BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf ·...

13
1 Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat inap rumah sakit dengan staf dan perlengkapan khusus ditunjukan untuk mengelola pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. Perawatan setandar di Intensive Care Unit (ICU) memiliki ventilasi mekanik untuk membantu usaha bernafas melalui Endotracheal Tube (ETT) atau trakheostomi. Salah satu indikasi klinik pemasangan alat ventilasi mekanik adalah gagal nafas (Musliha, 2010). Salah satu tindakan perawatan di ruang ICU pada pasien yang terpasangventilator adalah hisap lendir (suctionning). Penghisapan lendir adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas dengan menggunakan suatu cateter suction yang dimasukan melalui hidung atau rongga mulut ke dalam faring atau sampai trakea. Suction atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009). Indikasi dilakukan penghisapan lendir adalah adanya sekret yang menyumbat jalan nafas ditandai dengan hasil auskultasi ditemukan suara crackles atau ronkhi, nadi dan laju pernafasan meningkat, sekresi terlihat disaluran nafas atau rangkaian ventilator, dilakukan penghisapan lendir

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

1 Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat inap rumah

sakit dengan staf dan perlengkapan khusus ditunjukan untuk mengelola

pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa.

Perawatan setandar di Intensive Care Unit (ICU) memiliki ventilasi

mekanik untuk membantu usaha bernafas melalui Endotracheal Tube

(ETT) atau trakheostomi. Salah satu indikasi klinik pemasangan alat

ventilasi mekanik adalah gagal nafas (Musliha, 2010).

Salah satu tindakan perawatan di ruang ICU pada pasien yang

terpasangventilator adalah hisap lendir (suctionning). Penghisapan lendir

adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas dengan

menggunakan suatu cateter suction yang dimasukan melalui hidung atau

rongga mulut ke dalam faring atau sampai trakea. Suction atau

penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas

sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat

dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu

mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009).

Indikasi dilakukan penghisapan lendir adalah adanya sekret yang

menyumbat jalan nafas ditandai dengan hasil auskultasi ditemukan suara

crackles atau ronkhi, nadi dan laju pernafasan meningkat, sekresi terlihat

disaluran nafas atau rangkaian ventilator, dilakukan penghisapan lendir

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

2

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

dan meningkatnya peak airway ressure pada mesin ventilator (Lynn,

2011).

Gagal nafas masih merupakan penyebab angka kesakitan dan

kematian yang tinggi diinstalasi perawat insentif.Gagal nafas terjadi bila

pertukaran oksigen terhadapa karbondioksida dalam parau-parau tidak

dapat memelihara laju konsumsi oksigen (O2)dan pembentukan (CO2)

dalam sel-sel tubuh.Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang

dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan meningkatan tekanan karbon dioksida

lebih besar dari 45 mmHg (Hiperkapina) (Brunner & Suddarth, 2009).

Salah satu kondisi yang dapat mengakibatkan gagal nafas adalah

obstruksi jalan nafas, termasuk obstruksi dari Endotrakeal Tube (ETT).

Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi yang tidak normal akibat ketidak

mampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekret yang kental

atau berlebih akibat penyakit infeksi, imobilisasi (Hidayat, 2005).

Hasil studi di Jerman dan Swedia melaporkan bahwa di Indonesia

gagal nafas akut pada dewasa 77,6 – 88,6 kasus/100.000 penduduk/tahun.

The America-European Consensus on ARDS menemukan insiden Acute

Respirasi Distress Syndrome antara 12,6 – 28,0 kasus/100.000

penduduk/tahun seta kematian akibat gagal nafas dilaporkan 40%.

Berdasarkan data peringkat 10 tidak menular (PTM) yang terfatal

penyebab kematian berdasarkan Case Fatality Raet (CFR) pada rawat inap

rumah sakit tahun 2010, angka kematian gagal nafas menempati peringkat

kedua sebesar 20,98% (Kementrian Kesehatan RI, 2012).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

3

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Data yang diperoleh dari buku registrasi pasien RSUP Prof. Dr. D.

