BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbincangan tentang dekadensi moral di kalangan remaja, adalah
menu keseharian yang sering kita dengar, bahkan secara nyata kita lihat serta
rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya “degradasi akhlak” di kalangan remaja tersebut, tanpa harus
menggeneralisir persoalan, tampaknya arah perbincangan yang lebih santun
sekarang bukan lagi mempersoalkan sebab dan musababnya, tetapi solusi
untuk mengatasinya menjadi hal yang lebih baik untuk dibicarakan.
Remaja diidentifikasi sebagai masa strum and drang (goncang),1 masa-
masa pencarian identitas diri lewat prinsip eksplorasi yang memang menjadi
ciri khas mereka.2 Remaja dalam konteks ini sedang mengembangkan
persepsi diri (sense of Individual identity), yaitu untuk menemukan jawaban
terhadap pertanyaan “siapakah saya?” dan “kemanakah saya akan pergi?”
Mencari identitas diri menyakup memutuskan apa yang penting dan patut
dikerjakan serta memformulasikan standar tindakan dirinya (perilaku) dan
perilaku orang lain.
Sangat tepat jika dikatakan bahwa masa remaja merupakan masa
transisi, mereka belum siap untuk mengikuti adanya perubahan, sehingga
pada masa kegoncangan ini remaja akan lebih mudah terpengaruh dengan
pergaulan atau kehidupan dilingkungannya.3 Remaja juga bisa dikatakan
merupakan masa strum and stress, yaitu sebagai periode yang berada dalam
situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan dengan
otoritas orang dewasa sehingga pengalaman sosial selama remaja dapat
1 Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), cet
ke-8, hlm. 63. 2 Ciri yang lain selengkapnya lihat, Yudo Purwoko, Memecah Masalah Remaja Dari
Masalah Agama hingga Pergaulan, Dari Masalah Seks hingga Pernikahan, (Bandung : Nuansa, 2001), hlm. 10.
3 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), hlm. 132.
2
mengarahkannya untuk menginternalisasi sifat yang diwariskan oleh generasi
sebelumnya.4
Seorang remaja yang mampu memahami dirinya, peran-perannya dan
makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jatidirinya, dalam arti ia
akan memiliki kepribadian yang sehat, tetapi sebaliknya apabila gagal, maka
dia akan mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion).5 Suasana
kebingungan inilah yang mengakibatkan remaja depresi sehingga ia tidak
bisa lagi mengontrol emosinya dan menyalurkannya kepada tindakan-
tindakan kriminal atau sering disebut “juvenile delinavency”.6
Untuk itulah, dalam kondisi seperti itu remaja yang merupakan
generasi penerus kaum tua harus bisa memfilter budaya maupun pengaruh
yang datang dari luar, yang mana pada era modern ini sangat dipengaruhi
oleh perubahan yang sangat pesat yang membawa kemajuan sekaligus
kegelisahan yang sangat mendalam, karena perubahan tersebut kalau tidak
diimbangi dengan moral yang baik akan menimbulkan pertanyaan yang besar
tentang moral. Sehingga dengan landasan moral yang baik akan bisa memilah
antara yang baik dengan kurang baik atau yang bertentangan dengan ajaran
agama Islam.
Untuk membekali remaja agar tidak memilih jalan yang buruk, sangat
baik sekali remaja ditanami adanya akhlakul karimah (etika Islam) yang
sesuai dengan ajaran agama Islam, sehingga akan berhasil bagi remaja dalam
menjalani kehidupan baik di dunia ini dan nantinya di akhirat. Nilai-nilai
akhlakul karimah adalah salah satu standar nilai untuk mengukur adanya
pelanggaran etis ataupun tidak adanya pelanggaran, dan dari sudut lain
interpretasi nilai-nilai akhlakul karimah (mulia) adalah salah satu standar
4 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 185. 5 Ibid, hlm. 188. 6 Juvenile delinanvency adalah perbuatan merusak harta benda, tindakan kekerasan
terhadap orang lain serta tindak perbuatan lain yang bertentangan dengan hak dan kepentingan orang lain dan melanggar peraturan masyarakat yang dilakukan oleh anak di bawah umur atau remaja. Tindakan ini bisa berupa perusakan, pencurian, penodongan, perkelahian, minum-minuman keras, free sex dan lain-lain. Lihat, A. Supratikna, Mengenal Perilaku Abnormal, (Yogyakarta : Kanisius, 2000), hlm. 3.
