen adalah segmen 1 = 78,91 (sangat

    baik), segmen 2 = 90,45 (sempurna), segmen 3 = 88,10 (sempurna),

    segmen 4 = 93,04 (sempurna), segmen 5 = 83,04 (sangat baik), segmen 6

    = 92,47 (sempurna), segmen 7 = 92,83 (sempurna), segmen 8 = 93,69

    (sempurna), segmen 10 = 88,80 (sempurna), segmen 11 = 78,50 (sangat

    baik), segmen 12 = 66,25 (baik), segmen 13 = 61,00 (baik) dan segmen 14

    = 98,43 (sempurna).

    3. Meskipun secara keseluruhan kondisi jalan Soekarno-Hatta Bandar

    Lampung masih masuk ke dalam kategori kondisi baik bahkan sempurna,

  • 137

    namun pada beberapa lokasi di jalan ini harus segera dilakukan perbaikan

    akibat kerusakan yang sangat parah yaitu pada STA 06+600 s/d 06+650,

    07+200 s/d 07+250, 07+250 s/d 07+300, 13+400 s/d 13+450, 13+450 s/d

    13+500, 13+500 s/d 13+550, 14+200 s/d 14+250, 14+500 s/d 14+550,

    15+750 s/d 15+800 untuk jalur kiri dan STA 14+250 s/d 14+300, 15+500

    s/d 15+550, 15+850 s/d 15+900, 16+350 s/d 16+400 untuk jalur kanan.

    B. Saran

    1. Perlu dilakukan penelitian dengan membandingkan hasil perhitungan nilai

    kondisi lapis permukaan perkerasan lentur dengan menggunakan metode

    pavement condition index (PCI) serta dengan metode surface distress index

    (SDI).

    2. Perlu dilakukan penelitian untuk memprediksi umur layan jalan berdasarkan

    hasil survei kondisi jalan.

    3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penanganan terhadap

    kerusakan jalan yang terjadi.

    4. Pengetahuan dan pemahaman akan jenis-jenis kerusakan perkerasan lentur

    sangat berpengaruh terhadap keakuratan data.

  • DAFTAR PUSTAKA

    __________ . 1980. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 Tentang Jalan.Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. 23 hlm.

    ASTM D6433. 2007. Standard Practice for Roads and Parking Lots PavementCondition Index Surveys. 48 pp.

    Bolla, Margareth Evelyn. 2010. Perbandingan Metode Bina Marga dan Metode PCI(Pavement Condition Index) Dalam Penilaian Kondisi Perkerasan Jalan(Studi Kasus Ruas Jalan Kaliurang, Kota Malang). Fakultas Sains danTeknik, Universitas Nusa Cendana. Nusa Tenggara Timur.

    Irzami. 2010. Penilaian Kondisi Perkerasan dengan Menggunakan Metode IndeksKondisi Perkerasan Pada Ruas Jalan Simpang Kulim Simpang Batang.(Tesis). Magister Teknik Sipil, Universitas Islam Riau. Pekanbaru.

    Kahiri, Amin. 2012. Evaluasi Jenis dan Tingkat Kerusakan dengan MenggunakanMetode Pavement Conditon Index (PCI) Studi Kasus Jalan Soekarno-Hatta,Dumai 05+000-10+000. Fakultas Teknik, Politeknik Negeri Bengkalis.Dumai.

    Putri, Selvia Eka. 2014. Pengaruh Pelebaran Ruas Jalan Terhadap PeningkatanKinerja Lalu Lintas (Studi Kasus Jalan Soekarno-Hatta/Bypass BandarLampung). Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

    Septiawan, Catur Budi. 2013. Laporan Kerja Praktik Proyek Pelaksanaan Preservasidan Peningkatan Kapasitas Jalan dan Jembatan Nasional Sp. TanjungKarang-Batas Kota Sukamaju-Kalianda dan Sekitarnya, Paket : BandarLampung-Bypass A (Soekarno-Hatta). Fakultas Teknik, UniversitasLampung. Bandar Lampung.

    Shahin, M.Y., Walther, J.A. 1994. Pavement Maintenance Management for Roadsand Streets Using The PAVER System. US Army Corps of Engineer. NewYork. 282 pp.

  • Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Bandung. 243 hlm.

    Suswandi, Agus., Sartono, W., Christiady, H. 2008. Evaluasi Tingkat KerusakanJalan Dengan Metode Pavement Condition Index (PCI) Untuk MenunjangPengambilan Keputusan (Studi Kasus Jalan Lingkar Selatan, Yogyakarta).Forum Teknik Sipil No. XVIII. Yogyakarta.

    Universitas Lampung. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Unila Offset. Bandar Lampung.

    0COVER.pdf1.Abstrak.pdf2.Abstract.pdf3. Cover Dalam.pdf4Doc1.pdf7. Riwayat Hidup.pdf8. Halaman Persembahan.pdf9. Motto.pdf10. Sanwacana.pdf11DAFTAR ISI.pdf12DAFTAR GAMBAR.pdf13DAFTAR GRAFIK.pdf14DAFTAR TABEL.pdfBAB I.pdfBAB II.pdfBAB III.pdfBAB V.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdf