BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

10
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mental (hygen mental) adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). Menurut definisi ini, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa. Yang dimaksud dengan ganggauan jiwa, adalah apabila seseorang sering cemas tanpa diketahui sebabnya, tidak mempunyai gairah kerja, rasa badan lesu dan sebagainya. 1 Dengan demikian, kebutuhan manusia akan kesehatan mental sangat urgens. Sebab manusia selalu membutuhkan ketenangan, keharmonisan dan ketenteraman jiwanya. Menurut Zakiyah Daradjat, bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi serta mempunyai kesanggupan menghadapi problem-problem yang biasa terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. 2 Jadi, kesehatan mental adalah kondisi atau keadaan seseorang sehingga ia akan: 1. Terhindar dari gangguan kejiwaan atau neorosis dan penyakit kejiwaan atau psychoshis 2. Mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan dengan masyarakat di mana ia berada. 3. Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dalam menghadapi masalah 4. Terwujudnya keserasian dan keharmonisan antara fungsi-fungsi kejiwaan, serta mampu mengatasi masalah. 1 Prof. Dr. Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental , (Jakarta: PT.Gunung Agung, 1983), hlm. 12. 2 Ibid., hlm. 13.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mental (hygen mental) adalah terhindarnya orang dari

gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa

(psychose). Menurut definisi ini, orang yang sehat mentalnya adalah orang

yang terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa. Yang dimaksud

dengan ganggauan jiwa, adalah apabila seseorang sering cemas tanpa

diketahui sebabnya, tidak mempunyai gairah kerja, rasa badan lesu dan

sebagainya.1

Dengan demikian, kebutuhan manusia akan kesehatan mental sangat

urgens. Sebab manusia selalu membutuhkan ketenangan, keharmonisan dan

ketenteraman jiwanya. Menurut Zakiyah Daradjat, bahwa kesehatan mental

adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi

serta mempunyai kesanggupan menghadapi problem-problem yang biasa

terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. 2

Jadi, kesehatan mental adalah kondisi atau keadaan seseorang sehingga

ia akan:

1. Terhindar dari gangguan kejiwaan atau neorosis dan penyakit kejiwaan

atau psychoshis

2. Mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan

dengan masyarakat di mana ia berada.

3. Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dalam menghadapi

masalah

4. Terwujudnya keserasian dan keharmonisan antara fungsi-fungsi kejiwaan,

serta mampu mengatasi masalah.

1 Prof. Dr. Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental , (Jakarta: PT.Gunung Agung, 1983), hlm. 12. 2 Ibid., hlm. 13.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

2

Kesehatan mental sebagai bagian dan karakteristik kualitas hidup.

Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas hidup seseorang ditunjukkan oleh

kesehatan mentalnya. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik tidak mungkin

apabila seseorang mengabaikan kesehatan mentalnya. Sebaliknya kualitas

hidup seseorang dapat dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan

kesehatan mentalnya.3

Jika kita pahami lebih jauh, serta berdasarkan pengalaman atau ibadah

seseorang, ternyata ada kekuatan besar di balik ritual ibadah yang dilakukan

seseorang terhadap kondisi jiwa dan kesehatan mentalnya. Maka dari itu,

shalat tahajjud merupakan ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan

karena sangat besar manfaatnya bagi kesehatan mental dan spiritual manusia.

Shalat menurut pengertian bahasa berarti do’a, karena dalam shalat itu

mengandung do’a. Shalat juga dapat berarti do’a untuk mendapatkan

kebaikan atau shalawat bagi nabi Muhammad SAW. secara terminologi shalat

adalah suatu ibadah yang terdiri atas perbuatan atau ucapan yang dimulai

dengan takbirotul ihrom dan diakhiri dengan salam. 4

Shalat mempunyai kedudukan terpenting dan merupakan pondasi yang

kokoh, serta tujuan shalat adalah pengakuan hati bahwa Allah SWT sebagai

pencipta, yang Maha Agung dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta tunduk

atas kebesaran dan keahliannya, yang Maha Kekal dan Abadi. Bagi orang

yang melaksanakan shalat dengan khusyu’ dan ikhlas, sehingga hubungannya

dengan Allah SWT akan terbina dengan baik serta mendapatkan amal

kebaikan. 5

Berkaitan dengan shalat tahajjud, maka sebenarnya perlu diketahui

makna dan manfaat yang terkandung di dalamnya. Tahajjud artinya bangun

dari tidur. Shalat tahajjud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu malam

hari dan dilaksanakan setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya

3 Moelyono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental (Konsep dan Penerapan),

(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), hlm. 27. 4 Drs. Mohammad Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha

Putra, 1976), hlm. 35. 5 Ibid. hlm. 37.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

3

sebentar. Selain shalat tahajjud, ada juga shalat sunah lainnya yang

dikerjakan pada malam hari seperti shalat witir, hajad, dan lain-lain. Adapun

orang yang melaksanakan shalat tahajjud disebut mutahajjid.6

Ketika manusia terutama lanjut usia (lansia) yang melaksanakan shalat

tahajjud, tentu akan memperoleh ketenangan dan selalu mendapat petunjuk

menuju kehidupan yang bahagia, tentram dan selalu dalam kebaikan seumur

hidupnya didunia.

Setiap orang menyadari bahwa konsekwensi dari putaran generasi

tidak terlepas dari kenyataan hidup. Dalam tahapan umur yang lanjut ini

seseorang akan beralih pada lanjut usia, yaitu dari usia 70-an menjadi tua

renta. Bagi para lansia permasalahan yang dihadapi adalah penurunan

kesehatan baik secara fisik maupun mental, juga akan mengalami kesepian.

Kesepian ini disebabkan tidak lagi eratnya hubungan dengan teman-teman

serta keharmonisan dari keluarga (khusus bagi mereka yang berada di panti)

kebosanan serta tidak lagi bekerja karena sudah pensiun. Masalah psikologis

lainnya adalah rasa takut, putus asa, berangan-angan dan teraniaya. 7

Usia lanjut merupakan suatu periode unik dan sulit dalam hidup. Usia

lanjut adalah suatu tahap peralihan dalam arti bahwa baik pria maupun wanita

harus menyesuaikan diri pada semakin berkurangnya tenaga mental dan fisik.

Mereka juga harus belajar menerima peranan yang pasif dan mau bergantung

pada orang lain sebagai pengganti dari peranan-peranan kepemimpinan aktif

seperti di masa lalu, dalam kalangan keluarga maupun di tempat kerja.8

Yang paling sulit dari semuanya itu ialah bahwa orang-orang usia

lanjut harus menerima diri mereka, sebagaimana mereka telah mengisi

kehidupan mereka di waktu yang lalu, atau masih mengharapkan beberapa

perubahan di masa yang akan datang untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan

yang lalu. Mereka harus menerima makin mendekatnya dengan kematian hari

6 Drs. M. Sholeh, Tahajjud (Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran),

(Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 117. 7 Prof. Dr. Zakiyah Darajdat, Pandangan Agama Terhadap Status dan Peranan Lanjut

Usia, (Jakarta: Penyelenggara Dinas Sosial, 1983), hlm. 147. 8 William Gladstone, Apakah Mental Anda Sehat, diterjemahkan oleh Jeannette M.

Lesmana dkk., (Jakarta: PT. Migas Surya grafindo, 1994), hlm. 134.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

4

terakhir dan harus dapat terus hidup meskipun banyak hal yang telah memberi

makna pada kehidupan mereka sewaktu masih muda. Para lanjut usia adalah

manusia yang secara fisik, kondisi jiwanya sedikit banyak telah mengalami

penurunan.9

Panti Wredha merupakan unit pelaksana teknis yang memberikan

pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia (jompo terlantar, dan ada

yang memang benar-benar di serahkan oleh keluarganya untuk hidup di panti)

serta tempat penampungan, perawatan dan jaminan hidup sehingga mereka

dapat menikmat hari tuanya dengan diliputi rasa ketentraman lahir batin.

