BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional,...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/20330/5/4_bab1.pdf · tradisional,...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadan Pasar Tradisional dalam beberapa tahun terakhir ini mulai menghadapi
ancaman bahkan dikhawatirkan akan semakin banyaknya yang bangkrut atau gulung tikar,
karena tidak mampu bersaing dengan banyaknya Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang
sangat meningkat hingga sampai kepelosok pemukiman warga. Masyarakatpun tampaknya
lebih memilih berbelanja di pasar-pasar modern, dengan alasan beberapa pertimbangan
seperti kenyamanan, kebersihan, kualitas barang, sampai pada alasan karena gengsi. Tetapi
pasar tradisional ini tidak mungkin ditiadakan karena sebagian besar masyarakat masih
berada pada kondisi ekonomi menengah kebawah. Sehingga pada akhirnya tidak ada daya
beli yang cukup besar untuk terus menetus berbelanja di pasar-pasar modern. Dengan
hilangnya pasar-pasar tradisional yang ada maka berdampak pada pertumbuhan ekonomi
suatu daerah, seperti bertambahnya pengangguran, menurunnya daya beli diakibatkan oleh
tingkat pendapatan perkapita yang semakin menurun, lemahnya sektor-sektor perdagangan
informal dan terhambatnya lajur distribusi kebutuhan pokok lainnya. Yang pada akhirnya
akan mengakibatkan pada merosotnya omzet pasar tradisional.1
Secara Normatif Kebijakan dalam Penataan Pasar telah diwadahi dalam Perda Kota
Bandung No. 2 Tahun 2009 Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern. Namun Perda ini belum memuat konsep penataan pasar secara komprehensif,
karena belum semua tertata. Dalam Bab VI mengenai Lokasi dan Jarak tempat usaha
Perdagangan pada pasal 20 yang berbunyi bahwa dalam penyelenggaraan pusat perbelanjaan
dan Toko modern harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1 www.academia.edu/24134471 (12:05, Kamis 04 Oktober 2018).
a. Minimarket, berjarak minimal 0,5 Km dari pasar Tradisional dan 0,5 Km dari usaha kecil
sejenis yang terletak dipinggir kolektor/arteri;
b. Supermarket dan departement store, berjarak minimal 1,5 Km dari pasar tradisional
yang terletak dipinggir kolektor/arteri;
c. Hypermarket dan perkulakan, berjarak minimal 2,5 Km dari pasar tradisional yang
terletak dipinggir kolektor/arteri;
d. Minimarket, yang terletak dipinggir jalan lingkungan dengan luas gerai s/d 200m,
berjarak minimal 0,5 Km dari pasar tradisional dan usaha kecil sejenis;
e. Penempatan pedagang tradisional berjarak dalam rangka kemitraan dilarang
menggunakan ruang milik jalan; dan
f. Pengaturan jalan sebagaimana ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 tidak berlaku untuk
kawasan pusat primer.2
Dalam menghadapi kondisi persaingan yang sudah tidak seimbang antara pasar
tradisional, pusat Perbelanjaan dan pasar modern, pemerintah Daerah sebenarnya sudah
berupaya untuk memperbaiki dari mulai penampilan pasar tradisional, yang dicitrakan
selama ini kotor, kumuh, semerawut dan kadang tidak ada kepastian harga. Upaya
renovasipun telah dilakukan dan sudah menjadi program pemerintah kota bandung untuk
memperbaiki pasar-pasar tradisional ini yang kehilangan para pelanggan atau pembelinya.