Kandou mulai dari bulan Jnuari-Oktober 2013 total pasien yang dirawat di

ICU adalah sebanyak 411 pasien dan yang menglami kejadian gagal nafas

sebanyak (32,1%). Rata-rata pasien yang dirawat di ICU adalah 41-42

pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami gagal nafas adalah 13-14

pasien/tahun serta 10-11 pasien/tahun meninggal akibat gagal nafas dan

dilakukan tindakan suction pada 16 pasien yang terpasang ETT dengan

pasien yang terdapat penumpukan sekret, setelah dilakukan tindakan

suction terdapat penurunan saturasi oksigen. Tindakan suction ETT dapat

memberikan efek samping antara lain terjadi penurunan kadar saturasi

oksigen > 5%. Sebagian responden yang mengalami penurunan kadar

saturasi oksigen secara signifikan pada saat dilakukan tindakan

penghisapan lender yaitu terdiagnosis dengan penyakit pada sistem

pernafasan. Enam komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan

penghisapan lender salah satunya adalah hipoksemia/hipoksia. Sehingga

pasien yang menderita penyakit pada sistem pernafasan akan sangat

rentang mengalami penurunan nilai kadar saturasi oksigen yang signifikan

pada saat dilakukan tindkan penghisapan lender, hal tersebut sangat

berbahaya karna bias menyebabkan gagal nafas.

Penelitian yang dilakukan Septimer & Novita, (2017)diICU Rumah

Sakit An-Nisa pada 5 pasien, 3 pasien dengan kesadaran somolen dengan

menggunakan OPA (Oropharyngeal Airway) yang perlu dilakukan

tindakan penghisapan lendir 2 diantaranya didapatkan adanya penurunan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

4

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

saturasi pada saat dilakukan tindakan penghisapan lendir terdapat

penurunan 4%-5%.

Moggiore, et al (2013) dalam penelitiannya menjelaskan tentang

Decreasing the Adverse Sffects of Endotracheal Suctioning During

Mechanical Vantilation by Chaning Practice, dimana 46,8% responden

mengalami penurunan saturasi oksigen 6,5% disebabkan karna tindakan

suction. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

tindakan suction dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar saturasi

oksigen.

Malara, (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa adanya

perbandingan kadar saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukannya

tindakan penghisapan lendir. Hasil menunjukkan terjadi penurunan kadar

saturasi oksigen sebesr 5,174 %. Selain itu dalam hasil statistic t-Test pada

responden yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dimana nilai p-value =

0,000 (0.05).

Penelitian yang dilakukan oleh Suritno, dkk (2015), dengan judul

“Tindakan Suction Endotracheal Menggunakan Kanul Size 10 Fr dan 12

Fr Terhadap Penurunan Saturasi Oksigen Pada Pasien yang Terpasang

Ventilator di Ruang Icu RSUD Margono Soekarjo Purwokwerto”. Pada

penelitian ini menunjukan tindakan suction dengan menggunakan ukuran

kanul 10 Fr dan 12 Fr dengan jumlah sampel 30 orang yang terpasang

ventilator, rata-rata SpO2 sesudah dilakukannya tindaka suction ETT

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

5

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

menunjukan peneurunan yang segnifikan dan terdapat perbedan antara

SpO2 sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan suction ETT.

Penelitian yang dilakukan oleh Nizar Muhamad, dkk (2015)

dengan judul “Pengaruh Suction Terhadap Kadar Saturasi Oksigen pada

Pasien Koma diRuang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.Pada

penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali

dalam rentang waktu 2 jam. Data pre saturasi oksigen diambil dari

tindakan suction yang pertama dan data post diambil dari tindakan suction

yang keempat selama waktu 10 detik nilai signifikan (p) adalah 0.000,

dimana nilai p>0.05. Artinya ada beda rata rata nilai saturasi oksigen

sebelum tindakan suction dan sesudah tindakan suction. Selisih saturasi

oksigen adalah -1.75, artinya nilai saturasi oksigen sebelum dilakukan

tindakan suction lebih kecil dibandingkan nilai saturasi oksigen setelah

dilakukan tindakan suction.

