BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/63582/3/BAB-I.pdf · mempersyaratkan nasabah...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/63582/3/BAB-I.pdf · mempersyaratkan nasabah...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan pembangunan nasional adalah
terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, dengan
mengembangkan sistem ekonomi yang bertumpu pada mekanisme pasar yang
berkeadilan. Guna mewujudkan tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan
ekonomi nasional diarahkan pada perekonomian yang berpihak pada ekonomi
kerakyatan, merata, mandiri, handal, berkeadilan, dan mampu bersaing di kancah
perekonomian internasional. Salah satu bentuk penggalian potensi dan wujud
kontribusi masyarakat dalam perekonomian nasional tersebut adalah
pengembangan sistem ekonomi berdasarkan nilai Islam (Syari’ah) dengan
mengangkat prinsip-prinsipnya ke dalam sistem hukum nasional. Prinsip syari’ah
berdasarkan pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan
keuniversalan (rahmatan lil ’alamin). Prinsip syari’ah merupakan bagian dari
ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi
Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya. Kegiatan usaha yang
berdasarkan pada prinsip syari’ah antara lain adalah kegiatan usaha yang tidak
mengandung unsur:
Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (bathil) antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu
2
penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang
mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima
melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah). Maysir, yaitu
transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat
untung-untungan. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak
dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat
transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syari’ah. Haram, yaitu transaksi
yang objeknya dilarang dalam syari’ah. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan
ketidakadilan bagi pihak lainnya. (Effendi, 2016)
Terlihat jelas kedudukan dan peran ekonomi Islam yang diwujudkan
dalam lembaga keuangan syari’ah merupakan suatu keharusan untuk
dikembangkan, terlebih lembaga keuangan tersebut memiliki landasan hukum,
sehingga dapat memberi peran yang maksimal dan membeli daya tawar yang
positif untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Perkembangan
lembaga keuangan syari’ah perlu diiringi dengan proses sosialisasi yang
maksimal. Namun saat ini proses sosialisasi dan pelayanan yang diberikan
lembaga keuangan yang berbasis syari’ah kepada masyarakat belum efektif.
Sehingga pemahaman dan dan kesadaran masyarakat masih belum banyak
mengetahui manfaat atau benefit yang diperoleh dengan menggunakan lembaga
keuangan yang berbasis syari’ah. Salah satu produk lembaga keuangan yang
mempunyai potensi besar dan memberikan manfaat yang tinggi seperti dijelaskan
di atas adalah asuransi syari’ah. Sebagaimana diketahui asuransi syari’ah
merupakan pokok dari lembaga keuangan yang notabene adalah lembaga
3
keuangan bukan bank. Sehingga hal ini tidak bersentuhan langsung dengan
perputaran perekonomian negara seperti halnya lembaga keuangan yang menjadi
salah satu instrument kebijakan moneter. Sehingga peran asuransi syari’ah
tersebut lebih mampu dalam merangkul masyarakat sehingga memberikan
kontribusi terhadap masyarakat. (Burhanuddin , 2010:98)
Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini dengan
perkembangan jumlah pelaku ekonomi, perkembangan jumlah kebutuhan barang
dan jasa, serta memunculkan kekhawatiran manusia akan adanya risiko yang
terjadi pada mereka, seperti risiko yang dapat membahayakan diri seseorang, harta
benda, dan lain-lain. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
perasuransian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalannya. (Sastri, Sujana, Sinarwati, 2017).
Apabila mengamati perusahaan asuransi maka ditemukan dua macam bentuk:
a) asuransi umum, yaitu jenis perlindungan yang dikaitkan dengan kerugian atau
kerusakan harta benda yang dimiliki oleh seseorang;
b) asuransi jiwa, yaitu jenis perlindungan yang dikaitkan dengan hidup matinya
seseorang.
