BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

20
1 Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas: (A) Latar Belakang Penelitian, (B) Identifikasi Masalah, (C) Rumusan Masalah dan Keterbatasan Penelitian, (D) Tujuan Penelitian dan (E) Manfaat Penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh perkembangan tersebut dapat mempersatukan warga negara dari berbagai bangsa menuju kearah kehidupan masyarakat global. Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Pada hakikatnya, globalisasi ini adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Jamli, 2005 hlm. 1). Dalam era globalisasi tersebut tentu menimbulkan pengaruh baik positif maupun negatif. Oleh karenanya, kehidupan di era global ini membutuhkan insan manusia yang mampu beradaptasi. Manusia muda Indonesia yang mampu berkompetisi dan memiliki daya saing dalam percaturan global. Sarana yang tepat untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia adalah bidang pendidikan. Demikian pentingnya aspek pendidikan sehingga hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Melalui pendidikan, harkat dan martabat manusia akan meningkat. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti sebagai insan berilmu pengetahuan, berkemampuan, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berupaya mencapai kesejahteraan diri serta memberikan sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran keluarga,

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

1 Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas: (A) Latar Belakang Penelitian, (B) Identifikasi

Masalah, (C) Rumusan Masalah dan Keterbatasan Penelitian, (D) Tujuan Penelitian

dan (E) Manfaat Penelitian.

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

pada berbagai aspek kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh

perkembangan tersebut dapat mempersatukan warga negara dari berbagai bangsa

menuju kearah kehidupan masyarakat global. Globalisasi adalah suatu proses tatanan

masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Pada hakikatnya,

globalisasi ini adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian

ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik

kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh

dunia (Jamli, 2005 hlm. 1). Dalam era globalisasi tersebut tentu menimbulkan

pengaruh baik positif maupun negatif. Oleh karenanya, kehidupan di era global ini

membutuhkan insan manusia yang mampu beradaptasi. Manusia muda Indonesia

yang mampu berkompetisi dan memiliki daya saing dalam percaturan global.

Sarana yang tepat untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia

adalah bidang pendidikan. Demikian pentingnya aspek pendidikan sehingga hampir

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Melalui pendidikan, harkat dan

martabat manusia akan meningkat. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti

sebagai insan berilmu pengetahuan, berkemampuan, berbudi pekerti luhur, berakhlak

mulia, bertanggungjawab dan berupaya mencapai kesejahteraan diri serta

memberikan sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran keluarga,

2 Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat, dan negara. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional

yaitu:

3

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Pasal 3).

Lebih lanjut dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 dalam Pasal 33 Ayat 3

dijelaskan bahwa bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan

pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing siswa.

Demikianlah, sistem pendidikan nasional di Indonesia menetapkan bahasa Inggris

sebagai salah satu bahasa asing yang paling dominan dipelajari mulai pendidikan

dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Inggris juga merupakan bahasa asing pertama

di Indonesia yang memiliki peran penting karena mendukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kualitas sumber daya manusia.

Berpijak pada hakekat pengetahuan fungsional tersebut, pembelajaran bahasa

Inggris menjadi wajib dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.Namun

demikian, dalam praktik di kelas, tujuan pembelajaran demikian sulit tercapai. Ketika

marwah pembelajaran bahasa Inggris agar tamatan memiliki kemampuan

berkomunikasi lisan maupun tulis dalam bahasa Inggris, tidak semua siswa mampu

mencapainya.Ironisnya, lebih banyak siswa yang gagal dari pada yang berhasil

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fasli Jalal (2001 hlm 156) mengemukakan

beberapa penyebab kegagalan tersebut. Proses belajar mengajar di sekolah kerap

membosankan dan tidak menyenangkan. Guru yang terlalu dominan di ruang kelas.

Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda

sehingga mematikan kreatifitas siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran

kita masih dalam konteks yang berpusat atau berorientasi pada pendidik dimana

pendidiklah yang merupakan satu-satunya sumber belajar.

Masalah yang sama juga dikemukakan Sudrajat (2008 hlm 4) bahwaproses

pembelajaran yang dilakukan selama ini tampaknya masih lebih menekankan pada

4

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran “what is” yang menuntut peserta didik untuk menghafalkan fakta-fakta

dari pada pembelajaran “what can be”, yang dapatmengantarkan peserta didik untuk

menjadi dirinya sendiri secara utuh dan orisinal. Selain itu, isu seputar peran guru

sangat dominan dalam proses pembelajaran. Kesan yang muncul adalah guru

mengajar dan peserta didik diajar. Guru aktif dan peserta didik pasif. Guru pintar tapi

peserta didik minder. Guru berkuasa dan peserta didik dikuasai (Sujarwo, 2006 hlm

4).

