BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak abad pra sejarah hingga masa kontemporer, sejarah manusia dipenuhi dengan berbagai macam dinamika yang terus berkembang. Manusia sebagai subjek sejarah, mengalami perubahan di setiap dimensi. Manusia dengan segala kelengkapan perangkat epistemologisnya terus-menerus berdialektika dengan alam semesta di setiap zaman. Maka dari itu muncul yang disebut sebagai kebudayaan. Menurut Magnis Suseno (dalam Budiman, 2002: 100), kebudayaan adalah segala hamparan alam semesta yang telah ditanda oleh eksistensi manusia. Kebudayaan manusia masa lampau tentu berbeda dengan masa sekarang. Tingkat kompleksitas kebudayaan saat ini jauh lebih besar dibanding dengan budaya-budaya terdahulu. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang serta permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab hal tersebut. Segala macam ide, aktivitas serta produk perkembangan manusia saat ini dapat disaksikan pada kebudayaan kontemporer. Kebudayaan kontemporer telah terbukti memberikan banyak dampak positif terhadap umat manusia. Berbagai macam penemuan ilmiah di bidang teknologi, komunikasi, hingga medis menjadikan hidup manusia beberapa taraf lebih tinggi. Teknologi smartphone yang membuat orang dengan mudah berkomunikasi tanpa sekat geografis, transportasi yang memungkinkan orang menghemat waktu untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain, internet yang

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak abad pra sejarah hingga masa kontemporer, sejarah manusia

dipenuhi dengan berbagai macam dinamika yang terus berkembang. Manusia

sebagai subjek sejarah, mengalami perubahan di setiap dimensi. Manusia dengan

segala kelengkapan perangkat epistemologisnya terus-menerus berdialektika

dengan alam semesta di setiap zaman. Maka dari itu muncul yang disebut sebagai

kebudayaan. Menurut Magnis Suseno (dalam Budiman, 2002: 100), kebudayaan

adalah segala hamparan alam semesta yang telah ditanda oleh eksistensi manusia.

Kebudayaan manusia masa lampau tentu berbeda dengan masa sekarang.

Tingkat kompleksitas kebudayaan saat ini jauh lebih besar dibanding dengan

budaya-budaya terdahulu. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang serta

permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

hal tersebut. Segala macam ide, aktivitas serta produk perkembangan manusia saat

ini dapat disaksikan pada kebudayaan kontemporer.

Kebudayaan kontemporer telah terbukti memberikan banyak dampak

positif terhadap umat manusia. Berbagai macam penemuan ilmiah di bidang

teknologi, komunikasi, hingga medis menjadikan hidup manusia beberapa taraf

lebih tinggi. Teknologi smartphone yang membuat orang dengan mudah

berkomunikasi tanpa sekat geografis, transportasi yang memungkinkan orang

menghemat waktu untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain, internet yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

2

mampu membawa manusia mengakses segala informasi merupakan contoh kecil

dari deretan prestasi kebudayaan kontemporer. Belum lagi teknologi pertanian,

industri mesin, industri obat-obatan serta teknik kedokteran membuat manusia

semakin termudahkan dalam menjalani kehidupannya.

Corak baru yang terlihat lebih maju, tidak lantas membuat kebudayaan

kontemporer sempurna dan tanpa masalah. Berbagai paradoks pun terjadi dalam

kebudayaan ini. Melimpahnya informasi, di samping mempermudah orang

mengakses banyak hal lewat media massa, terkadang melupakan filter yang

harusnya dipakai. Apapun dapat dibaca dan dilihat, baik yang berimplikasi positif

maupun negatif bagi psikologi manusia. Kelimpahan informasi ini disebut Yasraf

Amir Piliang (2010: 132) sebagai hutan rimba citraan yang bersifat transparan

yang justru tidak meningkatkan kualitas kemanusiaan. Hal tersebut menurut Idy

Subandi Ibrahim membuat manusia semakin mementingkan citra yang

dimanifestasikan dalam penampilan dan gaya hidup. Manusia dengan mudah

menjungkirbalikkan makna serta mengabaikan moralitas (1997: xvi).

