BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat...

88
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan menginginkan keutuhan dalam membangun rumah tangga, namun realitas menunjukkan bahwa angka perceraian kian meningkat. Banyak perkawinan yang mengalami “kemandegan”, di dalam perkawinan itu hanya sekedar bertahan atau menjalani rutinitas dan kewajiban tanpa kehangatan dan kemesraan. Kini pada sebagian kalangan masyarakat perkawinan sudah tidak dianggap lagi sebagai pranata sosial yang sakral sehingga ketika terjadi masalah atau perselisihan, perceraian langsung menjadi pilihan. Sering pula terjadi pasangan suami istri saling menyerang, menuduh dan memfitnah. Bayangkan orang yang dulu saling mencintai, hidup bersama dalam suka dan duka, punya harapan untuk mereguk kebahagiaan, berakhir dengan perceraian. Padahal, ikatan perkawinan bukan semata-mata ikatan perdata dan tidak sedikit perceraian terjadi pada mereka yang baru berumah tangga. Apapun alasannya setiap perceraian selalu membekas luka yang mendalam terutama bagi anak-anak yang dilahirkannya. Setiap hari kantor Pengadilan Agama selalu disibukkan dengan urusan pasangan yang akan bercerai. Berita-berita di media cetak dan elektronik pun tak kalah serunya dengan isu kandasnya perkawinan para selebritis. Kenyataan itu sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan indah dan kebahagiaan.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap pasangan menginginkan keutuhan dalam membangun rumah tangga,

namun realitas menunjukkan bahwa angka perceraian kian meningkat. Banyak

perkawinan yang mengalami “kemandegan”, di dalam perkawinan itu hanya

sekedar bertahan atau menjalani rutinitas dan kewajiban tanpa kehangatan dan

kemesraan. Kini pada sebagian kalangan masyarakat perkawinan sudah tidak

dianggap lagi sebagai pranata sosial yang sakral sehingga ketika terjadi masalah

atau perselisihan, perceraian langsung menjadi pilihan. Sering pula terjadi

pasangan suami istri saling menyerang, menuduh dan memfitnah. Bayangkan

orang yang dulu saling mencintai, hidup bersama dalam suka dan duka, punya

harapan untuk mereguk kebahagiaan, berakhir dengan perceraian. Padahal, ikatan

perkawinan bukan semata-mata ikatan perdata dan tidak sedikit perceraian terjadi

pada mereka yang baru berumah tangga. Apapun alasannya setiap perceraian

selalu membekas luka yang mendalam terutama bagi anak-anak yang

dilahirkannya.

Setiap hari kantor Pengadilan Agama selalu disibukkan dengan urusan

pasangan yang akan bercerai. Berita-berita di media cetak dan elektronik pun tak

kalah serunya dengan isu kandasnya perkawinan para selebritis. Kenyataan itu

sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan

dengan sejuta harapan indah dan kebahagiaan.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

2

Secara teoritis terpenuhinya ekonomi keluarga dianggap mampu

memberikan jaminan terhadap kebutuhan pihak-pihak yang berhak untuk

memperoleh nafkah, juga dianggap mampu mengantisipasi akibat negatif dari

kemungkinan adanya pihak-pihak yang melalaikan tanggung jawabnya.

Berkaitan dengan kewajiban memenuhi ekonomi keluarga adakalanya suami

mampu dan adakalanya dia seorang yang tidak mampu. Terpenuhinya ekonomi

keluarga besar sekali pengaruh dan fungsinya dalam membina rumah tangga

bahagia, aman tenteram dan sejahtera. Sebaliknya tidak terpenuhinya ekonomi

keluarga menjadi penyebab terjadinya pertengkaran dan kekacauan dalam rumah

tangga yang berakibat perceraian. Kecukupan ekonomi mempunyai pengaruh

yang sangat penting untuk menuju keluarga yang bahagia.

Masalah ekonomi merupakan faktor yang sangat rentan dalam menimbulkan

problem rumah tangga, baik masalah ekonomi yang cukup bahkan berlebihan

hingga masalah ekonomi yang kurang bahkan sangat berkekurangan atau masalah

dalam pengaturan keuangan keluarga (Umay M. Dja‟far Shiddieq, 2004: 109).

Adanya kelalaian dalam memenuhi ekonomi keluarga sehingga pihak yang

dinafkahinya menjadi terlantar merupakan permasalahan yang sering terjadi di

kalangan keluarga Islam, terutama pada masyarakat yang kurang pengetahuannya

tentang kewajiban memenuhi ekonomi keluarga. Akibatnya tidak sedikit istri dan

anak-anak yang terlantar dibiarkan begitu saja oleh ayahnya tanpa pembelaan.

Inilah yang menjadi alasan perceraian umum diajukan oleh pasangan suami

istri, karena jika pernikahan dilanjutkan akan membawa kemudharatan bagi

keduanya bahkan keluarga dan agama. Alasan tersebut kerap diajukan apabila

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

3

kedua pasangan atau salah satunya menemukan ketimpangan dalam perkawinan

yang sulit diatasi sehingga mendorong mereka untuk mempertimbangkan

perceraian. Sebagaimana telah diketahui dewasa ini, salah satu penyebab yang

menimbulkan pertengkaran dan keretakan dalam rumah tangga adalah kondisi

ekonomi keluarga.

Pengadilan Agama merupakan salah satu lingkungan peradilan yang berada

di bawah Mahkamah Agung, yang bertugas menegakkan hukum dan keadilan,

salah satunya adalah Pengadilan Agama Bandung. Pengadilan agama ini memiliki

kewenangan dalam menyelesaikan perkara-perkara yang berada di bawah

wewenang Peradilan Agama sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku,

diantaranya berwenang dalam memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara

tingkat pertama dalam hal perkawinan.

Menurut ketentuan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan

yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan Agama Bandung, sebab

berdasarkan data yang penulis peroleh jumlah perkara perceraian di Pengadilan

Agama Bandung dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, dan

perceraian paling banyak dilakukan oleh isteri yang gugat cerai. Jumlah perkara

perceraian yang masuk ke Pengadilan Agama Bandung pada tahun 2010 sebanyak

3629 perkara, sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 4116 perkara perceraian.

Adapun faktor perceraian di Pengadilan Agama Bandung disebabkan antara

lain: poligami tidak sehat, krisis akhlak, cemburu, kawin paksa, ekonomi, tidak

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

4

ada tanggung jawab, kawin di bawah umur, penganiayaan, dihukum, cacat

biologis, gangguan pihak ketiga dan tidak ada keharmonisan.1

Dari dua belas penyebab terjadinya perceraian di Pengadilan Agama

Bandung, faktor ekonomi menempati posisi yang tinggi sebagai penyebab

perceraian. Dalam hal ini pihak suami tidak mampu mencukupi dan memenuhi

kebutuhan rumah tangga sehingga kehidupan rumah tangganya menjadi tidak

harmonis, sering terjadi perselisihan dan percekcokan yang akhirnya terjadi

perceraian antara pasangan suami istri (pasturi).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji dan

mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul FAKTOR EKONOMI

SEBAGAI ALASAN GUGATAN PERCERAIAN (Studi Putusan-Putusan

Pengadilan Agama Bandung Tahun 2011).

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang tersebut, maka dapat diajukan pertanyaan

penelitian:

1. Bagaimana prosedur gugat cerai di Pengadilan Agama Bandung karena

alasan ekonomi?

2. Bagaimana pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Bandung dalam

menyelesaikan gugatan perceraian dengan alasan ekonomi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan perumusan masalah penelitian

yang telah peneliti uraikan diatas, maka tujuan diadakan penelitian adalah :

1 Data ini diperoleh dari Laporan Tahunan Pengadilan Agama Bandung.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

5

1. Untuk mengetahui prosedur gugat cerai di Pengadilan Agama Bandung

karena alasan ekonomi.

2. Untuk menjelaskan pertimbangan hukum yang diberikan oleh hakim

Pengadilan Agama Bandung dalam menyelesaikan gugatan perceraian

dengan alasan ekonomi.

D. Kerangka Pemikiran

Setiap manusia menginginkan kehidupan perkawinannya dapat

berlangsung terus hingga akhir hayatnya. Hal ini diperkuat sebagaimana dalam

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menegaskan bahwa

prinsip perkawinan adalah suatu akad yang suci yang dibangun oleh suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang kekal dan bahagia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan rumah tangga tak luput dari

permasalahan-permasalahan yang timbul baik disengaja maupun tidak disengaja

yang mana dapat menimbulkan perselisihan dalam rumah tangga. Faktor-faktor

penyebab terjadinya perselisihan diantaranya adalah faktor ekonomi. Kesulitan

ekonomi, menjadi masalah krusial yang dapat memicu pertengkaran antara suami

istri.

Islam telah mengatur mengenai hak kewajiban suami kepada istri dalam

keluarga. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 233 yang

berbunyi:

“Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakaian kepada para ibu

dengan cara yang ma'ruf” (QS. Al-Baqarah: 233).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

6

Rasulullah SAW bersabda:

وال تضرة. ذا اكتسيت وال تقبح الىجه ٳ ذا طعمت واكسهب ٳ نى شئت واطعمهب ٲ ائت حرثك

“Datangilah ladangmu (istrimu) dari mana kamu suka, berilah ia makan

apabila kamu makan, berilah ia pakaian apabila kamu memakai pakaian, jangan

menampar mukanya, dan janganlah kamu memukuli (dia)”.

Hadis ini di-takhrij oleh Abu Dawud (1/334), dan Ahmad (5/3/5) dari Bahz

ibn Hakim: “Ayahku telah bercerita kepadaku dari kakekku, ia mengatakan: Saya

berkata: “Ya Rasulullah, istri-istri kami, apa yang boleh kami lakukan kepada

mereka dan apa yang harus kami tinggalkan?” Rasulullah s.a.w. bersabda:…

(Sabda Nabi sama dengan redaksi hadis di atas).

Menurut Muhammad Nashiruddin al-Albani (2006: 406). Hadis ini hasan

dari segi sanad-nya, karena ada perselisihan menyolok mengenai Bahz ibn

Hakim, seorang perawi yang shadûq, sebagaimana disebutkan dalam at-Taqrîb.

Adapun ayahnya (Ibnu Mu‟awiyah ibn Hidah), hadisnya diriwayatkan oleh

sekelompok perawi tsiqah, dan oleh Ibnu Hibban (1/24) dinyatakan tsiqah.

Suami-istri dalam ajaran Islam tidak boleh terlalu cepat mengambil

keputusan bercerai, karena benang kusut itu sangat mungkin disusun kembali.

Walaupun dalam ajaran islam ada jalan penyelesaian terakhir yaitu perceraian,

namun perceraian adalah suatu hal yang meskipun boleh dilakukan tetapi dibenci

oleh Nabi (Satria Effendi M. Zein, 2004: 97).

Untuk mencapai perdamaian antara suami istri bilamana tidak dapat

diselesaiakan oleh mereka, maka Islam mengajarkan agar diselesaikan melalui

hakam, yaitu dengan mengutus satu orang yang dipercaya dari pihak laki-laki dan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

7

satu orang dari pihak perempuan untuk berunding sejauh mungkin untuk

didamaikan. Dalam Al-Qur‟an Surat An-Nisa ayat 35 Allah berfirman:

...

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka

kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga

perempuan...”2

Perceraian dalam ikatan perkawinan adalah sesuatu yang dibolehkan oleh

ajaran Islam. Apabila sudah ditempuh berbagai cara untuk mewujudkan

kerukunan, kedamaian, dan kebahagiaan, namun harapan dalam tujuan

perkawinan tidak akan terwujud atau tercapai sehingga yang terjadi adalah

perceraian. Perceraian diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

(selanjutnya disebut UUPA) dan Pasal 115 KHI.

Tata cara perceraian menurut pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974 adalah sebagai

berikut:3

1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah

pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak.

2. Untuk melakukan perceraian harus cukup alasan, bahwa antara suami dan

isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.

3. Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan

perundang-undangan sendiri.

2 An-Nisa (4) :35.

3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

8

Hakim dalam suatu lembaga peradilan memegang peranan penting karena

hakim dalam hal ini bertindak sebagai penentu untuk memutuskan suatu perkara

yang diajukan ke pengadilan. Tugas pokok dari pada hakim adalah menerima,

memeriksa, dan mengadili setiap perkara yang diajukan kepadanya. Hakim

menerima perkara, jadi dalam hal ini sikapnya adalah pasif atau menunggu adanya

perkara diajukan kepadanya dan tidak aktif mencari atau mengejar perkara (wo

kein Klager ist, ist kein Richter nemo judex sine actore). Kemudian hakim

meneliti perkara dan akhirnya mengadili yang berarti memberi kepada yang

berkepentingan hak atau hukumnya (Sudikno Mertokusumo, 2009: 117).

Pada saat menangani perkara perceraian hakim tidak serta merta

memutuskan perceraian akan tetapi hakim juga mempertimbangkan hukum sesuai

dengan undang-undang yang berlaku. Hakim hanya bisa menjatuhkan

memutuskan perceraian apabila perceraian tersebut sesuai dengan aturan

perundang-undangan.

Adapun hal-hal yang dapat dipakai untuk mengajukan gugatan perceraian

diatur dalam Pasal 39 ayat 2 menentukan bahwa untuk melaksanakan perceraian

harus ada cukup alasan, bahwa antara suami dan isteri itu tidak akan dapat hidup

rukun sebagai suami isteri. dan dipertegas lagi di dalam Pasal 19 ayat 1 Peraturan

Pemerintah nomor 9 tahun 1975 yang pada dasarnya adalah sebagai berikut:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan

lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

9

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-

turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain

diluar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajiban sebagai suami/isteri;

f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Alasan perceraian ini adalah sama seperti yang tersebut dalam pasal 116

Kompilasi Hukum Islam dengan penambahan dua ayat yaitu: (a) suami melanggar

taklik talak dan (b) peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidak rukunan dalam rumah tangga.

Terkait masalah ketidakmampuan suami memenuhi ekonomi keluarga bila

istri merelakannya tidak menjadi persoalan, tetapi jika istri tidak suka, tidak rela

dan tidak sabar menghadapi suaminya maka pihak istri boleh mengajukan gugatan

perceraian ke Pengadilan Agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat

tinggal penggugat kecuali istri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin

suami. Jika Istri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin suami,

gugatan harus ditujukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya mewilayahi

tempat kediaman suaminya. Hak untuk memohon memutuskan ikatan perkawinan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

10

ini dalam hukum Islam disebut khulu‟, yaitu salah satu cara melepaskan ikatan

perkawinan yang datang dari pihak istri dengan kesediaannya membayar ganti

rugi, yaitu dengan mengembalikan mahar kepada suami.

E. Langkah-langkah Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analisis isi (content analysis)

adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu

informasi tertulis atau tercetak dalam media masa. Analisis isi dapat digunakan

untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik surat kabar, berita radio, iklan

televisi maupun bahan dokumentasi lain (Dadang Kuswana, 2011: 249).

Pada penelitian ini yaitu terhadap putusan-putusan gugat cerai karena faktor

ekonomi tahun 2011 yang dijadikan bahan penelitian ini. Metode ini digunakan

berdasarkan karakteristik yang disesuaikan dengan masalah, tujuan, dan kerangka

berfikir penelitian ini, yang berfokus pada isi putusan tersebut dikaitkan dengan

hukum tertulis dan tidak tertulis yang dijadikan dasar pada putusan tersebut, serta

nilai-nilai hukum yang digali dan ditemukan dalam putusan Pengadilan itu.

2. Sumber Data

Penentuan sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data utama

yaitu:

a. Sumber data primer berupa teks (naskah) salinan putusan-putusan

Pengadilan Agama Bandung termasuk berita acara persidangan, surat-surat

kelengkapan perkara, dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan

perkara tersebut. Terlebih juga informasi atau keterangan yang diperoleh

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

11

dari para Majelis Hakim yang menyidangkan perkara ini dan para pihak

yang berperkara, yang berhubungan dengan perkara tersebut.

b. Sumber sekunder berupa buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan

pokok bahasan atau inti permasalahan penelitian ini.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data merupakan cara atau metode tertentu guna

memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tekhnik

pengumpulan data yang digunakan yaitu:

a. Wawancara (Interview)

Merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan

tanya jawab secara lisan kepada Majelis Hakim Pengadilan Agama Bandung yang

berkaitan dengan permasalahan dari objek yang diteliti.