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pembelajaran bahasa Inggris

di Indonesiamenjadi compulsory subject pada jenjang sekolah menengah pertama

walaupun banyak sekolah telah mulai mengenalkannya di sekolah dasar. Pendidikan

bahasa Inggris ini ditujukan untuk membantu menyiapkan peserta didik agar dapat

bersaing dalam kancah nasional maupun global. Bahasa memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

Inggris diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan

budaya orang lain. Pembelajaran bahasa Inggris juga membantu peserta didik mampu

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan

menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam

dirinya (Kepmen, No. 22, 2006).

Keraf (dalam Mularsih, 2010 hlm 33) mengatakan bahwa bahasa itu memiliki

fungsi tertentu, yaitu: (1) alat untuk menyatakan ekspresi diri, menyatakan secara

terbuka apa yang dirasakan, (2) alat komunikasi, sehingga dapat menyalurkan apa

yang ingin disampaikan, (3) alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, bahasa

merupakan alat yang memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan

kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat berbaur dengan tempatnya bergaul.

Maknanya bahwa bahasa Inggris berfungsi sebagai alat komunikasi dan

pengembangan diri, sehingga diharapkan para pelajar memiliki kemampuan

5

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbahasa Inggris yang baik dan mampu bersaing, tidak hanya di tingkat lokal tetapi

juga di dunia internasional.

Menyadari betapa pentingnya fungsi bahasa Inggris dalam kehidupan

manusia, maka berbagai usaha yang mendukung proses pembelajaran telah banyak

dilakukan. Penyempurnaan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan

dan peningkatan mutu guru. Namun demikian, perbaikan tersebut masih

mempersepsikan bahwa siswa masih dilihat sebagai unsur yang harus dilayani belum

memandang bahwa mereka sebagai elemen utama pendidikan yang memiliki potensi.

Ramainas (2006, hlm 77) bahwa upaya guru dalam posisi ini agar mengaktifkan

potensi itu sehingga siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama menggunakan

menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mana proses

penyusunannya mengikuti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23

Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kelulusan. Mengingat KTSP merupakan

kurikulum yang disusun sendiri oleh sekolah, maka karakteristik dan kebutuhan siswa

menjadi pertimbangan utama. Sekolah harus mengembangkan silabus sendiri yang

bisa mengakomodasi kebutuhan siswanya. Kurikulum yang disusun tersebut menjadi

kurikulum operasional. Keunggulan kurikulum sekolah tersebut memberikan

kesempatan bagi para guru untuk menyusun silabus dan rencana program

pembelajaran serta mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan siswa.

Proses pembelajaran bahasa Inggris menurut Muhson (2014, hlm 9) dalam

disertasinya tentang model pembelajaran permainan bahasa dengan menggunakan

games menyimpulkan banyak alasan mengapa guru lebih memilih tahapan-tahapan

pembelajaran berdasarkan buku teks dari pada melihat silabus. Para guru percaya

bahwa buku teks adalah buku suci yang mengantarkan tujuan pembelajaran.

Kreativitas guru untuk mengembangkan model pembelajaran masih sangat kurang

karena kebanyakan mereka hanya memberikan materi ajar yang dicontohkan oleh

6

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dibuat oleh pemerintah

pusat. Akibatnya, banyak siswa merasa tidak senang dan menanggap belajar baasa

Inggris itu susah. Ini diakibatkan anggapan bahwa bahasa Inggris

sebagai ilmu (yang tertulis dalam buku teks) bukan sebagai alat komunikasi

sebagaimana fungsi yang sebenarnya.

Komunikasi yang semestinya dipelajari oleh pemula adalah komunikasi lisan

yang perlu dikembangkan kepada penutur awal yang mempelajari bahasa. Termasuk

di dalamnya siswa Sekolah Menengah Pertama yang dikategorikan sebagai penutur

awal.Tetapi faktanya, mayoritas guru Sekolah Menengah Pertama mengajarkan

bahasa lebih dominan menggunakan buku teks dan terpaku pada hafalan kosa kata

dan tata bahasa (Sundayana, 2009 hlm 253).

