Trakeostomi Dan Suction

24
A. PENGERTIAN TRAKHEOSTOMI Trakheostomi adalah tindakan pembedahan dengan membuat insisi pada trachea untuk memasukkan pipa trakheostomi (tracheostomy tube), sehingga klien dapat bernafas melalui pipa tersebut (deWit, 1998:455). Trakheostomi meerupakan prosedur penyelamatan hidup (life-saving procedur) yang hanya dikerjakan ketika semua pilihan penatalaksanaan jalan nafas (airway management) tidak mungkin dilaksanakan (Black & Jacobs, 1997:1067). Prosedur ini dilakukan ketika pemasangan pipa endotrakheal (endotracheal tube) melalui hidung maupun mulut tidak mungkin atau sulit dilakukan (deWit, 1998:455). Walaupun demikian trakheostomi tidak hanya dilakukan sebagai prosedur darurat (emergency procedur). Prosedur ini juga dapat dilaksanakan secara terencana (elective operation). B. INDIKASI TRAKHEOSTOMI Trakheostomi dikerjakan atas indikasi sebagai berikut (Black & Jacobs, 1997:1067) :

description

health

Transcript of Trakeostomi Dan Suction

Page 1: Trakeostomi Dan Suction

A.     PENGERTIAN TRAKHEOSTOMI

Trakheostomi adalah tindakan pembedahan dengan

membuat insisi pada trachea untuk memasukkan pipa

trakheostomi (tracheostomy tube), sehingga klien dapat

bernafas melalui pipa tersebut (deWit, 1998:455).

Trakheostomi meerupakan prosedur penyelamatan hidup

(life-saving procedur) yang hanya dikerjakan ketika semua

pilihan penatalaksanaan jalan nafas (airway management) tidak

mungkin dilaksanakan (Black & Jacobs, 1997:1067). Prosedur

ini dilakukan ketika pemasangan pipa endotrakheal

(endotracheal tube) melalui hidung maupun mulut tidak

mungkin atau sulit dilakukan (deWit, 1998:455).

Walaupun demikian trakheostomi tidak hanya dilakukan

sebagai prosedur darurat (emergency procedur). Prosedur ini

juga dapat dilaksanakan secara terencana (elective operation).

B.     INDIKASI TRAKHEOSTOMI

Trakheostomi dikerjakan atas indikasi sebagai berikut (Black

& Jacobs, 1997:1067) :

a.       Dibutuhkan untuk penggunaan jalan nafas buatan (artificial

airway) yang lama

b.       Sumbatan jalan nafas bagian atas

c.       Perdarahan jalan nafas bagian atas

d.      Penurunan derajat kesadaran dan ketidak mampuan untuk

menjaga jalan nafas bagian bawah

e.       Ketidak mampuan untuk membersihkan jalan nafas bagian

bawah

f.        Dibutuhkan untuk ventilasi mekanik yang terus menerus

g.       Pemasangan pipa endotrakheal yang lam dapat menyebabkan

erosi dan infeksi

h.       Fraktur laring atau trachea

i.         Luka bakar jalan nafas (airway burns)

Page 2: Trakeostomi Dan Suction

C.           TUJUAN TRAKHEOSTOMI

Menurut deWit (1998:455) trakheostomi dikerjakan

untuk :

1.       Membantu atau mengontrol ventilasi mekanik yang

digunakan dalam waktu yang lama

2.       Menyediakan fasilitas penghisapan secret jalan nafas pada

klien yang tidak bisa batuk

3.       Mencegah aspirasi substansi mulut dan lambung (oral and

gastric substance) seperti pada klien tidak sadar atau paralysis

4.       Membuat jalan pintas (bypass) pada konstriksi atau obstruksi

jalan nafas (sebagai akibat darai ederma laring, adanya benda

asing atau tumor, prosedur pembedahan yang melibatkan leher,

luka bakar yang berat, trauma wajah atau dada)

D.     MACAM-MACAM PIPA TRAKHEOSTOMI

Terdapat berbagai macam pipa trakheostomi (tracheostomy

tube). Variasi ini meliputi komposisi bahan pembentuknya,

jumlah bagiannya, bentuknya dan ukurannya (Black & Jacobs,

1997:1067). Menurut bahan pembentuknya pipa trakheostomi

bisa terbuat dare semiflexible plastic, rigid plastic, atau metal.