Definisi asuransi syari’ah di Indonesia secara baku dijelaskan dalam Fatwa
DSN No: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syari’ah bahwa
asuransi syari’ah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau Tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui
4
akad (perikatan) yang sesuai dengan syari’ah. Definisi asuransi dalam bahasa
Arab disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung
disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-ta’min diambil dari kata amana yang
artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut
(Sula, 2004). Asuransi jiwa syari’ah dan asuransi jiwa konvensional mempunyai
tujuan yang sama, yaitu pengelolaan atau penanggulangan risiko. Perbedaan
mendasar antara keduanya adalah cara pengelolannya dalam hal pengelolaan
risiko asuransi konvensional berupa transfer risiko dari para peserta kepada
perusahaan asuransi (risk transfer). Sedangkan asuransi jiwa syari’ah menganut
asas tolong-menolong dengan membagi risiko di antara peserta asuransi jiwa (risk
sharing). (Zainuddin Ali, 2008:59)
Di Indonesia, asuransi syari’ah baru ada pada akhir tahun 1994 yaitu
dengan berdirinya Asuransi Takaful Indonesia yang diprakarsai oleh Tim
Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) dan dipelopori oleh ICMI
melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, Asuransi Jiwa Tugu
Mandiri, Pejabat dari Departemen Keuangan, dan Pengusaha Muslim Indonesia
(Redhika, Mahalli, 2014). Dari tahun ke tahun bisnis asuransi syari’ah semakin
diminati.
Berikut adalah data perusahaan asuransi syari’ah yang ada di Indonesia,
baik yang bersifat full asuransi syari’ah atau unit usaha syari’ah:
Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Asuransi Jiwa Unit Usaha Syari’ah Tahun 2016
No. Nama
Perusahaan
Izin Unit Usaha Syari’ah
No. Nama
Perusahaan
Izin Unit Usaha Syari’ah
Nomor Tanggal Nomor Tanggal
1 Asuransi Jiwa KEP- 7 Nopember 10 PT Axa KEP- 27 Juli 2009
5
Bersama Bumiputera 1912
268/KM.6/2002
2002 Financial Indonesia
237/KM.10/2009
2 PT AIA Financial KEP-268/KM.10/2
009
14 Agustus
2009
11
PT Axa
Mandiri
Financial Services
KEP-076/KM.10
/2009
20 April 2009
3
PT Asuransi
Allianz Life Indonesia
KEP-
440/KM.5/2005
20 Desember
2005
12 PT BNI Life
Insurance
KEP-
186/KM.6/2004
19 Mei 2004
4
PT Asuransi Jiwa
Bringin Jiwa Sejahtera
KEP-
007/KM.6/2003
21 Januari
2003
13
PT Great
Eastern Life Indonesia
KEP-
076/KM.5/2005
2 Maret 2005
5 PT Asuransi Jiwa
Central Asia Raya
KEP-
070/KM.10/2
007
05 April 2007
14
PT Panin
Daichi Life
(d/h PT Panin
Life)
KEP-
247/KM.10
/2009
30 Agustus
2009
6 PT Asuransi Jiwa Manulife
Indonesia
KEP-107/KM.10/2
009
13 Mei 2009
15 PT Prudential Life
Assurance
KEP-585/SKM.1
0/2010
8 Oktober
2010
7 PT Asuransi Jiwa
Mega Life
KEP-038/KM.10/2
007
15 Maret
2007
16
PT Sun Life Financial
Indonesia
KEP-585/SKM.1
0/2010
8 Oktober
2010
8 PT Asuransi Jiwa
Sinar Mas MSIG
KEP-
041/KM.5/2005
17 Januari
2005
17
PT Tokio Marine Life
Insurance
Indonesia (d/h PT MAA
Life
Assurance)
KEP-
058/KM.10/2008
9 April 2008
9 PT Avrist
Assurance
KEP-
326/KM.5/20
05
28 September
2005
18 PT ACE Life
