BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional,...

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadan Pasar Tradisional dalam beberapa tahun terakhir ini mulai menghadapi ancaman bahkan dikhawatirkan akan semakin banyaknya yang bangkrut atau gulung tikar, karena tidak mampu bersaing dengan banyaknya Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang sangat meningkat hingga sampai kepelosok pemukiman warga. Masyarakatpun tampaknya lebih memilih berbelanja di pasar-pasar modern, dengan alasan beberapa pertimbangan seperti kenyamanan, kebersihan, kualitas barang, sampai pada alasan karena gengsi. Tetapi pasar tradisional ini tidak mungkin ditiadakan karena sebagian besar masyarakat masih berada pada kondisi ekonomi menengah kebawah. Sehingga pada akhirnya tidak ada daya beli yang cukup besar untuk terus menetus berbelanja di pasar-pasar modern. Dengan hilangnya pasar-pasar tradisional yang ada maka berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah, seperti bertambahnya pengangguran, menurunnya daya beli diakibatkan oleh tingkat pendapatan perkapita yang semakin menurun, lemahnya sektor-sektor perdagangan informal dan terhambatnya lajur distribusi kebutuhan pokok lainnya. Yang pada akhirnya akan mengakibatkan pada merosotnya omzet pasar tradisional. 1 Secara Normatif Kebijakan dalam Penataan Pasar telah diwadahi dalam Perda Kota Bandung No. 2 Tahun 2009 Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Namun Perda ini belum memuat konsep penataan pasar secara komprehensif, karena belum semua tertata. Dalam Bab VI mengenai Lokasi dan Jarak tempat usaha Perdagangan pada pasal 20 yang berbunyi bahwa dalam penyelenggaraan pusat perbelanjaan dan Toko modern harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1 www.academia.edu/24134471 (12:05, Kamis 04 Oktober 2018).

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional,...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadan Pasar Tradisional dalam beberapa tahun terakhir ini mulai menghadapi

ancaman bahkan dikhawatirkan akan semakin banyaknya yang bangkrut atau gulung tikar,

karena tidak mampu bersaing dengan banyaknya Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang

sangat meningkat hingga sampai kepelosok pemukiman warga. Masyarakatpun tampaknya

lebih memilih berbelanja di pasar-pasar modern, dengan alasan beberapa pertimbangan

seperti kenyamanan, kebersihan, kualitas barang, sampai pada alasan karena gengsi. Tetapi

pasar tradisional ini tidak mungkin ditiadakan karena sebagian besar masyarakat masih

berada pada kondisi ekonomi menengah kebawah. Sehingga pada akhirnya tidak ada daya

beli yang cukup besar untuk terus menetus berbelanja di pasar-pasar modern. Dengan

hilangnya pasar-pasar tradisional yang ada maka berdampak pada pertumbuhan ekonomi

suatu daerah, seperti bertambahnya pengangguran, menurunnya daya beli diakibatkan oleh

tingkat pendapatan perkapita yang semakin menurun, lemahnya sektor-sektor perdagangan

informal dan terhambatnya lajur distribusi kebutuhan pokok lainnya. Yang pada akhirnya

akan mengakibatkan pada merosotnya omzet pasar tradisional.1

Secara Normatif Kebijakan dalam Penataan Pasar telah diwadahi dalam Perda Kota

Bandung No. 2 Tahun 2009 Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

Toko Modern. Namun Perda ini belum memuat konsep penataan pasar secara komprehensif,

karena belum semua tertata. Dalam Bab VI mengenai Lokasi dan Jarak tempat usaha

Perdagangan pada pasal 20 yang berbunyi bahwa dalam penyelenggaraan pusat perbelanjaan

dan Toko modern harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1 www.academia.edu/24134471 (12:05, Kamis 04 Oktober 2018).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

a. Minimarket, berjarak minimal 0,5 Km dari pasar Tradisional dan 0,5 Km dari usaha kecil

sejenis yang terletak dipinggir kolektor/arteri;

b. Supermarket dan departement store, berjarak minimal 1,5 Km dari pasar tradisional

yang terletak dipinggir kolektor/arteri;

c. Hypermarket dan perkulakan, berjarak minimal 2,5 Km dari pasar tradisional yang

terletak dipinggir kolektor/arteri;