Panti Wredha Pucang Gading Semarang adalah satu dari sekian banyak

pusat penampungan para lanjut usia yang ada di kota Semarang, yang sangat

menarik untuk diteliti.

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan menunjukkan yang

menjadi pokok permasalahan yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan shalat tahajjud di Panti Wredha?

2. Bagaimana pengaruh shalat tahajjud terhadap kesehatan mental Lansia

Panti Wredha Pucang Gading Semarang ?

C. Penegasan Judul

Untuk menghindari kekeliruan dan memberikan arah yang jelas dalam

memahami judul skripsi yang berjudul “Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap

Kesehatan Mental Lansia (Studi Kasus di Panti Wredha Pucang Gading

Semarang)”, perlunya penegasan istilah yang digunakan, dan tentunya tidak

semua istilah perlu ditegaskan tapi hanya sebagian saja:

1. Shalat adalah suatu macam bentuk ibadah yang diwujudkan dengan

melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai dengan ucapan-ucapan

dengan syarat-syarat tertentu pula. Sedangkan shalat tahajjud adalah shalat

9 Ibid, hlm.135.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

5

yang dikerjakan setelah bangun tidur waktunya tengah malam yaitu antar

jam 03.00 WIB, ini adalah waktu yang paling utama.

2. Kesehatan Mental (mental hygiene), adalah kondisi seseorang yang dapat

terhindar dari gangguan-gangguan jiwa, maupun sakit mental. Juga bisa

diartikan dengan kegiatan atau usaha menjaga kesehatan mental melalui

pendidikan di masa kanak-kanak dan pendidikan yang ada kaitannya

dengan cara-cara atau disesuaikan dengan kondisi atau situasi tertentu.

3. Lansia adalah di mana tahapan usia tua renta yang telah munculnya

rambut beruban dari usia tujuh puluhan hingga akhir umur yang ditetapkan

Allah SWT. Usia lanjut merupakan suatu periode unik dan sulit dalam

hidup. Usia lanjut adalah suatu tahap peralihan dalam arti bahwa baik pria

maupun wanita harus menyesuaikan diri pada semakin berkurangnya

tenaga mental dan fisik.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi

ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh shalat tahajjud terhadap kesehatan mental

b. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh shalat tahajjud terhadap

kesehatan mental Lansia di Panti Wredha Pucang Gading Semarang.

2. Manfaat Penelitian

a. Agar dapat diketahui bagaimana perkembangan mental Lansia setelah

melakukan shalat tahajjud

b. Agar dapat dijadikan suatu bahan perbandingan dan masukan antara

Lansia yang melakukan dan yang tidak melakukan shalat tahajjud.

c. Sebagai bahan renungan bagi pengelola Panti Wredha Pucang Gading

Semarang.

d. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat Islam pada umumnya dan

mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada

khususnya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

6

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan literatur karya M.

Sholeh dalam buku “Shalat Tahajjud”. Dalam buku ini dibahas hal-hal yang

berkaitan dengan manfaat serta pengaruh shalat tahajjud.

Berkaitan dengan shalat tahajjud sebagai terapi kesehatan mental,

maka sebagai kajian pustaka, penulis juga mengambil pengetahuan metode

yang diterapkan oleh Pesantren Suryalaya, yang dipimpin oleh K.H Ahmad

Shohibul Wafa Tajul yang populer dijuluki Abah Anom dengan teori metode

Inabah. Di sana para korban narkoba ditampung dan dibimbing agar bisa

kembali sembuh dari kebiasaan yang buruk. Buku yang menjelaskan tentang

metode-metode tersebut terutama shalat tahajjud, diantaranya adalah karya

H.Ibnu Djarir tentang Penanganan terhadap Korban Penyalahgunaan

Narkoba dan Zat Adiktif di Pesantren Suryalaya, karya Prof. Dr. Simuh, dkk.,

yang berjudul “Tasawuf dan Krisis”.10 Dalam buku ini dijelaskan secara rinci

mengenai latar belakang dan Biografi Pesantren Suryalaya, Landasan Teori

Metode Inabah, Proses perawatan Anak Bina di Pesantren Suryalaya, dan

beberapa hal yang berkaitan dengan pembentukan Pondok Inabah Suryalaya.

