BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf ·...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9260/2/Siti Fatimah Isfiyanti BAB I.pdf ·...
1 Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat inap rumah
sakit dengan staf dan perlengkapan khusus ditunjukan untuk mengelola
pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa.
Perawatan setandar di Intensive Care Unit (ICU) memiliki ventilasi
mekanik untuk membantu usaha bernafas melalui Endotracheal Tube
(ETT) atau trakheostomi. Salah satu indikasi klinik pemasangan alat
ventilasi mekanik adalah gagal nafas (Musliha, 2010).
Salah satu tindakan perawatan di ruang ICU pada pasien yang
terpasangventilator adalah hisap lendir (suctionning). Penghisapan lendir
adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas dengan
menggunakan suatu cateter suction yang dimasukan melalui hidung atau
rongga mulut ke dalam faring atau sampai trakea. Suction atau
penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat
dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009).
Indikasi dilakukan penghisapan lendir adalah adanya sekret yang
menyumbat jalan nafas ditandai dengan hasil auskultasi ditemukan suara
crackles atau ronkhi, nadi dan laju pernafasan meningkat, sekresi terlihat
disaluran nafas atau rangkaian ventilator, dilakukan penghisapan lendir
2
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dan meningkatnya peak airway ressure pada mesin ventilator (Lynn,
2011).
Gagal nafas masih merupakan penyebab angka kesakitan dan
kematian yang tinggi diinstalasi perawat insentif.Gagal nafas terjadi bila
pertukaran oksigen terhadapa karbondioksida dalam parau-parau tidak
dapat memelihara laju konsumsi oksigen (O2)dan pembentukan (CO2)
dalam sel-sel tubuh.Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang
dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan meningkatan tekanan karbon dioksida
lebih besar dari 45 mmHg (Hiperkapina) (Brunner & Suddarth, 2009).
Salah satu kondisi yang dapat mengakibatkan gagal nafas adalah
obstruksi jalan nafas, termasuk obstruksi dari Endotrakeal Tube (ETT).
Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi yang tidak normal akibat ketidak
mampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekret yang kental
atau berlebih akibat penyakit infeksi, imobilisasi (Hidayat, 2005).
Hasil studi di Jerman dan Swedia melaporkan bahwa di Indonesia
gagal nafas akut pada dewasa 77,6 – 88,6 kasus/100.000 penduduk/tahun.
The America-European Consensus on ARDS menemukan insiden Acute
Respirasi Distress Syndrome antara 12,6 – 28,0 kasus/100.000
penduduk/tahun seta kematian akibat gagal nafas dilaporkan 40%.
Berdasarkan data peringkat 10 tidak menular (PTM) yang terfatal
penyebab kematian berdasarkan Case Fatality Raet (CFR) pada rawat inap
rumah sakit tahun 2010, angka kematian gagal nafas menempati peringkat
kedua sebesar 20,98% (Kementrian Kesehatan RI, 2012).
3
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Data yang diperoleh dari buku registrasi pasien RSUP Prof. Dr. D.
Kandou mulai dari bulan Jnuari-Oktober 2013 total pasien yang dirawat di
ICU adalah sebanyak 411 pasien dan yang menglami kejadian gagal nafas
sebanyak (32,1%). Rata-rata pasien yang dirawat di ICU adalah 41-42
pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami gagal nafas adalah 13-14
pasien/tahun serta 10-11 pasien/tahun meninggal akibat gagal nafas dan
dilakukan tindakan suction pada 16 pasien yang terpasang ETT dengan
pasien yang terdapat penumpukan sekret, setelah dilakukan tindakan
suction terdapat penurunan saturasi oksigen. Tindakan suction ETT dapat
memberikan efek samping antara lain terjadi penurunan kadar saturasi
oksigen > 5%. Sebagian responden yang mengalami penurunan kadar
saturasi oksigen secara signifikan pada saat dilakukan tindakan
penghisapan lender yaitu terdiagnosis dengan penyakit pada sistem
pernafasan. Enam komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan
penghisapan lender salah satunya adalah hipoksemia/hipoksia. Sehingga
pasien yang menderita penyakit pada sistem pernafasan akan sangat
rentang mengalami penurunan nilai kadar saturasi oksigen yang signifikan
pada saat dilakukan tindkan penghisapan lender, hal tersebut sangat
berbahaya karna bias menyebabkan gagal nafas.
Penelitian yang dilakukan Septimer & Novita, (2017)diICU Rumah
Sakit An-Nisa pada 5 pasien, 3 pasien dengan kesadaran somolen dengan
menggunakan OPA (Oropharyngeal Airway) yang perlu dilakukan
tindakan penghisapan lendir 2 diantaranya didapatkan adanya penurunan
4
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
saturasi pada saat dilakukan tindakan penghisapan lendir terdapat
penurunan 4%-5%.
