BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mental (hygen mental) adalah terhindarnya orang dari
gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa
(psychose). Menurut definisi ini, orang yang sehat mentalnya adalah orang
yang terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa. Yang dimaksud
dengan ganggauan jiwa, adalah apabila seseorang sering cemas tanpa
diketahui sebabnya, tidak mempunyai gairah kerja, rasa badan lesu dan
sebagainya.1
Dengan demikian, kebutuhan manusia akan kesehatan mental sangat
urgens. Sebab manusia selalu membutuhkan ketenangan, keharmonisan dan
ketenteraman jiwanya. Menurut Zakiyah Daradjat, bahwa kesehatan mental
adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
serta mempunyai kesanggupan menghadapi problem-problem yang biasa
terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. 2
Jadi, kesehatan mental adalah kondisi atau keadaan seseorang sehingga
ia akan:
1. Terhindar dari gangguan kejiwaan atau neorosis dan penyakit kejiwaan
atau psychoshis
2. Mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan
dengan masyarakat di mana ia berada.
3. Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dalam menghadapi
masalah
4. Terwujudnya keserasian dan keharmonisan antara fungsi-fungsi kejiwaan,
serta mampu mengatasi masalah.
1 Prof. Dr. Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental , (Jakarta: PT.Gunung Agung, 1983), hlm. 12. 2 Ibid., hlm. 13.
2
Kesehatan mental sebagai bagian dan karakteristik kualitas hidup.
Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas hidup seseorang ditunjukkan oleh
kesehatan mentalnya. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik tidak mungkin
apabila seseorang mengabaikan kesehatan mentalnya. Sebaliknya kualitas
hidup seseorang dapat dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan
kesehatan mentalnya.3
Jika kita pahami lebih jauh, serta berdasarkan pengalaman atau ibadah
seseorang, ternyata ada kekuatan besar di balik ritual ibadah yang dilakukan
seseorang terhadap kondisi jiwa dan kesehatan mentalnya. Maka dari itu,
shalat tahajjud merupakan ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan
karena sangat besar manfaatnya bagi kesehatan mental dan spiritual manusia.
Shalat menurut pengertian bahasa berarti do’a, karena dalam shalat itu
mengandung do’a. Shalat juga dapat berarti do’a untuk mendapatkan
kebaikan atau shalawat bagi nabi Muhammad SAW. secara terminologi shalat
adalah suatu ibadah yang terdiri atas perbuatan atau ucapan yang dimulai
dengan takbirotul ihrom dan diakhiri dengan salam. 4
Shalat mempunyai kedudukan terpenting dan merupakan pondasi yang
kokoh, serta tujuan shalat adalah pengakuan hati bahwa Allah SWT sebagai
pencipta, yang Maha Agung dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta tunduk
atas kebesaran dan keahliannya, yang Maha Kekal dan Abadi. Bagi orang
yang melaksanakan shalat dengan khusyu’ dan ikhlas, sehingga hubungannya
dengan Allah SWT akan terbina dengan baik serta mendapatkan amal
kebaikan. 5
Berkaitan dengan shalat tahajjud, maka sebenarnya perlu diketahui
makna dan manfaat yang terkandung di dalamnya. Tahajjud artinya bangun
dari tidur. Shalat tahajjud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu malam
hari dan dilaksanakan setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya
3 Moelyono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental (Konsep dan Penerapan),
(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), hlm. 27. 4 Drs. Mohammad Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1976), hlm. 35. 5 Ibid. hlm. 37.
3
sebentar. Selain shalat tahajjud, ada juga shalat sunah lainnya yang
dikerjakan pada malam hari seperti shalat witir, hajad, dan lain-lain. Adapun
orang yang melaksanakan shalat tahajjud disebut mutahajjid.6
Ketika manusia terutama lanjut usia (lansia) yang melaksanakan shalat
tahajjud, tentu akan memperoleh ketenangan dan selalu mendapat petunjuk
menuju kehidupan yang bahagia, tentram dan selalu dalam kebaikan seumur
hidupnya didunia.
Setiap orang menyadari bahwa konsekwensi dari putaran generasi
tidak terlepas dari kenyataan hidup. Dalam tahapan umur yang lanjut ini
seseorang akan beralih pada lanjut usia, yaitu dari usia 70-an menjadi tua
renta. Bagi para lansia permasalahan yang dihadapi adalah penurunan
kesehatan baik secara fisik maupun mental, juga akan mengalami kesepian.