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa betapa esensialnya keterampilan

berbicara dan menyimak telah dilakukan oleh Donald E. Bird (dalam Tarigan, Djago,

1996 hlm 48) yang melakukan penelitian terhadap aktivitas keterampilan berbahasa

dengan hasil presentase sebagai berikut: menyimak 42%, berbicara 25%, membaca

15%, dan menulis 18%. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa presentase

keterampilan berbicara dan menyimak memiliki tingkat yang lebih besar

dibandingkan dengan dua keterampilan lainnya. Kemudian penelitian yang dilakukan

Muhson (dalam disertasinya, 2014 hlm 9) menyatakan selama ini pembelajaran

keterampilan menyimak dan berbicara belum mendapatkan hasil maksimal seperti

yang diharapkan. Para siswa belum sepenuhnya mempunyai kemampuan

komunikatif. Siswa masih takut, malu, dan ragu ketika harus berbicara di depan kelas

apalagi di depan umum guna menyampaikan gagasan-gagasannya. Dikatakan pula

bahwa rendahnya komunikasi lisan siswa, disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran

bahasa Inggris yang masih konvensional. Akibatnya, muncul kritikan terhadap

pelajaran bahasa Inggris yang tidak mengambarkan penekanan pada penguasaan

keterampilan berbahasa. Selanjutnya penelitian Huda, H. (dalam disertasinya, 2013)

tentang rendahnya kemampuan komunikasi bahasa asing (Arab) di sekolah

7

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Madrasyah Ibtidaiyah dengan memodifikasi model pembelajaran bahwa berdasarkan

fakta di lapangan menunjukkan hasil pembelajaran bahasa Arab di Madrasyah

Ibtidaiyah belum menunjukkan kualitas pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan

tuntutan kurikulum. Hal ini membuktikan betapa pentingnya berbicara dan menyimak

bagi setiap individu karena setiap aktivitas individu dalam kehidupan sehari-hari

terkait dengan berbicara dan menyimak.

Sementara hasil penelitian model pembelajaran yaitu model pembelajaran

integrative (Majid, 2001 hlm 233). Dengan model ini siswa sekolah dasar diharapkan

untuk dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa skor evaluasi siswa meningkat secara signifikan.Ini

menunjukkan bahwa pembelajaran integratif lebih baik daripada pembelajaran

konvensional. Kasus yang sama, penelitian yang dilakukan Sundayana (2009 hlm

253) menggambarkan bahwa berbicara dan menyimak begitu penting dalam

kehidupan manusia. Oleh karena itu, pembelajaran berbicara dan menyimak

seharusnya memperoleh perhatian yang lebih pada tingkat sekolah menengah pertama

(SMP) khususnya kelas VII sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan hasil

belajar.

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.

Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan,

dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan

berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni

kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang

direalisasikan dalam empat kemampuan (language skills) berbahasa, yaitu listening,

speaking, reading, dan writing. Keempat kemampuan inilah yang digunakan untuk

menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena

itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-

kemampuan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam

bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.

8

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kenyataan di lapangan, belajar bahasa Inggris itu belum menunjukkan hasil

yang memadai. Walaupun siswa telah belajar bahasa Inggris dalam kurun waktu yang

cukup lama yaitu sekitar tiga tahun jika sudah tamat sekolah menengah pertama. Jika

para siswa diminta berkomunikasi lisan bahasa Inggris pada kenyataannya tidak

mampu berkomunikasi dengan lancar. Alasanya, siswa tidak tahu arti kata-katanya.

Kosa kata bahasa Inggris yang dimiliki siswa oleh siswa masih belum memadai.

Demikian pula bagi sebagian siswa yang telah memiliki sejumlah kosa kata, tetapi

belum mampu merangkai kata-kata tersebut menjadi kalimat-kalimat sederhana. Hal

ini tidak sesuai dengan jumlah waktu yang digunakan oleh siswa untuk belajar bahasa

Inggris. Lebih kongkret, melihat output siswa SMA yang sebagian besar masih belum

bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris baik lisan dan tulis.Padahal

dalam tujuan pembelajaran bahasa Inggris, semenjak jenjang SMP saja telah tertera

bahwa tujuan pembelajaran adalah siswa dapat berkomunikasi baik lisan dan tulis

dengan lancar (BSNP, 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Bahasa Inggris).

