Identifikasi Kerusakan Perk Eras An Kaku

download Identifikasi Kerusakan Perk Eras An Kaku

of 23

Transcript of Identifikasi Kerusakan Perk Eras An Kaku

BAB 4 JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN KAKU

4.1 Kerusakan Karena Karakteristik Permukaan (Non Struktural) 1. Local Crack (retak setempat) yaitu retak yang tidak mencapai dasar slab. 2. Faulting (patahan) yaitu ketidakrataan di sekitar struktur atau sepanjang struktur bawah dan ketidakrataan sambungan atau retakan pada slab. 3. Deformation (perubahan bentuk) yaitu perubahan bentuk permukaan ke arah memanjang jalan. 4. Abrasion (abrasi) a. Raveling (pelepasan butir) adalah suatu kondisi di mana agregat terlepas dari lapisan permukaan jalan, terpisah dari mortarnya, sehingga mengakibatkan permukaan yang kasar. b. Polishing (pelicinan) adalah suatu kondisi di mana mortar dan agregat pada permukaan jalan menjadi halus akibat abrasi, sehingga permukaan cenderung menjadi licin. c. Scaling (pengelupasan) adalah pengelupasan permukaan jalan akibat gesekan dari roda-roda kendaraan yang melaluinya. 4.2 Kerusakan Struktural 1. Crack (retak) yaitu retak yang sudah mencapai dasar slab beton. 2. Buckling (tekuk) a. Blow up yaitu suatu kondisi di mana slab beton patah dan tertekuk akibat gaya dalam yang dialami oleh beton. b. Crushing yaitu suatu kondisi di mana slab beton hancur karena tidak kuat menahan tegangan akibat gaya dalam yang dialaminya. Umumnya terjadi di sekitar sambungan.

BAB 5 KLASIFIKASI KERUSAKAN PERKERASAN KAKU DAN METODE PERBAIKANNYATabel 5.1 berikut ini memberikan informasi mengenai klasifikasi kerusakan pada perkerasan kaku, penyebab utamanya dan metode pemeliharaan serta perbaikannya.

Tabel 5.1. Metode Perbaikan Perkerasan Kaku Berdasarkan Klasifikasi KerusakanKlasifikasi Penyebab Utama Kerusakan yang terutama disebabkan karena karakteristik permukaan Retak setempat Retak tidak mencapai (Local Crack) dasar slab Retak awal Metoda Pemeliharaan dan Perbaikan

Retak sudut

Retak melintang/memanjang

Retak di sekitar struktur bawah tanah.

Faulting

Ketidakseragaman di sekitar struktur. Faulting dari slab

Pengeringan terlalu cepat selama konstruksi. Kapasitas tanah dasar dan lapis pondasi (base course) untuk menahan beban kurang. Ketidaksempurnaan sambungan struktur dan fungsinya. Ketebalan slab kurang. Perbedaan penurunan tanah dasar. Kualitas inferior dari beton. Ketidakrataan subsidence struktur dan lapis pondasi. Konsentrasi tegangan. Pemadatan subgrade dan lapis pondasi kurang. Ketidakrataan subsidence dari tanah dasar. Pumping. Fungsi dowel bar,

Tambalan dengan parafin, karet/resin sintetis,aspal emulsi, dll.

Grouting, penambalan (patching), lapis ulang (overlay), rekonstruksi.

Deformasi

Arah memanjang.

tie bar yang tidak sempurna. Kapasitas tumpu tanah dasar dan lapis pondasi kurang. Perbedaan penurunan tanah dasar. Penyebab Utama Tekstur permukaan aus. Tekstur permukaan aus. Penggunaan agregat lunak. Penuaan bahan penutup sambungan. Penuaan, pelepasan, pengerasan, pelunakan, keluarnya bahan penutup sambungan. Penuaan, deformasi, perpindahan. Ketidaksempurnaan struktur dan fungsi sambungan. Inferior campuran agregat seperti potongan kayu di dalam beton. Beton kualitas rendah.

Grouting, penambalan (patching), lapis ulang (overlay), rekonstruksi.

Klasifikasi Abrasi Raveling

Polishing (kekurangan ketahanan gelincir) Kerusakan sambungan perkerasan Kerusakan bahan penutup sambungan (joint sealant)

Metoda Pemeliharaan dan Perbaikan Penambalan (patching), perawatan permukaan, lapis ulang (overlay). Membuat tekstur permukaan secara mekanis, seal coat dengan resin sintetis, lapis ulang (overlay). Pemotongan dan pengisian/injeksi bahan penutup sambungan.

Kerusakan ujung sambungan Lain-lain Holing

Penambalan dengan adukan semen atau beton. Penambalan dengan adukan semen atau beton, pengisian dengan campuran aspal.

Klasifikasi Penyebab Utama Kerusakan Struktural Retak luas Retak mencapai dasar slab Retak sudut

Metoda Pemeliharaan dan Perbaikan

Retak melintang/ memanjang

Retak buaya

Buckling

Blow up

Kapasitas tanah dasar dan lapis pondasi untuk menahan beban kurang. Ketidaksempurnaan sambungan struktur dan fungsinya. Ketebalan slab kurang. Perbedaan penurunan tanah dasar. Kualitas inferior dari beton. Kelanjutan dari retak tersebut di atas. Ketidaksempurnaan struktur dan fungsi sambungan.

Pengisian (filling), injeksi, rekonstruksi sebagian, lapis ulang, penambalan.

Rekonstruksi.

Crushing Naiknya slab

Penambalan, rekonstruksi. Penambalan, rekonstruksi (termasuk perbaikan tanah dasar dan lapis pondasi).