d. Minimarket, yang terletak dipinggir jalan lingkungan dengan luas gerai s/d 200m,

berjarak minimal 0,5 Km dari pasar tradisional dan usaha kecil sejenis;

e. Penempatan pedagang tradisional berjarak dalam rangka kemitraan dilarang

menggunakan ruang milik jalan; dan

f. Pengaturan jalan sebagaimana ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 tidak berlaku untuk

kawasan pusat primer.2

Dalam menghadapi kondisi persaingan yang sudah tidak seimbang antara pasar

tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah

berupaya untuk memperbaiki dari mulai penampilan pasar tradisional, yang dicitrakan

selama ini kotor, kumuh, semerawut dan kadang tidak ada kepastian harga. Upaya

renovasipun telah dilakukan dan sudah menjadi program pemerintah kota bandung untuk

memperbaiki pasar-pasar tradisional ini yang kehilangan para pelanggan atau pembelinya.

Dengan menjalin kerjasama bersama investor, pemerintah kota bandung telah melakukan

revitalisasi terhadap pasar tradisional, seperti pasar kebon kelapa, pasar kosambi, pasar baru,

dan pasar gede bage. Akan tetapi upaya ini ternyata berujung pada permasalahan baru

banyak pedagang yang memilih berjualan diluar kompleks pasar karena didalam tidak laku,

terutama jika pasar yang bangunannya lebih dari satu lantai. Ketidakpuasan juga dirasakan

oleh koperasi pasar (koppas) yang merasa “tersingkirkan” karena sudah tidak lagi dilibatkan

2 Peraturan Daerah Kota Bandung No. 2 Tahun 2009.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

dalam pengelolaan pasar oleh pengelola pasar yang baru. Pengelola pasar yang baru dinilai

lebih meningkat pada laba, sehingga merugikan koppas karena sumber-sumber dari

pendapan koppas yang biasanya diperoleh melalui jasa kebersihan, pemeliharaan WC dan

listrik sekarang diambil alih pengelola baru.

Kondisi inilah yang melatar belakangi perlunya pengkajian mengenai kebijakan

pengelolaan pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. Pengelolaan pasar ini

memerlukan desain kebijakan yang komfrehensif karena itu perlu dilakukan kajian dengan

metode analisis kebijakan sehingga hasil penelitian dapat pertimbangan utama bagi perumus

kebijakan dalam formulasi kebjiakan. Fokus penelitian ini yaitu kebijakan apa yang perlu

diambil atau dilakukan pemerintah Kota Bandung agar penataan atau pengelolaan pasar

modern tidak semakin menurunkan omzet para pedagang tradisional tetapi justru harus

meningkatkan daya saing mereka.

Penelitian ini menyoroti masalah kebijakan penataan pasar modern dalam hal ini

minimarket,supermarket, hypermarket dan toko modern lainnya yang belum sesuai dengan

harapan. Banyak ditemukan pelanggaran yang sering menyebabkan para pedagang

tradisional tersudutkan berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pelaksanaan atau

implementasi kebijakan penataan minimarket, supermarket, hypermarket dan toko modern

lainnya belum berjalan sesuai dengan harapan, perkembangan usaha toko modern masih

mendominasi perekonomian masyarakat, belum ada usaha yang berhasil secara signifikan

memberdayakan para pedagang tradisional agar siap bersaing merebut pasar potensial yaitu

konsumen yang bermukim disekitar kawasan perumahan tersebut.

Pelanggaran-pelanggaran masih saja terjadi, di daerah cicadas saja masih ada 3

sampai 4 pendirian toko-toko modern atau pusat perbelanjaan yang memang jarak dan

lokasinya masih belum sesuai dengan ketentuan yang sudah tertera dalam Perda Kota

Bandung No. 2 Tahun 2009 dalam bab VI pasal 20, dan bisa diperkirakan ada beberapa

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

pusat perbelanjaan dan toko modern yang sudah berdiri disana ada alfamart, indomart dan

pusat perbelanjaan lainnya yang memang masih belum sesuai dengan ketentuan dan syarat

yang ada yang seharusnya jarak dan lokasi toko modern dengan pasar tradisional itu berjarak

