BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB...

19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia yang mempunyai kebutuhan yang beranekaragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang di usahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. 1 Dampak yang ditimbulkan dari tuntutan hidup manusia untuk bekerja agar terpenuhi kebutuhannya inilah yang telah menimbulkan terjadinya kehidupan di kota-kota semakin tidak teratur. Ketidak teraturan tersebut disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah Pedagang Kaki Lima yang menjajakan dagangannya, tanpa memperhatikan keindahan dan tata ruang kota. Kondisi yang demikian ini dapat mengurangi kenyamanan dari pengguna jalan yang lain, baik untuk pengendara motor ataupun dengan pejalan kaki. Pengguna jalan sangatlah terganggu dengan adanya Pedagang Kaki Lima yang sering berjualan di bahu-bahu jalan bahkan sampai di pertengahan jalan (Jalan Lingkar Salatiga) di pagi hari, karena dapat mengganggu aktivitas pengguna jalan dimana sebenarnya Menurut Undang-Undang No.38 Tahun 2004 tentang jalan,” fungsi jalan adalah sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan 1 H.Zainal Askin.dkk, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hal.1.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia yang mempunyai kebutuhan yang

beranekaragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia

dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang di usahakan sendiri maupun bekerja

pada orang lain.1 Dampak yang ditimbulkan dari tuntutan hidup manusia untuk

bekerja agar terpenuhi kebutuhannya inilah yang telah menimbulkan terjadinya

kehidupan di kota-kota semakin tidak teratur. Ketidak teraturan tersebut

disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah Pedagang Kaki Lima yang

menjajakan dagangannya, tanpa memperhatikan keindahan dan tata ruang kota.

Kondisi yang demikian ini dapat mengurangi kenyamanan dari pengguna jalan

yang lain, baik untuk pengendara motor ataupun dengan pejalan kaki. Pengguna

jalan sangatlah terganggu dengan adanya Pedagang Kaki Lima yang sering

berjualan di bahu-bahu jalan bahkan sampai di pertengahan jalan (Jalan Lingkar

Salatiga) di pagi hari, karena dapat mengganggu aktivitas pengguna jalan dimana

sebenarnya Menurut Undang-Undang No.38 Tahun 2004 tentang jalan,”fungsi

jalan adalah sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

1 H.Zainal Askin.dkk, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012,

hal.1.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

2

bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan

tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,

kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel”.2

Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah usaha sektor informal berupa usaha

dagang yang kadang kadang juga sekaligus produsen. Ada yang menetap pada

lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat satu ke tempat yang lain

(menggunakan pikulan, kereta dorong) menjajakan bahan makanan, minuman

dan barang-barang konsumsi lainnya secara eceran. PKL Umumnya bermodal

kecil terkadang hanya merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatkan

sekedar komisi sebagai imbalan atau jerih payahnya.3

Keberadaan PKL sebenarnya memiliki keuntungan tersendiri karena telah

membuka lapangan pekerjaan sehingga angka pengangguran dapat ditekan dan

keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat kelas bawah karena harga yang

relatif lebih murah dari toko atau restoran modern. Namun keberadaan PKL

selain menguntungkan juga mendatangkan permasalahan baru. Kegiatan para

PKL dianggap sebagai kegiatan liar karena penggunaan ruang tidak sesuai

dengan peruntukannya sehingga mengganggu kepentingan umum. Seperti

kegiatan PKL yang mengunakan trotoar dan jalan atau badan jalan sebagai

2 Undang-Undang No.38 Tahun 2004 tentang Jalan.

3 Henny Purwanti dan Misnarti. 2012. Usaha Penertiban dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di

Kabupaten Lumajang. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Jenderal Sudirman Lumajang.

Hlm. 1.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

3

tempat berdagang, pemasangan reklame yang sembarangan, perilaku buang

sampah sembarangan dan perilaku menyeberang jalan sembarangan.