Hasil survei Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah pada tahun

1989 dan 1990 terhadap pembelajaran bahasa Inggris SLTP dan SLTA dengan

responden siswa, guru, orang tua siswa di 26 Provinsi di Indonesia menunjukkan

sebagian besar orang tua dan siswa menghendaki agar siswa dapat berbicara dan

membaca bahasa Inggris, dan mereka belajar bahasa Inggris agar mudah

mendapatkan pekerjaan kelak (Huda, 1990 hlm 7-8). Selanjutnya Dirjen Dikdasmen

melaporkan bahwa nilai mata pelajaran bahasa Inggris dalam ujian nasional

pembelajaran bahasa Inggris tahun 2009 di SLTP nilai tes siswa rendah dan sangat

heterogen. Nilai rata-rata adalah 44.71 dengan rentangan 0-95.

Kondisi demikian, sampai saat ini masih belum dapat optimal untuk

mengembangkan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan-

keterampilan tersebut. Terlihat dikeluhkan oleh siswa dalam acara Blessing in

Disguise. Dalam kegiatan teleconferensi antara guru-guru SMA RSBI se-DIY dengan

9

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Franfurt dan Tokyo, dalam salah satu laporannya tentang sudut pandang siswa,

keyakinan guru yang mengajar dengan menggunakan bahasa Asing (bahasa kedua)

juga perlu mendapat sorotan. Beberapa hambatan yang ditemukan di lapangan antara

lain sulitnya memotivasi siswa, dukungan, kurangnya pelatihan yang mengkhususkan

pada bahasa, lemahnya metodologi, lemahnya motivasi dan kurangnya waktu. Skala

lebih luas, kualitas guru di kabupaten dan kota di luar Jawa masih sangat

memperhatikan. Berdasarkan data dari Badan Pengembangan Sumber daya Manusia

Pendidik Kebudayaan Penjamin Mutu Pendidikan (BPSDMPK) dan PMP)

Kemendikbud, bahwa sebanyak 1.611.251 guru hanya memperoleh rata-rata nilai

ujian kompetensi guru (UKG) sebanyak 47. “Dari jumlah tersebut, sebanyak 88

persen di Kabuapaten dan Kota di luar jawa nilainya di bawah 47,” (Kepala

BPSDMPK dan PMP Kemedikbud, Syawal Gultom, Senin, 1 April 2015). Oleh

karena itu guru dianggap masih belum kreatif dan inovatif dalam mengembangkan

proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya, yang mengarahkan

kompetensi siswa sesuai dengan yang diharapkan.

Selama ini dalam proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah menengah

pertama (SMP) seharusnya mengarahkan pada kompetensi berbahasa yang harus

dimiliki oleh siswa baik kompetensi berbicara, menyimak, membaca, dan menulis.

Terkait dengan kompetensi berbicara dan menyimak belum mendapatkan perhatian

yang serius dan wajar dari guru. Perhatian guru masih terfokus pada menekankan

kosa kata, tata bahasa, termasuk hanya menekankan pada keterampilan membaca dan

menulis.

Penelitian yang dilakukan oleh Utari dan Nababan (1993 hlm 54) selama ini

guru masih beranggapan bahwa berbicara dan menyimak merupakan kemampuan

berbahasa yang mudah dan alami dalam pemerolehannya, serta masih kurang materi

berupa buku teks dan sarana lainnya, seperti rekaman yang diperdengarkan untuk

menunjang tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran menyimak. Kemudian

penelitian y ang dilakukan oleh Tarigan (1986 hlm 24) pembelajaran berbicara dan

10

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyimak merupakan penelitian yang sangat penting, karena: (1) dalam kaitan

dengan pemerolehan bahasa, kemampuan berbicara dan menyimak dapat menjadi

dasar bagi kemampuan berbahasa lainnya. Ketidakmampuan menyimak dapat

mengakibatkan kemunduran dalam keterampilan berbicara. Kemunduran dalam

keterampilan berbicara berarti kemunduran dalam berbahasa lisan. Ketika anak

mengalami kemunduran dalam berbahasa lisan dapat pula beriringan dengan

kesulitan dalam memperoleh kemampuan berbahasa tulis. (2) dari segi fungsi

penggunaan bahasa dalam kehidupan praktis, keterampilan berbicara dan menyimak

sangatlah fungsional. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2004 hlm

115) berkenaan dengan pembelajaran bahasa Inggris ditemukan bahwa pembelajaran

di sekolah formal terlalu menekankan pada ketepatan penggunaan bahasa, sehingga

siswa di kelas dituntut untuk menghafal daftar panjang kata kerja beraturan dan tidak

beraturan tanpa konteks dan menghafal pola kalimat dari sekian banyak tenses.