0,5 Km dan usaha kecil sejenisnya yang terletak dipinggir kolektor/arteri salah satunya dari

jajaran Pasar Cikutra Cicadas ada yang bahkan hanya berjarak 6-8 m saja. Sehingga pada

akhirnya tidak bisa dipungkiri dari keberadaan toko-toko dan pusat perbelanjaan modern ini

akan Berdampak pada penurunan omzet yang sangat tajam yang menurut beberapa

pedagang tradisional atau usaha kecil lainnya salah satunya menurut Ibu nina, Ibu Tati, Teh

Titin dan Ibu Yani pada (Tanggal 10 0ktober 2018) melampaui angka 30%, 35%, 55%

bahkan ada yang sampai 70% yang membuat pelaku ekonomi yang lemah ini tersudutkan

dan tidak sedikit yang gulung tikar.3

Penulis ingin meninjau permasalahan ini dari Siyasah Maliyah. Siyasah Maliyah yaitu

Kebijakan Hukum yang dibuat Pemerintah menyangkut Pembangunan Ekonomi untuk

menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat dengan menjadikan nilai-nilai syariat islam

sebagai ukurannya.4

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik mengadakan penelitian lebih jauh lagi dalam

bentuk skripsi mengenai:“Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2

Tahun 2009 Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Modern Yang Berdampak Pada Menurunnya Omzet Pedagang Pasar Tradisional Di

Cicadas Di Tinjau Dari Siyasah Maliyah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas tampak bahwa terdapat

kesenjangan antara pendirian Pusat Perbelanjaan dan toko modern dengan Perda dan

Pelaksanaan dilapangan. Maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

3 www.academia.edu/24134471 ,(12:05, kamis 04 Oktober 2018).

4 Ija, Suntana, Politik Ekonomi Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2010, hal. 13.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

1. Bagaimana Pelaksanaan Prosedur Pendirian Toko Modern menurut Peraturan Daerah

No. 2 Tahun 2009 di Kota Bandung?

2. Bagaimana Dampak dari Berdirinya Toko Modern Terhadap Omzet Pedagang Pasar

Tradisional di Cicadas?

3. Bagaimana Tinjauan Siyasah Maliyah Terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota

Bandung No. 2 Tahun 2009 Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

Toko Modern di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Prosedur Pendirian Toko Modern Menurut Peraturan

Daerah Kota Bandung No. 2 Tahun 2009 di Kota Bandung;

2. Untuk Mengetahui Dampak dari Berdirinya Toko Modern Terhadap Omzet Pedagang

Pasar Tradisional di Cicadas;

3. Untuk Mengetahi Tinjauan dari Siyasah Maliyah Terhadap Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Bandung No. 2 Tahun 2009 Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Pasar Modern di Kota Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diperoleh dari suatu penelitian yakni menggambarkan nilai dan

kualitas penelitian. Dan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu karya

tulis yang secara sederhana memaparkan tentang Pentingnya Penataan Pasar Tradisional,

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern serta andil Negara dalam memberikan jaminan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam menyangkut pembangunan.

Adapun manfaat yang bisa didapatkan diharapkan dalam penelitian tulis ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

a. Memberikan sumbangan pemikiran dasar, pedoman, landasan bagi penelitian lebih

lanjut;

b. Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan wawasan terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum tata Negara.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan suatu informasi kepada pemerintah mengenai Penerapan dan Penataan

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Moder dan sebagai bahan masukan

bagi para pembentuk Undang-undang (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)

diharapkan lebih memperhatikan perihal Penataan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern di Kota Bandung.

E. Kerangka Pemikiran

Pasar Tradisional sangatlah penting bagi masyarakat sekitar. Namun apabila

pengelolaan dan penataan antara Toko modern, Pusat perbelanjaan dan Pasar Tradisional

tidak merata akan membuat salah satu dari pasar tersebut merasa dirugikan dan pada

akhirnya terjadi pada penurunan omzet pada pasar tradisional. Sehingga perlu adanya

pengelolaan dan penataan yang baik dan signifikan. Sehingga untuk pasar tradisional bisa

tetap bertahan dan bisa bersaing dengan pasar- pasar modern yang semakin kesini semakin

banyak

Pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan mengenai persoalan ini salah

satunya yaitu dengan merenovasi dan membangun gedung-gedung yang lebih bagus, bersih

dan lain sebagainnya, dan bertujuan agar pasar tradisional dapat bersaing dengan toko-toko

modern yang ada. Namun pada kenyataannya masih banyak pedagang-pedagang tradisional

yang merasa bahwa malah dengan adanya pembangunan baru seperti itu lebih mempersulit

pedagang kecil atau tradisional itu. Bagaimana untuk menyewa gedung baru yang lebih

bagus, mewah, bersih untuk makan saja atau penghasilan mereka saja tidak cukup karena