Permasalahan keberadaannya para PKL memang tidak terlepas dari

dampak krisis ekonomi yang terjadi secara global akhir-akhir ini, bahkan

memberikan dampak hingga di semua bidang. Dampak dari krisis keuangan

global tersebut mengakibatkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kepada para karyawan-

karyawannya. Akibat dari pemutusan hubungan kerja itu mengakibatkan

pengangguran, disamping itu terdapat golongan masyarakat angkatan kerja yang

mengalami kesulitan mencari pekerjaan sehingga dapat mempengaruhi

perkembangan perekonomian di Indonesia.4

Berhubungan dengan itu, maka usaha untuk mencari nafkah salah

satunya dengan cara berjualan di pinggir jalan. Masyarakat cenderung

memanfaatkan ruang ataupun fasilitas umum untuk dipergunakan dalam aktivitas

mereka berjualan, seperti halnya yang dapat di jumpai di Perempatan Pulutan

dan Perempatan Candran, terutama pada saat hari libur di pagi hari (Minggu

Pagi) apalagi dengan melihat keramaian pengendara yang melintas dan juga

pemandangan yang sangatlah indah di kawasan tersebut.5 Kebanyakan

dimanfaatkan oleh PKL. Hal tersebut tentu telah tidak sesuai dengan kriteria

tempat yang diperuntukkan untuk lokasi usaha PKL (Perda No 4 Tahun 2015).

4 Kompas, 15 Oktober 2008,hal 8.

5 Wawancara Bapak Wahyudi Joko, KASI Pengawasan UMKM Kota Salatiga, Tanggal 20 Mei

2016 jam 10.30 WIB

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

4

Karena para PKL telah melakukan kegiatan usahanya di ruang umum yang

sebenarnya tidak diperuntukkan untuk kegiatan PKL.

Dengan adanya ketidak sesuaian antara segala sesuatu yang merupakan

pelaksanaan dari segala yang senyatanya (Das Sein) dan segala sesuatu yang

merupakan keharusan (Das Sollen), dalam penerapan Perda No 4 Tahun 2015

tentang Penataan, Pengelolaan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota

Salatiga, dimana telah di atur dengan jelas dalam Undang-Undang No.38 Tahun

2004 tentang Jalan yang berisikan bahwa fungsi jalan sebagai prasarana

transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

Tetapi kenyataannya (Das Sein), dalam penerapan Perda No.4 Tahun 2015

tentang PKL di Salatiga, kenyataan yang di dapatkan adalah para PKL tidak

mematuhi apa yang telah di atur dalam Undang-Undang No.38 Tahun 2004

tentang Jalan dengan mendirikan dagangannya di bahu jalan ataupun sampai di

badan jalan yang semestinya di peruntukan bagi lalu lintas kendaraan bermotor

dan juga Pemerintah Kota Salatiga belum menerapkan Perda tentang PKL

tersebut dengan sebagaimana mestinya.6

Asal mula terjadinya Pasar Tiban yang berdiri pada awal 2011 sendiri

telah berjalan sebelum Jalan Lingkar Salatiga (JLS) tersebut di fungsikan seperti

sekarang, ada 5 penjual makanan ringan yang berjualan di sekitaran Pulutan dan

Kecandran dan nampaknya memang menguntungkan dengan Pemandangan yang

6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal 11 September 2016, di Pasar Tiban, Jalan Lingkar Salatiga.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