Berdasarkan jumlah bagiannya pipa trakheostomi ada yang

disebut single cannula karena hanya memiliki satu cannula dan

double cannula karena memiliki dua cannula. Di samping itu

pipa trakheostomi ada yang memiliki balon (cuffed) yang bisa

dikembangkan dan ada yang tidak memiliki balon (uncuffed).

Pipa trakheostomi juga ada yang memiliki lubang di outer

cannula-nya yang disebut fenestrated tracheostomy tube.

Berbagai macam pipa trakheostomi tersebut tersedia dalam

berbagai ukuran dan derajat kelengkungan kurvanya. Sudut

kelengkungannya biasanya antara 50 sampai 90 derajat.

Page 3: Trakeostomi Dan Suction

Disamping itu pipa trakheostomi ada yang panjang dan ada

juga yang pendek.

Pemilihan pipa trakheostomi harus disesuaikan dengan kondisi

klien. Diameter pipa trakheostomi harus lebih kecil dibanding

lubang trachea. Diameter pipa trakheostomi yang terlalu besar

akan merusak mukosa dinding trachea dan menyebabkan

nekrosis. Tetapi diameter pipa trakheostomi juga tidak boleh

terlalu kecil, sehingga tidak mudah lepas. Disamping diameter,

panjang pipa trakheostomi juga harus dipertimbangkan. Pipa

yang terlalu pendek akan mudah lepas. Tetapi pipa yang terlalu

panjang akan mengenai karina dan akan merusaknya.

Berdasarkan bentuk dan kegunaannya, macam-macam pipa

trakheostomi dapat dijelaskan sebagai berikut (Black & Jacobs,

1997:1068) :

1.       Universal Tracheostomy Tube

Pipa trakheostomi yang paling umum adalah universal

tracheostomy tube yang memiliki tiga bagian, yaitu Outer

cannula with cuff, flange and pilot tube, inner cannula,

obsturator. Ketiga bagian ini digabung menjadi satu unit dan

tidak boleh tertukar dengan unit yang lain.

Outer cannula dimasukkan kedalam stoma trakheostomi agar

tetap terbuka, sehingga udara dapat melalui kanula tersebut.

Outer cannula memiliki flange atau neckplate yang memiliki

lubang untuk tali yang dapat diikatkan pada leher, sehingga

dapat mempertahankan posisi kanula.

Obsturator harus tetap berada di dalam outer cannula sebelum

dimasukkan ke dalam stoma trakheostomi. Ujung obsturator

yang bulat dan halus menghindari trauma pada saat

dimasukkan. Obsturator harus segera dilepas begitu outer

cannula sudah dimasukkan kedalam stoma. Letakkan

obsturator didalam tempatnya dan tempatkan diatas kepala

klien, sehingga mudah dijangkau. Hal ini akan dibutuhkan bila

Page 4: Trakeostomi Dan Suction

sewaktu-waktu outer cannula-nya lepas dan harus dimasukkan

lagi.

Begitu obsturator dilepaskan dare outer cannula, inner

cannula harus segera dipasang. Kunci pada tempatnya agar

tidak lepas. Inner cannula menjaga jalan nafas tetap terbuka

karena dapat dibersihkan lebih sering. Inner cannula dapat

diambil dan dibersihkan dengan mudah.

2.       Single-Cannula Tracheostomy Tube

Pipa trakheostomi tipe ini lebih ramping dibanding double-

cannula tube. Karena tidak memiliki inner cannula, sehingga

tidak dapat dibersihkan untuk membuang secret. Klien dengan

sibngle-cannula tube harus mendapatkan humidification yang

terus menerus untuk mencegah sumbatan oleh penumpukan

secret. Single-cannula tube yang lebih panjang digunakan

untuk klien dengan leher yang gemuk.

3.       Fenestrated Tracheostomy Tube

Dinamakan fenestrated tracheostomy tube karena memiliki

lubang (fenestration) pada dinding outer cannula, tepatnya di

curvatura posterior. Ketika inner cannula dilepas, lubang

(fenestration) akan dilewati udara, sehingga memungkinkan

klien untuk bersuara. Hal ini karena udara yang melalui lubang

tersebut akan menggetarkan pita suara, sehingga dapat

menimbulkan suara. Disamping itu, klien juga dapat batuk

lebih efektif. Prosedur ini digunakan pada :

a.       Klien yang sedang berada pada tahap penyapihan dare pipa

trakheostomi

b.       Klien yang membutuhkan pipa trakheostomi dalam jangka

waktu yang lama

Menurut Weilitz and Dettenmeier (1994) pemakaian

fenestrated tracheostromy tube tidak direkomendasikan untuk

klien yang beresiko terjadi aspirasi (Taylor, Lilis & LeMone,

1997:1346).

