IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

42
IDENTIFIKASI MALL Kelompok 3 Achprizar Greheta 08330004883 Dany Setiawan 08330004912 Happy Bayu P. 08330004940 M. Arief Bukhari S. 08330004958 Priyan Mardya K. 08330004972 Ricko Pratama 08330004977 Trian Ferianta 08330005000 Yuli Ardiansyah 08330005008

Transcript of IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Page 1: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

IDENTIFIKASI MALL

Kelompok 3

Achprizar Greheta 08330004883

Dany Setiawan 08330004912

Happy Bayu P. 08330004940

M. Arief Bukhari S. 08330004958

Priyan Mardya K. 08330004972

Ricko Pratama 08330004977

Trian Ferianta 08330005000

Yuli Ardiansyah 08330005008

Page 2: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Pengertian Bentuk usaha individual yang dilakukan secara bersama melalui penyatuan modal

dengan tujuan efektivitas komersial (menurut Beddington ) Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang dan jasa yang bercirikan

komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena bertujuan untuk memperoleh profit sebanyak-banyaknya( menurut Grue)

Suatu komplek perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan secara terpusat, dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan pengwasan dilakukan oleh penglola yang bertanggung jawab secara menyeluruh. (Beddington)

Sekelompok satuan pusat perdagangan dan didirikan pada sebuah lokasi yang direncanakan, kembangkan, mulai, diatur menjadi sebuah satuan operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe, toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini sudahmenyediakan parkir yang berhubungan dengan tipe ukuran total toko-toko. (Urban Land Institute)

Suatu waddah dalam msayrakat yang menghidupkan kota atau lingkungan setempat. Selaian berfungsi sebagai tempat kegiataan berbelanja atau transaksi jual beli, juga berfungsi sebagai tempat berkumpul atau tempat berekreasi. (Beddington)

Page 3: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

klasifikasiA. Berdasarkan skala pelayanan

1. Pusat perbelanjaan lokal Jangkauan pelayanan 5000 – 40000 penduduk Luas bangunan berkisar 2787 – 9290 m2 Unit terbesar golongan ini adalah supermarket

2. Pusat perbelanjaan distrik Jangkauan pelayanan 40000 - 150000 penduduk Luas bangunan berkisar 9290 – 27870 m2 Unit-unit penjualan terdiri dari junior departemen store, supermarket

dan toko-toko.

3. Pusat perbelanjaan regional Jangkauan pelayanan 150000 - 400000 penduduk Luas bangunan berkisar 27870 – 92990 m2 Pusat perbelanjaan terdiri dari 1-4 departemen store dan 50 – 100

retail, yang tersusun mengitari pedestrian dan dikelilingi daerah parkir.

Page 4: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

B. Berdasarkan fungsi dan kegiatan

1. Pusat perbelanjaan murni : pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan sebagai tempat betemunya masyarakat untuk segala urusan, baik untuk bersantai atau mencari hiburan.

2. Pusat perbelanjaan multi fungsi : berfungsi sebagaipusat perbeanjaan dicampur dengan fungsi lain yang berbeda namun saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.

Page 5: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

C. Berdasarkan sistem transaksi

1. Toko grosir

Toko yang menjual barang dalam partai besar oleh karena penjualan dilakukan dalam partai besar biasanya etalase pada toko grosir hanya memerlukan tempat yang relatif kecil sedangkan bagian terbesarnya adalah gudang atau tempat penyimpan persediaan

Page 6: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

2. Toko eceran

Penjual barang dalam partai kecil atau persatuan barang. Toko eceran lebih banyak menarik pembeli karena tingkat variasi barangnya tinggi pada toko semacam ini areal display barang dagangan memerlukan ruang dengan dimensi yang relatif besar untuk mewadahi variasi barang dagangan yang tinggi

Page 7: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

D. Berdasarkan lokasi

1. Pasar

Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan sederhanaan (los, toko, kios, dsb) yang berada di suatu area tertentu pada suatu wilayah. Fasilitas perbelanjaan ini dapat bersifat terbuka atau berada di dalam bangunan, biasanya berada dekat kawasan permukiman, merupakan fasilitas perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya

Page 8: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

2. Shopping street

Merupakan pengelompokan sarana perbelanjaan yang terdiri dari deretan toko atau kios terbuka pada suatu penggal jalan. Areal perbelanjaan ini merupakan jenis pasar yang berlokasi di sepanjang tepi suatu penggal jalan yang berkembang di kawasan kawasan wisata atau kawasan pertokoan yang menarik untuk dikunjungi wisatawan

Page 9: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

3. Shopping precint

Kompleks pertokoan terbuka yang menghadap ruang terbuka bebas. Perbelanjaan ini biasanya tumbuh di dekat objek atau kawasan wisata. Contoh nakamise-dori, senso-ji’s, temple precint’s shopping street, asakusa, tokyo, jepang

Page 10: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

4. Shopping center

Merupakan pengelompokan fasilitas perbelanjaan (toko dan kios) yang berada dibawah satu atap. Pada shopping center, barang yang diperdagangkan didominasi oleh kebutuhan sekunder dan tersier sedangkan pada jenis pasar barang yang diperdagangkan terutama didominasi oelh kebutuhan primer manusia. Shopping center secara khusus memiliki pola visual dan sirkulasi yang diperuntukkan bagi pengunjung untuk berjalan mengelilinginya, bahkan tidak hanya mencakup kompleks yang berukuran besar berskala monumental tetapi juga berskala manusia

Page 11: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

5. Department store

Merupakan wadah perdagangan eceran besar dari berbagai jenis barang yang berada dibawah satu atap, transaksi masih menggunakan tenaga pelayan untuk membantu konsumen memilih dan mencari benda yang dikehendaki. Penataan barang-barangnya memiliki tata letak khusus yang memudahkan sirkulasi dan mencapai kejelasan akses. Luas lantai berkisar antara 10.000 sampai 20.000 persegi

Page 12: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

6. Supermarket

Merupakan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan cara pelayanan mandiri. Pemilihan dan pencarian produk dilakukan secara mandiri oleh konsumen. Pelayanan hanya digunakan untuk proses pembayaran. Jumlah bahan makanan yang dijual kurang dari 15% dari seluruh barang yang diperdagangkan. Luas lantai berkisar antara 1.000 sampai 2.500 meter persegi. Setiap supermrket mempunyai sekuen kejadian, diawali dengan masuknya konsumen diikuti proses pembelian, pembayaran, dan perginya konsumen.

Page 13: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

7. Superstore

Luas areal penjualan lebih dari 2.500 meter persegi yang pada umumnya bisa mencapai 5.000 meter persegi sampai dengan 7.000 meter persegi. Superstore menempati satu lantai bangunan dan terletak di pusat kota. Sistem pelayanan yang digunakan adalah sistem self-timer. Oleh karena sistem pelayananya mandiri, perlu penataan dan penaatan barang yang jelas sehingga memudahkan pembeli menemukan barang yang diinginkan.

Page 14: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

8. Hypermarket

Merupakan perluasan dari superstore dengan luas lantai minimum 5.000 meter persegi. Hypermarket merupakan simbol perdagangan suatu kota karena tempat tersebut mencerminkan adanya kecenderungan penduduk yang mengikuti tren perdagangan dengan muncunya produk-produk yang ditawarkan. Pada hypermarket yang bergabung dengan plaza atau shopping park, kecenderunganya adalah ruangan untuk hypermarket diletakkan di area paling belakang karena membutuhkan lahan bangunan yang paling luas sehingga tidak menutupi areal retail atau konter lain yang luasanya lebih kecil.

Page 15: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Pengertian Shopping Mall Mall merupakan sebuah plaza umum, jalan-

jalan umum atau sekumpulan sistem dengan belokan-belokan dan dirancang khusus untuk pejalan kaki. Jadi mall dapat disebut sebagai jalan pada area pusat usaha yang terpisah dari lalu lintas umum, tetapi memiliki akses terhadapnya, sebagai tempat jalan-jalan, duduk-duduk, bersantai, dan dilengkapi dengan unsure-unsur dekoratif untuk melengkapi kenyamanan dalam menikmati suasana.