Berikut ini adalah penjelasan mengenai metoda pemeliharaan perkerasan kaku yang mencakup: Injection/sealing, yaitu pengisian bahan penutup sambungan (joint sealant) ke dalam sambungan perkerasan dan retakan. Patching (penambalan). Surface Treatment (perawatan permukaan jalan) Partial Reconstruction. Grouting. Lain-lain. 5.1 Injection

Metoda injection atau sealing ini diterapkan pada sambungan perkerasan dan retakan di mana bahan penutup sambungannya terlepas atau mengalami penuaan ,juga dapat diterapkan pada slab beton yang mengalami retak. Apabila diterapkan secara periodik, akan dapat mencegah air permukaan mencapai lapis pondasi, sehingga metoda ini berperan besar dalam pencegahan kerusakan perkerasan beton. 5.1.1 Injection pada Sambungan Perkerasan Pada injeksi ke dalam sambungan perkerasan, bila terjadi kasus di mana bahan penutup sambungan keluar dari slab, yang harus dilakukan adalah meratakannya dengan permukaan perkerasan sehingga tidak rusak akibat dilalui oleh kendaraan. Bila bahan penutup sambungan tenggelam ke dalam slab, harus ditambahkan bahan penutup dengan jenis yang sama ke dalamnya hingga merata. Bila bahan penutup sambungan terlepas ke luar, bahan penutup lain yang sesuai harus segera dipasang sebagai penggantinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan : a. Bersihkan sambungan perkerasan dan buang bahan penutup sambungan yang lama, debu, lumpur dan sebagainya. Bahan penutup yang masih berfungsi dengan baik tidak perlu dibuang selama bahan yang akan digunakan masih merupakan jenis yang sama. b. Sapu, sikat kawat, pahat, kompresor udara dan pembersih sambungan dapat digunakan untuk membersihkan sambungan tersebut. c. Sambungan dikeringkan sebelum dilakukan pengisian, untuk menjamin terjadinya kelekatan yang baik dari bahan penutup. 5.1.2 Injection pada Retakan Proses injeksi ke dalam retakan pada prinsipnya hampir sama dengan proses injeksi pada sambungan perkerasan. Pada kasus di mana penyebab keretakannya jelas, lebih efektif bila mengkombinasikan pekerjaan mengatasi penyebab retakan dengan pekerjaan penutupan retakan pada saat yang sama. Retak non-progresif dengan lebar < 0.5 mm dapat ditutup dengan karet/lateks dengan viskositas rendah atau epoxy resin dengan viskositas rendah. Retak progresif dapat ditutup dengan bahan penutup sambungan setelah dibuat alur/lekukan sepanjang retakan. Pada kasus di mana diperkirakan tidak terjadi transmisi beban pada daerah retak, perbaikan dapat dilakukan dengan metoda rekonstruksi sebagian pada slab yang mengalami retak arah melintang, setelah sebelumnya menstabilisasi lapis pondasi. Retakan yang terjadi di dekat struktur yang bersilangan dengan jalan dapat ditutup dengan bahan penutup sambungan sepanjang retakan seperti terlihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Retak di Struktur yang Bersilangan dengan Jalan 5.2 Patching (penambalan) Metoda ini mengisi pecahan sudut dari pinggir sambungan atau retakan, faulting, ketidakrataan arah memanjang (longitudinal unevenness), raveling, pengelupasan (scaling), holing, retak kulit penyu (tortoise-shell cracking), crushing dan sebagainya. 3 (tiga) macam bahan pengikat yang digunakan untuk penambalan adalah aspal, semen dan resin, dan 2 (dua) macam agregat yang digunakan yaitu mortar dan beton. Di mana kombinasi penggunaannya berdasarkan kepada skala kerusakan, kondisi lalulintas, kepentingan, ekonomis dan sebagainya. 5.2.1 Penambalan dengan Semen. Semen merupakan material yang paling banyak digunakan untuk perbaikan slab beton, karena mudah dikerjakan dan memenuhi hasil yang diharapkan, kerugiannya adalah kesulitan yang dihadapi dalam membuat tappering dan membutuhkan waktu untuk curing. 1. Bahan. Dengan pertimbangan kondisi lalu lintas, dipilih jenis semen yang paling sesuai dari jenis-jenis Semen biasa (Normal Portland Cement) , Semen dengan kekuatan awal tinggi(High Early Strength Portland Cement), Semen dengan kekuatan awal sangat tinggi (Super High Early Strength Portland Cement), Semen dengan waktu ikat sangat tinggi (Super High Early Hardening Cement) dan Semen alumina (Alumina Cement). Bila dikehendaki untuk membuat lapisan yang tipis, digunakan mortar. Untuk lapisan yang lebih tebal, digunakan beton dengan ukuran maksimum agregat kasar kurang dari sepertiga ketebalannya. Dalam mencampur mortar dan beton, perlu diperhatikan bahwa campuran yang diinginkan adalah yang kental. Bahan penurun kadar air dan bahan-bahan tambah lainnya dapat digunakan bila dibutuhkan.