Paradoks dan anomali ini akan sering dijumpai dalam budaya populer atau

budaya massa yang tidak lepas dari kebudayaan kontemporer. Budaya massa atau

budaya populer menjadi bahan bakar perkembangan manusia untuk menikmati

hasil-hasil karya produksi budaya. Budaya populer atau budaya massa oleh

banyak kritikus, budayawan maupun sosiolog menjadi objek perdebatan yang

cukup panas. Mulai dari penyebutan istilah yang lebih tepat antara budaya massa

atau budaya populer sampai pada reaksi penerimaan konsep tersebut.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

3

Reaksi penerimaan konsep budaya massa dan implikasinya bagi kalangan

intelektual memiliki keragaman pandangan. Ada yang sangat kritis terhadapnya,

namun juga ada yang seolah mengakomodasi hadirnya budaya massa. Dominic

Strinati (2016: xxxi) mencatat beberapa pandangan para intelektual kontemporer.

Bagi mazhab Frankrut yang fokus dengan neo-marxiannya menganggap budaya

ini sebagai hal yang dihasilkan oleh industri budaya yang berfungsi untuk

mengamankan stabilitas maupun kesinambungan kapitalisme. Kaum feminis

dengan semangat perjuangan wanita-nya juga mencurigai bahwa budaya massa

merupakan bentuk ideologi patriarkal yang bekerja demi kepentingan kaum laki-

laki serta menentang kepentingan kaum perempuan.

Reaksi agak sedikit berbeda dihembuskan oleh sebagian kaum strukturalis

yang memandang budaya ini sebagai ekspresi struktur sosial dan mental universal

manusia. Senada dengan tanggapan tersebut, kaum populis kultural menyebutnya

sebagai salah satu subversi dari konsumen. Para konsumen ingin mengevaluasi

dan menerangkan sebagai ekspresi suara masyarakat yang tulus. Demikian juga

postmodern yang menjadi rekan simbiosis mutualisme budaya massa,

menjadikannya pembungkus atas berbagai perubahan radikal dalam peranan

media massa untuk menghapus citra dan realitas (Srinati, 2016: 315).

Berbagai macam pandangan atas konsep budaya massa memiliki pengaruh

besar terhadap sosialitas. Diperlukan suatu kerangka kritis dan fundamental untuk

melihat konsep ini dalam ranah hubungan antara manusia. Berdasarkan gagasan

tersebut maka filsafat sosial sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan

konseptual tersebut.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

4

Seorang intelektual asal Universitas Gadjah Mada yaitu Prof.

Kuntowijoyo pernah memberikan komentar dan pemikiran kritisnya tentang

budaya massa. Baginya budaya massa merupakan hal yang masih bisa ditinjau

dan diuraikan kembali dengan perspektif sosial, budaya dan sejarah ke-Indonesia-

an. Pemikiran Kuntowijoyo menarik dikaji karena latar belakangnya adalah

ilmuwan sosial dan sejarah Indonesia yang faham akan akar kebudayaan

Indonesia. Kuntowijoyo memberikan jalan tengah terhadap budaya massa dengan

pendekatan pemikiran yang disebut sebagai pemikiran profetik. Pemikiran ini

mengedepankan aspek humanisasi (pemanusiaan), liberasi (pembebasan), dan

transendensi (Ketuhanan).

Kuntowijoyo memang bukanlah seorang yang diakui sebagai filsuf sosial.

Kuntowijoyo lebih dikenal sebagai seorang kolumnis, budayawan, sejarawan dan

ilmuwan sosial. Tetapi di balik pandangan Kuntowijoyo tentang ilmu sosial

terkandung asumsi tentang hakikat realitas sosial yang dapat disistematisasi

menjadi pemikiran fundamental terkait sosialitas. Oleh karena itu dalam penulisan

karya ini, peneliti mencoba mengkonstriksikan filsafat sosial profetik

Kuntowijoyo sebagai alat bantu untuk menganalisis problematika sosial budaya

massa yang sedang berkembang, melalui konsep-konsep yang ada.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang akan

dirumuskan sebagai berikut :

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

5

a. Bagaimana konsep budaya massa?

b. Bagaimana perspektif filsafat sosial profetik menurut Kuntowijoyo?

c. Apa kritik dan tawaran filsafat sosial profetik Kuntowijoyo terhadap budaya

massa?

d. Bagaimana tinjauan kritis atas pemikiran filsafat sosial profetik Kuntowijoyo

terhadap budaya massa?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai tema-tema tentang pemikiran Kuntowijoyo maupun

pembahasan mengenai budaya massa sudah banyak dilakukan. Tetapi sejauh

pembacaan penulis, tema yang membahas mengenai konsep budaya massa dalam

perspektif filsafat sosial profetik Kuntowijoyo belum ada. Tema tentang

Kuntowijoyo biasanya membahas mengenai sastra, pemikiran profetik serta

metodologi sejarah. Tema-tema budaya massa berkisar tentang gejala budaya

yang ditimbulkan dari peradaban kontemporer.