Menurut Cik Hasan Bisri (2001: 64). Alat pengumpulan data itu dapat

berupa suatu daftar pertanyaan terstruktur dan rinci, yang disebut kuesioner

(questionaire); atau secara garis besar dan dijadikan sebagai pedoman dalam

melakukan wawancara, yang kemudian dikenal sebagai panduan wawancara

(interviewguide). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang tidak

menyimpang dari pokok permasalahan yang peneliti teliti.

b. Dokumentasi

Yaitu cara memperoleh data dengan menelusuri dokumen-dokumen yang

ada hubungannya dengan masalah ekonomi keluarga tidak terpenuhi menjadi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

12

alasan gugatan perceraian dan data yang diperoleh dari data tertulis yaitu buku-

buku maupun tulisan yang berkaitan dengan persoalan yang diteliti.

4. Pendekatan Penelitian

Dalam hal ini penulis menggunakan dua pendekatan yaitu:

a. Pendekatan yuridis, yaitu pendekatan yang didasarkan pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Pendekatan normatif, yaitu pendekatan terhadap materi-materi yang diteliti

dengan mendasarkan pada penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an, al-Hadits serta

pandangan para ahli hukum yang berkompeten dalam hal ini.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan tahap pertengahan dari serangkaian tahap dalam

sebuah penelitian yang mempunyai fungsi yang sangat penting. Hasil penelitian

yang dihasilkan harus melalui proses analisis data terlebih dahulu agar dapat

dipertanggungjawabkan keabsahannya (Haris Herdiansyah, 2010: 158). Analisis

data disebut juga pengolahan data dan panafsiran data yaitu rangkaian kegiatan

penelaahan, pengelompokkan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar

sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah (Nurul Zuriah, 2006:

191). Metode yang digunakan untuk menganalisa data adalah metode induktif,

yaitu penarikan kesimpulan yang berawal dari satuan pengetahuan yang bersifat

khusus kemudian ditarik suatu kesimpulan umum.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Ekonomi

1. Pengertian Ekonomi

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk individu yang sekaligus juga

sebagai makhluk sosial. Sejak Kehidupan manusia berjalan terus, sepanjang

perjalanan hidup itu pula manusia tidak pernah lepas dari kebutuhan. Sejak

manusia mengenal hidup bergaul, tumbuhlah suatu masalah yang harus

dipecahkan bersama-sama, yaitu bagaimana setiap manusia memenuhi kebutuhan

hidup mereka masing-masing. Kebutuhan seseorang tidak mungkin dapat

dipenuhi oleh dirinya sendiri.

Ketika beranjak dewasa, kebutuhan manusia semakin bertambah. Semula

hanya membutuhkan makanan dan minuman, kemudian bertambah dengan

kebutuhan-kebutuhan lain, seperti pakaian, tempat tinggal, perabot rumah tangga,

kendaraan bermotor, dan rumah mewah. Setelah kebutuhan yang satu terpenuhi,

maka akan segera muncul kebutuhan yang lain. Kebutuhan hidup manusia untuk

memenuhi, menghasilkan, dan membagi-bagikannya dinamakan ekonomi

(Abdullah Zaky Al-Kaaf, 2002: 11).

Ekonomi berasal dari bahasa Yunani (Grek) yang terdiri dari dua kata, yaitu

oikos dan nomos. Oikos artinya rumah tangga dan nomos artinya aturan dalam

memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.

Rumah tangga dalam pengertian ekonomi adalah rumah tangga dalam arti

luas, yang meliputi rumah tangga keluarga, rumah tangga perusahaan, rumah

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

14

tangga Negara, dan rumah tangga dunia. Dalam setiap kebutuhan rumah tangga

diperlukan aturan agar kegiatan rumah tangga dapat berjalan dengan baik dan

setiap anggotanya dapat hidup makmur sejahtera (Kardiman, Endang Mulyadi,

Achmad Kusriadi, 2003:9).

“Manusia adalah makhluk multi dimensional. Di dalam diri manusia

terdapat aspek-aspek yang menggerakan manusia bertindak dan membutuhkan sesuatu. Beberapa aspek tersebut biasanya memberikan dasar pijakan bagi

pengembangan sesuatu itu dibuat dalam rangka untuk memenuhi apa yang dibutuhkan manusia” (Muhammad,2004: 25).

Meskipun kebutuhan manusia cukup banyak (jenis dan jumlahnya), tetapi

jika ditelusuri lebih seksama ternyata tiap orang mempunyai tingkat kebutuhan

yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat kebutuhan ini disebabkan beberapa faktor

yang diantaranya adalah faktor ekonomi. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu

berhadapan dengan masalah ekonomi, paling tidak untuk mempertahankan hidup

seperti kebutuhan makanan, pakaian dan perumahan.

Meski setiap orang berbeda, namun semua orang dikenal memiliki dua

kebutuhan, yakni kebutuhan asasi (primer) secara terbatas dan kebutuhan kamali

(sekunder dan tersier) serta keinginan bersifat tidak terbatas. Kebutuhan lahir atau

kebutuhan fisik termasuk kedalam kebutuhan asasi sehingga wajib dipenuhi.

Dalam memenuhi kebutuhan ini sumber daya yang disediakan di alam ini akan

mampu memenuhinya. Di lain pihak, naluri yang tidak terkontrol dapat

melahirkan kebutuhan kamali dan keinginan yang tidak terbatas. Jika hal ini harus

dipenuhi, boleh jadi sumber daya yang ada tidak akan mencukupinya.

Maka disinilah kepentingan mendudukkan posisi manusia secara benar

dalam ilmu dan sistem ekonomi agar ketersediaan sumber daya yang ada di alam

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

15

ini tidak dijadikan sebagai permasalahan utama ekonomi. Pandangan yang

memasukkan semua kebutuhan manusia tidak terbatas dan wajib dipenuhi

bertentangan dengan realitas yang ada. Kenyataannya, banyak orang yang tidak

memiliki mobil mewah, rumah besar, harta melimpah dapat hidup dengan

bahagia. Mereka tidak memiliki resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan,

dan jiwanya karena kondisi itu.

Islam menganggap bahwa kebutuhan fisik sebagai kebutuhan asasi mutlak

harus dipenuhi dengan berbagai mekanisme, baik sebagai tanggung jawab

individu, keluarga, masyarakat maupun negara. Oleh karena itulah Allah SWT

memberikan keringanan (rukhshah) kepada orang-orang yang terpaksa melakukan

sesuatu yang diharamkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan asasinya itu

sendiri. Hal ini semata-mata agar orang tersebut dapat bertahan hidup dari

keadaan darurat. Sebaliknya kebutuhan kamali tidak mutlak untuk dipenuhi bila

beberapa hal tidak mampu memenuhinya (M. Sholahuddin, 2007: 22).

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan fisik

merupakan pemenuhan yang wajib dilakukan agar manusia tidak mengalami

kerusakan organ tubuh, penyakit, dan kematian. Karenanya, masing-masing

individu berkewajiban menggerakkan segenap potensi dan kemampuannya untuk

hal ini. Setiap individu bekerja untuk mendapatkan nafkah bagi dirinya dan

tanggungannya. Masyarakat berkewajiban membantu tetangga, kerabat atau

anggota masyarakat lainnya yang tidak mampu memenuhi kebutuhan asasinya

sendiri. Sedangkan negara bertanggung jawab terhadap seluruh pemenuhan

kebutuhan asasi warga negaranya.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

16

2. Pengaruh Ekonomi Terhadap Keluarga

Keluarga diartikan sebagai suatu masyarakat terkecil yang sekaligus

merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Hubungan antara individu

dengan kelompok disebut primari group. Kelompok yang melahirkan individu

dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Dalam

kebudayan kita dewasa ini dapat ditemukan berbagai macam variasi keluarga,

baik variasi dari struktur, taraf hidup, maupun filsafat hidup keluarga. Ada

keluarga inti yang terdiri dari ayah ibu dan anak-anak (nucler family). Ada pula

keluarga besar (extended family) yang anggotanya merupakan keluarga inti

ditambah dengan anggota keluarga lain.

Dari segi taraf hidup, kita temukan keluarga terdidik, keluarga yang mampu,

kurang mampu atau kombinasi dari variasi-variasi tadi dan lain-lain.

Namun bagaimanapun, dalam keanekaragamannya dapat dijumpai suatu

persamaan yang esensial dari keluarga, yaitu mengenai fungsinya. Paling sedikit

ada dua fungsi utama yang harus di jalankan oleh keluarga. Fungsi ini sangat

mendasar, bila tidak terpenuhi akan membuat keluarga itu tidak berarti. Fungsi

tersebut adalah:

1. Keluarga sebagai suatu unit yang berfungsi memberi atau memenuhi kepuasan

primer-biologik pada anggotanya, seperti:

Kepuasan seksual bagi suami isteri

Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan pembiayaan keperluan

primer (utama) lainnya bagi anggota keluarga.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

17

2. Keluarga sebagai suatu unit yang berfungsi membudayakan manusia. Karena

keluarga adalah “An institution to which we owe our humanity”. (Suatu

lembaga yang menjunjung harkat kemanusiaan). Termasuk dalam kategori ini,

fungsi keluarga untuk mengembangakan kehidupan:

Emosional anggota keluarga, dengan memberinya rasa aman, terlindungi,

diakui, dihargai, diinginkan, disayangi dan sebagainya.

Sosialisasi anggota keluarga, hingga perilaku masing-masing tidak

menyulitkan dalam melakukan penyesuaian diri antara satu sama lain

(Sanusi, Badri dan Syafruddin, 1996: 13).

Adapun fungsi keluarga yang lain adalah fungsi edukasi, fungsi proteksi

(fungsi perlindungan), fungsi rekreasi, fungsi religius, dan fungsi ekonomis.

Keluarga merupakan suatu kesatuan ekonomis, lebih-lebih zaman dahulu

dalam masyarakat pertanian, keluarga dan perusahaan, ruang keluarga dan ruang

kerja perusahaan, personalia kerja dan personalia perusahaan adalah satu.

Sekarang keadaan demikian telah banyak berubah, akan tetapi keluarga

sebagai kesatuan ekonomis pada umumnya masih banyak berlaku. Karena itu

ekonomi keluarga sangat vital bagi kehidupan keluarga .

Ekonomi berperan sebagai upaya dalam membebaskan keluarga dari

cengkrama kemelaratan. Dengan ekonomi yang cukup atau bahkan tinggi,

keluarga akan dapat hidup sejahtera dan tenang. Lalu apakah yang disebut dengan

keluarga sejahtera atau bahagia? Sebab kebahagiaan tidaklah sama bagi setiap

orang. Kebahagiaan sifatnya adalah sangat perseorangan. Orang yang satu

berbeda dengan yang lain. Akan tetapi meskipun demikian dapatlah ditinjau

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

18

kebutuhan pokok dari manusia yang mendatangkan kebahagiaan atau

kesejahteraan tersebut.

Adapun yang dikatakan sejahtera, aman, tenteram dan bahagia ialah apabila

keluarga itu dapat memenuhi semua kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-

kebutuhan pokok manusia yang mendatangkan kesejahteraan yaitu :

1. Kebutuhan jasmaniah yang meliputi : makanan, pakaian, perumahan,

keuangan, dan lain-lain.

2. Kebutuhan rokhaniah yang meliputi : rasa aman, tenteram, rasa puas, rasa

harga diri, rasa tanggungjawab, dihormati, disayangi dan lain-lain (Sutari

Imam Barnadib, 1995: 126-127).

Dalam realita kehidupan bahwa besar kecilnya penghasilan mempunyai

hubungan erat dengan standar kehidupan dan tingkatan sosial ekonomi serta besar

kecilnya penghasilan dapat menentukan terhadap tercapai tidaknya kebutuhan dan

keinginan anggota keluarga. Sebaliknya dari kegagalan yang dialami akan

mengakibatkan rasa ketidaktenangan jiwa dan bahkan dapat mendorong

seseorang untuk bertindak nekat kearah yang negatif merugikan diri sendiri dan

orang lain atau merusak dan meresahkan masyarakat.

Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap harapan orang tua akan

masa depan anaknya serta harapan anak itu sendiri. Keluarga yang keadaan

ekonominya sangat lemah mungkin menganggap anaknya lebih sebagai beban

hidup daripada pembawa kebahagiaan keluarga. Sikap semacam ini, disadari atau

tidak tercermin dalam ucapan dan tingkah laku orang tua.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

19

Sedangkan mereka yang keadaan ekonominya kuat mempunyai lebih

banyak kemungkinan memenuhi kebutuhan material anak dibandingkan dengan

yang lemah. Akan tetapi keadaan itu belum menjamin pelaksanaan ekonomi

keluarga sebagaimana semestinya. Karena penyalahgunaan materi dalam rangka

pembelanjaan keluarga yang berlebihan atau tidak seimbang dapat menimbulkan

hal-hal yang tidak diharapkan (M.I Soelaeman, 1994: 107).

Untuk mengatur ekonomi keluarga agar kebutuhan dari masing-masing

keluarga terpenuhi, maka harus teliti memilah dan memilih antara kebutuhan

primer dan kebutuhan sekunder serta pelengkap yang lain. Semuanya itu harus

disesuaikan dengan kemampuan atau penghasilan keluarga yang diperoleh,

sehingga tidak terperosok dalam pemborosan, kesombongan atau bahkan

sebaliknya kesengsaraan atau mendorong berlakunya penyimpangan dari hukum

atau peraturan.

Suami sebagai kepala rumah tangga bertanggung jawab dalam mencari

nafkah dan memelihara kelangsungan hidup keluarga. Surah An-Nisa ayat 34

menyatakan bahwa “Laki-laki itu pengurus atas perempuan-perempuan karena

Allah telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian dan dengan sebab

(nafkah) yang mereka belanjakan dari harta-harta mereka”.

“Sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga tanggung jawabnya lebih dititik beratkan kepada suasana rumah terutama bidang perbelanjaan. Tetapi kalau istri mempunyai penghasilan sendiri walaupun tidak sebagai kewajibannya mencari

nafkah, maka dalam pembiayaan dan pendidikan anak yang dilakukan dengan penghasilannya akan mendapat pahala” (Abdul Djamali, 1997: 94).

Sebagai seorang istri harus mempertimbangkan kondisi suami dan

memahami situasi. Ia harus sadar bahwa rezki sudah ditentukan Allah. Karena itu,

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

20

ia harus rela dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Sikap rela terhadap

kehendak dan putusan Allah adalah sumber ketenangan hamba dan menjadi

surganya di dunia.

Syaikh Muhammad Ibn Shalih Al-Utsaimin rahimahullah pernah ditanya

seperti ini, “Banyak sekali istri yang memberatkan suaminya dengan berbagai

macam tuntutan hingga suami terpaksa berutang untuk memenuhi keinginannya.

Para istri mengira bahwa itu sudah menjadi haknya. Apakah anggapan ini benar?

Syaikh menjawab, “ini adalah bentuk pergaulan buruk istri terhadap suaminya

(Syaikh Mahmud al-Mashri, 2011: 123). Maka tidak dihalalkan bagi seorang

wanita meminta nafkah lebih banyak, atau melebihi kebiasaan yang berlaku

disekitarnya, meskipun suami mampu memenuhinya.

3. Bentuk dan Kadar Nafkah

Ulama fikih membagi nafkah atas dua macam :

(1) Nafkah diri sendiri.

Dalam hal ini, seseorang harus mendahulukan nafkah untuk dirinya dari

nafkah kepada orang lain, sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW: “Mulailah

dengan diri engkau, kemudian bagi orang yang berada dibawah tanggung

jawabmu” (HR. Muslim, Ahmad Bin Hanbal, Abu Dawud, dan an-Nasa‟I dari

Jabir bin Abdullah).