Page 16: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Lanjutan

Menurut Rubenstein (1978), mall merupakan penggambaran dari kota yang terbentuk oleh elemen-elemen:

Anchor (Magnet) merupakan transformasi dari nodes dapat pula berfungsi sebagai landmark. Perwujudannya berupa plaza dalam shopping mall.

Secondary Anchor (Magnet Anchor) merupakan transformasi dari distrik perwujudannya berupa retail store, supermarket, superstore dan bioskop

Street mall merupakan transformasi paths perwujudannya berupa pedestrian yang menghubungkan magnet-magnet

Landscaping (Pertamanan) merupakan transformasi dari edges sebagai pembatas pusat pertokoan ditempat-tempat luar

Page 17: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa pengertian shopping mall yaitu:

1. Shopping mall diartikan sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu pusat bisnis kota (central city business area) yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki; berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang interaksional (Rubenstein, 1978)

Page 18: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

2. Shopping mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa department store besar sebar daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan seperti took yang menghadap koridor utama mall atau pedestrian yang merupakan unsure utama dari sebuah shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal terselenggaranya interaksi antarpengunjung dan pedagang (Maitland, 1987)

Page 19: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

4. Shopping mall sebagai kelompok komersial yang dibangun pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, diatur, dimulai, dan diatur menjadi unit informasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko(urban land institude, 1977).

5. Mall memiliki kecenderungan berkonfigurasi secara horizontal. Konsep tatanan arsitektur proporsi, skala, simetri, balance, dan dimensi diterapkan pada fisik bangunan karena selain mempunyai pengaruh fisik, juga berdampak secara psikologis yang akan menetukan berhasil atau tidaknya dicision of design

Page 20: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

6. Merujuk pada teori visual stop yaitu if the shopper is not trapped she will pass through(jika pembeli tidak terjebak maka dia lewat begitu saja); aliran pengunjung harus diarahkan sehingga mereka tidak hanya lewat begitu saja, tetapi terdorong untuk melihat kedalam outlet yang mereka lewati. Hal ini sangat dipengaruhi oleh hal-hal seperti diatas (Maitland,1987)

Page 21: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Bentuk-bentuk mall

Bentuk mall berdasarkan penutup bangunan

Menurut Maithland(1987) terdapat 3 bentuk umum mall dengan keuntungan dan kerugian tersendiri:

Page 22: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Open mallClick icon to add picture

Adalah mal tanpa pelingkup. Keuntungannya adalah kesan luas dan perencanaan teknis yang mudah sehingga biaya lebih murah. Kerugiannya berupa kendala Cimate control (berpengaruh terhadap kenyamanan dan kesan pewadahan kurang.

Page 23: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Enclosed mallClick icon to add picture

Adalah mall dengan pelingkup. Keuntungannya berupa kenyamanan climat control. Kerugiannya adalah biaya mahal dan kesan kurang luas. 

Page 24: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Integrated mall (mall terpadu)

Adalah penggabungan mall terbuka dan tertutup. Biasanya mall tertutup dengan akhiran mal terbuka. Munculnya bentuk ini merupakan antisipasi terhadap keborosan energy untuk climat control serta mahalnya perbuatan dan perawatan mall tertutup. Mall ini juga bertujuan mengonsentrasikan daya tarik pengunjung mall tertutup.

Page 25: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Tipe Mall

1. Full Mall

Terbentuk oleh sebuah jalan yang sebenarnya digunakan untuk lalu lintas kendaraan kemudian diperbaharui menjadi jalur pejalan kaki atau plaza (alun-alun) yang dilengkapi dengan potion, patung, air mancur, paving untuk pejalan kaki. Sebuah full mall dibangun di area dengan jumlah penduduk dan dasar ekonomi bermacam-macam, biasanya dengan jumlah penduduk anatara 9725 – 360000 jiwa. Seperti di Negara Lebanon, New Hampshire dan Louisville.

Page 26: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

lanjutan

3. Semi Mall

Semi mall lebih menekankan pada pejalan kaki, oleh karena itu areanya diperluas dan dilengkapi dengan pohon-pohon dan taman, bangku-bangku, pencahayaan dan fasilitas buatan lainnya, sedangkan jalur kendaraan dikurangi.