Dengan menjalin kerjasama bersama investor, pemerintah kota bandung telah melakukan
revitalisasi terhadap pasar tradisional, seperti pasar kebon kelapa, pasar kosambi, pasar baru,
dan pasar gede bage. Akan tetapi upaya ini ternyata berujung pada permasalahan baru
banyak pedagang yang memilih berjualan diluar kompleks pasar karena didalam tidak laku,
terutama jika pasar yang bangunannya lebih dari satu lantai. Ketidakpuasan juga dirasakan
oleh koperasi pasar (koppas) yang merasa “tersingkirkan” karena sudah tidak lagi dilibatkan
2 Peraturan Daerah Kota Bandung No. 2 Tahun 2009.
dalam pengelolaan pasar oleh pengelola pasar yang baru. Pengelola pasar yang baru dinilai
lebih meningkat pada laba, sehingga merugikan koppas karena sumber-sumber dari
pendapan koppas yang biasanya diperoleh melalui jasa kebersihan, pemeliharaan WC dan
listrik sekarang diambil alih pengelola baru.
Kondisi inilah yang melatar belakangi perlunya pengkajian mengenai kebijakan
pengelolaan pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. Pengelolaan pasar ini
memerlukan desain kebijakan yang komfrehensif karena itu perlu dilakukan kajian dengan
metode analisis kebijakan sehingga hasil penelitian dapat pertimbangan utama bagi perumus
kebijakan dalam formulasi kebjiakan. Fokus penelitian ini yaitu kebijakan apa yang perlu
diambil atau dilakukan pemerintah Kota Bandung agar penataan atau pengelolaan pasar
modern tidak semakin menurunkan omzet para pedagang tradisional tetapi justru harus
meningkatkan daya saing mereka.
Penelitian ini menyoroti masalah kebijakan penataan pasar modern dalam hal ini
minimarket,supermarket, hypermarket dan toko modern lainnya yang belum sesuai dengan
harapan. Banyak ditemukan pelanggaran yang sering menyebabkan para pedagang
tradisional tersudutkan berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pelaksanaan atau
implementasi kebijakan penataan minimarket, supermarket, hypermarket dan toko modern
lainnya belum berjalan sesuai dengan harapan, perkembangan usaha toko modern masih
mendominasi perekonomian masyarakat, belum ada usaha yang berhasil secara signifikan
memberdayakan para pedagang tradisional agar siap bersaing merebut pasar potensial yaitu
konsumen yang bermukim disekitar kawasan perumahan tersebut.
Pelanggaran-pelanggaran masih saja terjadi, di daerah cicadas saja masih ada 3
sampai 4 pendirian toko-toko modern atau pusat perbelanjaan yang memang jarak dan
lokasinya masih belum sesuai dengan ketentuan yang sudah tertera dalam Perda Kota
Bandung No. 2 Tahun 2009 dalam bab VI pasal 20, dan bisa diperkirakan ada beberapa
pusat perbelanjaan dan toko modern yang sudah berdiri disana ada alfamart, indomart dan
pusat perbelanjaan lainnya yang memang masih belum sesuai dengan ketentuan dan syarat
yang ada yang seharusnya jarak dan lokasi toko modern dengan pasar tradisional itu berjarak
0,5 Km dan usaha kecil sejenisnya yang terletak dipinggir kolektor/arteri salah satunya dari
jajaran Pasar Cikutra Cicadas ada yang bahkan hanya berjarak 6-8 m saja. Sehingga pada
akhirnya tidak bisa dipungkiri dari keberadaan toko-toko dan pusat perbelanjaan modern ini
akan Berdampak pada penurunan omzet yang sangat tajam yang menurut beberapa
pedagang tradisional atau usaha kecil lainnya salah satunya menurut Ibu nina, Ibu Tati, Teh
Titin dan Ibu Yani pada (Tanggal 10 0ktober 2018) melampaui angka 30%, 35%, 55%
bahkan ada yang sampai 70% yang membuat pelaku ekonomi yang lemah ini tersudutkan
dan tidak sedikit yang gulung tikar.3
Penulis ingin meninjau permasalahan ini dari Siyasah Maliyah. Siyasah Maliyah yaitu
Kebijakan Hukum yang dibuat Pemerintah menyangkut Pembangunan Ekonomi untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat dengan menjadikan nilai-nilai syariat islam
sebagai ukurannya.4
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik mengadakan penelitian lebih jauh lagi dalam
bentuk skripsi mengenai:“Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2
Tahun 2009 Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern Yang Berdampak Pada Menurunnya Omzet Pedagang Pasar Tradisional Di
Cicadas Di Tinjau Dari Siyasah Maliyah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas tampak bahwa terdapat
kesenjangan antara pendirian Pusat Perbelanjaan dan toko modern dengan Perda dan
Pelaksanaan dilapangan. Maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
3 www.academia.edu/24134471 ,(12:05, kamis 04 Oktober 2018).