(2) Nafkah seseorang kepada orang lain.

Kewajiban nafkah terhadap orang lain, menurut kesepakatan ahli fikih,

terjadi disebabkan oleh tiga hal: (a) hubungan perkawinan, (b) hubungan

kekerabatan, (c) hubungan kepemilikan (tuan terhadap hambanya).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

21

Banyaknya nafkah yang diwajibkan adalah sekedar mencukupi keperluan

dan kebutuhan serta mengingat keadaan dan kemampuan orang yang

berkewajiban menurut kebiasaan masing-masing tempat. (Sulaiman Rasjid, 2000:

421). Kaidah dasar dalam hal ini adalah firman Allah yang berbunyi, “Hendaklah

orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya” (QS. Ath-Thalaq:

7).

Jika istri hidup serumah dengan suami, maka suaminya wajib menanggung

nafkahnya, istri mengurus segala kebutuhan, seperti makan, minum, pakaian,

tempat tinggal. Dalam hal ini istri, istri tidak berhak meminta nafkah dalam

jumlah tertentu, selama suami melaksanakan kewajibannya itu (Sayyid Sabiq,

1981: 85).

Jika suami bakhil, yaitu tidak memberi nafkah secukupnya kepada istri

tanpa alasan yang benar, maka istri berhak menuntut jumlah nafkah tertentu

baginya untuk keperluan makan, pakaian, dan tempat tinggal. Hakim boleh

memutuskan berapa jumlah nafkah yang harus diterima oleh istri serta

mengharuskan suami untuk membayarnya jika tuduhan-tuduhan yang dilontarkan

oleh istri ternyata benar (H.M.A. Tihami, Sohari Sahrani, 2009: 164).

Istri boleh mengambil sebagian harta suaminya dengan cara yang baik,

sekalipun tanpa sepengetahuan suami untuk mencukupi kebutuhannya apabila

suami melalaikan kewajibannya. Orang yang mempunyai hak boleh mengambil

haknya sendiri jika mampu melakukannya, berdasarkan sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa‟i dari

„Aisyah:

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

22

“Dari „Aisyah r.a. sesungguhnya Hindun binti „Utbah pernah bertanya

“Wahai Rasulullah sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang yang kikir. Ia tidak

mau memberi nafkah kepadaku sehingga aku harus mengambil darinya tanpa

sepengetahuannya”. Maka Rasulullah SAW. bersabda, “Ambillah apa yang

mencukupi bagimu dan anakmu dengan cara yang baik” (HR. Ahmad, Bukhari,

Muslim, Abu Dawud, dan Nasa‟i).

Hadits diatas menunjukkan bahwa kadar nafkah diukur menurut kebutuhan

istri, dengan ukuran yang baik bagi setiap pihak tanpa mengesampingkan

kebiasaan yang berlaku pada keluarga istri. Oleh karena itu, kadar nafkah berbeda

menurut keadaan, zaman, tempat, dan keberadaan manusia.

Terdapat perbedaan pendapat ulama fikih dalam manetapkan kadar nafkah

yang wajib diberikan suami terhadap isterinya. Jumhur Ulama, selain Mazhab

Syafi‟i, menetapkan bahwa jumlah nafkah itu diberikan secukupnya. Mereka tidak

mengemukakan jumlah pasti dalam penentuan nafkah tersebut, tetapi hanya

menetapkan sesuai dengan kemampuan suami (QS. At-Thalaq (65) ayat 7).

Menurut jumhur ulama, nafkah wajib yang dikeluarkan suami terhadap isterinya

disesuakan dengan kondisi dan situasi suami dan keadaan setempat.

Lain halnya dengan pendapat Mazhab Syafi‟i, menurut mereka nafkah

berupa makanan yang wajib diberikan suami terhadap isterinya ditentukan sejalan

dengan kemampuan suami. Hal tersebut dinyatakan Allah SWT yang artinya:

”Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu” (QS. Al-

maidah (5) ayat 89). Jumlah nafkah minimal yang harus dibayarkan suami

menurut mereka sama dengan jumlah kafarat sumpah yang dibayarkan pada satu

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

23

orang, yaitu satu mudd (675 gram). Alasan mereka ialah karena Allah menetapkan

kafarat sesuai dengan nafkah pada isteri.

Adapun yang berkaitan dengan masalah pakaian, para ulama sepakat bahwa

suami wajib memberikan pakaian kepada istrinya, jika istri telah menyerahkan

dirinya dan menyatakan kesanggupannya melaksanakan kewajiban terhadap

suami.

Untuk tempat tinggal, suami juga berkewajiban menyediakannya dengan

membeli sendiri, menyewa, meminjam, atau didapatkan melalui wakaf seseorang.

Firman Allah SWT:

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka”.4

Ibnu Qudamah berpendapat, “Jika nafkah papan (tempat tinggal) bagi

wanita yang dicerai saja diwajibkan, maka tentu lebih wajib bagi wanita yang

masih berstatus sebagai istri, sebab seorang istri membutuhkan tempat tinggal

untuk melindungi diri dari intipan dan pandangan orang, juga untuk beradaptasi

melakukan hubungan seksual dan menyimpan perhiasan. Namun, tempat tinggal

disesuaikan dengan kondisi ekonomi keduanya (Shalahuddin Sulthan, 2006: 99).

4 At-Thalaq (65): 6.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

24

B. Tinjauan Umum tentang Perceraian

1. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian

Dalam fiqih, perceraian dikenal dengan istilah talak. Secara etimologis talak

berasal dari akar kata thallaqa artinya hillu al-qiyyadi al-irsal dan al-tarqi atau

fakka, yang semuanya berarti melepas ikatan. Makna yang dikehendaki dengan

ikatan disini adalah ikatan yang bersifat bisa diraba, seperti ikatan hewan, ataupun

yang bersifat maknawi, seperti ikatan batin (Syafiq Hasyim, 2001:167-168).

Menurut bahasa, talak berarti menceraikan atau melepaskan. Sedang

menurut syara‟ yang dimaksud talak ialah memutuskan tali perkawinan yang sah,

baik seketika atau di masa mendatang oleh pihak suami dengan mengucapkan

kata-kata tertentu atau cara lain yang menggantikan kedudukan kata-kata tersebut

(Anshori Umar, TT: 386).

Ada tiga definisi talak yang dikemukakan ulama fikih. Definisi pertama

dikemukakan oleh Mazhab Hanafi dan Mazhab Hanbali. Menurut mereka, talak

adalah pelepasan ikatan perkawinan secara langsung atau untuk masa yang akan

datang dengan lafal khusus. Ungkapan “secara langsung” dalam definisi tersebut

adalah talak yang hukumnya langsung berlaku ketika lafal talak selesai diucapkan,

tanpa terkait dengan syarat atau masa yang akan datang. Definisi kedua

dikemukakan oleh Mazhab Syafi‟i. Menurut mereka, talak adalah pelepasan akad

nikah dengan lafal talak atau yang semakna dengan itu. Definisi ini mengandung

pengertian bahwa hukum talak itu berlaku secara langsung, baik dalam talak raj’i

maupun dalam talak ba’in. Definisi ketiga dikemukakan oleh Mazhab Maliki.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

25

Menurut mereka,.talak adalah suatu sifat hukum yang menyebabkan gugurnya

kehalalan suami-isteri (Abdul Azis Dahlan, 2006: 1777).

Dari tiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa talak adalah lepasnya

ikatan perkawinan antara suami dan istri secara langsung akibat akibat

pengucapan lafal talak yang dilakukan oleh suami sehingga gugurnya kehalalan

hubungan antara suami dan istri.

Melihat tujuan perkawinan, tentulah perceraian tidak disukai oleh syari‟at

Islam, karena perceraian itu menimbulkan malapetaka, bukan saja buat suami istri,

tetapi juga kepada anak-anak dan keturunan. Tetapi adalah suatu kenyataan pula,

bahwa dalam pergaulan itu timbul hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah

pihak, timbul persengketaan tersebab soal-soal perselisihan faham. Kalau

perselisihan dan persengketaan itu tidak dapat diatasi lagi, maka jalan lain tidak

ada selain cerai, hubungan diputuskan (Siradjuddin Abbas, 2008:269).

Di dalam Al-Qur‟an banyak ayat yang berbicara tentang masalah talak.

Diantara ayat-ayat yang menjadi dasar hukum bolehnya menjatuhkan talak

tersebut adalah firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 229 dan surah

at-Talaq (65) ayat 1 yang artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan mereka

pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar)”. Dalam sunnah

Rasulullah SAW dikatakan bahwa: “Pekerjaan halal yang paling dibenci Allah

adalah talak” (HR. Abu Dawud, al-Hakim, dan Ibnu Majah dari Abdullah bin

Umar).

Berdasarkan ayat dan hadits diatas dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya

talak itu dibolehkan namun sesungguhnya sangat dibenci oleh Allah. Untuk itu

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

26

perlu dilakukan dengan cara yang makruf yaitu berdasarkan alasan yang kuat dan

tepat agar tidak menimbulkan kezaliman bagi salah satu pihak (istri). Apabila

suami akan menceraikan isterinya dengan tergesa-gesa, maka itu adalah perbuatan

yang tidak benar. Sebab siapa tahu kemarahan dan kebencian sekarang akan

menimbulkan kebaikan yang banyak di masa yang akan datang.

Oleh sebab itu, agar tidak ada penyesalan dikemudian hari hendaknya

terlebih dahulu harus dipikirkan secara matang dampak dari adanya perceraian.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita

dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan bergaullah

dengan mereka secara patut”.5

2. Macam-Macam Perceraian

Ditinjau dari segi waktu dijatuhkannya talak itu, dibagi menjadi dua macam,

yaitu :

a. Talak Sunni, yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntunan sunnah.

Dikatakan talak sunni jika memenuhi empat syarat:

1. Istri yang ditalak sudah pernah digauli, bila talak dijatuhkan terhadap istri

yang belum pernah digauli, tidak termasuk talak sunni.

2. Istri dapat segera melakukan iddah, bagi wanita berhaid ialah tiga kali suci.

5 An-Nisaa (4): 19.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

27

3. Talak itu dijatuhkan ketika istri dalam keadaan suci, baik di permulaan, di

pertengahan maupun diakhir suci, kendati beberapa saat lalu datang haid.

b. Talak Bid‟i, yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan dengan

tuntunan sunnah, tidak memenuhi syarat-syarat talak sunni. Termasuk talak

bid‟i ialah:

1. Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu haid (menstruasi), baik di

permulaan haid maupun di pertengahannya.

2. Talak yang dijatuhkan terhadap istri dalam keadaan suci tetapi pernah

digauli oleh suaminya dalam keadaan suci dimaksud.

Ditinjau dari segi tegas dan tidaknya kata-kata yang dipergunakan sebagai

ucapan talak, maka talak dibagi menjadi dua macam, sebagai berikut:

a. Talak Sharih, yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan

tegas. Imam Syafi‟i mengatakan bahwa kata-kata yang dipergunakan untuk

talak sharih ada tiga, yaitu talak, firaq dan sarah, ketiga ayat itu disebut

dalam Al-Qur‟an dan hadits.

b. Talak Kinayah, yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata sindiran, atau

samar-samar, seperti suami berkata kepada istrinya: “Selesaikan sendiri

segala urusanmu”, “Janganlah engkau mendekati aku lagi” atau “Pergilah

engkau dari tempat ini sekarang juga”. Ucapan-ucapan tersebut

mengandung kemungkinan cerai dan mengandung kemungkinan lain.

Ditinjau dari segi ada atau tidak adanya kemungkinan bekas suami merujuk

kembali bekas istri, maka talak dibagi menjadi dua macam, sebagai berikut:

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

28

a. Talak Raj‟i, yaitu talak yang dijatuhkan suami terhadap istrinya yang pertama

kali dijatuhkan atau yang kedua kalinya.

Dr. As-Siba‟i mengatakan bahwa talak raj‟i adalah talak uang untuk

kembalinya bekas istri kepada bekas suaminya tidak memerlukan pembaruan

akad nikah, tidak memerlukan mahar, serta tidak memerlukan persaksian. Jika

dalam masa iddah tersebut bekas suami tidak rujuk maka kedudukan talak

menjadi talak ba‟in; kemudian jika sesudah berakhirnya masa iddah itu suami

ingin kembali kepada bekas istrinya maka wajib dilakukan dengan akad nikah

baru dan dengan mahar yang baru pula (Abdul Rahman Gazali, 2008:197).

b. Talak Ba‟in, yaitu talak yang ketiga kalinya, talak sebelum istri dikumpuli, dan

talak dengan tebusan oleh istri kepada suaminya.

Talak ba‟in ada dua macam, yaitu talak ba’in shugra dan talak ba’in

kubra. Talak ba‟in shugro yaitu memutuskan tali suami istri begitu talak

diucapkan. Karena ikatan perkawinannya telah putus, maka istrinya kembali

menjadi orang asing (lain) bagi suaminya (Sayyid Sabiq, 1990: 67).

Karenanya ia tidak halal bersenang-senang dengan perempuan Bekas

suami berhak untuk kembali kepada istrinya yang tertalak ba‟in sughra dengan

akad nikah dan mahar baru selama ia belum kawin dengan laki-laki lain

Sedangkan talak ba‟in kubra, yaitu memutuskan tali perkawinan. Tetapi

talak ba‟in kubra tidak menghalalkan bekas suami meruju‟ perempuannya lagi,

kecuali setelah perempuannya tersebut kawin dengan laki-laki dalam arti kawin

yang sebenarnya dan pernah disetubuhi tanpa ada niat kawin tahlil.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

29

Ditinjau dari segi suami menyampaikan talak terhadap istrinya, talak ada

beberapa macam, yaitu : talak dengan ucapan, talak dengan tulisan, talak

dengan isyarat dan talak dengan utusan.

3. Alasan Perceraian menurut Undang-undang

Dalam Pasal 19 PP Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 KHI dinyatakan

bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan sebagai berikut :

a. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut

tanpa ijin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar

kemampuannya.

b. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan

lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 tahun atau lebih berat

setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang berakibat tidak

dapat menjalankan kewajiban sebagai suami/isteri.

f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga (Mohd.

Idris Ramulyo, 1999: 152-153).

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) terdapat tambahan mengenai alasan

terjadinya perceraian yang berlaku khusus kepada suami istri (pasangan

perkawinan) yang memeluk agama Islam, yaitu:

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

30

g. Suami melanggar taklik talak;

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan

dalam rumah tangga (Zainuddin Ali, 2006: 75).

4. Akibat Hukum Perceraian

a. Terhadap Hubungan Suami Istri

Dalam suatu perkawinan tidak tertutup kemungkinan akan timbulnya satu

perselisihan atau pertengkaran yang berkaitan terjadinya perceraian antara suami

istri. Perceraian antara suami istri dan mereka memiliki anak, maka dalam surat

Ath-Thalaq dijelaskan mengenai akibat hukum perceraian dimana suami

berkewajiban memberikan upahnya, si istri berkewajiban menjaga, memelihara

anak tersebut jika ia yang berhak merawat dan membesarkan anak tersebut.

Apabila dalam perceraian yang bersalah adalah si istri maka terhadapnya

tidak ada biaya yang menjadi tanggungan suaminya. Seorang istri yang telah

ditalak oleh suaminya maka ia mempunyai masa iddah tiga quru‟ (tiga kali suci),

seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah: 228. Menurut

Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang Perkawinan tiga quru‟ yaitu tiga

kali suci dari haid atau sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari barulah si

istri habis masa iddahnya dan boleh menikah lagi dengan laki-laki lain.

