BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN...

56
[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan TAP MPR No. XI/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999, tentang Penyelenggaran Negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan Negara serta berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 135/ Permentan/OT.140/12/2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian, setiap instansi pemerintah sebagai unsur Penyelenggaraan Negara diwajibkan untuk mempertanggung jawabkan pelaksaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi dengan menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN). Berdasarkan Permenpan No. 53 Tahun 2014, Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Direktorat Kesehatan Hewan merupakan salah satu Direktorat yang berada di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang menjamin kesehatan hewan dapat terselenggara dengan baik di Indonesia. Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab dan untuk lebih memntapkan pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Hewansebagai wujud dari pertanggung jawaban dalam mencapai misi serta tujuan pemerintah serta dalam rangka perwujudan Good Governance perlu dibuat Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja menyajikan prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan. Dengan telah berakhirnya pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2015, maka Direktorat Kesehatan Hewan sebagai unit kerja eselon II menyusun laporan pertanggung jawaban tersebut. B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT. 010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan TAP MPR No. XI/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999,

tentang Penyelenggaran Negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme, dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999

tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai penyelenggara

pemerintahan Negara serta berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 135/ Permentan/OT.140/12/2013 tentang Pedoman Sistem

Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian, setiap instansi pemerintah sebagai

unsur Penyelenggaraan Negara diwajibkan untuk mempertanggung jawabkan

pelaksaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya

dengan didasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing

instansi dengan menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN).

Berdasarkan Permenpan No. 53 Tahun 2014, Laporan Kinerja merupakan bentuk

akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap

instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan

dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta

pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran

kinerja.

Direktorat Kesehatan Hewan merupakan salah satu Direktorat yang berada di

bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang menjamin

kesehatan hewan dapat terselenggara dengan baik di Indonesia. Untuk lebih

meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang berdaya guna, berhasil guna,

bersih dan bertanggung jawab dan untuk lebih memntapkan pelaksanaan

Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Hewansebagai wujud dari pertanggung

jawaban dalam mencapai misi serta tujuan pemerintah serta dalam rangka

perwujudan Good Governance perlu dibuat Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja menyajikan prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan

anggaran yang telah dialokasikan. Dengan telah berakhirnya pelaksanaan program

dan kegiatan tahun 2015, maka Direktorat Kesehatan Hewan sebagai unit kerja

eselon II menyusun laporan pertanggung jawaban tersebut.

B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT. 010/8/2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Kesehatan

Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

2

kebijakan di bidang peningkatan penyehatan kesehatan hewan secara individu dan

populasi.

Dalam pelaksanaan tugasnya, Direktorat Kesehatan Hewan menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut: (1) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengamatan

penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan

hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan dan pengawasan obat

hewan; (2) pelaksanaan kebijakan di bidang pengamatan penyakit hewan,

pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan hewan,

kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan dan pengawasan obat hewan;

(3) penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengamatan

penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan

hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan dan pengawasan obat

hewan; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengamatan

penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan

hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan serta pengawasan obat

hewan; (5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengamatan

penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan

hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan serta pengawasan obat

hewan; dan (6) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Kesehatan Hewan.

C. Struktur Organisasi

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut sesuai dengan

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT. 010/8/2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Kesehatan Hewan

terdiri atas (1) Subdirektorat Pengamatan Penyakit Hewan; (2) Subdirektorat

Pencegahan dan Pemberantasanan Penyakit Hewan; (3) Subdirektorat

Perlindungan Hewan; (4) Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya

Kesehatan Hewan; (5) Subdirektorat Pengawasan Obat Hewan; (6) Subbagian

Tata Usaha dan (6) Kelompok Jabatan Fungsional.

Subdirektorat Pengamatan Penyakit Hewan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengamatan penyakit hewan. Dalam melaksanakan tersebut, Subdirektorat

Pengamatan Penyakit Hewan menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan

penyusunan kebijakan di bidang surveilans dan pengujian penyakit hewan serta

analisis epidemiologi dan sistem informasi kesehatan hewan; (2) penyiapan

pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans dan pengujian penyakit hewan serta

analisis epidemiologi dan sistem informasi kesehatan hewan; (3) penyiapan

penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang surveilans dan

pengujian penyakit hewan serta analisis epidemiologi dan sistem informasi

kesehatan hewan; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

3

surveilans dan pengujian penyakit hewan serta analisis epidemiologi dan sistem

informasi kesehatan hewan; (5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di

bidang surveilans dan pengujian penyakit hewan serta analisis epidemiologi dan

sistem informasi kesehatan hewan.

Subdirektorat Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan mempunyai

tugas melaksananan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan.

Dalam melaksanakan tersebut, Subdirektorat Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit Hewan menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan penyusunan kebijakan

di bidang kesiagaan darurat penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan

penyakit hewan; (2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kesiagaan

darurat penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;

(3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang

kesiagaan darurat penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit

hewan; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesiagaan darurat

penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan; dan

(5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang kesiagaan darurat dan

penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan.

Subdirektorat Perlindungan Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

perlindungan hewan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat

Perlindungan Hewan menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan penyusunan

kebijakan di bidang analisis risiko, standardisasi dan biosekuriti; (2) penyiapan

pelaksanaan kebijakan di bidang analisis risiko, standardisasi dan biosekuriti;

(3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang analisis

risiko dan biosekuriti; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

analisis risiko, standardisasi dan biosekuriti; dan (5) pelaksanaan evaluasi dan

pelaporan kegiatan di bidang analisis risiko, standardisasi dan biosekuriti.

Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber

Daya Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan penyusunan

kebijakan di bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan;

(2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang Kelembagaan dan Sumber Daya

Kesehatan Hewan; (3) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang kebijakan di bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan

Hewan; dan (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kelembagaan

kesehatan hewan dan sumber daya kesehatan hewan; dan (5) pelaksanaan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

4

evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang kelembagaan kesehatan hewan dan

sumber daya kesehatan hewan.

Subdirektorat Pengawasan Obat Hewan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pengawasan obat hewan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat

Pengawasan Obat Hewan menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan penyusunan

kebijakan di bidang penerapan standar mutu obat hewan dan peredaran obat

hewan; (2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan standar mutu

obat hewan dan peredaran obat hewan; (3) penyiapan penyusunan norma,

standar, prosedur dan kriteria di bidang penerapan standar mutu obat hewan dan

peredaran obat hewan; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

penerapan standar mutu obat hewan dan peredaran obat hewan; dan

(5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penerapan standar

mutu obat hewan dan peredaran obat hewan.

Subbagian Tata Usaha menpunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,

keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat, serta kearsipan

Direktorat Kesehatan Hewan

Kelompok Jabatan Fungsional mempuyai tugas melakukan kegiatan sesuai

dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas

jabatan fungsional medik veteriner dan paramedik veteriner masing-masing

dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk Direktur Kesehatan

Hewan, Direktur Kesehatan Hewan menempatkan pejabat fungsional medik

veteriner dan paramedik veteriner pada unit kerja eselon III sesuai tugas masing-

masing jabatan fungsional, Jumlah pejabat fungsional ditentukan bedasarkan

kebutuhan dan beban kerja, jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

5

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor :

43/Permentan/OT.010/8/2015

tentang Organsasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Hewan

DIREKTORAT

KESEHATAN

HEWAN

SUBBAGIAN TATA

USAHA

SUBDIREKTORA

T PENGAMATAN

PENYAKIT

HEWAN

SUBDIREKTORAT

PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN

PENYAKIT HEWAN

SUBDIREKTORAT

PERLINDUNGAN

HEWAN

SUBDIREKTORAT

KELEMBAGAAN

DAN SUMBER DAYA

KESEHATAN

HEWAN

SUBDIREKTORAT

PENGAWASAN

OBAT HEWAN

SEKSI

SURVEILANS,

DAN PENGUJIAN

PENYAKIT HEWAN

SEKSI

ANALISIS

EPIDEMIOLOGIDAN

SISTEM INFORMASI

KESEHATANHEWAN

SEKSI

PENCEGAHAN

PENYAKIT

HEWAN

SEKSI

PEMBERANTASAN

PENYAKIT HEWAN

SEKSI

ANALISIS

RISIKO

SEKSI

STANDARISASI

DAN

BIOSEKURITI

SEKSI

KELEMBAGAAN

KESEHATAN

HEWAN

SEKSI

SUMBER DAYA

KESEHATAN

HEWAN

SEKSI

MUTU OBAT

HEWAN

SEKSI

PEREDARAN

OBAT HEWAN

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

6

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Direktorat Kesehatan Hewan tahun 2015

sebanyak 80 orang. Rekapitulasi SDM Direktorat Kesehatan Hewan berdasarkan

pendidikan terakhir disampaikan pada Tabel 1 berikut.

No Gol/Ruang S3 S2 S1 D3 SLTA SLTP SD Jumlah

1 I - - - - - - -

2 II - - - 1 - 1 2

3 III - 5 31 1 12 - - 49

4 IV 1 11 18 - - - - 30

JUMLAH 81

Tabel 1. Rekapitulasi SDM Direktorat Kesehatan Hewan Berdasarkan

Pendidikan Terakhir Tahun 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

7

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS

Rencana strategis Direktorat Kesehatan Hewan mengaju pada Rencana Strategis

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2015-2019.

1. Visi

Mewujudkan Direktorat Kesehatan Hewan yang profesional, modern, maju,

efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan hewan menuju status kesehatan

hewan yang ideal.

2. Misi

a. Meningkatkan jaminan kesehatan hewan untuk mendukung kestabilan

usaha bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing dan

berkelanjutan dengan menggunakan sumberdaya lokal.

b. Meningkatkan sistem pelayanan kesehatan hewan yang maju dan terarah

bertumpu pada teknologi modern.

c. Meningkatkan profesionalisme, kesisteman, penganggaran, kelembagaan,

sarana dan prasarana.

3. Tujuan

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan hewan.

b. Meningkatkan status kesehatan hewan.

c. Meningkatkan jaminan mutu, keamanan dan ketersediaan komoditas

hewan dan obat hewan.

4. Sasaran

a. Meningkatkan perlindungan hewan dari ancaman penyakit hewan eksotik

dan penyakit menular dari luar negeri,

b. Meningkatkan pengamatan penyakit hewan menular,

c. Terkendalinya penyakit hewan menular dengan tetap mempertahankan

status bebas atau menurunkan angka kejadian penyakit hewan menular

suatu wilayah,

d. Meningkatkan jumlah wilayah bebas PHMS,

e. Meningkatknya penguatan kelembagaan dan sarana prasarana kesehatan

hewan,

f. Meningkatnya jumlah dan kompetensi petugas dan pelayanan kesehatan

hewan

g. Meningkatnya ketersediaan obat hewan yang bermutu, berkhasiat dan

aman

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

8

h. Meningkatnya jaminan mutu dan keamanan komoditas hewan dan produk

hewan

B. Strategi dan Kebijakan

Agar visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan hewan dapat dicapai,

maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis secara menyeluruh sebagai

berikut:

1. Arah Kebijakan dan Strategi Umum

a. Mengoptimalkan peranan unit pelayanan teknis dibidang kesehatan

hewan, laboratorium kesehatan hewan dan puskeswan untuk

menghindari lemahnya koordinasi dalam penanggulangan PHMSZ

b. Mengoptimalkan tenaga kesehatan hewan dalam rangka

mempertahankan status bebas penyakit.

c. Advokasi kepada pengambil kebijakan di Pemerintah Pusat dan Daerah

dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan dan penganggaran.

2. Arah Kebijakan dan Strategi Khusus

a. Pengamatan Penyakit Hewan

1. Laboratorium Kesehatan Hewan

2. Program System Quality Assurance

3. Surveilens dan Monitoring

4. Sistem Informasi Kesehatan Hewan

Sistem informasiKesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS)

Sistem Informasi Laboratorium (INFOLAB)

Epidemiologi dan Ekonomi Veteriner

b Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan

c Perlindungan Hewan

1. Pengamanan terhadap Penyakit Hewan Eksotik dan Penyakit

Hewan Menular dari Luar Negeri

2. Pengamanan Pengeluaran/eksportasi Hewan dan bahan biologis

3. Meningkatkan Kesiagaan Darurat Penyakit Eksotik

d Pengawasan Obat Hewan

e Pelayanan Kesehatan Hewan

f Analisis Kesenjangan/Gap Analysis PVS (Performance of Veterinary

Service)

3. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Unit Satuan Kerja /UPT lingkup

Direktorat Kesehatan Hewan

a Penyidikan dan Pengujian Veteriner

b. Penyediaan vaksin dan antigen di Indonesia

c. Penjaminan Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

9

Sasaran Rencana Strategis (Renstra)

NO OUTCOME INTERMEDIETE

OUTCOME KEGIATAN/SUB KEGIATAN

OUTPUT KEBUTUHAN ANGGARAN DAN TARGET KINERJA

2015 2016 2017 2018 2019

vol anggaran vol anggaran vol anggaran vol anggaran vol anggaran

Populasi, Produksi,Protein hewani

Kelahiran, Produktifitas

III PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT HEWAN

1.Pengendalian,pencagahan dan pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis Zoonosis (PHMSZ), Viral, Bakterial, parasit dan gangguan reproduksi

Kesiagaan Wabah PHM

KP 300.000 6.600.000.000 300.000 6.666.000.000 300.000 6.732.660.000 300.000 6.799.986.600 300.000 6.867.986.466

Pengendalian dan Penanggulangan Rabies

KP/DK 1.732.900 77.980.800.000 2.079.480 93.576.600.000 2.495.376 112.291.920.000

2.994.451 134.750.304.000 3.593.340 161.700.364.800

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

10

Pengendalian dan Penanggulangan AI

KP/DK 15.000.000 22.500.000.000 20.000.000 30.000.000.000 20.000.000 30.000.000.000

20.000.000 30.000.000.000 15.000.000 22.500.000.000

Biosecurity Perunggasan

KP/DK 60.000 6.000.000.000 72.000 7.200.000.000 86.400 8.640.000.000 103.680 10.369.000.000 124.416 12.441.600.000

Pengendalian dan Penanggulangan Brucellosis

KP/DK 132.466 10.862.212.000 158.959 13.034.654.400 190.751 15.641.585.280

228.901 18.769.902.336 274.681 22.523.882.803

Pengendalian dan Penanggulangan Antrax

KP/DK 680.000 22.440.000.000 816.000 26.928.000.000 979.200 32.313.600.000

1.175.040 38.776.320.000 1.410.048 46.531.584.000

Pengendalian dan Penanggulangan Hog Cholera

KP/DK 633.000 23.421.000.000 759.600 28.105.200.000 911.520 33.726.240.000

1.093.824 40.471.484.000 1.312.589 48.565.785.600

Pengendalian dan Penanggulangan Jembrana

KP/DK 75.000 4.875.000.000 90.000 5.850.000.000 108.000 7.020.000.000 129.600 8.424.000.000 155.520 10.108.800.000

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

11

Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada Sapi / Kerbau

KP/DK 300.000 39.000.000.000 360.000 46.800.000.000 432.000 56.160.000.000

518.400 67.392.000.000 622.080 80.870.400.000

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter

KP/DK 550.000 35.750.000.000 660.000 42.900.000.000 792.000 51.480.000.000

950.400 61.776.000.000 1.140.480 74.131.500.000

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial lainnya

KP/DK 150.000 9.750.000.000 180.000 11.700.000.000 216.000 14.040.000.000

259.200 16.848.000.000 311.040 20.217.60.000

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya

KP/DK 160.000 12.000.000.000 192.000 14.400.000.000 230.400 17.280.000.000

276.480 20.736.000.000 331.776 24.883.200.000

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

12

Kewaspadaan Penyakit Eksotik Lintas Perbatasan

KP/DK 34 6.800.000.000 34 6.800.000.000 34 6.800.000.000 34 6.800.000.000 34 6.800.000.000

2.Pengujian Penyakit Hewan dan sertifikasi obat hewan (sampel)