4 Ija, Suntana, Politik Ekonomi Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2010, hal. 13.
1. Bagaimana Pelaksanaan Prosedur Pendirian Toko Modern menurut Peraturan Daerah
No. 2 Tahun 2009 di Kota Bandung?
2. Bagaimana Dampak dari Berdirinya Toko Modern Terhadap Omzet Pedagang Pasar
Tradisional di Cicadas?
3. Bagaimana Tinjauan Siyasah Maliyah Terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota
Bandung No. 2 Tahun 2009 Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern di Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Prosedur Pendirian Toko Modern Menurut Peraturan
Daerah Kota Bandung No. 2 Tahun 2009 di Kota Bandung;
2. Untuk Mengetahui Dampak dari Berdirinya Toko Modern Terhadap Omzet Pedagang
Pasar Tradisional di Cicadas;
3. Untuk Mengetahi Tinjauan dari Siyasah Maliyah Terhadap Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kota Bandung No. 2 Tahun 2009 Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Pasar Modern di Kota Bandung.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diperoleh dari suatu penelitian yakni menggambarkan nilai dan
kualitas penelitian. Dan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu karya
tulis yang secara sederhana memaparkan tentang Pentingnya Penataan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern serta andil Negara dalam memberikan jaminan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam menyangkut pembangunan.
Adapun manfaat yang bisa didapatkan diharapkan dalam penelitian tulis ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dasar, pedoman, landasan bagi penelitian lebih
lanjut;
b. Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan wawasan terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum tata Negara.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan suatu informasi kepada pemerintah mengenai Penerapan dan Penataan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Moder dan sebagai bahan masukan
bagi para pembentuk Undang-undang (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
diharapkan lebih memperhatikan perihal Penataan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern di Kota Bandung.
E. Kerangka Pemikiran
Pasar Tradisional sangatlah penting bagi masyarakat sekitar. Namun apabila
pengelolaan dan penataan antara Toko modern, Pusat perbelanjaan dan Pasar Tradisional
tidak merata akan membuat salah satu dari pasar tersebut merasa dirugikan dan pada
akhirnya terjadi pada penurunan omzet pada pasar tradisional. Sehingga perlu adanya
pengelolaan dan penataan yang baik dan signifikan. Sehingga untuk pasar tradisional bisa
tetap bertahan dan bisa bersaing dengan pasar- pasar modern yang semakin kesini semakin
banyak
Pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan mengenai persoalan ini salah
satunya yaitu dengan merenovasi dan membangun gedung-gedung yang lebih bagus, bersih
dan lain sebagainnya, dan bertujuan agar pasar tradisional dapat bersaing dengan toko-toko
modern yang ada. Namun pada kenyataannya masih banyak pedagang-pedagang tradisional
yang merasa bahwa malah dengan adanya pembangunan baru seperti itu lebih mempersulit
pedagang kecil atau tradisional itu. Bagaimana untuk menyewa gedung baru yang lebih
bagus, mewah, bersih untuk makan saja atau penghasilan mereka saja tidak cukup karena
mengurangnya pelanggan yang berpindah dari pasar tradisional ke pasar modern. Padahal
menurut salah satu pedagang jiga melihat barang sama saja, bahkan di pasar-pasar
tradisional lebih murah dan terjangkau di banding toko-toko modern yang lebih murah
karena memang mungkin dari bayar tempat atau pajaknya lebih besar.