Berikut beberapa penelitian mengenai budaya massa maupun pemikiran

Kuntowijoyo :

a. Skripsi dengan judul Nuansa Profetik Dialektis dalam Karya Prosa

Kuntowijoyo, oleh Norhamsyah, 1994, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Gadjah Mada. Skripsi ini membahas tentang cerpen-cerpen Kuntowijoyo

dan mencoba menganalisis nilai profetik.

b. Skripsi dengan judul Hamparan Budaya Massa dalam Hampiran Analisis

Semiologi Roland Barthes yang disusun oleh Riky Ferdianto, 2005, Fakultas

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

6

Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas tentang pandangan

Barthes tentang Budaya Massa dengan analisis semiologinya. Dalam skripsi

ini budaya massa dengan kacamata Barthesian merupakan budaya yang

diproduksi secara massal yang ditandai dengan praktek komersialisasi

dengan segala manipulasi namun dikuasai oleh beberapa kelompok elite

pemegang modal.

c. Skripsi dengan judul Kajian Budaya Pikir Atas Pandangan Kuntowijoyo

Tentang Islam dan Ilmu yang disusun oleh Arif Zulkifli, 2006, Fakultas

Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas tentang paradigma

zaman menurut Kuntowijoyo dalam melihat relasi perkembangan Islam dan

Indonesia yang konklusinya adalah ilmu alternatif yakni Ilmu Sosial Profetik

(ISP).

d. Skripsi dengan judul Kuntowijoyo dan Pemikirannya tentang Islam Profetik

karya Alif Barokah, Fakultas Adab, 2007, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijogo. Skripsi ini membahas tentang perkembangan pemikiran

Kuntowijoyo dalam membentuk paradigma Islam Profetik.

e. Skripsi dengan judul Etika Profetik dalam Novel Khotbah Di Atas Bukit :

Analisis Strukturalisme Genetik, yang disusun oleh Galih Apsari, 2008,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas

tentang novel Kuntowijoyo yang berjudul Khotbah di atas Bukit dengan

tinjauan Strukturalisme Genetik sehingga memperoleh nilai etika profetik

yang menjadi inti pesan karya Kuntowijoyo.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

7

f. Skripsi dengan judul Demistifikasi Politik di Indonesia (Studi atas

Pemikiran Kuntowijoyo) karya Purwanto, Fakultas Syariah, 2008,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijogo. Di dalam skripsi tersebut

dijelaskan perkembangan politik di Indonesia dari yang bersifat mistik

hingga dengan rasional. Untuk melewati tahap tersebut memerlukan upaya

demistifikasi yakni upaya meninggalkan serta pembebasan dari hal-hal yang

tidak masuk akal.

Berdasarkan beberapa penelitian yang dituliskan di atas, belum ada

penelitian yang mengkonstruksikan filsafat sosial profetik Kuntowijoyo yang

dijadikan sebagai perspektif untuk menganalisis konsep budaya massa.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

a. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai upaya membuka wawasan penelitian

terhadap masalah yang marak terjadi. Pembahasan mengenai budaya massa

dan Kuntowijoyo harapannya dapat memberikan rangsangan terhadap

kajian kontemporer bagi peneliti.

b. Bagi perkembangan ilmu filsafat

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya penggalian filsafat nusantara yang

sedang digencarkan oleh Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Harapannya dengan dilakukan penelitian mengenai pemikir-pemikir

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

8

Indonesia dapat menambah khasanah keilmuan filsafat nusantara di ranah

akademik.

c. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan menambah perspektif baru dalam landasan

keilmuan khususnya dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial humaniora,

seperti sosiologi, antropologi, politik maupun psikologi.