2. Pelaksanaan pekerjaan. a. Bagian slab yang mengalami kerusakan dibersihkan, permukaan construction joint dipotong dan dibuat dalam kondisi basah untuk menghilangkan debu beton. Pada saat membongkar, jangan sampai tulangan beton dan tulangan susut (wire mesh) terpotong. Misalnya terpotong, harus dilakukan penyambungan kembali. b. Pada saat permukaan yang akan ditambal dalam kondisi jenuh-kering permukaan (SSD) adukan semen atau mortar di tuang ke dalamnya.

c. Sebelum adukan semen atau mortar mengeras, padatkan kembali dan tuang campuran mortar (ready mixed) atau beton tanpa perlu ditambahkan air. d. Padatkan, ratakan mortar atau beton dan sempurnakan dengan menggunakan sekop pengaci. Ketinggian akhir harus lebih tinggi dari ketinggian rencana. e. Setelah 30 - 60 menit, padatkan kembali mortar atau beton tersebut dan sempurnakan sampai mencapai ketinggian yang direncanakan. Alat pengukur kerataan dapat digunakan untuk memastikan kerataannya. Tekstur permukaan tambalan dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kondisi permukaan sekitarnya. f. Wet Curing dikerjakan dengan menggunakan kain basah atau curing mat. Periode curing tergantung kepada jenis semen yang digunakan. Catatan : 1. Untuk kasus kerusakan sudut dari pinggir sambungan perkerasan seperti pada gambar 5.2(a) di mana kedalaman dan lebar kerusakan lebih dari 30 mm, bersihkan daerah yang mengalami kerusakan dan tambal dengan semen setelah lubang dibentuk seperti pada gambar 5.2(b). 2. Untuk kasus kerusakan sebagian seperti holing atau scaling, penambalan dilakukan seperti pada Gambar 5.3.

Gambar 5.2 Tambalan pada Kerusakan Sudut di Pinggir Sambungan Perkerasan

Gambar 5.3 Penambalan Lubang

5.2.2 Penambalan dengan Aspal. Bagian slab yang rusak disingkirkan dan permukaan yang akan ditambal dibersihkan, sama seperti pada penambalan dengan semen. Sebelum penambalan, semprot lapisan permukaan yang akan ditambal dengan tack coat. Kerjakan proses penambalan dengan cara yang sama seperti penambalan pada perkerasan aspal. Catatan : 1. Bila kerusakan terjadi pada sambungan atau retakan, gunakan mortar aspal atau aspal beton gradasi rapat dan buat meruncing seperti pada Gambar 5.4. 2. Metoda perbaikan ini dapat diterapkan untuk faulting di antara slab beton dan perkerasan aspal, atau di antara slab beton dengan bahu jalan. Bila terdapat celah antara slab beton dan perkerasan aspal, dapat dilakukan penambalan atau injeksi bahan penutup sambungan.

Gambar 5.4 Penambalan Dengan Aspal 5.2.3 Penambalan dengan Bahan Resin Sintetis. Bahan resin sintetis sesuai untuk digunakan dalam penambalan karena periode curingnya singkat, tetapi harga bahannya mahal. 1. Bahan. Material sintetis dapat berupa epoxy, polyester atau polyurethane dan penanganannya tergantung kepada kualitasnya. Umumnya yang banyak digunakan adalah epoxy synthetic resin. Campuran epoxy synthetic resin dibuat dengan mencampur epoxy synthetic resin sebagai bahan pengikat dan pasir silikon kering atau agregat keras dengan gradasi yang sesuai sebagai agregat. Proporsinya adalah sampai dengan rongga udara dari agregat terisi dengan bahan pengikat, biasanya perbandingan synthetic resin : agregat = 1 : 4-10. Waktu ikat campuran tergantung kepada temperatur, tetapi waktu agar campuran mudah dikerjakan adalah 10-30 menit dengan waktu curing selama 2-8 jam. Lama waktu ini dapat diatur dengan merubah proporsi campuran antara material utama dan akselerator dari epoxy. Catatan : Pada temperatur tinggi, pekerjaan dapat terhambat karena campuran epoxy synthetic resin mengeras dengan sangat cepat. Oleh karena itu lebih baik pekerjaan penambalan dilakukan pagi hari, pada saat temperatur masih rendah. 2. Pelaksanaan Pekerjaan a. Singkirkan material perkerasan yang mengalami kerusakan. Keringkan permukaan yang akan ditambal, bersihkan dari debu dengan menggunakan kompresor. b. Setelah dipastikan bahwa permukaan yang akan ditambal dalam keadaan kering, semprotkan primer secara merata dengan kuantitas penyemprotan 0.3-0.5 kg/m2. c. Tebarkan mortar dan padatkan selama primer masih basah. d. Lakukan curing pada mortar, lindungi dari air hujan hingga mortar mengeras. 5.3 Surface Treatment (perawatan permukaan jalan) Metoda ini mengaplikasikan pelapisan tipis pada kasus-kasus di mana terjadi kerusakan permukaan seperti tortoise-shell cracking, raveling, polishing, scaling dan sebagainya. Metoda perawatannya sama dengan metoda penambalan. Bila menggunakan perawatan permukaan dengan resin sintetis untuk menghasilkan permukaan anti gelincir, metoda pelaksanaannya sama dengan perawatan permukaan dengan resin sintetis pada perkerasan aspal. Yang harus diperhatikan adalah material

yang digunakan karena material untuk perkerasan kaku berbeda dengan material untuk perkerasan aspal. 5.4 Partial Reconstruction (rekonstruksi sebagian) Metoda ini dilakukan dengan cara mengganti slab dan lapis pondasi apabila terjadi retak sudut atau retak melintang yang sudah mencapai dasar slab dan tidak terjadi penyaluran beban. Pada cara ini, secara prinsip penyebab kerusakan harus dihilangkan. 5.4.1 Partial Reconstruction pada sudut slab a. Potong daerah di luar retakan sampai kedalaman 2-3 cm dengan pemotong beton seperti pada Gambar 5.5. Sudut persilangan dari dua garis pemotongan dibuat melengkung untuk mengurangi konsentrasi tegangan.