5

ada di sekitaran JLS tersebut seperti dapat melihat Gunung Merbabu dan Merapi

dengan jelas, beserta hamparan sawah yang terlihat indah dan mengagumkan

mampu menarik penjual yang lain beserta pembeli yang banyak berdatangan,

entah untuk berbelanja ataupun juga berjalan-jalan untuk melihat pemandangan

yang ada di JLS. Penjual ataupun juga pembeli yang datang di Pasar Tiban tidak

hanya yang berdomisili di Kota Salatiga, tetapi juga banyak yang datang dari

Kabupaten Semarang dan sekitarnya, tetapi 70% memang benar-benar

masyarakat Kota Salatiga itu sendiri. Sampai sekarang pedagang yang terdaftar

telah mencapai 700 pedagang dan 60 pekerja parkir.7

Pasar Tiban sendiri memang diperuntukkan seluruhnya untuk

kemakmuran masyarakat Salatiga dan sekitarnya. Hal ini juga di amini oleh

salah satu Anggota DPRD Kota Salatiga yang tergabung dalam Komisi C, yang

berpendapat bahwa Pasar Tiban terutama di Pulutan dan Kecandran memang

memiliki hal magis untuk dapat menarik minat dari para pedagang dan pembeli,

ataupun juga warga yang ingin menikmati pemandangan yang ada di sekitar JLS

bagian Pulutan dan Kecandran. Sementara bilamana JLS akan di pergunakan

untuk kegiatan yang lain maka DISHUB dan Satpol PP akan berkoordinasi

kepada paguyuban beserta pada pedagang untuk sementar meliburkan aktivitas

perdagangan yang biasa di lakukan.8

7 Wawancara Bapak Sobiron, Ketua Paguyuban Pasar Tiban, Tanggal 11 September 2016, jam

07.00 WIB. 8 Wawancara Bapak H.M. Sofi’i, Komisi C DPRD Kota Salatiga Fraksi PKB, Tanggal 11

September 2016, jam 07.28 WIB.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

6

Pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan JLS telah menimbulkan

dampak yang negatif bagi lingkungan sekitarnya, seperti terhambatnya aktivitas

lalu lintas (kemacetan) di sekitar tempat tersebut, itu dikarenakan para PKL

melakukan aktivitas perdagangannya di bahu-bahu jalan dan sampai di jalur lalu

lintas yang dipergunakan untuk aktivitas berkendara motor dengan

memparkirkan kendaraannya yang dipergunakan untuk berjualan di dalam mobil

yang mengakibatkan kawasan JLS menjadi sempit, dan tentu saja apa yang telah

dilakukan oleh para PKL Pasar Tiban di Jalan Lingkar Salatiga telah

mangganggu kenyamanan pengendara dan para pejalan kaki dikarenakan pada

kenyataannya adanya pemanfaatan trotoar-trotoar jalan dan juga badan jalan di

kawasan Jalan Lingkar Salatiga di pagi hari yang semestinya dipergunakan untuk

para pejalan kaki dan aktivitas berlalu lintas berubah menjadi tempat para PKL

untuk mendirikan untuk tempat usaha, kota menjadi tidak teratur, menjadikan

kemacetan, tidak bersih dan tidak tertib.9 Akan tetapi pada pelaksanaannya para

PKL tetap di tarik pungutan seikhlasnya untuk uang kebersihan (tidak ditentukan

besarnya pungutan yang di tarik) oleh Anggota Paguyuban Pasar Tiban, yang

kemudian pungutan tersebut akan di kumpulkan ke Paguyuban untuk dibagi

kembali menjadi 2 untuk Paguyuban per wilayah (Pulutan dan Kecandran),

ketertiban PKL juga sangat diperhatikan oleh pengurus paguyuban yang ikut

terjun langsung untuk mengawasinya dan setelah pasar tersebut telah selesai

maka dengan cepat anggota-anggota paguyuban beserta karangtaruna langsung

membersihkan sampah-sampah yang ada agar tidak mengganggu pemandangan

9 Hasil Observasi Penulis, Tanggal 11 September 2016, di Pasar Tiban, Jalan Lingkar Salatiga.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

7

kota dan keindahan JLS. Untuk peran Pemerintah Kota Salatiga memang pada

kenyataannya tidak ada keterkaitan yang terjun langsung untuk mengatasi Pasar

Tiban karena Pemerintah Kota Salatiga telah mempercayakan ketertiban kepada

Paguyuban Pasar Tiban.