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

mengurangnya pelanggan yang berpindah dari pasar tradisional ke pasar modern. Padahal

menurut salah satu pedagang jiga melihat barang sama saja, bahkan di pasar-pasar

tradisional lebih murah dan terjangkau di banding toko-toko modern yang lebih murah

karena memang mungkin dari bayar tempat atau pajaknya lebih besar.

Bagi pembeli sebenarnya memberikan kepuasan saat belanja berupa kondisi pasar

lebih nyaman dan bersih dimana tidak kumuh, kotor, becek, pengap, dengan begitu para

konsumenpun merasa aman, akses menuju pasar tidak macet dan fasilitas-fasilitas bagi

konsumen sudah tersedia seperti tempat parkir yang lebih luas, WC umum dan lain

sebagainya.

Bagi pemerintah, kebijakan terhadap pengelolaan pasar yang telah dilakukan renovasi

ini memang sengaja untuk meningkatkan kualitas daya saing antara pasar tradisional dan

toko modern, agar dengan adanya renovasi pasar ini tidak akan menghilangkan pelanggan

atau pembeli. Dan bisa meringankan beban atau masalah-masalah dan keluhan yang

dirasakan warganya. (Studi Kasus).

1. Pemerintah

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan

menerapkan hukum serta undang-undang diwilayah tertentu. 5 Pemerintah daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat

daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara kesatuan republik Indonesia tahun 1945.

2. Pelaksanaan

Menurut Westra pelaksanaan adalah sebagian dari suatu usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan

5 https://id.m.wikipedia.org/wiki/pemerintahan (12:05, Kamis 04 Oktober 2018).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

dengan melengkapi semua kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, dimana tempat

melaksanakannya dan juga kapan waktu dimulainya.6

3. Penataan

Penataan berarti proses, cara, perbuatan menata, pengaturan serta penyusunan7

Penataan adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan untuk semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, serasi, selaras,

seimbang dan berkelanjutan, serta keterbukaan, persamaan keadilan dan perlindungan

hukum8

4. Omzet

Omzet adalah suatu keseluruhan nilai total dari sebuah produk yang dijual. Istilah dari

omzet ini pula bisa dikatakan sebagai hasil atau pendapatan kotor yang belum dikurangi

dengan biaya modal. Contohnya produksi, gaji pegawai dan lain sebagainya.9

5. Siyasah Maliyah

Mengenali perjalanan sejarah penerapan fiqh menurut bahasa adalah “faqiha,

yafqahu, fiqhan” yang artinya mengerti atau paham. Menurut Rasyid Ridha mengatkan pula

bahwa dalam Al-Qur‟an banyak ditemukan kata fiqh yang artinya ialah paham yang

mendalam dan amat luas terhadap segala hakikat, yang dengan fiqh itu seorang „alim dapat

menjadi ahli hikmah (filosof), pengamal yang memiliki sikap yang teguh.10

istilah. Fiqh

siyasah itu sendiri (A. Djazuli, 2003:39) adapun pengertian fiqh

Siyasah secara harfiyah Al-Siyasah dari kata :

سا س يسو س سىا سة

6 www.pengertianpakar.com/2014/12 (12:05, Kamis 04 Oktober 2018)

7 https://www.apaarti.com/penataan.html (12:05, Kamis 04 Oktober 2018)

8 Kamus Tata Ruang, Edisi 1 :1997

9 https://infopeluangusaha.org/pengertian (12:05, Kamis 04 Oktober 2018)

10 Beni, Ahmad Saebani. Dan Januri. “Fiqh Ushul Fiqh” Bandung, Pustaka Setia, 2008, hal. 13.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

“ Mengatur, Mengendalikan, Mengurus atau Membuat keputusan”

Sedangkan secara istilah pengertian siyasah adalah :

تد بير مصا نح ا نعبا د عهي و فق ا نشر ع

" pengurus kemaslahatan umat manusia sesuai dengan syara’ “

Fiqh siyasah membahas tentang bagimana hubungan antara seorang pemimpin dengan

yang dipimpinnya. Atau juga lembaga-lembaga kekuasaan didalam masyarakat dengan

rakyatnya.