Gambar 5.5 Partial Reconstruction pada Sudut Slab b. Singkirkan bagian beton yang mengalami retak tanpa merusak tulangan beton, tulangan susut (wire mesh) dan dowel bar. c. Potong dan bengkokkan tulangan mendatar daripada tulangan susut ke atas. Bila sulit untuk mempertahankan seluruhnya, potong tulangan dengan menyisakan sepanjang 20-30 cm masih menonjol ke luar. d. Perbaiki tanah dasar dan lapis pondasi (base course) bila tidak dalam keadaan baik. Rekonstruksi dapat menggunakan soil cement karena daerah kerjanya sempit dan sulit untuk dilakukan pemadatan. e. Periksa dowel bar yang ada, potong dan ganti yang rusak dengan yang baru. f. Bila struktur sambungan eksisting adalah jenis contraction joint, tutup dengan poyethylene film atau lapis dengan material bitumen/aspal untuk menghindari ikatan antara beton lama dengan beton baru. Bila struktur sambungan eksisting adalah jenis expansion joint, gunakan joint filler. g. Untuk perawatan construction joint dan penempatan beton lihat Sub Bab 5.2. h. Setelah beton mengeras, buat alur sambungan dengan alat pemotong dan isi dengan bahan penutup sambungan.

5.4.2 Partial Reconstruction untuk retak melintang pada slab Bila retak melintang terjadi dalam jarak 3 m dari sambungan slab, pekerjaan rekonstruksi sama dengan rekonstruksi sebagian pada sudut slab. Bila retak melintang terjadi pada jarak > 3 m dari sambungan slab, buatlah bagian yang retak menjadi contraction joint. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6 Contoh Partial Reconstruction Pada Kasus Retak arah Melintang Slab a. Potong bagian slab yang retak ke arah tegak lurus sumbu jalan. Satu garis pemotongan dibuat dengan kedalaman 2-3 cm dan garis pemotongan lainnya sedalam tebal slab. b. Singkirkan beton yang ada diantara garis pemotongan. Untuk membuat construction joint, ikuti metoda pekerjaan untuk rekonstruksi sebagian dari sudut slab. c. Buat lubang pada beton eksisting dan masukkan mortar semen dan dowel bar (diameter 25x700 mm) sedalam setengah panjang dowel. d. Lapis sisi lain dari dowel bar dengan material bitumen/aspal dan cetakan beton. e. Setelah beton mengeras, buat lubang sambungan dengan alat pemotong dan masukkan bahan penutup sambungan. Catatan : 1. Bila slab beton tidak menggunakan tulangan susut, ganti slab beton dengan satu slab yang utuh, karena biasanya perbaikan mengakibatkan kerusakan pada beton di sekitarnya. 2. Bila suatu slab beton dengan retak memanjang harus diperbaiki, gunakan metoda rekonstruksi sebagian untuk retak melintang pada beton. Metoda injeksi retakan lihat Sub Bab 5.1. Adapun contoh mengenai partial reconstruction untuk retak memanjang dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7 Contoh Partial Reconstruction Pada Retak Arah Memanjang Slab

5.5 Metoda Injeksi (grouting) Pada metoda ini, rongga udara antara slab beton dan lapis pondasi (base course) diisi dengan bahan pengisi, atau slab yang turun/tenggelam didesak ke atas hingga sampai kepada posisi semula. Pengerjaan metoda ini tidak terlalu mahal dan terbukti efektif untuk memperpanjang umur perkerasan. 5.5.1 Metoda Injeksi Aspal Dalam metoda ini, jalan dapat langsung dibuka untuk lalu lintas setelah aspal diinjeksi dan temperaturnya menurun. Material injeksi yang digunakan adalah jenis aspal keras (penetrasi 10-40). Urutan pekerjaan : 1. Buat lubang pada slab beton dengan diameter 50-60 mm tergantung kepada diameter pipa injeksi (nozzle). Kualitas injeksi tergantung kepada perencanaan lokasi lubang, di mana perencanaan tersebut berdasarkan kepada faktor-faktor : a. Ukuran, besar penurunan, kondisi keretakan pada beton. b. Alat injeksi, tekanan injeksi, material bitumen.

Gambar 5.8 Contoh Perencanaan Lokasi Lubang Injeksi 2. Singkirkan sisa beton dari lubang injeksi agar proses injeksi berjalan lancar. Buang pasir, lumpur dan sisa beton dengan kompresor udara agar terbentuk rongga kecil di bawah lubang injeksi. Lakukan injeksi dengan pipa injeksi dan singkirkan tanah, pasir dan air di antara bagian bawah slab dan lapis pondasi. 3. Panaskan dan cairkan aspal (di atas 210 C) dan lakukan injeksi dengan asphalt distributor dengan tekanan 2-4 kg/cm2 seperti terlihat pada Gambar 5.9. Jumlah aspal yang digunakan tergantung kepada kondisi slab beton dan lapis pondasi, umumnya 2-6 kg/cm2. Karena ini dilakukan pada temperatur tinggi, harus diperhatikan mengenai pembakaran aspal dan bahan-bahan yang mudah terbakar lainnya.