Sebenarnya pada tanggal 20 Agustus 2014, pernah terjadi penertiban

yang dilakukan oleh Satpol PP terhadap Pasar Tiban tersebut. Tetapi setelah

terjadi penertiban tersebut, maka ada inisiatif dari Paguyuban Pasar Tiban

beserta para pedagang untuk menemui Walikota Salatiga untuk meminta restu

agar Pasar Tiban dapat berjalan sebagaimana mestinya karena Pasar Tiban

adalah seluruhnya untuk kemakmuran rakyat dan juga sebagai destinasi wisata

yang akan meningkatkan perekonomian daerah.10

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Salatiga yang diwakili oleh Satpol PP,

DISHUB, dan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (DISPERINDAGKOP UMKM) selalu memonitoring

berjalannya aktivitas jual beli agar tdak mengganggu hak-hak dari pengguna

jalan yang lain dengan selalu menghimbau kepada penjual dan pembeli melalui

Paguyuban agar tetap tertib. Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang telah di

lakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga, dengan melakukan penertiban dan juga

monitoring yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (DISPERINDAGKOP UMKM) selaku

10 Wawancara Bapak Sobiron, Ketua Paguyuban Pasar Tiban, Tanggal 11 September 2016, jam

07.00 WIB.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

8

leading sektor dari penerapan Perda No. 4 Tahun 2015 beserta Satpol PP,11

akan

tetapi belum dilakukannya pengendalian atau penertiban tersebut secara rutin

ataupun petunjuk pelaksanaan tentang tata kelola untuk kegiatan perekonomian

yang belum jelas berakibat pada para PKL seperti terbiasa untuk berjualan di

sekitar kawasan tersebut karena terkesan seperti di biarkan oleh Pemerintah Kota

Salatiga.

Pemerintah Daerah Kota Salatiga tetap membiarkan pasar rakyat tersebut

tetap berjalan karena telah menimbulkan dampak yang positif untuk

perekonomian warga salatiga dan sekitarnya. Dengan diterapkannya kebijakan

Pemerintah Kota Salatiga terhadap Pasar Tiban ini maka semestinya Dinas-Dinas

yang terkait ikut membantu jalannya pasar tersebut tetap berjalan sebagaimana

mestinya tanpa mengganggu pengguna jalan yang lain yang akan melintasi Jalan

Lingkar Salatiga (khususnya di area Pasar Tiban jam 04.00-11.00 WIB).

Pemerintah Kota Salatiga berusaha mengimplementasikan Peraturan

Daerah No. 4 Tahun 2015 tentang Penataan, Pengelolaan dan Pemberdayaan

Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga untuk menegakkan peraturan dan

memelihara ketertiban dan kententraman masyarakat. Ketertiban adalah suasana

yang mengarah kepada peraturan dalam masyarakat menurut norma yang berlaku

11 Wawancara Bapak Wahyudi Joko, KASI Pengawasan UMKM Kota Salatiga, Tanggal 20 Mei

2016, jam 10.30 WIB.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

9

sehingga menimbulkan motivasi bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang

diinginkan.12

Menurut Pasal 1 angka 9 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentang

Satuan Polisi Pamong Praja disebutkan bahwa Polisi Pamong Praja adalah

anggota Satpol PP sebagai aparat pemerintah daerah dalam penegakan Perda dan

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.13

Dalam

melaksanakan kewenangan guna menegakkan Peraturan Daerah, maka tugas ini

diserahkan kepada Satuan Polisi Pamong Praja. Hal tersebut memungkinkan

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya

dengan tenteram, tertib, dan teratur.