Berkenaan yang terlalu berlebihan pada ketepatan berbahasa mengakibatkan bukan

saja kelancaran berkomunikasi bahasa Inggris yang menjadi terhambat, tetapi juga

rasa senang dan motivasi belajar bahasa Inggris siswa menjadi sangat menurun.

Berkenaan hal tersebut, Horwitz (2008 hlm 92) menyatakan bahwa: “…although

speaking is the hallmark of second language learning, it is sometimes neglected in

language classroom. Teacher often finds it easier to present language drills and

grammatical presentation than to ask students to participate in life like

conversation.”

Lebih lanjut di kemukakan oleh Kusumah (dalam Hisbullah Huda. 2004 hlm

114) bahwa rendahnya kemampuan berbahasa Inggris dalam penelitiannya bahwa

“Meskipun siswa sudah belajar bahasa Inggris selama bertahun-tahun di sekolah dan

sebagian besar dari siswa menyadari bahwa keterampilan berkomunikasi bahasa

Inggris itu penting, keterampilan berkomunikasi lisan di kalangan siswa SMA masih

tergolong rendah.”Penelitian Kusumah (dalam Hisbullah Huda, 2004 hlm 114)

tersebut diketahui bahwa hanya sekitar 10-20% siswa SMP yang memiliki

11

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan komunikasi bahasa Inggris dengan baik. Sementara itu, Warliah

(Togatorop, 2009 hlm 3) di dalam penelitiannya yang dilaksanakan di SMA Negeri 8

Bandung menyatakan bahwa “…most of the students do not raise question in English

classes because of being afraid of making mistake.”

Lebih jauh, Kusumah (dalam Hisbullah Huda, 2004 hlm 6) menyampaikan

“sebagai alat komunikasi bahasa Inggris merupakan salah satu pendidikan

keterampilan hidup yang harus dikuasai oleh lulusan SMA yang akan mencairi

pekerjaan ataupun meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi.” hal terebut

bertentangan dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa sebagaian

besar (80-90%) lulusan SMA tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris

meskipun mereka telah belajar bahasa Inggris selama enam tahun di SMP dan SMA.

Hasil prasurvei yang dilakukan peneliti, kondisi yang sama dialami oleh guru-

guru dan siswa Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Lombok Utara Provinsi

Nusa Tenggara Barat. Dilatarbelakangi keprihatinan peneliti sebagai putra daerah asli

untuk memberikan kontribusi untuk daerah, peneliti mencoba melakukan penelitian

di daerah termuda yaitu Kabupaten Lombok Utara. Permasalahan proses

pembelajaran yang tidak pernah berujung, sampai saat ini, ada beberapa hal yang

menjadi keprihatian peneliti antara lain hasil ujian nasional yang diperoleh siswa

Sekolah Menengah Pertama bahwa mata pelajaran bahasa Inggris yang paling rendah

dari empat mata pelajaran yang diujinasionalkan tersebut. Data lain berupa hasil ujian

akhir Sekolah Menengah Pertama Tahun Ajaran 2013-2014 di Lima Kecamatan di

Kabupaten Lombok Utara belum dikatakan berhasil. Sebab nilai rerata tertinggi mata

pelajaran bahasa Inggris (5.75) masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

mata pelajaran bahasa Inggris (7.00). Kemudian data hasil penilaian kemampuan

komunikasi lisan dari 494 siswa oleh guru mata pelajaran bahasa Inggris pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Lombok Utara. Berikut tabel Nilai

Rerata Ujian Akhir SMP di Lima Kecamatan Kabupaten Lombok Utara:

12

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1

Nilai Rerata Ujian Akhir SMP di Lima Kecamatan Kabupaten Lombok Utara Tahun Pelajaran 2013-2014

No Kecamatan Mata Pelajaran Nilai Rerata

1 Pemenang Bahasa Inggris 5.65

2 Tanjung Bahasa Inggris 5.75

3 Gangga Bahasa Inggris 5.50

4 Kayangan Bahasa Inggris 5. 75

5 Bayan Bahasa Inggris 5.60

(Sumber: Dokumen Dikpora Kabupaten Lombok Utara, 2014)

Berdasarkan data dalam tabel di atas, menunjukkan kemampuan bahasa

Inggris belum memadai sesuai dengan Standar Ketuntasan Minimal yang ditetapkan

oleh Pemerintah yakni 7.00. Berikut, dikemukakan salah satu hasil penilaian

kemampuan komunikasi lisan 494 siswa oleh Guru mata pelajaran bahasa Inggris

jenjang SMP Negeri di Kabupaten Lombok Utara.Hasil penilaian tersebut

menunjukkan tingkat kelancaran siswa bila dilihat dari kompetensi lisan khususnya

bagi siswa pada tingkat awal belajar bahasa Inggris.