Gambar 5.9 Contoh Alat Injeksi Aspal Hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan : a. Pekerja yang mengendalikan pipa injeksi harus menggunakan pelindung. b. Apabila terdapat air di dalam lubang injeksi, terkadang segera setelah dilakukan injeksi, aspal dapat terpancar ke luar akibat tekanan uap dari lubang injeksi, sehingga pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati. c. Pada saat dilakukan injeksi, aspal dapat keluar dari lubang injeksi, lubanglubang lain, retakan, sambungan dan bahu jalan. d. Aspal dapat mengalir keluar menuju fasilitas-fasilitas bawah tanah dan bahu jalan. e. Aspal dapat mengalir ke arah sebaliknya pada saat pipa injeksi diangkat. 4. Biarkan pipa injeksi pada tempatnya selama 30 detik setelah injeksi selesai dan masukkan sebuah sumbat kayu segera setelah menarik pipa. Panjang dari sumbat kayu adalah 70 - 100 cm. 5. Cabut sumbat kayu setelah temperatur aspal menurun dan aspal mengeras, kemudian isi lubang dengan mortar aspal. Biasanya jalan dapat dibuka untuk lalulintas 0.5 - 1 jam setelah proses injeksi selesai. 5.5.2 Metoda Injeksi Semen Ada dua metoda injeksi semen; pertama, mengisi rongga udara antara slab beton dengan lapis pondasi, kedua, mengangkat slab beton yang turun/tenggelam. Metoda injeksi semen membutuhkan lebih banyak waktu untuk curing dibandingkan dengan pada metoda injeksi dengan aspal, yaitu lebih dari 3 hari. Bila jalan dibuka untuk lalulintas tanpa curing, air dari material injeksi dapat menyebabkan pumping dan kerusakan pada slab beton. Material injeksi terutama terdiri dari semen dan air, terkadang ditambahkan dengan tanah berbutir halus, pasir dan gypsum serta bubuk aluminium. Prosedur pengerjaan hampir sama dengan metoda injeksi aspal. a. Untuk menaikkan slab beton yang tenggelam, dibuat lubang dengan posisi seperti pada Gambar 5.10.

Gambar 5.10 Contoh Menaikkan Slab Beton yang Tenggelam b. Cara injeksi sama dengan metoda injeksi aspal. c. Grout pump dan mud-jack dapat digunakan sebagai alat injeksi. Tekanan injeksi harus 3-5 kg/cm2. Untuk menaikkan slab beton, injeksi dimulai pada lubang injeksi di mana terdapat slab beton yang tenggelam paling dalam. Injeksi dilakukan sedikit demi sedikit, mengikuti urutannya seperti terlihat pada Gambar 5.10, dan seterusnya hingga ketinggian slab beton yang diharapkan tercapai. d. Masukkan sebuah sumbat kayu dengan panjang 35-45 cm setelah injeksi. e. Isi mortar semen ke dalam lubang injeksi. Jalan dapat dibuka untuk lalulintas setelah lebih dari 3 hari dilakukan curing. 5.6. Lain-lain 5.6.1 Perbaikan Blow up Bila terjadi blow up, lakukan perbaikan sementara untuk menghindari terhambatnya lalulintas. Kemudian untuk selanjutnya rencanakan penggantian slab beton. Bila terjadi blow up setempat, lakukan inspeksi terhadap sambungan, dan lakukan perbaikan sementara karena kemungkinan akan terjadi lagi di lokasi lain. Bila blow up relatif kecil, potong bagian beton yang timbul, sejajar sambungan dengan jarak 50-60cm dari sambungan dan hancurkan dengan menggunakan penghancur (breaker) untuk menurunkan slab beton yang timbul.. Isi tanah dan batu pecah untuk penanganan sementara jika slab beton sudah disingkirkan, dan lapis dengan campuran aspal agar dapat segera dibuka untuk lalulintas. Setelah slab beton menjadi stabil, ganti dengan yang baru dengan pengerjaan seperti pada metoda 5.4. 5.6.2 Perbaikan crushing Perbaikan crushing dilakukan dengan menambalnya dengan campuran aspal. Setelah slab beton menjadi stabil, pasang expansion joint baru dan ganti betonnya. Untuk penambalan dan penggantian beton, pengerjaannya sama dengan metoda 5.2 dan metoda 5.4.

5.6.3 Grooving Grooving adalah membuat alur kecil pada permukaan perkerasan dengan alat diamond blade atau tungsten carbide disc. Grooving dibuat untuk mencegah hydroplaning dan meningkatkan ketahanan gelincir dari permukaan perkerasan dengan mencegah terbentuknya lapisan air antara permukaan perkerasan dan roda kendaraan. Grooving dibuat pada arah memanjang maupun melintang, umumnya pada arah memanjang. Grooving arah memanjang efektif untuk mencegah kecelakaan lalulintas akibat gaya lateral atau cross wind. Sedangkan grooving arah melintang efektif untuk memperpendek jarak henti dan sesuai untuk diterapkan pada lereng yang curam dan persimpangan. Bentuk/polanya dapat diatur dengan menambah atau mengurangi jumlah atau lebar pisau pemotong. Sebagai contoh adalah Gambar 5.11. Untuk pelaksanaan digunakan mesin grooving. Catatan : Metoda Anti-skid selain grooving adalah surface texturing dan acid treatment. Dalam memilih metoda, harus dilakukan pengkajian yang komprehensif dengan mempertimbangkan pelaksanaan, ekonomi, efek kesinambungan, bunyi saat pengerjaan, bunyi kendaraan yang melintas, dan kinerja penerapannya.

Gambar 5.11 Contoh Bentuk Grooving 5.6.4 Perbaikan Naiknya Slab Beton Pada kasus di mana slab beton naik karena tanah bersifat ekspansif, harus dilakukan perbaikan/penggantian slab beton setelah melakukan perbaikan temporer untuk tetap menjaga pelayanan lalulintas.