d. Bagi masyarakat

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya menjawab permasalahan

kemanusiaan yang sedang marak terjadi saat ini. Budaya massa merupakan

suatu entitas yang di satu sisi menjadi penyebab kerusakan moral bangsa di

berbagai macam belahan dunia.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menjawab persoalan yang mengemuka pada

rumusan masalah, yaitu :

a. Menjelaskan konsep budaya massa

b. Menemukan serta menguraikan perspektif filsafat sosial profetik

Kuntowijoyo

c. Merekonstruksi kritik dan tawaran konseptual pemikiran

Kuntowijoyo tentang budaya massa menggunakan kerangka filsafat

sosial profetik

d. Menjelaskan tinjauan kritis terhadap pemikiran filsafat sosial

profetik Kuntowijoyo

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

9

C. Tinjauan Pustaka

Budaya Massa menurut Sudjoko (dalam Prisma no 6 Juni 1977: 4) adalah

budaya yang sengaja diproduksi secara massal yang ditujukan kepada khalayak

luas dan bertujuan untuk meraih keuntungan (komersil, pengaruh kekuasaan atau

gabungan dari kedua-duanya). Produk budaya massa amat sangat beragam, mulai

dari alat-alat yang sehari-hari digunakan (seperti sabun, pasta gigi dan sampo),

hiburan-hiburan populer (novel, musik, televisi), bahkan di masa ini yakni

teknologi informasi (facebook, whatsapp, twitter).

Budaya massa sering disamakan dengan budaya populer. Sosiolog

Lowenthal, Bennet dan Gans berargumen bahwa budaya massa sama dengan

budaya populer serta tidak terlalu membedakan kedua hal tersebut. Berbeda

dengan Dwigh MacDonald yang membedakan konsep budaya massa dan budaya

populer (Budiman, 2002: 102). Dalam tulisan ini penulis akan menggunakan

pendapat yang pertama yang tidak terlalu mempermasalahkan pembedaan antara

budaya populer dan budaya massa.

Budaya massa dan budaya populer menjadi perbincangan yang cukup

serius di antara para kritikus budaya. Dominic Strinati dalam bukunya Popular

Culture mencoba memberikan banyak perspektif untuk mengkaji budaya ini.

Melalui analisis-analisis kritis Strinati menggambarkan bagaimana para teoritikus

budaya massa, mazhab Frankrut, semiolog dan strukturalis, marxian, feminis dan

postmodernis dalam memandang budaya massa ini. Selain mendeskripsikan

gagasan-gagasan dari banyak pandangan, Strinati juga mengkritisi banyak

gagasan tersebut.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

10

Pembahasan teoritis dan konseptual mengenai budaya massa di Indonesia

diawali pada tahun 1977. Prisma no 6 edisi Juni 1977 tahun VI secara khusus

memuat tulisan para intelektual serta pengamat tentang gejala budaya massa yang

menyebar dalam masyarakat Indonesia khususnya yang berada di kota-kota.

Sudjoko mengawali tulisannya dengan menyebut budaya massa sebagai budaya

yang sengaja diciptakan agar bisa segera diterima massa luas demi kepentingan

sang pembuat (1977: 4). Sudjoko mengamati kebiasaan masyarakat Indonesia

yang mulai menganggap segala hal yang berbau luar negeri menjadi naik nilainya.

Telaah mengenai budaya massa secara sistematis dan luas dituangkan oleh

Hikmat Budiman dengan bukunya yang berjudul Lubang Hitam Kebudayaan

(2002). Buku tersebut menjelaskan posisi Hikmat Budiman sebagai peneliti yang

mencoba objektif dan tidak menghakimi keberadaan budaya massa. Hikmat

Budiman menjelaskan banyak tokoh yang kritis terhadap budaya massa seperti

Adorno, Daniel Bell, Leo Lowenthal, sampai Marcuse. Hikmat Budiman juga

menjelaskan tokoh-tokoh yang membela budaya massa seperti Herbert J Gans dan

Andrew Ross.

Kajian kepustakaan Indonesia cukup banyak menghadirkan tokoh yang

menaruh perhatian lebih terhadap kajian budaya massa. Idy Subandi Ibrahim

menjadi orang yang produktif menulis dan mengumpulkan tulisan mengenai

budaya massa sebagai salah satu ancaman nyata untuk moralitas bangsa

Indonesia. Esai-esai tokoh-tokoh budaya kontemporer seperti Sapardi Djoko

Damono, Ashadi Siregar, Umar Kayam, Kuntowijoyo, Marwah Daud, Jalaludin

Rahmat, Yasraf Amir dan lain sebagainya dikumpulkan serta disistematisasi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

11

dalam sebuah buku berjudul Lifestyle Ecstasy : Kebudayaan Pop dalam

Masyarakat Komoditas Indonesia (1997).

Bersama kawannya Dedi Djamaluddin Malik, Idy kembali menyusun

bunga rampai mengenai budaya massa yang berjudul Hegemoni Budaya (1997).