13

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber: Slide MGMP Bahasa Inggris Kabupaten Lombok Utara, 2013).

Gambar 1.1

Grafik Kemampuan Komunikasi Lisan Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN se Kabupaten Lombok Utara pada Sub Kompetensi 1.3

Menurut Ketua MGMP Bahasa Inggris Kabupaten Lombok Utara bahwa

tujuh (7) siswa yang sangat lancar dan lancar berkomunikasi lisan bahasa Inggris

adalah siswa-siswa pindahan yang orang tuanya bergerak di industri pariwisata. Dua

(2) orang yang paling lancar adalah pindahan dari SMP Mutiara Denpasar Bali dan

lima (5) orang lainnya merupakan anak-anak yang setiap hari berjualan souvenir di

Pelabuhan Bangsal Pemenang Kabupaten Lombok Utara.

Kelemahan komunikasi lisan siswa dalam bahasa Ingris juga ditemukan pada

saat melakukan prasurvei awal di lima kecamatan di Kabupaten Lombok Utara

khususnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri. Kemampuan komunikasi lisan

siswa masih sangat jauh dari tujuan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah

menengah pertama. Dengan kata lain, kemampuan komunikasi lisan secara sederhana

2

5

16

146

325

Sangat Lancar

Lancar

Baik

Kurang Lancar

Tidak Lancar

0 50 100 150 200 250 300 350

SangatLancar

Lancar BaikKurangLancar

TidakLancar

Kompetensi Lisan 2 5 16 146 325

Kompetensi Lisan Siswa

Kompetensi Lisan

14

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seharusnya para alumni sekolah dasar yang telah menekuni pendidikan bahasa Inggris

di tingkat sekolah dasar mulai kelas IV sampai kelas VI terlihat masih jauh dari

harapan.

Berbagai fenomena dalam pembelajaran bahasa Inggris tersebut memerlukan

upaya serius dalam pemecahan dari berbagai pihak untuk mengatasinya. Menurut

peneliti, pertama dari posisi guru, peran guru dalam merancang pembelajaran kurang

kreatif dan inovatif, dan guru sangat dominan dalam proses pembelajaran, serta

metode yang dipergunakan guru yang monoton atau konvensional. Kedua dilihat dari

siswa, siswa kurang berani dan takut melakukan kesalahan, motivasi rendah,

kemampuan komunikasi dan kosa kata yang kurang memadai, ketika ditengah-tengah

pembicaraan berhenti, rata-rata siswa berbicara dibawah lima menit. Sedangkan dari

segi lingkungan berbahasa kurang mendukung terbentuknya kompetensi komunikatif

siswa.

Hal tersebut di atas diakui oleh Kabiddikdas Dikpora Kabupaten Lombok

Utara (Furqan) pada saat pertemuan antara guru bahasa Inggris dan kepala sekolah

dengan peneliti di ruangan Sekdis Dikpora (Adenan). Dikatakan bahwa selama tiga

tahun berturut-turut siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama dengan kelulusan 100

persen. Namun selama tiga tahun tersebut guru-guru belum kreatif dan inovatif dalam

merancang pembelajaran dengan baik dan benar dan dalam proses pembelajaran

belum menekankan kepada empat pokok kompetensi berbahasa khususnya

kemampuan komunikasi lisan siswa bahasa Inggris. Karena itu penting untuk

menjadikan siswa yang kompetitif dalam dunia global saat ini, serta menciptakan

generasi emas 2045 sebagaimana visi Kabupaten Lombok Utara. Apalagi saat ini

memerlukan kemampuan berbahasa dalam berkomunikasi untuk menghadapi

globalisasi dan mendukung pariwisata daerah. (Wawancara, Ruang Sekdis Dikpora

KLU, Senin, 9 Maret 2015).

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas mengisyaratkan bahwa terdapat

banyak aspek yang perlu mendapatkan perhatian serius agar pendidikan bahasa

15

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Inggris, khususnya peningkatan kemampuan lisan siswa di Kabupaten Lombok Utara

dapat meningkat. Penelitian ini menjadi penting mengingat belum ada penelitian

serupa sebelumnya di Kabupaten Lombok Utara dan fenomena tersebut penting untuk

diteliti lebih mendalam.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Rendahnya pencapaian proses dan hasil belajar bahasa Inggris komunikatif di

atas tentu saja kuat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang melatarbelakanginya.