Seorang wanita yang belum pernah digauli oleh suaminya tetapi ia telah

bercerai dengan suaminya dan apabila ia belum menikah lagi dengan laki-laki lain

maka ia tidak mempunyai masa iddah dan dapat langsung menikah dengan laki-

laki pilihannya (Surat Al-Baqarah: 236).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

31

b. Terhadap Pemeliharaan Anak (Hadhanah)

Fakta kehidupan menunjukkan bahwa tidak sedikit perkawinan yang

dibangun dengan susah payah pada akhirnya bubar karena kemelut rumah tangga

yang menghantamnya. Akibat dari bubarnya perkawinan itu, tidak sedikit pula

anak yang dilahirkan dari perkawinan itu menanggung derita yang

berkepanjangan. Terhadap adanya perbedaan keinginan dari kedua orang tua anak

tersebut, timbul berbagai masalah hukum dalam penguasaan anak jika telah

bercerai (Abdul Manan, 2005: 423).

Dalam hukum Islam pemeliharaan anak disebut dengan “Al-Hadhinah”

yang merupakan masdar dari kata “Al-Hadhanah” yang berarti mengasuh atau

memelihara bayi (Hadhanah as shabiyya). Para ahli Hukum Islam sepakat bahwa

ibu adalah orang yang berhak melakukan hadhanah. Namun mereka berpendapat

dalam hal-hal yang lain terutama lamanya masa asuhan seorang ibu, siapa yang

paling berhak setelah ibu dan juga syarat-syarat yang menjadi ibu pengasuh.

Selama tidak ada hal yang menghalangi untuk memelihara anak-anak, maka

ibulah yang harus melaksanakan hadhanah, maka hak hadhanah berpindah ke

tangan orang lain dalam kerabat ibu garis lurus ke atas. Apabila kerabat ibu dalam

garis lurus ke atas berhalangan, maka yang lebih berhak adalah kerabat dari ayah

dari anak tersebut, terutama kerabat dalam garis lurus keatas. Manakala anak yang

masih kecil itu sama sekali tidak punya kerabat di antara muhrim-muhrimnya itu

atau mempunyai kerabat tetapi tidak cakap bertindak untuk melaksanakan

hadhanah, maka Pengadilan Agama dapat menetapkan siapa wanita yang pantas

menjadi ibu pengasuh dari anak-anak tersebut.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

32

Kewajiban orang tua terhadap anak secara tegas diatur dalam Pasal 45

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang menyebutkan bahwa:

1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-

baiknya.

2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai

anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus

meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Dalam pasal 41 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 juga diatur mengenai

putusnya perkawinan karena perceraian yaitu:

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-

anaknya. Semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada

perselisihan mengenai putusan anak-anak, Pengadilan memberi

keputusannya.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak

dapat memenuhi kewajiban tersebut. Pengadilan dapat menentukan bahwa

ibu ikut memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya

penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.

Pasal tersebut bahwa kedua orang tua harus bertanggung jawab terhadap

anak-anaknya meskipun perkawinan telah putus. Bapak dan Ibu tetap

berkewajiban mengurus masa depan anak-anaknya yang dalam pelaksanaannya

tentu saja dilakukan oleh salah satu pihak. Kewajiban orang tua itu tetap berlaku

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

33

meskipun kekuasaan orang tua dicabut. Kewajiban orang tua ini berlangsung

sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Akan tetapi bapak yang

bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang

diperlukan anak itu. Bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi

kewajiban tersebut pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya

tersebut.

Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) secara jelas diatur tentang akibat

putusnya hubungan perkawinan. Pasal 149 KHI menyebutkan bahwa salah satu

akibat dari putusnya hubungan perkawinan karena talak adalah bekas suami wajib

memberikan biaya hadhanah (pemeliharaan, termasuk didalamnya biaya

pendidikan) untuk anak yang belum mencapai umur 21 tahun.

Mengenai akibat putusnya hubungan perkawinan karena (gugat cerai) diatur

dalam pasal 156 KHI. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa anak yang belum

mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali ibunya telah

meninggal dunia. Bagi anak yang telah mumayyiz berhak memilih ayah atau ibu.

Semua biaya nafkah anak menjadi tanggungan ayah sesuai kemampuannya,

sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dapat mengurus diri sendiri (21 tahun).

c. Terhadap Pembagian Harta Bersama

Perceraian yang timbul antara suami dan isteri melahirkan akibat,

diantaranya adalah pembagian harta bersama. Harta bersama adalah harta yang

didapat atau diperoleh selama perkawinan. Harta tersebut akan menjadi harta

bersama, jika tidak ada perjanjian mengenai status harta tersebut sebelum ada

pada saat dilangsungkan pernikahan, kecuali harta yang dapat itu diperoleh dari

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

34

hadiah atau warisan atau bawaan masing-masing suami istri yang dimiliki

sebelum dilangsungkan pernikahan, seperti tercantum pada pasal 35 ayat (2)

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 (Wasman, Wardah Nuroniyah, 2011: 219).

Menurut undang-undang perkawinan, apabila putus perkawinan karena

perceraian harta bersama harus diselesaikan menurut hukumnya masing-masing

yaitu:

Pasal 35

1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang

diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah

penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Pasal 36

1. Mengenai harta bersama suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan

kedua belah pihak.

2. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak

sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.

Pasal 37

Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur dalam hukumnya

masing-masing.

Menurut Kompilasi Hukum Islam:

Pasal 85: Adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup

kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau istri

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

35

Pasal 86 (1) : Pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan

harta istri dalam perkawinan.

Pasal 86 (2) : Harta istri tetap dan dikuasai penuh olehnya, demikian juga harta

suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai penuh olehnya.

Dalam ayat-ayat tersebut Kompilasi Hukum Islam bertentangan bunyinya,

karena hukum Islam pada prinsipnya tidak dikenal harta campur kecuali dengan

syirkah (perkongsian), namun apabila dalam kehidupan sehari-hari antara suami

istri mencampurkan hartanya maka otomatis terjadi percampuran harta.

Pasal 96 (1) : apabila terjadi cerai mati, maka separoh harta bersama menjadi

hak pasangan yang hidup terlama.

Pasal (97) : Janda atau duda hidup masing-masing berhak seperdua dari harta

bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.

Berdasarkan ayat-ayat tersebut maka harta yang diperoleh suami istri karena

usahanya, adalah harta bersama, baik mereka bekerja bersama-sama atau hanya

suami saja yang bekerja sedangkan istri hanya mengurus rumah tangga beserta

anak-anak di rumah.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

36

BAB III

FAKTOR EKONOMI SEBAGAI ALASAN GUGATAN PERCERAIAN DI

PENGADILAN AGAMA BANDUNG TAHUN 2011

A. Deskripsi Pengadilan Agama Bandung

1. Dasar Hukum dan Sejarah Pembentukannya

Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Bandung :

1. Pengadilan Agama Bandung dibentuk berdasarkan Stbl. 1882 No.152 dan

153 untuk Jawa Madura dan Stbl. 1937 No.116 dan 639 untuk Luar Jawa

dan Madura dengan nama Raad Agama.

2. Stbl. 1937 No.638 dan 639 untuk Kalimantan.

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1942 tentang Undang-Undang Tentara

Jepang (Osamu Saerie) tanggal 7 Maret 1942.

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman, jo

Undang-Undang No. 4/2004;

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo Undang-

Undang No. 3/2006; jo No. 50/2009;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1946 tentang Mahkamah Islam

Tinggi dan Pengadilan Agama.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 1957 tentang Pembentukan

Peradilan Agama/Mahkamah Syari‟ah untuk luar Jawa, Madura, dan

Kalimantan Selatan.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

37

9. Undang-Undang No. 14/1985 tentang Mahkamah Agung jo Undang-

Undang No. 5/2004, jo Undang-Undang No. 3/2009;

10. Keppres No. 21/2004 tentang Pengalihan Organisasi, Administrasi dan

Finansial di Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara

dan Peradilan Agama ke Mahkamah Agung;

11. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004;

12. Peraturan Presiden RI Nomor 13 Tahun 2005 tentang Sekretariat

Mahkamah Agung RI;

13. Peraturan Presiden RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Kepaniteraan

Mahkamah Agung RI;

14. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/018/SK/III/2006

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Mahkamah Agung RI;

15. Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor

MA/SEK/07/SK/III/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat

Mahkamah Agung RI;

Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Bandung

Pengadilan Agama Bandung berdiri kurang lebih pada tahun 1882. Asumsi

ini didasarkan atas :

a. Bandung sebagai wilayah administratif, sudah ada semenjak tahun

berdirinya yaitu tahun 1810.

b. Berdirinya Pengadilan Agama Jawa Madura adalah tahun 1882.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

38

Dua hal tersebut kiranya dapat dijadikan suatu sandaran atas berdirinya

Pengadilan Agama Bandung, dengan pertimbangan bahwa:

a. Sebagai wilayah administratif, sudah ada terlebih dahulu jauh sebelum

berdirinya Pengadilan Agama Jawa Madura.

b. Tahun 1882, sebagai tonggak berdirinya Pengadilan Agama Jawa Madura,

secara implisit adalah Bandung, mengingat Bandung adalah gugusan kota di

pulau Jawa.

Dari sejak berdirinya hingga pasca kemerdekaan, yakni tepatnya tahun 1972

Pengadilan Agama beralamat di komplek Masjid Agung di Jalan Dalem Kaum

dengan dipimpin oleh seorang Penghulu Recht yang disebut Hup Penghulu atau

Kepala Penghulu (Sekarang Ketua Pengadilan Agama).

Sampai dengan pertengahan tahun 1972, Pengadilan Agama Bandung masih

berkantor di komplek Masjid Agung di Dalem Kaum yang secara umum memiliki

kekuatan tenaga pegawai Pengadilan Agama sebanyak 9 orang, yang terdiri dari 1

orang Ketua merangkap Hakim Ketua, 1 orang Wakil Ketua, 2 orang Hakim

Anggota Tetap, 1 orang Girifir (sekarang Panitera), 1 orang Jurutulis (tenaga

administrasi), dan sisanya sebagai Pesuruh.

Kemudian pada tanggal 12 Juli 1972 kantornya dipindahkan ke Jalan

Garuda menjadi satu dengan kantor penerangan Agama Islam Propinsi Jawa Barat

(sekarang menjadi Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat).

Alasan kepindahan tersebut karena kantor itu akan dibongkar dalam rangka

peluasan Masjid Agung.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

39

Di jalan Garuda, Pengadilan Agama Bandung hanya menempati beberapa

lokal saja. sehingga volume kerja yang dihadapi, dirasa kurang memadai.

Pada tahun 1976/1977 mulai menerima Pegawai Negeri Sipil (Guna

peningkatan Sumber Daya Manusia) juga disaat seluruh Pengadilan Agama

mendapat Daftar Isian Proyek (DIP), maka dibangunlah gedung yang nantinya

dipergunakan sebagai kantor/balai sidang yang lebih respresentatif, tidak

menumpang dan tidak pindah-pindah lagi. Dan pada tahun 1976 untuk wilayah

hukum Bandung Raya memiliki 2 (dua) Pengadilan Agama, yaitu Pengadilan

Agama Bandung dan Pengadilan Agama Cimahi.

Pada tanggal 1 April 1978, Pengadilan Agama Bandung resmi menempati

bangunan baru yang berdiri di atas tanah seluas 600 m2, dengan Hak Sewa Guna

Pakai dari Pemkot Bandung, yang sampai akhir Tahun 2007 setelah melakukan

perluasan bangunan Gedung Kantor Pengadilan Agama Bandung mencapai 500

m2, yang terletak di Jalan Tangkuban Perahu No. 14 (sekarang dikenal Jalan

Pelajar Pejuang 45 No.8 Bandung) .

Seiring dengan berjalannya waktu, pada tanggal 11 Pebruari 2008 Bapak

Ketua Mahkamah Agung RI, Bapak Bagir Manan, meresmikan Gedung Kantor

Pengadilan Agama Bandung yang baru, yang terletak di Jalan Terusan Jakarta No.

120 Antapani Kota Bandung.

Gedung Kantor Pengadilan Agama Bandung yang baru ini mulai

operasional pada tanggal 18 Pebruari 2008, satu minggu setelah acara peresmian.

Gedung Kantor Pengadilan Agama Bandung yang baru dan lebih refresentatif ini,

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

40

dibangun di atas tanah yang luasnya 2.444 m2, dengan luas bangunan 1.000 m2

(dua lantai), sehingga total keseluruhan luas bangunan 2.000m2.

2. Wilayah Hukumnya

Wilayah hukum Pengadilan Agama Bandung terdiri dari 30 kecamatan dan

151 kelurahan, yaitu:

1. Kecamatan Bandung Kulon : 8 Kelurahan

2. Kecamtan Babakan Ciparay : 6 Kelurahan

3. Kecamatan Bojongloa Kaler : 5 Kelurahan

4. Kecamatan Bojongloa Kidul : 6 Kelurahan

5. Kecamatan Astanaanyar : 6 Kelurahan

6. Kecamatan Regol : 7 Kelurahan

7. Kecamatan Lengkong : 7 Kelurahan

8. Kecamatan Bandung Kidul : 4 Kelurahan

9. Kecamatan Buahbatu : 4 Kelurahan

10. Kecamatan Rancasari : 4 Kelurahan

11. Kecamatan Cibiru : 4 Kelurahan

12. Kecamatan Ujungberung : 5 Kelurahan

13. Kecamatan Arcamanik : 4 Kelurahan

14. Kecamatan Antapani : 5 Kelurahan

15. Kecamatan Kiaracondong : 6 Kelurahan

16. Kecamatan Batununggal : 8 Kelurahan

17. Kecamatan Sumur Bandung : 4 Kelurahan

18. Kecamatan Andir : 6 Kelurahan

19. Kecamatan Cicendo : 6 Kelurahan

20. Kecamatan Bandung Wetan : 3 Kelurahan

21. Kecamatan Cibeunying Kidul : 6 Kelurahan

22. Kecamatan Cibeunying Kaler : 4 Kelurahan

23. Kecamatan Coblong : 6 Kelurahan

24. Kecamatan Sukajadi : 6 Kelurahan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

41

25. Kecamatan Sukasari : 4 Kelurahan

26. Kecamatan Cidadap : 3 Kelurahan

27. Kecamatan Gedebage : 4 Kelurahan

28. Kecamatan Panyileukan : 4 Kelurahan

29. Kecamatan Cinambo : 4 Kelurahan

30. Kecamatan Mandalajati : 4 Kelurahan

3. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Bandung

Berdasarkan pasal 9, 10 dan 11 undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 dan

pasal 107 dan 105 undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Struktur Organisasi

Pengadilan Agama Bandung terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Hakim Anggota,

Panitera, Sekretaris, Wakil Panitera, Wakil Sekretaris, Panitera Muda Gugatan,

Panitera Muda Permohonan, Panitera Muda Hukum, Ka.Sub.Bag. Kepegawaian

Ka.Sub.Bag. Umum, Ka.Sub.Bag. Keuangan, Panitera Pengganti, dan Juru Sita,

Juru Sita Pengganti.

Adapun susunan struktur kepegawaian Pengadilan Agama Bandung adalah

sebagai berikut:

1. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Kelas 1A Bandung

Ketua/Wakil Ketua : Drs. Enas Nasai, SH.

Panitera/Sekretaris : Drs. H. Deden Nazmudin, SH.

Wakil Panitera : Wahid Hilmi, SH.MH.

Wakil Sekretaris : Drs. Safe‟i Agustian

Pan Mud Gugatan : Ahmad Mujahidin, S.Ag.

Pan Mud Permohonan : Abdul Hakim, SH. SHI.

Pan Mud Hukum : Hj. Muntiamah, SH.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

42

Ka.Sub.Bag.Kepegawaian : Budi Ansyori, SE.

Ka.Sub.Bag.Umum : Abdul Ghaffar Mubtadi, SHI.

Ka.Sub.Bag.Keuangan : Endang Kanawijaya, SH.

2. Kelompok Fungsional Kepanitraan

a. Panitera Pengganti:

1) H. Hidayat, S.Ag.

2) Hj. N. Juriah, SH.

3) Irna Resmiana, SH.

4) Tintin Aisah, SH.

5) Ida Frieda Djufri, S.Ag. MH.

6) Moh Hasan Sodiq A, SHI.