3
nilai untuk mengukur adanya pelanggaran etis ataupun tidak adanya
pelanggaran, dan dari sudut lain interpretasi nilai-nilai akhlakul karimah
dimaksudkan untuk membina kembali anak-anak “delinavent” juga sebagai
upaya penanggulangannya.
Membicarakan masalah remaja tentunya tidak bisa melepaskan Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), karena IPNU sebagai “anak” dari Nahdlatul
Ulama (NU) adalah organisai yang terlahir dan dilahirkan untuk menjadi
wadah bagi pendidikan anak remaja yang ada dalam lingkungan NU, yang
tentunya merupakan wahana untuk menjadikan generasi muda atau remaja
yang berkualitas sekaligus mempunyai akhlak yang baik.
IPNU lahir 24 Februari 1954/20 Jumadil Akhir 1373 H di Semarang.
Kelahirannya dilatarbelakangi keinginan dari kalangan pendidikan yang ada
dalam NU (Ma’arif NU) untuk memberikan wadah bagi pelajar-pelajar NU.
Pendirinya antara lain M. Sufyan Cholil (Mahasiswa UGM), H. Musthofa
(Solo) dan Abdul Ghony Farida (Semarang), sedangkan M. Tholchah
Mansoer sebagai ketua umum yang pertama.7
Di samping itu, untuk mengakomodir remaja putri akhirnya juga lahir
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Malang pada 2 Maret
1955/8 Rajab 1373 H. IPPNU lahir sebagai bentuk akomodasi terhadap
keinginan pelajar putri dikalangan Nahdliyin yang memerlukan wadah
tersendiri yang terpisah dari IPNU, ketua umumnya yang pertama adalah
Umroh Mahfudloh Wahib.8
Rentang waktu yang panjang dari dua organisi remaja yang bernaung
di bawah NU tersebut, dengan melewati beberapa era dari Orde Lama, Orde
Baru serta reformasi tampaknya menjadikan kedua organisai tersebut
mempunyai kepekaan terhadap peran apa yang paling tepat yang disesuaikan
dengan zamannya. Oleh karena itu IPNU-IPPNU dalam konteks modern
seperti sekarang ini, dengan segala bentuk dekadensi moral yang dialami
7 Mujtahidur Ridho, SZ, Reinventing IPNU : Mengayuh Sampan di Perkampungan
Global, (Yogyakarta : El-Kuts, 2003) cet. ke-1, hlm. 31-32. 8 PW IPPNU Jawa Tengah, Bunga Rampai Materi Penganggotaan, TOT, LAKUT,
LAKMUD, MAKESTA.
4
remaja, karena pengaruh globalisasi adalah satu wadah yang sangat tepat
untuk membina remaja agar mereka tidak terjerumus ke dalam pergaulan
yang kurang baik.
Dengan kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang ada dalam tubuh IPNU-
IPPNU yang salah satu diantaranya adalah pendidikan akhlakul karimah
(mulia) dapat membantu remaja untuk bisa menemukan jatidirinya (identitas
diri), dengan tanpa meninggalkan norma-norma atau nilai-nilai moral dan
akhlak.
Berdasarkan pemaparan di atas, menarik penulis untuk meneliti lebih
lanjut tentang peran serta organisasi IPNU-IPPNU dalam membina akhlak
dikalangan remaja khususnya di Kecamatan Welahan, Jepara, dalam skripsi
yang berjudul Pendidikan Akhlak Bagi Anggota IPNU-IPPNU di Kecamatan
Welahan, Jepara.