Terkait dengan kedudukan pemerintah selaku pelaku hukum publik yang

dilekati dengan hak dan wewenang untuk menggunakan dan menjalankan

berbagai peraturan dan keputusan serta wewenang diskresi, secara garis besar

funsi dan urusan pemeritah itu dapat dikelompokkan menjadi fungsi pembuatan

peraturan perundang-undangan beserta penegakannya, membuat keputusan, dan

membuat kebijakan.14

Disamping itu juga pemerintah dilekati dengan kewajiban

untuk memberikan pelayanan publik, melaksanakan fungsi pelayanan, dan juga

menerapkan kebijakan publik yang memasyarakatkan masyarakat, terutama bagi

negara-negara yang menganut atau dipengaruhi oleh konsep negara

kesejahteraan seperti di Indonesia.

12 Irawan Soejito. 2004. Sejarah Daerah Indonesia,:Pradanya Paramita, Jakarta. hal. 101

13 Pasal 1, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.

14 Ridwan, Diskresi & Tanggung Jawab Pemerintah, FH UII Press, Yogyakarta, 2014, hlm. 102.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

10

Kebijakan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah ; Serangkaian

konsep dan asas yang menjadi dasar rencana pelaksanaan kepemimpinan dan

cara bertindak.15

Kebijakan merupakan terjemahan dari policy yang berarti suatu

unit rencana yang dipergunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan

khususnya di dalam bidang politik, ekonomi, bisnis dan lain-lain. Istilah

kebijakan lazim digunakan dalam kaitannya dengan tindakan atau kegiatan

pemerintah, serta perilaku negara pada umumnya dan kebijakan tersebut

dituangkan dalam berbagai bentuk peraturan.16

Lebih lanjut Mustopadidjaja

memberikan definisi kerja tentang kebijakan sebagai keputusan suatu organisasi

yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu atau untuk mencapai

tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman

perilaku, sebagai berikut :17

a. Pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok

sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan,

b. Penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik

dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan

kelompok sasaran yang dimaksudkan.

15 Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal 115

16 Hanif Nurcholis, 2005, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Grasindo,

Jakarta, hal 158

17 Mustopadidaja, 1992, Studi Kebijaksanaan, Perkembangan dan Penerapan dalam rangka

Administrasi dan Manajemen Pembangunan, LP-FEUI, Jakarta, hal 16

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

11

Fungi dari pelayanan pemerintah terhadap masyarakat terutama dalam

upaya mewujudkan kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan

sebagaimana amanat Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945, di samping tuntutan hak-hak asasi manusia atau memenuh the rights to

receive warga negara. Dalam rangka pelayanan itu telah dibuat Undang-Undang

No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial beserta Undang-undang No. 11

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Diberikannya kewajiban kepada

pemerintah untuk memberikan pelayanan umum itu menyebabkan pemerintah

harus terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat.18

Pemerintah seharusnya melayani dan menyelesaikan setiap persoalan

tersebut apalagi dengan munculnya hak untuk mendapatkan sesuatu (the rights to

receive) bagi warga negara, tidak perduli apakah persoalan itu di tentukan atau

tidak di dalam peraturan perundang-undangan. Diletakkannya kewenangan

diskresi kepada organ pemerintah dan keterlibatannya secara aktif dalam

kehidupan warga negara akan memungkinkan terlaksananya fungsi pelayanan

yang tepat dan cepat.19

. Menurut pendapat F.A.M. Stroik, kewenangan

berdasarkan hukum publik merupakan kewenangan yuridis dari badan.

Kewewenangan dari badan tersebut sebagai keseluruhan hak dan kewajiban yang

terletak pada badan tersebut.20

18 G.H.Addink,et.al. (Eds), Sourcebook Human Right & Good Gavernance, Universiteit Utrecht,

Utrecht, 2010, hlm. 29.

19 Ridwan, Diskresi..., Op.Cit., hlm. 105.

20 F.A.M. Stroink, Pemahaman tentang Dekonsentrasi, diterjemahkan oleh Ateng Syafrudin,

Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm. 24.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

12

Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Thomas R.