Siyasah Maliyah (Politik Ekonomi Islam) mengatur tentang pemasukan, pengelolaan

dan pengeluaran uang milik negara. Dalam siyasah maliyah terdapat 3 faktor yang

berhubungan diantaranya : rakyat, harta dan pemerintahan atau kekuasaan. Didalam siyasah

membicarakan bagaimana cara-cara kebijakan harus diambil untuk mengharmoniskan dua

kelompok itu, agar kesenjangan antara orang kaya dan miskin tidak semakin lebar.

Adapun prinsip-prinsip tentang harta, didalam memenuhi kebutuhan manusia didunia

dan allah telah menyediakan bumi, langit dan segala yang ada didalamnya untuk manusia

seluruhnya. Prinsip pertama : harta kekayaan jangan sampai hanya ada atau dimiliki oleh

segolongan kecil masyarakat terdapat dalam Q.S Al- Hasyr Ayat : 7

Artinya : “Supaya Harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara

kamu”

ديج بن افع عنر سول ان قيم قم خ مل عق ا طي ب ا انك سب يهللا ا ي ار ع و كم بي ي دهب جم ر م

ور برو

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

Artinya: “Dari Rafi bin Khadij Berkata Rasulullah ditanya, Wahai Rasulullah Pekerjaan apa

yang paling baik? Beliau menjawab, usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan jual beli

yang baik” (Ahmad,1998;1244)

Dari hadist diatas menganjurkan bahwa manusia agar mau berusaha meperoleh harta

dengan bekerja, bahkan Rasulullah memberikaan sebuah aprresiasi kepada orang dalam

bekerja yang giat sebagai orang yang cinta allah serta ia bagaikan otrang yang berjuangan

dijalan allah SWT dan itu sudah ada.

F. Penelitian Terdahulu

a. Sebelumnya pernah ada yang meneliti, terkait masalah penataan pasar dan hampir sama

judulnya “Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Minimarket di sekita Pasar

Tradisional Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2 Tahun 2009 Tentang

Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern” (Studi Daerah

antapani). Permasalahan yang dibahas disini diantaranya:1). Bagaimana Implementasi

Kebijakan Pemerintah Kota Bandung dalam Penataan Minimarket?, 2). Bagaimana

Perlindungan Hukum terhadap pasar tradisional ditengah ekspansi toko modern?, 3).

Upaya apa yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Bandung agar pasar Tradisional

tidak tergusur oleh pasar Modern?

b. Hadi Sucipto (2017) “ Pengaturan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Modern dalam Mewujudkan Persaingan Usaha yang Sehat Menurut Hukum Positif

Indonesia”. Dilihat dari Realisasinya, Model Pengaturan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern dalam Mewujudkan Persaingan Usaha yang Sehat

menurut Hukum Positif Indonesia yaitu menggunakan prinsif manfaat, adil dan merata,

kemitraan, kejujuran usaha, persaingan sehat dan memberdayakan perekonomian

masyarakat yang berkelanjutan. Serta terkait pelaksanaan Peraturan Daerah kota

Mataram Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

Swalayan di Kota Mataram saat ini Belum Maksimal dilaksnakan karena jarak antara

Pasar Tradisional Dengan toko Modern di Kota Mataram belum sesuai amanat Perpres

maupun Permendag, sehingga belum ada singkronisasi antara perpres dan permendag

maupun dengan Perda Mataram.

c. Rizalul Bachtiar (2017) “ Pelaksanaan Kebijakan Tentang Penataan Toko Modern

Dengan Pasar Tradisional Di Kecamatan Gunungpati Kota Senarang”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak dari keberadaan toko modern

terhadap toko tradisional yang memang dijelaskan disini memang terlalu berdampak

signifikan namun jika melihat dari pelaksanaan regulasi atau peraturan perundang-

undangan yang ada belum sesuai yang tertera. Dalam Peraturan Daerah kota Semarang

Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penataan Toko Modern dan Peraturan Wali kota

Semarang Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Penataan Toko Modern Minimarket Kota

Semarang sebagai regulasi atau yang mengatur tentang zonasi maupun jarak pendirian

toko modern tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kenyataannya memang masih

banyak pendirian toko modern yang berdekatan pasar Tradisional Gunungpati. Jarak

antara toko modern dan pasar tradisional gunungpati kurang dari radius 500 meter selain

itu juga dipasar Krempyeng kecamatan gunungpati juga terdapat hal yang sama.