B. Penegasan Istilah
Agar dalam pemahaman judul skripsi ini tidak terjadi kesalahpahaman
dan untuk memperjelas pokok masalah yang penulis bahas serta batasan
ruang lingkupnya, maka perlu penulis jelaskan beberapa istilah pokok yang
ada kaitannya dengan judul skripsi ini, yaitu :
A. Pendidikan Akhlak
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa
yang akan datang.9
Pendidikan dalam lingkup penelitian ini adalah pendidikan non
formal (di luar sekolah), karena diselenggarakan oleh IPNU-IPPNU yang
notabene adalah ormas.
9 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 11
5
Akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pula sikap tindakan
yang dimaksud mencakup hubungan dengan Allah, sesama manusia
(termasuk dirinya sendiri) dan dengan alam atau lingkungan.10
Jadi, pendidikan akhlak adalah usaha sadar untuk memberikan
bimbingan, arahan terhadap sistem nilai yang ada dalam kehidupan
manusia yakni sistem nilai yang berhubungan dengan Allah, sesama
manusia, alam dan lingkungan.
B. IPNU-IPPNU
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) lahir 24 Februari 1954/20
Jumadil Akhir 1373 H di Semarang. Berdirinya merupakan bentuk atau
upaya dari kalangan pendidikan yang ada dalam NU (Ma’arif NU) untuk
memberikan wadah bagi pelajar-pelajar NU. Pendirinya antara lain M.
Sufyan Cholil (Mahasiswa UGM), H. Musthofa (Solo) dan Abdul Ghony
Farida (Semarang), sedangkan M. Tholchah Mansoer sebagai ketua
umum yang pertama.11
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) berdiri di Malang
pada 2 Maret 1955/8 Rajab 1373 H. IPPNU lahir sebagai bentuk
akomodasi terhadap keinginan pelajar putri dikalangan Nahdliyin yang
memerlukan wadah tersendiri yang terpisah dari IPNU, ketua umumnya
yang pertama adalah Umroh Mahfudloh Wahib.12
IPNU dan IPPNU yang ada di Kecamatan Welahan adalah
Pengurus Anak Cabang (pengurus tingkat kecamatan) yang membawahi
ranting-ranting (desa).
C. Rumusan Masalah
Dari deskripsi yang dikemukakan di atas, telah memberikan kerangka
bagi penyusun untuk merumuskan pokok-pokok permasalahan yang relevan
dengan judul skripsi tersebut yaitu sebagai berikut :
10 Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung : Alfabeta, 1995), hlm. 205. 11 Mujtahidur Ridho, SZ, op.cit., hlm. 31-32. 12 PW IPPNU Jawa Tengah, op.cit.
6
1. Apa saja bentuk pendidikan akhlak?
2. Apa saja yang dilakukan IPNU-IPPNU Anak Cabang Welahan dalam
upaya mendidik akhlak anggotanya?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut maka peneliti bertujuan:
1. Mengetahui tentang konsep pendidikan akhlak.
2. Mengetahui upaya IPNU-IPPNU Anak Cabang Welahan dalam mendidik
akhlak anggotanya.
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi organisasi khususnya organisasi remaja,
bahwa di tengah maraknya dekadensi moral remaja di negeri ini, sudah
saatnya organisasi remaja lebih berperan aktif, karena mereka bisa juga
melakukan upaya-upaya positif tersebut.
2. Memberikan kerangka dasar yang bisa dijadikan bahan perbandingan
bagi pendidikan akhlak bagi anggotanya di setiap organisasi remaja.
3. Dapat menjadi sumber ilmiah baru atau koleksi ilmiah yang berguna bagi
pergulatan pemikiran keislaman khususnya kajian remaja Islam.