Page 5: Trakeostomi Dan Suction

4.       Talking Tracheostomy

Untuk kepentingan ini dibutuhkan katub satu arah (one-way

valve) yang diikatkan 15 mm pada ujung akhir inner cannula

pada universal tracheostomy tube. Model ini memungkinkan

klien berbicara tanpa harus melepas pipa trakheostomi. Hal ini

karena selama inspirasi udara dapat memasuki paru melalui

katub satu arah tersebut. Tetapi ketika ekspirasi, katub akan

menutup dan udara akan menggerakkan pita suara, sehingga

dapat digunakan untuk berbicara. Model ini juga

memungkinkan klien untuk batuk lebih efektif.

Talking tracheostomy ini tidak pernah digunakan bila tidak ada

ruangan di sekitar pipa trakheostomi yang memungkinkan

dilewatai udara untuk pernafasan. Sebelum penggunaan talking

tracheostomy ini balon pipa harus selalu dikempiskan.

Pengembangan balon beresiko terjadinya mati lemas

(suffocation).

5.       Communitrach Tube

Pipa jenis ini memungkinkan klien untuk berbicara, tetapi

membutuhkan koordinasi. Suatu pipa jalan udara (seperti pipa

kedua) berada diluar communitrach dan hanya membuka di

atas balon. Terdapat sebuah pintu pada akhir dare pipa tersebut.

Ketika pintu tersebut ditutup, maka udara yang tertekan akan

berjalan sepanjang pipa tersebut dan akan menimbulkan

getaran pada pita suara. Dengan demikian klien dapat

berbicara, walaupun tidak dengan suara yang normal.

6.       Tracheostomy Button

Tracheostomy button ini kadang-kadang digunakan selama

masa penyapihan. Tracheostomy button ini pendek dan

memiliki sumbat yang bisa dirubah (removable) dengan

penutup satu arah di dalamnya. Sumbat ini hanya

memungkinkan dilalui udara saat inspirasi. Udara ekspirasi

Page 6: Trakeostomi Dan Suction

akan melalui saluran nafas bagian atas. Dengan demikian klien

akan dapat berbicara.

7.       Permanent Tracheostomy

Pada umumnya klien dengan permanent tracheostomy

menggunakan universal tracheostomy tube yang tidak memiliki

balon (cuffles) atau Olimpic tracheostomy button. Untuk

meminimalkan (mengaburkan) penampilan pipa trakheostomi,

banyak klien yang menggunakan low-profile inner cannula.

8.       Metal Tracheostomy Tube

Pipa jenis ini terbuat dare sterling silver atau stainless steel.

Yang paling terkenal dare jenis ini adalah Jackson

tracheostomy tube. Pipa ini tidak memiliki balon (uncuffed).

Pipa metal paling sering digunakan mengikuti permanent

tracheostomy atau laringectomy. Inner cannula terkunci

bersama dengan outer cannula.

E.     KOMPLIKASI PEMAKAIAN PIPA

TRAKHEOSTOMI

Pemakaian pipa trakheostomi dapat menimbulkan berbagai

macam masalah, yaitu (Black & Jacobs, 1997:1070):

1.       Nekrosis Dinding Trakhea (Tracheal Wall Necrosis)

Nekrosis dapat terjadi antara dinding posterior trachea dan

esophagus. Keadaan ini disebut tracheoesophageal fistula.

Fistula ini memungkinkan udara memasuki lambung dan

menyebabkan distensi. Disamping itu juga dapat merangsang

terjadinya aspirasi cairan lambung (gastric contents). Fistula

ini paling sering terjadi pada pemakaian pipa trakheostomi

yang menggunakan balon dan digunakan bersama dengan pipa

nasogstric (nasogstric tube).

Nekrosis pada dinding anterior trachea dapat menyebabkan

erosi pada arteri. Tetapi kondisi ini jarang terjadi.

Page 7: Trakeostomi Dan Suction

2.                                     Dilatasi Trakhea (Tracheal Dilatation)

Pemakaian pipa trakheostomi dalam jangka waktu yang lama

dapat menimbulkan dilatasi trachea. Hal ini terutama pada

penggunaan pipa trakheostomi dengan balon. Dilatasi trachea

biasanya ditandai dengan dibutuhkannya penambahan udara

pada balon untuk memfiksasi pipa atau ditemukannya

pembengkakan pada dinding trachea pada rongten.