Bagi pembeli sebenarnya memberikan kepuasan saat belanja berupa kondisi pasar
lebih nyaman dan bersih dimana tidak kumuh, kotor, becek, pengap, dengan begitu para
konsumenpun merasa aman, akses menuju pasar tidak macet dan fasilitas-fasilitas bagi
konsumen sudah tersedia seperti tempat parkir yang lebih luas, WC umum dan lain
sebagainya.
Bagi pemerintah, kebijakan terhadap pengelolaan pasar yang telah dilakukan renovasi
ini memang sengaja untuk meningkatkan kualitas daya saing antara pasar tradisional dan
toko modern, agar dengan adanya renovasi pasar ini tidak akan menghilangkan pelanggan
atau pembeli. Dan bisa meringankan beban atau masalah-masalah dan keluhan yang
dirasakan warganya. (Studi Kasus).
1. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang diwilayah tertentu. 5 Pemerintah daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat
daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara kesatuan republik Indonesia tahun 1945.
2. Pelaksanaan
Menurut Westra pelaksanaan adalah sebagian dari suatu usaha yang dilakukan untuk
melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan
5 https://id.m.wikipedia.org/wiki/pemerintahan (12:05, Kamis 04 Oktober 2018).
dengan melengkapi semua kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, dimana tempat
melaksanakannya dan juga kapan waktu dimulainya.6
3. Penataan
Penataan berarti proses, cara, perbuatan menata, pengaturan serta penyusunan7
Penataan adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan untuk semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, serasi, selaras,
seimbang dan berkelanjutan, serta keterbukaan, persamaan keadilan dan perlindungan
hukum8
4. Omzet
Omzet adalah suatu keseluruhan nilai total dari sebuah produk yang dijual. Istilah dari
omzet ini pula bisa dikatakan sebagai hasil atau pendapatan kotor yang belum dikurangi
dengan biaya modal. Contohnya produksi, gaji pegawai dan lain sebagainya.9
5. Siyasah Maliyah
Mengenali perjalanan sejarah penerapan fiqh menurut bahasa adalah “faqiha,
yafqahu, fiqhan” yang artinya mengerti atau paham. Menurut Rasyid Ridha mengatkan pula
bahwa dalam Al-Qur‟an banyak ditemukan kata fiqh yang artinya ialah paham yang
mendalam dan amat luas terhadap segala hakikat, yang dengan fiqh itu seorang „alim dapat
menjadi ahli hikmah (filosof), pengamal yang memiliki sikap yang teguh.10
istilah. Fiqh
siyasah itu sendiri (A. Djazuli, 2003:39) adapun pengertian fiqh
Siyasah secara harfiyah Al-Siyasah dari kata :
سا س يسو س سىا سة
6 www.pengertianpakar.com/2014/12 (12:05, Kamis 04 Oktober 2018)
7 https://www.apaarti.com/penataan.html (12:05, Kamis 04 Oktober 2018)
8 Kamus Tata Ruang, Edisi 1 :1997
9 https://infopeluangusaha.org/pengertian (12:05, Kamis 04 Oktober 2018)
10 Beni, Ahmad Saebani. Dan Januri. “Fiqh Ushul Fiqh” Bandung, Pustaka Setia, 2008, hal. 13.
“ Mengatur, Mengendalikan, Mengurus atau Membuat keputusan”
Sedangkan secara istilah pengertian siyasah adalah :
تد بير مصا نح ا نعبا د عهي و فق ا نشر ع
" pengurus kemaslahatan umat manusia sesuai dengan syara’ “
Fiqh siyasah membahas tentang bagimana hubungan antara seorang pemimpin dengan
yang dipimpinnya. Atau juga lembaga-lembaga kekuasaan didalam masyarakat dengan
rakyatnya.