Moggiore, et al (2013) dalam penelitiannya menjelaskan tentang
Decreasing the Adverse Sffects of Endotracheal Suctioning During
Mechanical Vantilation by Chaning Practice, dimana 46,8% responden
mengalami penurunan saturasi oksigen 6,5% disebabkan karna tindakan
suction. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
tindakan suction dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar saturasi
oksigen.
Malara, (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa adanya
perbandingan kadar saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukannya
tindakan penghisapan lendir. Hasil menunjukkan terjadi penurunan kadar
saturasi oksigen sebesr 5,174 %. Selain itu dalam hasil statistic t-Test pada
responden yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dimana nilai p-value =
0,000 (0.05).
Penelitian yang dilakukan oleh Suritno, dkk (2015), dengan judul
“Tindakan Suction Endotracheal Menggunakan Kanul Size 10 Fr dan 12
Fr Terhadap Penurunan Saturasi Oksigen Pada Pasien yang Terpasang
Ventilator di Ruang Icu RSUD Margono Soekarjo Purwokwerto”. Pada
penelitian ini menunjukan tindakan suction dengan menggunakan ukuran
kanul 10 Fr dan 12 Fr dengan jumlah sampel 30 orang yang terpasang
ventilator, rata-rata SpO2 sesudah dilakukannya tindaka suction ETT
5
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
menunjukan peneurunan yang segnifikan dan terdapat perbedan antara
SpO2 sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan suction ETT.
Penelitian yang dilakukan oleh Nizar Muhamad, dkk (2015)
dengan judul “Pengaruh Suction Terhadap Kadar Saturasi Oksigen pada
Pasien Koma diRuang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.Pada
penelitian ini menunjukan tindakan suction dilakukan sebanyak 4 kali
dalam rentang waktu 2 jam. Data pre saturasi oksigen diambil dari
tindakan suction yang pertama dan data post diambil dari tindakan suction
yang keempat selama waktu 10 detik nilai signifikan (p) adalah 0.000,
dimana nilai p>0.05. Artinya ada beda rata rata nilai saturasi oksigen
sebelum tindakan suction dan sesudah tindakan suction. Selisih saturasi
oksigen adalah -1.75, artinya nilai saturasi oksigen sebelum dilakukan
tindakan suction lebih kecil dibandingkan nilai saturasi oksigen setelah
dilakukan tindakan suction.
Penelitian yang dilakukan oleh Saifudin Zukhri, (2017) dengan
judul “Pengaruh Isap Lendir (Suction) Sistem Terbuka Terhadap Saturasi
Oksigen pada Pasien Terpasang Ventilator”. Pada penelitian ini pada
kelompok kontrol dalam waktu 5 detik rata-rata saturasi oksigen sebelum
dilakukan adalah 97,8±2,4 dan sesudahnya adalah 94,2±3,0 dengan rata-
rata selisih saturasi sebelum dan sesudah tindakan suction adalah 3,6±1,5.
Pada kelompok perlakuan sesudah tindakan suction waktu 10 detik rata-
rata saturasi oksigen sebelum dilakukan tindakan suction adalah 95,7±4,9
dengan rata-rata selisih saturasi oksigen sebelum dan sesudah tindakan
6
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
suction adalah sebesar 1,7±2,2. Ada perbedaan pengaruh suction selang
endotrakeal sistem terbuka yang dilakukan di ICU dengan isap lendir
selang endotrakeal sistem terbuka metode Credland terhadap saturasi
perifer oksigen pasien yang terpasang ventilator dengan nilai p = 0,014
(p<0,05).
Penelitian sebelumnya membandingkan bahwa pasien yang
dilakukan tindakan suction mengalami penurunan oksigen dengan rentang
waktu 5 detik dan 10 detik. Dalam penelitian yang dilakukan Keykha
Aliakbar et al, (2016) lama suction dilakukan 15 detik sampai 30 detik
dengan tekanan 120-150 mmHg dalam penelitian ini terdapat penurunan
saturasi oksigen. Ozeden er al. (2014) menggunakan lama suction 10-15
detik terdapat penurunan saturasi oksigen.
Berdasarkan penelitian diatas setelah selesai dilakukan
penghisapan sekret ETT pasien mengalami penurunan saturasi oksigen,
padahal seharusnya jika sekret ETT telah dihisap maka airway menjadi
lebih lancar, sehingga sirkulasi, ventilasi, perfusi dan transport gas
pernafasan ke jaringan lebih baik. Sumbatan jalan nafas dapat total dan
partial, jika tidak dikoreksi dalam watu 5 sampai 10 detik dapat
mengakibatkan hipoksia, henti nafas dan henti jantung. Oleh karna itu
harus segera memberikan penanganan awal karna lebih banyak korban
meninggal disebabkan kekurangan oksigen dari pada kelebihan
oksigen.Oleh karna itu hipoksemia dapat mematikan dalam watu 3-5
menit. Sedangkan oksigen toxicity baru menyebabkan kerusakan jantung
7
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
paru jika pemberian oksigen 100% yang terus menertus selama 12 jam
atau lebeih (Maranata, 2002).