Page 27: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

lanjutan

2. Transit Mall

Transit mall atau dikembangkannya lalu lintas mobil pribadi dan terk ke jalan lain dan hanya mengijinkan angkutan umum seperti bis dan taksi. Area parkir direncanakan tersendiri dan menghindari sisitem parker pada jalan (on steer parking) jalur pejalan kaki diperlebar dan dilengkapi dengan street furniture.

Page 28: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Bentuk mall menurut komposisi ukuran, dan bentuk

1. Bentuk L

2. Bentuk segitiga

Page 29: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

3. Bentuk jalur

4. Dumb bell shaped

Page 30: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

5. Bentuk U

6. Bentuk cluster

Page 31: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

7. Double dumbbell shaped

8. Bentuk T

Page 32: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Bentuk mall menurut sistem parkir Strip center with curb parking

Page 33: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

lanjutan

Strip center with off-street parking

Page 34: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Lanjutan

Double Strip center with off-street parking

Page 35: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Prinsip-prinsip perencanaan shopping mall

Pada dasarnya pola mall berprinsip linier. Tatanan mall yang banyak dijumpai adalah mal berkoridor tunggal dengan lebar koridor antara 8-16m untuk memudahkan akses pengunjung pintu masuk sebaiknya dapat dicapai dari segala arah. Mal sebaiknya ditata sedemikian rupa adar terdapat magnet pada tiap akhir mall. Jarak antarmagnet antara 100 sampai 200m atau sepanjang masih memungkinkan kenyamanan pejalan kaki.

Pada umumnya parkir kendaraan ditempatkan disekeliling bangunan dengan akses mudah ke mal yang menghubungkan dengan magnet. Variasi hanya diberikan untuk menghindari monotonitas view tanpa mengurangi kesederhanaan dan kejelasan. Mal ini menghubungkan magnet yang terletak pada ujung-ujungnya dengan menekankan hubungan horizontal. Penggunaan pola grid pada mal akan mempermudah pengaturan modul untuk retail-retail, sirkulasi, penempatan atrium, parkir, dan sebagainya.

Besaran kolom pada mal rata-rata memiliki besar yang sama dari lantai 1 sampai lantai teratas. Berdasarkan keadaan di amerika serikta, pada umumnya pola yang paling berhasil adalah yang berbentuk I, L, dan T. Hal ini sesuai dengan karakteristik pengunjung yang biasanya menginginkan kemudahan dalam menemukan toko/tempat yang dituju. Bentuk mal yang pararel (double corridor) atau pola kompleks lainya umumnya kurang berhasil dalam arti relatif sedikit dikunjungi orang.

 

Page 36: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

lanjutan Penataan letak retail di sepanjang mal

Dengan penataan sirkulasi mal yang hanya memiliki satu koridor, diharapkan semua retail dapat dilewati pengujung sehingga semua retail mempunyai nilai komersial yang sama. Penataan retail tenant dan anchor tenant yang baik dapat saling mendukung terjadinya aliran pengunjung yang merta di sepanjang mal. Komposisi yang paling baik adalah 50% retail tenant dan 50%anchor tenant

Pencahayaan

Untuk menunjang konsep ruang yang menerus (continous space) pada mal, bagian atapnya diselesaikan dengan skylight yang berfungsi sebagai pengarah pada mal, cahaya ini jua membantu pengunjung untuk memfokuskan orientasi kedalam

Page 37: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Elemen-elemen arsitertural pada mall

Elemen-elemen yang dapat ditempatkan sepanjang mal diantaranya adalah bangku, arena bermain, kios, kotak telepon, tempat sampah, penunjuk arah, jam, dan sebagainya. Area duduk merupakan sarana penting yang dibutuhkan pengunjung shopping mall karena area duduk dapat menjadi area komunikasi dan interaksi sosial. Bangku yang disediakan sebaiknya bangku yang terbentuk sederhana agar pengunjung tidak berhenti terlalu lama.