Faktor-faktor tersebut selanjutnya diidentifikasi sebagai berikut:

Pertama, dilihat dari aspek guru. Proses pembelajaran bahasa Inggris yang

dilakukan guru di kelas menjadi faktor utama yang mempengaruhi kemampuan

komunikasi lisan siswa. Hal ini berawal dari kompetensi profesional dan pedagogis

guru. Guru bahasa Inggris seharusnya kompeten berbahasa Inggris. Guru seharusnya

mampu memahami substansi materi ajar, memahami kurikulum, mampu

merencanakan, melaksanakan dan melakukan penilaian terhadap pembelajaran serta

memiliki ilmu didaktik dan metodik yang memadai. Berdasarkan Hasil UKG bagi

Guru dalam Jabatan Tahun 2013, dari sebanyak 97 guru bahasa Inggris se Kabupaten

Lombok Utara hanya 30 orang yang dinyatakan lulus (dengan nilai diatas standar

kelulusan 65). Ironisnya, ada 9 guru yang nilainya sangat rendah atau di bawah 30.

Kedua, dilihat dari aspek siswa. Perilaku-perilaku peserta didik, seperti:

malas, kurang perhatian, kurang motivasi belajar dan tidak disiplin masih banyak

ditemukan. Suryabrata (1994 hlm 77) mengungkapkan rendahnya hasil belajar

disebabkan oleh dua faktor, yakni: (1) faktor dari luar diri peserta didik (eksternal),

terdiri atas faktor-faktor sosial dan non-sosial, seperti kualifikasi guru, metode,

media, peralatan, dan evaluasi; (2) faktor dari dalam diri peserta didik (internal),

terdiri atas faktor-faktor fisiologis dan psikologis, seperti intelegensi, minat, bakat,

motivasi, persepsi, dan cara belajar. Senada begitu juga menurut Slameto (2005 hlm

54) “…faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat dibedakan menjadi

16

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada

dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor

yang ada di luar individu”. Salah satu faktor internal adalah minat siswa terhadap

mata pelajaran bahasa Inggris tergolong rendah. Siswa menganggap bahasa Inggris

adalah bahasa yang sulit dan menakutkan.

Ketiga, dilihat dari aspek sarana prasarana.Sebagaimana telah dikemukakan

pada latar belakang masalah di atas bahwa ketersediaan sarana prasarana pendukung

pembelajaran bahasa Inggris komunikatif tergolong kurang memadai. Misalnya,

buku-buku teks dan non teks pelajaran yang tidak sebanding dengan jumlah siswa

dan rombongan belajar. Kaset dan CD Pembelajaran yang dapat dijadikan model bagi

siswa dalam belajar berkomunikasi lisan sudah banyak yang tidak berfungsi dan

bahkan ada sekolah yang belum memilikinya.

Keempat, dilihat dari aspek model pembelajaran.Model pembelajaran bahasa

Inggris yang digunakan guru yang masih berorientasi pada pembelajaran

konvensional (tanpa inovasi memadai), sehingga muncul berbagai kritikan bahwa

pelajaran bahasa Inggris tidak mengambarkan keterampilan berbahasa. Misalnya,

model pembelajaran permainan bahasa yang mampu meningkatkan kemampuan

berbicara, siswa belajar melalui praktik berbahasa dapat meningkatkan peran serta

bahasa Inggris secara sederhana kurang dikuasai oleh guru. Padahal pembelajaran

bahasa Inggris yang efektif hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran yang bersifat eksploratif dan mendorong siswa aktif memproduksi

bahasa. Demikian juga guru bahasa Inggris kurang menggunakan bahasa Inggris

sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran yang dapat membantu siswa sehingga

mendapatkan input bahasa ujaran yang cukup untuk menginisiasi berbicara.