BAB 6 PERBAIKAN DALAM SKALA BESAR Di samping metode-metode perbaikan yang telah dijelaskan di atas, terdapat metode perbaikan dalam skala yang lebih besar dan sifatnya permanen, yang biasanya diterapkan pada perkerasan yang telah mengalami kerusakan struktural. Perbaikan tersebut dilakukan dengan cara: 1. Overlay (pelapisan ulang). 2. Rekontruksi. 6.1 Overlay (pelapisan ulang). Pada perkerasan jalan yang mengalami banyak retak, kerusakan atau keausan, umur slab beton dapat ditingkatkan dengan melapis ulang perkerasan dengan campuran aspal atau beton. Umumnya, yang digunakan sebagai bahan pada metoda pelapisan ulang ini adalah campuran aspal, sebab belum ditemukan metoda perencanaan dan pelaksanaan pelapisan ulang dengan campuran beton yang tepat. Metoda pelapisan ulang dengan campuran aspal adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Tebal Pelapisan Ulang. Perhitungan tebal pelapisan ulang untuk perkerasan kaku sama dengan perhitungannya untuk perkerasan aspal. Tebal minimum pelapisan ulang adalah lebih besar dari 8 cm. Catatan : Bila tebal pelapisan yang dibutuhkan lebih dari 10 cm, campuran aspal gradasi terbuka dengan ketebalan 5 cm pada slab beton efektif digunakan untuk mencegah retak refleksi. b. Pelaksanaan pekerjaan Hal-hal yang harus diperhatikan : Bila pelapisan ulang yang dibutuhkan cukup tebal, naikkan perlengkapan jalan seperti kerb, saluran tepi, dan lain-lain. Untuk slab beton yang mengalami kerusakan berat, perbaiki terlebih dahulu dengan metoda rekonstruksi sebagian atau metoda injeksi. Isi sambungan, retak, patahan (faulting) yang lebih dari 3 cm, perbaiki kondisi pelepasan butiran (raveling) dengan kedalaman lebih dari 3 cm demikian juga untuk kondisi ketidakrataan memanjang, dan kerusakan sudut perkerasan. Sebelum penyemprotan tack coat, sapu bersih slab beton, singkirkan kotorankotoran, lumpur dan lain-lain. Bila digunakan aspal emulsi, usahakan untuk menebarnya setipis mungkin. Perkerasan yang terbentuk harus sama dengan permukaan perkerasan aspal. Bila pelapisan ulang yang dibutuhkan tipis, biasanya timbul retak refleksi pada permukaan perkerasan yang disebabkan karena sambungan eksisting atau retak yang ada pada permukaan yang dilapis ulang. Ada 2 (dua) metoda pencegahan retak refleksi. Pertama adalah metoda lembaran (sheet method), dan kedua adalah metoda penggunaan campuran aspal beton gradasi terbuka sebagai lapis pengikat (binder course). Pada metoda lembaran, aspal dioleskan pada kedua sisi kain katun atau polypropylene sebagai material penyekat untuk meredam pergerakan antara slab beton dengan

permukaan aspal. Perlu diperhatikan bahwa lembaran tersebut harus melekat dengan kuat pada permukaan, karena bila tidak, dapat menyebabkan retak pada saat pemadatan bahan pelapis ulang. Langkah-langkah pemasangan lembaran tersebut : a. Bersihkan kotoran-kotoran dan lumpur dari sambungan yang terbuka dan bagianbagian yang retak. b. Isikan campuran pasir kering dan aspal emulsi (PK-4 atau MK-2) sebesar 10 - 15 % berat pasir kering ke dalam sambungan yang terbuka dan bagian-bagian yang retak tersebut. Padatkan campuran dengan trowel dan tamper. Bila lebar retakan lebih dari 10 mm tambahkan batu pecah (gradasi 5 - 2.5 mm) ke dalam campuran. c. Ratakan bagian-bagian yang tidak rata, slab yang tenggelam atau patah dengan campuran aspal. Ukuran maksimum butiran dalam campuran adalah dari kedalaman ketidakrataan tersebut. d. Semprotkan aspal emulsi (0.8 l/m2) pada permukaan slab beton dan pasang lembaran seperti pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Pemasangan Lembaran e. Setelah lembaran dipasang, padatkan dan pastikan melekat dengan baik. Sambungan lembaran dibuat tumpang tindih selebar 5 - 8 cm. f. Setelah memadatkan lembaran , jalan dapat dibuka untuk lalulintas selama lebih dari 1 (satu) hari untuk meyakinkan kekuatan lekatnya. g. Setelah diyakini bahwa lembaran melekat dengan baik, lakukan pelapisan ulang dengan campuran aspal. Catatan : 1. 2. Dianjurkan untuk menggunakan asphalt finisher tipe crawler sehingga lembaran tidak mengelupas. Bila lembaran membentang di dua lajur seperti pada Gambar 6.2, mulailah bekerja dari lajur 1, untuk mencegah air hujan meresap ke dalam lembaran sehingga tidak mengelupas.