Dalam buku “Kesehatan Mental” karya Moelyono Notosoedirjo dan

Latipun, yang membahas tentang Pengertian Kesehatan Mental Orang Dewasa

dan Kesehatan Mental Lansia. Analisisnya berupa pemahaman terhadap

kesehatan orang dewasa dan lansia serta terhadap fisik dan jasmaninya untuk

mencapai mental dan fisik yang sehat.

Bagian terpenting dalam penulisan skripsi ini yaitu mengenai

Kesehatan Mental, di mana penulis akan mengkaji dari karya Dr. Kartini

Kartono dalam Hygiene dan Kesehatan Mental, yang berisi tentang pengertian

kesehatan mental, metode-metode serta kesehatan mental Lansia. Selain itu,

karya Zakiyah Daradjat, dalam Kesehatan Mental.

10 H. Ibnu Djarir, Penanganan terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba dan Zat

Adiktif di Pesantren Suryalaya, dalam Prof. Dr. Simuh, dkk., berjudul “Tasawuf dan Krisis”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerja sama dengan IAIN Walisongo Press Semarang, 2002, hlm. 266-267.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

7

F. Metodologi Penelitian

Studi pustaka dalam penulisan skripsi hanya dipergunakan sebagai

pedoman dasar dan pijakan konseptual teoritis untuk mengetahui temuan

relevan dengan masalah yang akan diteliti (field Research).

Ditinjau dari segi metodologik, penelitian ini merupakan jenis

penelitian kualitatif (lapangan). Adapun yang dimaksud dengan penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut:

“Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.”11

Bahwa penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan serta usaha mana yang

dilakukan secara mendasar dengan metode-metode12.

a. Sumber Data

1. Primer

Yang menjadi sumber data primer adalah orang yang diamati

atau diwawancarai merupakan sumber data utama, dalam hal ini yang

dimaksudkan adalah para lansia terutama yang beragama Islam di

Panti Wreda Pucang Gading Semarang dan pihak-pihak yang terkait.

Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui

perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film.

2. Skunder

Adalah karya-karya ilmiah yang relevan dengan tema

penelitian yang berfungsi sebagai data penunjang. Dilihat dari segi

sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber buku dan

majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen

resmi.13

11 Lexy J. Moleong, Metode Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 1989, hlm. 3. 12 Winarno Surahman, Metodologi Research, PT. Tarsito, Bandung, 1980, hlm. 40. 13 Lexy J. Moleong, opcit. hlm.112-113.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

8

b. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Lapangan. Observasi merupakan teknik untuk mengamati

langsung ataupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang

sedang berlangsung.14 Yakni metode pengamatan lapangan yang

terlibat di dalam proses pelaksanaan shalat tahajjud yang dilakukan

oleh Lansia di Panti Wredha Pucang Gading Semarang.

2. Interview. Interview sering juga disebut wawancara atau quesioner

lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara.15 Dengan kata lain, bahwa

interview yang dimaksudkan untuk merekam data-data tertulis yang

berfungsi sebagai data yang sangat penting untuk bahan analisis.

Wawancara ini dilakukan terhadap orang-orang yang terlibat di Panti

Wredha Pucang Gading Semarang.

3. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legenda dan sebagainya.16

c. Metode Analisis Data

Mempertimbangkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas.

Maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, dengan demikian

analisa data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Adapun proses

analisis yang digunakan adalah dengan metode deskriptif-interpretatif.

1. Metode analisis deskriptif

Metode deskriptif menurut John W Best adalah usaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan mengenai apa yang ada

tentang kondisi, pendapat yang sedang berlangsung, serta akibat yang

terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang.17

14 Moh.Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Suatu Pendekatan Praktek,

(Yogyakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm.51. 15 Lexy J. Moleong, loc.cit, hlm. 51. 16 Robert K. Yin. Study Kasus (Desain dan Metode), Penerjemah: M. Djauzi Mudzakir, (

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hlm.25. 17 John W. Best, Research in Education, dalam Sanafiah Faisal dan Mulyadi Guntur W,

(Ed), Metodologi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hlm. 119.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

9

Dengan kata lain analisis deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti kelompok manusia, suatu obyek, suatu setting kondisi, suatu

sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Adapun tujuannya adalah untuk membuat deskripsi

(gambaran/lukisan) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki.