Pengawasan yang terkait mengenai toko modern secara normatif sudah diatur dalam

Perundang-undangan, pelaksanaan aturan Perundang-undangan terkait pengawasan toko

modern dilakukan oleh pemerintah Semarang melalui Dinas Perdagangan Kota

Semarang yaitu dengan melakukan monitoring dan evaluasi. Permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini : 1). Bagaimana Pelaksanaan Regulasi Tentang Zonasi Toko

Modern dan Pasar Tradisional di Kota Semarang?, 2). Bagaimana Pengawasan Pendirian

Pasar Modern di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

Perbedaan Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah Dari Ketiga Penelitian

Terdahulu itu bisa disimpulkan bahwa ketiganya memiliki kesamaan dan perbedaan dari

Mulai persamaan pembahasan mengenai Penataan Pasar, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Modern. Dan perbedaanya bisa dilihat dari rumusan masalah yang dibahas serta pasal yang

digunakan dalam tiap permasalahan. Penelitian ini lebih terfokus pada Penataan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Moder menurut Perda kota Bandung Nomor 2

Tahun 2009 mengenai jarak.

G. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Metode Penelian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu

metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas pariwisata pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian

deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh secara langsung melalui

observasi dan wawancara langsung di lapangan yaitu di Dinas Perdagangan dan Industri

(Disdagin) yang bertempat di jalan Pamokolan Kota Bandung dan Pasar Cicadas Kota

Bandung.

b. Data Sekunder

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa buku referensi, surat kabar,

makalah, laporan penelitian dokumen, Informasi dari Internet dan sebagainya yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti11

3. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, yaitu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari

orang-orang dan perlaku yang dapat diamati mengenai:

a. Pelaksanaan Prosedur Kebijakan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 2 Tahun 2009.

b. Dampak dari Berdirinya Toko Modern Terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di

Cicadas.

c. Tinjauan Siyasah Maliyah Tentang Kebijakan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2009

Tentang Penataan Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Bandung.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data yang Peneliti Gunakan adalah:

a. Observasi

Pada saat melakukan observasi, peneliti juga bisa ikut berpartisipasi atau hanya

mengamati orang-orang yang sedang melakukan suatu kegiatan tertentu yang diobservasi.

b. Wawancara atau interview

Wawancara atau interview yang dilakukan oleh peneliti adalah proses Tanya jawab

dalam penelitian yang langsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka

11

Ibid hal 17.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah berupaya

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan yang

berhubungan dengan penelitian.

c. Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk mencai data terkait Penataan

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Cicadas Kota Bandung.

5. Analisis Data

Supaya Data yang tercecer mudah dipahami Peneliti dan enak dinikmati sebagai

temuan yang dirasakan orang lain. Dalam melakukan analisis data Peneliti akan

menggunakan Metode Deskriptif yakni mendeskripsikan data yang diperoleh melalui

sumber data Primer dan Sekunder tersebut. Karena penelitian ini kualitatif maka disebut

dengan penelitian Deskriptif Kualitatif. Dengan kualitatif peneliti tidak hanya

menggambarkan akan tetapi juga menjelaskan tingkat status fenomena.

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi data adalah proses mengolah data dari lapangan dengan memilih dan memilah

dan menyederhanakan data dengan serangkaian yang penting-penting sesuai dengan

fokus masalah penelitian.

b. Menyajikan data, untuk lebih menyistematikakan data yang telah direduksi sehingga

terlihat sosoknya yang lebih utuh.

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi dilakukan sejak awal terhadap data yang diperoleh,

tetapi kesimpulannya masih kabur (bersifat tentatif), diragukan tetapi semakin

bertambahnya data maka kesimpulan itu lebih “ground”.