7) Taufik Ahmad, SH.

8) Dewi Sulami, SHI.

9) Nenden Sobariyah, SH.

10) Gungun Gunawan, SH.

b. Juru Sita:

1) H. Uwes, SH.

2) H.Agus Salim, S.HI.

c. Juru Sita Pengganti:

1) Siti Maemunah.

2) Asep Ruchyana, SH.

3) Asep Syamsudin

4) Dian Legiansah

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

43

5) Moh Febriansyah, SH.

6) Jaenudin Ramdhan, SHI.

7) Titin Rihantingsih, S.Sy.

8) Ratih Puspitasari

9) Eli Fatmawati

10) Asep Abdul Azis, SHI.

11) Umar Dani, S.Sy.

3. Majelis Hakim:

a. Drs. H. Abdul Fatah, SH.

b. Drs. H. Encep Hasan

c. Drs. Asep Gupron, SH.

d. Drs. Mustopa, SH.

e. Drs. Muhadir, SH.

f. Drs. H. Kamaludin, MH.

g. Drs. Mohamad Jumhari, SH.MH.

h. Drs. Nandang Nurdin. MH.

i. Drs. Anang P, SH.MH.

j. Bua Eva Hidayah, SH., MH.

k. Drs. H. Tata Taufiqurrohman, SH., MH.

l. Drs. H. Bahrul Hayat, SH.

m. Drs. H. Ramlan Marzuki, SH., MH.

n. Dra. Hj. Upi Komariah, SH., MH.

o. H.A. Shobur Hasan Supardi, SH.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

44

p. Drs. H. Baim As‟ari

B. Data Umum Perceraian di Pengadilan Agama Bandung

Pengadilan Agama Bandung telah menerima dan memeriksa 5.546 perkara

pada tahun 2011, mayoritas perkara tersebut adalah mengenai perceraian

berjumlah 4116 perkara. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1

JUMLAH PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA

BANDUNG TAHUN 2011

No BENTUK PERKARA PERKARA

YANG DITERIMA

PERKARA

YANG DIPUTUS

1 Cerai Talak 1047 890

2 Cerai Gugat 3119 2788

Jumlah 4116 3678

Tabel 2

FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN

DI PENGADILAN AGAMA BANDUNG TAHUN 2011

PERKARA YANG DITERIMA-PERKARA YANG DIPUTUS

No FAKTOR PENYEBAB JUMLAH PERKARA YANG

DIPUTUS

1 Moral

Poligami tidak sehat

Krisis Akhlak

Cemburu

2

8

1

2 Meninggalkan kewajiban

Kawin Paksa

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

45

Ekonomi

Tidak ada tanggung jawab

Kawin di bawah umur

-

1118

396

-

3 Penganiayaan 1

4 Dihukum -

5 Terus menerus berselisih

Cacat biologis

Gangguan Pihak Ketiga

Tidak ada keharmonisan

-

602

2.037

Jumlah 4.165

Masing-masing faktor prnyebab perceraian tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Moral

Keberadaan moral sangat penting bagi kehidupan manusia, baik dalam

kehidupan bermasyarakat dan berbangsa maupun dalam kehidupan keluarga

(rumah tangga) jika salah atau satu atau kedua belah pihak terikat perkawinan

tidak bermoral maka dapat berakibat pada rusaknya hubungan perkawinan, yang

berujung pada perceraian. Faktor penyebab perceraian karena moral meliputi

poligami tidak sehat, krisis akhlak dan cemburu.

a. Poligami tidak sehat

Poligami adalah beristri lebih dari satu, sekalipun agama Islam

membolehkan poligami tetapi pertanggung jawaban, syarat-syarat poligami berat.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

46

Untuk berpoligami laki-laki harus memenuhi syarat poligami, adapun syarat

tersebut antara lain:

1. Berlaku adil dalam pembagian giliran, nafkah, dan kasih sayang yang

membawa kepada pertanggung jawaban yang penuh.

2. Keadilan nafkah bukanlah berarti jumlah yang sama, melainkan melihat

kebutuhan rumah tangganya masing-masing. Jika istri pertama anaknya

banyak itu nafkahnya harus dilebihkan dari istri yang beranak sedikit.

3. Keadilan kasih sayang jangan dilihat dari cantiknya seseorang. Kasih

sayang itu diperlukan untuk semuanya sehingga semua istrinya mendapat

lindungan dan pertanggungjawaban dari suaminya.

4. Suami boleh poligami bila ternyata istrinya mandul (tidak mempunyai

anak) (Hadiyah Salim, 1993: 77-78).

Apabila seorang suami yang berpoligami tetapi tidak memenuhi keempat

syarat diatas, dan salah satu istri tidak terima diperlakukan tidak adil maka dapat

menimbulkan pertengkaran, tidak tercapai kehidupan yang harmonis, hingga

berujung pada perceraian.

b. Krisis Akhlak

Krisis akhlak merupakan penyebab perceraian yang termasuk kategori

moral. Seorang calon suami istri, ketika hendak melakukan pernikahan dituntut

untuk membangun kepribadian secara utuh karena krisis akhlak mempunyai

pengaruh yang cukup besar dalam membina kelangsungan hidup keluarga.

Membangun kepribadian mempunyai arti penting dalam membina keluarga yang

sakinah, mawaddah dan rahmah dalam rangka membangun keluarga yang

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

47

harmonis. Maka apabila seseorang akan berumah tangga, seharusnya

mempersiapkan diri, mendidik agar mempunyai budi pekerti yang baik dan

kepribadian para pihak yang terkait dalam perkawinan hendaknya dilandasi oleh

keutuhan agama maupun lainnya yaitu norma hukum, norma sosial dan norma

sopan santun.

c. Cemburu

Cemburu secara umum adalah fenomena yang sehat, karena jika tidak ada

cemburu di tengah masyarakat, niscaya akan banyak hal yang diharamkan Allah

SWT dilanggar manusia. Meskipun begitu bukan berarti cemburu itu halal secara

mutlak, karena ada cemburu yang dapat menghancurkan rumah tangga bukan

membangun. Cemburu model ini adalah cemburu gila dan buta, yang tidak

membedakan antara yang benar dan yang batil. Cemburu ini berawal dari

kecurigaan antara suami dan istri. Jika cemburu buta ini terjadi antara suami istri

maka akan berakibat kehancuran dalam rumah tangga hingga berujung pada

perceraian.

2. Meninggalkan Kewajiban

Suami berkewajiban memenuhi kebutuhan istri sesuai dengan

kemampuannya, begitu juga dengan istri berkewajiban memenuhi kebutuhan

suami. Pasal 80 Kompilasi Hukum Islam menjelaskan hal-hal yang termasuk

kategori meninggalkan kewajiban meliputi:

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

48

a. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi

mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan

oleh suami istri bersama.

b. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu

keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

c. Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberi

kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi

agama, nusa dan bangsa.

d. Sesuai dengan kewajibannya suami menanggung:

1. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri

2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri

3. Biaya pendidikan bagi anak

e. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat 4 huruf a dan

b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya.

f. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya

sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

g. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila istri

nusyuz.

Adapun sebab-sebab suami istri meninggalkan kewajibannya adalah:

1) Kawin paksa

Perkawinan merupakan perbuatan yang dianjurkan oleh agama bagi orang

yang mampu menjalani hidup berumah tangg. Oleh karena itu orang tua yang

mempunyai anak gadis yang sudah dianggap mampu untuk melaksanakan

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

49

perkawinan, hendaknya menikahkan mereka. Dalam menikahkan anaknya

hendaknya orang tua meminta izin pada anaknya. Pasal 6 ayat (1) Undang-undang

No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menentukan bahwa perkawinan harus

didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai. Pasal 16 ayat (1 dan 2)

Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwa: (1) perkawinan atas persetujuan

calon mempelai. (2) bentuk persetujuan calon mempelai wanita, dapat berupa

pernyataan tegas dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat tapi dapat juga

berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas.

2) Ekonomi

Ekonomi sangat besar sekali pengaruh dan fungsinya dalam membina

rumah tangga yang bahagia, aman tenteram dan sejahtera. Salah satu penyebab

krisis perkawinan dan yang menimbulkan pertengkaran dan kekacauan dalam

rumah tangga ialah masalah ekonomi. Kelancaran dalam rumah tangga sangat

dipengaruhi oleh kelancaran kestabilan ekonomi, segala kebutuhan rumah tangga

yang beraneka ragam macamnya dapat terpenuhi jika ekonominya lancar,

sebaliknya kericuhan rumah tangga sering terjadi yang diakhiri oleh perceraian

disebabkan oleh masalah ekonomi yang tidak mendukung kebutuhan pangan,

pakaian dan tempat tinggal.

Terkait masalah ketidakmampuan suami memenuhi ekonomi keluarga

dalam kelangsungannya seperti makan, sandang, dan perumahan, bila istri tidak

rela dan tidak sabar maka pihak istri dapat mengajukan gugatan cerai. Tetapi

alasan ini pun dipertimbangkan lebih dahulu terutama dalam ketidakcukupan

kalau tidak mengganggu kelangsungan hidup keluarga sehari-hari bahkan ada

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

50

suatu harapan dalam menambah penghasilan, maka tidak perlu dilakukan

perceraian.

3) Tidak Ada Tanggung Jawab

Apabila sudah terjadi akan nikah secara sah maka mulai saat itulah antara

suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban baik hak dan kewajiban terhadap

istri maupun hak dan kewajiban istri terhadap suami. Selain suami dan istri

mempunyai hak dan kewajiban, suami istri juga mempunyai tanggung jawab yang

harus dipenuhi, tanggung jawab bersama antara suami dengan istri, tanggung

jawab terhadap keluarga dan tanggung jawab terhadap tetangga.

Perkara perceraian yang disebabkan karena tidak adanya tanggung jawab

umumnya terkait dengan pelanggaran taklik talak yang diucapkan setelah terjadi

akad nikah yaitu:

a. Apabila suami telah meninggalkan istrinya selama 6 bulan berturut-turut

b. Apabila suami tidak memberi nafkah wajib kepada istrinya selama 3 bulan

lamanya.

c. Atau menyakiti badan jasmani si istri

d. Apabila suami tidak memperdulikan atau membiarkan istri 6 bulan lamanya.

Jadi apabila suami tidak adanya tanggung jawab atau melanggar taklik talak

maka istri boleh mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama.

4) Kawin dibawah umur

Kawin di bawah umur biasanya terjadi karena kemauan pihak laki-laki

ataupun pihak perempuan yang usianya belum cukup menurut undang-undang

atau pada usia muda (belum matang) secara lahiriyah (fisik, kemampuan kerja)

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

51

bathiniyah (mental belum labil atau jiwa mudanya masih kuat mendominasi).

Sebab lain kawin di bawah umur adalah nikah hamil yang bertujuan

menyelamatkan kehormatan keluarga.

Kondisi rumah tangga pernikahan yang dilakukan di bawah umur beraneka

ragam. Biasanya kehidupan rumah tangganya masih bergantung pada orang tua,

mereka masih tinggal bersama orang tua. Kadangkala pertengkaran kecil sering

menyertai kehidupan rumah tangga mereka, baik karena keegoisan masing-masing

pihak, maupun kesalahpahaman yang bisa menyebabkan pertengkaran atau

kadangkala kecemburuan yang tidak pasti alasannya.

Perceraian yang terjadi karena kawin di bawah umur biasanya terjadi karena

salah satu pihak atau kedua belah pihak belum siap hidup berumah tangga.

3. Penganiayaan

Penganiayaan terhadap istri seperti melakukan pemukulan, melukai dan

menganiaya merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Jika

suami telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga pada istrinya, maka istri

dapat mengajukan perceraian. Hukum positif telah menentukan bahwa jika salah

satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan

pihak-pihak tersebut dapat mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama.6

4. Dihukum

Dihukum bisa digunakan sebagai alasan perceraian, jika sudah memenuhi

ketentuan dalam undang-undang. Ketentuan tersebut adalah salah satu pihak

6 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, penjelasan Pasal 39 Ayat (2) Jo. PP. Nomor 9 Tahun

1975, Pasal 19 Huruf d Jo Kompilasi Hukum Islam, Pasal 116 huruf d.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

52

mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah

perkawinan tersebut berlangsung.7

5. Terus Menerus Berselisih

Dalam membangun bahtera rumah tangga kehidupan keluarga tidak

selamanya berjalan secara mulus, namun terkadang muncul permasalahan yang

dapat mengakibatkan perselisihan dan pertengkaran. Alasan perselisihan terus

menerus mencakup:

a. Cacat biologis

Kesehatan jasmani menjadi bagian penting bagi suami istri dalam menjalani

kehidupan keluarga, keberadaan jasmani yang sehat diharapkan dapat membantu

suami istri untuk memenuhi kewajiban. Jika salah satu pihak mempunyai cacat

biologis atau fisik dimungkinkan dapat menghambat atau tidak dapat

melaksanakan kewajibannya sebagai suami istri, sehingga tujuan perkawinan

untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah dapat terhalang untuk

itu aturan memperbolahkan mengajukan permohonan atau gugatan perceraian

dengan alasan salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang

mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.8

b. Gangguan Pihak Ketiga

Adanya gangguan pihak ketiga adakalanya muncul dari keluarga salah satu

atau kedua belah pihak yang selalu ikut campur dalam rumah tangga tersebut.

Gangguan pihak ketiga juga dapat terjadi dari pihak lain, baik suami mempunyai

7 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 Huruf c. Jo Kompilasi Hukum Islam Pasal 116

Huruf c. 8 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Penjelasan Pasal 39 Ayat (2) Jo. PP. Nomor 9 Tahun

1975, Pasal 19 Huruf e Jo Kompilasi Hukum Islam, Pasal 116 huruf e.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

53

WIL (wanita idaman lain) maupun istri mempunyai PIL (pria idaman lain)

sehingga salah satu pihak meninggalkan tanggung jawabnya yang harus dipenuhi

terhadap keluarganya. Mereka telah melupakan keluarga dan kewajiban yang

harus dilaksanakan karena perhatiannya telah terbagi pada WIL atau PIL-nya, hal

ini bisa disebut perselingkuhan.

c. Tidak Ada Keharmonisan

Pada dasarnya setiap orang yang berumah tangga selalu mendambakan

keluarga yang harmonis. Ada kesesuaian dan kecocokan diantara suami istri serta

mampu mengatasi perbedaan yang ada secara baik dan tetap bertujuan

membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Keluarga yang tidak harmonis akan menjadi suatu hal yang tidak

menyenangkan dan tidak memberi kenyamanan bagi masing-masing pihak.

Ketidakharmonisan tersebut pada akhirnya menimbulkan perselisihan dan

pertengkaran yang terus menerus kemudian berujung pada perceraian.

C. Putusan Gugatan Perceraian Karena Faktor Ekonomi di Pengadilan

Agama Bandung

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, bahwa di Pengadilan Agama

Bandung tahun 2011 terdapat 1118 putusan perceraian terkait ekonomi sebagai

alasan perceraian. Tetapi disini penulis hanya membahas tiga putusan tahun 2011.

Dari ketiga putusan tersebut diuraikan sebagai berikut:

Kasus 1

Putusan Nomor: 21/Pdt.G/2011/PA.Bdg.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

54

Pengadilan Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara

perdata pada tingkat pertama dan telah menjatuhkan putusan atas perkara sebagai

berikut dalam perkara antara: ERNAWATY AS binti ANDA SURYANA, Umur

36 Tahun, agama Islam, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat kediaman di Jalan

Karangtineung Dalam No. 70 RT. 01 RW. 04 Kelurahan Cipedes Kecamatan

Sukajadi Kota Bandung. Selanjutnya disebut sebagai “Penggugat”. Melawan

TANTAN YULIANTO bin EMAN SULAEMAN, Umur 42 Tahun, agama Islam,

pekerjaan Serabutan, tempat kediaman di Jalan Karangtinggal Dalam No. 26 RT.

06 RW.11 Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Selanjutnya

disebut sebagai “Tergugat”.