Penguatan, pengujian dan penyidikan veteriner

KD 130.000 138.726.750.000 143.000 154.125.419.250 157.300 171.233.340.787

173.030 190.240.241.614 190.333 211.356.908.433

Pengujian dan Sertifikasi Obat Hewan di BBPMSOH

KD 1.600 21.293.300.000 1.600 21.719.166.000 1.600 22.163.549.320

1.600 22.596.620.306 1.600 23.048.552.713

3.Penguatan Kelembagaan Otoritas Veteriner

Pembinaan dan koordinasi Kesehatan Hewan

KP/DK/KD

34 3.400.000.000 34 3.434.000.000 34 3.468.340.000 34 3.503.023.400 34 3.538.053.634

Penguatan puskeswan

KP/DK/KD

850 59.500.000.000 860 60.200.000.000 870 60.900.000.000

880 61.600.000.000 890 62.300.000.000

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

13

Penguatan Kelembagaan dan Sumberdaya Kesehatan Hewan

KP/DK/KD

45 6.750.000.000 45 6.817.500.000 45 6.885.675.000 45 45.6.954.531.750 45 7.024.077.068

Penguatan Lab B/C

KP/DK/KD

15 1.125.000.000 20 1.500.000.000 25 1.875.000.000 30 2.250.000.000 35 2.625.000.000

SDM Kesehatan Hewan (THL)

KP 1.000 32.000.000.000 1.100 35.200.000.000 1.200 38.400.000.000

1.300 41.600.000.000 1.400 44.800.000.000

4.Produksi vaksin dan bahan biologik (dosis)

Peningkatan Produksi Vaksin, Obat hewan dan bahan biologik

KD 4.040.000 22.066.100.000 4.080.400 22.286.761.000 4.121.204 22.509.628.610

4.162.416 22.734.724.896 4.204.040 22.962.072.145

Peningkatan Produksi Vaksin, Obat hewan dan bahan biologik (BLU)

KD 4.337.775 6.546.085.000 4.381.153 6.611.545.850 4.424.964 6.677.661.309 4.469.214 6.744.437.922 4.513.906 6.811.882.301

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

14

5.Penguatan Sistem Kesehatan Hewan Nasional (SISKESWANNAS)

Sistim Kesehatan Hewwan Nasional (SISKESWANNAS)

KP 1 2.300.000.000 1 2.323.000.000 1 2.346.230.000 1 2.369.692.300 1. 2.393.389.223

Pengawasan obat Hewan

KP 16 1.760.000.000 16 1.777.600.000 16 1.795.376.000 16 1.813.329.760 16 1.831.463.058

Perlindungan Hewan

KP 12 1.630.000.000 12 1.646.300.000 12 1.662.763.000 12 1.679.390.630 12 1.696.184.536

Pengamatan Penyakit Hewan

KP 8 1.835.000.000 8 1.853.350.000 8 1.871.883.500 8 1.890.602.335 8 1.909.508.358

28.284.756 576.910.947.000 34.276.322 653.455.096.500 35.498.960 733.905.452.805

36.838.596 827.888.595.849 33.488.326 930.439.495.138

Tabel 2. Sasaran Rencana Strategis (Renstra)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

15

C. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Biosekuriti Perunggasan 4.523.915.000

3.671.059.880 81,15

Operasional Pelayanan Kesehatan Hewan di Puskeswan 9.541.410.000

9.071.910.362 95,08

Operasional Pengujian Veteriner di Lab.Veteriner Daerah 1.148.625.000

1.013.160.790 88,21

Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Hewan 0,00 261.620.000

260.325.300 99,51

Pembinaan dan koordinasi Kesehatan Hewan 3.156.183.000

2.746.246.129 87,01

Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada Sapi/Kerbau 9.974.607.000

9.066.086.201 90,89

Pengamatan Penyakit Hewan 5.500.720.000

4.819.701.592 87,62

Pengawasan Obat Hewan 237.170.000

222.711.400 93,90

Pengendalian dan Penanggulangan AI 6.428.468.000

5.925.728.378 92,18

Pengendalian dan Penanggulangan Anthrax 5.217.465.000

5.080.902.904 97,38

Pengendalian dan Penanggulangan Hog Cholera 7.085.717.000

6.791.266.690 95,84

Pengendalian dan Penanggulangan Jembrana 1.480.800.000

1.140.777.700 77,04

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya 11.006.240.000

9.563.233.798 86,89

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter 7.275.033.000

6.720.443.042 92,38

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainya 0,00 70.000.000

70.000.000 100,00

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

16

Pengendalian dan Penanggulangan Rabies 47.979.468.000

43.891.035.368 91,48

Pengendalian dan Penganggulangan Brucellosis 9.432.265.000

8.267.602.460 87,65

Penguatan Kelembagaan dan Sumberdaya Kesehatan Hewan 0,00 91.000.000

91.000.000 100,00

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax 0,00 516.400.000

485.328.700 93,98

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis 0,00 101.910.000

95.740.000 93,95

Perlindungan Hewan dan Kewaspadaan Penyakit Eksotik 1.077.060.000

940.692.800 87,34

Unit Respon Cepat PHMS 4.752.191.000

4.279.090.875 90,04

Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

17

D. Penetapan Kinerja (PK)

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR TARGET SATUAN

Meningkatnya status

Kesehatan Hewan

OUTPUT

1. Kesiagaan Wabah PHM 9.380.934 Dosis

2. Penanggulangan Gangguan

Reproduksi pada Sapi/Kerbau

dan Penyakit Parasiter

393.190 Dosis

3. Penguatan Kelembagaan dan

Sumberdaya Kesehatan Hewan

44 Unit

4 Peningkatan Produksi Vaksin,

Obat Hewan dan Bahan Biologik

8.377.775 Dosis

5. Penyidikan dan Pengujian PHM 265.928 Dosis

6. Dukungan Manajemen

Kesehatan Hewan (Pembinaan

dan Koordinasi Kesehatan

Hewan)

34 Wilayah

7. Penyusunan NSPK Dit. Keswan 10 Dokumen

OUTPU FUNGSI

1. Jumlah Wilayah Kejadian

Penyakit Berbasis Surveilans

34 Wilayah

2. Jumlah Wilayah Pencegahan dan

Pemberantasan PHMS

34

Wilayah

3. Jumlah Wilayah Penanganan

Gangrep

33 Wilayah

4. Jumlah Pembebasan Wilayah

PHMS

4 Wilayah

5. Jumlah Wilayah Bebas PHMS 93 Wilayah

6. Jumlah Sertifikat (CPOHB, no

pendaftaran OH, SPR,

Kompartemen AI)

3.300 Buah

7. Jumlah Export Obat Hewan 165.350 Ton

Tabel 4. Penetapan Kinerja

Kegiatan : Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular

Strategis dan Penyakit Zoonosis

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

18

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran

Nilai dan predikat ukuran keberhasilan pencapaian sasaran program tahun 2015

dengan merunjuk pada LAKIN Kementerian Pertanian, ke dalam empat kategori

yaitu : (1) sangat berhasil (capaian >100%), (2). Berhasil (80-100%), (3) cukup

berhasil (capaian 60-79%), dan (4) kurang berhasil (capaian <60%), terhadap

sasaran yang telah ditetapkan.

B. Realisasi, Evaluasi dan Analisa Capaian Sasaran Strategis

Program Direktorat Kesehatan Hewan pada tahun 2015 yang merupakan bagian

dari Rencana Stratejik (Renstra) Kesehatan Hewan tahun 2015-2019 sesuai

tugas pokok dan fungsinya terdiri atas Kesiagaan Wabah PHM, Penanggulangan

Gangguan Reproduksi pada sapi/kerbau, Penguatan Kelembagaan dan

Sumberdaya Kesehatan Hewan, Peningkatan Produksi Vaksin, Obat Hewan dan

Bahan Biologik, Penyidikan dan Pengujian PHM, dukungan manajemen

kesehatan hewan (Pembinaan dan Koordinasi Kesehatan Hewan) dan

penyusunan NSPK Direktorat Kesehatan Hewan

Target dan realisasi penetapan kinerja tahun 2015 adalah:

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SATUAN TARGET REALISASI PERSEN

Meningkatnya status Kesehatan

Hewan

OUTPUT

1. Kesiagaan Wabah PHM Dosis 9.380.934 7.799.503 83

2. Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada

Sapi/Kerbau dan Penyakit Parasiter

Dosis 393.190 363.626 92.48

3.Penguatan Kelembagaan dan Sumberdaya

Kesehatan Hewan

Unit 44 44 100

4.Peningkatan Produksi Vaksin, Obat Hewan dan

Bahan Biologik

Dosis 8.377.775 8.391.250 100,16

5.Penyidikan dan Pengujian PHM Dosis 265.928 395.159 148,60

6.Dukungan Manajemen Kesehatan Hewan

(Pembinaan dan Koordinasi Kesehatan Hewan)

Wilayah 34 34 100

7.Penyusunan NSPK Dit. Keswan Dokumen 10 11 110

OUTPUT FUNGSI

8. Jumlah Wilayah Kejadian Penyakit Berbasis

Surveilans

Wilayah 34 34 100

9. Jumlah Wilayah Pencegahan dan

Pemberantasan PHMS

Wilayah 34

34 100

10. Jumlah Wilayah Penanganan Gangrep Wilayah 33 33 100

11. Jumlah Pembebasan Wilayah PHMS Wilayah 4 6 150

12. Jumlah Wilayah Bebas PHMS Wilayah 93

13. Jumlah Sertifikat (CPOHB, no pendaftaran OH,

SPR, Kompartemen AI)

Buah 3.300 4.422 134

14. Jumlah Export Obat Hewan Ton 165.350 211.308 127,79%

Tabel 5. Penetapan Kinerja Target dan Realisasi

Kegiatan : Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular

Strategis dan Penyakit Zoonosis

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

19

1. Kesiagaan Wabah PHMS-Z

Indikator kinerja kegiatan ini adalah Penguatan Sistem Kesehatan Hewan (vaksin/obat dalam dosis). Kegiatan ini terdiri dari 9 komponen yaitu pengadaan vaksin Anthrax, Rabies, Brucellosis, Hog Cholera, Jembrana, Pemeriksaan identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet, operasional desinfektan dan pengendalian AI. Dari target fisik vaksin dan pengobatan sejumlah 9.380.934 dosis terealisasi sebesar 7.799.503 dosis atau 83 %. Dibandingkan dengan tahun 2014 terjadi peningkatan sebanyak 11 %.

Vaksin/Obat

2014 2015

Realisasi Target Realisasi Presentase Realisasi

Rabies 1.119.020 1.103.700 1.103.700 100

Hog cholera 252.500 284.750 284.750 100

Jembrana 35.000 36.000 36.000 100

Anthrax 240.000 358.503 358.503 100

Brucellosis 80.400 82.200 82.200 100

Disinfektan 33.450 34.350 34.350 100

AI 5.000.000 5.620.000 5.620.000 100

6.760.370 7.519.503 7.519.503 100

Tabel 6. Realisasi Vaksinasi dan Pengobatan Tahun 2015

Pada tahun 2015 target pengadaan vaksin dan obat meningkat dibandingkan

dengan tahun 2014. Hal ini dikarenakan adanya target terkait pembebasan

penyakit antara lain pembebasan rabies 2020, brucellosis 2025 dan CSF 2020.

Dibeberapa wilayah, ketersediaan vaksin masih dibawah target yang dibutuhkan

karena keterbatasan anggaran. Kendala lain yang ditemukan adalah masih

rendahnya realisasi vaksinasi dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang

ada di masing-masing satuan kerja.

Kegiatan Pendukung pengendalian dan penanggulangan wabah yang

dilaksanakan pada tahun 2015 antara lain penugasan staf untuk pelaksanaan

detasering pada wilayah wabah, stamping out ternak terancam, pemberian

kompensasi kepada peternak, penugasan staf untuk mentoring pelaksanaan

vaksinasi, pelatihan untuk tim petugas kesehatan hewan terkait penanganan

rabies, alokasi vaksin, obat maupun peralatan stok pusat, monitoring dan evaluasi

penanganan PHM, koordinasi.

Pelaksanaan Program pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan

Menular Strategis pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

20

a. Rabies

Hingga saat ini Rabies masih merupakan salah satu penyakit yang mendapatkan

prioritas di dalam pengendaliannya. Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia

hanya ada 9 Provinsi yang bebas Rabies baik secara historis (yaitu Keulauan

Riau, Bangka Belitung, NTB, Papua dan Papua Barat ) maupun dibebaskan

dengan pemberantasan (DKI Jakarta, Jawa Tengah , DIY dan Jawa Timur) dan

24 Provinsi lainnya masih merupakan wilayah tertular (endemis).

Berdasarkan hasil surveilans yang dilakukan, pada tahun 2015 telah diterbitkan

Surat Keputusan Menteri Pertanian terkait pembebasan status bebas rabies

terhadap 4 (empat) wilayah yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Meranti

(Provinsi Riau), Pulau Enggano (Provinsi Bengkulu) dan Pulau Mentawai (Provinsi

Sumatera Barat).

Selain itu, berdasarkan hasil rekomendasi komisi ahli kesehatan hewan pada

Desember 2015 terhadap kajian hasil surveilans dan program pemberantasan,

dapat diberikan status bebas untuk Pulau Weh (Provinsi NAD) dan Pulau Pisang

(Provinsi Lampung). Pada saat ini sedang dilaksanakan proses administrasi untuk

mendapatkan SK Menteri Pertanian.

Pada periode tahun 2015 terdapat peningkatan kasus di Provinsi Bali, Kalimantan

Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku serta perubahan status bebas

menjadi KLB pada Kalimantan Barat.

Permasalahan terkait rabies:

Masih kurangnya jumlah ketersediaan vaksin di beberapa wilayah

Adanya keterlambatan pengadaan/penyediaan vaksin

Kurangnya SDM kesehatan hewan dikarenakan kurangnya tenaga teknis

yang ada maupun adanya mutasi staf

Penganggaran yang belum tepat

Kualitas vaksin yang kurang baik, salah satunya karena belum tersedianya

sarana rantai dingin yang sesuai.

Belum tersedianya vaksin anti rabies yang cukup bagi korban maupun

petugas dengan resiko tinggi

Target selanjutnya untuk tahun 2016 adalah pembahasan hasil surveilens

pernyataan status bebas di Provinsi NTB.

b. Brucellosis

Brucellosis telah berhasil dibebaskan dari beberapa wilayah Provinsi di Indonesia.

Provinsi Bali dan Pulau Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat), Pulau Sumbawa

(Provinsi Nusa Tenggara Barat), Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

21

Kepulauan Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan

Selatan, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi

Kalimantan Tengah, Provinsi Lampung, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi

Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu. Sehingga total Provinsi yang bebas

brucellosis hingga tahun 2015 adalah 14 Provinsi dan 2 wilayah.