Penelitian yang dilakukan oleh Saifudin Zukhri, (2017) dengan

judul “Pengaruh Isap Lendir (Suction) Sistem Terbuka Terhadap Saturasi

Oksigen pada Pasien Terpasang Ventilator”. Pada penelitian ini pada

kelompok kontrol dalam waktu 5 detik rata-rata saturasi oksigen sebelum

dilakukan adalah 97,8±2,4 dan sesudahnya adalah 94,2±3,0 dengan rata-

rata selisih saturasi sebelum dan sesudah tindakan suction adalah 3,6±1,5.

Pada kelompok perlakuan sesudah tindakan suction waktu 10 detik rata-

rata saturasi oksigen sebelum dilakukan tindakan suction adalah 95,7±4,9

dengan rata-rata selisih saturasi oksigen sebelum dan sesudah tindakan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

6

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

suction adalah sebesar 1,7±2,2. Ada perbedaan pengaruh suction selang

endotrakeal sistem terbuka yang dilakukan di ICU dengan isap lendir

selang endotrakeal sistem terbuka metode Credland terhadap saturasi

perifer oksigen pasien yang terpasang ventilator dengan nilai p = 0,014

(p<0,05).

Penelitian sebelumnya membandingkan bahwa pasien yang

dilakukan tindakan suction mengalami penurunan oksigen dengan rentang

waktu 5 detik dan 10 detik. Dalam penelitian yang dilakukan Keykha

Aliakbar et al, (2016) lama suction dilakukan 15 detik sampai 30 detik

dengan tekanan 120-150 mmHg dalam penelitian ini terdapat penurunan

saturasi oksigen. Ozeden er al. (2014) menggunakan lama suction 10-15

detik terdapat penurunan saturasi oksigen.

Berdasarkan penelitian diatas setelah selesai dilakukan

penghisapan sekret ETT pasien mengalami penurunan saturasi oksigen,

padahal seharusnya jika sekret ETT telah dihisap maka airway menjadi

lebih lancar, sehingga sirkulasi, ventilasi, perfusi dan transport gas

pernafasan ke jaringan lebih baik. Sumbatan jalan nafas dapat total dan

partial, jika tidak dikoreksi dalam watu 5 sampai 10 detik dapat

mengakibatkan hipoksia, henti nafas dan henti jantung. Oleh karna itu

harus segera memberikan penanganan awal karna lebih banyak korban

meninggal disebabkan kekurangan oksigen dari pada kelebihan

oksigen.Oleh karna itu hipoksemia dapat mematikan dalam watu 3-5

menit. Sedangkan oksigen toxicity baru menyebabkan kerusakan jantung

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

7

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

paru jika pemberian oksigen 100% yang terus menertus selama 12 jam

atau lebeih (Maranata, 2002).

Untuk kepatenan jalan nafas, penghisapan dari orofaring,

nasofaring dan trakea diperlukan pasien dengan saluran napas buatan,

terutama pada pipa sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang

adekuat (pre oksigenasi) sebab oksigen akan menurun selama proses

pengisapan pada pasien – pasien yang oksigennya sudah kurang. Pre

oksigen ini dapat menghindari hipoksemia yang berat dengan segala

akibatnya, sebab proses suction dapat menimbulkan hipoksemia.

Keadekuatan sirkulasi, ventilasi, perfusi dan transport gas pernafasan ke

jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perilaku. Faktor

yang paling berpengaruh adalah perilaku perawat saat melaksanakan

prosedur penghisapan sekret ETT, jika prosedur tidak sesuai dapat

mengakibatkan sekret tidak bisa keluar sehingga dapat mengakibatkan

hipoksia karena oksigenasi ke jaringan tidak adekuat akibat defisiensi

penghantaran oksigen atau penggunaan oksigen di seluler dengan tanda

dan gejala gelisah, penurunan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan

darah, frekuensi nadi dan sianosis, jika tidak ditangani akan

mengakibatkan kematian padahal gejala awal terjadinya hipoksia dapat

dilihat dari penurunan saturasi oksigen.