Penggugat berdasarkan surat gugatannya tanggal 3 Januari 2011, dan

terdaftar pada kepaniteraan Pengadilan Agama Bandung. Nomor:

21/Pdt.G/2011/PA.Bdg. mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat adalah istri sah Tergugat yang menikah pada tanggal 26

September 1999, dengan kutipan akta nikah nomor: 416/59/IX/1999 tanggal

27 September 1999, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama

Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.

2. Bahwa setelah perkawinan penggugat dengan tergugat tinggal bersama di

Jalan Karangtinggal Dalam No. 26 RT. 06 RW.11 Kelurahan Cipedes

Kecamatan Sukajadi Kota Bandung hingga sekarang, karena berselisih

kemudian Penggugat keluar dari rumah dan sekarang tinggal di Jalan

Karangtineung Dalam No. 70 RT. 01 RW. 04 Kelurahan Cipedes

Kecamatan Sukajadi Kota Bandung.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

55

3. Bahwa dari perkawinannya tersebut telah dikaruniai 3 (tiga) orang anak

yang bernama:

1. AZKA AQILAH FADHILLAH, Lahir tanggal 29 Juli 2001

2. ALI FAYZAN ABDILLAH, lahir tanggal 16 Juli 2003

3. MUHAMMAD HUSSAIN ABDALA, lahir tanggal 10 Februari 2007

4. Bahwa dari sejak perkawinan tersebut hingga akhir Tahun 2009 rumah

tangga antara Penggugat dan Tergugat berjalan rukun dan harmonis

sebagaimana layaknya suatu rumah tangga yang baik, akan tetapi sejak

tahun 2010 antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran yang sulit untuk didamaikan.

5. Bahwa penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut

dikarenakan faktor ekonomi, Tergugat kurang bertanggung jawab terhadap

Penggugat.

6. Bahwa karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran tersebut, maka

mengakibatkan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat menjadi benar-

benar tidak rukun lagi, dan sampai sekarang telah pisah rumah selama 4

bulan.

7. Bahwa penggugat telah berusaha untuk mempertahankan rumah tangga

bersama tergugat bahkan Penggugat telah meminta bantuan kepada keluarga

akan tetapi tidak berhasil.

Berdasarkan kepada apa yang diuraikan diatas Penggugat memohon kepada

Ketua Pengadilan Agama Bandung untuk memanggil Penggugat dan Tergugat

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

56

agar hadir di muka persidangan, memeriksa perkara dan menjatuhkan putusan

sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan penggugat

2. Menjatuhkan talak satu ba‟in sughra dari Tergugat kepada Penggugat

3. Menetapkan biaya perkara menurut hukum

Atau apabila pengadilan berpendapat lain mohon putusan seadil-adilnya.

Setelah melakukan pemeriksaan dan persidangan terhadap perkara tersebut,

Majelis Hakim menetapkan putusan sebagai berikut:

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 130 HIR Jo Pasal 82

ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang

telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-undang

Nomor 50 Tahun 2009, Majelis Hakim telah berusaha semaksimal mungkin

mengupayakan perdamaian, agar kedua belah pihak berperkara bisa hidup rukun

kembali membina rumah tangga dan sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung

RI No. 1 Tahun 2008, Majelis Hakim sesuai kesepakatan kedua belah pihak

berperkara, telah menunjuk Sdr. Drs. H. IDANG HASAN, S. SH. MH. Selaku

mediator untuk melakukan mediasi, namun upaya tersebut gagal.

Menimbang, bahwa yang menjadi alasan pokok diajukannya gugatan

perceraian oleh Penggugat yaitu bahwa sejak tahun 2010 antara Penggugat dengan

Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang sulit untuk

didamaikan, hal tersebut terjadi karena faktor ekonomi, tergugat kurang

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

57

bertanggung jawab terhadap Penggugat, maka mengakibatkan rumah tangga

Penggugat dan Tergugat menjadi benar-benar tidak rukun lagi, dan sampai

sekarang telah pisah rumah selama 4 (empat) bulan, oleh karena demikian

Penggugat memohon agar Pengadilan menjatuhkan talak Tergugat kepada

Penggugat.

Menimbang, bahwa Tergugat telah memberikan jawaban secara lisan yang

pada pokoknya Tergugat membenarkan seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat dan

Tergugat tidak keberatan untuk bercerai.

Menimbang, bahwa memperhatikan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor

9 Tahun 1975 guna untuk mengetahui sejauhmana kondisi rumah tangga

Penggugat dengan Tergugat, Majelis Hakim perlu mendengar keterangan saksi-

saksi dari keluarga atau orang terdekat kepada Penggugat dan Tergugat.

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya, Penggugat

dan Tergugat telah mengajukan bukti berupa Photo Copy Surat Kutipan Akta

Nikah yang diberi tanda P.1 dan mengajukan saksi yang terdiri dari 2 (dua) orang

saksi yaitu: CACIH SARSIH binti CECE CASMEDI dan YON AIDIL bin

WISHAR.

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1 yaitu Fotokopi kutipan Akta

Nikah Nomor: 416/59/IX/1999 tanggal 27 September 1999 yang dikeluarkan oleh

Kantor Urusan Agama Sukajadi Kota Bandung yang telah dicocokan dengan

aslinya dan dibubuhi materai secukupnya, harus dinyatakan terbukti bahwa

Penggugat dan Tergugat adalah suami istri yang terikat dalam perkawinan yang

sah.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

58

Menimbang, bahwa saksi-saksi yang diharapkan oleh Penggugat dan

Tergugat tersebut pada pokoknya menerangkan bahwa mereka mengetahui sudah

kondisi rumah tangga Penggugat dengan Tergugat sejak tahun 2010 diantara

mereka sering bertengkar, yang disebabkan karena masalah ekonomi yang selalu

tidak mencukupi, dimana Tergugat kurang bertanggung jawab terhadap Penggugat

pada saat sekarang telah pisah rumah selama 5 (lima) bulan.

Menimbang, bahwa kedua saksi penggugat juga menerangkan bahwa selaku

keluarga mereka telah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat, tetapi

tidak berhasil karenanya saksi sudah tidak sanggup lagi mendamaikan kedua

belah pihak.

Menimbang bahwa fakta dipersidangan menunjukkan, sampai pada tahap

kesimpulan penggugat tetap bersikeras ingin bercerai dengan Tergugat dan upaya

mediasi pun tidak membuahkan hasil.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, Majelis Hakim

berkesimpulan bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat benar sering terjadi

perselisihan dan pertengkaran yang sudah tidak ada harapan untuk dipertahankan

lagi, sehingga rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah pecah sedemikian

rupa (marriage breakdown).

Menimbang, bahwa kondisi rumah tangga Penggugat dan Tergugat

sebagaimana digambarkan diatas, sudah jauh dari hakekat dan tujuan perkawinan

yang sebenarnya sebagaimana yang dicita-citakan didalam Pasal 1 Undang-

undang nomor 1 Tahun 1974 Jo Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam dimana

perkawinan itu bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

59

sakinah, mawaddah dan rahmah, karenanya mempertahankan ikatan rumah tangga

antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak akan bermaslahat lagi.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

diatas, maka Penggugat telah berhasil membuktikan dalil-dalil gugatannya,

karenanya alasan perceraian sebagaimana diatur pada Pasal 39 Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 Jis Pasal 19 huruf (f) Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 dan Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam telah terpenuhi, dengan

demikian gugatan Penggugat untuk bercerai dengan Tergugat patut dikabulkan.

Menimbang, bahwa selama perkawinan Penggugat dengan Tergugat telah

bergaul sebagaimana layaknya suami istri (ba‟da dukhul) dan belum pernah

bercerai, maka berdasarkan ketentuan Pasal 119 Kompilasi Hukum Islam talak

yang dijatuhkan adalah talak satu ba‟in sughra.

Menimbang, bahwa perkara ini termasuk bidang perkawinan, maka sesuai

Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan

Agama yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, maka

biaya timbul dalam perkara ini harus dibebankan kepada Penggugat.

Mengingat, segala ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

dan hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini.

MENGADILI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat

2. Menjatuhkan talak satu ba‟in sughro Tergugat TANTAN YULIANTO bin

EMAN SULAEMAN kepada Penggugat ERNAWATY binti ANDA

SURYANA

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

60

3. Membebankan biaya perkara sejumlah Rp. 171.000,- (seratus tujuh puluh

satu ribu rupiah) kepada Penggugat.

Demikian putusan ini dijatuhkan di Bandung pada hari Rabu tanggal 02

Februari 2011 Masehi bertepatan dengan tanggal 28 Shafar 1432 Hijriyyah, oleh

kami Drs. MUHADIR, SH. Sebagai Ketua Majelis dan Drs. ZEZEN ZAENAL

ABIDIN serta Drs. H. IDANG HASAN, S. SH. MH., masing-masing sebagai

Hakim Anggota. Putusan tersebut diucapkan oleh Majelis tersebut pada hari itu

juga dalam sidang terbuka untuk umum dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota

serta KOSMARA, SH sebagai panitera Pengganti dan dihadiri oleh Penggugat

dan Tergugat.

Kasus 2

Putusan Nomor: 871/Pdt.G/2011/PA.Bdg.

Pengadilan Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

pada tingkat pertama dan telah menjatuhkan putusan atas perkara sebagai berikut

dalam perkara antara: Aah Kurniati, Umur 34 Tahun, agama Islam, pekerjaan Ibu

Rumah Tangga, bertempat tinggal di Jalan Cipedes No. 37 RT. 04 RW. 06

Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Selanjutnya disebut

sebagai “Penggugat”. Melawan Dadang Rahmat Arifin, Umur 42 Tahun, agama

Islam, pekerjaan Pegawai Swasta, bertempat tinggal di Jalan Cipedes No. 37 RT.

04 RW. 06 Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Selanjutnya

disebut sebagai “Tergugat”.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

61

Penggugat berdasarkan surat gugatannya tertanggal 15 Maret 2011, yang

telah didaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Bandung dalam register perkara

Nomor: 871/Pdt.G/2011/PA.Bdg. mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa pada tanggal 31 Januari 1993, Penggugat telah melangsungkan

perkawinan dengan Tergugat dihadapan Pegawai Pencatat Nikah pada

Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Kutipan Akta

Nikah Nomor: 740/38/II/1993 tanggal 09 Februari 1993.

2. Bahwa setelah perkawinan tersebut penggugat dengan tergugat tinggal

bersama di Jalan Cipedes No. 37 RT. 04 RW. 06 Kelurahan Cipedes

Kecamatan Sukajadi Kota Bandung hingga sekarang Penggugat tetap

tinggal di alamat tersebut, karena berselisih kemudian Penggugat keluar dari

rumah dan sekarang tinggal di Jalan Cisaranten No. 25 RT. 02 RW. 06

Kelurahan Cisaranten Wetan Kecamatan Cinambo Kota Bandung.

3. Bahwa dari perkawinannya tersebut telah dikaruniai 2 (dua) orang anak

masing-masing bernama:

1. Hera Oktavia Anjani, lahir tanggal 23 Oktober 1993

2. Wine Gloria Tifani, lahir tanggal 10 Mei 2003

4. Bahwa dari sejak perkawinan tersebut hingga tahun 2004 rumah tangga

antara Penggugat dan Tergugat berjalan rukun dan harmonis sebagaimana

layaknya suatu rumah tangga yang baik, akan tetapi sejak tahun 2005 antara

Penggugat dengan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran

yang sulit untuk didamaikan.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

62

5. Bahwa penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut

dikarenakan Faktor Ekonomi, Tergugat kurang bertanggungjawab terhadap

Penggugat dan Tergugat memiliki wanita idaman lain (WIL).

6. Bahwa karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran tersebut, maka

mengakibatkan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat menjadi benar-

benar tidak rukun lagi, dan sampai sekarang telah pisah rumah selama 6

(enam) tahun.

7. Bahwa penggugat telah berusaha untuk mempertahankan rumah tangga

bersama tergugat bahkan Penggugat telah meminta bantuan kepada keluarga

akan tetapi tidak berhasil.

Berdasarkan kepada apa yang diuraikan diatas Penggugat memohon kepada

Ketua Pengadilan Agama Bandung untuk memanggil Penggugat dan Tergugat

agar hadir di muka persidangan, memeriksa perkara dan menjatuhkan putusan

sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat

2. Menjatuhkan talak satu ba‟in sughra dari Tergugat kepada Penggugat

3. Menetapkan biaya perkara menurut hukum

- Mohon putusan yang seadil-adilnya.

Setelah melakukan pemeriksaan dan persidangan terhadap perkara tersebut,

Majelis Hakim menetapkan putusan sebagai berikut:

TENTANG HUKUMNYA

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

63

Menimbang, bahwa sesuai dengan Pasal 82 Undang-undang Nomor 7

Tahun 1989, Majelis Hakim telah mendamaikan para Penggugat, akan tetapi tidak

berhasil.

Menimbang, bahwa dari dalil Penggugat butir (1) dihubungkan dengan

Kutipan Akta Nikah (P.1) tersebut diatas, harus dinyatakan bahwa sejak tanggal

31 Januari 1993 antara Penggugat dengan Tergugat telah terikat oleh perkawinan

yang sah.

Menimbang, bahwa dalam persidangan Tergugat telah tidak datang

menghadap ke persidangan, oleh karenanya harus dinyatakan bahwa Tergugat

yang telah dipanggil dengan resmi dan patut untuk menghadap ke persidangan,

tidak hadir.

Menimbang, bahwa alasan Penggugat sebagaimana dalam positanya

tersebut adalah bahwa dari sejak tahun 2005 antara Penggugat rumah tangganya

sering terjadi perselisihan dan pertengkaran dikarenakan faktor ekonomi, Tergugat

kurang bertanggung jawab terhadap Penggugat dan Tergugat memiliki wanita

idaman lain, bahkan antara Penggugat dengan Tergugat telah pisah rumah selama

6 (enam) tahun.

Menimbang, bahwa dari dalil-dalil Penggugat dihubungkan dengan

keterangan saksi EEN KARNENGSIH binti UHA dan ASEP SAEFUL KAMAL,

S.Ag., yang pada pokoknya kedua saksi tersebut menerangkan bahwa rumah

tangga Penggugat dengan Tergugat sudah tidak rukun lagi, sering terjadi

perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan karena faktor ekonomi, Tergugat

tidak bertanggung jawab terhadap Penggugat dan Tergugat memiliki wanita

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

64

idaman lain, akhirnya mereka telah pisah rumah dan sudah diusahakan

perdamaian akan tetapi ternyata tidak berhasil, dapat disimpulkan bahwa antara

Penggugat dengan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang sulit

didamaikan, oleh karenya harus dinyatakan bahwa perkawinan tersebut telah

pecah, sehingga tujuan perkawinan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, bahwa perkawinan bertujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan sebagaimana ditegaskan dalam Al-

Qur‟an Surat Ar-Ruum ayat 21, bahwa dijodohkannya laki-laki dan perempuan ini

sebagai suami istri agar tercapai kehidupan yang tenteram dan selalu terjalin rasa

saling mencintai dan saling menyayangi, tidak akan tercapai.

Menimbang, bahwa berdasarkan kenyataan dan pertimbangan tersebut,

harus dinyatakan bahwa cerai gugat tersebut telah memenuhi alasan perceraian

yang diatur dalam pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jis pasal 19

huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan pasal 116 huruf (f)

Kompilasi Hukum Islam. Sehingga cukup beralasan dan tidak melawan hukum,

sehingga oleh karenanya harus dinyatakan tidak hadir dan gugatan Penggugat

dapat dikabulkan dengan verstek.

Menimbang, bahwa perkara tersebut termasuk bidang perkawinan, maka

berdasarkan pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, yang telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, biaya perkara harus

dibebankan kepada Penggugat.