Page 38: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Prinsip-prinsip Shopping mall

Pada perancangan shopping mall terdapat peran dan pola hubungan antara unit retail dan mall. Mall pada shopping mall berperan sebagai penghubung dan pengontrol, pengorganisir unit retaol serta pengidentifikasi area (memberi kejelasan orientasi). Adapun unit retail berperan sebagai ruang internal pembentuk perimeter mal, berfungsi sebagai wadah kegiatan belanja, pengendali arus pengunjung dan unit sewa. Peran tersebut menunjukkan bahwa mal dan unit retail masing-masing merupakan elemen beridentitas dan berhubungan yang membentuk sistem peusatan wadah pembelajaran. Jadi mal merupakan voccal point. Prinsip yang perlu ditekankan pada pola hubungan tersebut adalah design control zone, tenant mix dan design criteria. Masing-masing prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 39: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

lanjutan1. Design control zone

Untuk mencapai rancangan mal yang efektif, perlu digagas rancangan zona yang terkontrol (control zone). Yang dimaksud dengan control zone adalah bentuk zona yang terkontrol dari ruang internal, yakni ruang-ruang sewa, dalam arti zona tersebut dapat diperhatikan dan membawa dampak positif timbul balik dengan ruang-raung sewa disekitarnya. Control zone bertujuan untuk mencapai kontunuitas arus pengunjung melalui efek pingpong sehingga semua ruang bernilai Strategis sama, tidak terdapat ruang yang mati, sehingga efektivitas komersial dapat tercapai. Control zone ini dapat dicapai melalui pola mal (pola yang memungkinkan adanya zona yang dapat dikontrol oleh ruang-ruang sewa/retail di sekitarnya). Magnet/Anchor (peletakannya dalam mall perlu dipertimbangkan sebagai magnet bagi seluruh retail yang terdapat dalam mall tersebut), pembatasan panjang lebar mall ( panjang dan lebar mall masih memungkinkan bagi pengunjung mall dan tenant setiap retail untuk memperhatikan secara visual kondisi zona dan retail yang lain) serta pembatasan tinggi bangunan. Pembatasan panjang dan lebar diterapkan pada perancangan shopping mall dengan pertimbangan kenyamanan pejalan kaki dan komunikasi antar tenant. Pembatansan tinggi bangunan dilakukan agar orientasi horizontal tercapai.

Page 40: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

lanjutan

2. Tenan Mix

Tenant mix adalah strategi pencampuran penyea ruang (pedagang) dari berbagai jenis barang dagangan yang ditawarkan dalam satu mall, magnet dan unit retail pada shopping mall perlu dikelompokkan berdasarkan materi dagangan sedemikian rupa sehingga tiak menimbulkan persaingan yang mematikan.

Page 41: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

Lanjutan 3. Design Criteria

Pada penawaran ruang sewa shopping mall, perancangan dari masing-masing unti sea telah ditentukan sebelumnya kepada tenant, menyangkut perwujudan fisik seperti ketentuan mengenai bahwa warna, desain interior dan lain-lain yang mengutamakan kesatuan bukan keseragaman. Berdasarkan prinsip perancangan dan karakter dasarnya maka strategi perancangan shopping mall adalah system pusat belanja dengan elemen utama mal berupa koridor tunggal bagi pejalan kaki yang menghubungkan/mengorganisasikan unti sewa pada tiap sisi dan karakter tertentu. Pada rancangan ini fungsi utama shopping mall adalah mendayagunakan potensi sirkulasi pejalan kaki secara maksimal untuk mencapai efektivitas dengan menciptakan nilai atraktif dan kenyamanan mall.

Page 42: IDENTIFIKASI PUSAT PERBELANJAAN (MALL)

System pelayanan shopping mall

Personal service system

Pelayanan dengan menggunakan cara tawar menawar antara pedagang dan konsumen dimana pelayanan dilayani oleh pramuniaga.

Self service system

Pelayanan dimana konsumen diberi kebebasan memilih dan mengambil barang yang diinginkan dengan harga yang pasti

Self select system

Pelayanan dimana konsumen diberi kebebasan memilih dan mengambil barang yang diinginkan kemudian menyerahkannya ke pramuniaga.