Pada tahun 2015 terdapat 2 wilayah yang mendapatkan SK Menteri Pertanian

yang menyatakan status bebas terhadap brucellosis yaitu Pulau Sumba Provinsi

NTT dan Pulau Madura (Provinsi Jawa Timur).

Pada bulan November 2015, telah dilakukan kajian terhadap hasil surveilans dan

upaya pemberantasan yang telah dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara oleh

komisi ahli kesehatan hewan dan mendapatkan rekomendasi untuk pembebasan.

Pada saat ini sedang dilakukan penyelesaian administrasi untuk mendapatkan SK

Menteri Pertanian.

Target selanjutnya adalah pembebasan di Provinsi Banten yang saat ini sedang

menyelesaikan tahapan surveilans.

Pada tahun 2015 telah diselesaikan penyusunan road map pemberantasan

brucellosis nasional dengan target pembebasan di seluruh wilayah pada tahun

2015. Rencananya akan didistribusikan ke seluruh provinsi untuk acuan

pelaksanaan kegiatan terkait brucellosis sesuai situasi penyakit di masing-masing

wilayah.

c. Hog Cholera

Pengendalian dan penanggulangan penyakit yang dilaksanakan adalah vaksinasi

di daerah endemis dan pengobatan hewan sakit. Diharapkan untuk Provinsi yang

memiliki populasi ternak babi tinggi agar lebih memperhatikan dan

memprioritaskan dalam penganggaran untuk pengendalian dan

pemberantasannya, karena sebenarnya ternak ini memiliki nilai ekonomi yang

sangat tinggi dan peluang untuk di ekspor .

Capaian yang diperoleh adalah dinyatakannya bebas dari penyakit CSF untuk

Provinsi Sumatera Barat.

Pada tahun 2015 telah diselesaikan penyusunan road map pemberantasan CSF

nasional yang rencananya akan didistribusikan ke seluruh provinsi untuk acuan

pelaksanaan kegiatan terkait CSF sesuai situasi penyakit di masing-masing

wilayah.

Beberapa provinsi dengan populasi ternak babi cukup besar, akan menyusun

rencana kegiatan pemberantasan misalnya saja provinsi Kalimantan Barat dan

Sumatera Utara.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

22

Pada tahun 2016 yang akan datang, dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara

yang biasanya diberikan distribusi vaksin CSF, hanya ada 13 wilayah yang tetap

diberikan vaksin karena masih adanya laporan kasus. Untuk wilayah yang sudah

tidak ada laporan kasus CSF, dipersiapkan untuk tahapan pembebasan.

d. Anthraks

Anthraks adalah penyakit yang secara epidemiologis sulit untuk dibebaskan

apabila suatu wilayah telah tertular. Sehingga upaya yang dapat dilakukan

adalah hanya mengendalikan, meminimalisir kejadian atau kasus penyakit agar

tidak meluas ke wilayah Provinsi lain yaitu dengan vaksinasi, surveilans dan

pengawasan lalu lintas antar daerah.

Selama tahun 2014 – 2015 kasus Anthrak terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan

yaitu di Kabupaten Takalar, Maros dan Bone, dan terakhir di Kabupaten Blitar di

Provinsi Jawa Timur. SSeellaammaa ttaahhuunn 22001155 kkaassuuss AAnntthhrraakk tteerrjjaaddii ddii PPrroovviinnssii

SSuullaawweessii SSeellaattaann yyaaiittuu ddii KKaabbuuppaatteenn MMaarrooss,, SSiiddrraapp ddaann KKoottaa PPaarree--ppaarree..

e. Avian Influenza (AI)

Berdasarkan Roadmap AI yang telah disusun target pembebasan AI tahun 2015

ada 4 (empat) wilayah Provinsi yaitu Maluku Utara, Maluku, Papua dan Papua

Barat. Dua provinsi belum dapat dibebaskan karena masih tingginya lalu lintas

unggas dan produk unggas di wilayah tersebut, minimnya tenaga medis yang

melakukan pengawasan terhadap pemasaran hewan karena daerah-daerah

tersebut merupakan daerah konsumen bukan daerah produsen sehingga terdapat

ketergantungan dari daerah luar.

Pada bulan Desember 2015 yang lalu telah dilakukan kajian terhadap hasil

surveilens AI di Provinsi Maluku Utara dan Maluku oleh komisi ahli kesehatan

hewan hasilnya adalah rekomendasi pembebasan untuk kedua wilayah tersebut.

Pada saat ini sedang dilakukan proses administrasi untuk mendapatkan SK bebas

dari Menteri Pertanian.

KKeebbeerrhhaassiillaann ppeennggeennddaalliiaann ddaann ppeennaanngggguullaannggaann sseerrttaa ppeemmbbeebbaassaann PPHHMMSS

pprriioorriittaass BBrruucceelllloossiiss,, RRaabbiieess,, AAvviiaann IInnfflluueennzzaa ((AAII)) ddaann HHoogg CChhoolleerraa.. SSeeddaannggkkaann

uunnttuukk AAnntthhrraaxx ddiillaakkuukkaann ppeennggeennddaalliiaann ppeennyyaakkiitt.. SSeelleennggkkaappnnyyaa ddiissaajjiikkaann ppaaddaa

TTaabbeell 77..

NNoo PPeennyyaakkiitt JJuummllaahh KKaabbuuppaatteenn//KKoottaa

22001100 22001111 22001122 22001133 22001144 22001155

11 BBrruucceelllloossiiss 112244 116699 116699 116699 116699 117777

22 RRaabbiieess 116633 116633 116633 117700 117733 119900

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

23

33 AAvviiaann IInnfflluueennzzaa -- -- -- -- -- 99

44 HHoogg CChhoolleerraa -- -- -- -- 1188 1188

TTOOTTAALL 228877 333322 333322 333399 336600 339944

PPEERRSSEENNTTAASSEE 5555..8833 6644..5599 6644..5599 6655..9955 7700..0000 7766,,6655

TTaabbeell 77.. PPeemmbbeebbaassaann PPHHMMSS PPrriioorriittaass TTaahhuunn 22001100--22001155

PPaaddaa ttaahhuunn 22001155 ttaarrggeett ppeemmbbeebbaassaann ppeennyyaakkiitt RRaabbiieess 22 wwiillaayyaahh ((PPrroovviinnssii

KKeeppuullaauuaann RRiiaauu ((1122 kkaabb//kkoottaa)) ddaann ppuullaauu MMeennttaawwaaii,, pprroovviinnssii SSuummbbaarr)) ddaann

BBrruucceelllloossiiss sseebbaannyyaakk 22 wwiillaayyaahh (( ppuullaauu MMaadduurraa ((44 kkaabbuuppaatteenn)) ddaann PPuullaauu SSuummbbaa

((44 kkaabbuuppaatteenn)))).. SSaammppaaii aakkhhiirr DDeesseemmbbeerr 22001155 tteellaahh ddiibbeebbaasskkaann 66 wwiillaayyaahh ((115500%%))

uunnttuukk ppeennyyaakkiitt rraabbiieess ddaann BBrruucceelllloossiiss.. WWiillaayyaahh bbeebbaass RRaabbiieess tteerrsseebbuutt aaddaallaahh

PPrroovviinnssii KKeeppuullaauuaann RRiiaauu,, PPuullaauu MMeerraannttii ((PPrroovv RRiiaauu)),, PPuullaauu EEnnggggaannoo ((PPrroovv..

BBeennggkkuulluu)),, ddaann PPuullaauu MMeennttaawwaaii ((PPrroovv.. SSuummaatteerraa BBaarraatt)),, sseeddaannggkkaann wwiillaayyaahh

bbeebbaass ppeennyyaakkiitt BBrruucceelllloossiiss aaddaallaahh PPuullaauu SSuummbbaa ((PPrroovv.. NNTTTT)) ddaann PPuullaauu MMaadduurraa

((PPrroovv.. JJaattiimm))..

UUnnttuukk ppeennyyaakkiitt AAnntthhrraaxx ttiiddaakk ddaappaatt ddiillaakkuukkaann ppeemmbbeebbaassaann ppeennyyaakkiitt ,, aakkaann tteettaappii

ddiillaakkuukkaann ppeennggeennddaalliiaann,, kkaarreennaa kkuummaann AAnntthhrraaxx ddii ttaannaahh aakkaann bbeerruubbaahh mmeennjjaaddii

bbeennttuukk ssppoorraa.. SSppoorraa AAnntthhrraaxx iinnii ddaappaatt hhiidduupp ssaammppaaii 4400 ttaahhuunn lleebbiihh ddaann ddaappaatt

mmeennjjaaddii ssuummbbeerr ppeennuullaarraann ppeennyyaakkiitt bbaaiikk kkeeppaaddaa tteerrnnaakk ddaann mmaannuussiiaa.. DDaaeerraahh

yyaanngg mmaassiihh mmeellaappoorrkkaann aaddaannyyaa kkaassuuss AAnntthhrraaxx ppaaddaa 1100 ttaahhuunn tteerraakkhhiirr yyaaiittuu JJaawwaa

TTeennggaahh,, NNTTTT,, SSuullaawweessii SSeellaattaann ddaann JJaawwaa TTiimmuurr..

PPeenniinnggkkaattaann ssttaattuuss kkeesseehhaattaann hheewwaann sseellaaiinn ddiillaakkuukkaann mmeellaalluuii ppeemmbbeebbaassaann

wwiillaayyaahh,, jjuuggaa ddiillaakkuukkaann sseeccaarraa kkoommppaarrtteemmeennttaalliissaassii uuttaammaannyyaa ppaaddaa ppeennyyaakkiitt

AAvviiaann IInnfflluueennzzaa ddaann ssaammppaaii ddeennggaann ttaahhuunn 22001155 ssuuddaahh bbeerrhhaassiill ddiibbeebbaasskkaann 4499

ffaarrmm..

2. Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada sapi/kerbau dan penyakit

Parasiter

Pada tahun 2015, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

mendapatkan alokasi anggaran APBN-P 2015 untuk program Percepatan

Peningkatan Populasi melalui Gertak Berahi dan Optimalisasi Inseminasi Buatan,

serta Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada Ternak Sapi Dan/Atau

Kerbau APBNP Tahun 2015 (GBIB dan Gangrep).

Pelaksanaan GBIB Gangrep telah dilakukan di 30 Provinsi dengan koordinator

pelaksana 10 UPT Perbibitan dan Pakan serta UPT Veteriner dengan mengacu

pada Pedoman Teknis Percepatan Peningkatan Populasi Melalui Gertak Berahi

dan Optimalisasi IB Serta Penanggulangan Gangguan Reproduksi Pada Ternak

Sapi Dan/Atau Kerbau APBNP Tahun 2015. Pelaksanaan GBIB dan Gangrep

merupakan satu kesatuan rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan untuk

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

24

mengoptimalkan tujuan akhir yaitu peningkatan produksi dan populasi sapi dan

kerbau.

Kegiatan yang dananya berasal dari APBN-Perubahan ini merupakan kegiatan

yang sudah biasa dilaksanakan secara reguler dan bukan kegiatan baru, namun

dengan pendanaan yang cukup besar, kegiatan GBIB Gangrep (APBN-P 2015)

mempunyai target yang cukup besar, untuk penanggulangan gangrep target yang

ditetapkan sejumlah 300.000 ekor ternak tertangani kasus gangguan reproduksi

dengan output kesembuhan pada ternak atau siklus dan organ reproduksi ternak

normal.

Adapun target dari output penanggulangan gangguan reproduksi baik reguler

maupun APBN-P pada sapi/kerbau dan penyakit parasiter sebesar 393.190 dosis

dengan realisasi 363.626 dosis atau senilai 92,48% dibandingkan dengan Tahun

2014 mengalami kenaikan dari target 672.181 dosis dengan realisasi 536.341

dosis atau senilai 79.49%.

Permasalahan dalam kegiatan penanggulangan gangguan reproduksi adalah

sebagai berikut :

1. Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan GBIB dan Gangrep hanya sekitar 6

(enam) bulan (Juli-Desember) dari rencana 12 bulan karena turunnya DIPA

APBNP baru pada bulan April 2015, dan dibutuhkan persiapan (sosialisasi di

Provinsi, Kabupaten sampai ke peternak, refreshing petugas seluruh

Indonesia), pelelangan, pengadaan barang sampai dengan akhir Juni 2015.

2. Pedoman Umum (PEDUM) GBIB dan Gangrep disyahkan pada April 2015

3. Pelaksanaan GBIB pada musim dimana sebagian besar sapi betina dalam

keadaan bunting (Juni-Oktober) sehingga akseptor yang tersedia kurang dari

target.

4. SDM teknis (Inseminator/PKB/ATR) di kabupaten/kota masih sangat kurang.

Solusi perbantuan tenaga dari daerah lain masih terkendala administrasi.

5. Penempatan kegiatan dan anggaran APBNP di UPT Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan disamping beberapa manfaat juga terdapat

beberapa kelemahan yang berpengaruh terhadap realisasi yaitu:

a. Kendala koordinasi UPT dengan PEMDA (Dinas Propinsi, Kabupaten,Kota)

yang secara birokrasi tidak sejajar, terbukti pelaksanaan tidak bias sesuai

dengan rencana dan target UPT.

b. Daerah tidak memiliki anggaran pendamping dari APBNP untuk kegiatan

GBIB dan Penanganan Gangrep sehingga beberapa daerah terkendala

memaksimalkan sosialisasi ke peternak dan pendampingan provinsi ke

kabupaten/kota.

c. Upaya percepatan serapan oleh UPT sangat bergantung pada harmonisasi

percepatan pelaksanaan kegiatan dan penagihan oleh Dinas/daerah. Kendala

ini terutama pada Dinas yang menangani komoditas pertanian (bukan Dinas

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

25

Peternakan) dengan SDM yang terbatas pada saat yang sama berbagi

perhatian pada Upsus Pajale yang semestinya bisa sinergis pelaksanaannya.

Rekomendasi keberlanjutan kegiatan berdasarkan analisa masalah adalah

penetapan kegiatan prioritas, yaitu :

a. Pemetaan wilayah potensial dilakukan dengan pendataan ternak sembuh dari

gangguan reproduksi, kebuntingan, kelahiran dan bangsa/breed ternak.

b. Pemetaan ketersediaan SDM yang berkompeten dengan suatu sistem

pelatihan yang terstandar

c. Pemetaan kebutuhan sarana dan prasarana yang tepat

d. Pemetaan kelembagaan Puskeswan dan Pos IB

3. Peningkatan Kelembagaan Dan Sumberdaya Kesehatan Hewan

Pada tahun 2014 terdapat 1.229 unit Puskeswan dengan tenaga Dokter Hewan

sebanyak 878 orang dan Paramedik Veteriner sebanyak 2.423, yang tersebar di

411 Kabupaten/Kota dan 1.229 Kecamatan. Sampai dengan bulan Oktober 2015

terdapat 1.262 unit Puskeswan yang tersebar di 421 kabupaten/kota terbagi

dalam 1.262 Kecamatan dengan jumlah tenaga Dokter Hewan tercatat 846 orang

dan tenaga Paramedis Veteriner sebanyak 2.373 orang. Sehingga terdapat

peningkatan jumlah Puskeswan sebanyak 33 unit serta pertambahan cakupan

wilayah yaitu 10 Kabupaten dan 33 Kecamatan.