Buku ini memuat pemikiran empat kontributor tulisan tentang budaya massa

yakni Jalaludin Rakhmat, Dedy Djamaludin Malik, Yudi Latif dan Idy Subandi

Ibrahim. Buku tersebut menyoroti permasalahan budaya massa dengan kacamata

wacana teologis, yakni agama Islam.

Penulis lain yang produktif mengkritik budaya massa adalah Yasraf Amir

Piliang. Dengan bahasa yang merangsang imajinasi serta menembus sekat-sekat

disiplin keilmuan, Yasraf memberikan gambaran mengenai budaya massa dan

efek-efeknya. Tulisan-tulisan Yasraf mengkritik perkembangan kebudayaan yang

merupakan hasil dari postmodernisme.

Dunia konsumerisme dan gaya hidup virtual telah memerangkap

masyarakat kontemporer untuk menjadikan prestise, citra, perbedaan,

penampakan, sebagai suatu kebutuhan. Sedangkan kepalsuan, kesemuan

dan artifisialitas yang ada di baliknya dianggap sebagai kebenaran.

Seolah-oleh masyarakat tersebut tidak hidup tanpa semuanya itu. Seolah-

oleh batas antara kesemuan dan kebenaran sudah tidak diperlukan lagi.

Hasrat akan citraan dan perbedaan telah menggiring masyarakat

kontemporer untuk berpacu dalam pencariannya, seperti halnya

perpacuan di sebuah sirkuit balap (Piliang, 2010: 42).

Kuntowijoyo membahas perihal mengenai budaya massa dalam beberapa

tulisannya. Kumpulan tulisan Kuntowijoyo berjudul Selamat Tinggal Mitos

Selamat Datang Realitas (2002) membahas tentang problema budaya massa dan

permasalahan kontemporer saat itu. Kuntowijoyo membandingkan dua ciri

kebudayaan yang saling berlainan, yakni budaya massa dan budaya elite. Budaya

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

12

massa menurut Kuntowijoyo (2002: 24) menjadikan manusia ter-aleniasi,

terobjektivasi dan terbodohkan. Lawannya adalah budaya elite. Budaya elite

menjadikan manusia semakin dekat dengan realitas, menjadi subjek yang

merdeka, dan makin kritis.

Tulisan terakhir Kuntowijoyo sebelum meninggal yang berjudul Maklumat

Sastra Profetik (2013) menjelaskan tentang permasalahan yang krusial di era ini

adalah terbentuknya manusia mesin, manusia dan masyarakat massa serta budaya

massa. Hal ini berpengaruh pada corak ekonomi yang kapitalistis, politik yang

otoretarian, agama yang kering, serta peradaban yang semakin mendekati

kehancuran. Kuntowijoyo gambarkan nuansa seperti itu dalam novel yang

berjudul Mantra Penjinak Ular (2013), Waspirin dan Satinah (2013) dan Khotbah

di Atas Bukit (2007).

D. Landasan Teori

Filsafat sosial adalah salah satu cabang filsafat yang membicarakan

tentang hakikat kehidupan manusia bersama dengan manusia yang lain.

(Mulyono, 1983: 10). Filsafat sosial sangat berkaitan erat dengan filsafat manusia

serta etik umum sebagai norma-norma kesusilaan dalam kehidupan individu

bersama masyarakat. Tetapi filsafat sosial berbeda dengan sosiologi maupun ilmu

sosial yang lain.

Menurut Van Passen (dalam Mulyono, 1983: 22) perbedaan antara filsafat

sosial dan sosiologi terletak pada metodenya. Keduanya bermaksud membahas

data hidup bersama manusia yang nampak dalam berbagai kondisi. Sosiologi

memakai metode observasi dan menerangkan penyebab suatu gejala sosial yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

13

konkret dari keadaan yang luas. Sementara filsafat sosial sebagai refleksi hidup

yang menerangkan adanya entitas sosial dan manusia yang merupakan bagian dari

antropologi metafisik.

Filsafat sosial adalah usaha filosof untuk memberi bimbingan dan jawaban

dalam mengatasi problematika sosial. Bentuknya adalah kritik terhadap proses

sosial dengan menunjuk prinsip-prinsip yang mendasari struktur dan fungsi sosial

(Sunoto, 1989: 1). Oleh karena itu filsafat sosial menjadikan hal yang krusial

sebelum beranjak menuju ke teori sosial.