Berdasarkan penjelasan diatas, mengatakan bahwa pasien yang

dilakukan tindakan suction akan mengalami penurunan saturasi oksigen,

padahal seharusnya jika sekret ETT telah dihisap maka airway menjadi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

8

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

lebih lancar, sehingga sirkulasi, ventilasi, perfusi dan transport gas

pernafasan ke jaringan lebih baik. Peneliti terdahulu yang telah disebutkan

diatas menggunakan lama suction 10 detik, 15 – 30 Detik dan 10 – 15

detik.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti akan melakukan

penelitian tentang Perbandingan Efektifitas Tindakan Suction

Endotracheal Tube (ETT) Selama 7 dan 10 detik Terhadap Saturasi

Oksigen Pada Pasien di ICU RSUD PROF. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya et al, (2015)

ditemukan bahwa hasil tindakan suction ETT mengalami penurunan

saturasi oksigen sebesar 4-10%. Response pasien saat tejadi perubahan

saturasi oksigen yaitu sesak nafas, HR meningkat, PCO2 meningkat,

gelisah, hipoksia dan hiperventilasi.

Dari hasil penelitian diatas yang dapat disimpulkan bahwa pasien

yang dilakukan tindakan suction mengalami penurunan saturasi oksigen.

Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui : “Perbandingan Efektifitas

Tindakan Suction Endotracheal Tube (ETT) Selama 7 dan 10 Detik

Terhadap Saturasi Oksigen pada Pasien diRuang ICU RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto”.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

9

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan efektifitas tindakan suction ETT

dengan lama 7 dan 10 detik terhadap nilai saturasi oksigen di Ruang

ICU RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karaktristik responden

b. Mengetahui rata-rata pengaruh tindakan suction ETT dengan lama

suction 7 detik dan 10 detik terhadap perubahan saturasi oksigen.

c. Mengetahui perbandingan efektifitas tindakan suction ETT dengan

lama suction 7 dan 10 detik terhadap perubahan saturasi oksigen.

D. Manfat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan media penerapan ilmu pengetahuan yang

telah di dapatkan dalam teori dan menambah wawasan, pengetahuan

dan pengalaman baru bagi peneliti hususnya mengetahui perbandingan

efektifitastindakan suction 7 dan 10 detik terhadap saturasi oksigen.

2. Bagi Institusi (Bidang Keperawatan)

Sebagai bahan informasi mengenai perbandingan efektifitas

tindakan suction antara 7 dan 10 detik terhadap saturasi oksigen pada

pasien yang terpasang ETT sehingga diharapkan dapat diterapkan

dalam institusi tersebut khususnya oleh perawat dalam meningkatkan

kualitas hidup pasien ICU.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

10

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

3. Bidang Ilmu Pengetahuan

Peneliti diharapkan dapat digunakan sebagai penunjang dalam

referensi ilmu dan dapat menambah pustaka tentang perbandingan

efektifitas tindakan suction snata 7 dan 10 detik terhadap saturasi

oksigen.

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kintong Berty I, et al (2014) Pengaruh

Tindakan Penghisapan Lendir Endotrakeal Tube (ETT) Terhadap

Kadar Saturasi Oksigen pada Pasien yang dirawat di Ruang ICU RSUP

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”. Variabel independen dalam

penelitian ini yaitu penghisapan lender endotrakeal tube (ETT)

sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu saturasi

oksigen. Metode penelitian ini adalah metode Pre Eksperimen dengan

menggunakan rancangan penelitian One-Group Pretest-Posttest

Design. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling,

dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan uji t-Test dengan confidence interval 95% dan

nilai α = 0,05. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan

adanya perbedaan kadar saturasi oksigen sebelum dan sesudah

diberikan tindakan penghisapan lender dimana terdapat selisih nilai

kadar saturasi oksigen sebesar 5,174 % dan nilai p-value =0,000 (α<

0.05). Kesimpulan, ada pengaruh tindakan penghisapan lendir ETT

terhadap kadar saturasi oksigen.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