Standar minimal untuk setiap unit Puskeswan adalah 3 Kecamatan/2000 hewan

unit, jumlah Kecamatan di indonesia ada 7.160, minimal harus ada 2.387

puskeswan maka masih diperlukan minimal 1.125 puskeswan, drh 1.541,

paramedik veteriner 28 orang. Idealnya 1 Kecamatan dilayani 1 Puskeswan, 1

drh, 2 Paramedik Veteriner sehingga masih membutuhkan 5.898 Puskeswan,

6.314 drh dan 9.574 Paramedik Veteriner. Puskeswan yg ideal paling sedikit

mempunyai 1 dokter hewan, 2 paramedik veteriner, 1 asisten teknis reproduksi, 1

petugas pemeriksa kebuntingan, 1 inseminator, 1 vaksinator, 1 tenaga

administrasi

Berdasarkan analisis terhadap data tersebut, dapat terlihat bahwa jumlah tenaga

Dokter Hewan belum mencukupi untuk seluruh Unit Puskeswan yang ada.

Sehingga kendala SDM masih menjadi permasalahan pada aspek kelembagaan

dan sumberdaya kesehatan hewan. Dalam mengatasi permasalahan yang timbul

akibat kurangnya SDM Dokter Hewan di unit-unit Puskeswan, maka Direktorat

Kesehatan Hewan telah melakukan rekruitmen Tenaga Harian Lepas untuk Medik

sejumlah 542 orang dan Paramedik Veteriner sejumlah 457 orang.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

26

4. Peningkatan Produksi Vaksin, Obat Hewan dan Bahan Biologik

NO Indikator

Kegiatan

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1 Pengendalian

dan

Penanggulangan

PHMSZ

Produksi vaksin,

antigen dan bahan

biologik lainnya

8.377.775 8.391.250 100,16

Penjualan dan

alokasi vaksin

antigen dan bahan

biologis lainnya

8.377.775 7.271.893 86,80

Surveilens penyakit

mulut dan kuku

2000 2.680 134,00

Tabel 8. Peningkatan Produksi Vaksin, Obat Hewan dan Bahan Biologik

Produksi vaksin, antigen dan bahan biologik lain tercapai 100,16% karena masih

terdapat stok produk tahun 2014, vaksin Brucivet belum dapat di produksi karena

validasi alat produksi belum selesai. Jumlah dosis vaksin, antigen, antisera dan

bahan biologis yang didistribusi mencapai 7,271,893 (86,80%) karena alokasi

permintaan 990.750 dosis terealisasi 980.750 dosis hal ini karena vaksin Brucivet

belum dapat di produksi.Penjualan sesuai permintaan untuk BLU target 4.377.775

dosis dengan realisasi 6.291.143 dosis.Realisasi surveilens PMK telah melebihi

target baik dalam pengambilan sample maupun dalam pengujian sesuai dengan

sample yang di abil oleh pusvetma dan dilakukan dinas peternakan/BBVET/

BVET serta yang dikirim ke pusvetma.

5. Penguatan Pengujian dan Penyidikan Veteriner

Penyidikan dan pengujian PHM dilakukan dengan mengembangkan sistem

deteksi dini penyakit hewan menular, penyusunan pedoman surveilans dan

penataan laboratorium, pertemuan ilmiah dan laboratorium kesehatan hewan.

Kegiatan Penguatan Surveilans Penyakit Hewan berupa laporan surveilans

penyakit hewan menular antara lain Rabies, Anthrax, Brucellosis, Avian Influenza,

Hog Cholera, Jembrana, SE, Surra, dan parasit. Dari target 265.928 sampel

surveillans penyakit hewan menular terealisasi 395.159 sampel atau 148,60%.

Kegiatan Surveillans tersebut dilaksanakan oleh Balai Besar Veteriner atau Balai

Veteriner.

Pengendalian penyakit hewan di wilayah Indonesia diukur melalui kegiatan

pengamatan penyakit hewan. Kegiatan pengamatan ini melalui kegiatan

surveilans berkelanjutan dengan melakukan pengambilan dan pengujian

spesimen (sampel) yang dilakukan oleh Balai Veteriner dan Balai Besar Veteriner

di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil penyidikan dan pengujian penyakit hewan

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

27

menular (PHM) tahun 2015 diketahui bahwa diuji 395.159 sampel. Dari target

265.928 sampel surveillans penyakit hewan menular terealisasi 395.159 sampel

atau 148,60%. Hal ini melebihi target output sampel tahun 2015 yaitu 265.928

sampel atau 148,60% dari target output sampel tahun 2015. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pengujian negatif pada sampel hasil pengamatan dan

pengujian PHM, sebagian besar telah melebihi target output per wilayah.

Pengujian dan pengambilan sampel didapat dari kegiatan surveilans aktif yang

dilakukan oleh Balai Besar Veteriner dan Balai Veteriner. Target output sampel

tahun 2015 melebihi target dikarenakan pengujian dan pengambilan sampel yang

dilakukan oleh Balai Besar Veteriner dan Balai Veteriner bukan hanya surveilans

aktif penyakit hewan menular saja tapi juga berasal dari surveilans pasif,

surveilans gangguan reproduksi surveilans penyakit eksotik perbatasan Negara

dan antar wilayah.

Pada tahun 2015, pengamatan penyakit hewan secara nasional melalui

surveilans pasif pelaporan perkembangan kasus dengan sistem infromasi

kesehatan hewan nasional yang terintegrasi (iSIKHNAS) menunjukkan bahwa

telah dilaporkan sejumlah 37.667 laporan yang berasal dari 34 provinsi di

Indonesia. Telah dilaporkan kasus pada 98.835 ekor, dimana 92,2% (91.129 ekor)

dilaporkan sembuh, 5,58% (5.519 ekor) dilaporkan mati, dan 2,21% (2.187 ekor)

masih dalam kondisi sakit. Apabila diasumsikan hewan yang dilaporkan masih

dalam kondisi sakit sebanyak 20% kemudian mati, maka diketahui 5,01% (437

ekor) mengalami kematian. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kematian di

lapangan lebih rendah daripada target nasional sebesar 10%. Hal yang masih

perlu ditingkatkan adalah memperluas cakupan surveilans pasif ke semua

provinsi di Indonesia dan melakukan pemantauan aktif terhadap perkembangan

laporan kasus yang masih dalam kondisi sakit.

6. Dukungan Manajemen Kesehatan Hewan

Koordinasi pihak/instansi terkait dalam pengendalian wabah penyakit hewan

menular strategis yaitu Direktorat Kesehatan Hewan, UPT lingkup DitjenPKH

(BBV/BV/BPTU), BBlitvet, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber

Binatang (Dit. PPBB) Kementerian Kesehatan, Dinas yang membidangi fungsi

peternakan dan kesehatan hewan provinsi dan kabupaten/kota se Indonesia.

Pembahasan yang dilakukan yaitu mengenai perencanaan (workplan)

pengendalian dan pemberantasan PHM, pelaksanaan kegiatan, monitoring,

evaluasi dan sistem pelaporan. Selanjutnya semua program tersebut diupayakan

dapat dilaksanakan dalam kerangka konsep One Health yaitu terwujudnya status

kesehatan yang harmonis, sinergis dan terintegrasi antara hewan, manusia dan

lingkungan.

Pada tahun 2015, dalam melaksanakan pengendalian dan pemberantasan

penyakit hewan terutama yang bersifat zoonosis, selain dilaksanakan secara

internal di Kementerian Pertanian, pelaksanaan koordinasi juga dilakukan secara

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

28

multi sektoral antar kementerian. Sebagai contoh yaitu dalam pengendalian

penanggulangan wabah Rabies di Provinsi Kalimantan Barat, dimana Kemenko

PMK, Kemenkes, Kemhan bersama Kementan dan pemerintah Daerah setempat

melaksanakan pemberantasan Rabies di 4 kabupaten yang tertular, hingga kasus

menurun. Koordinasi dukungan management kesehatan hewan atau pembinaan

dan koordinasi tercapai 34 wilayah dari target 34 wilayah atau 100%.

7. Penyusunan NSPK Dit. Keswan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Direktorat Kesehatan Hewan merupakan

kegiatan yang sangat penting dalam penolakan, pencegahan, pengendalian dan

penanggulangan penyakit hewan. Serta memiliki peranan dalam semua lini

kesehatan hewan. Dalam penolakan penyakit hewan untuk mencegah masuknya

penyakit hewan dari luar negeri maupun daerah tertular ke daerah bebas penyakit

hewan peran pengamatan sangat vital. Persyaratan pengujian sebelum masuk

dan juga pengujian pada saat masuk suatu negara/daerah merupakan hal mutlak

untuk dilaksanakan agar penyakit hewan tidak masuk ke wilayah tersebut.

Target Penyusunan NSPK Direktorat Kesehatan Hewan yaitu 10 dokumen, dan

yang terealisasi sebanyak 11 dokumen yaitu Pedoman Pengendalian dan

Penanggulangan Rabies, Pedoman Pengendalian dan Penanggulangan

Brucellosis, Pedoman Pengendalian dan Penanggulangan CSF, Pedoman

Pengendalian dan Penanggulangan Jembrana, Pedoman Pengendalian dan

Penanggulangan SE, Masterplan Brucellosis, Masterplan CSF, Pedoman Jabatan

Fungsional Medik dan Paramedik Veteriner, Pedoman Pelayanan Pusat

Kesehatan Hewan, Pedoman Management Layanan Kesehatan Hewan dan

Pedoman Kiatvetindo Q. Fever.

8. Jumlah Wilayah Kejadian Penyakit Berbasis Surveilans

Penguatan Sistem Kesehatan Hewan Nasional

Penguatan sistem kesehatan hewan nasional dilakukan melalui penguatan

sumberdaya manusia untuk Sistem Kesehatan Hewan Nasional.

A. Sistem Kesehatan Hewan Nasional Terpadu (iSIKHNAS)

Sistem informasi kesehatan hewan sebagai sumber data sangat diperlukan

untuk bahan pengambilan kebijakan dalam rangka pengendalian,

pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan di semua tingkatan dari

Pusat hingga tingkat daerah. Oleh karena itu dibutuhkan sistem informasi dan

pelaporan yang baik untuk pengumpulan, pengelolaan dan analisis data

sehingga mampu menyajikan laporan yang baik dengan data yang valid dan

akurat.

Dalam rangka penguatan sistem informasi kesehatan hewan nasional,

Direktorat Kesehatan Hewan telah mengembangkan sistem informasi yang

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

29

baru yaitu Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu (iSIKHNAS).

iSIKHNAS menjadikan peternak dan petugas lapangan sebagai “jantung”

berjalannya sistem ini. Kejadian kasus penyakit hewan dilaporkan secara

langsung oleh para petugas kesehatan hewan di lapangan. Peneguhan

diagnosa penyakit hewan dilakukan di laboratorium kesehatan hewan

sehingga di dalam iSIKHNAS juga dikembangkan sistem informasi

laboratorium dan sistem integrasi data Infolab ke iSIKHNAS.

Selain itu iSIKHNAS telah dikembangkan tidak hanya untuk pelaporan

penyakit namun juga menyediakan data untuk identifikasi ternak, kegiatan

inseminasi buatan, lalu lintas hewan, dan lain-lain yang mencakup kegiatan

yang bersinggungan langsung dengan kesehatan hewan.

Adapun hasil evaluasi capaian kinerja iSIKHNAS dengan indikator kinerja:

a. Penambahan kemampuan petugas dinas kabupaten/kota sebagai

koordinator iSIKHNAS melalui bimbingan teknis iSIKHNAS telah diberikan

kepada 163 orang peserta. Bimtek ini terdiri dari 4 paket, paket satu diikuti

oleh 42 orang yang dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Jogyakarta,

paket 2 diikuti oleh 41 orang yang dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di

Jogyakarta, paket 3 diikuti oleh 37 orang yang dilaksanakan pada bulan

Agustus 2015 di Jogyakarta dan paket 4 diikuti oleh 43 orang yang

dilaksanakan pada bulan September 2015 di Ciawi Bogor. Materi yang

diberikan terdiri dari pembagian deskripsi pekerjaan (Job description)

pelapor desa, Petugas dinas, koordinator regional/provinsi/kab/kota; Cara

Pendaftaran Pengguna; Persyaratan penyelenggaran pelatihan isikhnas

ditingkat provinsi/kab/kota; Pelaporan modul penyakit hewan; Pelaporan

modul Laboratorium; Pelaporan modul investigasi dan respon; pelaporan

populasi; pelaporan surveilans dan vaksinasi serta administrasi sistem

(software dan hardware).

b. Penambahan kemampuan koordinator iSIKHNAS regional (petugas

BBVet/BVet) dan koordinator iSIKHNAS provinsi (petugas dinas provinsi)

melalui bimbingan teknis Refresher Koordinator iSIKHNAS Regional dan

Provinsi telah diberikan kepada 58 orang peserta yang dilaksanakan pada

bulan November 2015 di Jogyakarta. Serta bimbingan teknis Refresher

Koordinator iSIKHNAS Kabupaten/Kota telah diberikan kepada koordinator

iSIKHNAS Kabupaten/Kota yang diikuti oleh 48 orang pada paket satu

yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di Jakarta dan 50 orang peserta

pada paket dua yang dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di Solo.

Materi yang diberikan terdiri dari Review Replikasi iSIKHNAS dan Review

perjalanan iSIKHNAS 2012 – 2015 oleh pusat, Review Replikasi

iSIKHNAS oleh UPT dan daerah, Review tugas koordinator, Pembangunan

sistem informasi zoonosis dan emerging infectious disease, Mobile

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

30

iSIKHNAS Apps, review pelaporan penyakit lapangan dan manajemen

kasus (modul investigasi dan respon), review pelaporan modul surveilans

dan vaksinasi, Review update lokasi isikhnas, Pelaporan Modul identifikasi

ternak individual, Pelaporan penyakit lapangan, dan manajemen kasus

individual, Membuat Spatial Data, dan Output laporan website iSIKHNAS.

c. Penambahan kemampuan koordinator iSIKHNAS regional (petugas

BBVet/BVet), koordinator iSIKHNAS Laboratorium provinsi (petugas

Laboratorium provinsi), koordinator iSIKHNAS Laboratorium

kabupaten/kota melalui bimbingan teknis iSIKHNAS modul Infolab telah

diberikan kepada 35 orang peserta yang dilaksanakan pada bulan

September 2015 di Ciawi Bogor.

d. Kualitas pemahaman SDM koordinator iSIKHNAS terkait materi dan

penerapan ISIKHNAS serta dalam melakukan pengolahan data dari output

laporan website iSIKHNAS meningkat melalui bimbingan teknis iSIKHNAS.

Kemampuan ini secara berkelanjutan akan ditingkatkan pada kegiatan

bimbingan teknis selanjutnya.

e. Pada tahun 2013 sejumlah 3 Provinsi sudah mengirimkan laporan ke

iSIKHNAS. 3 Provinsi ini merupakan pilot project dari iSIKHNAS. Pada

tahun 2014, 13 Provinsi sudah mengirimkan laporan ke iSIKHNAS. Pada

tahun 2015, sudah 34 provinsi mengirimkan laporan ke iSIKHNAS.

iSIKHNAS merupakan kegiatan yang memberikan outcome berupa

terselenggaranya alur pelaporan penyakit hewan antara daerah (Provinsi,

Kabupaten/Kota), Pemerintah pusat, tingkat ASEAN (ARAHIS) dan tingkat

dunia/OIE (WAHID/WAHIS).

Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran adalah

pelaporan situasi penyakit hewan dari daerah (Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota) ke Pusat secara berkesinambungan dan

menggunakan fasilitas aplikasi program iSIKHNAS.

Hambatan/kendala yang dihadapi dalam Program iSIKHNAS ini adalah:

a. Kemampuan dan sumberdaya petugas di lapangan beragam sehingga

terkendala dalam pemberian diagnosa penyakit.

Oleh karena itu strategi pencapaian yang dilakukan yaitu :

a. Mendorong petugas iSIKHNAS untuk melakukan pelaporan secara

berkesinambungan dengan memberikan pengetahuan lebih dalam perihal

materi dan fitur-fitur baru iSIKIHNAS.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

31

b. Mensosialisasikan program iSIKHNAS yang akan digunakan secara

terintegrasi.

c. Koordinasi lebih lanjut antara tingkat Pemerintah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan sistem informasi dan pelaporan

kesehatan hewan serta perkembangannya.

B. Bimbingan Teknis (ToT) Surveilans

Kegiatan surveilans penyakit hewan di Indonesia sudah banyak dilakukan di

berbagai tingkatan wilayah. Kegiatan surveilans tersebut tentunya harus

dilakukan melalui upaya pengumpulan, analisis dan interpretasi data frekuensi

dan distribusi penyakit dalam suatu populasi yang dilakukan terus menerus,

kemudian diambil suatu tindakan lebih lanjut dalam rangka pengendalian dan

pemberantasan penyakit. Kebutuhan dan kemampuan surveilans setiap

wilayah tentunya berbeda, sehingga dalam pelaksanaannya harus secara

tepat sesuai dengan kebutuhan, benar sesuai dengan prosedur operasional

yang baku, dan tepat waktu dalam penyampaian informasinya untuk

menghasilkan informasi yang berkualitas tinggi.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan komponen Penguatan Sistem

Informasi Kesehatan Hewan Indonesia. Secara umum, tujuan dari kegiatan

komponen Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Indonesia adalah

untuk meningkatkan pengumpulan, pengelolaan dan penggunaan informasi

kesehatan hewan untuk menunjang peningkatan kapasitas dalam

pencegahan dan pengendalian penyakit.

Para peserta yang mengikuti Bimtek diharapkan adalah dokter hewan yang

dianggap memiliki kemampuan untuk menjadi pelatih untuk melakukan

diseminasi materi Bimtek ini di Provinsi maupun regionalnya masing-masing.

Hasil evaluasi capaian kinerja dengan indikator kinerja:

1. Penambahan kemampuan petugas BBVet/BVet, BBPMSOH, PUSVETMA

dan petugas dinas provinsi melalui bimbingan teknis surveilans yang diikuti

oleh 20 peserta. Modul pelatihan surveilans telah dikembangkan untuk

meningkatkan keterampilan dokter hewan atau staf bidang veteriner dalam

merencanakan pengumpulan data surveilans yang baik, dan untuk

membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan data yang dikumpulkan.

Hambatan/kendala yang dihadapi dalam Program dalam Bimtek ini adalah

kemampuan dan latar belakang akademis peserta cukup bervariasi. Beberapa

peserta tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan sehingga membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk dapat menerima dan memahami materi Bimtek

dengan baik. Namun demikian peserta cukup antusias dalam mengikuti

Bimtek. Selain itu karena terbatasnya anggaran maka masih ada beberapa

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

32

provinsi (terutama dari Indonesia bagian Timur), UPT Ditkeswan, maupun

instansi lain yang relevan yang belum diikutsertakan dalam Bimtek kali ini.

Tahun depan direncanakan dapat dilakukan Bimtek serupa untuk memberi

kesempatan bagi yang belum mengikuti Bimtek.

C. Bimbingan Teknis (ToT) Investigasi

Kegiatan Bimtek Investigasi merupakan bagian dari kegiatan komponen

Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Indonesia terutama berkaitan

dengan sistem pelayanan kesehatan hewan di Indonesia.

Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) secara kelembagaan memiliki struktur

yang sesuai dengan fungsinya sebagai ujung tombak layanan kesehatan

hewan, memiliki satu dokter hewan dan beberapa paravet atau petugas

lapang kesehatan hewan. Mereka diharapkan mampu melakukan aktivitasnya

secara efektif dan mengelola sumberdayanya secara efisien.

Investigasi penyakit merupakan salah satu tugas dari puskeswan dan SDM

pengelola puskeswan harus memiliki pemahaman dan keterampilan dalam

melakukan investigasi penyakit. Staf Puskeswan (kebanyakan dibantu oleh

paramedik veteriner) harus memiliki keterampilan melakukan investigasi

penyakit di lapangan dan mampu memberikan informasi yang bermanfaat

untuk pembuatan diagnosa dan penanganan bagi pemilik ternak. Bimtek ini

merupakan acuan teknis dasar bagi staf yang melakukan investigasi penyakit

yang disampaikan terlebih dahulu kepada dokter hewan di Provinsi dan Balai

Besar/Balai Veteriner sebagai calon pelatih (master trainer) di wilayahnya

masing-masing. Bimtek ini mencakup kaidah teknis dan membantu petugas

memahami kondisi lapangan di daerahnya.

Hasil evaluasi capaian kinerja dengan indikator kinerja:

1. Penambahan kemampuan petugas BBVet/BVet, BBPKH Cinagara dan

petugas dinas provinsi melalui bimbingan teknis investigasi yang diikuti

oleh oleh 39 orang peserta. Bimtek ini dikembangkan untuk meningkatkan

kapasitas petugas lapang kesehatan hewan dalam investigasi penyakit

hewan. Bimtek ini akan mengembangkan keterampilan petugas dalam

melakukan investigasi penyakit di lapangan. Namun pada penerapan

berikutnya di setiap Provinsi dan Balai Besar/Balai Veteriner, secara

khusus dapat memasukkan beberapa materi yang berkaitan dengan

manajemen penyakit pilihan yang disesuaikan dengan prioritas daerah

(provinsi/kabupaten/kota) dimana pelatihan akan dilaksanakan.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

33

D. Pertemuan Teknis dan Ilmiah (RATEKPIL)

Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (Ratekpil) Kesehatan Hewan merupakan

kegiatan yang dilakukan secara rutin tiap tahun dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan penulisan karya ilimiah, menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan, serta mewujudkan koordinasi yang baik antara pusat dan

daerah. Adapun sasarannya yaitu pemaparan hasil penyidikan dan penelitian

terbaru dari BBVet/BPPV, Pusvetma, BBPMSOH, Bbalitvet, serta

laboratorium kesehatan hewan type B.

Hasil evaluasi capaian kinerja Ratekpil dengan indikator kinerja yaitu :

b. Tersedianya dokumentasi pemaparan hasil penyidikan dan penelitian

laboratorium veteriner disusun dan dicetak dalam bentuk buku Prosiding

Penyidikan Penyakit Hewan tahun 2015 sebanyak 250 buah (100%). Buku

ini dapat dijadikan sebagai wacana ilmu pengetahuan dan acuan dalam

melakukan penyidikan dan penellitian lanjutan serta kebijakan dalam

penanggulangan penyakit hewan.

c. Tersusunnya rekomendasi hasil diskusi/rapat sebagai bahan evaluasi dan

upaya tindak lanjut bagi pusat, daerah dan laboratorium kesehatan hewan.

Kerjasama dan partisipasi aktif pihak-pihak yang terkait pada Rapat Teknis

dan Pertemuan Ilmiah merupakan faktor keberhasilan terlaksananya

kegiatan.

E. National Reference Coordinating Committee (NRCC) dan Jejaring

Laboratorium

Kapasitas laboratorium diagnostik sangat penting dan merupakan prasyarat

bagi pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan yang efektif dan

efisien. Pengembangan kapasitas laboratorium veteriner merupakan salah

satu kegiatan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan. Kegiatan ini

meliputi peningkatan kemampuan pengujian dan penerapan sistem jaminan

mutu.

Pertemuan NRCC dan Jejaring Laboratorium Veteriner bertujuan untuk

mengevaluasi kegiatan laboratorium rujukan nasional untuk penyakit hewan

menular tertentu dan jejaring laboratorium veteriner tahun 2014;

mengharmonisasi kegiatan laboratorium rujukan nasional untuk penyakit

hewan menular tertentu dan jejaring laboratorium veteriner tahun 2015;

diseminasi kebijakan/ NSPK Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

Hewan berkaitan dengan laboratorium veteriner umumnya dan laboratorium

diagnostik khususnya; serta menghimpun masukan dari laboratorium

veteriner sebagai bahan penyusunan kebijakan/ NSPK dan perencanaan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

34

jangka pendek dan menengah. Output yang ingin dicapai adalah terbahasnya

dan terumuskannya hal-hal penting bidang kesehatan hewan serta

terkoordinasikannya fungsi jejaring laboratorium veteriner nasional dalam

rangka mendukung program pencegahan dan pemberantasan penyakit

hewan.

Hasil evaluasi capaian kinerja NRCC dan Jejaring Laboratorium dengan

indikator kinerja yaitu:

1. Pertemuan NRCC dan Jejaring Laboratorium dihadiri oleh 32 orang peserta

yang berasal dari instansi Direktorat Kesehatan Hewan, seluruh Unit

Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi, Direktorat Mutu dan

Standardisasi,Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, Balai Besar Uji Standar

Karantina Pertanian (BBUSKP), Pusat Karantina Hewan dan Keamanan

Hayati Hewani, Direktorat Pakan, Direktorat Kesmavet dan Pasca Panen,

serta kerjasama dengan luar negeri yaitu FAO dan AIPEID.

2. Tersusunnya rekomendasi hasil diskusi/rapat sebagai bahan evaluasi dan

upaya tindak lanjut bagi pusat, daerah dan laboratorium kesehatan hewan

sebagai berikut:

- Arahan Direktur Kesehatan Hewan untuk meningkatkan jumlah

laboratorium veteriner yang menerapkan sistem penjaminan mutu formal

yang sesuai dengan SNI ISO/IEC 17025:2008 serta meningkatkan ruang

lingkup pengujian yang terakreditasi.

- Kepala Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi BSN/ KAN

menyampaikan bahwa saat ini belum ada Penyedia Uji Profisiensi untuk

pengujian penyakit hewan yang terakreditasi SNI ISO/IEC 17043:2010.

Beliau memandang laboratorium veteriner lingkup Kementerian Pertanian

memiliki potensi sebagai Penyedia Uji Profisiensi.

- Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP) telah terkakreditasi

SNI ISO/IEC 17043:2010 dan menjadi Penyelenggara Uji Profisiensi untuk

7 parameter pengujian.

- Indonesia telah mengikuti penilaian OIE Performance of Veterinary

Services (PVS) pada tahun 2007 dan OIE PVS Gap Analysis pada tahun

2010 dan 2011. Laporan penilaian tersebut telah memetakan komponen

mendasar veterinary services termasuk kompetensi teknis terkait

laboratorium diagnosis dan penjaminan mutu laboratorium. Laporan

tersebut juga memberikan rekomendasi strategi bagi peningkatan

pencapaian kompetensi teknis.

- Indonesia telah mengikuti penilaian laboratorium menggunakan FAO

Laboratory Mapping Tools (LMT) pada tahun 2012 dan 2014. Laporan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

35

penilaian tersebut telah memetakan kondisi 10 laboratorium veteriner di

Indonesia.

- Para Menteri Pertanian dan Kehutanan negara-negara anggota ASEAN

pada Sidang AMAF ke-35 di Kuala Lumpur tahun 2013 telah

mengesahkan Regional Strategic Framework for Laboratory Capacity

Building and Networking in ASEAN.

- Indonesia ikut serta di jejaring laboratorium kesehatan hewan ASEAN

dalam ASEAN Laboratory Director Forum (LDF). ASEAN LDF saat ini

adalah kelompok ad hoc di dalam Asean Working Group on Livestock

(ASWGL), dan akan menjadi komponen dalam ASEAN Coordination

Center on Animal Health and Zoonoses (ACCAHZ).

- Dasar bagi jejaring kerja laboratorium veteriner adalah Keputusan Direktur

Jenderal Peternakan Nomor 166 tahun 2006 tentang Pembentukan

Jejaring Kerja Laboratorium Veteriner Indonesia. Saat ini laboratorium

veteriner yang tergabung dalam jejaring mencakup UPT pada DITJEN

PKH, BARANTAN dan BALITBANGTAN. KEPDIRJENNAK tersebut

dipandang tidak cukup kuat.

- PERMENTAN Nomor 51/Permentan/Ot.140/10/2006 tentang Pedoman

Tata Hubungan Kerja Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan dan

Perlakuan Penyakit Hewan Karantina merupakan acuan bagi

Laboratorium lingkup Karantina Pertanian dalam berjejaring kerja.

- Telah terbentuk Jejaring Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia

(JLPPI) melibatkan kementerian/ lembaga terkait dalam rangka

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.

- Direktorat Mutu dan Standardisasi DITJEN PPHP mengelola Jejaring

Laboratorium Pengujian Lingkup Kementan.

- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melalui Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP)

mengelola jejaring laboratorium deteksi dan penanggulangan zoonosis.

9. Pengawasan Obat Hewan (POH)

a Penerbitan Sertifikat dan SK Izin Usaha Obat Hewan

Penilaian kelayakan izin usaha obat hewan, telah dilaksanakan untuk 24

perusahaan obat hewan yang terdiri dari 6 produsen, 13 importir dan 5

eksportir.

b Pendaftaran Obat Hewan

Pelaksanaan rapat Verifikasi Pendaftaran Obat Hewan sebanyak 19 kegiatan,

memverifikasi sebanyak 1606 dokumen pendaftaran obat hewan baru dan

ulang.

Pelaksanaan rapat Penilai Pendaftaran Obat Hewan (PPOH) sebanyak 15

kegiatan dan menilai sebanyak 436 sediaan obat hewan.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

36

Pelaksanaan rapat Komisi Obat Hewan (KOH) sebanyak 3 kegiatan dan

mengkaji sebanyak 9 (sembilan) sediaan obat hewan.

c Penerbitan SK Nomor Pendaftaran Obat Hewan

Penerbitan SK Pendaftaran Tetap Obat Hewan sebanyak 52 sediaan

farmasetik, 32 sediaan premiks, 16 sediaan biologik serta 3 lain-lain.

Penerbitan SK Pendaftaran Ulang Obat Hewan sebanyak 55 sediaan

farmasetik, 13 sediaan premiks, 32 sediaan biologik serta 4 lain-lain.

d Pengujian Mutu dan Sertifikasi obat Hewan

Penerbitan Surat Pengantar Pengujian Sampel Obat Hewan ke Balai Besar

Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan dalam rangka pendaftaran

sebanyak 276 surat.

e Penerbitan Surat Keterangan Pemasukan dan Pengeluaran Obat

Hewan

Penerbitan Surat Keterangan Pemasukan Obat Hewan sebanyak 7.015 surat

yang diberikan kepada 307 perusahaan importir obat hewan. Surat

Keterangan Pemasukan yang diterbitkan terdiri dari 4 antigen, 2.093 vaksin, 1

virus, 2.494 sediaan farmasetik, 6.342 sediaan premiks, 208 alat kesehatan

hewan dan 22 untuk telur SPF.