Dengan demikian, analisis deskriptif ini dilakukan ketika

peneliti saat berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala

data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian rupa secara

sistematis, cermat dan akurat.

2. Metode Analisis Interpretatif

Metode interpretatif adalah menyelami buku untuk sedapat

mungkin mengungkapkan arti dan makna yang disajikan.18 Dalam

metode ini memberikan kemungkinan penuh pada peneliti untuk

mengintervensi dan mengkritisi setiap pendapat-pendapat dengan

menggunakan analisis-analisis yang akan dipaparkan bab IV.

Dengan demikian, ketika peneliti telah mendapatkan data hasil

wawancara, survey maupun segala hasil yang diperoleh di lapangan,

baik berupa pendapat-pendapat, fakta-fakta maupun sifat-sifat serta

fenomena yang diteliti, maka peneliti dapat mengintervensi dan

mengkritisi terhadap fenomena-fenomena yang diperolehnya itu

dengan mengkomparasikan berbagai pendapat para tokoh melalui

sumber maupun buku apa saja.

G. Sistematika Skripsi

Untuk mempermudah dan memperjelas para pembaca dalam

memahami skripsi akan dituangkan gambaran umum dari masing-masing bab

dan hubungan umum dari masing-masing bab tertentu dengan bab sebelumnya

18Anton Beker dan Ahmad Choris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:

Kanisius, 1990), hlm.63

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanglibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1... · mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin pada ... Landasan

10

dan sesudahnya, sehingga dari bab awal sampai akhir merupakan rangkaian

yang utuh.

BAB I Adapun yang perlu dituangkan dalam bab ini adalah sebagai

berikut: Mengenai metodologi yang akan menjadi landasan pada

bab-bab berikutnya, sesuai dengan bentuk judul diatas, maka

dalam skripsi ini menggunakan metodologi analisis kualitatf

yang bersumber dari lapangan dan objek penelitian. Sehingga

berpangkal dari metodologi atau observasi, wawancara dan

dokumentasi dari objek penelitian.

BAB II Bab ini merupakan bagian yang berisi pengaruh shalat tahajjud

pada Lansia yang bersumber langsung atau tidak langsung

kepada nash atau teks yaitu Qur’an dan Hadist. Shalat tahajjud

itu sendiri merupakan segala pola atau tindakan ataupun perilaku

mengenai suatu shalat tahajjud yang berpengaruh pada lansia.

Bab ini merupakan landasan teori tentang pengaruh shalat

tahajjud terhadap kesehatan mental lansia dan aspek dari yang

akan diteliti secara rinci akan dituangkan dalam bab berikutnya.

BAB III Bab ini berisi mengenai data penelitan yang berkaitan dengan

pengaruh shalat tahajjud terhadap kesehatan mental Lansia dari

objek penelitian dan diikuti dengan pembahasan yang akan

dituangkan dalam bab berikutnya.

BAB IV Setelah ditemukan dan terkumpul data tersebut, akan dipahami

shalat tahajjud pengaruhnya terhadap kesehatan mental lansia

dan selanjutnya penulis berupaya menganalisa dan mengolahnya

sesuai dengan metode yang ditentukan sehingga menghasilkan

kesimpulan yang lebih valid dan akan diikuti bab selanjutnya.

BAB V Bab ini merupakan proses akhir dari bab-bab yang sebelumnya,

sehingga akan disampaikan kesimpulan, mengenai pengaruh

shalat tahajjud terhadap kesehatan mental Lansia di lingkungan

Panti Wredha Pucang Gading Semarang, kemudian diikuti

dengan beberapa saran dan diakhiri dengan penutup.