Assurance
KEP-
19/NB.223/
2014
16 September 2014
(Izin UUS
2014)
19 PT Financial Wiramitra
Danadyaksa
KEP-254/NB.22
3/2015
14 Juli 2015
Sumber : Publikasi Otoritas Jasa Keuangan, 2016
Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Asuransi Jiwa Full Syari’ah Tahun 2016
No. Nama
Perusahaan
Izin Unit Usaha Syari’ah
No. Nama
Perusahaan
Izin Unit Usaha Syari’ah
Nomor Tanggal Nomor Tanggal
1 PT Asuransi
Takaful Keluarga
KEP-260/KM.10/2
012
14 Juni 2012
4
PT Asuransi
Jiwa Syari’ah
Jasa Mitra Abadi
KEP- 96
/D.05/2015
28 Agustus
2015
2 PT Asuransi Jiwa
Syari’ah Al-Amin
KEP-220/KM.10/2
010
30 April 2010
5
PT Asuransi
Syari’ah
Keluarga Indonesia
KEP- 124
/D.05/2015
30 Nopember
2015
3
PT Asuransi Jiwa
Syari’ah Amanahjiwa Giri
Artha
KEP-
539/KM.10/2
012
24 September 2012
Sumber : Publikasi Otoritas Jasa Keuangan, 2016
6
Sejak adanya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
426/KMK.06/2003 tentang perjanjian usaha dan kelembagaan perusahaan
asuransi dan perusahaan reasuransi. Peraturan ini dapat dijadikan dasar oleh
perusahaan asuransi konvensional untuk mendirikan perusahaan asuransi syari’ah.
Sebagaimana ketentuan dalam pasal 3 yang menyebutkan bahwa "setiap pihak
dapat melakukan usaha asuransi atau usaha reasuransi berdasarkan prinsip
syari’ah". Melihat prospek yang sangat cerah ini, tak heran jika terutama sejak
tahun 2003 banyak perusahaan asuransi konvensional yang membuka cabang
syari’ah. Namun dalam perkembangannya pertumbuhan perusahaan perasuransian
Syari’ah di Indonesia tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. 2 2013 2014
Tabel 1.3 Pertumbuhan Usaha Asuransi Jiwa Dengan Prinsip Syari’ah
2011 - 2015
Keterangan /
Description 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah
Tertanggung
(Polis /
Tertanggung) /
Number of
Insureds (Policy
/Insured)
4.766.193 4.488.198 4.306.098 4.721.863 4.762.542
Premi Bruto
(Triliun Rp) /
GrossPremium
(Triliun Rp)
4,08 5,2 7,19 8,39 8,27
Klaim (Triliun
Rp) / Claim
(TrillionRp)
1,04 1,24 1,69 2,2 2,58
Investasi (Triliun
Rp) /Investments
(TrillionRp)
6,43 9,09 11,54 16,4 19,6
Aktiva (Triliun
Rp) / Assets
(TrillionRp)
7,25 10,02 12,8 18,08 21,73
Sumber : Data Statistik Perasuransian diolah, 2015
7
Dari data statistik perasuransian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diatas,
aset, investasi dan premi bruto perusahaan asuransi syari’ah mengalami
pertumbuhan dan penurunan. Perkembangan premi bruto ini merupakan yang
terendah dibandingkan dengan aset dan investasi. Selain ditemukannya data
pertumbuhan premi bruto yang melambat pada perusahaan asuransi syari’ah di
Indonesia, tingkat efisiensi pengelolaan Dana Tabarru’ pun menjadi sorotan.
Menurut Karim Consulting Indonesia dalam Islamic Finance Outlook 2015
menyebutkan bahwa kinerja perusahaan asuransi syari’ah dalam mengelola dana
tabarru’ di tahun 2013 masih kurang optimal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
hanya 6 asuransi jiwa yang meraih surplus di tahun tersebut, sementara pada
asuransi umum masih terdapat 7 perusahaan yang mengalami defisit di tahun
tersebut (Islamic Finance Outlook 2015, 2015).