Penerbitan Surat Keterangan Pengeluaran Obat Hewan sebanyak 1.601 surat

yang diberikan kepada 4 perusahaan eksportir obat hewan. Surat Keterangan

Pengeluaran yang diterbitkan terdiri dari 66 sediaan biologik, 56 sediaan

farmasetik dan 1479 sediaan premix

f Bimtek Pengawas Obat Hewan

Pada tanggal 25 – 28 Agustus 2015 telah dilakukan Bimbingan Teknis

Pengawas Obat Hewan, Taman Kencana-Bogor, yang pesertanya dari

seluruh dinas provinsi di Indonesia.

g Penilaian CPOHB

Pelaksanaan rapat Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB)

sebanyak 7 kegiatan menilai sebanyak 31 (tiga puluh satu) pembahasan

CPOHB produsen obat hewan.

h Sertifikasi CPOHB

Jumlah Produsen Obat Hewan di Indonesia saat ini adalah sebanyak 75

perusahaan, sebanyak 43 diantaranya telah menerapkan CPOHB dalam

proses produksinya dan telah disertifikasi. Adapun daftar perusahaan obat

hewan yang telah memperoleh sertifikat CPOHB sampai dengan saat ini

adalah sebagai berikut:

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

37

NO NAMA PERUSAHAAN

1 AGRINUSA JAYA SANTOSA

2 AGRO MAKMUR SENTOSA

3 BERNOFARM

4 BIOTEK INDONESIA

5 CAPRIFARMINDO LABORATORIES

6 CHEIL JEDANG INDONESIA

7 DELTA PRIMA AGRINDO

8 EKA FARMA

9 IPB SHIGETA ANIMAL PHARMACEUTICALS

10 KALBE FARMA Tbk

11 KATRACO SANTIKA

12 MEDION FARMA JAYA

13 MEIJI INDONESIAN PHARMACEUTICAL INDUSTRIES

14 MITRAVET

15 MJPF FARMA INDONESIA

16 OTASINDO PRIMA SATWA

17 PFIZER INDONESIA TBK

18 PUSAT VETERINARIA FARMA

19 PYRIDAM VETERINER

20 ROMINDO PRIMAVETCOM

21 SANBE FARMA

22 SANBIO LABORATORIES

23 SATWA JAWA JAYA

24 SHS INTERNATIONAL

25 SONGGOLANGIT PERSADA

26 TEKAD MANDIRI CITRA

27 TROUW NUTRITION INDONESIA

28 USFA

29 VAKSINDO SATWA NUSANTARA

30 WONDERINDO PHARMATAMA

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

38

31 MULTIFARMA SATWA MAJU

32 VETINDO CITRA PERSADA

33 MITRA BHUWANA MANDIRI

34 NUGEN BIOSCIENCE INDONESIA

35 AVINDO PERDANA BAHTERA MULIA

36 MULTIFARMA SARANA FARMA

37 SARANA VETERINARIA JAYA ABADI

38 MENSANA ANEKA SATWA

39 PETROKIMIA GRESIK

40 UNIVETAMA DINAMIKA

41 SADAJIWA NIAGA INDONESIA

42 INDO ACIDATAMA

43 KATRACO SANTIKA

Tabel 9. Daftar Perusahaan Obat Hewan Yang Telah Memperoleh

Sertifikat CPOHB

Permasalahan utama yang dihadapi:

1. Kekurangan alokasi anggaran dalam rangka pengawasan mutu obat

hewan melalui pendaftaran obat hewan dan CPOHB.

2. Alokasi pertemuan dalam rangka pembahasan peraturan obat hewan

sangat terbatas karena keterbatasan alokasi anggaran pertemuan.

3. Lamanya proses penyusunan peraturan obat hewan di tingkat Biro

Hukum Kementerian Pertanian, sehingga berbagai permasalahan dan

aspirasi dibidang obat hewan tidak memiliki payung hukum yang jelas.

4. Pengembangan database obat hewan lambat karena dana yang minim.

5. Minimnya kegiatan pengawasan peredaran obat hewan di daerah.

6. Alokasi perjalanan dinas dalam rangka penilaian kelayakan izin usaha

obat hewan yang sangat minim, tidak sebanding dengan banyaknya

permohonan yang masuk ke Direktorat Kesehatan Hewan.

Ekspor Obat Hewan

Lima tahun terakhir industri obat hewan Indonesia memasuki era baru

dengan telah berhasilnya beberapa perusahaan obat hewan

menembus pasar internasional, baik dikawasan Asia, Timur Tengah,

ataupun Afrika. Upaya mendorong peningkatan ekspor obat hewan ini telah

dilakukan dari tahun ke tahun dengan penerapan dan perbaikan regulasi

dalam rangka meningkatkan daya saing ekspor, misalnya penerapan cara

pembuatan obat hewan yang baik dan pengujian mutu obat hewan.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

39

Hasil yang telah dicapai dari penerapan CPOHB dan pengujian mutu pada 5

tahun terakhir terlihat dari adanya perkembangan nilai ekspor obat hewan di

Kementerian Pertanian yang cukup signifikan yang mendatangkan devisa

negara yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa produk obat

hewan Indonesia mempunyai daya saing yang tinggi sehingga produk

tersebut dapat diterima atau diekspor ke negara-negara di dunia

No. JenisSediaan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1. Biologik 257.407,04 349.915,31 356.213,68 309.978,12 220.594,39 7.412.253,41

2. Farmasetik 9.557,78 1.184,40 1.340,14 1.807,75 5.910,65 129.985,58

3. Premiks 338.104,33 424.416,78 451.924,24 471.675,26 430.000,00 60.969.525,25

Total 605.069,15 775.516,49 809.478,06 783.461,13 656.505,04 68.511.764,24

Tabel. 10 Data Nilai Ekspor Obat Hewan Tahun 2010 – 2015 (Nilai 1000

USD) Sumber data : Rekapan surat keterangan ekspor

Negara tujuan ekspor obat hewan sebanyak 37 negara

Sediaan Biologik China, Malaysia, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Pakistan,

Nepal, Tanzania, Lebanon, Mesir, Nigeria,Rusia, Syria,

Thailand dan Timor Leste

Sediaan

Farmasetik

Bangladesh, China, Malaysia, Greece, Mesir, Pakistan,

Philiphine, Thailand, Vietnam, Nepal, Nigeria, Tanzania,

Kamboja dan Myanmar

Sediaan Premiks Belgium, Burgaria, Croatia, France, Georgia, germany, Greece,

Hungary, India, Italy, Lithuania, Montenegro, Morocco,

Netherlands, Norway, Poland, Serbi, Slovenia, Syria dan

Tunisia

4 perusahaan eksportir obat hewan adalah:

1. PT. Cheil Jedang Indonesia

2. PT. Vaksindo Satwa Nusantara

3. PT. Trouw Nutrition Indonesia dan

4. PT. Medion Farma Jaya

10. Perlindungan Hewan terhadap Penyakit Eksotik

Dalam rangka melindungi Negara Indonesia terhadap pemasukan penyakit

dari luar negeri yang dapat berdampak luas pada perekonomian masyarakat

khususnya masyarakat petani peternak, perlindungan kelestarian plasma

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

40

nuftah Indonesia dari pemusnahan akibat agen penyakit dari luar negeri atau

penyakit yang baru muncul (emerging animal diseases), turut menjaga

ketersediaan pangan asal hewan yang aman (food safety dan food security)

serta desakan arus globalisasi dan perdagangan bebas yang melarang

pemberlakuan kebijakan risiko nol (zero risk) terhadap importasi hewan dan

produk hewan ke suatu Negara sesuai perjanjian GATT dan SPS Agreement,

dan dengan mempertimbangkan bahwa perdagangan bebas tersebut dapat

berpotensi bagi penyebaran Penyakit Hewan Menular (PHM) dan penyakit

eksotik (penyakit yang tidak ada di Indonesia) maka Direktorat Kesehatan

Hewan melakukan Bimbingan Teknis KIATVETINDO PMK, Bimbingan Teknis

Analisa Risiko, penyusunan Permentan Lalu Lintas Hewan Dalam Wilayah

Indonesia, penyusunan Permentan Kesiagaan Darurat Veteriner, Emergency

Center, Kaji Ulang Health Protocol, Penilaian Persetujuan Pemasukan Hewan

dan Bahan Pakan Asal Hewan, Penilaian Biosekuriti Peternakan Orientasi

ekspor, Pengawasan Bahan Pakan Asal Hewan, penyusunan dan

pencetakan KIATVETINDO Q-Fever, penyusunan Permentan Lalu Lintas

Hewan Ke/Dari Luar Negeri, KIE Perlindungan Hewan, Kajian Analisa Risiko,

penyusunan Permentan Persyaratan Teknis Kesehatan Hewan dan

Koordinasi Luar Negeri.

Output Fungsi

a. Sertifikasi Kesehatan Hewan sebagai Penjaminan Status Kesehatan

Hewan

Pada tahun 2015 telah diterbitkan 656 sertifikat kesehatan untuk ekspor

hewan meliputi hewan kesayangan, satwa dan produk hewan. Dalam rangka

mendukung kegiatan ekspor tersebut telah dilakukan kegiatan Penilaian

Biosekuriti Peternakan Orientasi Ekspor sebagai salah satu upaya

penjaminan kesehatan hewan terhadap hewan yang akan diekspor.

b. Persyaratan Teknis Kesehatan Hewan sebagai upaya Perlindungan

Hewan terhadap Penyakit

Dalam rangka mengamankan Indonesia dari masuknya penyakit hewan

menular khususnya penyakit eksotik telah dibuat persyaratan teknis

kesehatan hewan untuk pemasukan hewan/produk asal hewan dari luar

negeri dalam bentuk Health Requirement (HR). Pada tahun 2015 telah

diterbitkan 5.120 buah HR yang terdiri dari HR impor hewan kesayangan,

satwa, hewan ternak, bahan pakan asal hewan dan produk biologis untuk

penelitian.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

41

c. Bimbingan Teknis Analisa Risiko

Pada tahun 2015 Bimbingan Teknis Analisa Risiko dilaksanakan di Bogor

dengan jumlah peserta sebanyak 36 orang yang terdiri atas Direktorat

Kesehatan Hewan, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan

Pascapanen, Balai Veteriner Medan, Balai Veteriner Bukittinggi, Balai

Veteriner Lampung, Balai Veteriner Subang, Balai Besar Veteriner Wates,

Balai Besar Veteriner Denpasar, Balai Veteriner Banjar Baru, Balai Besar

Veteriner Maros, Pusat Veteriner Farma (Pusvetma), Balai Besar Pengujian

Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH), Balai Besar Pengujian Mutu

dan Sertifikasi Produk Hewan (BBPMSPH) dan 6 provinsi yang berasal dari

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Kesehatan

Hewan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Peternakan Jawa Timur, Dinas

Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Pertanian dan Peternakan

Provinsi Banten dan Dinas Pertanian, Kelautan dan Ketahanan Pangan DKI

Jakarta

d. Bimbingan Teknis KIATVETINDO PMK

Pada tahun 2015 Bimbingan Teknis KIATVETINDO PMK dilaksanakan di

Yogyakarta dengan jumlah peserta sebanyak 99 orang yang terdiri atas

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat

Kesehatan Hewan, Badan Karantina Pertanian yaitu Pusat Karantina

Hewan dan Keamanan Hayati, Balai Karantina Pertanian Daerah Istimewa

Yogyakarta, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY), Jawa Tengah dan Jawa Timur, Balai Besar Veteriner Maros, Balai

Besar Veteriner Wates, Pusat Veteriner Farma, Balai Besar Pengujian Mutu

dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH).

e. Kajian Analisa Risiko

Kajian Analisa Risiko yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 antara lain:

1. Persyaratan pemasukan sapi indukan dari Australia terkait penyakit

Camphylobacter

2. Pemasukan DOC GGPS dan GPS Brown dari Denmark dan Spanyol

3. Pemasukan unggas dan produk unggas dari Belanda terkait HPAI

H5N8

4. Pemasukan MBM dari Kanada

5. Pemasukan unggas dan produk unggas dari Amerika Serikat terkait

HPAI H5N8

6. Pemaukan DOC GPS/GP dari Inggris, Belanda bdan Jerman terkait

HPAI H5N8.

7. Analisis Risiko Pemasukan Virus Avian Influenza Melalui Importasi

DOC Dari Amerika Serikat ke Indonesia terkait HPAI H5N8 dan H5N2

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

42

8. Analisis Risiko Impor Unggas, Produk Unggas dan Bahan Pakan Asal

Unggas Dari Australia Terkait Penyakit Highly Pathogenic Avian

Influenza (HPAI) subtipe H7N7 dan H7N2

11. Kinerja Lainnya

HIBAH LUAR NEGERI

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan saat ini sedang

melaksanakan beberapa proyek yang didanai oleh beberapa negara donor.

Khusus yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan

kesehatan hewan antara lain proyek – proyek “ Prevention And Control Of

Influenza In The Veterinary Sector” bantuan hibah KfW – Jerman, “ Project

on Capacity Development of Animal Health Laboratory and Enhancement of

Regional Animal Health Structure Toward Safer Community for Both Animal

And Human” bantuan hibah JICA – Jepang dan “ Australian Indonesia

Partnership For Emerging Infectious Diseases Animal Health Program – AIP-

EID “ bantuan Aus AID. Uraian secara singkat untuk masing-masing proyek

sebagai berikut :

1. Prevention And Control Of Influenza In The Veterinary Sector Project

Alokasi dana untuk proyek ini besarnya 3,300,000 EURO dengan proporsi

3,000,000 Euro merupakan bantuan hibah KfW Jerman dan 300,000 Euro

merupakan dana pendamping dari Pemerintah Republik Indonesia.

Bantuan hibah ini didasari oleh Naskah perjanjian Luar negeri (NPHLN) yang

ditanda tangani pada tanggal 28 Juni 2009 dan berlaku sampai dengan 30

Desember 2013, terdaftar di kementerian Keuangan dengan Nomor Register

2007 66 105;

Bantuan ini merupakan hibah langsung, tetapi dana hibah dialokasikan dalam

dokumen pelaksanaan anggaran Pemerintah Republik Indonesia, sehingga

pelaksanaannya sesuai dengan siklus penganggaran APBN.

Bantuan hibah ini digunakan untuk pembangunan Laboratorium BSL-3 di

BBPMSOH Gunung Sindur – Bogor dalam rangka meningkatkan kemampuan

pengujian vaksin untuk penanggulangan penyakit Avian Influenza di

Indonesia;

Proyek ini telah mendapat persetujuan perpanjangan masa berlaku dari

negara donor, yang pertama dari tanggal 30 Desember 2013 menjadi 30

Desember 2014 dan yang kedua dari 30 Desember 2014 menjadi 30

Desember 2015, yang dituangkan dalam Amandemen NPHLN;

Pelaksanaan proyek ini mengalami beberapa hambatan teknis dan non

teknis, namun dengan kesepahaman yang sama bahwa bantuan hibah ini

harus terserap dan dimanfaatkan secara optimal untuk pembangunan lab.