E. Telaah Pustaka
Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai insting atau naluri untuk
hidup saling berdampingan dan saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya, sehingga dalam menjalankan seluruh kehidupannya, setiap manusia
tidak akan bisa lepas dari pengaruh orang lain, karena sebagian besar dari
tujuan dalam kehidupan manusia akan terpenuhi apabila manusia itu
berhubungan dengan orang lain. Hal ini disebabkan karena orang
menghadapi keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai tujuannya.13
Adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki seluruh manusia,
sehingga menuntut manusia untuk bisa mencari jalan bagaimana sehingga
13 Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, (Yogyakarta : Gajah Mada University Pers,
1992), hlm. 2.
7
tujuan yang ada pada dirinya bisa tercapai dengan tanpa rintangan yang
besar, sehingga manusia dalam mencari jalan keluar dengan mengadakan
interaksi, dalam hal ini dengan mereka membentuk suatu kelompok sosial
atau perhimpunan (organisasi), yang mana kelompok tersebut adalah
himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama dalam suatu
wadah yang disepakati bersama, karena dengan mereka membentuk suatu
organisasi, mereka berkeinginan agar mereka mendapatkan kepuasan dari
sana karena adanya tujuan atau visi misi yang sesuai dengan isi hati dari
setiap anggota dari organisasi tersebut dengan adanya timbal balik yang
saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran dari masing-masing anggota
untuk bisa saling membantu dan bekerjasama dengan baik.14
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri
Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah jawaban atas kebutuhan perlunya sebuah
organisasi khususnya organisasi bagi remaja. sebagai salah satu organisasi
yang ada dikalangan remaja yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama (NU),
tugas dari organisasi IPNU-IPPNU tidaklah mudah karena berkecimpung
langsung dengan dunia remaja, yang mana kita ketahui bahwa masa remaja
merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.15
Dalam konteks ini, upaya pendidikan internal maupun eksternal
terhadap akhlak khususnya akhlak remaja adalah wilayah yang menjadi
bidang garap bagi IPNU-IPPNU, sehingga penulis beranggapan bahwa upaya
untuk mewujudkan anggota yang berakhlak mulia sebagaimana topik dalam
tulisan ini adalah sahih.
Mungkin bukan sebagai perbandingan jika upaya IPNU-IPPNU
tersebut merupakan bagian integral dari upaya yang dilakukan masyarakat
terhadap akhlak remaja, tetapi tentunya menjadi menarik sekaligus spesifikasi
tersendiri jika upaya untuk pendidikan moral dilakukan secara internal oleh
14 Soerjono Soekamto, Sosiologi : Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali Pers, 1990),
hlm. 125. 15 Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996),
hlm. 31.
8
remaja itu lewat organisasi yang mereka kelola walaupun terbatas pada
anggotanya sendiri.
Sebagai bahan perbandingan kita bisa melihat tulisan saudara Imam
Bukhari yang berjudul Pendidikan Akhlak di Pesantren dan Tradisi Pondok
Pesantren al-Ittihad Jungpasir Wedung Demak. Skripsi tersebut mengupas
lembaga pesantren dalam upaya pendidikan akhlak secara khusus kepada
santrinya yang mayoritas tentunya remaja. Kajian dalam skripsi di atas lebih
difokuskan pada pendidikan akhlak yang berkaitan dengan tradisi yang telah
berkembang lama di pesantren tersebut yang secara prinsip sebenarnya telah
mengajarkan pendidikan akhlak pada santrinya.
Dalam tulisan Pendidikan Akhlak Bagi Anggota IPNU-IPPNU di
Kecamatan Welahan, Jepara mempunyai spesifikasi upaya pendidikan akhlak
remaja yang dilakukan oleh remaja itu sendiri yang bernaung dalam sebuah
organisasi remaja yaitu IPNU dan IPPNU.