3.                                     Stenosis Trakhea (Tracheal Stenosis)

Stenosis trachea berupa suatau penyempitan saluran trachea

yang dapat terjadi antara 1 minggu sampai 2 tahun setelah

intubasi. Kondisi ini merupakan hasil dari bentukan bekas luka

yang mengalami keradangan.

4.       Sumbatan Jalan Nafas (Airway Obstruction)

Aliran udara melalui pipa trakheostomi dapat mengalami

penyumbatan oleh berbagai sebab. Mungkin disebabkan oleh

berubahnya posisi pipa atau karena terlalu besarnya

(overinflation) balon, sehingga menekan ujung pipa.

Disamping itu pembersihan kanula yang kurang adekuat dapat

menyebabkan penimbunan secret yang akan menyumbat jalan

nafas.

5.       Infeksi (Infection)

Trakheostomi meningkatkan resiko terjadinya infeksi.

Hal ini karena :

a.       Pemintasan system pertahanan jalan nafas bagian atas

(seperti penyaringan, penghangatan dan pelembaban udara)

b.       Penurunan mucociliary transport dan batuk termasuk

peningkatan tumpukan secret.

Page 8: Trakeostomi Dan Suction

Organisme yang sering menimbulkan infeksi adalah

Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya.

6.                                     Dekanulasi (Tube Removal)

Pipa trakheostomi yang tidak terikat dengan baik pada leher

dapat lepas dari stoma. Tetapi tipe pipa trakheostomi yang

standard telah memiliki bagian pengamanan yang sangat baik,

sehingga resiko dekanulasi biasanya sangat rendah. Dekanulasi

mungkin juga terjadi pada saat penggantian tali leher.

Disamping itu manipulasi pipa trakheostomi atau pengisapan

lendir (suctioning) dapat merangsang terjadinya batuk,

sehingga menimbulkan terjadinya dekanulasi. Dekanulasi yang

terjadi sebelum 4 hari akan menutup jalan udara, karena

saluran buatan belum terbentuk.

                           Emfisema Subkutan (Subcutaneous

Emphysema)

Emfisema subkutan dapat terjadi bila udara dari insisi

trakheostomi memasuki jaringan di bawah kulit dan berkumpul

di sekitar wajah, leher dan dada bagian atas. Pada daerah ini

nampak bengkak (puffy) dan pada penekanan ringan dengan

jari teraba dan terdengar crackless. Tetapi biasanya hal ini

bukan masalah yang serius, karena udara akan diserap oleh

tubuh.

F.      PENYAPIHAN DAN PELEPASAN PIPA

TRAKHEOSTOMI

                           Penyapihan dari pipa trakheostomi

Bagi klien yang tidak membutuhkan ventilasi mekanik

(mechanical ventilation), penyapihan dimulai melalui

pengempisan balon untuk menentukan kemampuan klien

Page 9: Trakeostomi Dan Suction

mengelola secret tanpa terjadi aspirasi karenanya. Pipa

trakheostomi yang telah dikempiskan kemudian dipertahankan

untuk beberapa waktu sambil mamantau kemampuan klien

untuk bernafas melalui saluran nafas bagian atas.Lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi ini

tergantung status pernafasan (respiratory status) dan rasa

percaya diri klien. Tetapi biasanya proses penyapihan ini

membutuhkan waktu 2 –5 hari.

Penyumbatan pipa trakheostomi biasanya dilakukan dengan

memasukkan sumbat trakheostomi (decannulatioan stopper)

kedalam outer cannula. Hal ini akan menutup pipa

trakheostomi dan aliran udara pernafasan akan melalui saluran

nafas yang normal.

Selama proses penyapihan ini, klien harus selalu dikaji untuk

tanda-tanda respiratory distress atau ventilation impairment.

Tanda-tanda tersebut antara lain :

a.       Pola dan frekuensi nafas yang abnormal

b.       Digunakannya otot-otot bantu pernafasan

c.       Nadi dan tekanan darah abnormal

d.      Warna kulit dan membran mukosa abnormal

e.       Analisa gas darah abnormal

Bila terdapat tanda-tanda tersebut di atas, segera hentikan

proses penyapihan dan buka kembali pipa trakheostomi.