Siyasah Maliyah (Politik Ekonomi Islam) mengatur tentang pemasukan, pengelolaan
dan pengeluaran uang milik negara. Dalam siyasah maliyah terdapat 3 faktor yang
berhubungan diantaranya : rakyat, harta dan pemerintahan atau kekuasaan. Didalam siyasah
membicarakan bagaimana cara-cara kebijakan harus diambil untuk mengharmoniskan dua
kelompok itu, agar kesenjangan antara orang kaya dan miskin tidak semakin lebar.
Adapun prinsip-prinsip tentang harta, didalam memenuhi kebutuhan manusia didunia
dan allah telah menyediakan bumi, langit dan segala yang ada didalamnya untuk manusia
seluruhnya. Prinsip pertama : harta kekayaan jangan sampai hanya ada atau dimiliki oleh
segolongan kecil masyarakat terdapat dalam Q.S Al- Hasyr Ayat : 7
Artinya : “Supaya Harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara
kamu”
ديج بن افع عنر سول ان قيم قم خ مل عق ا طي ب ا انك سب يهللا ا ي ار ع و كم بي ي دهب جم ر م
ور برو
Artinya: “Dari Rafi bin Khadij Berkata Rasulullah ditanya, Wahai Rasulullah Pekerjaan apa
yang paling baik? Beliau menjawab, usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan jual beli
yang baik” (Ahmad,1998;1244)
Dari hadist diatas menganjurkan bahwa manusia agar mau berusaha meperoleh harta
dengan bekerja, bahkan Rasulullah memberikaan sebuah aprresiasi kepada orang dalam
bekerja yang giat sebagai orang yang cinta allah serta ia bagaikan otrang yang berjuangan
dijalan allah SWT dan itu sudah ada.
F. Penelitian Terdahulu
a. Sebelumnya pernah ada yang meneliti, terkait masalah penataan pasar dan hampir sama
judulnya “Peran Pemerintah Daerah Dalam Penataan Minimarket di sekita Pasar
Tradisional Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2 Tahun 2009 Tentang
Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern” (Studi Daerah
antapani). Permasalahan yang dibahas disini diantaranya:1). Bagaimana Implementasi
Kebijakan Pemerintah Kota Bandung dalam Penataan Minimarket?, 2). Bagaimana
Perlindungan Hukum terhadap pasar tradisional ditengah ekspansi toko modern?, 3).
Upaya apa yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Bandung agar pasar Tradisional
tidak tergusur oleh pasar Modern?
b. Hadi Sucipto (2017) “ Pengaturan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern dalam Mewujudkan Persaingan Usaha yang Sehat Menurut Hukum Positif
Indonesia”. Dilihat dari Realisasinya, Model Pengaturan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern dalam Mewujudkan Persaingan Usaha yang Sehat
menurut Hukum Positif Indonesia yaitu menggunakan prinsif manfaat, adil dan merata,
kemitraan, kejujuran usaha, persaingan sehat dan memberdayakan perekonomian
masyarakat yang berkelanjutan. Serta terkait pelaksanaan Peraturan Daerah kota
Mataram Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Swalayan di Kota Mataram saat ini Belum Maksimal dilaksnakan karena jarak antara
Pasar Tradisional Dengan toko Modern di Kota Mataram belum sesuai amanat Perpres
maupun Permendag, sehingga belum ada singkronisasi antara perpres dan permendag
maupun dengan Perda Mataram.
c. Rizalul Bachtiar (2017) “ Pelaksanaan Kebijakan Tentang Penataan Toko Modern
Dengan Pasar Tradisional Di Kecamatan Gunungpati Kota Senarang”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak dari keberadaan toko modern
terhadap toko tradisional yang memang dijelaskan disini memang terlalu berdampak
signifikan namun jika melihat dari pelaksanaan regulasi atau peraturan perundang-
undangan yang ada belum sesuai yang tertera. Dalam Peraturan Daerah kota Semarang
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penataan Toko Modern dan Peraturan Wali kota
Semarang Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Penataan Toko Modern Minimarket Kota
Semarang sebagai regulasi atau yang mengatur tentang zonasi maupun jarak pendirian
toko modern tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kenyataannya memang masih
banyak pendirian toko modern yang berdekatan pasar Tradisional Gunungpati. Jarak
antara toko modern dan pasar tradisional gunungpati kurang dari radius 500 meter selain
itu juga dipasar Krempyeng kecamatan gunungpati juga terdapat hal yang sama.