Kesepian ini disebabkan tidak lagi eratnya hubungan dengan teman-teman
serta keharmonisan dari keluarga (khusus bagi mereka yang berada di panti)
kebosanan serta tidak lagi bekerja karena sudah pensiun. Masalah psikologis
lainnya adalah rasa takut, putus asa, berangan-angan dan teraniaya. 7
Usia lanjut merupakan suatu periode unik dan sulit dalam hidup. Usia
lanjut adalah suatu tahap peralihan dalam arti bahwa baik pria maupun wanita
harus menyesuaikan diri pada semakin berkurangnya tenaga mental dan fisik.
Mereka juga harus belajar menerima peranan yang pasif dan mau bergantung
pada orang lain sebagai pengganti dari peranan-peranan kepemimpinan aktif
seperti di masa lalu, dalam kalangan keluarga maupun di tempat kerja.8
Yang paling sulit dari semuanya itu ialah bahwa orang-orang usia
lanjut harus menerima diri mereka, sebagaimana mereka telah mengisi
kehidupan mereka di waktu yang lalu, atau masih mengharapkan beberapa
perubahan di masa yang akan datang untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang lalu. Mereka harus menerima makin mendekatnya dengan kematian hari
6 Drs. M. Sholeh, Tahajjud (Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran),
(Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 117. 7 Prof. Dr. Zakiyah Darajdat, Pandangan Agama Terhadap Status dan Peranan Lanjut
Usia, (Jakarta: Penyelenggara Dinas Sosial, 1983), hlm. 147. 8 William Gladstone, Apakah Mental Anda Sehat, diterjemahkan oleh Jeannette M.
Lesmana dkk., (Jakarta: PT. Migas Surya grafindo, 1994), hlm. 134.
4
terakhir dan harus dapat terus hidup meskipun banyak hal yang telah memberi
makna pada kehidupan mereka sewaktu masih muda. Para lanjut usia adalah
manusia yang secara fisik, kondisi jiwanya sedikit banyak telah mengalami
penurunan.9
Panti Wredha merupakan unit pelaksana teknis yang memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia (jompo terlantar, dan ada
yang memang benar-benar di serahkan oleh keluarganya untuk hidup di panti)
serta tempat penampungan, perawatan dan jaminan hidup sehingga mereka
dapat menikmat hari tuanya dengan diliputi rasa ketentraman lahir batin.
Panti Wredha Pucang Gading Semarang adalah satu dari sekian banyak
pusat penampungan para lanjut usia yang ada di kota Semarang, yang sangat
menarik untuk diteliti.
B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan menunjukkan yang
menjadi pokok permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan shalat tahajjud di Panti Wredha?
2. Bagaimana pengaruh shalat tahajjud terhadap kesehatan mental Lansia
Panti Wredha Pucang Gading Semarang ?
C. Penegasan Judul
Untuk menghindari kekeliruan dan memberikan arah yang jelas dalam
memahami judul skripsi yang berjudul “Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap
Kesehatan Mental Lansia (Studi Kasus di Panti Wredha Pucang Gading
Semarang)”, perlunya penegasan istilah yang digunakan, dan tentunya tidak
semua istilah perlu ditegaskan tapi hanya sebagian saja:
1. Shalat adalah suatu macam bentuk ibadah yang diwujudkan dengan
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai dengan ucapan-ucapan
dengan syarat-syarat tertentu pula. Sedangkan shalat tahajjud adalah shalat
9 Ibid, hlm.135.
5
yang dikerjakan setelah bangun tidur waktunya tengah malam yaitu antar
jam 03.00 WIB, ini adalah waktu yang paling utama.
2. Kesehatan Mental (mental hygiene), adalah kondisi seseorang yang dapat
terhindar dari gangguan-gangguan jiwa, maupun sakit mental. Juga bisa
diartikan dengan kegiatan atau usaha menjaga kesehatan mental melalui
pendidikan di masa kanak-kanak dan pendidikan yang ada kaitannya
dengan cara-cara atau disesuaikan dengan kondisi atau situasi tertentu.
3. Lansia adalah di mana tahapan usia tua renta yang telah munculnya
rambut beruban dari usia tujuh puluhan hingga akhir umur yang ditetapkan
Allah SWT. Usia lanjut merupakan suatu periode unik dan sulit dalam
hidup. Usia lanjut adalah suatu tahap peralihan dalam arti bahwa baik pria
maupun wanita harus menyesuaikan diri pada semakin berkurangnya
tenaga mental dan fisik.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi
ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh shalat tahajjud terhadap kesehatan mental
b. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh shalat tahajjud terhadap
kesehatan mental Lansia di Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
2. Manfaat Penelitian
a. Agar dapat diketahui bagaimana perkembangan mental Lansia setelah
melakukan shalat tahajjud
b. Agar dapat dijadikan suatu bahan perbandingan dan masukan antara
Lansia yang melakukan dan yang tidak melakukan shalat tahajjud.
c. Sebagai bahan renungan bagi pengelola Panti Wredha Pucang Gading
Semarang.
d. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat Islam pada umumnya dan
mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada
khususnya.