Oleh karena itu, penilaian tingkat efisiensi perusahaan asuransi menjadi
suatu hal yang penting untuk dibahas. Karena tingkat efisiensi berguna untuk
mengetahui bagaimana kemampuan manajerial perusahaan asuransi syari’ah
tersebut dalam mengelola perusahaannya. Efisiensi dalam situasi ideal disebut
dengan efisiensi ideal (absolut) yang nilainya selalu 100% berarti jumlah output
yang dihasilkan sama dengan jumlah input yang digunakan. Namun, pada
kenyataannya kondisi ideal tersebut sangat sulit untuk dicapai karena banyak
faktor yang mempengaruhi, maka dilakukan pendekatan dengan efisiensi yang
bersifat relatif. Dalam hal ini nilai efisiensi suatu objek tidak dibandingkan
dengan kondisi ideal (100%) namun dibandingkan dengan nilai efisiensi objek-
objek lain. Dalam penelitian ini objek-objek yang dibandingkan adalah Total
8
Aset, Beban Komisi (Biaya Komisi) dan Beban Administrasi yang termasuk
dalam variabel input dengan Kontribusi Bruto dan Dana Tabarru’ di variabel
output.
Total Aset adalah Keseluruhan dari aset lancar dan aset non lancar
(Miniaoui & Chaibi, 2014). Biaya Komisi atau Beban Komisi adalah Biaya yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan asuransi yang diberikan kepada agen atau
broker karena adanya jasa yang diterima (Rahman, 2013), sedangkan Beban
Administrasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi
dan umum (Supriono, 2011).
Kontribusi Bruto adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta
untuk porsi risiko dan ujrah (Al Amri, 2015). Dana Tabarru’ terdiri dari kata
dana dan Tabarru’. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata dana berarti uang yang
disediakan atau sengaja dikumpulkan untuk suatu maksud, derma, sedekah,
pemberian, atau hadiah. Dari segi istilah, memiliki berbagai jenis makna Tabarru’
diantaranya al-wasiat, al-waqaf dan al-hibah (Hasan, 2005:69). Kata lain yang
berkaitan erat dengan Tabarru’ adalah tathawwu’ yang berarti nama bagi apa-apa
yang disyariatkan sebagai bentuk tambahan atas hal yang wajib. Sehingga makna
Tabarru’ secara implisit dapat menjadi suatu hal yang wajib dan hal yang tidak
wajib, bisa juga menjadi hal yang sunnah atau tambahan atas hal-hal yang wajib.
Faktor lain dari pentingnya penilaian tingkat efisiensi perusahan asuransi
syari’ah yaitu karena adanya tuntutan persaingan dengan asuransi konvensional.
Yang mana asuransi konvensional pada tahun 2013 memiliki pertumbuhan premi
bruto sebesar 9,8% berada di atas pertumbuhan premi bruto asuransi Syari’ah
9
(Otoritas Jasa Keuangan, 2014). Selain itu, para pemegang polis atau para calon
nasabah potensial berkepentingan untuk mengetahui kinerja efisiensi perusahaan
asuransi syari’ah. Agar dapat mempercayai perusahaan asuransi tersebut dalam
perjanjian dengan jangka waktu yang cukup panjang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Apakah variabel input dan variabel output berpengaruh terhadap efisiensi
Perusahaan Asuransi Jiwa Syari’ah di Indonesia pada kurun waktu tahun
2015-2016?
2. Apakah terdapat pengaruh variabel yang paling dominan dari variabel
input maupun variabel output terhadap efisiensi Perusahaan Asuransi Jiwa
Syari’ah di Indonesia pada kurun waktu tahun 2015-2016?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pengaruh variabel input dan variabel output terhadap
efisiensi Perusahaan Asuransi Jiwa Syari’ah di Indonesia pada kurun
waktu tahun 2015-2016.
2. Mendeskripsikan pengaruh yang paling dominan dari variabel input dan
variabel output terhadap efisiensi Perusahaan Asuransi Jiwa Syari’ah di
Indonesia pada kurun waktu tahun 2015-2016.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai:
10
1. Bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan
kebijakan.
2. Informasi yang dapat memberikan gambaran bagi peneliti lain yang
berkaitan dengan masalah ini.