Pengawasan yang terkait mengenai toko modern secara normatif sudah diatur dalam
Perundang-undangan, pelaksanaan aturan Perundang-undangan terkait pengawasan toko
modern dilakukan oleh pemerintah Semarang melalui Dinas Perdagangan Kota
Semarang yaitu dengan melakukan monitoring dan evaluasi. Permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini : 1). Bagaimana Pelaksanaan Regulasi Tentang Zonasi Toko
Modern dan Pasar Tradisional di Kota Semarang?, 2). Bagaimana Pengawasan Pendirian
Pasar Modern di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?.
Perbedaan Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah Dari Ketiga Penelitian
Terdahulu itu bisa disimpulkan bahwa ketiganya memiliki kesamaan dan perbedaan dari
Mulai persamaan pembahasan mengenai Penataan Pasar, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern. Dan perbedaanya bisa dilihat dari rumusan masalah yang dibahas serta pasal yang
digunakan dalam tiap permasalahan. Penelitian ini lebih terfokus pada Penataan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Moder menurut Perda kota Bandung Nomor 2
Tahun 2009 mengenai jarak.
G. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Metode Penelian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu
metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas pariwisata pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh secara langsung melalui
observasi dan wawancara langsung di lapangan yaitu di Dinas Perdagangan dan Industri
(Disdagin) yang bertempat di jalan Pamokolan Kota Bandung dan Pasar Cicadas Kota
Bandung.
b. Data Sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa buku referensi, surat kabar,
makalah, laporan penelitian dokumen, Informasi dari Internet dan sebagainya yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti11
3. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perlaku yang dapat diamati mengenai:
a. Pelaksanaan Prosedur Kebijakan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 2 Tahun 2009.
b. Dampak dari Berdirinya Toko Modern Terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di
Cicadas.
c. Tinjauan Siyasah Maliyah Tentang Kebijakan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2009
Tentang Penataan Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Bandung.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data yang Peneliti Gunakan adalah:
a. Observasi
Pada saat melakukan observasi, peneliti juga bisa ikut berpartisipasi atau hanya
mengamati orang-orang yang sedang melakukan suatu kegiatan tertentu yang diobservasi.
b. Wawancara atau interview
Wawancara atau interview yang dilakukan oleh peneliti adalah proses Tanya jawab
dalam penelitian yang langsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
11
Ibid hal 17.
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan yang
berhubungan dengan penelitian.
c. Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk mencai data terkait Penataan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Cicadas Kota Bandung.
5. Analisis Data
Supaya Data yang tercecer mudah dipahami Peneliti dan enak dinikmati sebagai
temuan yang dirasakan orang lain. Dalam melakukan analisis data Peneliti akan
menggunakan Metode Deskriptif yakni mendeskripsikan data yang diperoleh melalui
sumber data Primer dan Sekunder tersebut. Karena penelitian ini kualitatif maka disebut
dengan penelitian Deskriptif Kualitatif. Dengan kualitatif peneliti tidak hanya
menggambarkan akan tetapi juga menjelaskan tingkat status fenomena.
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Reduksi data adalah proses mengolah data dari lapangan dengan memilih dan memilah
dan menyederhanakan data dengan serangkaian yang penting-penting sesuai dengan
fokus masalah penelitian.
b. Menyajikan data, untuk lebih menyistematikakan data yang telah direduksi sehingga
terlihat sosoknya yang lebih utuh.
c. Menarik kesimpulan dan verifikasi dilakukan sejak awal terhadap data yang diperoleh,
tetapi kesimpulannya masih kabur (bersifat tentatif), diragukan tetapi semakin
bertambahnya data maka kesimpulan itu lebih “ground”.