F. Metode Penelitian
1. Bentuk dan Sumber Penelitian
Secara metodologis penelitian ini dalam lingkup penelitian field
research karena data penelitiannya bersumber dari bahan lapangan yang
ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti yaitu :
a) Pengurus IPNU-IPPNU Anak Cabang Welahan sebagai sumber primer
penggalian data.
b) Program Kerja IPNU-IPPNU Anak Cabang Welahan khususnya yang
berkaitan dengan pendidikan akhlak anggotanya.
c) Anggota IPNU-IPPNU Anak Cabang Welahan, jenis sampling untuk
anggota IPNU-IPPNU ini menggunakan stratified proporsional
random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi tanpa
pandang bulu dengan mengambil sampel anggota IPNU-IPPNU pada
setiap ranting (desa) di Kecamatan Welahan secara proporsional.
d) Orang tua, sumber ini digunakan untuk mengetahui out put dari
pendidikan akhlak yang dilaksanakan IPNU-IPPNU, karena orang tua
9
akan mengetahui sejauh mana perkembangan anaknya, baik ke arah
positif maupun negatif.
e) Buku-buku tentang IPNU-IPPNU sebagai pengayaan terhadap data
primer yang didapatkan dari penelitian lapangan.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipilih adalah pendekatan kualitatif.
Ciri khas pendekatan ini terletak pada tujuannya untuk mendeskripsikan
keutuhan kasus dengan memahami makna dan gejala. Dengan kata lain
pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip
umum yang mendasarkan pada perwujudan satuan-satuan gejala yang ada
dalam kehidupan manusia.16
Sasaran kajiannya adalah pola-pola yang berlaku dan menyolok
berdasarkan atas perwujudan dari gejala-gejala yang ada dalam kehidupan
manusia. Pendekatan kualitatif ini dapat dipandang sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.17 Gejala-gejala tersebut
sebagai satuan yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi satu sama lain
saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan yang bulat dan
menyeluruh. Dalam hal ini teori dasar yang dipakai adalah pendekatan
fenomonologis yang berupa memahami gejala pada aspek subjektif pada
perilaku seseorang.18
Penelitian kualitatif ini akan mendeskripsikan gejala-gejala,
perilaku, serta rekaman wawancara, observasi, data-data sekunder (tulisan
dan rekaman lain) yang diperoleh ketika melakukan penelitian sehingga
pada akhirnya akan ditarik sebuah kesimpulan yang berkaitan dengan
judul di atas. Pada prinsipnya uraian secara deskriptif yang menjadi sifat
16 Suparlan Parsudi, Pengantar Metode Penelitian, Pendekatan Kualitatif,
(Semarang: Majalah Media Edisi 14, tahun III, Fakultas Tarbiyah, 1993). 17 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1991), hlm. 3. 18 Ibid., hlm. 9.
10
penelitian ini untuk mengurangi subjektifitas terlebih dengan
menggunakan pendekatan fenomonologis diharapkan kesimpulan akhir
yang berkenaan dengan individu dalam hal ini anggota IPNU-IPPNU
dapat terbaca secara tepat.
3. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang tujuannya
untuk menerangkan apa adanya atau apa yang ada sekarang.19 Dengan
pendekatan ini berarti bahwa gambaran-gambaran yang dikembangkan
didasarkan atas kenyataan-kenyataan empirik sebagaimana dapat dipahami
dari permasalahan yang dirumuskan.
4. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah studi kasus, yaitu jenis
penelitian yang berusaha melakukan penelitian secara mendalam tentang
“individu” yang berjangka relatif panjang.20 Di mana yang studi kasus
yang akan diteliti adalah anggota IPNU-IPPNU Anak Cabang Welahan.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena data yang
diselidiki, observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologik dan psikologik.21
Penulis menggunakan observasi non partisipasi yaitu sebagai
proses pengamatan yang dilakukan observer dengan tidak ikut ambil
bagian dalam kehidupan orang-orang yang di observasi dan secara
19 Imam Barnadib, Pendidikan Perbandingan, Buku I, Dasar-dasar Pendidikan,
(Yogyakarta : Andi Offset, 1998), hlm. 15. 20 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin,
1995), hlm. 55. 21 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 1986), hlm. 136.