2.      Pelepasan Pipa Trakheostomi (Decannulation)

Pipa trakheostomi dapat dilepas setelah klien sukses menjalani

masa penyapihan. Klien dikatakan sukses bila status dan fungsi

pernafasannya stabil dengan criteria sebagai berikut :

a.       Klien mampu bernafas dengan nyaman selama trakheostomi

disumbat (tracheostomy plugged)

b.       Hasil analisa gas darah menunjukkan tanda-tanda normal

c.       Klien mampu untuk batuk dan mengelola sekretnya

Pelepasan pipa trakheostomi dilakukan bila klien menunjukkan

criteria status dan fungsi pernafasan yang stabil tersebut selama

Page 10: Trakeostomi Dan Suction

lebih dari 24 jam. Pernafasan klien harus nyaman dan mantap

selama masa tersebut.

Setelah pipa trakheostomi dilepas, tutup stoma dengan kasa

steril yang kering. Bersihkan kulit sekitar stoma, mucus dengan

hydrogen piroxide, dan bilas dengan normal saline. Kemudian

daerah penyembuhan luka tersebut ditutup dengan kasa steril

yang kering. Kegiatan ini dilakukan setiap 8 jam sekali.

G.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian pada klien post operasi trakheostomi meliputi

(Smith & Duell, 1992:645) :

a.       Kemungkinan adanya secret yang kering atau basah di

sekitar kanula atau pada penutup luka (tracheal dressing)

b.       Kemungkinan adanya penumpukan secret

c.       Perawatan rutin trachea yang adekuat untuk klien

d.      Kemampuan klien untuk bernafas melalui saluran nafas yang

normal

e.       Status pernafasan klien : suara nafas, frekuensi nafas,

penggunaan otot-otot bantu pernafasan

f.        Kesulitan bernafas, pernafasan cuping hidung, retraksi dan

warna kuku

g.       Tanda-tanda vital

h.       Auskultasi suara paru

i.         Suara desisan kemungkinan kebocoran udara

j.               Pilot baloon, mengempis atau mengembang

Sementara itu menurut Tucker, et.al.(1992:279) pengkajian

atau temuan pada klien post trakheostomi antara lain :

1.             Pada pasien :

a.       Posisi trakheostomi

b.       Balon : ada, terkembang, kempis

c.       Ekspansi dada bilateral

Page 11: Trakeostomi Dan Suction

d.      Sputum: jumlah, karakter

e.       Stoma: nyeri, bengkak, drainase

f.        Kecemasan

g.       Ketakutan akan mati kehabisan nafas

h.       Tidak berdaya

i.         Hemoragi: gelisah, takikardi, takipne, pernafasan bising,

mengi, stridor, pucat, sianosis

j.         Emfisema subkutan atau mediastina

k.       Pneumotoraks

l.         Cidera pada tiroid, saraf laringeal

m.     Komplikasi trakheostomi: infeksi stoma, hemoragi stoma,

tekanan balon berlebihan

n.       Infeksi: peningkatan suhu tubuh, aspirasi purulen

                                                                                 Pada alat :

a.       Ukuran pipa trakheostomi

b.       Tipe pipa: punya balon atau tidak, fenestrated

suction

A.    Pengertian

Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk

mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan

terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara

mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu

mengeluarkannya sendiri.  ( Ignativicius, 1999 ).

Sebagian pasien mempunyai permasalahan di

pernafasan yang memerlukan bantuan ventilator mekanik dan

pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube), dimana pemasangan

ETT (Endo Trakeal Tube) masuk sampai percabangan bronkus

pada saluran nafas. Pasien yang terpasang ETT (Endo Trakeal

Tube) dan ventilator maka respon tubuh pasien untuk

mengeluarkan benda asing adalah mengeluarkan sekret yang

mana perlu dilakukan tindakan suction

Page 12: Trakeostomi Dan Suction

Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan

jalan nafas dengan memakai kateter penghisap melalui

nasotrakeal tube (NTT), orotraceal tube (OTT), traceostomy

tube (TT) pada saluran pernafasa bagian atas. Bertujuan untuk

membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum,

merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru. Prosedur

ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan

yang dapat menimbulkan spasme laring terutama sebagai

akibat penghisapan melalui trakea gangguan perdarahan,

edema laring, varises esophagus, perdarahan gaster, infark

miokard (Elly, 2000).