6
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan literatur karya M.
Sholeh dalam buku “Shalat Tahajjud”. Dalam buku ini dibahas hal-hal yang
berkaitan dengan manfaat serta pengaruh shalat tahajjud.
Berkaitan dengan shalat tahajjud sebagai terapi kesehatan mental,
maka sebagai kajian pustaka, penulis juga mengambil pengetahuan metode
yang diterapkan oleh Pesantren Suryalaya, yang dipimpin oleh K.H Ahmad
Shohibul Wafa Tajul yang populer dijuluki Abah Anom dengan teori metode
Inabah. Di sana para korban narkoba ditampung dan dibimbing agar bisa
kembali sembuh dari kebiasaan yang buruk. Buku yang menjelaskan tentang
metode-metode tersebut terutama shalat tahajjud, diantaranya adalah karya
H.Ibnu Djarir tentang Penanganan terhadap Korban Penyalahgunaan
Narkoba dan Zat Adiktif di Pesantren Suryalaya, karya Prof. Dr. Simuh, dkk.,
yang berjudul “Tasawuf dan Krisis”.10 Dalam buku ini dijelaskan secara rinci
mengenai latar belakang dan Biografi Pesantren Suryalaya, Landasan Teori
Metode Inabah, Proses perawatan Anak Bina di Pesantren Suryalaya, dan
beberapa hal yang berkaitan dengan pembentukan Pondok Inabah Suryalaya.
Dalam buku “Kesehatan Mental” karya Moelyono Notosoedirjo dan
Latipun, yang membahas tentang Pengertian Kesehatan Mental Orang Dewasa
dan Kesehatan Mental Lansia. Analisisnya berupa pemahaman terhadap
kesehatan orang dewasa dan lansia serta terhadap fisik dan jasmaninya untuk
mencapai mental dan fisik yang sehat.
Bagian terpenting dalam penulisan skripsi ini yaitu mengenai
Kesehatan Mental, di mana penulis akan mengkaji dari karya Dr. Kartini
Kartono dalam Hygiene dan Kesehatan Mental, yang berisi tentang pengertian
kesehatan mental, metode-metode serta kesehatan mental Lansia. Selain itu,
karya Zakiyah Daradjat, dalam Kesehatan Mental.
10 H. Ibnu Djarir, Penanganan terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba dan Zat
Adiktif di Pesantren Suryalaya, dalam Prof. Dr. Simuh, dkk., berjudul “Tasawuf dan Krisis”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerja sama dengan IAIN Walisongo Press Semarang, 2002, hlm. 266-267.
7
F. Metodologi Penelitian
Studi pustaka dalam penulisan skripsi hanya dipergunakan sebagai
pedoman dasar dan pijakan konseptual teoritis untuk mengetahui temuan
relevan dengan masalah yang akan diteliti (field Research).
Ditinjau dari segi metodologik, penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif (lapangan). Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut:
“Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.”11
Bahwa penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan serta usaha mana yang
dilakukan secara mendasar dengan metode-metode12.
a. Sumber Data
1. Primer
Yang menjadi sumber data primer adalah orang yang diamati
atau diwawancarai merupakan sumber data utama, dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah para lansia terutama yang beragama Islam di
Panti Wreda Pucang Gading Semarang dan pihak-pihak yang terkait.
Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film.
2. Skunder
Adalah karya-karya ilmiah yang relevan dengan tema
penelitian yang berfungsi sebagai data penunjang. Dilihat dari segi
sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber buku dan
majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen
resmi.13
11 Lexy J. Moleong, Metode Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 1989, hlm. 3. 12 Winarno Surahman, Metodologi Research, PT. Tarsito, Bandung, 1980, hlm. 40. 13 Lexy J. Moleong, opcit. hlm.112-113.
8
b. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan. Observasi merupakan teknik untuk mengamati
langsung ataupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang
sedang berlangsung.14 Yakni metode pengamatan lapangan yang
terlibat di dalam proses pelaksanaan shalat tahajjud yang dilakukan
oleh Lansia di Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
2. Interview. Interview sering juga disebut wawancara atau quesioner
lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara.15 Dengan kata lain, bahwa
interview yang dimaksudkan untuk merekam data-data tertulis yang
berfungsi sebagai data yang sangat penting untuk bahan analisis.
Wawancara ini dilakukan terhadap orang-orang yang terlibat di Panti
Wredha Pucang Gading Semarang.
3. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legenda dan sebagainya.16
c. Metode Analisis Data
Mempertimbangkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas.
Maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, dengan demikian
analisa data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Adapun proses
analisis yang digunakan adalah dengan metode deskriptif-interpretatif.
1. Metode analisis deskriptif
Metode deskriptif menurut John W Best adalah usaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan mengenai apa yang ada
tentang kondisi, pendapat yang sedang berlangsung, serta akibat yang
terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang.17
14 Moh.Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Suatu Pendekatan Praktek,
(Yogyakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm.51. 15 Lexy J. Moleong, loc.cit, hlm. 51. 16 Robert K. Yin. Study Kasus (Desain dan Metode), Penerjemah: M. Djauzi Mudzakir, (
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hlm.25. 17 John W. Best, Research in Education, dalam Sanafiah Faisal dan Mulyadi Guntur W,
(Ed), Metodologi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hlm. 119.
9
Dengan kata lain analisis deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti kelompok manusia, suatu obyek, suatu setting kondisi, suatu
sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Adapun tujuannya adalah untuk membuat deskripsi
(gambaran/lukisan) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki.
Dengan demikian, analisis deskriptif ini dilakukan ketika
peneliti saat berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala
data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian rupa secara
sistematis, cermat dan akurat.
2. Metode Analisis Interpretatif
Metode interpretatif adalah menyelami buku untuk sedapat
mungkin mengungkapkan arti dan makna yang disajikan.18 Dalam
metode ini memberikan kemungkinan penuh pada peneliti untuk
mengintervensi dan mengkritisi setiap pendapat-pendapat dengan
menggunakan analisis-analisis yang akan dipaparkan bab IV.
Dengan demikian, ketika peneliti telah mendapatkan data hasil
wawancara, survey maupun segala hasil yang diperoleh di lapangan,
baik berupa pendapat-pendapat, fakta-fakta maupun sifat-sifat serta
fenomena yang diteliti, maka peneliti dapat mengintervensi dan
mengkritisi terhadap fenomena-fenomena yang diperolehnya itu
dengan mengkomparasikan berbagai pendapat para tokoh melalui
sumber maupun buku apa saja.
G. Sistematika Skripsi
Untuk mempermudah dan memperjelas para pembaca dalam
memahami skripsi akan dituangkan gambaran umum dari masing-masing bab
dan hubungan umum dari masing-masing bab tertentu dengan bab sebelumnya
18Anton Beker dan Ahmad Choris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1990), hlm.63
10
dan sesudahnya, sehingga dari bab awal sampai akhir merupakan rangkaian
yang utuh.
BAB I Adapun yang perlu dituangkan dalam bab ini adalah sebagai
berikut: Mengenai metodologi yang akan menjadi landasan pada
bab-bab berikutnya, sesuai dengan bentuk judul diatas, maka
dalam skripsi ini menggunakan metodologi analisis kualitatf
yang bersumber dari lapangan dan objek penelitian. Sehingga
berpangkal dari metodologi atau observasi, wawancara dan
dokumentasi dari objek penelitian.
BAB II Bab ini merupakan bagian yang berisi pengaruh shalat tahajjud
pada Lansia yang bersumber langsung atau tidak langsung
kepada nash atau teks yaitu Qur’an dan Hadist. Shalat tahajjud
itu sendiri merupakan segala pola atau tindakan ataupun perilaku
mengenai suatu shalat tahajjud yang berpengaruh pada lansia.
Bab ini merupakan landasan teori tentang pengaruh shalat
tahajjud terhadap kesehatan mental lansia dan aspek dari yang
akan diteliti secara rinci akan dituangkan dalam bab berikutnya.
BAB III Bab ini berisi mengenai data penelitan yang berkaitan dengan
pengaruh shalat tahajjud terhadap kesehatan mental Lansia dari
objek penelitian dan diikuti dengan pembahasan yang akan
dituangkan dalam bab berikutnya.
BAB IV Setelah ditemukan dan terkumpul data tersebut, akan dipahami
shalat tahajjud pengaruhnya terhadap kesehatan mental lansia
dan selanjutnya penulis berupaya menganalisa dan mengolahnya
sesuai dengan metode yang ditentukan sehingga menghasilkan
kesimpulan yang lebih valid dan akan diikuti bab selanjutnya.
BAB V Bab ini merupakan proses akhir dari bab-bab yang sebelumnya,
sehingga akan disampaikan kesimpulan, mengenai pengaruh
shalat tahajjud terhadap kesehatan mental Lansia di lingkungan
Panti Wredha Pucang Gading Semarang, kemudian diikuti
dengan beberapa saran dan diakhiri dengan penutup.