E. Metode Penelitian
1. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber–sumber hasil penelitian yang
telah ada serta laporan–laporan dari instansi tertentu yang relevan dengan masalah
yang diteliti. Data sekunder bersifat historis dan telah disusun sehingga peneliti
tidak memerlukan akses kepada responden. Penggunaan data sekunder umum di
lakukan karena sangat membantu dalam penelitian dan dapat di desain untuk
keperluan penelitian.
Penelitian ini memakai data dari 4 (empat) Perusahaan Asuransi Jiwa
Syari’ah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun
2015-2016. Variabel yang akan diamati adalah Total Aset, Beban Komisi dan
Beban Administrasi (Variabel Input ) serta Kontribusi Bruto dan Dana Tabarru’
(Variabel Output ). Data sendiri diperoleh dari terbitan-terbitan yang dikeluarkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Laporan Keuangan tahunan yang dikeluarkan
oleh Perusahaan Asuransi Jiwa Syari’ah.
2. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui
11
pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik.
Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis Data Envelopment
Analysis (DEA). Data Envelopment Analysis (DEA) adalah sebuah metode
frontier non parametrik yang menggunakan model program linier untuk
menghitung perbandingan rasio output dan input untuk semua unit yang
dibandingkan dalam sebuah populasi.
Menurut Said (2012), DEA adalah metode linier yang dibuat untuk
menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu Decision Making Unit (DMU) dapat
dianalisis dengan meggunakan dua pendekatan yaitu orientasi input dan orientasi
output. Orientasi input memberikan informasi tentangs eberapa banyak jumlah
input yang bisa dikurangi secara proporsional tanpa mengubah jumlah output
yang dihasilkan.
Sedangkan orientasi output memberikan informasi tentang seberapa
banyak jumlah output yang bisa ditingkatkan secara proporsional tanpa
mengurangi jumlah input yang ada (Hendrawan & Sumantri, 2013).
Berikut adalah persamaan umum pada metode Data Envelopment Analysis
(Sutawijaya dan Etty, 2009) :
ℎ𝑠 = ∑ = 1 𝑚
𝑖 𝑢𝑖𝑠, 𝑦𝑖𝑠
∑ = 1 𝑛𝑖 𝑢𝑗𝑠, 𝑦𝑗𝑠
Dimana:
ℎ𝑠 = efisiensi teknik perusahaan asuransi jiwa syari’ah
12
𝑢𝑠 = bobot output i yang dihasilkan per perusahaan
𝑢𝑗𝑠 = bobot input j yang digunakan per perusahaan
𝑦𝑖𝑠 = jumlah output i yang dihasilkan masing-masing perusahaan
𝑦𝑗𝑠 = jumlah input j yang digunakan masing-masing perusahaan
m = adalah jumlah output yang diamati
n = adalah jumlah input yang diamati
Dalam model DEA menurut Nizar (2015) terdapat dua pendekatan
optimasi yang biasa digunakan , yaitu :
a. Constant Return to Scale (CRS)
Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi
constant return to scale yang membawa implikasi pada bentuk efficient set yang
linier. Model constant return to scale dikembangkan oleh Climes, Cooper dan
Rhodes (model CCR), model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan
input dan output adalah sama (constant return to scale). Artinya jika ada
tambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga.
Asumsi lain yang digunakan pada model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau
unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal.
b. Variable Return to Scale
Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes Cooper pada tahun 1984
dan merupakan pengembangan model CCR. Model ini beranggapan bahwa
perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal, asumsi dari
model ini adalah rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variable
13
return to scale). Artinya, penambahan input x kali tidak akan menyebabkan
output naik sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali.
F. Sistematika Penelitian
Penulisan dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab sesuai
permasalahannya, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
peneltian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini memuat teori yang diambil dari beberapa kutipan
buku, yang berupa pengertian dan definisi, penelitian terdahulu,
dan kerangka penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini memuat tentang analisa data menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini memuat tentang analisis hasil dari penelitian dan
pembahasan