11
terpisah berkedudukan sebagai pengamat.22 Kegiatan observasi ini
penulis laksanakan secara intensif dalam jangka waktu tertentu untuk
memperoleh data dan gambaran tentang letak geografis, kondisi
lingkungan, sarana prasana, kegiatan yang dilaksanakan serta model
pendidikan yang dilakukan.
b. Wawancara
Yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan keterangan
secara lisan dari responden.23 Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan konfirmasi data-data dokumentasi dan sebagainya
dengan berbagai fihak yang terkait. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang Pendidikan Akhlak Bagi Anggota IPNU-
IPPNU di Kecamatan Welahan, Jepara serta berbagai aspek yang ada
di dalamnya.
c. Studi Dokumenter
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda
dan sebagainya.24 Dokumentasi yang penulis kaji dalam hal ini adalah
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kelembagaan dan
administrasi IPNU-IPPNU di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara.
6. Teknik Analisis Data
Sebagai penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dan
bersifat deskriptif yang diarahkan pada tujuan tertentu yang telah
ditetapkan lewat rumusan masalah, maka analisis data menggunakan
metode induktif, di mana setelah melakukan pengumpulan data,
22 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipata, 2000),
hlm. 162. 23 Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia, 1991),
hlm. 129. 24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 1998), hlm. 225.
12
analisisnya melalui tiga tahap yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan. Walaupun demikian kesimpulan yang nanti dimunculkan
tetap akan bersifat lentur dan empirik deduktif karena akan sangat
dipengaruhi oleh realitas yang ada di lapangan, hal ini tentunya berbeda
dengan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat hipotetik deduktif.
Keuntungan lain dari penggunaan analisis data secara induktif ini
antara lain ; Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-
kenyataan ganda yang terdapat dalam data; kedua, analisis induktif lebih
dapat membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi eksplisit,
dapat dikenal dan akuntabel; ketiga, analisis induktif dapat menguraikan
latar (setting) secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan
tentang dapat tidaknya pengalihan suatu latar (setting) lainnya; keempat,
analisis ini lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam
hubungan-hubungan dan kelima, analisis jenis ini dapat memperhitungkan
nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.25
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penelaahan pokok–pokok masalah yang dikaji,
maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut :
Bab Pendahuluan berisi Latar Belakang, Fokus Penelitian (rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan), Penegasan Istilah, Kajian Pustaka,
Metode Penulisan (bentuk dan sumber, pendekatan, sifat dan jenis penelitian,
metode pengumpulan data serta teknik analisis data) serta Sistematika
Penulisan.
Bab dua berisi landasan teori tentang pendidikan akhlak, yang meliputi
pengertian akhlak itu sendiri, materi akhlak yang diberikan, tujuan pendidikan
akhlak, metode pendidikan akhlak dan faktor-faktor mempengaruhi
pendidikan akhlak.
Bab ketiga akan memaparkan hasil penelitian, berupa kondisi objektif
IPNU-IPPNU yang ada di Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara. Meliputi
25 Abdul Djamil, Penelitian Kualitatif Terhadap Agama, Workshop Penelitian Mahaiswa Pasca Sarjana tanggal 28 Mei 2003 di Semarang.
13
tinjauan historis IPNU-IPPNU di Kecamatan Welahan, program kerja,
struktur organisasi, keadaan penganggotaan, sarana dan prasana penunjang
kegiatan serta bentuk-bentuk kegiatan yang ada hubungannya dengan
Pendidikan Akhlak Bagi Anggota IPNU-IPPNU di Kecamatan Welahan,
Jepara.
Bab empat akan menganalisis Pendidikan Akhlak Bagi Anggota IPNU-
IPPNU di Kecamatan Welahan, Jepara, faktor-faktor yang mempengaruhinya
(mendukung/menghambat), dan implikasi yang dihasilkan dalam mendidik
akhlak anggotanya tersebut.
Penutup, berisi rekomendasi atau saran adalah bagian terpenting yang
akan disusun setelah bab analisis.
Bagian terakhir pada tulisan ini termuat : kepustakaan, daftar ralat,
lampiran – lampiran dan daftar riwayat penulis.