B.     Indikasi penghisapan sekret endotrakeal diperlukan

untuk

1.       Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenence)

a.       Pasien tidak mampu batuk efektif

b.      Di duga ada aspirasi.

2.      Membersihkan jalan napas (branchial toilet) bila ditemukan :

a.       Pada auskultasi terdapat suara napas yang kasar, atau ada

suara  napas tambahan.

b.      Di duga ada sekresi mukus di dalam sal napas.

c.       Klinis menunjukkan adanya peningkatan beban kerja sistem

pernapasan.

3.      Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium.

4.      Sebelum dilakukan tindakan radiologis ulang untuk evaluasi.

5.      Mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.

Penerapan prosedur suction diharapkan sesuai dengan

standar prosedur yang sudah ditetapkan dengan menjaga

kesterilan dan kebersihan agar pasien terhindar dari infeksi

tambahan karena prosedur tindakan suction. Adapun standar

yang digunakan di RS dr. Kariadi adalah (Protap RSUP Dr.

Kariadi, 2004)

C.    Standar alat

1.      Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap

pakai.

Page 13: Trakeostomi Dan Suction

2.      Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa.

3.      Pinset steril atau sarung tangan steril.

4.      Cuff inflator atau spuit 10 cc.

5.      Arteri klem.

6.      Alas dada atau handuk.

7.      Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam pinset.

8.      Kom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter.

9.      Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam kateter

yang sudah dipakai.

10.  Ambubag / air viva dan selang o2.

11.  Pelicin / jely

12.  Nacl 0,9 %

13.  Spuit 5 cc.

D.  Standar pasien.

1.      Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan

dilakuakan.

2.      Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan.

E.  Prosedur.

1.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

2.      Sebelum dilakukan penghisapan sekresi :

a.    Memutar tombol oksigen menjadi 100 %

b.    Menggunakan air viva dengan memompa 4–5 kali dengan

kosentrasi oksigen 15 liter.

c.    Melepaskan hubungan ventilator dengan ETT.

3.    Menghidupkan mesin penghisap sekresi.

4.    Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian

perlahan- lahan dimasukakan ke dalam selang pernafasan

melalui ETT.

5.    Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat

kateter dimasukkan ke ETT.

6.    Menarik kateter penghisap kira–kira 2 cm pada saat ada

rangsangan batuk untuk mencegah trauma pada carina

7.    Menutup lubang melipat pangkal, kateter penghisap

kemudian suction kateter ditarik dengan gerakan memutar.

Page 14: Trakeostomi Dan Suction

8.    Mengobservasi hemodinamik pasien.

9.    Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan

cara baging.

10.              Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien

untuk bernafas 3-7 kali.

11.              Masukkan Nacl 0,9 % sebanyak 3-5 cc untuk

mengencerkan sekresi.

12.              Melakukan baging.

13.              Mengempiskan cuff pada penghisapan sekresi terahir

saat kateter berada dalam ETT, sehingga sekresi yang lengket

disekitar cufft dapat terhisap.

14.              Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff

infaltor setelah ventilator dipasang kembali.

15.              Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian

rendam dengan cairan desinfektan dalam tempat yang sudah

disediakan.

16.              Mengobservasi dan mencatat

a.         Tensi, nadi, dan pernafasan.

b.        Hipoksia.

c.         Tanda perdarahan, warna, bau, konsentrasi.

d.        Disritmia.

F.   Komplikasi yang dapat terjadi akibat penghisapan sekret

endotrakeal sebagai berikut( Setianto, 2007):

1.  Hipoksia / Hipoksemia

2.  Kerusakan mukosa bronkial atau trakeal

3.  Cardiac arest

4.  Arithmia

5.  Atelektasis

6.  Bronkokonstriksi / bronkospasme

7.  Infeksi (pasien / petugas)

8.  Pendarahan dari paru

9.  Peningkatan tekanan intra kranial

10.  Hipotensi

11.  Hipertensi

Page 15: Trakeostomi Dan Suction

G.  Evaluasi dari hasil yang diharapkan setelah melakukan

tindakan

penghisapan sekret endotrakeal adalah (Setianto, 2007):

1.    Meningkatnya suara napas

2.    Menurunnya Peak Inspiratory Pressure, menurunnya

ketegangan saluran pernapasan, meningkatnya dinamik

campliance paru, meningkatnya tidal volume.

3.    Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau

saturasi oksigen yang bisa dipantau dengan pulse oxymeter

4.     Hilangnya sekresi pulmonal.