Memperhatikan, ketentuan hukum yang berlaku dan berkaitan dengan

perkara tersebut.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

65

MENGADILI

1. Menyatakan bahwa Tergugat yang telah dipanggil dengan resmi dan patut

untuk menghadap di persidangan, tidak hadir

2. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek

3. Menjatuhkan talak satu ba‟in sughro Tergugat DADANG RAHMAT

ARIFIN bin SULAEMAN terhadap Penggugat AAH KURNIATI binti

UHA

4. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat sejumlah Rp. 271.000,-

(dua ratus tujuh puluh satu ribu rupiah).

Demikian diputuskan di Bandung pada hari Kamis tanggal 28 April 2011

M. bertepatan dengan tanggal 24 Jumadil Awal 1432 H. oleh kami Dra. Hj. EUIS

KARTIKA, Sebagai Hakim Ketua, Drs. ASEP GUPRON, SH. dan Drs.

MOHAMAD JUMHARI, SH., MH. masing-masing sebagai Hakim Anggota,

putusan mana diucapkan pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk umum

dengan dihadiri oleh ROJUDIN, M.Ag. sebagai Panitera Pengganti pada

Pengadilan Agama tersebut, dihadapan Penggugat tanpa hadirnya Tergugat.

Kasus 3

Putusan Nomor:843/Pdt.G/2011/PA.Bdg.

Pengadilan Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

pada tingkat pertama dan telah menjatuhkan putusan atas perkara sebagai berikut

dalam perkara Cerai Gugat yang diajukan oleh Istri, Umur 38 Tahun, agama

Islam, pekerjaan Pegawai Swasta, bertempat tinggal di Komplek Bumi

Panyileukan Blok F3 No.32 RT. 02 RW. 05 Kelurahan Cipadung Kidul

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

66

Kecamatan Panyileukan Kota Bandung. Selanjutnya disebut sebagai “Penggugat”.

Melawan Suami, Umur 43 Tahun, agama Islam, pekerjaan Pegawai Swasta,

bertempat tinggal di Jalan Panti Asuahan No. 47B RT. 03 RW. 02. Kelurahan

Jurang Manggu Timur Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang, sekarang tidak

diketahui tempat tinggalnya diwilayah Indonesia. Selanjutnya disebut sebagai

“Tergugat”.

Penggugat berdasarkan surat gugatannya tertanggal 11 Maret 2011, dan

telah didaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Bandung dalam register perkara

Nomor: 843/Pdt.G/2011/PA.Bdg. pada pokoknya berbunyi sebagai berikut:

1. Bahwa pada tanggal 03 Mei 1996, Penggugat telah melangsungkan

perkawinan dengan Tergugat dihadapan Pegawai Pencatat Nikah pada

Kantor Urusan Agama Kecamatan Coblong Kota Bandung. Kutipan Akta

Nikah Nomor: 107/19/V/1996 tanggal 03 Mei 1996.

2. Bahwa setelah perkawinan tersebut penggugat dengan tergugat tinggal

bersama di bertempat tinggal di Komplek Bumi Panyileukan Blok F3 No.32

RT. 02 RW. 05 Kelurahan Cipadung Kidul Kecamatan Panyileukan Kota

Bandung, hingga sekarang Penggugat dan Tergugat tetap tinggal di alamat

tersebut.

3. Bahwa dari perkawinan tersebut telah dikaruniai 2 (dua) orang anak masing-

masing bernama:

1. RIZKY AULYA PRATAMA, lahir tanggal 15 April 1997.

2. M. FADHIL IHSAN F, lahir tanggal 20 Juni 2002.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

67

4. Bahwa dari sejak perkawinan tersebut hingga tahun 2004 rumah tangga

antara Penggugat dengan Tergugat berjalan rukun dan harmonis

sebagaimana layaknya suatu rumah tangga yang baik, akan tetapi sejak

tahun 2005 antara Penggugat dengan Tergugat sering terjadi perselisihan

dan pertengkaran yang sulit untuk didamaikan.

5. Bahwa penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran tersebut

dikarenakan Faktor Ekonomi, Tergugat kurang bertanggung jawab terhadap

Penggugat, Tergugat melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

terhadap Penggugat.

6. Bahwa karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran tersebut, maka

mengakibatkan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat menjadi benar-

benar tidak rukun lagi, dan sudah tidak ada harapan untuk bersatu kembali.

7. Bahwa Penggugat telah berusaha untuk mempertahankan rumah tangga

bersama Tergugat bahkan Penggugat telah meminta bantuan kepada

keluarga akan tetapi tidak berhasil.

Berdasarkan kepada apa yang diuraikan diatas, maka dengan ini Penggugat

memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Bandung untuk memanggil

Penggugat dan Tergugat agar hadir di muka persidangan, memeriksa perkara dan

menjatuhkan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat

2. Menjatuhkan talak satu ba‟in sughro dari Tergugat terhadap Penggugat

4. Menetapkan biaya perkara menurut hukum

- Mohon putusan yang seadil-adilnya.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

68

Setelah melakukan pemeriksaan dan persidangan terhadap perkara

tersebut, Majelis Hakim menetapkan putusan sebagai berikut:

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mendamaikan agar Penggugat

bersabar dan meneruskan rumah tangganya dengan Tergugat akan tetapi tidak

berhasil.

Menimbang bahwa berdasarkan dalil Penggugat pada posita poin 1 (satu),

dan keterangan saksi serta bukti (P.1), maka pertama-tama harus dinyatakan

terbukti bahwa antara Penggugat dengan Tergugat masih terikat dalam

perkawinan yang sah.

Menimbang, bahwa Penggugat telah hadir ke persidangan dan telah

memberikan keterangan dan penjelasan secukupnya.

Menimbang, bahwa Tergugat tidak datang menghadap ke persidangan dan

tidak pula menyuruh orang lain sebagai kuasanya, walaupun kepadanya telah

dipanggil secara patut dan sah melalui RRI dengan Nomor:

843/Pdt.G/2011/PA.Bdg., tanggal 26 April 2011 dan tanggal 26 Mei 2011,

ketidakhadiran Tergugat tersebut telah ternyata tidak disebabkan oleh suatu

halangan yang sah menurut Undang-undang, oleh karena itu Tergugat harus

dinyatakan tidak pernah hadir ke persidangan dan berdasarkan pasal 125 (1) HIR

perkara ini harus diputus secara verstek.

Menimbang, bahwa Penggugat telah mendalilkan bahwa rumah Tangganya

dengan Tergugat sejak tahun 2005 sering terjadi perselisihan dan pertengkaran

yang disebabkan karena faktor ekonomi, Tergugat kurang bertanggung jawab

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

69

terhadap Penggugat dan Tergugat melakukan kekerasan dalam rumah tangga

terhadap Penggugat.

Menimbang, bahwa berdasarkan para saksi yang diajukan Penggugat

bernama EVIYANTI binti DADANG dan SANTI NURHAYATI binti

WARJONO, telah membenarkan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat

sekarang ini sudah tidak rukun dan harmonis lagi karena faktor ekonomi,

Tergugat tidak bertanggung jawab terhadap Penggugat dan ada kekerasan dalam

rumah tangga serta tergugat telah pergi meninggalkan Penggugat tanpa memberi

nafkah wajib kepada Penggugat dan sekarang Tergugat tidak diketahui tempat

tinggalnya serta tanpa kabar berita, yang sampai sekarang telah pisah rumah

selama kurang lebih 6 (enam) tahun.

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil gugatan Penggugat dan bukti

saksi, Majelis Hakim telah mendapatkan fakta dipersidangan, bahwa rumah

tangga antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak rukun dan harmonis lagi

karena faktor ekonomi, Tergugat kurang bertanggung jawab terhadap Penggugat,

dan ada kekerasan dalam rumah tangga serta Tergugat telah pergi meninggalkan

Penggugat tanpa memberi nafkah wajib kepada Penggugat dan sekarang Tergugat

tidak diketahui tempat tinggalnya serta tanpa kabar berita, yang sampai sekarang

telah pisah rumah selama 6 (enam) tahun, atas kejadian tersebut Penggugat tidak

mempercayai lagi Tergugat dan sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan

rumah tangga dengan Tergugat.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, Majelis Hakim

berpendapat bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah sulit untuk

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

70

dirukunkan lagi, oleh karena itu telah cukup bukti alasan gugatan Penggugat

sesuai maksud pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jis pasal 19 huruf

(f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan pasal 116 (f) Kompilasi

Hukum Islam, maka gugatan Penggugat dapat dikabulkan dengan verstek dengan

menjatuhkan talak satu bain sughro Tergugat terhadap Penggugat.

Menimbang, bahwa dalam perkara ini telah timbul biaya, maka berdasarkan

pasal 89 (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 harus dibebankan kepada Penggugat.

MENGADILI

1. Menyatakan bahwa Tergugat yang telah dipanggil dengan resmi dan patut

untuk menghadap di persidangan, tidak hadir

2. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek

3. Menjatuhkan talak satu ba‟in sughro Tergugat terhadap Penggugat

4. Membebankan biaya perkara sejumlah Rp. 361.000,- (tiga ratus enam puluh

satu ribu rupiah) kepada Penggugat.

Demikian diputuskan di Bandung pada hari Senin tanggal 05 September

2011 M. bertepatan dengan tanggal 07 Syawal 1432 H. oleh kami Drs. MUGHNI

MUHARROR, M.Hum, sebagai Hakim Ketua, Drs. H. ABDUL FATAH, SH. dan

Drs. H. IDANG HASAN. S., MH. masing-masing sebagai Hakim Anggota,

putusan mana diucapkan pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk umum

dengan dihadiri oleh Hj. MUNTHIAMAH, SH. sebagai Panitera Pengganti pada

Pengadilan Agama tersebut, dihadapan Penggugat tanpa hadirnya Tergugat.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

71

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

72

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN MAJELIS HAKIM TERHADAP GUGATAN

PERCERAIAN KARENA FAKTOR EKONOMI

A. Alasan Gugatan Perceraian di Pengadilan Agama Bandung

Meningkatnya kebutuhan ekonomi memaksa pasangan suami istri harus

bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga seringkali

perbedaan dalam pendapatan atau gaji membuat tiap pasangan berselisih, terlebih

apabila sang suami yang tidak memiliki pekerjaan.

Gugatan perceraian dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perkembangan

zaman yang modern, seperti hidup di lingkungan orang kaya yang berbeda

profesi, istri mengikuti gaya hidup teman-temannya yang hidup serba kemewahan,

sementara penghasilan suami hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Begitupun dalam kehidupan rumah tangga seperti tingkat kebutuhan yang

semakin meningkat, harga semua kebutuhan pokok semakin mahal sementara

penghasilan suami kecil, tingkat kesadaran suami akan tanggung jawab untuk

memenuhi ekonomi keluarga sangat minim, dan antara suami dan istri tidak saling

memahami satu sama lain. Setelah diselidiki ternyata kasus gugat cerai di

Pengadilan Agama Bandung ini dipengaruhi oleh kultur sosial dan budaya

masyarakat Bandung yang life style-nya diatas rata-rata.

Selain itu gugatan perceraian karena faktor ekonomi di Pengadilan Agama

Bandung lebih dominan disebabkan:

a. Penghasilan suami yang kecil tidak seimbang dengan kebutuhan yang

diperlukan istri dan anaknya;

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

73

b. Suami tinggal di rumah istri (mertua);

c. Suami bersikap cuek/ tidak mau memberi nafkah terhadap istri;

d. Istri banyak menuntut nafkah yang lebih akan tetapi suami tidak

mampu memenuhi permintaan istri;

e. Suami malas/tidak sungguh-sungguh dalam bekerja.9

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan gugatan perceraian karena

faktor ekonomi di Pengadilan Agama Bandung pada tahun 2011 mengalami

peningkatan, hal ini dapat dibuktikan dengan laporan tahunan Pengadilan Agama

dalam hal ini faktor ekonomi pada tahun 2011 sebanyak 1118 perkara. Apabila di

presentasekan gugat cerai karena faktor ekonomi sekitar 70% dari 70% perkara

gugatan perceraian. Perkara tersebut kebanyakan diajukan oleh masyarakat pada

umumnya menengah kebawah dan pernikahan yang rata-rata lima

tahun/pernikahan yang masih muda.

Ada beberapa hal yang patut dikaji secara kritis dari putusan pengadilan dan

hasil penelitian yang penulis peroleh antara lain:

Pemahaman hakim terhadap tidak terpenuhinya ekonomi keluarga menjadi

alasan pihak istri mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Dalam hal suami yang

tidak memberi nafkah istrinya, tetapi ia mempunyai harta yang disimpan oleh

istrinya, maka istrinya tidak berhak mengajukan gugatan perceraian kepada

pengadilan, karena pihak istri dibolehkan agama mengambil harta suaminya yang

ada padanya sekedar keperluan nafakahnya dan anak-anaknya (Kamal Muchtar,

2004: 217).

9 Wawancara dengan Bapak Mohamad Jumhari, Hakim Pengadilan Agama Bandung, di Bandung,

24 April 2013.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

74

Hakim memahami bahwa standar pemberian nafkah sangat relatif karena

tidak adanya ketentuan yang pasti, maka hakim dalam pertimbangan hukumnya

dengan mengkaitkan pada penghasilan suami, jenis profesi dan kebutuhan istri.

Untuk wilayah Bandung UMR (Upah Minimum Regional)-nya hampir 2 juta

lebih. Gaji PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Bandung dengan gaji 2-3 juta itu tidak

cukup dengan kebutuhan primer sehari-hari. Hal ini bukan berarti mempermudah

seorang istri mengajukan perceraian. Sebab putusan yang dikeluarkan hakim

berdasarkan pertimbangan dengan melihat fakta atau peristiwa yang terjadi selama

persidangan, bukti yang diajukan para pihak dan pemahaman hakim atas beberapa

pasal yang terdapat pada undang-undang.

Hakim mengabulkan gugatan perceraian karena ekonomi selain berdasarkan

pada undang-undang yang berlaku di Indonesia dan Hukum Islam hakim juga

mempertimbangkan sepanjang ekonomi ini tidak menjadi masalah rumah tangga

maka aman rumah tangga. Tetapi apabila ekonomi menimbulkan

masalah/percekcokan dan timbul kebencian istri terhadap suaminya, sehingga

hubungan menjadi renggang, dan kehilangan gairah dalam berumah tangga

apabila perceraian itu diputuskan akan membawa kearah kebaikan dan

kemaslahatan bagi pihak suami maupun istri. Hakim dalam memutuskan perkara

tidak hanya menggunakan alasan ekonomi sebagai alasan pokok tetapi juga

menggunakan alasan bahwa antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan.

Selain itu untuk memperkuat hakim dalam memutuskan perkara yaitu dengan

menilai duduk perkara, bukti-bukti autentik dan saksi-saksi yang membenarkan

kejadian sehingga gugatan perceraian tersebut dikabulkan.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

75

Upaya hakim dalam mendamaikan para pihak terdapat dalam pasal 82 yaitu

pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, hakim berusaha

mendamaikan kedua pihak tapi terbatas diruang persidangan. Sesuai dengan

PERMA Nomor 1 Tahun 2008 melalui upaya mediasi yaitu cara penyelesaian

sengketa melalui proses perundingan memperoleh kesepakatan para pihak dengan

dibantu oleh mediator. Mediator disini adalah pihak netral yang membantu para

pihak dalam proses perundingan mencari berbagai kemungkinan penyelesaian

sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah

penyelesaian. Proses mediasi berlangsung paling lama 40 hari kerja sejak

mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim. Upaya

damai ini dilakukan dalam rangka memperkecil angka perceraian dan dalam

rangka mengeliminir persoalan banding. Jadi apabila kedua belah pihak baik, bisa

mengeliminir persoalan maka tidak banding dan otomatis mengurangi angka

banding dan kasasi. Sangat disayangkan dalam upaya damai ini ternyata tidak

sampai 5% hanya 3% saja yang berhasil didamaikan, hal ini disebabkan karena

percekcokan antara Penggugat dan Tergugat sudah parah, dan sebelumnya mereka

sudah berunding di rumah, jadi di Pengadilan Agama hanya tinggal menunggu

keputusannya saja.