Dye yang menyatakan “Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak

dilakukan maupun apa yang dilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini

adalah negara. Pengertian ini selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh

para ilmuwan yang berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi

kebijakan publik menurut Thomas R. Dye ini dapat diklasifikasikan sebagai

keputusan (decision making), dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk

menggunakan keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan

sesuatu terjadi, demi teratasinya suatu persoalan publik.” 21

Oleh karenanya,

maka dari pendapat Thomas R. Dye diatas semestinya Pemerintah Kota Salatiga

mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan atau menerapkan kebijakan

terhadap Pasar Tiban di Jalan Lingkar Salatiga.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Pasar Tiban yang

biasanya ada pada pagi hari di area Jalan Lingkar Salatiga yang dituangkan ke

dalam Skripsi dengan judul “KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA

TERHADAP KEBERADAAN PASAR TIBAN DI JALAN LINGKAR

SALATIGA”

21 Drs. Hessel Nogi S. Tangkilisan, MSi, “Teori dan Konsep Kebijakan Publik” dalam Kebijakan

Publik yang Membumi, konsep, strategi dan kasus, Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI,

2003, hlm. 1.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

13

A. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis mencoba merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk kebijakan Pemda Kota Salatiga dalam menangani

Pedagang Kaki Lima di Pasar Tiban Jalan Lingkar Salatiga, Kota

Salatiga?

2. Apa faktor yang mempengaruhi kebijakan bagi Pedagang Kaki Lima di

Pasar Tiban Jalan Lingkar Salatiga Kota Salatiga?

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam melangkah sesuai dengan

maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui upaya kebijakan dari Pemerintah Daerah Kota Salatiga

dalam menangani Pedagang Kaki Lima di Pasar Tiban Jalan Lingkar

Salatiga, Kota Salatiga

2. Untuk mengetahui penerapan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah

Daerah Kota Salatiga dalam menangani Pedagang Kaki Lima di Pasar

Tiban Jalan Lingkar Salatiga, Kota Salatiga

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

14

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu hukum pada

khususnya, maupun masyarakat pada umumnya mengenai kebijakan

pemerintah yang baik untuk pedagang kaki lima.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk kegiatan

penelitian berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Menyebarkan luaskan informasi serta masukan tentang penerapan

kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap Pedagang Kaki

Lima.

b. Hasil penelitian ini dapat ditransformasikan kepada para PKL pada

khususnya, serta bagi masyarakat luas pada umumnya.

D. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu :

1. Pendekatan yang Digunakan

Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

pendekatan Sosio Legal, yakni analisis yang berusaha memberikan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

15

gambaran secara menyeluruh, sistematis dan mendalam tentang suatu

keadaan atau gejala penelitian.22

Penelitian ini hanya bertujuan untuk menggambarkan penerapan

kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Salatiga yang mana

dikaitkan dengan Pedagang Kaki Lima Pasar Tiban yang berjualan di

kawasan Jalan Lingkar Salatiga (Minggu Pagi jam 04.00-11.00 WIB).

2. Jenis Penelitian

Spesifisikasi penelitian menggunakan deskripsi-analitis, yaitu

penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan

hukum positif. Penelitian deskriptif adalah untuk memberi suatu uraian

yang des kriptif mengenai suatu objek. Tujuan utama dari penelitian

deskriptif ialah melukiskan realitas sosial yang kompleks sedemikian

rupa, sehingga relevansi sosiologis antropologis tercapai”.23

3. Sumber Data

Penelitian ini dilakukan terhadap para Pedagang Kaki Lima yang

berjualan di sepanjang kawasan Jalan Lingkar Salatiga khususnya pada

22 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, hlm.10.