Pemikiran Profetik merupakan pemikiran yang digagas Kuntowijoyo

tahun 1990-an melalui bukunya yang berjudul Paradigma Islam : Interpretasi

untuk Aksi. Selanjutnya gagasan tersebut disistematisasi kembali dalam sebuah

buku terbitan 2006 berjudul Islam sebagai Ilmu. Pemikiran ini terinspirasi oleh

gagasan Muhammad Iqbal dan Roger Garaudy.

Inti dari pemikiran profetik adalah mencoba mempertemukan wahyu, nalar

serta pengalaman manusia. Hal ini merupakan sebagai kritik atas sekulerisme

yang semakin menjauhkan manusia dari kehidupan beragama. Kuntowijoyo

(2006: 55) memandang ilmu sekuler sedang mengalami krisis, mengalami

kemandekan dan penuh bias. Tetapi Kuntowijoyo berpendapat bahwa pemikiran

profetik bukan untuk menyingkirkan ilmu-ilmu sekuler yang sudah mapan dan

berkembang saat ini, melainkan menjadi kritik bahkan menjaga eksistensi subtansi

ilmu sekuler. Artinya bahwa pemikiran profetik berusaha memperbaiki ilmu-ilmu

sekuler yang sedang krisis ini dan menjadi pembanding dalam kancah ilmiah.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

14

Kuntowijoyo berpendapat bahwa untuk mendapatkan ilmu sosial yang

tepat sasaran harus dimulai terlebih dahulu dari grand theory. Grand theory ini

bisa diambil dari inspirasi apapun, baik kitab suci maupun postulat kebudayaan.

Turunan dari grand theory adalah filsafat sosial yang menjadi landasan menuju

kemanusiaan. Selanjutnya dari filsafat sosial diturunkan menjadi teori sosial.

Barulah setelah itu dapat terjadi aksi sosial. Point akhir dari langkah-langkah

tersebut adalah perubahan sosial (Kuntowijoyo, 1997: 7)

Kuntowijoyo menggunakan kerangka tersebut, menempatkan agama

sebagai grand theory atau teori besar yang dijadikannya sebagai rujukan inspirasi

dalam membuat kerangka pemikiran profetik. Kuntowijoyo menyebutkan bahwa

upaya ini merupakan sebuah langkah untuk menjadikan Islam sebagai ilmu atau

pengilmuan Islam. Langkahnya ini diawali dengan memandang bahwa dalam

periodisasi umat Islam di Indonesia, sekarang sudah memasuki era ilmu.

Kuntowijoyo membagi periodisasi umat Islam di Indonesia menjadi tiga tahap

yakni mitos, ideologi dan ilmu. Dalam periode ilmu, hal yang sifatnya abstrak

dikonkretkan agar tidak hanya menjadi nilai namun juga tindakan konkret

(Kuntowijoyo, 1997: 22).

Pada era ilmu ini Kuntowijoyo melakukan demistifikasi atau memahami

sesuatu tidak dengan bayang-bayang mitos. Bayang-bayang mitos menurut

Kuntowijoyo sering membuat orang tanpa sadar melepaskan agama dari

kenyataan. Teks telah kehilangan kontekstualitasnya. Maka dari itu pemikiran

profetik mengembalikan gagasan teks (agama) menuju konteksnya (Kuntowijoyo,

2006: 6).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

15

Melalui pendekatan strukturalisme transendental, Kuntowijoyo

menjadikan Islam sebagai sebuah ajaran yang bukan hanya normatif namun juga

teoritis dan masih bisa digunakan walaupun memiliki rentang waktu dan geografis

yang berbeda dari masa awal Islam muncul. Strukturalisme transendental adalah

upaya mengangkat struktur-struktur ajaran sehingga menemukan ide murni

(Fahmi, 2005: 8).

Kuntowijoyo juga menekankan integralisasi dan objektivikasi untuk

menjadikan Islam sebagai suatu ilmu. Integralisasi adalah upaya untuk

menyatukan wahyu Tuhan dengan temuan pikir manusia. Objektivikasi adalah

menjadikan ajaran agama tidak hanya diterima oleh umat beragama tertentu

semata, namun ke semua kalangan, atau dengan kata lain menjadikan ajaran

agama sebagai gejala objektif (Kuntowijoyo, 2006: 49).