Jika dalam upaya damai ternyata tergugat tidak hadir dalam sidang

(verstek), maka jatuhlah talak suami kepada istri. Dalam pertimbangan hakim

apabila dipertahankan rumah tangga tidak maslahat. Perbedaan pendapat apabila

perkara tersebut diputus dengan verstek maka tidak perlu dibuktikan selama

gugatan itu benar, tidak bertentangan dengan hukum, petitumnya benar dan

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

76

tergugat/kuasanya tidak hadir dalam sidang setelah dipanggil secara sah dan patut,

maka telah membenarkan dalil atau alasan gugatan yang diajukan oleh penggugat

sehingga perkara tersebut dapat diputus tanpa kehadiran tergugat.

B. Prosedur Gugat Cerai Karena Alasan Ekonomi

Prosedur Gugatan Cerai karena Alasan Ekonomi terdapat pada Buku II

Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama, bahwa gugatan

perceraian diajukan oleh istri ke Pengadilan Agama yang daerah hukumnya

mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali istri meninggalkan tempat kediaman

bersama tanpa izin suami. Jika Istri meninggalkan tempat kediaman bersama

tanpa izin suami, gugatan harus ditujukan kepada pengadilan yang daerah

hukumnya mewilayahi tempat kediaman suaminya. Hak untuk memohon

memutuskan ikatan perkawinan ini dalam hukum Islam disebut khulu‟, yaitu salah

satu cara melepaskan ikatan perkawinan yang datang dari pihak istri dengan

kesediaannya membayar ganti rugi, yaitu dengan mengembalikan mahar kepada

suami.

Proses sidang perceraian bisa dilakukan, bila gugatan atau permohonan cerai

sudah didaftarkan dan diregister oleh Panitera Pengadilan yang berwenang

mengadilinya. Kemudian Ketua Pengadilan terkait, akan menunjuk majelis hakim

yang bertugas untuk menyidangkan kasus tersebut. Sekaligus menentukan jadwal

sidang pertama dari gugatan tersebut.

Cerai gugat diajukan oleh istri yang petitumnya memohon agar Pengadilan

Agama memutuskan perkawinan Penggugat dengan Tergugat.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

77

Prosedur pengajuan gugatan dan pemeriksaan cerai gugat agar dipedomani

Pasal 73 s/d Pasal 86 UU No. 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan UU

No. 3 Tahun 2006 jo. Pasal 14 s/d Pasal 36 PP No. 9 Tahun 1975 (Mahkamah

Agung RI, 2010: 219-220).

Pasal 73 UUPA :

(1) Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada pengadilan

yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila

penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa

izin tergugat.

(2) Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri gugatan perceraian

diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman tergugat.

(3) Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka

gugatan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi

perkawinan mereka dilangsungkan atau ke Pengadilan Agama Jakarta pusat.

(Zainuddin Ali, 2006: 82)

Mengenai alasan perceraian dan alat bukti untuk mengajukan gugatan diatur

dalam Mengenai alasan perceraian dan alat bukti untuk mengajukan gugatan

diatur dalam pasal 74, 75, dan 76 UUPA dan Pasal 133, 134, dan 135 KHI.

Pasal 74 UUPA :

Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan salah satu pihak

mendapat pidana penjara, maka untuk memperoleh putusan perceraian, sebagai

bukti penggugat cukup menyampaikan salinan putusan pengadilan yang

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

78

berwenang yang memutuskan perkara disertai keterangan yang menyatakan

bahwa putusan itu telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 75 UUPA :

Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan bahwa tergugat mendapat

cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban

sebagai suami, maka hakim dapat memerintahkan tergugat untuk memeriksakan

diri kepada dokter.

Pasal 76 ayat (2) UUPA :

Pengadilan setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat persengketaan

antara suami isteri dapat mengangkat seorang atau lebih dari keluarga masing-

masing pihak ataupun orang lain untuk menjadi hakim.

Pasal 76 ayat (2) UUPA di atas, merupakan penjabaran garis hukum dari

Firman Allah dalam Surah An-Nisaa‟ (4) ayat 35, yang kemudian mengambil

bentuk lembaga yang disebut BP-4. Selanjutnya, fungsi lembaga tersebut diatur

dalam Pasal 30 ayat (2) Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975, yaitu

bahwa Pengadilan Agama dalam setiap kesempatan berusaha mendamaikan kedua

belah pihak dan dapat diminta bantuan kepada Badan Penasihat Perkawinan dan

Penyelesaian Perceraian (BP4) setempat. Adapun tindakan hukum selama proses

perkara di pengadilan berlangsung, menghindari berbagai kemungkinan hal-hal

yang bersifat negatif di antara suami istri. Hal ini diatur dalam Pasal 77 UUPA.

Pasal 77 UUPA :

Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan penggugat

atau tergugat atau berdasarkan pertimbangan bahaya yang mungkin ditimbulkan,

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

79

pengadilan dapat mengizinkan suami isteri tersebut untuk tidak tinggal dalam satu

rumah.

Pasal 78 UUPA :

Selama berlangsungnya gugatan perceraian atas permohonan penggugat,

pengadilan dapat:

1. Menerima nafkah yang ditanggung suami;

2. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan pendidikan

anak

3. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-barang

yang menjadi hak bersama suami isteri atau barang-barang yang menjadi hak

suami atau barang-barang yang menjadi hak istri (Juhaya S Praja, 1994: 112).

Pasal 79 UUPA:

Gugatan perceraian gugur apabila suami atau isteri meninggal sebelum

adanya putusan Pengadilan.

Pasal 80 UUPA:

(1) Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan oleh Majelis Hakim selambat-

lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau gugatan perceraian

didaftarkan di kepaniteraan.

(2) Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup

Pasal 81 UUPA:

(1) Putusan Pengadilan mengenai gugatan perceraian diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

80

(2) Suatu perceraian dianggap terjadi beserta segala akibat hukumnya terhitung

sejak putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 82 UUPA:

(1) Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, hakim berusaha

mendamaikan kedua pihak.

(2) Dalam sidang perdamaian tersebut, suami istri harus datang secara pribadi,

kecuali apabila salah satu pihak bertempat kediaman di luar negeri, dan tidak

dapat datang menghadap secara pribadi dapat diwakili oleh kuasanya yang

secara khusus dikuasakan untuk itu.

Pasal 83 UUPA:

Apabila tercapai perdamaian, maka tidak dapat diajukan gugatan perceraian

baru berdasarkan alasan yang ada dan telah diketahui oleh penggugat sebelum

perdamaian tercapai.

Pasal 84 UUPA:

(1) Panitera pengadilan atau pejabat pengadilan yang ditunjuk berkewajiban

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari mengirimkan satu helai salinan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, tanpa

bermaterai kepada pegawai pencatat nikah yang wilayahnya meliputi tempat

kediaman penggugat dan tergugat, untuk mendaftarkan putusan perceraian

dalam sebuah daftar yang disediakan untuk itu.

(2) Apabila perceraian dilakukan di wilayah yang berbeda dengan wilayah

pegawai pencatat nikah tempat perkawinan dimaksud dalam ayat (1) yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap tanpa bermaterai dikirimkan pula

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

81

kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan dilangsungkan dan

oleh Pegawai Pencatat Nikah tersebut pada bagian pinggir daftar catatan

perkawinan.

(3) Apabila perkawinan dilangsungkan di luar negeri, maka satu helai salinan

putusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) disampaikan pula kepada

Pegawai Pencatat Nikah di tempat didaftarkannya perkawinan mereka di

Indonesia

(4) Panitera berkewajiban memberikan akta cerai sebagai surat bukti cerai kepada

para pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung setelah putusan yang

memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut diberitahukan kepada para pihak.

Pasal 85 UUPA:

Kelalaian pengiriman salinan putusan sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 84, menjadi tanggung jawab Panitera yang bersangkutan atau Pejabat

Pengadilan yang ditunjuk, apabila yang demikian itu mengakibatkan kerugian

bagi bekas suami atau isteri atau keduanya. Karena itu amat penting pengiriman

salinan putusan dimaksud. Sebab akan mendatangkan kerugian dari berbagai

pihak yang membutuhkannya (Ibid, hal: 114).

Pasal 86 UUPA:

(1) Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama

suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun

sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Jika ada tuntutan pihak ketiga, maka Pengadilan menunda terlebih dahulu

perkara harta bersama tersebut sampai ada putusan Pengadilan dalam

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

82

lingkungan Peradilan umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

tentang hal itu.

C. Pertimbangan Hukum yang Digunakan Oleh Majelis Hakim dalam

Menyelesaikan Perkara Gugat Cerai Karena Faktor Ekonomi

Adapun pertimbangan hukum yang digunakan dalam memutuskan perkara

ekonomi sebagai alasan perceraian dikembalikan pada akibatnya. Bahwa tidak

adanya ekonomi mengakibatkan perselisihan dan pertengkaran terus menerus,

maka hakim mengembalikan pada pasal 39 UU Nomor 1 Tahun 1974 Undang-

undang perkawinan jo Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 dan Pasal 116 huruf (f) KHI yang menjelaskan bahwa antara suami istri

terus menerus berselisih dan pertengkaran dan tidak ada harapan lagi untuk hidup

rukun dalam rumah tangga.

Alasan Majelis Hakim Pengadilan Agama Bandung menggunakan pasal 19

huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 huruf (f) KHI,

karena ketika pasal tersebut muncul penyebabnya kebanyakan didukung oleh

faktor ekonomi. Majelis Hakim Pengadilan Agama Bandung dalam ranah

kajiannya melihat kepada faktornya terlebih dahulu, ketika faktor ditemukan apa

yang muncul, ternyata yang muncul pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 huruf (f) KHI. Ketika Majelis Hakim

membuat suatu pertimbangan yaitu ekonomi menyebabkan timbulnya

percekcokan terus menerus, tetap yang di pakai adalah pasal 19 huruf (f)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 huruf (f) KHI. Jadi

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

83

bedakan antara faktor penyebab menimbulkan alasan. Alasan berdasarkan pasal,

sedangkan faktor menimbulkan alasan ini.

1. Putusan Nomor: 21/Pdt.G/2011/PA.Bdg.

Pada pemeriksaan Nomor: 21/Pdt.G/2011/PA.Bdg. dapat diketahui bahwa

rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat telah goyah. Hal ini dikarenakan

Tergugat kurang bertanggung jawab dalam hal pemberian ekonomi terhadap

Penggugat, maka mengakibatkan rumah tangga Penggugat dan Tergugat menjadi

benar-benar tidak rukun lagi, dan sampai saat ini Penggugat dan Tergugat telah

pisah rumah selama 4 (empat) bulan.

Dalam perkara tersebut Majelis Hakim Pengadilan Agama Bandung

memutuskan perceraian dengan dasar hukum Pasal 39 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 Jis Pasal 19 huruf (f) Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan

Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Menurut penulis sangat tepat, karena

setelah diteliti duduk perkara yang ditambah lagi adanya bukti-bukti autentik dan

saksi-saksi yang telah membenarkan kejadian tersebut yakni memang benar antara

Penggugat dan Tergugat sering terjadi pertengkaran dan tidak ada harapan hidup

rukun lagi.

2. Putusan Nomor: 871/Pdt.G/2011/PA.Bdg.

Dalam memutuskan perkara Nomor 871/Pdt.G/2011/PA.Bdg. Majelis

Hakim menggunakan dasar hukum Pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 jis pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan pasal

116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam karena antara suami istri terus menerus

terjadi perselisihan dan pertengkaran dikarenakan faktor ekonomi, Tergugat tidak

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

84

bertanggung jawab terhadap Penggugat dan Tergugat memiliki wanita idaman

lain. Antara Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah selama 6 tahun. Menurut

penulis tepat karena berdasarkan keterangan dari para saksi sudah terbukti bahwa

antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang

sulit untuk didamaikan sehingga tujuan perkawinan sebagaimana ditegaskan

dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, bahwa perkawinan

bertujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa tidak tercapai.

3. Putusan Nomor: 843/Pdt.G/2011/PA.Bdg.

Tindakan Majelis Hakim yang mengabulkan permohonan Penggugat dengan

dasar hukum Pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jis Pasal 19 huruf (f)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 huruf (f) Kompilasi

Hukum Islam, yakni antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Menurut penulis sangat tepat berdasarkan duduk perkara ditambah lagi bukti-bukti

autentik dan keterangan para saksi sudah terbukti bahwa rumah tangga antara

Penggugat dan Tergugat sudah tidak dapat akan hidup rukun dan harmonis lagi.

Hal ini dikarenakan Tergugat kurang bertanggung jawab terhadap Penggugat,

Tergugat tidak memberikan nafkah wajib kepada Penggugat dan apabila terjadi

perselisihan dan pertengkaran Tergugat suka menyakiti badan jasmani Penggugat

sehingga karena tidak tahan lalu Penggugat pisah rumah dengan Tergugat selama

kurang lebih 6 (enam) tahun lamanya dan sekarang tergugat tidak diketehui

alamatnya. Menurut Penulis lebih tepat lagi kalau perkara tersebut didasarkan

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

85

pada Pasal 19 huruf (a) Peraturan Pemerintah. No. 9 Tahun 1975 dan Pasal 116

huruf (d) Kompilasi Hukum Islam. Yakni salah satu pihak melakukan kekejaman

atau penganiayaan berat yakni penganiayaan batin dimana seorang istri dibiarkan

begitu saja, tidak diperlakukan sebagaimana layaknya suami istri.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan dan analisa terhadap skripsi dengan tema

yang penulis angkat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosedur gugat cerai di Pengadilan Agama Bandung mengacu kepada Pedoman

Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama yaitu terdapat pada pasal 73

sampai dengan Pasal 86 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-

undang Nomor 3 Tahun 2006 jo. Pasal 14 sampai dengan Pasal 36 Peraturan

pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

2. Adapun pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus dan menyelesaikan

perkara tersebut dikembalikan terhadap akibat tidak terpenuhinya ekonomi

keluarga, yaitu berakibat tidak adanya ketentraman, keharmonisan dan

kebahagiaan dalam membangun rumah tangga, sering terjadinya perselisihan

dan pertengkaran secara terus menerus, sehingga tujuan perkawinan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa tidak tercapai.

B. Saran

Saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan analisis yang

penulis lakukan terhadap ekonomi sebagai alasan gugatan perceraian adalah:

1. Pengadilan Agama

Perlu diberikan pemahaman atau penyuluhan kepada masyarakat Bandung

tentang pentingnya pembinaan keluarga sejahtera, serta memberikan pemahaman

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

87

lain tentang hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga, serta sosialisasi

undang-undang perkawinan pada masyarakat agar memiliki kesadaran hukum,

melalui pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini Pengadilan Agama dan instansi

terkait, dibawahnya (KUA), Depag. Dengan cara terjun ke desa-desa.

2. Suami-Istri

a. Hendaknya sebelum melakukan pernikahan antara calon suami-istri lebih

dimantapkan dalam hal persiapan batin agar dalam pernikahan tercipta

kehidupan yang hermonis antara suami istri serta dapat bertahan seumur

hidup.

b. Bagi pasangan suami-isteri hendaknya saling memahami, saling terbuka

dalam rumah tangga untuk memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga

tidak terjadi disharmonis dalam keluarga. Langkah yang ditempuh adalah

dengan cara mengemukakan permasalahan yang ada, kemudian

permasalahan tersebut dibicarakan bersama dan dicari jalan keluarnya

bersama-sama, salah satunya adalah harus ada yang mengalah dan saling

menyadari satu sama lain, sehingga perselisihan cepat terselesaikan dengan

damai

3. Masyarakat

Hendaknya dilakukan penyuluhan yang menyangakut hukum perceraian

dengan segala aspeknya, guna merangsang kokohnya ikatan perkawinan dan

mengurangi angka perceraian.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/401/4/4_bab1sd4.pdf · sangat kontras dengan gambaran dan impian setiap orang tentang perkawinan dengan sejuta harapan

88

Peranan Badan Pembinan Penasehat Pelestarian Perkawinan (BP-4) harus

lebih ditingkatkan lagi sehingga masalah perkawinan dapat diatasi sehingga

perceraian dapat diatasi.