Gambar 6.2 Urutan Pekerjaan Pelapisan Ulang

6.2 Metoda Rekonstruksi Rekonstruksi dilakukan apabila metoda pemeliharaan atau metoda pelapisan ulang tidak dapat diterapkan karena slab beton dalam keadaan rusak berat. Ada 2 (dua) metoda rekonstruksi. Metoda pertama adalah menggunakan perkerasan kaku (beton), metoda kedua adalah menggunakan perkerasan lentur (aspal). Penentuan mengenai metoda apa yang akan digunakan didasari oleh pertimbangan luas daerah yang akan diganti, kualitas tanah dasar dan lapis pondasi, dan kondisi lalulintas. 1. Perencanaan Tebal Lapis pengganti. Tebal lapis pengganti direncanakan sama dengan merencanakan tebal perkerasan aspal dan perkerasan beton. Untuk perbaikan sementara, ketebalan lapis pengganti harus sama dengan ketebalan perkerasan di sekitarnya. 2. Pelaksanaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan : a. b. Bongkar slab beton, minimum satu unit. Gali lapis pondasi sedemikian rupa sehingga tidak merusak perkerasan di sekitarnya yang masih baik. Gunakan mesin penggali secukupnya, setelah itu rapikan secara manual/dengan tangan. Padatkan setiap sudut dari lapis pondasi dengan mesin penggilas. Padatkan dengan mesin pemadat ukuran kecil (vibro rammer, small-scale compactor) untuk daerah tepi, sudut yang biasanya tidak terpadatkan dengan sempurna. Bila lalulintas tetap dibuka selama pelaksanaan, perlu dibuat lapisan permukaan sementara agar tidak mengganggu lalulintas. Gunakan campuran aspal sebagai lapisan permukaan ini. Untuk rekonstruksi dengan perkerasan aspal, selesaikan hingga lapis pengikat dan padatkan dengan membiarkan lapisan dilalui lalulintas selama 1- 2 minggu. Buat taper (transisi kelandaian) dengan campuran aspal agar tidak mengganggu lalulintas. Bila rekonstruksi menggunakan perkerasan beton, perlakuan terhadap construction joint pada slab eksisting dilaksanakan dengan mengikuti Metoda Pemeliharaan (Bab V). Jarak antara sambungan melintang dari slab beton ditentukan sama dengan perkerasan beton yang baru. Bila rekonstruksi dilakukan hanya pada satu lajur, posisi dan struktur sambungan dibuat sama dengan lajur disebelahnya. Untuk sambungan memanjang antara slab yang diganti dengan slab eksisting, pasang tie-bar dengan membuat lubang pada permukaan sambungan beton dengan menggunakan paku beton (rock bolt). Hindari hubungan antara struktur jalan eksisting dengan slab beton hasil rekonstruksi dengan mengisinya dengan bahan pengisi sambungan perkerasan aspal seperti pada Gambar 6.3.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

Gambar 6.3 Contoh Pengisian Sambungan antara Slab Beton dengan Struktur lain di sisinya i. Beton yang digunakan untuk pekerjaan penggantian/rekonstruksi harus sama dengan beton untuk perkerasan baru. Bila sulit untuk menggunakan mesin perkerasan skala besar, di mana area perkerasannya kecil dan terpisah-pisah, pilih campuran beton yang konsistensinya sesuai. Bila digunakan cara manual/dengan tangan, gunakan campuran beton dengan slump 5-6 cm, dengan mempertimbangkan waktu pengangkutannya ke lokasi.

BAB 7 PERBAIKAN PADA LOKASI YANG DIBERI LABURAN SATU LAPIS (MISALNYA FRICSEAL atau LASTIKA)

Laburan satu lapis (burtu) atau lapis hotmix dengan ketebalan 1-2 cm pada perkerasan beton, apabila dikerjakan sesuai dengan spesifikasinya akan tampak sebagai permukaan yang rata, berwarna hitam seragam bertextur kasar, kedap air dan melekat kuat terhadap lapis di bawahnya. Gangguan baik fisik ataupun kimiawi dapat merusak penampilan yang normal tadi menjadi penampakan visual yang tidak homogen, terbuka, basah aspal (bleeding) atau bahkan mengelupas. Bila terjadi hal demikian perlu segera dilakukan tindakan penanganan yang tepat dan cepat agar tidak menjalar ke permukaan yang lebih luas dan sangat merugikan bagi fungsi jalan raya secara keseluruhan.

7.1. Kerusakan Karena Gangguan Fisik Dimaksud dengan gangguan fisik terhadap permukaan burtu adalah semua jenis pengaruh fisik yang menimpa permukaan burtu dan menyebabkan kerusakan, perubahan bentuk ataupun tampilan berbeda dari kondisi normal. Semua luka permukaan yang dalam (lebih dari 1cm) harus segera ditangani karena pada burtu lubang akan cepat menjalar lebih luas. 1. Goresan Dapat diakibatkan oleh tumbukan benda keras/tajam pada permukaan jalan. Cara penanganan : Tempat luka segera dibersihkan, dihembus dengan kompresor bila perlu, kemudian diisi kembali dengan : a. Sealant, untuk luka memanjang sempit atau lubang kecil. b. Sealant dicampur pasir atau agregat, untuk luka dengan diameter lebih besar dari 2 cm. c. Tambalan dengan material sejenis, bila luka lebih besar lagi (diameter 2 cm s.d 50 cm). Disarankan sebelum tambalan diisikan, pada permukaan lubang dan dinding disapukan tackcoat (panas atau dingin) yang sesuai (misalnya rubberized asphalt).

2. Lubang Memanjang Dapat diakibatkan oleh retakan lapis perkerasan di bawahnya baik karena gerakan tanah atau gerakan pelat beton (pada perkerasan kaku).

Cara penanganan : a. Bersihkan lubang memanjang dari semua benda yang tidak kokoh duduknya, kalau perlu dipahat hingga mencapai bagian yang kokoh. Untuk lubang yang lebarnya melebihi 0,5 cm, terlebih dahulu diisi dengan sealant hingga mencapai 2-3 cm di bawah permukaan semula, baru kemudian diisi dengan : Lubang yang lebarnya sampai dengan 0,5 cm diteruskan diisi dengan sealant hingga mencapai 1-2 mm terhadap permukaan akhir. Lubang-lubang yang lebih lebar sampai selebar 2-3 cm bisa diisi dengan sealant campur pasir atau agregat. Lubang-lubang yang lebih lebar lagi perlu diperlakukan sebagai expansion joint (dengan pelat baja penutup). 3. Luka-luka Luka-luka pada permukaan burtu dapat disebabkan oleh benturan benda keras atau sebab lain mampu membuat agregat terlepas dari matrixnya. Disarankan segera dilakukan perbaikan agar tidak meluas menjadi lubang lebih besar. a. Bersihkan di tempat luka dan potong dengan garis potong persegi (dengan gergaji besi atau pahat), sampai mencapai bagian yang kokoh, demikian pula bidang dasar lubangnya. Pulas dengan tackcoat (panas atau dingin) kemudian tuang dengan premix material khusus untuk tambalan ataupun material tambalan yang dibuat setempat dengan gradasi sama/mirip dengan aslinya. Pengisian material tambalan dibuat lebih tinggi dari permukaan yang ada agar setelah dipadatkan dapat membentuk bidang yang rata dengan sekelilingnya.

b.

b.

c.