Pemikiran profetik Kuntowijoyo menghasilkan tiga pijakan utama dalam

menghadapi realitas atau kenyataan. Kuntowijoyo menggunakan Al Quran surat

Al Imran 110 yang terjemahannya adalah “kamu umat terbaik yang dilahirkan

untuk manusia, karena kamu menyeru pada yang ma’ruf, mencegah dari yang

mungkar dan beriman kepada Allah”. Dari ayat ini kemudian lahirlah gagasan

mengenai humanisasi (dari menyeru pada yang ma’ruf) yang berarti pemanusiaan

manusia. Liberasi (dari mencegah yang mungkar) yang berarti pembebasan dari

segala jeratan. Serta transendensi (dari beriman kepada Allah) yakni

pengembalian segala sesuatu pada Allah, Tuhan sekalian alam (Kuntowijoyo,

2006: 15).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

16

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di bidang filsafat. Objek

material yang dibahas adalah konsep budaya massa. Objek formal yang digunakan

adalah filsafat sosial profetik Kuntowijoyo. Model dari penelitian ini adalah

penelitian mengenai konsep (Bakker dan Zubair, 1990: 77). Budaya massa akan

dibahas secara konseptual, baik yang pro maupun kontra budaya massa. Konsep

ini kemudian akan disoroti menggunakan kacamata pemikiran filsafat sosial

profetik Kuntowijoyo.

1. Jenis dan Bahan Penelitian

Penelitian ini dikategorisasikan penelitian kepustakaan dengan menelaah

objek material serta objek formal dari berbagai sumber buku atau pustaka. Data

kepustakaan dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber-sumber

ini diurutkan berdasarkan abjad.

a. Sumber Primer

1) Budiman, Hikmat, 2002, Lubang Hitam Kebudayaan, Kanisius :

Yogyakarta.

2) Heryanto, Ariel. 2015, Identitas dan Kenikmatan : Politik Budaya

Latar Indonesia, Kepustakaan Populer Gramedia : Jakarta.

3) Kuntowijoyo, 1994, Dinamika Sejarah Umat, Shalahuddin Press :

Yogyakarta.

4) ___________, 1995, Makrifat Daun Daun Makrifat,. Gema Insani

Press : Yogyakarta.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

17

5) ___________, 1977, Khotbah Di Atas Bukit, Bentang Budaya :

Yogyakarta.

6) ___________, 2013, Mantra Pejinak Ular, Kompas : Jakarta.

7) ___________, 1997, Identitas Politik Umat Islam, Mizan : Bandung.

8) ___________, 2001, Muslim Tanpa Masjid, Mizan : Bandung.

9) ___________, 2002, Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas,

Mizan : Bandung.

10) ___________, 2006, Islam sebagai Ilmu, Tiara Wacana : Yogyakarta.

11) ___________, 2008, Paradigma Islam : Interpretasi Untuk Aksi,

Mizan : Bandung.

12) ___________, 2013, Maklumat Sastra Profetik, Multi Presindo :

Yogyakara.

13) Storey, John, 2003, Teori Budaya dan Budaya Pop, Penerbit Qalam :

Yogyakarta.

14) Strinati, Dominic, 2016, Popular Culture : Pengantar Menuju Teori

Budaya Populer, Penerbit Narasi : Yogyakarta.

15) Sudjoko, 1977, Kebudayaan Massa, dalam Jurnal Prisma no 6 Juni

1977 tahun VI, hal 1-7

b. Sumber Sekunder

1) Bakker, Anton, Zubair, Achmad Charris, 1990, Metodologi Penelitian

Filsafat, Kanisius : Yogyakarta.

2) Bakker, JWM, 1992, Filsafat Kebudayaan, Sebuah Pengantar.

Kanisius : Yogyakarta.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

18

3) Fahmi, Muttakhidul, 2005, Islam Transendtal : Menelusuri Jejak-Jejak

Pemikiran Islam Kuntowijoyo, Pilar Media : Yogyakarta.

4) Ibrahim, Idy Subandi (editor), 1997, Lifestyle Ecstasy, Jalasutra :

Yogyakarta.

5) _________________, Malik, Dedy Djamaluddin (editor), 1997,

Hegemoni Budaya, Bentang Budaya : Yogyakarta.

6) Mulyono, Suyadi, 1983, Filsafat Sosial, Proyek PPPT UGM :

Yogyakarta.

7) Piliang, Yasraf Amir, 2011, Dunia Yang Dilipat. Matahari : Bandung

8) Redana, Bre, 2002, Potret Manusia Sebagai Si Anak Kebudayaan

Massa, Lembaga Studi Pers dan Pembangunan : Jakarta

9) Wardhana, Veven Sp. 2013. Budaya Massa, Agama, Wanita.