Kelima, dilihat dari aspek kurikulum dan penilaian. Pembelajaran bahasa

Inggris dapat mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang tinggi jika

pengembangan kurikulum dilakukan sebagaimana mestinya. SKL yang tinggi

ditandai dari penguasaan kompetensi komunikatif sesuai yang diharapkan yang

17

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terlihat dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.Pada

kenyataannya berdasarkan studi awal siswa SMP belum menunjukan kemampuan

komunikasi lisan bahasa Inggris sesuai dengan yang diharapkan. Ketidakmampuan

siswa di sekolah formal termasuk sekolah berstandar nasional untuk menunjukkan

kemampuan komunikasi lisan bahasa Inggris secara memadai sesuai dengan SKL,

menandakan adanya masalah dalam efektifitas pembelajaran. Pembelajaran yang

tidak efektif atau tidak mencapai SKL menandakan kurang atau tidak adanya

efektifitas dalam pengembangan kurikulum. Efektifitas yang dimaksud dapat dilihat

dari implementasinya. Lebih lanjut ada beberapa hal dari sekian banyak unsur yang

dievaluasi dalam penerapan standar proses pendidikan yang berpotensi penghambat

pencapai SKL yang tinggi, yakni berkenaan dengan prasyarat kegiatan pembelajaran

yang menghendaki jumlah siswa maksimal untuk tiap rombongan belajar tidak lebih

dari 32 orang siswa.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Mengingat luasnya masalah di atas, maka penulis membatasi pada faktor

model pembelajaran. Kajian ini akan dilakukan di SMP Negeri se Kabupaten

Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat sehingga apabila dirumuskan

masalahnya adalah: “Bagaimana model pembelajaran bahasa Inggris yang cocok

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa Sekolah Menengah Pertama

di Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat?” Rumusan masalah

pokok ini selanjutnya dikembangkan ke dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan

penelitian berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif pembelajaran bahasa Inggris di kelas VII sekolah

menengah pertama yang berlangsung selama ini?

18

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana desain, implementasi dan evaluasi model pembelajaran bahasa Inggris

yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa

sekolah menengah pertama?

3. Bagaimana efektifitas model pembelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa sekolah menengah

pertama dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Inggris yang biasa dilakukan

oleh guru selama ini?

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model

pembelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi lisan siswa sekolah menengah pertama?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian di atas maka tujuan umum penelitian

dan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan suatu produk model pembelajaran

yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa di Sekolah Menengah

Pertama di Kabupaten Lombok Utara. Mengacu pada tujuan umum tersebut,

selanjutnya dijabarkan tujuan khusus sebagai berikut:

1. Menghasilkan suatu gambaran kondisi awal pembelajaran bahasa Inggris di kelas

VII sekolah menengah pertama yang berlangsung selama ini.

2. Menghasilkan suatu produk dalam bentuk desain model pembelajaran bahasa

Inggris untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa sekolah

menengah pertama.

3. Menguji efektifitas model pembelajaran bahasa Inggris hasil pengembangan

dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan secara

konvensional.

4. Menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model

pembelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan.

19

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Manfaat Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

teoretis dan juga manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat menjadi bahan

kajian lebih lanjut bagi para guru, pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP), pengamat pendidikan, timpengembang kurikulum pendidikan bahasa

Inggris dan peneliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan teoretis

dalam mengembangkan dan memperkuat teori dan konsep pembelajaran bahasa

Inggris yang sudah ada, sehingga pembelajaran bahasa Inggris menjadi lebih efektif

bagi peningkatan kemampuan komunikasi lisan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

kalangan guru mata pelajaran bahasa Inggris, tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) mata pelajaran bahasa Inggris jenjang SMP, tim pengembang kurikulum

daerah dan peneliti lain.

a. Bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Inggris

yang menekankan pada komunikatif lisan. Menggunakan model pembelajaran hasil

pengembangan ini, diharapkan guru dapat memperbaiki kinerjanya, lebih kreatif dan

inovatif dalam merancang pembelajaran yang berbasis pada siswa sehingga

pembelajaran bahasa Inggris menjadi efektif.

20

Lukman, 2016 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Bagi Tim Pengelola Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dapat

ditindaklanjuti oleh para pengelola MGMP sehingga model pembelajaran bahasa

Inggris komunikatif ini dapat didiskusikan, direncanakan, disempurnakan dan

diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Inggris.Selanjutnya, model pembelajaran

ini dapat disebarluaskan kepada guru-guru bahasa Inggris.

c. Bagi Tim Pengembang Kurikulum Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dapat

ditindaklanjuti oleh Tim Pengembang Kurikulum Daerah agar dapat disepakati

penggunaannya secara meluas di daerah. Tim Pengembang Kurikulum Daerah dapat

memperbaiki dan menyesuaikan model ini sesuai dengan karakteristik siswa dan guru

di daerah.

d. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau landasan teoretis

bagi peneliti lanjutan yang tertarik mengkaji pembelajaran bahasa Inggris yang

berbasis pada pengembangan komunikatif lisan.