11

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

2. Wijaya Rahmat Roni, (2015) dalam penelitiannya menjelaskan tentang

“Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien Kritis yang dilakukan

Tindakan Suction Endotrakecal Tube diICU RSUD Dr. Moewardi

Surakarta”. Metode penelitin ini menggunakan kualitatif, dengan

menggunakan pendekatan deskriptif fenomenologi, teknik analisis

yang digunakan yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan metode Collaizi. Teknik pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan metode purposive smpling. Hasil penelitian ini

setelah dilakukan tindakan suction pada pasien yang terpasang

endotracheal tube saturasi oksigen pasien mengalami penurunan

antara 4-10% Respon pasien saat terjadi perubahan saturasi oksigen

yaitu sesak napas, HR meningkat, PCO2 meningkat, gelisah, hipoksia

dan hiperventilasi.

3. Penelitian dilakukan oleh Suritno, dkk (2015) dengan judul “ Tindakan

Suction endotracheal dengan menggunakan kanul size 10 Fr dan 12 Fr

Terhadap Penurunan Saturasi Oksigen Pada Pasien yang terpasang

ventilator di ruang ICU RSUD Margono Soekarjo Purwokerto”.

Metode penelitian ini menggunakan uji quasy eksperimen dengan

pendekatan one group pretest-postest design. Sampel 30 orang yang

terpasang ventilator diruang ICU RSUD Margono Soekarjo

Purwokerto. Hasil idependent t test diketahui harga t hitung kanul size

12 Fr sebesar 2.431 dan nilai p-valune sebesar 0.000. bersadarkan

harga t table dengan df=28 pada taraf signifikan 5% sebesar 1.761,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

12

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

maka t hiung > t table (2.431>1.761) dan nilai p<0.05 (0.000<0.0.05).

Rata-rata Sp sesudah dilakukannya tindakan suction ETT

menunjukan penurunan yang signifikan dan terdapat perbdaan antara

Sp sebelum dilakukan tindakan suction ETT dengan sesudah

dilakukannya suction ETT.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Aliakbar Keykha, et al (2016) dengan

judul “Comparing the Effects of Standard Suction and Routine

Methods on Vital Signs, Arterial Blood Oxygen Saturation and Pain

Level of Patients Hospitalized at the Intensive Care Unit”. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian quasi-

eksperimental saat ini dilakukan selama tahun 2012 pada 80 pasien di

bawah mekanikventilasi dirawat di ICU di kota Zahedan. Pasien

dipilih secara purposif dan secara acak dibagi menjadi dua kelompok.

Dikelompok pertama, penyedotan dilakukan berdasarkan metode

standar yang direkomendasikan oleh asosiasi Amerika untuk

perawatan pernapasan(AARC) dan di kelompok kedua; itu dilakukan

berdasarkan perawatan rutin keperawatan. Data dikumpulkan dengan

menggunakan BehavioralSkala Nyeri (BPS) dan pemantauan tempat

tidur pasien dilakukan sebelum dan pada satu, lima, sepuluh dan lima

belas menit setelah penyedotan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penyedotan berdasarkan metode rutin menyebabkan lebih banyak rasa

sakit dan rasa sakit ini berlanjut selama 10 menitsetelah penyedotan

dan ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf · penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali dalam rentang

13

Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

kelompok pada satu dan lima menit (P = 0,000, P =0,000). Tanda-

tanda vital pada kedua kelompok meningkat setelah penyedotan dan

perubahan ini lebih banyak pada kelompok kedua, namun di sanatidak

ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Juga, tingkat

saturasi oksigen darah arteri meningkat setelah penyedotandi kedua

kelompok, tetapi perubahan ini lebih banyak di grup 1 dan ada

perbedaan signifikan antara pengukuran pada satu,lima, sepuluh dan

lima belas menit setelah penyedotan dan sebelum penyedotan (P =

0,00, P = 0,000, P = 0,000); namun di kelompok kedua,

tidakperbedaan yang signifikan diamati dalam tidak ada waktu (P>

0,05).