Untuk kepatenan jalan nafas, penghisapan dari orofaring,
nasofaring dan trakea diperlukan pasien dengan saluran napas buatan,
terutama pada pipa sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang
adekuat (pre oksigenasi) sebab oksigen akan menurun selama proses
pengisapan pada pasien – pasien yang oksigennya sudah kurang. Pre
oksigen ini dapat menghindari hipoksemia yang berat dengan segala
akibatnya, sebab proses suction dapat menimbulkan hipoksemia.
Keadekuatan sirkulasi, ventilasi, perfusi dan transport gas pernafasan ke
jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perilaku. Faktor
yang paling berpengaruh adalah perilaku perawat saat melaksanakan
prosedur penghisapan sekret ETT, jika prosedur tidak sesuai dapat
mengakibatkan sekret tidak bisa keluar sehingga dapat mengakibatkan
hipoksia karena oksigenasi ke jaringan tidak adekuat akibat defisiensi
penghantaran oksigen atau penggunaan oksigen di seluler dengan tanda
dan gejala gelisah, penurunan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan
darah, frekuensi nadi dan sianosis, jika tidak ditangani akan
mengakibatkan kematian padahal gejala awal terjadinya hipoksia dapat
dilihat dari penurunan saturasi oksigen.
Berdasarkan penjelasan diatas, mengatakan bahwa pasien yang
dilakukan tindakan suction akan mengalami penurunan saturasi oksigen,
padahal seharusnya jika sekret ETT telah dihisap maka airway menjadi
8
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
lebih lancar, sehingga sirkulasi, ventilasi, perfusi dan transport gas
pernafasan ke jaringan lebih baik. Peneliti terdahulu yang telah disebutkan
diatas menggunakan lama suction 10 detik, 15 – 30 Detik dan 10 – 15
detik.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti akan melakukan
penelitian tentang Perbandingan Efektifitas Tindakan Suction
Endotracheal Tube (ETT) Selama 7 dan 10 detik Terhadap Saturasi
Oksigen Pada Pasien di ICU RSUD PROF. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya et al, (2015)
ditemukan bahwa hasil tindakan suction ETT mengalami penurunan
saturasi oksigen sebesar 4-10%. Response pasien saat tejadi perubahan
saturasi oksigen yaitu sesak nafas, HR meningkat, PCO2 meningkat,
gelisah, hipoksia dan hiperventilasi.
Dari hasil penelitian diatas yang dapat disimpulkan bahwa pasien
yang dilakukan tindakan suction mengalami penurunan saturasi oksigen.
Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui : “Perbandingan Efektifitas
Tindakan Suction Endotracheal Tube (ETT) Selama 7 dan 10 Detik
Terhadap Saturasi Oksigen pada Pasien diRuang ICU RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto”.
9
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan efektifitas tindakan suction ETT
dengan lama 7 dan 10 detik terhadap nilai saturasi oksigen di Ruang
ICU RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karaktristik responden
b. Mengetahui rata-rata pengaruh tindakan suction ETT dengan lama
suction 7 detik dan 10 detik terhadap perubahan saturasi oksigen.
c. Mengetahui perbandingan efektifitas tindakan suction ETT dengan
lama suction 7 dan 10 detik terhadap perubahan saturasi oksigen.
D. Manfat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan media penerapan ilmu pengetahuan yang
telah di dapatkan dalam teori dan menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman baru bagi peneliti hususnya mengetahui perbandingan
efektifitastindakan suction 7 dan 10 detik terhadap saturasi oksigen.
2. Bagi Institusi (Bidang Keperawatan)
Sebagai bahan informasi mengenai perbandingan efektifitas
tindakan suction antara 7 dan 10 detik terhadap saturasi oksigen pada
pasien yang terpasang ETT sehingga diharapkan dapat diterapkan
dalam institusi tersebut khususnya oleh perawat dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien ICU.
10
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Peneliti diharapkan dapat digunakan sebagai penunjang dalam
referensi ilmu dan dapat menambah pustaka tentang perbandingan
efektifitas tindakan suction snata 7 dan 10 detik terhadap saturasi
oksigen.
E. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Kintong Berty I, et al (2014) Pengaruh
Tindakan Penghisapan Lendir Endotrakeal Tube (ETT) Terhadap
Kadar Saturasi Oksigen pada Pasien yang dirawat di Ruang ICU RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”. Variabel independen dalam
penelitian ini yaitu penghisapan lender endotrakeal tube (ETT)
sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu saturasi
oksigen. Metode penelitian ini adalah metode Pre Eksperimen dengan
menggunakan rancangan penelitian One-Group Pretest-Posttest
Design. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling,
dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji t-Test dengan confidence interval 95% dan
nilai α = 0,05. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan
adanya perbedaan kadar saturasi oksigen sebelum dan sesudah
diberikan tindakan penghisapan lender dimana terdapat selisih nilai
kadar saturasi oksigen sebesar 5,174 % dan nilai p-value =0,000 (α<
0.05). Kesimpulan, ada pengaruh tindakan penghisapan lendir ETT
terhadap kadar saturasi oksigen.
11
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Wijaya Rahmat Roni, (2015) dalam penelitiannya menjelaskan tentang
“Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien Kritis yang dilakukan
Tindakan Suction Endotrakecal Tube diICU RSUD Dr. Moewardi
Surakarta”. Metode penelitin ini menggunakan kualitatif, dengan
menggunakan pendekatan deskriptif fenomenologi, teknik analisis
yang digunakan yang digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan metode Collaizi. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode purposive smpling. Hasil penelitian ini
setelah dilakukan tindakan suction pada pasien yang terpasang
endotracheal tube saturasi oksigen pasien mengalami penurunan
antara 4-10% Respon pasien saat terjadi perubahan saturasi oksigen
yaitu sesak napas, HR meningkat, PCO2 meningkat, gelisah, hipoksia
dan hiperventilasi.
3. Penelitian dilakukan oleh Suritno, dkk (2015) dengan judul “ Tindakan
Suction endotracheal dengan menggunakan kanul size 10 Fr dan 12 Fr
Terhadap Penurunan Saturasi Oksigen Pada Pasien yang terpasang
ventilator di ruang ICU RSUD Margono Soekarjo Purwokerto”.
Metode penelitian ini menggunakan uji quasy eksperimen dengan
pendekatan one group pretest-postest design. Sampel 30 orang yang
terpasang ventilator diruang ICU RSUD Margono Soekarjo
Purwokerto. Hasil idependent t test diketahui harga t hitung kanul size
12 Fr sebesar 2.431 dan nilai p-valune sebesar 0.000. bersadarkan
harga t table dengan df=28 pada taraf signifikan 5% sebesar 1.761,
12
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
maka t hiung > t table (2.431>1.761) dan nilai p<0.05 (0.000<0.0.05).
Rata-rata Sp sesudah dilakukannya tindakan suction ETT
menunjukan penurunan yang signifikan dan terdapat perbdaan antara
Sp sebelum dilakukan tindakan suction ETT dengan sesudah
dilakukannya suction ETT.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Aliakbar Keykha, et al (2016) dengan
judul “Comparing the Effects of Standard Suction and Routine
Methods on Vital Signs, Arterial Blood Oxygen Saturation and Pain
Level of Patients Hospitalized at the Intensive Care Unit”. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian quasi-
eksperimental saat ini dilakukan selama tahun 2012 pada 80 pasien di
bawah mekanikventilasi dirawat di ICU di kota Zahedan. Pasien
dipilih secara purposif dan secara acak dibagi menjadi dua kelompok.
Dikelompok pertama, penyedotan dilakukan berdasarkan metode
standar yang direkomendasikan oleh asosiasi Amerika untuk
perawatan pernapasan(AARC) dan di kelompok kedua; itu dilakukan
berdasarkan perawatan rutin keperawatan. Data dikumpulkan dengan
menggunakan BehavioralSkala Nyeri (BPS) dan pemantauan tempat
tidur pasien dilakukan sebelum dan pada satu, lima, sepuluh dan lima
belas menit setelah penyedotan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyedotan berdasarkan metode rutin menyebabkan lebih banyak rasa
sakit dan rasa sakit ini berlanjut selama 10 menitsetelah penyedotan
dan ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua
13
Perbandingan Efektifitas Tindakan…, SITI FATIMAH ISFIYANTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
kelompok pada satu dan lima menit (P = 0,000, P =0,000). Tanda-
tanda vital pada kedua kelompok meningkat setelah penyedotan dan
perubahan ini lebih banyak pada kelompok kedua, namun di sanatidak
ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Juga, tingkat
saturasi oksigen darah arteri meningkat setelah penyedotandi kedua
kelompok, tetapi perubahan ini lebih banyak di grup 1 dan ada
perbedaan signifikan antara pengukuran pada satu,lima, sepuluh dan
lima belas menit setelah penyedotan dan sebelum penyedotan (P =
0,00, P = 0,000, P = 0,000); namun di kelompok kedua,
tidakperbedaan yang signifikan diamati dalam tidak ada waktu (P>
0,05).