BSL-3 tersebut, maka kedua belah pihak ( Donor dan Ditjen PKH) sepakat

untuk memperpanjang masa berlakuknya NPHLN;

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

43

Perkembangan terakhir sampai saat ini bahwa pembangunan fisik

Laboratorium BSL-3, Pengadaan peralatan Lab. BSL-3 dan Pelatihan-

pelatihan telah diselesaikan. Sisa waktu sampai dengan Desember 2015

hanya menyisakan pekerjaan Instalasi Isolator, Commissioning dan Sertifikasi

sebelum semua hasil pekerjaan diserah terimakan kepada Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan;

Untuk memanfaatkan sisa waktu tersebut, maka pihak-pihak terkait yaitu KfW,

Ditjen PKH, Kontraktor Pelaksana dan Konsultan secara intensif melakukan

koordinasi untuk menyelesaikan semua pekerjaan sebelum berakhirnya masa

berlaku NPHLN. Kesepakatan terakhir yang disanggupi oleh kontraktor

pelaksana dan konsultan bahwa pada akhir bulan Agustus 2015 dan

selambat-lambatnya minggu pertama September 2015 pekerjaan instalasi

isolator dan commissioning yang dialnjutkan dengan serah terima tahap

pertama dapat diselesaikan.

2. Australian Indonesia Partnership For Emerging Infectious Diseases Animal

Health Program – AIP-EID

Alokasi dana untuk proyek ini besarnya 22,000,000 Aus Dolar merupakan

bantuan hibah Aus AID dan tidak ada alokasi dana pendamping dari

Pemerintah Republik Indonesia

Bantuan hibah ini didasari oleh Naskah perjanjian Luar negeri (NPHLN) yang

ditanda tangani pada tanggal 18 Januari 2011 dan berlaku sampai dengan

Desember 2014 dan diperpanjang menjadi Desember 2015, terdaftar di

kementerian Keuangan dengan Nomor Register /Grant ID

71465701/LBAU0023;

Bantuan ini merupakan hibah langsung, dikelola sendiri oleh negara donor

dan danannya tidak dialokasikan dalam dokumen pelaksanaan anggaran

Pemerintah Republik Indonesia. namun sesuai dengan ketentuan yang

berlaku setiap tahun harus dilaksanakan pengesahan pendapatan hibah dan

pengesahan belanja hibah oleh Kementerian Keuangan.

Bantuan hibah ini digunakan untuk : 1) Strengthening Veterinary Systems

Within the MOA; 2) Strengthening InformationManagement, Laboratory and

Quarantine Function; 3) Support for Animal Health Services at the Sub-

national Level (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat) dan Program management.

Sampai dengan berakhirnya masa berlaku NPHL ternyata alokasi dana hibah

belum terserap secara keseluruhan, sehingga atas kesepakatan kedua belah

pihak untuk memanfaatkan sisa dana secara optimal maka masa berlaku

NPHL diperpanjang sampai dengan Desember 2015.

Perkembangan terakhir bahwa sampai akhir bulan Juni 2015 semua

kegiatan teknis yang direncanakan dapat diselesaikan dengan baik, dengan

demikian sisa waktu dari bulan Juni sampai dengan Desember 2015 akan

dimanfaatkan untuk penyelesaian administrasi bantuan hibah. Khususnya

penyelesaian pengesahan pendapatan dan belanja hibah tahun 2015.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

44

Sedangkan pengesahan pendapatan dan belanja hibah tahun sebelumnya

adalah :

Tahun 2014 sebesar AUD $ 860,813 Rp. 59.704.043.422,-

Tahun 2013 sebesar AUD $ 6,014,699 Rp. 64.606.708.867,-

Tahun 2012 sebesar AUD $ 4,534,718 Rp. 42.345.514.114,-

Berdasarkan pemantauan dilapangan diketahui bahwa kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan proyek ini mendapat respon positif dari para petugas di

daerah dan masyarakat dengan harapan proyek ini bisa diperpanjang lagi

bahkan perlu di replikasi lagi ke daerah – daerah lain. Untuk itu masih

dilakukan pembahasan – pembahasan lebih lanjut dengan pihak Aus AID

tentang kemungkinan perpanjangan proyek ini.

3. Project on Capacity Development of Animal Health Laboratory and

Enhancement of Regional Animal Health Structure Toward Safer Community

for Both Animal And Human” .

Alokasi dana untuk proyek ini besarnya 250,026,000 Yen Jepang merupakan

bantuan hibah langsung dari JICA Jepang ditambah dengan alokasi dana

pendamping sebesar Rp. 2.600.000 untuk 4 tahun anggaran.

Bantuan hibah ini didasari oleh Naskah perjanjian Luar negeri (NPHLN) yang

ditanda tangani pada tanggal 4 Juli 2011 dan berlaku sampai dengan Juni

2015, terdaftar di kementerian Keuangan dengan Nomor Register 71723301;

Bantuan ini merupakan hibah langsung, dikelola sendiri oleh negara

donor dan danannya tidak dialokasikan dalam dokumen pelaksanaan

anggaran Pemerintah Republik Indonesia. namun sesuai dengan

ketentuan yang berlaku setiap tahun harus dilaksanakan pengesahan

pendapatan hibah dan pengesahan belanja hibah oleh Kementerian

Keuangan. Untuk pengesahan tahun 2014 dan 2015 masih dalam

proses, sedangkan tahun 2012 dan 2013 telah diselesaiakan

pengesahan pendapatan dan belanja hibah di Kementerian

Keuangan.Dalam rangka mendukung program pemerintah

memberantas penyakit hewan menular strategis yang bersifat zoonosis

seperti Avian Influenza, Brucellosis, Anthrax, Rabies, Leptospira dan

lainnya, BBPMSOH telah dilengkapi 2 unit laboratorium BSL-3 dan 2

unit laboratorium ABSL-4 agar dapat melakukan pengujian vaksin-

vaksin zoonosis. Keberadaan laboratorium ini sangat mendukung dalam

menjamin mutu produk vaksin hewan zoonosis sehingga vaksin yang

beredar di Indonesia terjamin mutunya, aman dan berkhasiat.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

45

12. Akuntabilitas Keuangan

Alokasi Anggaran

Anggaran kegiatan fungsi kesehatan hewan TA. 2015 dialokasikan

sebesar Rp. 400.432.801.000,- baik untuk pusat, Unit Pelaksanan Teknis

Lingkup Kesehatan Hewan maupun dana dekonsentrasi dan tugas

pembantuan.

Realisasi Keuangan

Realisasi anggaran kegiatan fungsi kesehatan hewan TA. 2015 sampai

dengan tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 319.962.866.569

atau 79,90 % dari total anggaran Rp 400.432.801.000. Realisasi anggaran

per Unit Kerja, Jenis Belanja adalah sebagai berikut :

(1) Realisasi Per Kewenangan

Berdasarkan kewenangan realisasi anggarannya sebagai berikut : realisasi

kantor pusat sebesar Rp. 59.149.487.487 atau tercapai 89,54% dari pagu

Rp. 66.062.651.000; Kantor daerah sebesar Rp. 260.813.379.082 atau

tercapai 78% dari pagu Rp 334.370.150.000.

Dekonsentrasi persatuan kerja sebesar Rp 124.214.044.369 atau tercapai

89,63% dari pagu Rp. 136.858.267.000., yaitu pada Dinas Pertanian Dan

Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara, anggaran 569.429.000 Realisasi

273.996.479 atau 48,12%, Dinas Pertanian Dan Peternakan Propinsi

Sulawesi Barat anggaran 1.691.500.000 Realisasi 1.563.645.119 atau

92,44%, Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua Barat

anggaran 736.340.000 Realisasi 736.280.000 atau 99,99%, Dinas

Pertanian, Kehutanan, Dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau anggaran

823.445.000 realisasi 623.448.200 atau 75,71%, Dinas Perkebunan

Dan Peternakan Provinsi Gorontalo anggaran 1.350.829.000 realisasi

1.332.653.250 atau 98,65%, Dinas Pertanian, Dinas Pertanian,

Perkebunan Dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

anggaran 1.029.820.000 realisasi 991.548.050 atau 96,28%, Dinas

Pertanian Dan Peternakan Provinsi Banten anggaran 1.869.865.000

realisasi 1.672.779.200 atau 89,46%, Dinas Pertanian Provinsi Maluku

Utara anggaran 2.022.530.000 realisasi 2.012.205.500 atau 99,49%, Dinas

Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu anggaran

4.909.630.000 realisasi 4.463.197.978 atau 90,91%, Dinas Peternakan

Dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua anggaran 953.590.000 realisasi

946.445.815 atau 99,25%; Dinas Peternakan Prov. Nusa Tenggara Timur

anggaran 14.466.330.000 realisasi 14.267.821.429 atau 98,63%; Dinas

Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat

anggaran 4.489.369.000 realisasi 4.173.867.201 atau 92,97%; Dinas

Kelautan Dan Pertanian Provinsi Dki Jakarta anggaran 1.240.590.000

realisasi 1.164.839.349 atau 93,89%; Dinas Peternakan Provinsi Jawa

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

46

Barat anggaran 4.921.380.000 realisasi 3.297.753.240 atau 67,01%; Dinas

Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah anggaran

4.184.720.000 realisasi 3.814.880.624 atau 91,16%; Dinas Pertanian

Provinsi D.I. Yogyakarta anggaran 2.401.790.000 realisasi 2.269.102.198

atau 94,48%; Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur anggaran

4.973.820.000 realisasi 4.384.029.633 atau 88,14%; Dinas Kesehatan

Hewan Dan Peternakan Provinsi Aceh anggaran 5.526.084.000 realisasi

4.394.187.390 atau 79,52%; Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan

Provinsi Sumatera Utara anggaran 5.855.418.000 realisasi 5.179.339.530

atau 88,45%; Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera

Barat anggaran 3.988.185.000 realisasi 3.740.740.127 atau 93,80%; Dinas

Pertanian Dan Peternakan Provinsi Riau anggaran 2.794.760.000 realisasi

2.494.670.100 atau 89,26%; Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan

Provinsi Jambi anggaran 1.810.677.000 realisasi 1.736.545.800 atau

95,91%; Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan anggaran

1.848.360.000 realisasi 1.793.349.975 atau 97,02%; Dinas Peternakan

Dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung anggaran 4.029.620.000

realisasi 3.834.824.175 atau 95,17%; Dinas Peternakan Dan Kesehatan

Hewan Propinsi Kalimantan Barat anggaran 1.609.890.000 realisasi

1.497.655.000 atau 93,03%; Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi

Kalimantan Tengah anggaran 1.934.340.000 realisasi 1.779.238.400 atau

91,98%; Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan anggaran

3.098.840.000 realisasi 1.505.753.892 atau 48,59%; Dinas Peternakan

Provinsi Kalimantan Timur anggaran 2.184.370.000 realisasi 2.111.412.070

atau 96,66%; Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara

anggaran 5.504.020.000 realisasi 4.920.425.840 atau 89,40%; Dinas

Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Tengah anggaran

4.641.420.000 realisasi 4.171.978.550 atau 89,89%; Dinas Peternakan

Dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan anggaran

10.081.417.000 realisasi 8.953.985.925 atau 88,82%; Dinas Pertanian Dan

Peternakan Provinsi Sulawesi Tenggara anggaran 3.315.920.000 realisasi

3.026.388.200 atau 91,27%; Dinas Pertanian Provinsi Maluku anggaran

2.351.850.000 realisasi 2.281.284.750 atau 97,00%; Dinas Peternakan

Dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali anggaran 4.692.420.000 realisasi

4.362.082.750 atau 92,96%; Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan

Provinsi Nusa Tenggara Barat anggaran 4.489.369.000 realisasi

4.173.867.201 atau 92,97%; Dinas Peternakan Prov. Nusa Tenggara Timur

anggaran 14.466.330.000 realisasi 14.267.821.429 atau 98,63%.

Dekonsentrasi pada UPT Pusat adalah sebesar Rp. 278.760.763.363 atau

tercapai 91.47% dari pagu Rp. 304.908.075.000., yaitu Balai Penyidikan

Dan Pengujian Veteriner Subang anggaran 18.678.201.000 realisasi

17.456.350.215 atau 93,46%; Balai Besar Pengujian Mutu Dan Sertifikasi

Obat Hewan anggaran 18.384.033.000 realisasi 17.664.541.599 atau

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

47

96,09%; Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta anggaran

85.207.536.000 realisasi 78.139.801.697 atau 91,71%; Pusat Veteriner

Farma Surabaya anggaran 40.140.272.000 realisasi 36.842.143.591 atau

91,78%; Balai Veteriner Medan anggaran 25.354.220.000 realisasi

23.817.215.495 atau 93,94%; Balai Penyidikan Dan Pengujian Veteriner

Regional II Bukittinggi anggaran 19.747.632.000 realisasi 17.524.643.249

88,74%; Balai Penyidikan Dan Pengujian Veteriner Regional III Bandar

Lampung anggaran 21.060.622.000 realisasi 18.986.456.263 atau 90,15%;

Balai Penyidikan Dan Pengujian Veteriner Regional V Banjar Baru

anggaran 20.585.342.000 realisasi 18.720.117.559 atau 90,94%; Balai

Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan anggaran 28.016.167.000

realisasi 25.821.266.896 atau 92,17%; Balai Besar Veteriner Denpasar

anggaran 27.734.050.000 realisasi 23.788.226.799 atau 85,77%.

(2) Realisasi Per Kegiatan

Realisasi anggaran per kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengendalian dan penanggulangan rabies

2. Pengendalian dan penanggulangan AI

3. Biosekuriti perunggasan

4. Pengendalian dan penanggulangan Brucellosis

5. Pengendalian dan penanggulangan antrax

6. Pengendalian dan penanggulangan Hog Cholera

7. Pengendalian dan penanggulangan Jembrana

8. Penanggulangan gangguan reproduksi pada sapi dan kerbau

9. Pengendalian dan penanggulangan penyakit parasiter

10. Pengendalian dan penanggulangan penyakit bakterial lainnya

11. Sistem Kesehatan Hewan Nasional

12. Perlindungan Hewan dan Kewaspadaan Penyakit Eksotik

13. Pengamatan Penyakit Hewan

14. Pengawasan Obat Hewan

15. Pembinaan dan Koordinasi Kesehatan Hewan

16. Operasional Pelayanan Kesehatan Hewan di Puskeswan

17. Operasional Pengujian Veteriner di Lab. Veteriner Daerah

18. Hibah dan Bantuan Luar Negeri

Hambatan dan Kendala

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

48

Pelaksanaan kinerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan

tahun 2015 masih banyak mengalami hambatan/kendala, namun secara

umum pelaksanaannya dapat diatasi/ ditanggulangi. Hambatan yang

dijumpai antara lain:

a. Aspek Manajemen dan Administrasi

1) Revisi anggaran yang disebabkan adanya kebijakan penghematan

sehingga proses pelaksanaan kegiatan terlambat;

2) Kebijakan penghematan anggaran, menyebabkan beberapa target

kegiatan tidak dapat tercapai;

3) Proses dan mekanisme pengadaan barang dan jasa yang

dilaksanakan di daerah (propinsi, kabupaten dan UPT) pada

beberapa kegiatan mundur dari jadwal dan tidak dapat dilaksanakan;

4) Proses pelelangan umum untuk pengadaan barang di daerah

dilaksanakan melalui pelayanan satu atap, bila terjadi gagal lelang

akan memerlukan waktu yang cukup panjang;

5) Persiapan daerah terlambat untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan

baik penetapan pengelola keuangan dan pelaksanaan tender.

b. Aspek Teknis

PPeenniinnggkkaattaann ssttaattuuss kkeesseehhaattaann hheewwaann,, ppeerrmmaassaallaahhaann uuttaammaa yyaanngg ddii

hhaaddaappii tteerrkkaaiitt ppeemmbbeebbaassaann wwiillaayyaahh ppeennyyaakkiitt rraabbiieess aannttaarraa llaaiinn mmaassiihh

kkuurraannggnnyyaa kkeetteerrsseeddiiaaaann vvaakkssiinn ddii bbeebbeerraappaa wwiillaayyaahh kkaarreennaa

kkeetteerrllaammbbaattaann kkeetteerrllaammbbaattaann aattaauu ppeennyyeeddiiaaaann vvaakkssiinn ddaann kkuurraannggnnyyaa

SSDDMM kkeesseehhaattaann hheewwaann sseerrttaa bbeelluumm tteerrsseeddiiaannyyaa vvaakkssiinn aannttii rraabbiieess

yyaanngg ccuukkuupp bbaaggii ppeettuuggaass ddeennggaann rreessiikkoo ttiinnggggii mmaauuppuunn kkoorrbbaann,, kkuuaalliittaass

vvaakkssiinn yyaanngg kkuurraanngg bbaaiikk kkaarreennaa bbeelluumm tteerrsseeddiiaannyyaa rraannttaaii ddiinnggiinn yyaanngg

sseessuuaaii.. MMaassaallaahh ppeennggaannggggaarraann yyaanngg bbeelluumm tteeppaatt jjuuggaa mmeerruuppaakkaann

kkeennddaallaa uuttaammaa sseehhiinnggggaa aannttaarraa ppuussaatt ddaann ddaaeerraahh bbeelluumm aaddaa

ssiinnkkrroonniissaassii..