Kepustakaan Populer Gramedia : Jakarta

2. Jalan Penelitian

Penelitian ini melalui beberapa langkah yaitu

a) Inventarisai Data

Pada tahap ini, data dikumpulkan sebanyak mungkin baik dari buku,

jurnal, artikel maupun sumber-sumer lisan.

b) Klasifikasi data

Data yang sudah diperoleh baik dari objek material maupun objek

formal, diklasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder

c) Pembahasan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

19

Data kemudian diolah dengan disusun secara sistematis berdasarkan

kerangka pikir yang sudah dibentuk. Selanjutnya dilakukan analisis-

sintesis untuk mengeliminasi data yang tidak diperlukan dan

menggabungkan konsep-konsep yang diperlukan.

d) Evaluasi Kritis

Setelah data diolah kemudian dilakukan verifikasi data dan gagasan atas

penelitian ini. Hal ini dilakukan agar penelitian ini menghasilkan temuan

yang valid dan berimbang.

3. Unsur-unsur Metodis

a. Interpretasi

Melalui unsur metodis ini, peneliti mencoba untuk menyelami dan

menangkap arti serta nuansa konsep yang dimaksudkan (Bakker dan

Zubair, 1990: 79).

b. Koherensi Internal

Melalui unsur metodis ini data yang diperoleh mencoba dicari

hubungan internalnya yang koheren (Bakker dan Zubair, 1990: 79),

yaitu antara konsep budaya massa dengan pisau analisis filsafat sosial

profetik Kuntowijoyo.

c. Holistika

Melalui unsur metodis ini peneliti mencoba memahami cakrawala

konsep budaya massa dari pengertian, jenis-jenis, sifat, serta

perspektifnya (Bakker dan Zubair, 1990: 80). Peneliti juga mencoba

memahami Kuntowijoyo mengenai realitas Tuhan, alam dan manusia

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

20

sehingga diperoleh pemahaman yang lengkap atas pandangan hidup

Kuntowijoyo. Selanjutnya dapat ditemukan pemikiran Kuntowijoyo

tentang filsafat sosial dalam kerangka profetik.

d. Deskripsi

Filsafat tersembunyi serta konsepsi mengenai analisis filsafat sosial

profetik Kuntowijoyo tentang konsep budaya massa yang terkait

dengan disajikan dalam bentuk deskripsi. Hal ini agar upaya peneliti

tidak hanya sekedar merumuskan suatu konsepsi semata. Deskripsi

disajikan untuk memenuhi jawaban atas masalah konkret yang sedang

terjadi (Bakker dan Zubair, 1990: 81).

e. Refleksi

Rumusan yang diperoleh direfleksikan agar terlihat jarak realita yang

terjadi dan nilai yang seharusnya.

F. Hasil yang Dicapai

1. Memberikan paparan mengenai konsep budaya massa

2. Memperoleh pemahaman mengenai perspektif filsafat sosial profetik

Kuntowijoyo

3. Memberikan penjelasan mengenai konstruksi kritik dan tawaran konseptual

pemikiran Kuntowijoyo terhadap budaya massa menggunakan kerangka

filsafat sosial profetik

4. Melakukan evaluasi kritis terhadap pemikiran filsafat sosial profetik

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109413/potongan/S1-2017... · permasalahan manusia yang semakin rumit menjadi salah satu faktor penyebab

21

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari enam bab, antara lain:

BAB I memaparkan pendahuluan yang mencakup latar belakang, tujuan

penelitian, landasan teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan hasil yang

ingin dicapai dan sistematika penulisan.

BAB II berisi mengenai penjelasan pemikiran Kuntowijoyo. Hal tersebut

meliputi : biografi dan karya Kuntowijoyo, latar belakang pemikiran

Kuntowijoyo dan pokok-pokok pemikiran Kuntowijoyo.

BAB III berisi tentang ruang lingkup filsafat sosial, pengertian dan asal-usul

profetik Kuntowijoyo dan filsafat sosial profetik Kuntowijoyo.

BAB IV berisi tentang objek material yakni ruang lingkup konsep budaya

massa yang meliputi : pengertian budaya massa, sifat-sifat budaya massa,

jenis-jenis budaya massa dan perspektif dalam memandang budaya massa.

BAB V berisi tentang budaya massa menurut Kuntowijoyo, kritik dan tawaran

Kuntowijoyo terhadap budaya massa, serta analisis kritis atas pemikiran

filsafat sosial profetik Kuntowijoyo.

BAB VI berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.