23 Soerjono Soekanto. 2010. Pengantar Penelitian Hukum, Edisi 11. Jakarta: UI Press. 2010,

hlm.41.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

16

hari minggu pagi. Kemudian untuk mendapatkan data yang objektif,

maka dalam penelitian ini penulis menggunakan:

a. Data Primer

Merupakan data yang berasal dari sumber aslinya secara

langsung yang akan merespon atau memberi keterangan dalam

penelitian. Adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut :

1) Paguyuban Pedagang Kaki Lima di Pasar Pagi Jalan

Lingkar Salatiga

2) Pengguna Jalan di Jalan Lingkar Salatiga

3) Aparat Satuan Polisi Pamong Praja

4) Pemerintah Daerah Kota Salatiga

5) Dinas Perindustrian, Koperasi dan usaha Mikro Kecil

dan Menengah (DISPERINDAGKOP UMKM)

6) Dinas Perhubungan Komunikasi Budaya dan

Pariwisata (DISHUBKOMBUDPAR)

b. Data Sekunder

Data sekunder ini akan diperoleh dengan berpedoman

pada literature-literatur sehingga dinamakan penelitian

kepustakaan. Data diperoleh melalui studi kepustakaan dengan

memperhatikan peraturan perundang – undangan yang ada

maupun melaui pendapat para sarjana atau ahli hukum.

Penelitian Kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan

dengan mempelajari bahan-bahan hukum yang berkaitan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

17

dengan masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data

sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Terhadap data sekunder dikumpulkan dengan melakukan

studi kepustakaan, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan serta

mengkaji Peraturan Daerah Kota Salatiga dan mengkajinya

beserta pedoman buku-buku lainnya yang menunjang penelitian.

b. Wawancara

Wawancara dimaksud untuk memperoleh keterangan,

pendirian, pendapat, secara lisan dari seseorang (yang lazim

disebut dengan responden) dengan berbicara langsung (face to

face) dengan orang tersebut.24

Wawancara ini ditujukan kepada

Dinas Pasar Kota Salatiga, Paguyuban Pasar Tiban, Para

Pedagang Kawasan Jalan Lingkar Salatiga, beserta Aparat Satpol

Pramong Praja.

5. Unit Amatan

Peraturan-peraturan yang terkait dengan Tata Kelola Ruang Kota

Salatiga, seperti :

24 Suyanto dan Sutinah, Metode penelitian sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Penerbit

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hlm. 55-56 dan 69.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

18

1) Undang-Undang Dasar RI 1945, Amandemen dan Penjelasannya

2) Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah

3) Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan

4) Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

5) Undang-Undang No.38 Tahun 2004 tentang Jalan

6) Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 tentang Pedoman

Satuan Polisi Pamong Praja

7) Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 4 Tahun 2015 tentang

Penataan, Pengelolaan, dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

6. Unit Analisis

Unit Analisis dalam penelitian ini yaitu tindakan yang dilakukan

Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani Pedagang Kaki Lima (PKL)

di Pasar Liar Jalan Lingkar Salatiga yang mengganggu ketertiban umum.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

1. BAB I : Pada Bab ini berisikan uraian orientasi tentang penelitian yang akan

dilakukan, meliputi :

a. Latar Belakang Masalah

b. Rumusan Masalah

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14661/1/T1_312013039_BAB I.pdf · tentang PKL di Salatiga, kenyataan . ... 6 Hasil Observasi Penulis, Tanggal

19

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

e. Metode Penelitian

2. BAB II : Bab ini berisikan uraian pembahasan atau analisis terhadap

permasalahan penelitian. Penulis akan menguraikan hasil dari analisa tentang

kasus yang dipelajari, yaitu tentang kebijakan yang di lakukan oleh

Pemerintah Daerah Kota Salatiga dalam Melaksanaan Perda Kota Salatiga

tentang Pedagang Kaki Lima (PKL) Dalam Menangani Pasar Tiban di Jalan

Lingkar Salatiga.

3. BAB III : Bab ini berisikan tentang Kesimpulan dan Saran penulis.