KKeennddaallaa yyaanngg ddiihhaaddaappaaii ddaallaamm ppeennaannggaannaa ddaann ttiinnddaakk llaannjjuutt tteerrkkaaiitt

ppeennyyaakkiitt AAvviiaann IInnfflluueennzzaa ((AAII)) yyaaiittuu bbeelluumm ddiitteerraappkkaannnnyyaa ssttrraatteeggii

bbiioosseeccuurriittii ddaann llaalluu lliinnttaass sseessuuaaii ddeennggaann SSOOPP ddaann ppeerrlluu aaddaannyyaa

ssuurrvveeiilleennss bbeerrkkeellaannjjuuttaann..

PPeerrmmaassaallaahhaann ddaallaamm kkeeggiiaattaann ppeennaannggaannaann ggaanngggguuaann rreepprroodduukkssii

tteerrkkeennddaallaa ppaaddaa kkuurraannggnnyyaa SSDDMM tteekknniiss ddii kkaabbuuppaatteenn// kkoottaa,, mmaassiihh

tteerrddaappaattnnyyaa sseebbaaggiiaann uunniitt--uunniitt ppuusskkeesswwaann yyaanngg bbeelluumm aaddaa ddookktteerr

hheewwaann ddaann aattaauu ppaarraammeeddiikk vveetteerriinneerr.. SSeeddaannggkkaann kkeennddaallaa uuttaammaa ppaaddaa

ppeenniinnggkkaattaann mmuuttuu oobbaatt hheewwaann yyaaiittuu kkuurraannggnnyyaa aallookkaassii aannggggaarraann bbaaiikk

uunnttuukk ppeennggaawwaassaann mmuuttuu,, ppeerreeddaarraann oobbaatt hheewwaann mmaauuppuunn ppaaddaa

ppeennyyuussuunnaann ppeerraattuurraann oobbaatt hheewwaann..

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

49

Upaya dan Tindak Lanjut

Alokasi perjalanan dinas dalam rangka penilaian kelayakan izin usaha obat

hewan yang sangat minim, tidak sebanding dengan banyaknya

permohonan yang masuk ke Direktorat Kesehatan Hewan

Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan kendala sebagaimana

diuraikan di atas, akan ditempuh berbagai upaya, antara lain

a. Penanganan dan tindak lanjut permasalahan terkait rabies yaitu:

Alokasi vaksin rabies stok pusat pada daerah yang memerlukan

Perlunya monitoring dana dekon yang lebih efektif

Pelatihan bagi kader/tenaga penyuluh lapangan atau petugas

lainnya terkait penanganan rabies

Perlunya mentoring dan sinkronisasi terhadap penganggaran pusat

dan daerah

Koordinasi dengan kementerian kesehatan/dinas kesehatan terkait

penyediaan VAR bagi petugas ataupun sosialisasi tentang

perlunya penganggaran pembelian VAR

b. Penanganan dan tindak lanjut permasalahan terkait Avian Influenza

(AI) adalah Penerapan strategi biosekuriti rantai pasar unggas dan

pengawasan lalu lintas terus dioptimalkan sesuai dengan SOP

pengendalian AI. Surveilans penyakit secara berkelanjutan sampai

dengan bebas kasus penyakit.

c. Dalam mengatasi permasalahan, maka Direktorat Kesehatan Hewan

telah melakukan rekruitmen Tenaga Harian Lepas untuk Medik

sejumlah 542 orang dan Paramedik Veteriner sejumlah 457 orang.

d. Penanganan dan tindak lanjut permasalahan terkait Pengawasan Obat

Hewan yaitu:

Melalui usulan RKAKL TA 2016 sudah diusulkan peningkatan

anggaran terkait pengawasan mutu dan peredaran obat hewan

baik ditingkat pusat maupun daerah.

Pada tahun 2016 diusulkan untuk percepatan proses

pembangunan dan integrasi sistem secara terpadu.

Melalui revisi anggaran Ditkeswan dan alokasi anggaran oleh Tata

Usaha Ditkeswan.

Dialokasikan dana dekonsentrasi pengawasan obat hewan untuk

daerah tahun 2016

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

50

13. Akuntabilitas Keuangan

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

51

C. Akuntabilitas Keuangan

Realisasi berdasarkan sasaran strategis Direktorat Kesehatan Hewan

Sasaran strategis Indikator

Kinerja

Program Komponen Anggaran

Pagu (000) Realisasi (000) %

(1) (2) (7) (8) (9) (10)

Meningkatnya

pelaksanaan

pencegahan dan

pemberantasan

PHM

Pelaksanaan

vaksinasi dan

pengobatan

Penguatan

Sistem

Kesehatan

Hewan

(vaksin/obat

dalam dosis)

Kesiagaan

Wabah PHM

Kesiagaan Wabah PHM

15.906.290.000 12.214.737.940

84,26

Pengendalian dan Penanggulangan Antrax

2.867.465.000 1.732.867.652 60,43

Pengendalian dan Penanggulangan Rabies

42.224.968.000 34.091.772.359 80,74

Pengendalian dan Penanggulangan Brucellosis

7.537.265.000 4.603.040.820 61,07

Pengendalian dan Penanggulangan Hog Cholera

5.572.717.000 3.895.760.040 69,91

Pengendalian dan Penanggulangan Jembrana

1.480.800.000 1.059.247.700 71,53

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter

6.379.983.000 5.274.847.542 82,68

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainya

70.000.000 59.500.000 85,00

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya

8.870.245.000 6.821.363.718 76,90

Pengendalian dan Penanggulangan AI

10.434.561.958 77,55

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

52

13.429.483.000

Penguatan Kelembagaan dan Sumberdaya Kesehatan Hewan

Penguatan Kelembagaan dan Sumberdaya Kesehatan Hewan

2.702.609.000 1.808.119.757 66,90

Operasional Pelayanan

Kesehatan Hewan di Puskeswan

8.091.260.000 6.314.994.662 78,05

Sistim Kesehatan Hewan Nasional (SISKESWANNAS)

20.752.236.000 15.764.372.776

66,98

Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada Sapi / Kerbau

Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada Sapi/Kerbau

110.755.838.000 92.252.003.396 83,29

Pengawasan

Obat Hewan

Pengawasan Obat Hewan

2.166.322.000 1.674.995.621 63,24

Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan

4.565.000.000 4.024.141.048 75,90

Pengadaan Sarana dan Prasarana Lab. Obat Hewan

2.650.000.000 2.639.990.090 99,40

Peningkatan Produksi,Obat Hewan dan bagan Biologik

4.927.164.000 4.588.731.670 93,13

Peningkatan Produksi Obat Hewan dan Bahan Biologik (BLU)

6.829.170.000 3.327.240.489 48,72

Pengadaan Sarana dan Prasarana Produksi Obat Hewan

6.011.432.000 5.921.422.018

79,86577

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

53

Meningkatnya

pelayanan

kesehatan hewan

Penye-diaan

tenaga/

petugas

lapang seperti

medik dan

para-medik

Tenaga Harian

Lepas Pelayanan Kesehatan Hewan

Tenaga Harian Lepas

Pelayanan Kesehatan Hewan

26.825.986.000 24.090.222.600 89,80

Penguatan

Surveillans

penyakit hewan

Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular

4.433.777.000 3.978.363.605 91,61

Penguatan Pengujian dan Penyidikan Veteriner

15.952.826.000 13.773.828.107 88,62

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies

3.608.403.000 3.365.397.243 93,27

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza

4.611.739.000 4.280.659.971 92,82

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis

2.684.519.000 2.451.430.573 91,32

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax

1.374.763.000 1.075.573.030 78,24

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera

2.303.235.000 2.092.615.168 90,86

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral

1.824.053.000 1.739.950.314 95,39

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial

970.550.000 935.642.678 96,40

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter

2.038.142.000 1.902.612.629 93,35

Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi

5.834.364.000 4.805.646.529 82,37

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

54

Surveilans Penyakit Hewan di UPT

3.721.400.000 3.494.033.459 78,80

Pengadaan Sarana dan Prasarana Lab. Pengujian Veteriner

18.111.705.000 16.862.047.570 94,25

Pengamatan Penyakit Hewan

12.137.627.000 9.277.148.230 76,43

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan Negara dan Antar Wilayah

2.114.165.000 1.568.284.690 74,18

Operasional Pengujian Veteriner di Lab.Veteriner Daerah

1.098.625.000 838.860.790 76,36

Perlindungan

hewan terhadap

penyakit eksotik

Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan Negara dan Antar Wilayah

2.156.769.000 1.983.179.278 91,95

Hibah dan Bantuan

Luar Negeri

Hibah dan Bantuan Luar Negeri

14.839.906.000 2.943.658.849 19,84

TOTAL

400.432.801.000

319.962.866.569 79,90

Tabel 11. Realisasi Pagu Anggaran Direktorat Kesehatan Hewan

Jumlah Anggaran Tahun 2015 : Rp. 400.432.801.000 . Realisasi Pagu Anggaran Tahun : Rp. 319.962.866.569

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

55

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum kegiatan Direktorat Kesehatan Hewan telah memenuhi tugas

pokok dan fungsi yang dibebankan pada tahun 2015. Kegiatan seperti

penyiapan perumusan kebijakan, penyiapan perumusan standar, norma, kriteria

dan prosedur, bimbingan teknis, evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang

pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan,

Penguatan kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan dan pengawasan

obat hewan, telah dilaksanakan dengan baik. Demikian juga kegiatan teknis

yang menjadi tanggung jawab pusat terkait penanggulangan penyakit hewan

menular juga telah dilaksanakan dengan baik. Dari target kinerja Direktorat

Kesehatan Hewan telah terealisasi 108.11% sedangkan dari target anggaran

terealisasi sebesar 79,90%.

PPeenniinnggkkaattaann ssttaattuuss kkeesseehhaattaann hheewwaann yyaanngg ddiittaarrggeettkkaann 336600 kkaabbuuppaatteenn//kkoottaa ddaarrii

551144 kkaabbuuppaatteenn//kkoottaa ((7700%%)) tteerreeaalliissaassii 339944 kkaabbuuppaatteenn//kkoottaa ((7766,,6655%%)) yyaanngg

tteerrggaammbbaarrkkaann ddaarrii kkeebbeerrhhaassiillaann ppeennggeennddaalliiaann ddaann ppeennaanngggguullaannggaann sseerrttaa

ppeemmbbeebbaassaann PPHHMMSS pprriioorriittaass BBrruucceelllloossiiss,, RRaabbiieess,, AAvviiaann IInnfflluueennzzaa ((AAII)) ddaann HHoogg

CChhoolleerraa.. SSeeddaannggkkaann uunnttuukk AAnntthhrraaxx ddiillaakkuukkaann ppeennggeennddaalliiaann ppeennyyaakkiitt..

Disamping itu, prestasi yang telah dicapai Direktorat Kesehatan Hewan dalam

pelaksanaan kinerjanya, antara lain: pembebasan penyakit rabies di Provinsi

Bangka Belitung dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Pertanian tentang

Pernyataan Pulau Sumba NTT bebas dari penyakit hewan keluron menular

(brucellosis) pada sapi dan kerbau dengan nomor Kepmentan

52/Kpts/PD.630/1/2015 pada tanggal 19 Januari 2015; Pernyataan Pulau

Madura Jatim bebas dari penyakit hewan keluron menular (brucellosis) pada

sapi nomor Kepmentan 237/Kpts/PD.650/4/2015 pada tanggal 7 April 2015;

Pernyataan Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau bebas dari penyakit

anjing gila (Rabies) nomor Kepmentan 239/Kpts/PD.650/4/2015 pada tanggal 7

April 2015; Pernyataan Puluau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi

Bengkulu bebas dari penyakit anjing gila (Rabies) nomor Kepmentan

241/Kpts/PD.650/4/2015 pada tanggal 7 April 2015; Pernyataan Provinsi

Kepulauan Riau bebas dari penyakit anjing gila (Rabies) Kepmentan

240/Kpts/PD.650/4/2015 pada tanggal 7April 2015; Pernyataan Kabupaten

Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat bebas dari penyakit anjing gila

(Rabies) nomor Kepmentan 238/Kpts/PD.650/4/2015 pada tanggal 7 April 2015

serta terbentuknya i-Sikhnas dengan metode sms gateway yang telah

berkembang untuk sarana pelaporan Penyakit Hewan Menular Strategis.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - :: SAKIP …sakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITKESWAN 2015_.pdf · 2016-06-16 · A. Latar Belakang ... surveilans dan pengujian penyakit

[Pick the date] [Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan

56

Kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja meliputi

permasalahan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring.

Dari segi Perencanaan :

1. Perencanaan yang belum sesuai

2. Pengalokasian anggaran yang tidak tepat

3. Proses revisi anggaran yang memerlukan waktu

Segi Pelaksanaan :

1. Sebagian besar anggaran merupakan dana dekonsentrasi dan dana tugas

pembantuan

2. Keterlambatan proses pengadaan

3. Kesulitan memenuhi spesifikasi barang tertentu.

Segi Monitoring dan Pelaporan :

1. Masih rendah dan kurang tertibnya penyampaian laporan realisasi fisik

maupun keuangan,

2. Monitoring belum berjalan sesuai dengan target dan belum adanya

mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang jelas.

B. Rencana Tindak Lanjut

Dari permasalahan yang ada maka rencana tindaklanjut yang akan dilakukan ke

depan dalam rangka menghadapi permasalahan yang ada akan dilakukan

perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta pelaporan yang bersinergi

serta dengan mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang

jelas.

Demikian Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Kesehatan Hewan Tahun 2015

dibuat sebagai kewajiban dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi Direktorat Kesehatan Hewan.