4. Melendut Permukaan yang melendut adalah permukaan yang menjadi tidak rata, ada yang tenggelam dan ada yang meninggi karena gerakan lapisan akibat beban berat (overload) panas pemrukaan aspal tinggi (di atas 60 C), terjadi kanalisasi (jejak ban selalu lewat di tempat yang sama), waktu pembebanan lama, jumlah lalu lintas tinggi atau sebab lain, maka perlu ditangani dengan cara-cara berikut ini : a. Pangkas (dengan mesin cold milling) bagian yang tinggi hingga sedalam 2-3 cm, atau sampai bagian yang kokoh, bersihkan dengan kompresor. Laburkan tackcoat (panas atau dingin), dari jenis yang mengandung karet, misalnya HBA atau rubberized asphalt emulsion. Tergantung dari luasnya dapat dituang :

b.

c.

Adonan burtu baru, digelar dengan/ tanpa finisher, rata dengan permukaan semula. Adonan premix, kalau terjadi setempat-setempat. 5. Lepas-lepas Permukaan burtu lepas-lepas (biasanya) memanjang, pada perbatasan antar lajur/ lebar tebaran finisher pada waktu penggelarannya dapat merupakan bentuk awal dari kerusakan lebih parah dengan semakin banyaknya butiran yang lepas. Cara penanganan : a. Lewatkan gergaji mesin pada garis perbatasan lajur tersebut hingga membentuk kanal selebar 2-3 mm, bersihkan dengan kompresor.

b. Tuangkan sealant cair ke dalam lubang tersebut rata atau kurang dari permukaan. c. Hindarkan kendaraan melewati garis tersebut sebelum sealant mengeras.

7.2. Kerusakan Karena Gangguan Kimia Bahan pengikat pada burtu sangat terpengaruh dengan tumpahan solar/bensin/ premium/premix, demikian pula dengan panas matahari yang berlebihan (temperatur lebih dari 60 C). Bila terjadi gangguan tersebut dapat saja mempengaruhi permukaan lapisan. 1. Basah aspal (bleeding) Bahan aspal yang digunakan pada burtu yang ada di jalan tol biasanya tahan pada temperatur 70 C namun bila disertai beban overload, antrian (loading time tinggi) dan jejak alur (kanalisasi) bisa saja terjadi basah aspal atau melendut. Cara penanganan : Bila tidak terjadi lendutan (rutting) maka permukaan yang padat aspal tersebut bisa diperbaiki antara lain dengan cara : a. Dibakar dengan torch dan di sand blast (sembur pasir), diulang-ulang hingga bentuk texturnya terlihat nyata lagi. b. Tempat yang perlu diperbaiki dilokalisir dengan dibatasi besi siku, dituang dengan bubuk gergaji dan kerosene dan dibakar. c. Apabila lokasinya luas dapat dipakai panel pemanas yang terdapat pada mesin recycle perkerasan aspal, kemudian dibersihkan dengan sapu/kompresor.

2. Pelunakan Pada bekas tumpahan solar/bahan bakar minyak dapat saja terjadi pelunakan yang dapat berakibat basah aspal atau bahkan instabilitas lapisan. Pada keadaan yang terakhir ini perlu ditangani sebagai berikut : a. Dibongkar seluruh bagian yang telah berubah bentuk, keringkan sisa-sisa bahan bakar minyak yang masih ada. Lapis kembali dengan burtu baru setelah tack coating.

b. Kalau belum berubah bentuk bisa diperlakukan sebagai basah aspal. 3. Rontok Batu-batuan yang terlepas pada daerah yang luas sering terjadi pada lapis aspal yang telah tua, dimakan matahari (ultraviolet) biasanya sesudah berumur 7 atau 8 tahun. Pada kondisi seperti itu perlu penanganan sebagai berikut : a. Rejuvenating agent dilaburkan ke per-mukaan hingga rata ditunggu hingga tidak lengket lagi. b. Lapis dengan laburan HBA dan ditabur batu. c. Lapis ulang dengan material baru. 7.3. Catatan Pada setiap penanganan bidang-bidang baru yang relatif kecil bersambungan dengan bidang asli yang luas selalu akan menimbulkan kondisi perbatasan yang tidak selalu mulus secara visual ataupun struktural. Bila dilihat secara struktural maka yang dikuatirkan adalah perbatasan bidang tersebut tidak kedap air karena berbeda umur dan kepadatan materialnya. Cara penanganan umum dalam hal ini adalah membuat kanal kecil pada garis perbatasan tersebut (dengan gergaji mesin) dan menuangkan sealant untuk menutup celah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA 1. United Nations Economic Comission for Africa, Road Maintenance Handbook, Volume IIIPaved roads, 1982. 2. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Jalan Kota, Departemen PU, Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) No. 10/T/BNKT/1991,. 3. Murakami, Tomoaki, Manual For Maintenance and Repair of Cement Concrete Pavement, April 1992. 4. Divisi Pelayanan Lalu Lintas dan Pemeliharaan, PT Jasa Marga (Persero), Petunjuk Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan Lentur (Lampiran I SK Direksi No. 176/KPTS/1997), Desember 1997. 5. Divisi Pelayanan Lalu Lintas dan Pemeliharaan, PT Jasa Marga (Persero), Petunjuk Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan Kaku (Lampiran II SK Direksi No. 176/KPTS/1997), Desember 1997.